ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

12
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014 1 ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA, PADALARANG, JAWA BARAT oleh : Moehammad Ali Jambak, Ovinda, Ulam P. Nababan *) *) Dosen Tetap, Prodi T. Geologi Fakultas Teknologi Kebumian & Energi, Usakti Gedung D, Lantai 2, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440 Abstrak Peranan bidang paleontologi sangat penting dalam studi batuan karbonat. Dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi dalam dunia industri yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi-produksi minyak bumi dan industri bahan baku karbonat. Untuk mendapatkan gambaran permodelan tepat dan akurat yang pada akhirnya dapat digunakan dalam aplikasi. Biofacies satuan batugamping Formasi Rajamandala terdapat di daerah Padalarang dan sekitarnya dengan lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung Masigit sangat menarik untuk dikaji mengenai kandungan atau assosiasi fosil/biota pembentuk batuan dan menafsirkan paleoekologi. Metode penelitian adalah berdasarkan data observasi singkapan dan hasil deskripsi sayatan tipis petrografi dari sampel batuan yang diambil. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik dan pengambilan sampel batuan serta pengambilan data-data lain, seperti morfologi dan struktur yang teramati pada singkapan. Klasifikasi yang digunakan adalah menurut Dunham (1962) yang dikombinasikan dengan klasifikasi Emri & Klovan (1972). Berdasarkan studi dijumpai beberapa assosiasi fauna yang terdapat dalam batuan karbonat Formasi Rajamandala dapat dikelompokan dalam : (1) Foraminifera besar yang terdiri atas jenis Orbitoid, Lepidocyclina sp, Miogypsinoides., Miogysina sp., Cycloclypeus sp., Spiroclipeus sp., Heterostegina sp, (2) Coral dan Algae, berupa: Red algae; Lithothamnion sp; Jania sp dan fragmen coral, seperti: massive coral, branching coral dan platy coral (3) Foraminifera kecil planktonik dan bentonik, (4) Fauna lain, seperti Moluska, Echinodermata, Ostracoda dan lainnya, sedangkan facies batuan adalah a) facies batuan karbonat berlapis, b) facies Rudstone, c) Lepidocyclina Packstone, d) foraminifera wackstone, e) foraminifera wackstone- packstone, f) facies coral-algae boundstone, g) facies platy coral. Batuan karbonat, umumnya diendapkan pada daerah komplek “reef”, yaitu backreef/lagon, core reef, fore reef, dan reef slope, serta basinal. Kata kunci : fosil, facies, reef, formasi rajamandala I. Pendahuluan Berbeda dengan batuan klastik, batuan karbonat dalam studinya memerlukan pengetahuan yang mendasar dalam paleontologi, hal ini dikarenakan pada umumnya batuan karbonat dibentuk oleh kumpulan atau assosiasi dari biota yang sudah mati (fosil) yang mengalami litifikasi. Pembelajaran batuan karbonat dengan penggabungan dasar ilmu paleontologi, sedimentologi dan stratigrafimenjadi sangat penting untuk membantu mengenali karakter reservoir batuan karbonat pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Paleontologibatuan karbonat sangat membantu pemecahan masalah menyangkut genesa dan sistem pembentukan yang dihadapi dalam dunia industri yang berhubungan dengan pemanfaatan batuan karbonat pada kegiatan eksplorasi-produksi minyak bumi dan industri bahan baku karbonat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari aspek-aspek paleontologi yang terdapat pada batuan karbonat untuk mendapatkan gambaran permodelan pembentukannya yang pada akhirnya dapat digunakan dalam aplikasi dari pemanfaatan batuan karbonat, sedangkan tujuannya adalah studi kandungan atau assosiasi fosil/biota pembentuk batuan dan menafsirkan paleoekologi, sehingga dapat dipelajari segala yang berhubungan dengan aspek geologi. Batuan karbonat yang dipelajari terdapat di daerah Padalarang dan sekitarnya dengan lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Pabiasan, Gn. Manik, G. Pawon, G. Masigit dan Sanghiangti- koro (Gambar 1.) terletak lebih kurang 20 km dari Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi pengamatan dapat dicapai dengan mudah, karena berada di tepi jalan raya Bandung - Jakarta dengan hanya sedikit berjalan kaki sudah sampai di setiap lokasi pengamatan. Konsep Dasar Paleoekologi Lingkungan pengendapan merupakan gejala geografis alami tempat sedimen terakumulasi, yang ditandai oleh parameter biologi, fisika dan kimia. Hubungan dari beberapa parameter tersebut dapat menghasilkan tipe sedimentasi yang berbeda atau mewakili facies dari kondisi lingkungan yang berbeda. Suatu studi tentang facies sedimentasi yang terekam pada batuan dapat menginterpretasi- kan kondisi saat itu pada waktu pembentukan atau pengendapan. Parameter lingkungan diwakili dalam rekaman batuan yang hanya terlihat di permukaan, seperti bedding plane, fosil atau permukaan disconformity. Pada umumnya parameter sekuen pengendapan berkaitan dengan body atau volume batuan sedimen, sedangkan model pengendapan digunakan model umum dari

Transcript of ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Page 1: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014

1

ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI

BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA,

PADALARANG, JAWA BARAT

oleh :

Moehammad Ali Jambak, Ovinda, Ulam P. Nababan*)

*) Dosen Tetap, Prodi T. Geologi Fakultas Teknologi Kebumian & Energi, Usakti

Gedung D, Lantai 2, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440

Abstrak

Peranan bidang paleontologi sangat penting dalam studi batuan karbonat. Dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi dalam dunia industri yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi-produksi minyak bumi dan

industri bahan baku karbonat. Untuk mendapatkan gambaran permodelan tepat dan akurat yang pada akhirnya dapat digunakan dalam aplikasi. Biofacies satuan batugamping Formasi Rajamandala terdapat di daerah Padalarang dan sekitarnya dengan lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung Masigit sangat menarik untuk dikaji mengenai kandungan atau assosiasi fosil/biota pembentuk batuan dan menafsirkan paleoekologi. Metode penelitian adalah berdasarkan data observasi singkapan dan hasil deskripsi

sayatan tipis petrografi dari sampel batuan yang diambil. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik dan pengambilan sampel batuan serta pengambilan data-data lain, seperti morfologi dan struktur yang teramati pada singkapan.

Klasifikasi yang digunakan adalah menurut Dunham (1962) yang dikombinasikan dengan klasifikasi Emri & Klovan (1972). Berdasarkan studi dijumpai beberapa assosiasi fauna yang terdapat dalam batuan karbonat Formasi Rajamandala dapat dikelompokan dalam : (1) Foraminifera besar yang terdiri atas jenis Orbitoid, Lepidocyclina sp, Miogypsinoides.,

Miogysina sp., Cycloclypeus sp., Spiroclipeus sp., Heterostegina sp, (2) Coral dan Algae, berupa: Red algae; Lithothamnion sp; Jania

sp dan fragmen coral, seperti: massive coral, branching coral dan platy coral (3) Foraminifera kecil planktonik dan bentonik, (4)

Fauna lain, seperti Moluska, Echinodermata, Ostracoda dan lainnya, sedangkan facies batuan adalah a) facies batuan

karbonat berlapis, b) facies Rudstone, c) Lepidocyclina Packstone, d) foraminifera wackstone, e) foraminifera wackstone-

packstone, f) facies coral-algae boundstone, g) facies platy coral. Batuan karbonat, umumnya diendapkan pada daerah komplek

“reef”, yaitu backreef/lagon, core reef, fore reef, dan reef slope, serta basinal.

Kata kunci : fosil, facies, reef, formasi rajamandala

I. Pendahuluan

Berbeda dengan batuan klastik, batuan karbonat dalam studinya memerlukan pengetahuan yang mendasar dalam paleontologi, hal ini dikarenakan pada umumnya batuan karbonat dibentuk oleh kumpulan atau assosiasi dari biota yang sudah mati (fosil) yang mengalami litifikasi. Pembelajaran batuan karbonat dengan penggabungan dasar ilmu paleontologi, sedimentologi dan stratigrafimenjadi sangat penting untuk membantu mengenali karakter reservoir batuan karbonat pada eksplorasi minyak dan gas bumi.

Paleontologibatuan karbonat sangat membantu pemecahan masalah menyangkut genesa dan sistem pembentukan yang dihadapi dalam dunia industri yang berhubungan dengan pemanfaatan batuan karbonat pada kegiatan eksplorasi-produksi minyak bumi dan industri bahan baku karbonat.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari aspek-aspek paleontologi yang terdapat pada batuan karbonat untuk mendapatkan gambaran permodelan pembentukannya yang pada akhirnya dapat digunakan dalam aplikasi dari pemanfaatan batuan karbonat, sedangkan tujuannya adalah studi kandungan atau assosiasi fosil/biota pembentuk batuan dan menafsirkan paleoekologi, sehingga dapat dipelajari segala yang berhubungan dengan aspek geologi.

Batuan karbonat yang dipelajari terdapat di daerah Padalarang dan sekitarnya dengan lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Pabiasan, Gn. Manik, G. Pawon, G. Masigit dan Sanghiangti-koro (Gambar 1.) terletak lebih kurang 20 km dari Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi pengamatan dapat dicapai dengan mudah, karena berada di tepi jalan raya Bandung - Jakarta dengan hanya sedikit berjalan kaki sudah sampai di setiap lokasi pengamatan.

Konsep Dasar Paleoekologi

Lingkungan pengendapan merupakan gejala geografis alami tempat sedimen terakumulasi, yang ditandai oleh parameter biologi, fisika dan kimia. Hubungan dari beberapa parameter tersebut dapat menghasilkan tipe sedimentasi yang berbeda atau mewakili facies dari kondisi lingkungan yang berbeda. Suatu studi tentang facies sedimentasi yang terekam pada batuan dapat menginterpretasi-kan kondisi saat itu pada waktu pembentukan atau pengendapan. Parameter lingkungan diwakili dalam rekaman batuan yang hanya terlihat di permukaan, seperti bedding plane, fosil atau

permukaan disconformity. Pada umumnya

parameter sekuen pengendapan berkaitan dengan body atau volume batuan sedimen, sedangkan model pengendapan digunakan model umum dari

Page 2: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Assosiasi Fosil dan Paleoekologi Batuan Karbonat Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Barat Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini

2

James (1979), namun juga tidak mengabaikan model lain, apabila mendukung data analisis dari kandungan biota penyusun batugamping.

Dasar Interpretasi

Beberapa parameter mengkarakteristikan paleoekologi dan ini dapat dikenali melalui efeknya akumulasi penyusun batuan sedimen karbonat (lampiran 3) rekonstruksi lingkungan berdasarkan

atas pengetahuan paleontologi dari proses lingkungan dan hasilnya (produk) akan menghasil-kan penafsiran sekuen sedimentasi yang tepat.

Model facies digunakan sebagai dasar untuk pemahaman tentang lingkungan pengendapan (hidup) dan dikontruksikan dari kenyataan dan studi teoritis, baik pada rekaman batuan dan lingkungan modern.

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian

Geologi Umum

Morfologi daerah penelitian merupakan punggungan bukit-bukit yang dibentuk oleh batuan karbonat yang berelevasi antara 400 hingga 800 meter dpl. Kelerengan dari bukit-bukit berkisar antara 20 hingga 100 persen, umumnya kelerengan yang ada saat ini bukan kelerengan yang alamiah, tetapi terjadi akibat penambangan dari batuan.

Pada daerah ini sering terdapat gua-gua dan banyak diantaranya yang sudah runtuh dan dibeberapa tempat terjadi proses karstifikasi. Pada Geologic Map of Rajamandala - Togogapu Area West Jawa (Gambar 2), terlihat penyebaran batuan dari

beberapa formasi yang terdapat di sekitar daerah Rajamandala - Togogapu, dengan urutan stratigrafi menurut Martrodjojo, 1983 (Koesoemadinata, 1992). Berdasarkan kolom tersebut, umur dari Formasi Rajamandala adalah Oligosen Akhir-Miosen Awal dengan ketebalan formasi sekitar 300 – 700 m, litologi terdiri atas batuan karbonat koral dan batuan karbonat foraminifera - algae yang memperlihatkan adanya perlapisan maupun yang masive.

Secara lateral kontak batuan ini saling menjemari dengan satuan lanau dan batupasir kuarsa. Punggungan kompleks batuan karbonat Formasi Rajamandala mempunyai arah umum

jurus timurlaut - baratdaya yang mendekati ke arah

timur barat, kemiringan ke arah selatan dangan

besar kemiringan antara 40–60. Sesar-sesar yang

terdapat di daerah ini berupa sesarsesar geser yang

hampir secara umum mengarah utaraselatan. Pada daerah zona sesar sering terjadi jurus/kemiringan yang kacau, bahkan terdapat kemiringan lapisan yang hampir paralel dengan bidang sesar. (Gambar 2).

II. Metodologi

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data observasi lapangan atau singkapan dan hasil deskripsi sayatan tipis petrografi dari sampel batuan yang diambil dari beberapa lokasi di daerah tersebut. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megas-kopik, dan pengambilan sampel batuan, serta pengambilan data-data lain, seperti morfologi dan struktur yang teramati pada singkapan. Sampel batuan yang telah diambil dibuatkan sayatan tipisnya untuk diamati secara mikroskopik, seperti tekstur dan kandungan fosil yang teramati untuk mengetahui penamaan batuan. kandungan biota dan penafsiran fasiesnya. Klasifikasi pemerian yang digunakan adalah menurut Klasifikasi Dunham

Page 3: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014

3

(1962) (Lampiran 4) yang dikombinasikan dengan Klasifikasi Emrie & Klovan (1972) (Lampiran 5).

Gambar 2. Kartun 3D Penyebaran dan Morfologi dari Batugamping Oligosen – Miosen Formasi Rajamandala

III. Hasil dan Pembahasan

Assosiasi Fasies dan Paleoekologi Batuan

Karbonat

Terdapat enam lokasi singkapan yang diobservasi, analisis petrografi dan determinasi fauna, dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis fasies. Penafsiran didasarkan oleh kenam-

pakan lapangan, berupa ciriciri sedimentasi, yaitu tekstur dan struktur sedimen dari batuan karbonat, sedangkan determinasi sayatan tipis conto digunakan klasifikasi Dunham yang dikombina-sikan dengan Embri dan Klovan, 1971. Analisis fasies batuan dan paleoekologi daerah penelitian adalah sebagai berikut :

Fasies Batuan Karbonat G. Pabiasan dan

sekitarnya

Lepidocyclina Packstone Facies. Fasies ini terdiri

atas batuan karbonat yang banyak mengandung grup foraminifera besar Orbitoid, terutama dari jenis Lepidocyclina, berwarna putih kekuningan, pucat,

kompak, terpilah buruk, ada beberapa foram besar terorientasi dengan baik, genus/species yang terdapat adalah foraminifera besar (Lepidocyclina sp; Miogypsinoids; Spiroclypeus sp; Heterostegina sp; Nummulites sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp;

Austrotrillina sp; Borelis pygnaeus. Coral dan Algae:

Fragmen Coral; Coralline Algae; Jania sp;

Lithothamnion sp.), sedangkan foram bentonik kecil (Amphistegina sp; Textularia sp; Cibicides sp; Elphidium

sp; Miliolid; Haplophragmoides sp; Nonion sp), serta

fauna lain (Bryozoa; Ostracod; Pelecypoda;

Brachiopoda; Echinoids spine. Lepidocyclina,

Miogypsina dan orbitoid lainnya, semuanya

bercampur dengan koral debris). Bagian tertentu batuan karbonat ini membentuk

mound, berlapis dengan ketebalan lapisan berkisar 1 cm hingga 1 m. Dari kelimpahan foraminifera besar, struktur perlapisan dan bentuk moun, fasies

ini ditafsirkan terbentuk di zona paleoekologi fore

reef atau bagian reef slope, dengan aktifitas

gelombang yang cukup aktif. Fasies yang disebutkan di atas sering berlapis dengan fasies

Coral Boundstone dan Coral PackstoneGrainstone

Facies. Facies ini merupakan kesatuan yang

dicirikan berwarna putih pucat, sering terdapat

nodanoda berwarna kelabu atau kecoklatan, keras dan kompak, umumnya terdiri dari atas alga dan coral framework (koral batu, koral cabang) coral dan

algae: fragmen coral; Coralline Algae; Jania sp;

Lithothamnion sp., pemilihan sedang hingga buruk, pada bagian tertentu dari fasies boundstone ini sering

terdapat facies packstonegrainstone yang mengisi

kantongkantong coral framework atau berupa sand pocket body of rock. Fasies ini merupakan insitu reef

atau core reef yang terdapat di dalam celah atau

kantong yang terisi oleh fasies lain, seperti disebut di atas. Pembentukan pada kondisi ekologi yang stabil, sehingga reef dapat berkembang dengan baik.

Fasies Batuan Karbonat Togogapu

Fasies batuan karbonat berlapis (bedding

limestone facies), fasies ini terdiri atas perselingan

antara batuan berukuran lanau dengan batupasir bersifat gampingan, berwarna kelabu sampai

kehitaman, tebal perlapisan antara 330 cm,

kadangkadang terdapat sisipan batulempung gampingan (mudstone), struktur sedimen laminasi

Page 4: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Assosiasi Fosil dan Paleoekologi Batuan Karbonat Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Barat Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini

4

Gambar 3. Foto singkapan lokasi Pabiasan memperlihatkan batuan karbonat berlapis (foto kanan), karst (foto tengah), dan bedded –

massive coral (foto kiri).

Gambar 4. Foto mikrofosil penyusun batugamping dari sampel Pasir Pabiasan – Padalarang

graded bedding, dan kadang-kadang terdapat struktur

silang siur, fosil foraminifera cukup melimpah, antara lain : foraminifera besar (Lepidocyclina sp; Miogypsinoides sp; Spiroclypeus sp; Heterostegina sp; Nummulites sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp;

Austrotrillina sp; Borelis pygnaeus. Coral dan Algae:

Fragmen coral; Coralline Algae; Jania sp;

Lithothamnion sp.). Foram planktonik dan bentonik

kecil (Globigerinids; Textularia sp; Rotalia sp), dan fauna lain (Bryozoa; Ostracod; Echinoids spine). Pada

Page 5: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014

5

bagian atas, umumnya mengalami erosi atau terpotong oleh batuan karbonat fasies Rudstone yang

terlihat sebagai konturit dan channel. Fasies batuan

karbonat Togogapu ini dapat ditafsirkan terendap-kan di zona bagian bawah dari lingkungan slope dan

ke arah atas menjadi fore reef hingga reef slope.

Gambar 5. Foto singkapan pada Pasir Cikamuning Tagogapu yang memperlihatkan batuan karbonat berlapis dengan sisipan massive

Coral Bounstone – Rudstone Facies dengan ketebalan ± 1m. Struktur sedimen yang teramati cukup baik, berupa perlapisan dan graded

bedding yang kadang-kadang dijumpai mineral glaukonit yang melimpah.

Fasies Batuan Karbonat Rudstone.

Fasies ini merupakan produk longsoran dari insitu reef, ciri litologi, terdiri atas potongan-potongan koral (masif koral cabang) bercampur dengan foraminifera besar, yaitu asosiasi Lepidocyclinna dan Miogypsinoides. Fragmen

berukuran mencapai 40 cm, yang terdapat dalam masa dasar pasiran dan lempungan, warna putih kekuningan atau pucat, pemilahan buruk, tebal lapisan berkisar antara 3 - 5 m. Pada singkapan di Togogapu fasies ini terlihat mengerosi lapisan dari facies batuan karbonat berlapis. Hal tersebut merupakan cerminan adanya proses abrasif pada daerah reef dan produknya terendapkan berupa

talus di bagian lereng zona fore reef pada waktu aktifitas gelombang laut dominan.

Fasies Batuan Karbonat Sangiyangtikoro

Coral Reef Facies, Rudstone - Packstone Facies,

fasies yang dicirikan oleh coral boundstone, berwarna putih pucat, sering terdapat noda - noda berwarna kelabu atau kecoklatan, keras dan kompak, umumnya terdiri atas koral alga framework (koral

batu, koral cabang), pemilihan sedang hingga buruk, pada bagian tertentu dari fasies boundstone ini sering terdapat facies packstone-rudstone yang

mengisi kantong-kantong coral framework atau

berupa sand pocket body of rocks.

Gambar 6. Foto singkapan di Sangiangtikora yang

memperlihatkan batugamping masif, yang terdiri dari fasies yang dominan masiv coraldan large foram serta branching coral

Page 6: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Assosiasi Fosil dan Paleoekologi Batuan Karbonat Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Barat Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini

6

Gambar 7. Foto Mikrofosil Penyusun Batugamping dari sampel Togogapu – Padalarang

Fauna yang dijumpai adalah foraminifera besar (Lepidocyclina sp; Miogypsinoides sp; Miogysina sp; Spiroclypeus sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp;

Austrotrillina sp; Borelis pygnaeus). Coral dan Algae:

fragmen coral (Coralline Algae; Jania sp; Lithothamnion sp, Lithoporella sp; Halimeda); foram

planktonik dan bentonik kecil (Peneroplis sp;

Amphistegina sp; Elphidium; Miliolid; Globigerinids),

dan fauna lain (Bryozoa; Pelecypoda; Echinoid dan

Ostracoda). Fasies ini merupakan insitu reef bagian belakang hingga core reef. Pembentukan pada

kondisi ekologi yang stabil dan air laut yang relatif tenang, sehingga reef dapat berkembang dengan

baik.

Fasies Batuan Karbonat Gn. Masigit dan Gn.

Pawon (Platy Coral Facies)

Fasies ini terdiri atas batuan karbonat boundstone

yang dominan, berupa jenis platy coral dan sering

terdapat foraminifera besar, kenampakan lapangan fasies ini, seperti berlapis yang dicerminkan oleh sifat coral tersebut. Warna batuan karbonat adalah putih kecoklatan, keras dan kompak, ukuran

bentang platy bervariasi dari keratan kecil hingga

mencapai 30 cm. Pada bagian tertentu terdapat batuan karbonat packstone yang mengandung platy

coral bounstone yang framework foraminifera besar

(Lepidocyclina sp; Miogypsinoides; Spiroclypeus sp; Heterostegina sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp;

Austrotrillina sp; Borelis pygnaeus). Coral dan Algae : Fragmen coral; Coralline Algae; Red algae;

Lithothamnion sp, foram planktonik dan bentonik

kecil (Amphistegina sp; Globigerinids), dan fauna lain: Bryozoa; Ostracod; Echinoids spine (Gambar 10 dan

11). Facies Platy coral, biasanya terbentuk pada

daerah reef yang relatif dalam dan berair tenang,

karena pada daerah ini yang berkembang adalah jenis folius coral.

Fasies Batuan Karbonat Daerah Pr. Manik

Coral Reef Facies, Rudstone - Packstone Facies,

fasies yang dicirikan oleh coral boundstone, berwarna

putih pucat, sering terdapat noda-noda berwarna kelabu atau kecoklatan, keras dan kompak, umumnya terdiri atas koral alga framework (koral

batu, koral cabang), pemilahan sedang hingga

Page 7: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014

7

buruk, pada bagian tertentu dari fasies boundstone

ini sering terdapat fasies packstone–rudstone. Fauna

yang dijumpai adalah foraminifera besar: Lepidocyclina sp; Miogypsinoides; Miogysina sp; Cycloclypeus sp; Coral dan Algae : Fragmen Coral;

Coralline Algae. Foram bentonik kecil : Globigerina

sp; Amphistegina sp. Fauna lain : Echinoid.(Gambar

13). Facies ini merupakan insitu reef bagian

belakang dari reef crest. Pembentukan pada kondisi ekologi yang stabil dan air laut yang relatif tenang, sehingga reef dapat berkembang dengan baik.

Gambar 8. Foto Mikrofosil Penyusun Batugamping dari sampel Sanghiyang Tikoro – Padalarang

IV. Simpulan

1. Assosiasi fauna yang terdapat dalam batuan karbonat Formasi Rajamandala dapat dikelompokkan dalam :

Foraminifera besar yang terdiri atas jenis Orbitoid, Lepidocyclina sp; Miogypsinoides; Miogysina sp; Cycloclypeus sp; Spiroclipeus sp;

Heterostegina sp, dan lainnya.

Coral dan Algae, berupa Algae; Red algae;

Lithothamnion sp; Jania sp dan fragmen

koral, seperti massive coral, branching coral

dan platy coral.

Foraminifera kecil planktonik dan bentonik

Fauna lain, seperti kelompok Moluska,

Echinodermata dan Ostracoda

2. Batuan karbonat Formasi Rajamandala yang tersingkap di daerah Padalarang, terdiri atas Facies Batuan Karbonat Berlapis, Facies Rudstone, Lepidocyclina Packstone, Foraminifera Wackstone, Foraminifera Wackstone-Packstone,

Page 8: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Assosiasi Fosil dan Paleoekologi Batuan Karbonat Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Barat Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini

8

Facies Coral-Algae Boundstone dan Facies Platy Coral.

3. Satuan-satuan batuan karbonat Rajamandala, umumnya diendapkan pada Daerah Kompleks Reef, yaitu Backreef/Lagoon, Core Reef, Fore Reef

atau Reef Slope.

4. Batuan karbonat Formasi Rajamandala kemungkinan merupakan tipe Fringing Reef yang berumur berdasarkan dari assosiasi foraminifera dan algae diperkirakan Oligosen-

Miosen dengan penyebaran membentang ke arah barat - timur.

Pustaka

Anne, R,,& Friedman, G. M.,1981, Exploration For Carbonate Petroleum Reservoirs Jon Wiley &

Sons, Inc., New York.

Arthur, J.B., & Carney, R.S., 1981, Principles of

Benthic Marine Paleoecology. Academic Press,

New York, London. 463 h. Barker, R.W., 1960, Taxonomic Notes, Soc.

Econ.Paleon.and Mineral, Special Publication no.

9, Tusla, Oklahoma, USA. Baumann, P., 1971. Summaries of Lecture in Large

Foraminifera, Lemigas, Dok.Publ/BX?156/XI. 71-20.EX. Jakarta.

Brasier, M.D., 1980.,Microfossils. University of Hull,

London, George Allen &Unwin. Cooper, G. A., 1962., Fossil Brachiopods from

Eniwetok Atoll. Geo. Survey Professional Paper

260-cc, DD, EE, FF, GG, HH.United State Goverment Printing Offiice, Washington.

Fulthorpe, C.S., & Seymour, O.S., 1989, Paleo-Oceanography and Tectonic.

Handford, C. R., 1995, Carbonate Depositional

Systems and Sequence Stratigraphy, New World Horizon, Housto Texas.

Page 9: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014

9

Gambar 9. Foto Singkapan di lereng Gunung Masigit yang memperlihatkan perlapisan batuan yang sangat baik, yang terdiri dari Facies Platy Coral yang dominan berselingan dengan Branching Core

Gambar 10. Foto Mikrofosil Penyusun Batugamping dari sampel Gn. Pawon - Padalarang

Page 10: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Assosiasi Fosil dan Paleoekologi Batuan Karbonat Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Barat Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini

10

Gambar 11. Foto Mikrofosil Penyusun Batugamping dari sampel Gunung Masigit Padalarang

Gambar 12. Foto Singkapan pada Lokasi sebelah Timur Gunung Manik teramati Facies Massive Limestone yang terbreksiasikan dengan

bidang patahan atau fracture yang teramati dengan jelas

Page 11: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014

11

Gambar 13. Foto Mikrofosil Penyusun Batugamping dari sampel Gunung Manik - Padalarang

Lampiran 1. Penampang linier Facies Reef dari Model James (1979)

Lampiran 2. Tingkatan pada bangunan Reef Sistem dan Facies Batuan (James, 1979)

Page 12: ASSOSIASI FOSIL DAN PALEOEKOLOGI BATUAN KARBONAT …

Assosiasi Fosil dan Paleoekologi Batuan Karbonat Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Barat Moehammad Ali Jambak, Suyati Ibrahim, Dyah Ayu Setyorini

12

Lampiran 3. Klasifikasi Batuan Karbonat menurut Dunham (1962)

Lampiran 4. Bentuk-bentuk reef dan Lingkungan Hidup serta Besaran Energi Gelombang Laut (James, 1979)

Lampiran 5. Klasifikasi Batuan Karbonat Kerangka Organik (Embrie & Klovan, 1972)