BAB IV Karbonat-gisela

36
IV- 10 Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012 BAB IV BATUAN KARBONAT 4.1 DASAR TEORI 4.1.1 Pengertian Batuan Karbonat Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari mineral-mineral karbonat atau batuan yang fraksi karbonat lebih besar dari fraksi non karbonat. Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi karbonat tersusun oleh unsur CO 3 seperti aragonite, kalsit, dolomite, magnesit, ankerit dan siderite, sedangkan fraksi non karbonat antara lain mineal kuarsa, feldspar, lempung, gipsum, anhidrit, glaukonit. Batuan karbonat menyusun ± 10%-20% dari seluruh batuan sedimen yang ada di permukaan bumi. Meskipun batuan karbonat secara volumetrik lebih kecil jika dibandingkan dengan batuan sedimen siliklastik, tetapi tekstur, struktur dan fosil yang terkandung didalam batuan karbonat dapat memberikan informasi

description

laporan petrologi

Transcript of BAB IV Karbonat-gisela

Page 1: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

BAB IV

BATUAN KARBONAT

4.1 DASAR TEORI

4.1.1 Pengertian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari mineral-mineral

karbonat atau batuan yang fraksi karbonat lebih besar dari fraksi non karbonat.

Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi

karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi

karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi

disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi karbonat tersusun oleh unsur CO3

seperti aragonite, kalsit, dolomite, magnesit, ankerit dan siderite, sedangkan

fraksi non karbonat antara lain mineal kuarsa, feldspar, lempung, gipsum,

anhidrit, glaukonit.

Batuan karbonat menyusun ± 10%-20% dari seluruh batuan sedimen

yang ada di permukaan bumi. Meskipun batuan karbonat secara volumetrik

lebih kecil jika dibandingkan dengan batuan sedimen siliklastik, tetapi tekstur,

struktur dan fosil yang terkandung didalam batuan karbonat dapat memberikan

informasi yang cukup penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi

paleoekologi, dan evolusi bentuk-bentuk kehidupan terutama organisme-

organisme laut.

Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri karena beberapa alasan

yaitu terbentuk pada cekugan dimana dia diendapkan (intrabasinal) tergantung

pada aktivitas organisme, mudah berubah oleh proses diagenesis akhir, hampir

± 50% tersusun oleh endapan-endapan laut, mewakili seluruh zaman biologi

mulai dari Proterozoik sampai Kenozoik, proses pembentukannya tidak sama

dengan proses pembentukan sedimen siliklastik, tekstur dan komposisi

mineral karbonattidak menunjukan provanense batuan asal, dan batuan

karbonat berasal dari subtidal carbonate factory (middle-outer shelf).

Page 2: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

4.1.2 Komposisi Mineralogi Batuan Karbonat

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh

aragonite, disamping itu juga kalsit dan dolomite. Aragonite tersebut

kebanyakan berasal dari proses biogenik (ganggang hijau atau calcareous

green algae) atau hasil presipitasi langsung dari air laut secara kimiawi.

Aragonit ini bersifat tidak stabil, aslinya segera setelah terbentuk akan berubah

menjadi kalsit. Oleh karena adanya proses substitusi Cu dan Mg, maka

endapan kalsit pada endapan masa kini ada dua macam, yaitu :

1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3 < 4% dan terbentuk pada

daerah yang dingin.

2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3 > 4% dan terbentuk pada

daerah yang hangat.

Beberapa mineral penting yang terdapat pada batuan karbonat adalah :

1. Aragonit, merupakan mineral yang paling labil, berbentuk jarum,

diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi air laut.

2. Kalsit dan Mg kalsit, merupakan mineral batuan karbonat yang stabil,

berbentuk kristal hablur, hasil rekristalisasi aragonite, serta sebagai

semen pengisi ruang antar butir dan rekahan.

3. Dolomit (CaMg(CO3)2), hampir serupa dengan mineral kalsit, namun

secara petrografis dapat dibedakan dari indeks refraksinya, dapat

terjadi secara lansung dari presipitasi air laut, tapi sering terjadi akibat

pergantian (replacement) mineral kalsit.

Gambar 4.1 Mineral aragonit, kalsit dan dolomite

Page 3: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Tabel 4.1 Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

MINERALSISTEM

KRISTAL

KOMPOSISI

KIMIAKETERANGAN

KELOMPOK KALSIT

Kalsit Heksagonal CaCO3

Menguasai hampir seluruh bat gamping

khususnya yang lebih tua (Tersier)

Magnesit Heksagonal MgCO3

Tidak umum pada batuan sedimen, terbentuk

pada endapan evaporasi

Rodosit Heksagonal MnCO3

Tidak umum pada batuan sedimen, dapat

terjadi pada sedimenyang kaya akan Mn dn

berasosiasi dengan Fe-silikat

Siderite Heksagonal FeCO3

Terbentuk sebagai semen dan konkresi pada

serpih dan batupasir, umum pada endapan

ironstone juga pada batuan karbonat teralterasi

oleh larutan kaya Fe

Smitsonit Heksagonal ZnCO3

Tidak umum pada batuan sedimen, berasosiasi

dengan bijih Zn dalam batugamping

KELOMPOK DOLOMIT

Dolomit Heksagonal CaMg(CO3)2

Menguasai batudolomit, umunya juga

berasosiasi dengan kalsit dan mineral

evaporasi lainnya

Ankerit Heksagonal

Ca(Mg,Fe,Mn)

(CO3)2

Jauh lebih jarang daripada dolomit, terbentuk

pada sedimen kaya Fe, sebagai sedimen

butiran ataupun konkresi

KELOMPOK ARAGONIT

Aragonit Orthorombik CaCO3 Cepat teralterasi menjadi kalsit

Kerusit Orthorombik PbCO3 Terbentuk pada supergen lead ores

Strontianit Orthorombik SrCO3 Terbentuk pada urat-urat pada batugamping

Witerit Orthorombik BaCO3

Terbentuk dalam urat-urat yang berasosiasi

dengan galena

Page 4: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

4.1.3 Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat

Batuan karbonat mempunyai keistimewaan dalam proses

pembentukannya yaitu dapat terjadi secara insitu dari larutan, praktis tidak ada

detritus darat, dapat terjadi secara kimiawi maupun biokimia dan pada proses

tersebut organisme turut berperan, dapat pula terjadi dari butiran rombakan

yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan

di tempat lain. Batuan karbonat dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari

batan karbonat lain yaitu melalui proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan

mineral kalsit menjadi dolomite. Hal lain dari proses pembentukan batuan

karbonat adalah terbentuknya “klastik” sebagai fragmentasi atau pembentukan

sekunder (contohnya batu gamping oolit) dan pengendapannya menyerupai

detritus.

Batuan karbonat sebagian besar merupakan hasil proses biogenik dan

biokimia. Bagian keras organisme besar dan pengendapan karbonat yang

berasosiasi dengan alga dan bakteri membentuk sejumlah besar batuan

karbonat, khususnya dalam lingkungan laut dangkal yang hangat. Batuan

karbonat terbentuk pada semua lokasi dimana ada suplai karbonat biogenik

dan terbatasnya jumlah detritus klastik. Hampir semua lapisan batugamping

terbentuk sebagai endapan dalam lingkungan pantai dan laut dangkal,

meskipun pengendapan karbonat juga terdapat di dalam gua, mata air, tanah,

danau dan seting laut dalam. Banyak organisme yang membentuk batuan

karbonat terdapat dalam lingkungan tertentu (spesific) (contoh koral,

organisme bentonik, dan tipe-tipe alga yang berbeda), membuat kemungkinan

untuk menentukan lingkungan batugamping dengan tepat berdasarkan

penyusun biogenik. Detail yang lebih jelas dapat diperoleh dari uji mikroskop

batugamping.

Page 5: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Gambar 4.2 Lingkungan pengendapan batuan karbonat

Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan

batuan karbonat adalah:

1. Pengaruh sedimen klasitik asal darat

Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari

sedimen klastik asal darat.  Karena sedimen klastik dari darat dapat

menghambat proses fotosintesa ganggang gampingan.

2. Pengaruh iklim dan suhu

Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan

beriklim tropis sampai subtropis.

3. Pengaruh Kedalaman

Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah

perairan dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa

menembus kedalaman air. Terdapat suatu garis yang merupakan batas

kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan

pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation

Depth).

Page 6: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

4. Faktor mekanik

Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan

karbonat yaitu antara lain aliran air laut, percampuran air, penguraian

oleh bakteri, proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air laut.

4.1.4 Komponen Penyusun Batuan Karbonat

Menurut Tucker (1991), komponen penyusun batuan karbonat

dibedakan atas skeletal grain, non skeletal grain, matriks dan semen.

4.1.4.1 Skeletal Grain

Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat

yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari

fosil-fosil makro dari organisme laut. Organisme tersebut diantaranya

mollusca (cephalopods, bivalves, gastropoda dan lain-lain),

brachiopods, echinoids, crinoids, corals, dan foraminifera. Cangkang

merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping

(Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan

penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang

waktu geologi (Tucker, 1991).

a. Mollusca

Cangkang moluska (bivalve, gastropoda, cephalopoda) memiliki ciri

kristal halus dengan sruktur berlapis. Mineral yang paling umum

adalah aragonit, dan karena rekristalisasi, struktur tidak dapat terlihat

lagi dalam skeletal di dalam batuan sedimen. Hanya moluska-

moluska tertentu khususnya tiram (oyster), remis (scallop) yang

memiliki rangka kalsit yang tetap awet.

b. Echinoids

Echinoida (sea urchins) mudah dikenali karena penyusun bagian

keras tubuhnya terdiri dari kristal low magnesium calcite.

Page 7: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Lempengan-lempengan bagian tubuh echinoida terawetkan dalam

sedimen karbonat.

c. Brachiopods

Brachiopoda merupakan organisme cangkangan yang seluruh

morfologi tubuhnya serupa dengan bivalve. Pada saat ini keduanya

tidak banyak ditemukan namun sangat berlimpah pada zaman

Paleozoikum dan Mesozoikum. Cangkangnya terbuat dari low

magnesium calcite.

d. Crinoids

Crinoida (sea lilies) termasuk ke dalam filum yang sama dengan

echinoida dan penyusun bagian keras tubuhnya terdiri dari kristal

kalsit, dan cakram sendi penyusun batang crinoida membentuk

akumulasi cukup besar dalam sedimen Carboniferous.

e. Corals

Beberapa struktur biogenik kalsium karbonat terbesar dibangun oleh

koral yang mungkin membentuk koloni hinggga terbentang beberapa

meter sedangkan koral lain hidup soliter. Kalsit terlihat sebagai

kristal utama pembentuk koral Paleozoikum, dan kristal aragonit

membentuk kerangka koral yang lebih muda. Koral

hermatypic memiliki hubungan simbiosis dengan ganggang yang

hidup di air laut dangkal, hangat, dan bersih. Sedangkan

koral ahermatypic tidak bersimbiosis degan ganggang dan dapat

hidup di laut yang lebih dalam dan lebih dingin.

f. Foraminifera

Foraminifera adalah hewan laut yang keil dan bersel tunggal yang

berdiameter dari beberapa puluh mikrometer hingga puluhan

milimeter. Foraminifera hidup melayang di dalam air (planktonik)

atau hidup di atas lantai laut (bentonik), dan hampir semua

foraminifera tua dan muda memiliki bagian luar yang keras

(cangkang) yang tersusun dari high magnesium calcite  sampai  low

magnesium calcite.

Page 8: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Gambar 4.3 Contoh skeletal grain

Gambar 4.4 Jenis-jenis skeletal yang umum dijumpai pada batuan karbonat (A.

Green Algae, B. Corals, C. Sponges)

4.1.4.2 Non-Skeletal grain

Non skeletal grain terdiri dari:

a. Ooid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat seperti bola atau

elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan

Page 9: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau

butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir kurang

dari 2 mm. Struktur internal lapisan-lapisan konsentris ooid

diperkirakan terbentuk dari pengendapan (precipitation) kalsium

karbonat yang mengelilingi permukaan ooid. Akumulasi ooid

membentuk kawanan (shoal) dalam lingkungan laut dangkal dan

merupakan komponen batugamping pada zaman Fanerozoikum.

Batuan yang tersusun oleh adalah batugamping oolitik. Asal ooid

masih menjadi perdebatan saat ini, namun diperkirakan ooid

terbentuk oleh pengendapan kimia dari gelombang air yang jenuh

kalsium karbonat di lingkungan air hangat (Tucker & Wright 1990),

selain itu bakteri juga memainkan peranan dalam proses ini,

khususnya di lingkungan yang sedikit tenang.

Gambar 4.5 Bentuk butiran ooid

b. Pisoid

Butiran karbonat yang berbentuk bulat seperti bola atau elips yang

punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan

mengelilingi inti yang memiliki ukuran butir lebih dari 2 mm disebut

pisoid. Pisoid juga sering berbentuk tidak beraturan tapi

pembentukannya serupa dengan ooid.

Page 10: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

c. Oncoid

Oncoid serupa dengan pisoid dan ooid tetapi memiliki struktur

internal yang tidak beraturan, laminasi mikrit  yang tumpang tindih.

Oncoid memiliki ukuran butir lebih besar dari 2 mm.

d. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau

meruncing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal.

Ukuran peloid kuarang dari 1 mm. Kebanyakan peloid ini berasal

dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).

e. Interklas (Intraclast)

Intraclast adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau

setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada

daerah pasang surut atau tidal flat yang kemudian mengalami proses

sedimentasi kembali (reworked) membentuk klastik yang bergabung

ke dalam sedimen (Tucker,1991).

Page 11: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Gambar 4.6 Komponen-konponen non-skeletal grain dalam batuan

karbonat

4.1.4.3 Lumpur Karbonat atau Mikrit

Partikel kalsium karbonat berbutir halus yang berukuran kurang

dari 4μm (micrometer) disebut lumpur gamping (lime mud) atau lumpur

karbonat (carbonate mud) atau mikrit (micrite). Material halus ini

dihasilkan murni dari pengendapan kimia dari air jenuh kalsium

karbonat, atau hancuran fragmen kerangka, atau berasal dari ganggang

maupun bakteri. Partikel berukuran kecil ini biasanya menyebabkan

ketidakmungkinan dalam menentukan sumbernya. Lime mud ditemukan

dalam banyak lingkungan pembentuk karbonat dan dapat menjadi

penyusun utama batugamping.Pada studi mikroskop elektron

menunjukkan mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran

kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar,

melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami

alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar

(Tucker, 1991).

4.1.4.4 Semen atau Sparit

Merupakan komponen karbonat yang terdiri dari hablur-hablur

kalsit yang jelas, disebut juga sparry calcite atau spar oleh Folk (1974).

Secara mikroskopis mempunyai kenamapakan jernih berukuran 0,002-1

mm secra mikroskopis. Semen terjadi pada saat diagenesa yaitu

pengisisan rongga primer atau sekunder antar partikel oleh larutan, yang

mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas.

4.2 KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT

Klasifikasi batuan karbonat ada 2 macam yaitu klasifikaasi deskriptif dan

klasifikasi genetik. Klasifikasi deskriptif merupakan klasifikasi yang di dasarkan pada

sifat- sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti

Page 12: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

fisik, kimia, biologi, mineralogi atau tekstur sedangkan klasifikasi genetik adalah

klasifikasi yang menekankan pada asal-usul batuan.

Klasifikasi batuan karbonat telah diklasifikasikan oleh beberapa ahli

diantaranya : Grabau (1913), Dunham (1962), Embry dan Klovan (1971), Folk

(1974), Mount (1985). Setiap klasifikasi tersebut memiliki penekanan yang berbeda-

beda.

4.3.1 Klasifikasi Grabau (1913).

Menurut Grabau batugamping dapat di bedakan menjadi 5 macam, yaitu :

1. Calcirudite, yaitu batu gamping yang ukuran butirnya lebih besar dari

pasir (>2mm).

2. Calcaranite, yaitu batu gamping yang ukuran butirnya sama dengan

pasir (1/16- 2mm).

3. Calcilutite, yaitu batu gamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari

pasir (<1/16mm).

4. Calcipulverite, yaitu batu gamping hasil presipitasi kimiawi seperti

batugamping kristalin.

5. Batugamping organic, yaitu hasil pertumbuan organisme secara insitu,

seperti terumbu dan stromatolit.

4.3.2 Klasifikasi Dunham (1962)

Dunham mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan :

1. Butiran yang di dukung oleh Lumpur (Mud Supported)

2. Butiran saling menyangga (Grain Supported)

3. Sebagian butiran didukung oleh Lumpur dan sebagian butirannya yang

saling menyangga (Partial)

Tahap pertama dalam menggunakan klasifikasi Dunham adalah

menentukan apakah kemasnya adalah matrix  atau clast-supported.

Batugamping matrix-supported dibagi ke dalam batulumpur karbonat atau

carbonate mudstone (klastik kurang dari 10%) dan wackestone (klastik lebih

dari 10%). Jika batugamping adalah clast-supported diistilahkan sebagai

Page 13: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

packestone jika ada lumpur, dan disebut grainstone jika tidak ada

matriks. Boundstone memiliki memiliki framework organik seperti koloni

koral dan Tekstur pengendapan yang tidak teramati dengan jelas disebut

crystalline Carbonate. Skema asli (Dunham, 1962) tidak memasukkan

subdivisi boundstone ke dalam bafflestone, bindstone dan framestone yang

mendeskripsikan tipe organisme pembentuk framework.

tabel 4.2 Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Dunham (1962)

4.3.3 Klasifikasi Embry Klovan (1971)

Klasifikasi ini didasarkan pada terkstur pengendapan dan merupakan

pengembangan klasifikasi dari Dunham. Berdasarkan cara terjadinya Embry

dan Klovan membagi batu gamping menjadi 2 yaitu batu gamping allochothon

dan batu gamping autochthon. Batu gamping autochthon adalah batu gamping

yang komponen penyusunnya berasal dari organisme yang saling mengikat

selama pengendapannya. Batu gamping ini dibagi atas 3 yaitu; bafflestone

(tersusun oleh biota berbentuk bercabang), framestone ( tersusun oleh biota

kubah atau kobis ), dan bindstone (tersusun oleh biota berbentuk bergerak atau

lempengan).

Page 14: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Batu gamping allochthon adalah batu gamping yang komponennya

berasal dari sumbernya fragmentasi mekanik kemudian mengalami

transportasi dan diendapkan kembali sebagai partikel padat. Pembagian batu

gamping ini sama dengan klasifikasi Dunham tetapi hanya menambahkan

floatstone dan rudstone. Istilah  rudstone  dan  floatstone  yang digunakan

untuk konglomerat intraformasional karbonat yang tersusun oleh material

yang terendapkan dalam suatu bagian dekat lingkungan yang sama dan

kemudian terendapkan kembali (contoh, hancuran bagian depan karan) harus

dibedakan dari konglomerat yang tersusun oleh klastik batugamping yang 

tererosi dari batuan (bedrock) yang lebih tua dan terendapkan dalam suatu

setting yang sungguh berbeda, misalkan di dalam sungai atau di kipas aluvial.

Klasifikasi Embry dan Klovan ini sangat tepat untuk mempelajari terumbu dan

tingkat energi pengendapannya.

Tabel 4.3 Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Embry & Klovan (1971)

Page 15: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Gambar 4.7 Skema pengendapan batugamping menurut kalsifikasi Dunham dan Embry Klovan

4.3.4 Klasifikasi Folk (1974)

Menurut Folk, ada 3 macam komponen utama penyusun batu gamping yaitu :

1. Allochem yaitu material karbonat sebagai hasil presipitai kimiawi atau

biokimia yang telah mengalmi transportasi, analog dengan butiran pasir

atau gravel pada batuan asal daratan. Ada 4 macam allochem yaitu :

intraclast,oolite,pellet, dan fosil.

2. Microcrystalline calcite ooze (micrite) yaitu mineral karbonat yang

berdiameter 1-4 mikron, translucent dan berwarna kecoklatan (dalam

asahan tipis), sedangkan dalam hand specimen, micrite bersifat opak dan

dul,berwarna putih, abu-abu kecoklat-coklatan atau hitam. Micrite

analog dengan lempung pada batu lempung atau matrik lempung batu

pasir.

3. Spary calcite (sparite) yaitu komponen ysng berbentuk butiran atau

kristal yang berdiameter 4-10 mikron dan memperlihatkan kenampakan

yang jernih dan mozaik dalam sayatan tipis, berfungsi sebagai pore filing

cement.

Page 16: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Klasifikasi Folk (Gambar 4.8) adalah skema alternatif untuk deskripsi

sayatan tipis batugamping. Batuan dideskripsikan berdasarkan sifat alami

butiran  framework  utama (ooid, bioklastik, intraklastik, dan lain-lain) dan

material di antara butiran yang mungkin berupa mikrit atau sparit. Nama yang

diberikan pada klasifikasi ini lebih memberikan informasi tentang sejarah

diagenesis batuan namun sedikit memberikan informasi tentang proses

pengendapannya.

Gambar 4.8 Skema klasifikasi Folk untuk batugamping

Page 17: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

4.3.5 Klasifikasi Mount (1985)

Proses pencampuran batuan campuran silisiklastik dan karbonat

melibatkan proses sedimentologi dan biologi yang variatif. Proses tersebut

menurut Mount dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori :

1. Punctuated Mixing

Pencampuran di dalam lagoon antara sedimen dan silisiklastik yang

berasal dari darat dengan sedimen karbonat laut. Proses pencampuran

ini terjadi hanya bila ada energi yang kuat melemparkan material

karbonat ke arah lagoon. Energi yang besar ini dapat terjadi pada saat

badai. Proses ini dicirikan oleh adanya shell bed yang merupakan

lapisan yang mebngandung intraklas-intraklas cangkang dalam jumlah

yang melimpah.

2. Facies Mixing

Percampuran ini terjadi pada batas-batas fasies antara darat dan laut.

Suatu kondisi fasies darat berangsur-angsur berubah menjadi fasies

laut dan memungkinkan untuk terjadinya pencampuran silisiklastik dan

karbonat.

3. Insitu Mixing

Percampuran terjadi di daerah sub tidal yaitu suatu tempat yang banyak

mengandung lumpur terrigenous. Kondisi yang memungkinkan

terjadinya percampuran ini adalah bila lingkungan tersebut terdapat

organisme perintis seperti algae. Apabila algae mati maka akan

menjadi suplai material karbonat.

4. Source Mixing

Proses percampuran ini terjadi karena adanya pengangkatan batuan ke

permukaan sehingga batuan tersebut dapat tererosi. Hasil erosi batuan

karbonat tersebut kemudian bercampur dengan material silisiklastik.

Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif.

Menurutnya sedimen campuran memiliki 4 komponen, yaitu :

Page 18: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

1. Silisiklastik sand (kuarsa, feldspar dengan ukuran butir pasir)

2. Mud, yaitu campuran silt dan clay

3. Allochem, batuan karbonat seperti pelloid, ooid dengan ukuran butir >

20 mikrometer

4. Lumpur karbonat/mikrit, memiliki ukuran butir < 20 mikrometer

Table 4.4 Klasifikasi Mount (1985)

4.3 PEMERIAN BATUAN KARBONAT

4.4.1 Pemerian Batu Gamping Klastik

Batugamping klastik adalah batugamping yang terbentuk dari

pengendapan kembali detrital batugamping asal, contoh:

1. Kalsirudit : butiran berukuran rudit (granule)

2. Kalkarenit : butiran berukuran arenit (pasir)

3. Kalsilutit : butiran berukuran lutit (lempung)

Page 19: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Sistematika deskripsi pada hakekatnya sama dengan sedimen klastik,

yaitu meliputi tekstur, komposisi mineral dan struktur.

Gambar 4.9 Contoh Calsirudite, Calcarenite dan Calcilutite

4.4.1.1 Tekstur

Tekstur pada batuan karbonat klastik sama dengan pemerian batuan

sedimen klastik hanya berbeda istilah saja, meliputi :

Tabel 4.5 Pemerian nama batuan karbonat

Nama Butir Ukuran Butir

Rudite 1 mm

Arenit 0,062 – 1 mm

Lutite 0,062

Page 20: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Gambar 4.10 Klasifikasi tekstur batuan karbonat

4.4.1.2 Komposisi Mineral

Pada batugamping klastik juga terdapat fragmen, matrik, semen,

namun beberapa istilah saja, Menurut Folk (1974), komposisi

batugampimg klastik meliputi:

1. Allochem, merupankan fragmen yang tersusun oleh kerangka atua

butiran- butiran klastik dari hasil abrasi dari batuganping yang

telah ada. Macam- macam Allochem:

a. Kerangka organisme (skeletal) : merupakan fragmen yang

terdiri atas cangkang- cangkang binatang atau hasil

pertumbuan.

b. Interclast : merupakan fragmen yang terdiri atas butiran-

butiran dari hasil abrasi natugamping yang telah ada.

c. Pisolitci : merupakan butiran-butiran oolit dengan ukuran

lebih besar dari 2mm.

d. Pellet : merupakan fragmen yang menyerupai oolit tetapi

tidak menunjukkan adanya struktur konsentris.

2. Mikrit, identik dengan matrik dalam sediment klastik dan

merupakan kristal- kristal karbonat dengan ukuran lebih kecil dari

Page 21: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

0,01mm, yang terbentuk pada saat sedimentasi serta mengisi

rongga antar butir.

3. Sparit, merupakan hablur-hablur klastik yang jelas teramati.

4.4.1.3 Struktur

Pemeriannya hampir sama dengan pemerian batuan sedimen klastik.

4.4.2 Pemerian Batu Gamping Non Klastik

Batugamping non klastik adalah batugamping yang terbentuk dari

proses-proses kimiawi maupun organis. Umumnya bersifat monomineral.

Batugamping jenis ini dapat dibedakan menjadi:

1. Hasil biokimia : bioherm, biostrom

2. Hasil larutan kimia : travertin, tufa

3. Hasil replacement : batugamping fosfat, batugamping dolomit,

batugamping silikat dan lain-lain.

Pemerian batugamping nonklastik pada prinsipnya sama dengan

batuan sedimen non klastik lainnya.

Gambar 4.11 Contoh batu gamping hasil larutan kimia (travertine)

4.4 ASPEK EKONOMIS BATU GAMPING

Page 22: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

 Berdasarkan determinasi bahan tambang batu gamping merupakan salah satu

bahan galian industri yang potensinya sangat besar dan tersebar hampir merata di

seluruh kepulauan Indonesia, salah satu lokasi depositnya yang cukup besar adalah di

Tasikmalaya bagian Selatan. Data yang pasti tentang jumlah seluruh cadangan batu

gamping belum ada, namun secara umum potensi batugamping Indonesia sampai saat

ini diketahui bejumlah sekitar 28,678 milyar ton dengan perincian kurang lebih

61,376 juta ton merupakan cadangan terunjuk (probable), dan 28,616 milyar ton

merupakan cadangan tereka (possible), termasuk di dalamnya cadangan dengan

spesifikasi spekulatif dan hipotelik.

Tabel 4.6 Pemanfaatan Batu Gamping

NO BIDANG PEMANFAATAN

1. Pertanian

- Mengurangi derajat keasaman (pH) tanah

- Meningkatkan ketersediaan kandungan N, P, Ca, Mg, Na

- Mengurangi kandungan Alumunium

- Memperbaiki struktur fisik tanah

2. Kontruksi

- Pondasi bangunan rumah, jalan dan jembatan

- Sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester

- Pembutan semen trass atau semen merah.

- Bahan penstabil jalan

3. Industri - Industri keramik, berfungsi menurunkan suhu leleh

- Industri kaca digunakan sebagai bahan tambala

- Pembuatan bata silika dengan kandungan CaO 90%

- Pembuatan karbid dengan kandungan kapur tohor (60% ),

Page 23: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

kokas (40 %) antrasit, petrolium coke (carbon black)

- Untuk pelaburan dan pemurnian baja sebagai imbuh pada

tanur tinggi

- Bahan pemutih dalam industri kertas, pulp dan karet

- Pembuatan soda abu

- Proses pengendapan biji logam non-ferrous

- Proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira.

4. Lingkungan- Digunakan dalam pengolahan air bersih

- Penetralisir air yang mengandung CO2

Berikut Adalah Deskripsi Batuan Karbonat

Pada Praktikum Petrologi Laboratorium

Petrologi Universitas Nusa Cendana

Page 24: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

LABORATORIUM PETROLOGIJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Karbonat

No. Urut : 04-05

Hari/Tanggal : Jumat, 27 April 2012

Jenis Batuan : Batuan Karbonat (Batugamping Klastik)

No. peraga : B35

Deskrpsi Batuan

Warna : Putih kekuningan

Struktur : Massif

Page 25: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Tekstur : arenit (0,062-1 mm)

Deskripsi komposisi

allochem : Interclast

mikrit : Karbonatan

sparit : Karbonatan

Nama Batuan : Kalkarenit (pasir)

Petrogenesa : Batuan ini terbentuk dari hasil pengendapan kembali detrital batu

gamping asal. Hal ini didukung oleh adanya interclast yang

menunjukan bahwa sebagian besar fragmen terdiri atas butiran-

butiran dari hasil abrasi batu gamping yang sebelumnya telah

ada.

LABORATORIUM PETROLOGIJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Karbonat

No. Urut : 04-05

Hari/Tanggal : Jumat, 27 April 2012

Jenis Batuan : Batuan Karbonat (Batugamping Non Klastik)

No. peraga : B32

Deskrpsi Batuan

Warna : Putih keabu-abuan

Struktur : Konkresi

Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE

Nim : 1006102007

Jurusan : TEKNIK PERTAMBANGAN

Page 26: BAB IV Karbonat-gisela

IV-10

Laporan Praktikum Batuan Karbonat 2012

Tekstur : Kristalin

Komposisi : Dolomite (minor), Kalsedon (mayor)

Deskripsi Mineral

Dolomite : Kilap mutiara, goresan putih, pecahan konkoidal, sistem kristal

trigonal

Kalsedon : Kilap lilin, pecahan konkoidal, kekerasan 7 skala mohs, sistem

kristal henksagonal

Nama Batuan : Batu Gamping Rijangan

Petrogenesa : Batuan ini terbentuk pada CCD (Carbonate Composition Depth)

pada zona lisoclin yaitu zona transisi antara batuan karbonat dan

batuan silika.

Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE

Nim : 1006102007

Jurusan : TEKNIK PERTAMBANGAN