Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

44
TUGAS MAKALAH PENGELOLAAN LAPANGAN CARBONATE RESERVOIR Disusun Oleh : Anggota Kelompok : 1.Arif Sukandar (1101053) 2.Fajar Agung Anugrah (1101047) 3.Jordan Julianus (1101049) 4.Kimliyah Ningsih (1101051) 5.Muhammad Khair (1101045) 6.Silvani Rezky (1101048) 7.Siti Maisarah Riana (1101057) 8.Wiwit Artana (1101044)

description

bk plmpb

Transcript of Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Page 1: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

TUGAS MAKALAH PENGELOLAAN LAPANGAN

CARBONATE RESERVOIR

Disusun Oleh :

Anggota Kelompok : 1.Arif Sukandar (1101053)

2.Fajar Agung Anugrah (1101047)

3.Jordan Julianus (1101049)

4.Kimliyah Ningsih (1101051)

5.Muhammad Khair (1101045)

6.Silvani Rezky (1101048)

7.Siti Maisarah Riana (1101057)

8.Wiwit Artana (1101044)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

2014

Page 2: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan

(lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum

meliputi Batugamping dan Dolomit.Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu,

yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada

proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang

telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain,

dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat

yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit

berubah menjadi dolomite).Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi

pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.Batuan karbonat

memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang memungkinkan

untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang telah

mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada

geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan

karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas

dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi

maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan

bijih.Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral

ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi

pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk

kegiatan eksplorasi.

Page 3: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

1.2 Pengertian Batuan Karbonat

Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih

besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila

fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat. Fraksi-

fraksi yang umum dapat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal

Aragonit  CaCO3 Orthorombik 

Kalsit  CaCO3 Heksagonal(rombohedral) 

Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral) 

Dolomit  CuMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Ankerit  Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral) 

Siderit  FeCO3 Heksagonal(rombohedral) 

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh aragonite, disamping

itu juga kalsit dan dolomite. Aragonite tersebut kebanyakan berasal dari proses

biogenic(ganggang hijau ataucalcareous green algae) atau hasilpresipitasi langsung dari

air laut secara kimiawi. Aragonite ini bersifat tidak stabil, aslinya segera setelah terbentuk

akan berubah menjadi kalsit. Oleh karena adanya proses substitusi Cu dan Mg, maka

endapan kalsit pada endapan masa kini ada dua macam, yaitu :

1. Low-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3<4% dan terbentuk pada daerah yang dingin.

2. High-Mg calcite, apabila kandungan MgCO3>4% dan terbentuk pada daerah yang hangat.

 

 

Page 4: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

4.1.2 Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat

Mineralogi dan Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan

pengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian

kalsium karbonat (Graha, 1987).

a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)

Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum-

jarum aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air

laut. Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari

aragonit seperti moluska.

b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)

Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai

rekristalisasi dari aragonit, sering merupakancavity filling atau semen, dalam bentuk

kristal – kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.

c. Dolomit : CaMg (CO3)2

Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan

kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi

langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.

d. High Magnesium Kalsit

Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan

batuan dolomit Ls.

e. Magnesit : MgCO3

Biasanya berasosiasi denga evaporit.

Page 5: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

4.1.3. Lingkungan Pengendapan Karbonat

Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat

adalah:

a. Pengaruh sedimen klasitik asal darat

Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari sedimen klastik

asal darat.  Karena sedimen klastik dari darat dapat menghambat proses fotosintesa

ganggang gampingan.

b. Pengaruh iklim dan suhu

Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan beriklim tropis

sampai subtropis.

c. Pengaruh Kedalaman

Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah perairan dangkal

dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air. Terdapat suatu

garis yang merupakan batas kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan

pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation Depth).

d. Faktor mekanik

Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu

antara lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan

organik pada larutan, serta pH air laut.

4.1.4. Penyusun Batuan Karbonat

Penyususn batugamping menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping

dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.

1. Non Skeletal grain, terdiri dari :

Page 6: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

a. Ooid dan Pisoid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih

struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel

karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan

apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.

b. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang

tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm.

Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet

(Tucker 1991).

c. Agregat dan Intraklas

Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan

bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik.

Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah

terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal

flat (Tucker,1991).

2. Skeletal Grain

Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari

seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini

merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987).

Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi

invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

 

Page 7: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

 

3. Lumpur Karbonat atau Mikrit

Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir

sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer.

Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan

menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang

berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami

alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).

4. Semen

Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga

pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika,

oksida besi ataupun sulfat.

4.1.5. Tekstur dan Struktur Batuan Karbonat

Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan

detritus seperti besar butir, pemilahan, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil

pengendapan kimiawi. Matrixnya juga bervariasi dari lumpur karbonat berbutir padat

hingga kristal-kristal kalsit atau dolomit. Tekstur juga ada yang terbentuk dari

pertumbuhan organisme.

Tekstur pada batu gamping kebanyakan hampir sama dengan jenis tekstur pada batuan

detritus seperti batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan

karbonat dan batu pasir hampir sama.

Apabila batu gamping tersusun atas klastik, kebanyakan struktur yang terdapat pada

batuan detritus juga muncul pada batuan ini. Struktur-struktur seperti cross-bedding,

ripple marks, dunes, graded bedding, dan imbricate bedding banyak dijumpai pada batuan

Page 8: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

karbonat walaupun tidak mudah terlalu mudah diamati karena sedikitnya perbedaan

warna pada tiap lapisan di batuan karbonat.

Tipe laminasi yang paling banyak ditemukan dibentuk oleh organisme seperti alga

hijau/biru yang tumbuh di daerah berombak. Organisme ini tumbuh sebagai serat-serat

dan membentuk serabut dengan memerangkap dan menyatukan mikrokristal karbonat.

Adanya ombak yang datang dan menyapu butiran pasir di pantai membuat formasi

laminasi yang terdiri atas material organik.

Stylolit merupakan permukaan tak beraturan dari endapan karbonat yang tertekan.

Stylolit ini merepresentasikan 25% hingga 90% batuan karbonat yang terlarut.

4.2. Klasifikasi batuan karbonat

Secara umum, klasifikasi batuan karbonat ada 2 macam, yaitu: klasifikasi deskriptif dan

klasifikasi genetik. Klasifikasi deskriptif merupakan klasifikasi yang didasarkan pada

sifat-sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti fisik,

kimia, biologi, mineralogi atau tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang

lebih menekankan pada asal usul batuan.

 

4.2.1. Klasifikasi Grabau (1904)

Menurut klasifikasi Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi 5 macam, yaitu:

a. Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar daripada pasir

    (>2 mm).

b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16

    – 2 mm).

Page 9: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir

    (<1/16 mm).

d. Calcipulverite, yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, seperti

    batugamping kristalin.

e. Batugamping organik, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu seperti

    terumbu dan stromatolite.

 

 

 

4.2.2. Klasifikasi Folk (1959)

Parameter utama yang dipakai pada klasifikasi ini adalah tekstur deposisi. Folk

menyatakan bahwa proses pengendapan batuan karbonat dapat disebandingkan dengan

proses pengendapan batupasir atau batulempung.Menurut Folk ada 3 macam komponen

utama penyusun batugamping yaitu:

 

a. Allochem, yaitu material karbonat sebagai hasil presipitasi kimiawi atau biokimia yang

telah mengalami transportasi (intrabasinal), analog dengan butiran pasir atau gravel pada

batuan asal daratan. Allochem ada 4 macam yaitu intraclast, oolite, pelet dan fosil.

Page 10: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

 

b. Microcrystalline calcite ooze (micrite), yaitu material karbonat yang berdiameter 1-4

mikron, translucent, dan berwarna kecoklatan (dalam asahan tipis). Sedangkan

dalam handspecimen, micritebersifat opak dan dull, berwarna pitih, abu-abu, abu-abu

kecoklatan atau hitam. Micrite analog deengan lempung pada batulempung atau matrik

lempung pada batupasir.

 

c. Sparry calcite (sparite), yaitu komponen yang berbentuk butiran atau kristal  yang

berdiameter >/= 4 mikron (4-10 mikron) dan memperlihatkan kenampakan yang jernih

dan mozaik dalam asahan tipis, berfungsi sebagai pore filling cement. Sparite analog

dengan semen pada clean sandstone. Berdasarkan perbandingan relatif

antara allochem, micrite dan sparite serta jenis allochem yang dominan, maka Folk

membagi batugamping menjadi 4 famili. Batugamping tipe I dan II disebut

sebagai allochemical rock(allochem > 10%), sedangkan batugamping tipe III disebut

sebagaiorthochemical rock (allochem =/< 10%). Batas ukuran butir yang digunakan oleh

Folk untuk membedakan antara butiran (allochem) dan micrite adalah 4 micron

(lempung).

Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi bagus dan

terbentuk pada high-energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir

lempungan atau konglomerat lempungan dan terbentuk pada low-energy zone, dan

batugamping tipe III analog dengan batulempung dan terbentuk pada kondisi tenang

(lagoon). Prosedur pemberian nama batuan menurut Folk adalah:

1. Jika intraclast > 25% intraclastic rock

2. Jika intraclast =/< 25%, lihat prosentase oolite-nya

Page 11: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

3. Jika oolite >25% oolitic rock

4. Jika intraclast =/<25% dan oolite =/<25%

Lihat perbandingan antara fosildengan pelet, yaitu: a) fosil:pellet > 3:1 biogenic rock, b)

fossil:pellet < 3:1pellet rock, c) fossil:pellet = 3:1 – 1:3 �� biogenic pellet rock.

Aturan penamaan batuan adalah sebagai berikut: kata pertama adalah jenis allochem yang

dominan dan kata kedua adalah jenisorthochem yang dominan,

contoh: intrasparite, biomicrite, dll.

4.2.3.

Klasifikasi Dunham (1962)

Dunham membuat klasifikasi batugamping berdasarkan tekstur deposisi batugamping,

yaitu tekstur yang terbentuk pada waktu pengendapan batugamping, meliputi ukuran

butir dan susunan butir (sortasi). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan

dengan pengklasifikasian batugamping berdasarkan tekstur deposisinya, yaitu:

1. Derajat perubahan tekstur pengendapan

2. Komponen asli terikat atau tidak terikat selama proses deposisi

3. Tingkat kelimpahan antar butiran (grain) dan lumpur karbonat

      

 

Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham mengklasifikasikan batugamping

menjadi 5 macam, yaitu mudstone, wackestone, packestone, grainstone, dan boundstone.

Sedangkan batugamping yang tidak menunjukkan tekstur deposisi disebutcrystalline

carbonate. Fabrik (supportation) grain-supported (butiran yang satu dengan yang lain

saling mendukung) dan mud-supported(butiran mengambang di dalam matrik lumpur

Page 12: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

karbonat) digunakan untuk membedakan antara wackestone dan packestone. Dunham

tidak memperhatikan jenis butiran karbonatnya seperti klasifikasi Folk. Batas ukuran

butir yang digunakan oleh Dunham untuk membedakan antara butiran dan lumpur

karbonat adalah 20 mikron (lanau kasar). Klasifikasi batugamping yang didasarkan pada

tekstur deposisi dapat dihubungkan dengan fasies terumbu dengan tingkat energi yang

bekerja, sehingga dapat untuk interpretasi lingkungan pengendapan.

4.2.4. Klasifikasi Embry and Klovan (1971)

Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur pengendapan dan merupakan pengembangan dari

klasifikasi Dunham (1962) yaitu dengan menambahkan kolom khusus pada

kolom boundstone, menghapus kolom crystalline carbonate, dan membedakan % butiran

yang berdiameter </= 2 mm dari butiran yang berdiameter > 2m, Dengan demikian

klasifikasi Embry and Klovan seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih

tegas di dalam ukuran butir yaitu ukuran grain =/>0,03 – 2 mm dan ukuran lumpur

karbonat <0,03 mm. Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi

batugamping menjadi dua kelompok, yaitu batugamping allochton dan

batugamping autochton. Batugamping autochton adalah batugamping yang komponen

penyusunnya berasal dari organisme yang saling mengikat selama pengendapannya.

Batugamping ini dibagi menjadi 3 yaitu: bafflestone (tersusun oleh biota berbentuk

cabang), bindstone(tersusun oleh biota berbentuk menegrak atau lempengan)

danframestone (tersusun oleh biota berbentuk kubah atau kobis).

Batugamping allochton adalah batugamping yang komponennya berasal dari sumbernya

oleh fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali

sebagai partikel padat. Batugamping ini dibagi menjadi 6 macam

yaitu: mudstone, wackestone, packetone, grainstone, floatstone danrudstone. Dengan

demikian klasifikasi Embry & Klovan sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan

tingkat energi pengendapan.

Page 13: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

4.3. Lingkungan pengendapan, fasies dan geometri

Meskipun lingkungan pembentukan endapan karbonat dapat terjadi mulai dari

zona supratidal sampai cekungan yang lebih dalam di luarshelf, paparan cekungan

dangkal (shallow basin platform) yang meliputi middle shelf dan outer shelf adalah

tempat produksi endapan karbonat yang utama dan kemudian tempat ini disebut

sebagai subtidal carbonate factory.

Endapan-endapan karbonat yang dihasilkan akan terakumulasi padashelf, sebagian

mengalami trasportasi ke arah daratan, yaitu ke tidal flat, pantai, atau lagoon, sedangkan

sebagian lagi mengalami trasportasi ke arah laut, yaitu ke cekungan yang lebih dalam.

Pada lingkungan laut yang dalam jarang terbentuk endapan karbonat, kecuali merupakan

hasil jatuhan dari plankton yang mensekresikan kalsium karbonat dan hidup di air

permukaan. Terumbu merupakan salah satu sumber produksi endapan karbonat di

paparan atau cekungan di luar paparan. Terumbu adalah suatu timbulan karbonat yang

dibentuk oleh pertumbuhan organisme yang insitu, mempunyai potensi untuk berdiri

tegar dan membenrtuk struktur topografi yang tahan gelombang. James (1979) membagi

fasies terumbu masa kini secara fisiografi menjadi 3 macam:

1. Fasies Inti Terumbu (reef core facies)

Fasies ini tersusun oleh batugamping yang masif dan tidak berlapis. Berdasarkan litologi

dan biota penyusunnya, fasies ini dapa dibagi menjadi 4 sub-fasies yaitu:

a. Sub-fasies puncak terumbu (reef-crest)

Litologi berupa framestone dan bindstone, sebagai hasil pertumbuhan biota jenis kubah

dan mengerak dan merupakan very high energy zone.

b. Sub-fasies dataran terumbu (reef flat)

Litologi berupa rudstone, grainstone, dan nodule dari ganggang karbonatan dan

merupakan daerah berenergi sedang dan tempat akumulasi rombakan terumbu.

Page 14: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

c. Sub-fasies terumbu depan (reef front)

Litologi berupa bafflestone, bindstone dan framestone dan merupakan daerah berenergi

lemah-sedang.

d. Sub-fasies terumbu belakang (back reef)

Litologi berupa bafflestone dan floatstone dan merupakan daerah energi lemah dan relatif

tenang.

  2. Fasies Depan Terumbu (fore reef facies)

Litologi berupa grainstone dan rudstone dan merupakan lingkungan yang mempunyai

kedalaman >30m dengan lereng 45 - 60°. Semakin jauh dari inti terumbu (kearah laut)

litologi berubah menjadi packstone, wackstone dan mudstone.

  3. Fasies Belakang Terumbu (back reef facies)

Fasies ini disebut juga fasies lagoon dan meliputi zona laut dangkal (< 30m)dan tidak

berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air terbatas, dan

banyak biota penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa packetone, wackestone dan

mudstone dan banyak dijumpai struktur jejak dan bioturbasi, baik horizontal maupun

vertikal.

 

4.4. Porositas dan proses diagenesa

Tipe porositas utama pada batuan karbonat adalah vuggy (pori-pori yang lebih besar dari

butiran), intergranular (antar butir),intragranular (dalam butiran, contohnya material

cangkang ataushell), dan chalky.

Page 15: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Diagenesa yang berakibat pada berubahnya porositas dan permeabilitas dapat

dikelompokkan atas:

o Dolomitisasi yang akan meningkatkan porositas dengan menciptakan pori

yang lebih besar, atau dapat juga malahan akan mengurangi porositas jika

terjadi pertumbuhan interlocking mosaic dari kristal-kristal dolomit.

Dolomitisasi sering meningkatkan permeabilitas secara dramatis

dikarenakan pembentukan lubang pelarutan (solution vug) dan retakan

pasca penimbunan (post-burial) yang lebih besar

o Retakan (fracturing) dikarenakan adanya breksiasi, sesar atau kekar yang

aka meningkatkan permeabilitas

o Rekritaslisasi oleh neomorphism dari mikrit menjadi ukuran kristal yang

lebih besar yang akan meningkatkan porositas

o Semen yang akan menurunkan porositas dan permeabilitas

o Pelarutan (leaching) yang umumnya akan meningkatkan porositas dan

permeabilitas

 

4.5. Terumbu Karbonat sebagai batuan resevoir

Terumbu ( reef ) dapat menjadi batuan reservoir yang sangat penting. Pada umumnya

terumbu terdiri dari suatu kerangka, coral, ganggang, dan sebagainya yang tumbuh dalam

laut yang bersih, berenergi gelombang tinggi, dan mengalami banyak pembersihan

sehingga rongga-rongga antaranya khususnya menjadi sangat bersih. Dalam hal ini

porositas yang didapatkan terutama dalam kerangka yang berbentuk rongga-rongga bekas

binatang hidup yang tersemenkan dengan sparry calcite sehingga porositasnya diperkecil.

Page 16: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

4.5.1. Bentuk reservoir terumbu

Pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 macam reservoir terumbu, yaitu:

Terumbu yang bersifat ' fringing ' atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas

pantai. 

Terumbu yang bersifat terisoler di sana-sini, yang sering disebut sebagai suatu ' pinnacle '

atau ' patch reef ' atau secara tepat dikatakan sebagai bioherm, yang muncul di sana-sini

sebagai bentuk kecil secara tidak teratur.

Terumbu yang berbentuk linier, atau sebagai penghalang ( barrier ) biasanya berbentuk

mamanjang sering kali cukup besar serta memperlihatkan suatu asimetri dan biasanya

terdapat pada pinggiran suatu cekungan.

4.5.1.1. Terumbu tiang

Lapangan yang bersifat terumbu tiang ( pinnacle ) ditemukan di Libya yaitu lapangan

Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu terumbu berumur paleosen.

Contoh yang baik untuk terumbu tiang sebagai reservoir ialah yang didapatkan baru-baru

ini di Irian Jaya, yaitu lapangan minyak Kasim dan Jaya. Lapangan Kasim-Jaya

merupakan suatu akumulasi dalam kulminasi terumbu yang tumbuh di atas suatu

kompleks terumbu yang merupakan suatu landasan. Bentuk terumbu Kasim-Jaya itu

terdiri daripada batuan karbonat berenergi tinggi yang panjangnya 7 km dan lebarnya 2.5-

3.5 km dan mempunyai ketinggian atau relief vertikal 760 m di atas landasan tempat

terumbu itu tumbuh.

Contoh lain daripada batuan reservoir ini ialah di dalam Formasi Baturaja di laut Jawa

sebelah Barat yaitu lapangan minyak kitty yang menghasilkan minyaknya dari terumbu

batugamping.

 

Page 17: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

 

4.5.1.2. Gamping klastik

Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama dalam

asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit.

Jadi jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat di dalam oolit itu merupakan

pengendapan berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur sepanjang pantai dengan arus

gelombang kuat. Porositas yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas intergranular,

yang kadang-kadang diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan reservoir oolit terdapat

misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ), dimana terdapat oolit dalam gamping

yang berumur karbonat. Lapisan oolit ini disebut McClosky sand. Batuan ini terdiri

daripada oolit yang kadang-kadang bersifat dolomit. Contoh yang paling penting adalah

di Saudi Arabia yaitu dari Formasi Arab berumur jura muda, terutama dari anggota D.

4.5.1.3 Dolomit

Dolomit merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis batuan karbonat

lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari batuan karbonat seperti oolit

ataupun terumbu sedikit banyak pula telah ikut didolomitasikan. Cara terjadinya dolomit

ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit

banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. Salah satu teori yang menyebutkan

pembentukan porositas pada dolomit yaitu porositas timbul karena dolomitisasi batuan

gamping sehingga molekul kalsit diganti dengan molekul dolomit, dan karena molekul

dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan

volume sehingga tidak timbulah rongga-rongga.dolomit biasanya mempunyai porositas

yang baik berbentuk sukrosit yaitu berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya

dolomit ini terbentuk karena pembentukan kristal dolomit yang bersifat euhedron dan

tumbuh secara tidak teratur diantara kalsit.

Page 18: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

BAB V

POROSITAS, PERMEABILITAS DAN SIFAT FISIK BATUAN KARBONAT

DALAM

SISTEM MINYAK DAN GAS BUMI

 

5.1 Porositas

Porositas adalah suatu pengukuran ruang kosong dalam material, dan yang diukur dalam

bentuk pecahan antara 0 dan 1, atau dalam persentase antara 0-100%. Istilah porositas

digunakan di berbagai bidang termasuk bidang manufaktur, ilmu bumi, dan ilmu

bangunan. Porositas dari medium yang berpori (seperti batuan atau sedimen) menyatakan

bagian ruang kosong dalam material, dimana ruang kosong itu dapat berisi udara atau air,

yang didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang kosong (seperti fluida)

atau VV dan volume total atau volume bulk dari material, yaitu volume material dan

ruang kosongnya (VT) .

Besarnya porositas berkisar antara 0 dan 1, pada umumnya berkisar antara kurang dari

0,01 untuk granit padat hingga lebih dari 0,5 untuk gambut dan lempung. Nilai tersebut

juga dinyatakan dalam % yaitu dengan mengalikannya dengan 100%.

Porositas batuan atau lapisan sedimen sangat penting untuk diteliti yaitu untuk

menentukan volume air atau hidrokarbon yang mungkin terkandung di dalamnya.

Menentukan porositas sedimen merupakan hal yang kompleks karena adanya banyak

faktor seperti lamanya penguburan, kedalaman penguburan, sifat fluida, sifat lapisan

sedimen yang menghalangi gerakan fluida. 

5.1.1. Porositas dan Konduktivitas Hidrolik

Page 19: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Porositas secara tidak langsung berhubungan dengan konduktifitas hidrolik, untuk aquifer

yang berpasir dengan porositas yang lebih tinggi akan memiliki konduktifitas hidrolik

yang lebih tinggi (lebih banyak daerah yang terbuka untuk air mengalir), tetapi hubungan

antara konduktifitas hidrolik dan porositas ini sangat kompleks karena kenyataannya

tanah liat yang memiliki konduktifitas hidrolik yang sangat rendah ternyata memiliki

porositas yang sangat tinggi.

 

5.1.2. Penyortiran dan Porositas

Pengaruh penyortiran pada porositas tanah endapan (lumpur),Material dengan sortiran

baik (hampir seluruh butiran memilki ukuran yang sama) memilki porositas yang lebih

tinggi dari material dengan ukuran sama namun tidak tersortir dengan baik (sortiran

buruk). Pada sortiran buruk, butiran-butiran kecil dengan mudah mengisi pori, otomatis

sangat mengurangi porositas dan konduktifitas hidrolik.

5.1.3. Porositas Batuan

Batuan seperti batupasir, serpih, granit, atau batu gamping kemungkinan besar memiliki

porositas ganda yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan tanah endapan. Batu

sendiri dapat memiliki porositas yang rendah, dan retakannya dapat membentuk porositas

yang lebih tinggi.

5.1.4. Porositas Tanah

Porositas permukaan tanah pada umumnya berkurang dengan bertambahnya ukuran

partikel. Porositas tanah pada lapisan bawah permukaan bumi lebih rendah daripada

tanah di permukaan disebabkan tekanan oleh gravitasi. Porositas sebesar 0,20 dianggap

Page 20: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

normal untuk material sebesar kerikil yang tidak tersortir pada kedalaman di bawah

biomantel.

5.1.5. Macam-macam Porositas Geologi

1. Porositas primer : sistem porositas utama atau porositas asli dalam sebuah batuan atau

tanah endapan.

2. Porositas sekunder :sistem porositas terpisah dalam sebuah batuan dan seringkali

meningkatkan keseluruhan porositas batuan

3. Porositas pecahan: porositas ini dihubungkan jaringan yang pecah. Pecahan ini dapat

menciptakan porositas sekunder dalam batuan.

4. Porositas Vuggy : porositas sekunder yang dihasilkan oleh makrofosil yang telah

menjadi batuan karbonat yang memiliki lubang-lubang yang besar.

5. Porositas Efektif : juga disebut porositas terbuka adalah perbandingan antara volume

total dimana fluida yang mengalir menempati (terjebak dalam) volume ini secara efektif.

Porositas ini sangat penting untuk aliran air bawah tanah (groundwater) dan minyak.

6. Porositas ganda : terjadi karena adanya dua reservoir yang saling tumpang tindih dan

berinteraksi satu sama lain. Contohnya pada lapisan batu yang terpecah.

7. Makropori : pori yang memiliki diameter lebih dari 50 nm. Aliran yang melalui

makropori dinamakan difusi bulk.

8. Mesopori : pori dengan diameter lebih dari 2 nm dan kurang dari 50 nm. Aliran

melalui mesopori disebut difusi knudsen

9. Mikropori : pori dengan diameter kurang dari 2 nm. Aliran melalui mikropori disebut

difusi aktifPengukuran Porositas

Page 21: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

 

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur porositas, yaitu metode

volum/densitas (volum pori =volume total–volume material), metode penjenuhan air

(volum pori=volume total air–air tidak jenuh), metode penguapan air (volume pori dalam

satuan sentimeter kubik = massa sampel yang dijenuhkan dalam satuan gram–massa

sampel yang telah dikeringkan dalam satuan gram), porosimetri gangguan raksa

(beberapa tehnik gangguan non-merkuri telah dikembangkan pada masalah toksikologi),

dan adsorpsi gas nitrogen (embun dari gas nitrogen dalam pori diukur dengan volum atau

massa).

 

5.2. Permeabiltas

Permeabilitas suatu batuan merupakan ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan

fluida. Permeabilitas merupakan parameter yang penting untuk menentukan kecepatan

aliran fluida di dalam batuan berpori dan batuan rekah alami. Permeabilitas biasanya

dinyatakan dalam satuan mD (mili Darcy), dibidang geothermal seringkali dinyatakan

dalam m2 , dimana 1  Darcy besarnya sama dengan 10-12m2. Besarnya permeabilitas

batuan tidak sama kesegala arah (anisotropy), umumnya permeabilitas pada arah

horizontal jauh lebih besar dari permeabilitas pada arah vertikal (Saptadji, 2002).

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan

menjadi tiga, yaitu :

• Permeabilitas absolute (Kabs)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui

media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya

minyak atau gas saja.

Page 22: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

• Permeabilitas efektif (Keff)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih

dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-

tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-

masing untuk minyak, gas dan air.

• Permeabilitas relatif (Krel)

Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap

permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 – 1 darcy. Dapat juga

dituliskan sebagai beikut :

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga didalam

reservoir akan terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas relatif minyak

(Kro), Permeabilitas relatif gas (Krg) dimana persamaannya adalah :

Dimana :

Krw = permeabilitas relatif air

Kro = permeabilitas relaitf minyak

Krg = permeabilitas relatif gas

 

5.3. Sifat Fisik Batuan Karbonat Dalam Sistem Minyak dan Gas Bumi (Petroleum

System)

Respon seismik pada batuan karbonat sangat sulit dikenali. Contoh, dimana tidak

dikenalnya conventional DHI ranking dan klasifikasi AVO yang dikembangkan untuk

Page 23: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

batuan klastik berlaku untuk batuan karbonat. Model Rock Physics karbonat yang akurat

dibutuhkan untuk mengatasi masalah teknis ini. 

Perkembangan model rock physics batuan karbonat sangatlah sulit dikarenakan batuan

karbonat pada umunya memiliki sistem pori yang kompleks daripada batuan klastik.

Dimana batuan klastik umumnya memiliki intergranular pores, batuan karbonat dapat

memiliki berbagai jenis tipe pori seperti moldic, vuggy, interparticle danintraparticle.

Sebagai tambahan, diagenesis sering memainkan peranan penting pada alterasi sistem

pori pengendapan karbonat. 

Permasalahan yang dihadapi pada batuan karbonat : 

1. Reservoir Karbonat memunyai tipe yang secara lateral sulit untuk diprediksi. 

2. Karbonat, tidak seperti batuan klastik, porositas dan permeabilitasnya sering sekali

bergantung pada proses diagenesis yang harus tidak selalu mengikuti facies boundaries. 

3. Perubahan facies dalam karbonat dapat terjadi secara cepat dan diikuti oleh beberapa

tahapan diagenesis, membuat identifikasireservoir boundaries menjadi lebih sulit.

5.3.1. Karbonat pada penampang seismik : 

1. Karbonat biasanya memiliki kecepatan tinggi, yang memberikan ekspresi seismik

dalam waktu singkat. 

2. Poor contrast acoustic impedance : komposisi reservoir karbonat ditunjukkan dengan

komposisi mineralogi yang sangat terbatas,limestone atau dolomite, sering mempunyai

kontras kecepatan yang sangat kecil. Deteksi karbonat porous dalam limestone

reefssangatlah sulit. 

3. Sangatlah sulit dalam menentukan shale seal. Misalnya, Low-velocity shale yang

kontak dengan high-velocity (tight) limestonesering menimbulkan misinterpretasi

Page 24: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

untuk low-velocity layers dariporous dolomite diatas high-velocity (tight) limestone.

Reflektifitas untuk P-waves

normal incidence serupa untuk kedua kasus ini. 

4. Karbonat umumnya mempunyai kedalaman yang cukup dalam, sehingga energi

seismik mengalami adsorbsi, atenuasi, mendistorsi lapisan batuan untuk mencapai

karbonat dan dipantulkan kembali ke permukaan. 

Penelitian yang diterbitkan baru-baru ini menunjukkan bahwa tipe pori karbonat sangat

mempengaruhi hubungan porositas-kecepatan (e.g., Eberli et al. 2003). Multi-scale pore

system pada batuan karbonat menyebabkan beberapa penulis untuk mempertanyakan

validitas perhitungan fluid substitution menggunakan persamaan Gassmann (e.g.,Wang

1997, Baechle et al. 2005), sedangkan yang lain berpendapat bahwa persamaan

Gassmann bekerja sangat baik (e.g., Rasolofosaon 2006, Adam et al.2006). Ini sangatlah

penting untuk memahami mengapa persamaan Gassmann tampak bekerja untuk batuan

karbonat pada beberapa kasus namun tidak dalam kasus yang lain.

Model teoritis (e.g., Kuster and Toksoz 1974) disisi lain mempertimbangkan dampak dari

beberapa faktor seperti porositas, tipe pori, dan fluida pori, secara konsisten. Sebagai

contoh, mereka sering menggunakan pendekatan orde pertama karena mereka

mengabaikan interaksi mekanis antara pori-pori. Dengan demikian, mereka hanya

berlaku pada konsentrasi fluida pori. Metoda Differential Effective Medium (DEM)

method (e.g.Nishzawa 1982) atau metoda self-consistent method (e.g. Willis 1977) dapat

diintegrasikan dengan berbasis model inklusi (e.g. Kuster dan Toksoz 1974) untuk

menjelaskan mekanisme interaksi ini. Dalam kasus tipe sistem multi-pori, pori-pori DEM

menambahkan jenis yang berbeda menjadi sebuah model komputasi dengan cara

berurutan. Pendekatan ini membuat pendekatan DEM asimetris, yaitu, dengan hasil akhir

tergantung pada susunan pori-pori berbeda jenis ditambahkan ke sistem. Xu et al. (2006)

mengenalkan teori baru DEM untuk memecahkan masalah ini. Pada pendekatan yang

terakhir, sebagian kecil dari semua jenis pori-pori yang ditambahkan ke sistem secara

proporsional dalam setiap pengulangan perhitungan. Pendekatan baru ini membuat DEM

simetris, tapi itu membuat perhitungan fluid subsitution berikutnya menjadi lebih rumit. 

Page 25: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Xu dan White (1995, 1996) mengembangkan sebuah model rock physics yang

mensimulasikan efek gabungan dari beberapa faktor dalam kecepatan gelombang P dan

S. Keys dan Xu (2002) mengusulkan sebuah metode pendekatan dry rock, yang secara

dramatis mempercepat perhitungan numerik DEM dengan tetap menjaga akurasi. Xu et al

(2007) memperluas model batuan karbonat Xu-White. Dalam model mereka, total

volume pori dibagi menjadi empat jenis tipe pori berdasarkan estimasi volume pori serpih

: (1)clayrelated pores, (2) interparticle pores, (3) microcracks, dan (4)stiff pores. 

Pertama, total pore space dibagi ke dalam clay dan clay pore dengan menggunakan

skema yang diusulkan oleh Xu dan White (1995), 

Vsh yang merupakan volume of shale, yang dinormalisasikan dengan total volume

matriks butiran. Terlepas dari kenyataan bahwa batuan karbonat umumnya clean, tetap

disimpan clay pores dalam model untuk membuat itu berlaku untuk campuran

lingkungan klastik-karbonat.

Microcracks mewakili komponen yang paling sesuai untuk kompresibilitas batuan, baik

dalam klastik atau karbonat. Sebagai hasilnya, mereka sangat sensitif terhadap stress.

Kami menggunakan persamaan berikut untuk menghubungkan crack porosity terhadap

porositas efektif. 

Di mana φ Init menunjukkan initial crack porosity pada tegangan efektif overburden nol

σ 0, dan β adalah konstanta. φ sInit dan β dapat diperkirakan dari stress-

dependent kecepatan gelombang P-S yang diukur di laboratorium.

Stiff pores (Stiff φ) menggambarkan rounded moldic pores atau vugspada batuan

karbonat. Untuk batuan klastik, Stiff φ mungkin diatur ke nol. Akhirnya, interparticle

pores (φ IP) membuat ruang pori yang dominan di batuan sedimen. Ini adalah ruang di

antara butir pasir dalam kasus klastik. Mereka, secara umum, tidak peka terhadap stress

dan tidak memiliki orientasi. 

Page 26: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Gambar sebelah kiri adalah karbonat dengan interparticle pores, gambar yang ditengah

adalah karbonat dengan interparticle danrounded interframe pores, gambar sebelah

kanan adalah karbonat dengan interparticle pores dan micro-cracks.

Xu&Payne (2009) menunjukkan bahwa sistem porositas karbonat dapat ditafsirkan dalam

tiga komponen pori : (1) reference interparticle pores dengan aspek rasio 0.15; (2) soft

micro-cracksdengan aspek rasio 0.02; (3) stiff vuffy pores dengan aspek rasio 0.8. 

Crossplot dari Vp vs Porositas menunjukkan indikasi kontribusi relatif dari tiap-tiap

komponen pori (Xu & Payne, 2009). 

Xu – Payne

Model isotropis rock physics karbonat telah dirilis dan digunakan oleh Icon Science. Ini

merupakan perluasan model Xu-White, yang awalnya didesain untuk batuan klastik,

hingga batuan karbonat.

Workflow of Xu - Payne model

 

 

BAB VI

KESIMPULAN

 

Page 27: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan

beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan

oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah

orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut.

Faktor-faktor yang menjadi perhatian studi Petroleum System adalah batuan sumber

(source rocks), pematangan (maturasi), reservoir, migrasi, timing, perangkap (trap),

batuan penyekat (sealing rock) dan fracture gradient.

Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya

reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi,

temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya.

Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan

reservoir, lapisan penutup dan perangkap.

Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh sekelompok molekul yang terdiri dari

elemen kimia Hidrogen (H) dan Karbon (C). Minyak dan gas bumi terdiri dari kedua

elemen ini, yang mempunyai proporsi yang beraneka ragam. Apabila ditemukan deposit

hidrokarbon disuatu tempat, akan sangat jarang dapat ditemukan di tempat lain dengan

komposisi yang sama, karena daerah pembentukkannya berbeda.

Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon sendiri

terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, tergantung pada kondisi (tekanan

dan temperatur) reservoir yang ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan

mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik fluida reservoir.

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih

dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum

meliputi Batugamping dan Dolomit.

Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang

mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut

Page 28: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi

secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat

pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang

sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite).

Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan

detritus seperti besar butir, pemilahan, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil

pengendapan kimiawi. Matrixnya juga bervariasi dari lumpur karbonat berbutir padat

hingga kristal-kristal kalsit atau dolomit. Tekstur juga ada yang terbentuk dari

pertumbuhan organisme.

Secara umum, klasifikasi batuan karbonat ada 2 macam, yaitu: klasifikasi deskriptif dan

klasifikasi genetik. Klasifikasi deskriptif merupakan klasifikasi yang didasarkan pada

sifat-sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti fisik,

kimia, biologi, mineralogi atau tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang

lebih menekankan pada asal usul batuan.

Meskipun lingkungan pembentukan endapan karbonat dapat terjadi mulai dari

zona supratidal sampai cekungan yang lebih dalam di luar shelf, paparan cekungan

dangkal (shallow basin platform) yang meliputi middle shelf dan outer shelf adalah

tempat produksi endapan karbonat yang utama dan kemudian tempat ini disebut

sebagai subtidal carbonate factory.

Porositas adalah suatu pengukuran ruang kosong dalam material, dan yang diukur dalam

bentuk pecahan antara 0 dan 1, atau dalam persentase antara 0-100%. Istilah porositas

digunakan di berbagai bidang termasuk bidang manufaktur, ilmu bumi, dan ilmu

bangunan. Porositas dari medium yang berpori (seperti batuan atau sedimen) menyatakan

bagian ruang kosong dalam material, dimana ruang kosong itu dapat berisi udara atau air,

yang didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang kosong (seperti fluida)

atau VV dan volume total atau volume bulk dari material, yaitu volume material dan

ruang kosongnya (VT) .

Page 29: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

Permeabilitas suatu batuan merupakan ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan

fluida. Permeabilitas merupakan parameter yang penting untuk menentukan kecepatan

aliran fluida di dalam batuan berpori dan batuan rekah alami. Permeabilitas biasanya

dinyatakan dalam satuan mD (mili Darcy), dibidang geothermal seringkali dinyatakan

dalam m2 , dimana 1  Darcy besarnya sama dengan 10-12 m2. Besarnya permeabilitas

batuan tidak sama kesegala arah (anisotropy), umumnya permeabilitas pada arah

horizontal jauh lebih besar dari permeabilitas pada arah vertikal (Saptadji, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

 

BAGAIMANA HIDROKARBON BISA SAMPAI KE PERMUKAAN?

http://doddys.wordpress.com/2007/10/26/bagaimana-hidrokarbon-bisa-sampai-ke-

permukaan/

Batugamping Sebagai Reservoir   Hidrokarbon

http://earthfactory.wordpress.com/2009/04/17/batugamping-sebagai-reservoir-

hidrokarbon/

Carbonate Rock Physics 

http://inibumi.blogspot.com/2010/02/carbonate-rock-physics.html

DASAR-DASAR TEKNIK RESERVOIR

http://halibur.blogspot.com/2009/11/dasar-dasar-teknik-reservoir-reservoir.html

Eksplorasi minyak bumi

Page 30: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

http://id.wikipedia.org/wiki/Eksplorasi_minyak_bumi

Petrofisik

http://id.wikipedia.org/wiki/Petrofisik

Petroleum Lecture - Sifat Fisik Batuan Reservoir Migas

http://www.tomohoners.com/showthread.php?t=1061

Petroleum System (Sistem Minyak dan Gas Bumi) 

http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/11/petroleum-system-sistem-minyak-dan-

gas.html

 

POROSITAS BERBAGAI JENIS BATUAN

http://erdeka-okey.blogspot.com/2008/07/porositas-berbagai-jenis-batuan.html

Proses Pembentukan Minyak Bumi

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/proses-pembentukan-

minyak-bumi/

PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI 

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana

%200606249_IE6.0/halaman_7.html

 

Proses Pembentukan Minyak Bumi 

Page 31: Batuan Karbonat Sebagai Reservoir Migas

http://www.agussuwasono.com/artikel/oil-knowledge/240-proses-pembentukan-minyak-

bumi.html

Reservoar Batuan Karbonat 

http://cogangeologist.blogspot.com/2010/12/reservoar-batuan-karbonat.html

Tucker, E. Maurice. "Petrology of Sedimentary Rocks"

SELESAI