BAB IV Industri 4
-
Upload
nurdianisyara -
Category
Documents
-
view
260 -
download
0
Transcript of BAB IV Industri 4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Kimia farma merupakan suatu industri farmasi yang satu-satunya milik
pemerintah indonesia dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Sejarah PT. Kimia Farma
dimulai sekitar tahun 1957, dimana pada saat Indonesia mengambil alih perusahaan milik
Belanda yang bergerak di bidang farmasi. Perusahaan-perusahaan yang mengalami
nasionalisasi tersebut meliputi, N. V. Pharmaccutische Hendel Svereneging J. Van Gorkom
& Co.,(Jakarta), N. V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N. V. Bandoengsche
Kinine Fabriek, (Bandung), N.V. Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto) dan N. V.
Verband Stoffe Fabriek (Surakarta).
Berdasarkan Undang-undang No. 86 tahun 1956, pemerintah Indonesia melakukan
nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi Belanda tersebut dan menurut Peraturan
Pemerintah No. 69 tahun 1968 statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Farmasi (PNF)
yang terbagi menjadi 8 perusahaan farmasi.
Pada tanggal 23 januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969 perusahaan-
perusahaan Negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma dengan tujuan
penerbitan dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan Negara. Selanjutnya pada tanggal 16
Agustus 1971, perusahaan negara farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum
menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga
selanjutnya menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 juli tahun 2002 PT Kimia Farma Tbk. resmi terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik dan berubah
menjadi PT Kimia Farma Tbk. Industri ini terdiri dari 5 plant yang tersebar di Indonesia
yakni di Jakarta, Bandung, Watudakon, Semarang, dan Medan. PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Medan adalah plant yang hanya memproduksi tiga sediaan obat, yaitu kapsul,
tablet, dan krim/salep. Plant medan juga merupakan plant yang lebih banyak memproduksi
obat generik. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan secara keseluruhan mempunyai
71 karyawan yang terdiri dari seorang Plant Manager, 2 orang Asisten Manager, 8 orang
supervisor dan 60 orang pelaksana. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan
mempunyai 3 orang apoteker yang menjadi penanggung jawab bagian produksi, penanggung
jawab QC, dan penanggung jawab QA. Seorang Plant Manager bertugas merencanakan,
mengawasi, mengatur, mengontrol dan meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia ,bahan baku setengah jadi atau bahan jadi dan mesin – mesin produksi didalam
wilayah tanggung jawabnya guna memaksimalkan effisiensi, meminimalkan biaya dan
menghasilkan bahan setengah jadi atau jadi yang memenuhi standard kebutuhan konsumen.
Secara umum Konstruksi bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan
telah memenuhi persyaratan CPOB, dimana dinding dan langit-langit permukaan licin dan
tidak terdapat sudut. Lantai dan dinding di dalam ruang produksi dilapisi dengan epoksi,
ruang produksi dari masing-masing jenis sediaan letaknya terpisah. Sistem tata udara yang
digunakan pada ruang produksi menggunakan Air Handling Unit (AHU) secara sentral.
Adapun tujuannya yaitu untuk menhindari kontaminasi silang antar produk, menghindari
kontaminasi produk pada karyawan, serta menghindari kontaminasi karyawan ke produk.
Sistem Tata udara di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terbagi menjadi 3 zona,
yaitu: zona A untuk ruang produksi sediaan tablet dan kapsul, zona B untuk ruang koridor,
sedangkan zona C yaitu untuk ruang produksi kapsul dan penyetripan.
Pada Praktek Kerja lapangan di industri kimia farma ini, segala bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh personil terarah dan teratur sesuai dengan peraturan yang ada.
a. Proses pengolahan air
Pada proses pengolahan air di industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Medan , terdapat 2 jenis air yang digunakan, yaitu air rumah tangga dan air untuk farmasi.
Air rumah tangga adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci
pakaian, alat, dan keperluan lain diluar proses produksi. Sedangkan air untuk farmasi adalah
air yang digunakan untuk keperluan produksi sediaan obat yang ada di PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Medan. Air yang digunakan untuk proses farmasi adalah air aquadem
(aquademineralisasi). Dimana langkah awal proses pembuatan air aquadem yaitu awalnya air
diperoleh dari sumur yang kemudian dialirkan masuk ke tandon lalu masuk ke tabung 25
µm. Tabung ini berfungsi untuk menyaring partikel air yang ukurannya tidak lebih dari 25
µm. Kemudian dilanjutnya ke sand filter, proses ini berfungsi untuk menyerap lumpur yang
terdapat di air. Lalu air dialirkan menuju tabung carbon filter, filter yang digunakan sebagai
penyaring dapat berupa arang atau tulang hewan yang telah dihaluskan, fungsinya untuk
menyerap bau, rasa dan warna dari air. Untuk menandakan carbon itu masih dapat berfungsi
lagi atau tidak dapat dilihat dari rasa, dan bau pada air yang dihasilkan. Selanjutnya air
dialirkan menuju proses resin anion dan kation, disini trerdapat 2 buah tabung. Resin anion
Fungsinya untuk menyerap ion OH- sementara resin kation menyerap ion H+. Selanjutnya air
tersebut dialirkan menuju tabung mixbed dimana terdapat 2 gabungan resin dalam 1 tabung
yaitu anion dan kation . kapasitas resin kation sebanyak 40L dalam 1 tabung, sedangkan
anion 60L. Dalam tabung mix terdapat gabungan dari kedua resin sebanyak 100L resin.
Setelah proses ini selesai, kemudian menuju proses filtrasi air di tabung ukuran filter 5 µm,
kemudian 1 µm, dan terakhir 0,25 µm hingga diperoleh air yang benar-benar baik dan bebas
dari partikel. Kemudian hasil filtrasi di tampung di tangki hasil jadi dengan kapasitas 500L.
Pembilasan tabung pengolahan air dilakukan setiap air, tujuannya untuk membuang sisa
endapan pada proses penyaringan sebelumnya. Proses pendistribusian air menggunakan
Looping System, dimana air terus bergerak melalui pipa yang mengalir ke ruang produksi,
apabila air sedang tidak digunakan maka air tersebut kembali lagi ke tabung
penampungannya, begitulah seterusnya atau terjadi sirkulasi sehingga air tidak dalam
keadaan diam. Tujuannya agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba pada air.
b. Proses produksi
proses produksi atau pembuatan suatu produk farmasi dilakukan setelah adanya proses
perencanaan yang telah diberikan oleh pihak marketing PT. Kimia Farma kantor pusat,
kemudian PPPI melakukan perencanaan terhadap jumlah dan produk yang harus diproduksi
oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, selanjutnya pihak PPPI akan melakukan
pemesanan atau pengadaan terhadap bahan baku kepada pengadaan PT. Kimia Farma pusat.
Proses produksi dilakukan apabila telah mendapatkan SPK (surat perintah kerja) dari
pihak PPPI. Sebelum melakukan proses Produksi, personil harus melakukan berbagai tahap
pembersihan diri dan pemakaian APD (alat pelindung diri) yang lengkap seperti jas lab,
masker, sarung tangan, tutup kepala, dan sarung kaki atau sarung sepatu Serta membersihkan
tangan dengan desinfektan. Tujuannya yaitu untuk memastikan personil telah aman dan bebas
dari mikroba sehingga produk yang dihasilkan bebas dari kontaminasi. Ruang produksi PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan merupakan ruang produksi kelas A, dengan suhu
udara 20-27oC dengan kelembapan maksimal 70%.
Pada saat Praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Medan, ada beberapa alur produksi yang diketahui dan dapat dijabarkan dalam
pembahasan ini. Untuk alur proses produksi krim dan salep diawali pada ruang bahan baku.
Pada proses pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC dengan
mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC meliputi
pemerian, kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dari hasil uji tersebut tim QC
dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB
atau tidak. Lalu petugas yang bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang
menimbang bahan-bahan apa saja yang akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim
dan salep. Penimbangan bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan
baku ini dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi
produk antara. Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang telah
ditimbang dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen CPB (Catatan
Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.
Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini, awalnya air
ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang digunakan dalam proses
produksi menggunakan air Aquadem (Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air yang
diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah
melewati serangkaian proses pernyaringan. Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot,
tangki ini berfungsi untuk melebur fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan proses
pencampuran bahan dengan menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer. Pada alat ini proses
pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa krim/salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di tempatkan di
ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di lakukan kembali proses IPC
oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas, koefisien variasi, dan stabilitas krim jika
dinyatatakan lulus maka produk tersebut dimasukkan ke dalam wadah. selama proses
pengisian sediaan krim/salep operator melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali,
proses ini bertujuan untuk memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan
dari kemasan. kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk
ruahan untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi
pemerian, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi dan
keseragaman sediaan,. Waktu yang dibutuhkan untuk menuggu hasil pemeriksaan ini yaitu 1-
2 hari.
Setelah lulus uji dari tim Quality control, pihak produksi melakukan serah terima
dengan pihak pengemasan dengan melampirkan dokumen yang tertera pada produk.
Pada proses pembuatan kapsul, hal yang pertama dilakukan adalah pengambilan
bahan baku dari gudang yang telah lulus uji pemeriksaan oleh QC kemudian penimbangan
bahan baku yang diambil per satu bets beserta dokumennya kemudian dilakukan proses
pencampuran dengan menggunakan alat V mixer. Sistem kerja alat tersebut berputar
mencampur massa sediaan. Yang perlu diperhatikan pada proses ini adalah LOD (Lost On
Dryer) yaitu kadar air pada massa atau granul karena persyaratan pembuatan kapsul
massanya tidak boleh terlalu lembab dan tidak boleh terlalu kering. Hal ini karena akan
berdampak pada proses pembuatan selanjutnya. Setelah selesai pada proses pencampuran
massa lalu produk di karantina di ruang karantina produk antara untuk menunggu label lulus
uji dari laboraturium. Setelah lulus uji dilakukan proses pengisian ke dalam kapsul. Pada
setiap 15 menit dilakukan proses penimbangan untuk memastikan berat kapsul beserta granul
tersebut sesuai yang diinginkan. Suhu yang digunakan pada produksi kapsul sama dengan
produksi krim/salep yaitu 20-25ºC dengan menggunakan alat Thermohigro. Kelembapan
pada ruang berkisar 35-65% dan tekanan udara 5-10 pascal. Setelah proses pengisian lalu
dilakukan penyimpanan kembali di ruang karantina produk ruahan dan menunggu hasil uji
laboraturium yang meliputi uji disolusi dan kadarnya. Sambil menunggu hasil pemeriksaan
dilakukan penyortiran kapsul dan dilakukan polising kapsul yang bertujuan untuk
membersihkan cangkang kapsul dari sisa serbuk pengisian kapsul. Setelah itu dilakukan
pengemasan primer yaitu penyetripan kapsul. setelah itu dilakukan pengemasan sekunder dari
pihak produksi melakukan serah terima dengan pihak pengemasan dengan melampirkan
dokumen yang tertera pada produk.
Pada proses pembuatan tablet yang pertama dilakukan adalah pengambilan bahan
baku yang lulus uji pemeriksaan dan penimbangan bahan baku yang diambil per satu bets
beserta dokumennya kemudian dilakukan proses granulasi atau pencampuran awal dengan
menggunakan alat Super mixer yang akan menghasilkan granul basah, setelah itu massa
dikeluarkan dan dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan alat FBD yang akan
menghasilkan granul kering dan yang harus diperhatikan adalah suhu dan waktu pengeringan.
Setiap produk obat memiliki suhu pengeringan yang berbeda berdasarkan kandungan zat
berkhasiatnya. Dari granul kering selanjutnya dilakukan proses pengayakan tujuannya untuk
mengecilkan ukuran granul. Lalu masuk proses pencampuran akhir dengan pencampuran
bahan tambahan dan bahan pelicin, setelah itu massa yang dihasilkan akan masuk ke ruang
karantina untuk di uji dilaboraturium, setelah lulus uji lalu dilakukan pencetakan tablet yang
harus diperhatikan adalah bobotnya dengan melalukan penimbangan 20 tablet per 15 menit.
Lalu di uji keregasan dan kekerasan oleh QC dilaboraturium. Setiap tahapan proses produksi
dilakukan proses pengontrolan mutu atau IPC (In Proses Control) yang dilakukan oleh
petugas QC (Quality Control). pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC lalu dilakukan
pensortiran yang akan masuk di ruang karantina produk ruahan selama yang dalam keadaan
baik dengan label lulus uji berwarna hijau dan dokumennya disetiap produk, waktu yang
dibutuhkan tes uji oleh QC yaitu 1-2 hari. Penyimpanannya berdasarkan FIFO dan
berdasarkan sediaan untuk mencegah kontaminasi. Setelah lulus uji dari tim Quality control,
pihak produksi melakukan serah terima dengan pihak pengemasan dengan melampirkan
dokumen yang tertera pada produk. Alat yang digunakan semua sudah terkualifikasi dan
validasi alat setiap 1 tahun sekali oleh QA.
c. Proses Pengemasan
Pada pengemasan sekunder terdapat 4 jalur ruang pengemasan. Setiap jalur tersebut
menyelesaikan 2 batch setiap harinya, yang dibantu oleh tenaga Outsearching dan mahasiswa
PKL dari berbagai universitas.. Setelah proses pengemasan selesai dilakukan proses
pengepakan produk .Dari hasil pengempakan diperoleh sebanyak 147 dus/batch. Produk yang
telah dikemas tersebut disebut Produk jadi, untuk selanjutnya produk disimpan di ruang
Karantina obat jadi sambil menunggu hasil pemeriksaan Finish Pack Analysis dari pihak QC,
setelah lulus uji, produk disimpan di Gudang obat jadi. barulah produk tersebut disalurkan
oleh PBF.
d. Sistem pengolahan limbah
Sistem pengolahan limbah yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma (persero) Tbk.
Plant Medan yang terdiri dari limbah padat dan limbah cair yang sebagian besar berasal dari
sisa sampel bahan yang diuji, pencucian alat-alat produksi dan peralatan laboratorium diolah
menggunakan pengolahan limbah cair yang mana limbah cair ini nantinya akan ditampung
dalam penampungan yang terdiri dari 5 bak yaitu bak penampungan, yang mana limbah cair
yang berasal dari ruang produksi dialirkan dan ditampung di bak penampungan tersebut,
kemudian dialirkan ke bak netralisasi yang bertujuan untuk membunuh racun dan zat
berbahaya yang terdapat dalam limbah dengan bantuan bakteri, lalu dialirkan ke dalam bak
aserasi yang terdiri dari 2 bak dimana pada bak tersebut masih dalam proses netralisasi
lanjutan, setelah penetralan selesai limbah dialirkan ke dalam bak sedimentasi yang bertujuan
agar sampah atau atau zat padat yang terbawa dalam limbah tersebut tidak ikut terbawa
kembali pada saat dialirkan ke dalam bak biokontrol, bak biokontrol merupakan bak
penampungan terakhir setelah proses penetralan dan sedimentasi, dalam bak biokontrol ini
limbah yang telah tertampung dipastikan telah aman dan tidak mencemari lingkungan, untuk
menguji bahwa air limbah telah aman akan digunakan indikator ikan sebagai pemastian
sebelum dialirkan ke saluran penampungan air. Selain indikator tersebut dilakukan pula uji
laboraturium terhadap air limbah, yaitu uji Total Sedimentasi Solid (TSS) dan uji kadar
toksit. Sampai saat ini, hasil pengolahan limbah yang dilakukan telah memenuhi persyaratan
dan sesuai parameter baku mutu lingkungan. jadi, dari mulai proses produksi hingga sistem
pengolahan limbah di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memenuhi persyaratan standar
CPOB.