BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI...

13
BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT ROMKISAR A. Mendeskripsikan Upacara Perkawinan Adat Ritual Tiris Sopi Ritual tiris sopi merupakan salah satu bentuk adat perkawinan di desa Romkisar. Yang menjadi penekanan utama yaitu pada ritus atau tindakan yang terkandung dalam ritual tersebut. Artinya nilai sopan santun atau menghargai, menghormati yang muncul dari ritual tiris sopi tersebut sangat dipriotaskan. Begitu pula melalui tiris sopi dapat menjadi sebuah media untuk membentuk kehidupan yang harmonis antara orang basudara yang mungkin saja sementara ada dalam sebuah pertengkaran dan lebih khusus bagi pasangan yang baru saja menikah. Nilai atau makna yang terkandung dalam adat tiris sopi tidak terletak pada sopi yang ditiris dan kemudian diminum, melainkan untuk memperkuat tatanan kehidupan orang basudara agar tetap terpelihara. Nilai sopan santun, saling menghormati dan menghargai yang lahir dari adat tiris sopi ini, bagi penulis merupakan suatu kontribusi positif yang patut untuk diterapkan dalam membangun sebuah bingkai kebersamaan ketika ada dalam sebuah persekutuan keluarga, dan masyarakat, konflik, perselisihan, perbedaan pemahaman bukan hanya mewarnai hubungan persekutuan keluarga saja, tetapi juga persekutuan bermasyarakat apalagi dalam kehidupan bermasyarakat, masalah perbedaan lebih kompleks lagi. Perbedaan yang harmonis, persaudaraan yang mampu melihat dan menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan penting sekali untuk menjadi bagian hidup bermasyarakat yang hidup dalam sebuah kebudayaan. Sebab bagaimana mungkin masyarakat sebagai sebuah persekutuan yang bertumbuh dan berkembang,

Transcript of BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI...

Page 1: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

BAB IV

MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI KEHIDUPAN

MASYARAKAT ROMKISAR

A. Mendeskripsikan Upacara Perkawinan Adat Ritual Tiris Sopi

Ritual tiris sopi merupakan salah satu bentuk adat perkawinan di desa

Romkisar. Yang menjadi penekanan utama yaitu pada ritus atau tindakan yang

terkandung dalam ritual tersebut. Artinya nilai sopan santun atau menghargai,

menghormati yang muncul dari ritual tiris sopi tersebut sangat dipriotaskan. Begitu

pula melalui tiris sopi dapat menjadi sebuah media untuk membentuk kehidupan

yang harmonis antara orang basudara yang mungkin saja sementara ada dalam

sebuah pertengkaran dan lebih khusus bagi pasangan yang baru saja menikah. Nilai

atau makna yang terkandung dalam adat tiris sopi tidak terletak pada sopi yang ditiris

dan kemudian diminum, melainkan untuk memperkuat tatanan kehidupan orang

basudara agar tetap terpelihara.

Nilai sopan santun, saling menghormati dan menghargai yang lahir dari adat

tiris sopi ini, bagi penulis merupakan suatu kontribusi positif yang patut untuk

diterapkan dalam membangun sebuah bingkai kebersamaan ketika ada dalam sebuah

persekutuan keluarga, dan masyarakat, konflik, perselisihan, perbedaan pemahaman

bukan hanya mewarnai hubungan persekutuan keluarga saja, tetapi juga persekutuan

bermasyarakat apalagi dalam kehidupan bermasyarakat, masalah perbedaan lebih

kompleks lagi. Perbedaan yang harmonis, persaudaraan yang mampu melihat dan

menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan penting sekali untuk menjadi bagian

hidup bermasyarakat yang hidup dalam sebuah kebudayaan. Sebab bagaimana

mungkin masyarakat sebagai sebuah persekutuan yang bertumbuh dan berkembang,

Page 2: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

79

apabila tidak dilandasi dengan nilai-nilai yang timbul dari makna ritual tiris sopi,

sehingga dapat membentuk rasa kekeluargaan yang saling memberi dan menerima.

Dengan demikian makna tiris sopi sebagai alat atau sarana yang dapat memberikan

kontribusi positif harus betul lahir dalam kehidupan suami istri yang baru menikah.

Apalagi dalam kehidupan masyarakat yang heterogen, tentu tidak dapat dipungkiri

ada berbagai perbedaan antara satu dengan yang lain. Sehinggan sangat diharapkan

ada sebuah keyakinan terhadap nilai-nilai yang muncul untuk memperkaya rasa

kebersamaan dalam menjalani sebuah kehidupan soaial.

Pada Bab II telah penulis paparkan teori perkawinan dan teori ritus yang akan

mendasari analisis pada bab ini. Menurut Malinowski1 bahwa, kekuatan yang

terkandung dalam ritus dapat membuat orang patuh dari generasi ke generasi

terhadap apa yang diyakini, yang mengandung nilai-nilai sakral, yang di mana

Malinowski menyebutnya sebagai supranatural. Sehingga melalui pemahaman

tersebut, maka berdasarkan hasil temuan dilapangan penulis menemukan masyarakat

Romkisar memaknai ritual tiris sopi sebagai berikut:

1. Tiris sopi adalah serangkaian ritual adat yang dilakukan sebagai bentuk

penghargaan terhadap leluhur. Tete nene moyang atau leluhur sebagai yang di

“hormati” karena berjasa dalam menata negeri atau desa dengan berbagai norma, dan

nilai yang dikemas dalam adat sebagai peraturan yang harus ditaati. Hal ini terlihat

dengan dilakukannya ritual tiris sopi dalam perkawinan adat di Romkisar. Bagi

masyarakat Romkisar penghargaan kepada leluhur atau tete nene moyang memiliki

suatu prasyarat yang begitu penting, yaitu adanya suatu keyakinan bahwa

1J. Van Baal, Sejarah Dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya; Jilid 1, (Jakarta: Gramedia,

1987), 105.

Page 3: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

80

sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam bentuk yang lain dan

dia mempunyai hubungan sosial dengan orang-orang yang hidup, serta memiliki

sifat-sifat ilahi dan senantiasa memperhatikan dan memelihara keturunannya. Karena

itu penghargaan terhadap leluhur atau tete nene moyang yang telah meninggal masih

mempunyai wewenang terhadap keturunannya, baik itu dalam bentuk memberi

berkat maupun dalam bentuk hukuman (kutukan). Jadi leluhur atau orang-orang yang

telah meninggal dikuatkan lagi melalui kematiannya menjadi roh yang bisa

menolong tetapi juga bisa mencelakakan orang yang masih hidup.

2. Tiris sopi sebagai salah satu cara masyarakat Romkisar dapat mengahayati

kehidupan kolektif atau kehidupan bergotong royong serta membangun kekerabatan

dengan keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dimana pada saat ada anggota

keluarga atau masyarakat yang mau menikah, maka keluarga, kerabat dan

masyarakat datang untuk membantu, memberikan sumbangan, seperti; babi, sopi,

beras, dan lain-lain, serta turut hadir dalam upacara perkawinan adat saat itu. Di

mana dalam upacara perkawinan ini seluruh keluarga dan kenalan diberitahu yang

berada di desa-desa tetangga bahkan sampai ke pulau seberang. Sehingga

keterlibatan seluruh keluarga bertujuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ter Haar2 bahwa, upacara

perkawinan itu adalah urusan kerabat, urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan

martabat dan urusan pribadi, satu sama lain dalam hubungannya yang berbeda-beda.

Dengan melakukan upacara adat perkawinan berarti semakin mempererat hubungan

kekerabatan anatar seluruh keluarga. Hubungan kekerabatan ini ditunjukan dalam

bentuk keikutsertaan seluruh keluarga dalam upacara adat perkawinan dan

2 Ter Haar Ben, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat: Terjemahan Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pradnja Paramita, 1985), 158.

Page 4: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

81

penyelesaian perselisihan dalam keluarga. Sehingga melalui upacara perkawinan

yang dilakukan dapat mendorong masyarakat Romkisar melalukan dan menaati

tatanan sosial dalam kehidupan setiap hari. Begitu pula, menurut Van Gennep yang

dikutip oleh Johannes Supriyono3 bahwa, ritus yang diadakan secara kolektif

berfungsi agar masyarakat disegarkan dan dikembalikan akan pengetahuan dan

makna-makna kolektif, terkhusus makna realitas dalam masyarakat (makna sosial).

Ritus memberikan motivasi dan nilai pada tingkat yang paling dalam. Oleh sebab itu,

upacara mempunyai peran dalam masyarakat, antara lain: menghilangkan konflik,

mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat, menyatukan prinsip

yang berdeda-beda dan memberi motivasi serta kekuatan baru untuk hidup dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam masyarakat Romkisar ketika ada

perselisihan dalam keluarga maka semua keluarga diharuskan untuk

menyelesaikannya secara bersama melalui upacara tiris sopi sehingga melalui tiris

sopi ini keluarga yang masih berselisih akan kembali bersama mambangun hubungan

kekeluargaan dengan saling memaafkan satu dengan yang lain.

Kehadiran seluruh keluarga dan masyarakat dalam upacara perkawinan adat,

itu berarti ada solidaritas yang dibangun bersama yaitu tolong menolong dalam

kekerabatan yang tercipta ditengah-tengah keluarga, maupun masyarakat. Dimana

semua lapisan masyarakat sama-sama terlibat dalam upacara perkawinan adat, baik

itu pihak gereja, pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan semua lapisan masyarakat

dalam perkawinan adat ini dapat memperlihatkan adanya hubungan kebersamaan

yang dibangun secara bersama antara keluarga yang berbahagia dengan semua

3 Johannes Supriyono, “Paradigma Kultural Masyarakat Durkheimian,” in Teori-Teori

Kebudayaan, ed. Mudji Sutrisno and Hendar Putranto (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 96-97.

Page 5: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

82

masyarakat, yang pada dasarnya adalah bahwa semua akan saling mengasihi,

menghormati, tolong menolong dalam susah maupun senang atau suka maupun duka.

3. Tiris sopi sebagai bentuk ungkapan terima kasih. Dari pelaksanaan upacara

perkawinan adat, tiris sopi mengungkapkan bahwa setiap orang harus mempunyai

rasa terima kasih terhadap keluarga, kerabat yang telah menolong. Terima kasih

dalam pemahaman masyarakat Romkisar adalah suatu cara yang dilakukan untuk

membalas budi terhadap kebaikan, kerelaan dari masyarkat yang membantu keluarga

yang melangsungkan adat perkawinan mereka. Ucapan terima kasih tidak hanya

disampaikan dalam bentuk kata-kata, tetapi juga disertai dengan makan bersama

dalam keluarga dan membagi sisa material yang digunakan saat perkawinan tersebut.

Sehingga melalui tiris sopi ini kepercayaan yang dibangun berupa ritus atau tindakan

merupakan simbol yang mempersatukan keluarga, kelompok serta berfungsi untuk

meningkatkan kesatuan di dalam masyarakat yang memiliki adat dan budaya.

Oleh karena itu dalam pandangan penulis, bagi masyrakat Romkisar ritual tiris

sopi mesti dilihat sebagai warisan dari leluhur yang perlu dijaga dan dilestarikan,

sebab bagi mereka ritual tiris sopi ini bukan ada pada zaman mereka disaat ini, tetapi

sudah ada sejak zaman dahulu oleh sebab itu ritual atau upacara perkawinan adat ini

harus tetap dilestarikan oleh generasi. Sehingga tujuan umum dari pelaksanaan ritual

adat tiris sopi adalah untuk membentuk individu, kelompok maupun masyrakat yang

berbudi luhur. Secara khusus adat tiris sopi dilakukan sebagai wujud penghargaan

terhadap leluhur. Menurut Koentjaraningrat4 bahwa rasa cinta, hormat dan bukti

adalah pendorong bagi manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan

ancaman dengan dunia gaib. Upacara tiris sopi ini dimaksudkan untuk mencapai

4 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2003), 76.

Page 6: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

83

kehidupan yang tentram dan sejahtera, diberi kemudahan dalam memenuhi

kebutuhan hidup baik dalam rumah tangga, keluarga, kelompok maupun diantara

masyarakat. Selain itu tiris sopi juga dimak sudkan untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan, dijauhkan dari malapetaka yang dikhawatirkan akan menimpa

keluarga, masyarakat apabila tidak dilaksanakan.

Selain kegunaan sopi yang disakralkan guna kelangsungan ritual adat di

Romkisar, maka sopi yang adalah minuman beralkohol ini, juga telah ada sejak dulu

kalah dan merupakan warisan leluhur. Adapun tujuan diciptakannya sopi ini adalah

untuk membantu kebutuhan manusia, dan inilah yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat Maluku Barat Daya (Romkisar) ketika menciptakan sopi mengingat

terisolasinya pulau Maluku Barat Daya zaman dahulu, maka sopi bukan hanya

sekedar dipakai sebagai alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tetapi juga dipakai

sebagai alat untuk merekonsiliasi sebuah permasalahan. Dengan kandungan yang

dalam alkohol sendiri, bisa memberi dampak positif dan negatif bagi manusia

sebagai pengkonsumsi. Sebagai masyarakat yang sudah tersentuh dengan kemajuan

zaman, mayarakat Romkisar sendiri memahami dampak yang diakibatkan oleh sopi

tersebut.

Walaupun demikian sopi tetap menjadi sesuatu yang sangat penting dalam

kehidupan mereka. Hal ini terbukti dengan sebotol sopi bisa menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan mereka. Dengan demikian bagi mereka, makna sopi

dipakai sebagai media rekonsiliasi dalam kehidupan mereka, sopi sendiri bukan

sekedar sebuah minuman, tetapi sopi adalah alat yang disakralkan dalam kehidupan

mereka. Hal ini sudah merupakan sebuah tradisi yang telah dipelihara sejak dari

leluhur mereka sampai saat ini.

Page 7: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

84

Ketika orang melihat sopi itu dari sisi negatifnya, maka masyarakat Romkisar

justru sebaliknya melihat sopi dari sisi positifnya. Bagi mereka minuman berkadar

alkohol ini bukan semata-mata minuman yang memiliki dampak negatif dan positif

bagi tubuh manusia. Namun lebih dari itu, sopi merupakan sesuatu yang sangat

sakral dalam kehidupan mereka karena minuman tersebut memiliki banyak fungsi,

dan hal tersebut sudah menjadi tradisi mereka secara turun temurun.

Pada akhirnya minuman beralkohol ini mempunyai arti yang berbeda bagi

banyak orang tergantung dari sudut pandang mereka menilainya. Hal ini bisa terlihat

dalam kehidupan masyarakat Romkisar yang membuktikan bahwa tidak selamanya

minuman beralkohol (sopi) memiliki kesan yang buruk sehingga fungsi dari

minuman dan simbol-simbol dari budaya sangat ditentukan oleh pemakaiannya

dalam tradisi budaya tertentu.

Sopi telah berada dalam illegal pemerintah atau negara, namun minuman sopi

ini telah berakar dalam kehidupan masyarakat Romkisar. Sopi hadir dalam banyak

upacara atau pesta-pesta adat. Dalam keseharian pun sopi selalu hadir misalnya,

ketika ada yang datang bertamu di rumah, dan tidak ada gula untuk disuguhkan maka

sopilah yang akan disuguhkan oleh tuan rumah sebagai tanda solidaritas dan itu juga

telah merupakan tradisi masyarakat Romkisar.

Sehingga hal-hal tersebut yang mungkin membuat pemerintah dilema unuk

menertibkan sopi tersebut. Ada rencana pemerintah daerah untuk melegalkan,

tujuannya untuk mengontrol produksinya. Sebab sopi yang beredar saat ini di

masyarakat mempunyai kandungan alkohol di atas 30% sehingga sopi masuk ke

dalam minuman keras. Pada akhirnya, ada yang minum berlebihan sehingga mabuk

Page 8: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

85

dan tidur di jalanan, tiris-tiris rumah, dan terjadi pula keributan atau kekacauan antar

kelompok bahkan antar keluarga.

Walaupun terus disita aparat kepolisian, tetap saja sopi masih dikonsumsi dan

digemari masyarakat. Karena banyaknya permintaan maka produksinya tak pernah

berhenti. Di desa Romkisar yang merupakan salah satu agen sopi yang masih

memproduksikan sopi secara masal, bahkan di pualu-pulau, banyak titik-titik lokasi

di tengah hutan yang masih memproduksi sopi secara tradisional. Kualitas sopi itu

berbeda-beda, tergantung dari cara pengolahan atau pemasakannya, sekali

penyulingan menghasilkan dua jerigen atau 10 liter/hari yang dijual seharga kurang

lebih Rp.200.00. per jerigen.

Maka tidak heran jika banyak pembuat sopi bisa menyekolahkan anak atau

keluarganya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Boleh dikatakan melalui sopi lahir

para sarjana, magister, doctor, bahkan professor karena orang tua mereka

menyekolahkan anak-anak mereka dengan hasil berjualan sopi. Banyak di tengah-

tengah hutan sopi masih terus diproduksi, sopi memang dipandang illegal oleh

pemerintah, tetapi keberadaannya tetap dibutuhkan untuk memutar roda ekonomi

masyarakat Romkisar dan juga karena sopi telah berakar dalam kehidupan

masyarakat setempat.

B. Berteologi Dalam Konteks Budaya

Dalam penulisan ini, penulis mengangakat beberapa nilai dasar dari tiris sopi

untuk disistimatisasikan dalam pikiran-pikiran teologi kontekstual. Antara lain: tiris

sopi sebagai media dalam pembentukan karakter masyarakat Romkisar terlebih

khususnya muda-mudi dalam perkawianan adat. Oleh sebab itu, mengapa harus

menggunakan teologi kontekstual, atau alasan-alasan mendasar dalam membangun

Page 9: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

86

dan mengembangkan teologi kontekstual di Maluku Barat Daya, khususnya di desa

Romkisar yang didukung oleh gereja dalam hal ini majelis jemaat Romkisar.

Teologi dan berteologi adalah dua hal yang harus dipetakan secara jelas, karena

dapat berhubungan dengan kreatifitas seseorang atau kelompok. Teologi pada

hakekatnya kontekstual, sebab teologi biasanya dibangun dan dikembangkan terkait

dengan konteks khusus. Stephen B. Bevans mendefinisikan teologi kontekstual

sebagai suatu cara berteologi (the way of doing theology) yang mengangkat semangat

dan pesan Injil; serta tradisi masyarakat Kristen dan budaya suatu masyarakat yang

dari dalamnya seseorang berteologi. Bevans selanjutnya menjelaskan bahwa

berteologi kontekstual bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah perintah teologis

(theological imperative).5

Gereja dalam hal ini majelis jemaat perlu menyadarkan dan memperlengkapi

umat sebagai subjek bertelogi dengan perangkat pengetahuan praktis yang

membentuk atau memberi kepekaan terhadap nilai-nilai moral, menghormati

lembaga keluarga dan melindungi kemanusiaan. Gereja dapat melakukan

pemahaman Alkitab bersama umat tentang pentingnya budaya sebagai suatu

keutuhan hidup dalam lingkup gereja dan masyarakat. Gereja perlu merefleksikan

sanksi adat berdasarkan terang Injil sehingga masyarakat Romkisar tidak kehilangan

identitas sebagai masyarakat adat yang melestarikan warisan leluhur dan juga tidak

kehilangan identitas sebagai masyarakat beriman. Keduanya menjadi satu paket yang

komplit bagi kehidupan bersama yang harmonis, gereja mesti mengembangkan adat

yang benar dan dengan sadar berani mempertahankan nilai-nilai dalam tradisi,

budaya tiris sopi di Romkisar.

5 Stephen B. Bevans, Models of Contextual Theology, (New York: Orbis Books, 1996), 1.

Page 10: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

87

Berteologi dalam budaya tiris sopi adalah upaya menerjemahkan realitas sosial

masyarakat Romkisar dan memberi respons terhadap penyataan Allah di dalam

seluruh pengalaman dan aktifitas hidup masyarakat Romkisar. Penyataan Allah yang

dimaksud disini ada di dalam budaya dan pengalaman sosial komunitas masyarakat

Romkisar. Penyataan Allah itu ada di dalam seluruh tindakan masyarakat dan

membimbing tindakan itu untuk mencapai tujuan ideal. Dalam hal ini, Allah

menggunakan tiris sopi sebagai media untuk menyatakan kehadiranNya.6 Berteologi

dalam konteks budaya tiris sopi, berarti menjawab penyataan Allah, yaitu sejauh

Allah menyatakan diriNya, kepada masyarakat Romkisar melalui aktivitas sesehari

mereka khususnya melalui praktek tiris sopi, karena aktivitas Allah tidak terikat

dengan ruang dan waktu7.

Terkait dengan apa yang dijelaskan diatas, maka teologi yang digunakan untuk

menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat Romkisar terkait dengan tiris sopi

harus kontekstual (sesuai konteks). Tiris sopi di Romkisar mengharuskan kita

memahami secara komprehensip realita kebudayaan itu sendiri. Tiris sopi adalah

basis teologi kontekstual di Romkisar. Membangun teologi kontekstual dengan

konsep tiris sopi berarti kita melakukan sebuah kegiatan eksistensial, sebab

berteologi adalah kegiatan yang melibatkan manusia dengan seluruh eksistensinya

dalam konteks hidup setiap hari. Aktifitas masyarakat Romkisar melaluit iris sopi

adalah cara mereka berteologi. Melalui tiris sopi karakter mereka dibentuk untuk

hidup saling menghargai dan mengasihi sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan

Yesus.

6 Judo Poerwowidagdo, Mengkomunikasi Injil Melalui Lambang-Lambang dan Citra-Citra

Indonesia Dahulu dan Sekarang: Dalam Berteologi Lewat Lambang-Lambang dan Citra-Citra Rakyat (Jakarta: Buletin Persetia 1992), 123.

7Poerwowidagdo, Mengkomunikasi Injil Melalui Lambang-Lambang,124.

Page 11: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

88

Tiris sopi adalah media pembentukan karakter masyarakat Romkisar yang

tercermin dalam nasihat-nasihat yang disampaikan oleh tua-tua adat kepada muda-

mudi pada umumnya dan pasangan suami istri pada khususnya. Coan. S. Song

mengatakan bahwa Allah hadir di dalam seluruh eksistensi hidup manusia. Allah

bekerja bersama-sama dengan manusia termasuk di dalam aktivitas tiris sopi8. Tanpa

tiris sopi kemanusian masyarakat Romkisar tidak berarti. Melalui tiris sopi harus

didasarkan pada pengakuan bahwa tanpa Allah, maka tidak ada tiris sopi, karena adat

istiadat termasuk tiris sopi adalah pemberian Allah. Bagi Bevans, untuk memahami

suatu budaya harus didasarkan pada pemahaman bahwa, segala sesuatu yang

dikerjakan manusia berada di dalam otoritas Allah. Tanpa Allah, manusia tidak dapat

melakukan aktivitas.9

Masyarakat Romkisar memiliki kekhasan budaya yang tercermin dalam

bahasa, yang diucapkan dalam tiris sopi dan ini merupakan budaya yang harus dijaga

dan dilestarikan. Dari sini pula kita dapat melihat betapa masyarakat Romkisar

memiliki dinamika pergumulan dengan budaya lokal, juga dengan masala-masalah

kemanusian, dan alam yang ada di sekitarnya. Kenyataan ini mesti disikapi secara

teologis. Disinilah pentingnya gereja dalam hal ini majelis jemaat untuk menghadapi

dan menjawab problematika riel masa kini. Sehingga budaya ritual tiris sopi ini perlu

didukung oleh majelis jemaat Romkisar.

Tiris sopi menggambarkan konsep kebudayaan masyarakat Romkisar secara

utuh. Berbagai ekspresi yang mencuat dalam komunikasi kultural masyarakat

Romkisar tidak dapat dipisahkan dari nilai dasar (basic value)tiris sopi itu sendiri.

8 Coan.S Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, Teologi Cerita Dari Perspektif Asia, (Jakarta:

Gunung Mulia, 2001), 50. 9Bevans, Models Of Contextual Theology, 12.

Page 12: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

89

Ungkapan-ungkapan seperti: Mliola la a mli la a kukum limu mtoom permu mhoru

plola mtau mneneha loi kalwiedon talla paitiota. Artinya: Dalam perjalanan hidup

haruslah engkau sopan santun, hidup sesuai aturan jalan yang benar.10

Nasihat seperti

ini sangat menyentuh rasa kultural dan mengintegrasikan ke dalam konsekuensi

tanggung jawab kultural ditengah masyarakat Romkisar yang berbudaya. Nilai dasar

tiris sopi itu sendiri merupakan produk refleksi sosio-historis terhadap seluruh

realitas sosial dan pengalaman masyarakat Romkisar.

Hal yang sama juga dapat dilihat dalam komunitas masyarakat Yahudi,

menurut kesaksian Alkitab. Suku-suku Yahudi yang kemudian menamakan dirinya

sebagai Israel, terikat dalam latar belakang budaya yang sama. Bahwa mereka adalah

orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan dari sisi geneologis dan biologis.

(band. Cerita tentang Abraham, Ishak dan Yakub).11

Dengan demikian dalam

merekonstruksi realitas kesukuan Isreal adat-istiadat juga menjadi spirit untuk

membangun kebersamaan di dalam masyarakat Israel.

Tiris sopi sebagai media pembentukan karakter masyarakat Romkisar bila

diteliti secara baik, menjadi fondasi-fondasi pemahaman dan etika beragama di

Romkisar. Hal ini menunjukan kesadaran berpikir dan bertindak dari masyarakat

Romkisar. Kata-kata nasihat yang disampaikan orang tua kepada anak melalui tiris

sopi memiliki relevansi dengan kata-kata nasihat yang terdapat di dalam Amsal 1: 8

“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran

ibumu” secara implisit, ungkapan nasihat ini berisi ajaran moral kepada anak-anak

agar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu menghormati orang tua sebagai

mandataris Allah.

10

Hasil Wawancara dengan Bpk. Y.K, (Saniri Barat), 16 April 2016. 11

Wismoadi Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), 170.

Page 13: BAB IV MAKNA PELAKSANAAN RITUAL TIRIS SOPI BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13335/4/T2_752015010_BAB IV... · sesungguhnya orang yang telah meninggal masih hidup dalam

90

Bagi penulis tiris sopi juga bisa menjadi format baru bagi teologi agama-agama

dalam konteks Romkisar. Sebab berbicara tentang tiris sopi berarti berbicara tentang

sebuah proses kehidupan, peradaban dan kemanusian. Sebab ketika kita memberikan

penghargaan kepada kehidupan dan kemanusiaan berarti kita memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebuah proses pertumbuhan peradaban yang

harmonis.

Berteologi tentang tiris sopi merupakan bentuk kontekstualisasi teologi dengan

matriks kehidupan masyarakat Romkisar secara sosial, kultural dan religius.

Berteologi tentang tiris sopi berarti menjadikan tiris sopi sebagai komunitas basis

(basic communities), yang mengandung nilai-nilai kultural religius dan sosial etis.

Berteologi tentang tiris sopi berarti berteologi tentang manusia dalam relasi-relasi

persaudaraan yang setara sebagai subjek dalam realitas kebudayaan dan

kemasyarakatan. Karenanya teologi harus dimulai dengan cerita-cerita kehidupan

yang tertutur dalam masyarakat sebagai subjek sejarah manusia. Dengan demikian

konsep tiris sopiakan menjadi agen “transformasi” nilai etik moral masyarakat di

Romkisar.