BAB IV (new)

28
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sistem Kerja Penggalian Kapal Isap Produksi (KIP) 15 Sistem kerja penggalian menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 15 dilakukan dengan beberapa sistem, menurut kondisi dan situasi yang terjadi di daerah kerja tersebut, yaitu sebagai berikut : 4.1.1 Penggalian untuk Ketebalan Tanah Lebih Tipis dari Kedalaman Air Sistem penggalian apabila ketebalan tanah yang digali lebih tipis dari pada kedalaman air, yaitu : a. Posisikan Cutter pada titik lubang bor yang akan digali menggunakan alat bantu GPS. b. Ladder diarahkan hingga menyentuh lapisan tanah (pada tengah - tengah lingkaran tersebut).

description

kip

Transcript of BAB IV (new)

29

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Sistem Kerja Penggalian Kapal Isap Produksi (KIP) 15Sistem kerja penggalian menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 15 dilakukan dengan beberapa sistem, menurut kondisi dan situasi yang terjadi di daerah kerja tersebut, yaitu sebagai berikut :4.1.1 Penggalian untuk Ketebalan Tanah Lebih Tipis dari Kedalaman AirSistem penggalian apabila ketebalan tanah yang digali lebih tipis dari pada kedalaman air, yaitu : a. Posisikan Cutter pada titik lubang bor yang akan digali menggunakan alat bantu GPS.b. Ladder diarahkan hingga menyentuh lapisan tanah (pada tengah - tengah lingkaran tersebut).c. Lingkari dulu titik bor tersebut dengan memutar kapal, dan lingkaran tersebut akan kelihatan pada monitor GPS (setiap pergerakan KIP).d. Penggalian sudah dapat dimulai dengan cara menjalankan Cutter ditambah dengan menekan Ladder dan memutar ponton KIP, pengerjaan tersebut dapat juga dinamakan pengeboran.e. Hasil dari pengeboran (tanah yang dihisap) akan dialirkan ke saring putar menggunakan pompa tanah, dan kelihatan dari monitor saring putar (dapat dilihat dari ruang komando).f. Pada penggalian awal buatlah lubang sebagai titik perputaran agar posisi Cutter tidak mudah keluar dari lubang tersebut karena pergerakan KIP.g. Setelah mencapai titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka kedalaman Ladder (kedalaman penggalian) dapat ditambah, dengan memperhatikan volume tanah pada saring putar.h. Penekanan Ladder sangat tergantung dengan kemampuan isap pompa tanah, kapasitas saring putar, kekerasan lapisan tanah dan kemampuan dari pisau Cutter.i. Apabila Cutter belum mencapai kong (bed rock), sedangkan ponton berat untuk diputar, maka penggalian bisa dialihkan pada penggalaian awal untuk memperlebar bukaan kolong yang pertama. Untuk memperlebar bukaan pertama, penggalian bisa dilakukan dengan sistem maju mundur dengan menggunakan Propeller Swing.4.1.2 Penggalian untuk Ketebalan Tanah Lebih Tebal dari Kedalaman AirPenggalian apabila lapisan tanah yang digali lebih tebal dari pada kedalaman air sedikit lebih sulit pengerjaannya, karena pada KIP tidak dilengkapi dengan bandar yang dapat membuang tanah lebih jauh dari ponton.Proses daripada KIP pada saat melakukan penggalian dilakukan dengan sistem berputar 360 dapat dilihat dalam ilustrasi pada Gambar 4.1, dengan tidak membuang tanah lebih jauh akan terjadi penimbunan kembali terhadap kolong yang sudah tergali, sehingga terjadi pendangkalan pada lokasi kerja.

Gambar 4.1 Skema Penggalian penambangan 3600 (Data Penggalian Unit Laut Bangka, 2014)Sistem penggalian apabila lapisan tanah jauh lebih tebal daripada ketinggian air, yaitu :a. Titik koordinat (titik lubang bor) dilingkari dulu dengan kolong yang digali oleh KIP itu sendiri. Luas dari pada kolong disesuaikan dengan ketebalan lapisan tanah sampai dengan kong. Semakin dalam kong, maka semakin luas bukaan pada kolong kerja.b. Kedalaman pembukaan kolong dilakukan hingga 1 m sebelum mencapai lapisan kaksa. Pada saat pembukaan kolong, lapisan demi lapisan dapat dikontrol dari monitor saring putar atau dicek manual menggunakan dulang dan materialnya diambil dari saring putar. Jika sudah ada timah, maka kedalaman pembukaan kolong diakhiri.c. Penggalian selanjutnya diteruskan dengan penggalian lapisan kaksa pada daerah yang sudah dibuka kolong kerjanya.d. Apabila lapisan kaksa pada daerah yang telah dibuka kolong kerjanya tergali semua, maka penggalian dapat dilanjutkan dengan mencari arah penyebaran Timah daripada lubang bor tersebut. Caranya Ladder diangkat sedikit dan kapal digerakan dengan sistem maju dan memutar. Apabila penyebaran daripada lubang bor tersebut sudah habis, maka penggalian selanjutnya dapat dilakukan dengan lubang bor yang lain dengan sistem yang sama.4.1.3 Hal - Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam PenggalianHal - hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian, sebagai berikut:a. Jenis lapisan dan cara penggaliannyaUntuk jenis lapisan tanah yang gampang terberai, KIP tidak akan menemukan kesulitan yang berarti dalam penggalian, sebab talud/dinding tanah yang berada di depan dinding Cutter akan sedikit demi sedikit runtuh dan dihisap oleh pompa tanah, tetapi jika menggali jenis lapisan tanah yang susah diberai seperti lapisan lempung liat, maka Cutter harus digerakkan secara perlahan dan KIP harus memperlebar lubang penggalian untuk menghindari terjadinya runtuhan dari talud/dinding tanah yang berpotensi menimbun Ladder.b. Kedalaman gali idealDengan panjang Ladder 58 m, maka kedalaman gali ideal KIP adalah 45 m dengan sudut penunjaman Ladder sebesar 45. Sudut putaran KIP, untuk penggalian lubang awal, KIP terus berputar searah atau berlawanan dengan arah jarum jam sampai kong (bed rock). Untuk memperlebar lubang, KIP berputar 90 searah jarum jam, kemudian dibalas berputar 90 berlawanan arah jarum jam mengikuti alur penyebaran timah. Dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Skema Penggalian Penambangan 900 (Data Penggalian Unit Laut Bangka, 2014)

c. Tebal lapisan ideal.Tebal lapisan tanah ideal untuk digali oleh KIP adalah sebesar 0 15 m. Pada kedalaman tersebut, kemungkinan terjadi longsoran yang mengakibatkan Ladder tertimbun masih sangat kecil. Apabila tebal lapisan tanah lebih tebal dari 15 m, kemungkinan Ladder tertimbun tanah runtuhan akan semakin besar, apalagi kalau jenis tanah yang digali adalah tanah keras yang tidak mudah runtuh, maka kondisi ini akan sangat berbahaya bagi Ladder.d. Ruang buang tailing.Ruang buang tailing bergantung pada kedalaman ladder. Semakin dalam ladder atau semakin besar sudut penunjaman ladder, maka jari - jari ruang buang tailing akan semakin kecil.4.2 Sistem PencucianProses pencucian merupakan bagian terpenting dan merupakan proses akhir dari kegiatan pertambangan, karena besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan tersebut. Posisi instalasi proses pencucian yang kurang baik, akan mengakibatkan kehilangan mineral timah dan mineral - mineral berharga lainnya yang terkandung di dalam tanah hasil penggalian. Pada proses pencucian di Kapal Isap produksi (KIP) bermula dari pompa hisap tanah mengeluarkan material lalu ke saringan putar. Dari saring putar, material langsung dialirkan ke Jig primer, setelah itu material masuk atau dialirkan ke Jig clean up dan terakhir dicuci kembali di shakan yang menggunakan tenaga manusia dimana proses pencucian tersebut akan menghasilkan timah dengan kadar Sn 72%. Tidak menutup kemungkinan juga biji timah sudah berkadar Sn 72% ketika keluar dari Jig Clean Up. Tiga bagian Alat Proses Pencucian adalah : 4.2.1 Alat Screeen (Saringan Putar) Proses pencucian kapal isap dimulai dari saringan putar dimana di saringan putar tersebut untuk memisahkan material oversize dengan undersize dengan jumlah putaran tergantung jenis materialnya akan tetapi rata - rata putarannya adalah 10 - 11 rpm yang digerakkan oleh Drag Roll Seperti pada Gambar 4.3. Setelah masuk ke saringan putar material yang yang jatuh langsung dipecah oleh air selajutnya material yang oversize langsung terbuang melalui tailing dan untuk yang undersize langsung turun melalui bak distribusi yang jumlahnya ada 4, 2 sebelah kiri dan 2 sebelah kanan dengan panjang 640 cm, lebar 50 cm dan kedalamnya 50 cm. Didalam bak distribusi tersebut dilapisin karet agar airnya mengalir dengan baik. Diatas Jig diletakkan kuku macan berguna untuk memecahkan aliran air yang turun melalui bak distribusi proses Selajutnya diteruskan ke Jig. (a)(b) (c) (d)Gambar 4.3 Alat - alat Saringan Putar, (a) Saringan putar, (b) Drag Roll, (c) Bak Distripusi, (d) Kuku Macan

4.2.2 UnderwaterUnderwater digunakan untuk menyuplai air ke seluruh Jig primer maupun Jig Clean Up agar proses kerja Jig dapat maksimal. Mesin underwater pada KIP 15 terdiri dari 2 mesin, Disebelah kanan dan di sebelah kiri mempunyai spesifikasi yang sama yg terlihat pada Gambar 4.4: Kapasitas : 1100 - 1500 m3/jam Putaran : 1400 - 1800 rpm Head : 15 m Daya : 110 - 150 HP Diameter pipa hisap : 12 inci Diameter pipa tekan : 12 inci

Gambar 4.4 Pompa Underwater dengan kapasitas 1100 - 1500 m3/jam4.2.3 Alat Proses/Konsentrasi (Jig)Jig adalah salah satu alat pemisahan berdasarkan gaya berat, dengan menggunakan medium air.Adapun cara kerja jig sebagai berikut : 1. Air tambahan (onderwater) dimasukkan kedalam tangki jig hingga mengalir diatas permukaan bed Jig.2. Motor listrik dihidupkan (ON)3. Motor listrik menggerakkan eksentrik 4. Eksentrik menggerakkan membran hingga terjadi tekanan (pulsion) dan isapan (suction). 5. Bahan umpan (feed) dimasukkan ke permukaan Jig dari spine kop, mengalir dari feed end ke tailing end6. Pada saat penggerak jig bergerak keatas, pada kompatemen A terjadi isapan kebawah (suction), sedangkan pada kompartemen B terjadi tekanan keatas (pulsion)Keberhasilan pemisahan dipengaruhi oleh :1. Penyebaran feed merata 2. Kebersihan saringan Jig (tidak buntu) 3. Bed Jig tidak mampat (sering digemburkan) 4. Air underwater cukup 5. Panjang dan Pukul yang sesuai4.2.3.1 Jig PrimerFungsi : Mengkonsentrasikan mineral berat sebanyak mungkin dengan membuang mineral ringan.Kecukupan air underwater : 1500 m3/jamKecepatan aliran : 0.7 - 1 rpmJig primer yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs yang terdiri dari 6 sel/unit dengan ukuran masing - masing jig 1,5 x 1,5 m2. Setiap unit jig primer terdiri dari 3 buah kompartemen, yaitu kompartemen A, B,dan C. Pada Kapal Isap Produksi (KIP) 15 terdapat 4 unit jig primer yang berfungsi untuk menangkap/ mengkonsentrasikan mineral berat sebanyak mungkin dengan membuang mineral ringan. Diameter lubang Rabber Screen = 6,05 mmJumlah lubang Rabber Screen Primer= 76 x 76Diameter batu hematite = 24 - 40 mmPerhitungan kebutuhan batu hematite sebagai bed Jig primer: PA Jig dengan opening area/cell = 1,50 m x 1,50 mLuas area/cell= 1,50 m x 1,50 = 2,25 m2Tinggi rooster= 200 mm = 0,2 mVolume= 2,25 m2 x 0,2 m = 0,45 m3BJ pure= 2,3 ton/m3Berat bed Jig= 0,45 m3 x 2,3 ton/m3 = 1,035 ton/cellJadi kebutuhan bed Jig untuk 1 unit Jig PA 2 x 3 cell(2 x 3 cell/unit) x 1,035 ton/cell = 6,21 ton/unit dibulatkan menjadi 6,2 ton/unit.4.2.3.2 Jig Clean UpFungsi : Meningkatkan kadar bijih timah konsentrat jig primer:Kecepatan aliran:120-160 m/detikKecukupan air onderwater : 1500 m3/jamJig Clean Up yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs yang terdiri dari 8 sel/unit dengan ukuran 0,9 x 0,9 m2. Setiap unit Jig Clean Up terdiri dari 4 buah kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C, dan D. Pada Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 15 terdapat 2 unit Jig Clean Up yang berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah konsentrat Jig primer.Diameter lubang Rabber Screen = 4,1 mmJumlah lubang Rabber Screen Clean Up = 51 x 51Diameter batu hematite = 8 - 10 mmPerhitungan kebutuhan batu hematite sebagai bedJig :PA Jig dengan opening area/cell= 0,91 m x 0,91 mLuas area/cell= 0,91 m x 0,91 m = 0,8281 m2Tinggi rooster= 200 mm = 0,2 mVolume= 0,8281 m2 x 0,2 m = 0,16562 m3BJ pure= 2,3 ton/m3Berat bedJig= 0,16562 m3 x 2,3 ton/m3 = 0,380926 ton/cellJadi kebutuhan bed Jig untuk 1 unit Jig PA 2 x 4 cell(2 x 4 cell/unit) x 0,380926 ton/cell = 3,047 ton/unit dibulatkan menjadi 4,05 ton/unit.Adapun faktor faktor yang Mempengaruhi Performance Pencucian:a. Personel Personel merupakan faktor utama sebagai penentu berhasil atau tidak suatu tugas. Personel yang mengendalikan peralatan, proses maupun mutu produk, kerapian dan kebersihan lingkungan kerja keselamatan dan kesehatan kerja.b. Sifat Fisik Hasil Galian1) Jenis Lapisan Tanah Umumnya jenis lapisan tanah yang paling berpengaruh terhadap performance pencucian, yaitu :a) Pasir Lepas Pasir lepas cukup dominan, terutama bekerja di daerah tailing (lapisan tanah yang telah digali sebelumnya) ataupun penggalian relatif dekat dengan pantai (Cupat, Tj. Kelayang, Kebiang, Penganak). Dalam hal ini, pasir lepas ini berpengaruh dalam proses pencucian :(1) Pasir cepat menumpuk pada beberapa permukaan Jig primer (mudah terjadi over blast).(2) Beban Jig berat (F = W = mg), akibatnya beban kerja alat penggerak menjadi berat pula.(3) Recovery Jig primer menjadi rendah (sering overblast).(4) Produksi tidak optimal.b) Lempung Putih (Tanah Kak)(1) Membentuk gumpalan (clay ball) di dalam saringan putar.(2) Mengikat butiran timah terbuang ke over size.(3) Lubang plat saringan putar cepat tersumbat.c) Mineralisasi (1) Kekayaan lapangan yang sedang digali harus secepatnya diantisipasi untuk pengaturan variabel Jig, terutama panjang pukulan dan kecepatan pukulan.(2) Distribusi mineral berat (baik berharga maupun pengotor) dan ukuran butiran perlu diantisipasi, karena pengaruh kadar dan recovery. Bila beberapa diantara mineral berat cukup dominan (pirit, marksit, ilmenit, tourmalin dan monazit > 3%), maka panjang pukulan Jig primer diatur 13 15 mm, untuk memperoleh recovery Jig primer sesuai sasaran.d) Peralatan Pencucian Kondisi alat sangat memperngaruhi proses dan mutu produknya artinya bila kondisi tidak baik, maka tidak akan menghasilkan mutu kerja yang baik, Oleh sebab itu perlu dipahami dan dihayati fungsi peralatan maupun perawatannya.Tabel 4.1 Kecepatan Aliran Air Pada JigJIGPanjang Jig(m)Waktu(s)Kecepatan(m/s)

Primer Kanan

14.504.580.98

4.504.501.00

24.504.391.03

4.504.351.03

Primer Kiri

14.504.451.01

4.504.391.03

24.504.321.04

4.504.251.06

Clean Up Kanan3.804.000.95

3.803.970.96

Clean Up kiri3.803.950.96

3.803.890.98

Tabel 4.2 Panjang Pukulan (cm)JigABCD

Primer Kanan

1272523

2292825

Primer Kiri

1322930

2342125

Clean Up Kanan9584

Clean Up Kiri101200

Tabel 4.3 Jumlah Pukulan (rpm)JigKompertemenJumlahPukulan (rpm)

Primer Kanan

1A/B80

C/D

2A/B88

C/D

Primer Kiri

1A/B60

C/D

2A/B70

C/D

Clean Up KananA/B110

C/D122

Clean Up KiriA/B126

C/D0

Berdasarkan Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 yang didapatkan di lapangan banyak sekali perubahan - perubahan yang terjadi dibadingkan SOP (Sistem Operasional Produk) ini akan mempengaruhi hasil yang di dapatkan karena jika panjang Jig A < B dan juga jumlah pukulan Jig A > B maka mineral yang berharga akan terus mengalir dan terbuang ke tailing. Masalah tersebut di karena oleh :1. Alat - alat tersebut semakin lama semakin berkurang daya kerjanya dan juga dikarenakan faktor - faktor internal lainnya seperti perawatan alat dan pengecekan alat yang kurang efektif dilakukan.2. Kadang setting variabel Jig bisa saja keluar dari standart, karena kondisi di lapangan seperti ukuran butir dominan, mineral ikutan, lumpur. Namun jangan sampai keluar dari prinsif dasar karena akan mempengaruhi kadar timah yang didapatkan.4.2.4 ShakanTempat pemisahan terakhir dari proses pencucian dimana proses ini dilakukan oleh tenaga manusia agar mendapatkan sn 70 % dengan menggunakan takaran penuh kaleng susu yang harus melebihi beratnya 1.3 kg sebelum di masukkan kedalan kantong timah yang dapat dilihat pada Gambar 4.5.Tahapan - tahapan Pencucian di shakan :

Tahap 1 Tahap 2

Tahap 3Gambar 4.5 Proses pencucian di shakan4.3 Produksi dan Jam Jalan4.3.1 ProduksiProduksi merupakan tahap akhir dari rangkaian aktivitas penambangan. Produksi dapat menjadi salah satu parameter penting dengan menganalisis kinerja KIP, naik ataupun turunnya produksi yang diperoleh akan menjadi sumber dari segala evaluasi yang dialami oleh KIP. Dengan demikian, pengamatan yang ditekankan pada hasil penambangan yakni produksi memiliki beberapa faktor perbedaan yang secara signifikan mempunyai kendala baik berupa faktor sumberdaya manusia hingga pada kemampuan alat dan ataupun keadaan bahan galian sesuai dengan pengamatan yang didapatkan dilapangan. Produksi timah yang didapat dari tanggal 10 juli 18 Juli 2014 adalah 104 kampil. Dapat dilihat pada Table 4.4.Tabel 4.4 Produksi Bijih Timah Yang Dihasilkan Kapal Isap Produksi 15 Tanggal 10 - 18 Juli 2014TanggalJumlah Produksi (Kampil)

10 Juli 20141

11 Juli 20143

12 Juli 20140

13 Juli 20140

14 Juli 20143

15 Juli 201432

16 Juli 201431

17 Juli 201413

18 Juli 201421

Jumlah104

Catatan: 1 kampil = 45 kgPada Tabel diatas dapat kita lihat bahwa produksi KIP 15 tidak menentu jumlah produksinya tergantung pada jumlah jam jalan dan juga kekayaan lubang bor yang dapat dilihat pada Lampiran C. Produksi yang paling tinggi pada tanggal 15 Juli dengan jumlah 32 kampil selanjutnya diikuti pada tanggal 16 Juli dengan jumlah 31 kampil dan seterusnya tanggal 18, 17, 11, 14 da 10 Juli. Pada tanggal 10 Juli Cutter belum sampai di kaksa. Sedangkan tanggal 12 dan 13 Juli Produksi KIP kosong, ini di akibatkan oleh kapal yang tidak beroperasi dikarenakan sedang terjadi kerusakan pada Cutter. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Grafik Jumlah Produksi4.3.2 Jam JalanJam jalan adalah jam kerja produktif yang dapat dicapai dari jam kerja yang tersedia dalam suatu periode kerja. Kapal Isap melakukan operasi penggalian dalam satu hari kerja selama 24 jam dengan membagi jam kerja menjadi 3 aplos dalam 1 hari kerja dengan masing - masing jam kerja yang tersedia tiap aplos adalah 8 jam. Namun, jam kerja yang tersedia tidak sepenuhnya bisa tercapai, karena adanya hambatan - hambatan tertentu sehingga operasi penggalian terhenti / stop.Jam stop terdiri dari:a. Jam stop terencana, yaitu jam stop untuk melakukan perawatan peralatan, yang mencakup :1. Jam stop untuk melakukan reparasi mingguan2. Jam stop untuk melakukan reparasi tahunan3. Jam stop untuk pemindahan lokasi kerja Kapal Isap4. Jam stop untuk melakukan ukur kolong kerja.b. Jam stop tidak terencana1. Jam stop karena kerusakan alat2. Jam stop karena faktor alam : cuaca buruk, angin kencang. Perhitungan jam kerja produktif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Rumus:

Tabel 4.1. Jam Jalan Kapal Isap Produksi 15 Tanggal 10 - 18 Juli 2014TanggalJam jalan (Jam)Jam Berhenti (Jam)

10 Juli 20141014

11 Juli 2014816

12 Juli 2014024

13 Juli 2014024

14 Juli 2014168

15 Juli 2014231

16 Juli 2014222

17 Juli 201413,510,5

18 Juli 2014231

Jumlah111,5100,5

Dari Gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa Grafik tertinggi pada tanggal 15 Juli dengan jumlah jam jalan 23 jam dengan hasil produksi timah 32 kampil dapat dilihat pada Gambar 4.6. Pada tanggal 18 Juli 23 jam berjalan 1 jam berhenti karena angin kencang, 16 Juli 22 jam kerja dengan 2 jam berhenti akibat pipa hisapnya bocor, 14 Juli 16 jam kerja, yang baru beroperasi pada Pukul 14.00 dikarenakan mulai 11 13 Juli terjadi kerusakan pada Cutter.

Gambar 4.7 Grafik Jam JalanPerhitungan jam kerja produktif Kapal Isap Produksi 15 pada tanggal 10 18 Juli 2014.Diketahui: Jam kerja yang tersedia selama 9 hari (10 - 18 Juli 2014)= 24 jam x 9 hari = 216 jam= Jam Kerja Tersedia Jam Stop= 216 jam - 100,5 jam = 115,5 Jam.