· Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor...

70
INDUSTRI

Transcript of  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor...

Page 1:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

INDUSTRI

Page 2:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong
Page 3:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

BAB VIII

INDUSTRI

I.PENDAHULUAN

Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong terciptanya struktur ekonomi nasional yang ma-kin seimbang melalui penyusunan program terpadu yang saling me-nunjang antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya; meningkatkan penguatan dan pendalaman struktur industri sendiri melalui usaha peningkatan keterkaitan antara berbagai Jenis in-dustri, secara vertikal dan horizontal serta bagi semua ukuran unit-unit usaha industri yang ada; meningkatkan pembinaan in-dustri kecil, sehingga tidak hanya membantu memecahkan masalah kesempatan kerja, tetapi juga meningkatkan peranannya dalam proses pembentukan nilai tambah di sektor industri; memperbesar peranan bangsa Indonesia di dalam usaha pembangunan industri melalui peningkatan kemampuan dalam melakukan rancang bangun dan perekayasaan dalam mengelola usaha industri, dalam pengua-saan teknologi proses produksi, dalam memilih dan mengembangkan teknologi serta meningkatkan ekspor hasil industri.

Dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV, telah diletakkan langkah-langkah strategis dalam rangka pembinaan dan pengemba-ngan industri nasional, yang antara lain telah ditetapkannya Undang-undang No. 5 Tahun 1984 dan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1986 sebagai landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri nasional. Di samping itu, telah pula dilaksanakan kebijaksanaan pengelompokan industri nasional yang terdiri dari kelompok industri dasar, yang dibagi dalam sub kelompok industri logam dasar, mesin dan elektronika dan sub kelompok industri kimia dasar; kelompok aneka industri dan kelompok industri kecil. Dengan demikian masing-masing kelompok jelas fungsinya baik dalam rangka pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan, penggunaan teknologi maju/madya ataupun sederhana, tingkat permodalan dan tingkat kebutuhan tenaga kerja.

Sejalan dengan itu kebijaksanaan pengembangan industri na-sional juga diarahkan kepada usaha pendalaman struktur dalam bidang industri kimia dasar, industri logam dasar, dan aneka

VII/3

Page 4:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

industri; pengembangan industri permesinan dan elektronika; pe- ngembangan industri kecil; pengembangan ekspor hasil industri; pengembangan kemampuan perangkat lunak, dalam bidang-bidang pe-nelitian terapan; rancang bangun dan perekayasaan. Dalam pelak-sanaannya pendalaman struktur tersebut sejauh mungkin dilandasi dengan program keterkaitan, baik keterkaitan antar industri maupun keterkaitan antara industri dengan sektor ekonomi lain-nya.

Langkah-langkah pendalaman dan pemantapan struktur industri telah dirintis sejak Repelita III dan telah menampakkan hasil-hasilnya, yaitu berkurangnya ketergantungan akan impor bahan baku/bahan penolong dan mesin-mesin. Langkah-langkah ini telah dapat menimbulkan dampak positif, yaitu dengan semakin tercip-tanya keterkaitan antara industri hulu yang memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dengan industri hilir; terca-painya peningkatan nilai tambah baik dari sektor industri mau-pun sektor ekonomi lainnya yang berkaitan; meningkatnya kemam-puan swasembada dan kemandirian industri nasional yang sekali-gus merupakan landasan kokoh untuk meningkatkan kemampuan eks-por hasil industri; tumbuhnya zona-zona industri yang tersebar di berbagai wilayah sebagai pendorong utama pengembangan ekono-mi dan pemerataan hasil pembangunan.

Tahap demi tahap struktur industri berkembang terus, antara lain meliputi industri pupuk urea, ZA, TSP; industri pulp dan kertas termasuk kertas koran; industri rayon; industri kaca lembaran; industri semen; industri pestisida; industri besi ba-ja; industri logam aluminium; industri tekstil; industri kelapa sawit dan industri hasil hutan. Hal ini tercermin pada kapasi-tas industri dalam negeri yang terus meningkat, baik untuk me-menuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Komoditi hasil industri yang telah mampu dihasilkan di da-lam negeri adalah sebanyak 359 komoditi, yang meliputi 134 ko-moditi kelompok aneka industri, 94 komoditi kelompok industri kimia dasar dan 131 komoditi kelompok industri mesin dan logam dasar.

Usaha-usaha untuk mengembangkan industri permesinan terus dilakukan dan telah dirintis pula pengembangan industri berat, permesinan dari industri strategis yang menghasilkan antara lain mesin perkakas, mesin pertanian, alat-alat berat, alat-alat listrik, elektronika, kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang, kapal dan bangunan lepas pantai dan mesin peralatan pabrik. Selanjutnya, pengembangan jenis-jenis industri perme-

VII/14

Page 5:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

sinan mendorong terciptanya keterkaitan yang erat antara indus-tri tersebut dengan kegiatan industri kecil dalam bentuk hu-bungan subkontrak dan sistem bapak-angkat/anak-angkat yang Sa-ling menguntungkan.

Dalam dua tahun pertama pelaksanaan Repelita IV titik berat pengembangan industri kecil diarahkan kepada usaha pembinaan di sentra-sentra industri kecil yang tersebar di seluruh wilayah dan program konsolidasi di lingkungan industri kecil yang telah dibangun sejak Repelita III karena dalam Repelita IV tidak di-adakan penambahan LIK baru .

Dalam tahun 1984/85 telah dibina sebanyak 1.322 sentra dan ditingkatkan menjadi 1.562 sentra pada tahun 1985/86. Dengan peningkatan jumlah sentra tersebut, maka unit usaha industri kecil meningkat sekitar 1.554.900 unit dalam tahun 1983/84 menjadi sekitar 1.570.700 unit usaha pada tahun 1984/85 dan sekitar 1.664.800 unit usaha pada tahun 1985/86. Tambahan la-pangan kerja yang dapat diciptakan oleh industri kecil selama dua tahun Repelita IV adalah sekitar 835.000 orang.

Ekspor hasil industri yang secara bertahap semakin mening-kat dilaksanakan melalui usaha pengembangan industri yang memi-liki keunggulan komparatif dengan orientasi ekspor; dan indus-tri yang semula bergerak dalam substitusi impor menjadi indus-tri ekspor, antara lain tekstil dan semen. Jumlah komoditi yang diekspor pada tahun 1985/86 semakin meningkat yaitu seba-nyak 240 komoditi industri, terutama pada kelompok aneka indus-tri sebanyak 77 komoditi, disusul dengan industri mesin dan logam dasar sebanyak 30 komoditi, industri kimia dasar 12 komoditi dan industri kecil sebanyak 121 komoditi.

Kelompok industri yang mampu melaksanakan ekspor menunjuk-kan perkembangan yang baik. Produk yang telah dapat diekspor antara lain adalah aluminium ingot, karet bongkah, kayu lapis, kayu gergajian, papan partikel, serat sintetis, resin perekat, bahan kimia tekstil, kaca lembaran, benang, tekstil lembaran dan pakaian jadi.

Sementara itu industri pupuk urea, pupuk TSP, pupuk ZA, pestisida, mesin penumbuk padi, mesin peralatan pabrik kopi, mesin peralatan pabrik karet bongkah, mesin peralatan pabrik kelapa sawit, karung goni, karung plastik yang merupakan jenis-jenis industri penunjang sektor pertanian berkembang pula de-ngan pesat. Industri substitusi impor dimana pasaran produk-produknya belum jenuh juga berkembang. Termasuk dalam Jenis in-

V I I I / 5

Page 6:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

dustri ini adalah industri yang menghasilkan sentral telepon, transformator distribusi, kWh meter, kertas sigaret/rumah tang-ga, zink oksida.

Dalam pada itu pada tahun 1984/85 telah dihasilkan beberapa jenis komoditi baru seperti gips, aluminium fluorida, bahan aktif pestisida, asam fosfat, mesin bubut, alat-alat berat konstruksi seperti bulldozer, hydraulic. excavator, motor grader dan wheel loader, beberapa komponen-komponen kendaraan bermotor seperti gandar belakang, chassis, peleg roda, propeller shaft, generator besar dan industri elektronika profesional terutama komputer jenis mikro.

Dalam bidang perangkat lunak dialami pula peningkatan khu-susnya dalam bidang rancang bangun dan perekayasaan. Pening-katan ini meliputi rancang bangun dan pembangunan pabrik gula, minyak kelapa sawit dan crumb rubber mulai dari perekayasaan dan pembuatan mesin-mesin/peralatan, rancang bangun sampai pem-buatan pabriknya. Sementara itu usaha yang sama telah dirintis pula dalam pabrik pupuk urea, semen, amonia dan kertas.

Meskipun keadaan ekonomi dunia dan nasional masih berat, namun secara umum pertumbuhan industri nasional dalam tahun 1985/86 kelihatannya cukup memadai. Pertumbuhan tersebut teru-tama disebabkan oleh terciptanya iklim usaha yang sehat dan di-namis, ditingkatkannya ekspor hasil industri, dilaksanakannya program keterkaitan yang meningkatkan nilai tambah, dilaksana-kannya program pendalaman struktur industri sehingga impor bahan baku/bahan penolong/barang-barang modal berkurang, dilak-sanakannya optimalisasi penggunaan kapasitas terpasang, serta dimanfaatkannya energi dan bahan baku secara lebih efisien.

Namun terdapat pula beberapa jenis industri yang mengalami kelesuan produksi, seperti industri mesin diesel, generator, kendaraan bermotor roda empat, sepeda motor, mesin jahit dan peralatan listrik rumah tangga. Sedangkan beberapa jenis pro-duksi yang mengalami kelesuan pada tahun pertama tetapi menga-lami peningkatan pada tahun kedua Repelita IV, dialami oleh in-dustri yang menunjang sektor konstruksi, misalnya industri besi baja untuk bangunan, ban kendaraan bermotor roda dua.

Dalam pada itu jumlah tenaga kerja baru yang dapat diserap oleh seluruh kelompok industri pada tahun 1985/86 mencapai jum-lah kurang lebih 621.500 orang yang berarti menunjukkan kenaik-an sebesar 76% dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang da-

VIII/6

Page 7:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

pat diserap pada tahun 1984/85. Dari jumlah tersebut, 8.000 orang diserap oleh kelompok industri kimia dasar, 12.000 orang oleh kelompok industri mesin dan logam dasar, 44.500 orang oleh ke-lompok aneka industri dan 557.000 orang oleh industri kecil.

Selanjutnya secara terperinci, hasil-hasil yang telah di-capai pada masing-masing kelompok industri dan kebijaksanaan yang diambil selama pelaksanaan Repelita IV adalah sebagaimana terdapat dalam uraian berikut ini.

II. HASIL-HASIL PELAKSANAAN

Berikut ini akan disampaikan hasil-hasil yang telah dicapai masing-masing kelompok industri pada permulaan Repelita IV khu-susnya dalam tahun 1985/86. Namun demikian, oleh karena pemba-ngunan industri pada Repelita IV merupakan kelanjutan dari pem-bangunan industri pada Repelita III dan hasil yang dicapai da-lam Repelita IV dipengaruhi pula oleh posisi pada Repelita III maka dalam beberapa hal uraian mengenai hasil yang dicapai pada permulaan Repelita IV, khususnya dalam tahun 1985/86 akan dida-hului oleh uraian singkat mengenai posisi dan apa yang dicapai pada Repelita III.

1. Industri Mesin dan Logam Dasar

Hasil dari kelompok industri mesin dan logam dasar sebagian besar merupakan barang modal yang sangat diperlukan dalam ke-giatan produksi di berbagai sektor ekonomi. Dalam Repelita III pengembangan kelompok industri mesin dan logam dasar diarahkan pada penguatan struktur industri melalui peningkatan produksi bahan baku/produk dasar, mesin-mesin peralatan/barang jadi dan barang-barang konstruksi, serta pembuatan komponen, baik untuk kebutuhan sektor industri sendiri maupun untuk sektor-sektor lainnya. Begitu pula dengan pemanfaatan dan penataan potensi industri logam dasar yang ada dengan meningkatkan efisiensi produksi dan mutu produk. Sementara itu penguatan dan pendalam-an struktur industri ini diarahkan pula kepada terjalinnya ke-terkaitan antara industri kecil, menengah dan besar secara le-bih efisien.

Sampai dengan akhir Repelita III perkembangan industri me-sin dan logam dasar telah mampu menghasilkan beberapa jenis produk baru dengan tingkat teknologi yang relatif tinggi. Seca-ra kualitatif, perkembangan industri mesin dan logam dasar mengalami kemajuan yang cukup pesat disebabkan semakin mening-

VIII/7

Page 8:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

katnya kemampuan teknologi di samping juga adanya peningkatan permintaan akan hasil-hasil barang logam. Namun demikian keter-gantungan pada impor di sektor ini masih cukup besar. Sekitar 96% hasil produksi industri ini digunakan untuk pemenuhan kebu-tuhan dalam negeri sedangkan sisanya sebesar 4% untuk diekspor.

Berdasarkan keadaan yang telah dicapai sampai dengan akhir Repelita III, langkah-langkah kebijaksanaan yang diambil pada awal Repelita IV dibidang industri mesin dan logam dasar teru-tama diarahkan pada industri-industri yang menghasilkan bahan baku logam yang diperlukan untuk pengembangan industri perme-sinan seperti baja lembaran, baja batangan, cor, tempa baja pa-duan, alumunium dan tembaga paduan. Selanjutnya dikembangkan pula jenis industri yang mempunyai pasar yang cukup potensial serta mempunyai rangkaian proses produksi yang panjang dan mem-punyai keterkaitan yang luas, baik antara industri hulu dengan industri hilir, maupun antara industri besar, menengah dan se-dang. Khusus pengembangan industri permesinan dan elektronika dilakukan dengan dua cara; pertama, dimulai dari penguasaan atau adaptasi rancang bangun dan perekayasaan yang diikuti dengan penguasaan pembuatan peralatan; kedua, mulai dari pera-kitan kemudian diikuti dengan pembuatan komponen melalui pro-gram penanggalan (deletion program). Usaha peningkatan kemampu-an perangkat lunak diarahkan pada peningkatan rancang bangun dan perekayasaan pabrik dan mesin peralatan, pabrik pengolah hasil pertanian (termasuk hasil hutan), semen, pupuk, petro-based industries dan sistem perangkat komunikasi.

Di samping langkah-langkah tersebut di atas, akan diusaha-kan pula optimalisasi kapasitas terpasang dan peningkatan efi-siensi serta melaksanakan keterkaitan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya dengan memanfaatkan potensi pasar dalam negeri secara efektip. Usaha ini juga akan memberikan landasan yang kuat untuk pelaksanaan ekspor. Demikian pula pem-binaan industri diarahkan kepada pembinaan per komoditi yang dilandasi oleh studi nasional, serta peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja dalam menguasai teknologi dan ketek-nikan melalui pendidikan, bimbingan dan latihan, baik dalam penelitian maupun pengembangan.

Sejalan dengan perkembangan kelompok industri mesin dan lo-gam dasar secara keseluruhan, cabang industri mesin dan pera-latan mengalami peningkatan yang cukup besar pula. Dalam pada itu kemampuan untuk membuat produk mesin peralatan dalam batas tertentu telah ada di dalam negeri dan beberapa pabrik telah mampu membuat sendiri perekayasaannya. Beberapa jenis industri

V111/8

Page 9:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

yang menonjol dari kegiatan industri ini antara lain mesin bor (drilling machine), mesin freis (milling machine), mesin tekuk (bending machine), mesin roll (rolling machine) dan mesin po-tong. Pada tahun kedua Repelita IV produksi mesin-mesin ini me-ningkat terus seperti tampak dalam Tabel VIII-1. Dibandingkan dengan hasil produksi pada tahun sebelumnya, kenaikan hasil me-sin-mesin tersebut untuk tahun 1985/86 tercatat masing-masing sebesar 65%, 42%, 796%, 500% dan 170%.

Sejalan dengan perkembangan sektor pertanian, permintaan akan mesin dan peralatan pertanian selama dua tahun dalam Repe-lita IV ini mengalami peningkatan yang cukup berarti. Produksi traktor tangan dan traktor besar pada tahun kedua Repelita IV meningkat masing-masing sebesar 37,7% dan 22,7% di atas hasil produksi pada tahun pertama Repelita IV. Demikian juga halnya dengan produksi mesin penumbuk padi, polisher dan rice milling unit mengalami peningkatan dari 1.788 unit, 300 unit dan 401 unit pada tahun 1984/85 menjadi 2.771 unit, 413 unit dan 516 unit pada tahun 1985/86. Sebaliknya penurunan terjadi pada pro-duksi traktor mini, mesin perontok padi dan pompa irigasi yang mengalami penurunan produksi masing-masing sebesar 39,4%, 38,2% dan 43,5% pada tahun 1985/86. Hal ini bersamaan dengan mening-katnya impor produk-produk sejenis dengan harga yang lebih murah.

Sementara itu produksi industri alat-alat berat mengalami peningkatan hampir di semua jenis yang ada. Penurunan produksi terjadi pada jenis buldozer. Bila pada tahun 1984/85 produksi mencapai sebesar 210 unit maka pada tahun 1985/86 produksi bul-dozer turun menjadi 150 unit. Namun apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1983/84 terdapat kenaikan sebesar 582%. Produksi stone crusher plant, plate compacter, asphalt mixing plant pada tahun 1985/86 mengalami peningkatan masing-masing 87,5%, 16,7%, 150% dan 42,9% dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85. Sedangkan untuk jenis produk lain, yaitu: road/vibro roller, wheel loader, motor grader, excavator, bucket elevator dan alat derek masing-masing mengalami peningkatan 22,7%, 300%, 671,4%, 30,7% dan 225,0% dan 50,0%. Pada tahun 1985/86 pada cabang industri alat-alat berat ini muncul jenis industri baru yaitu batching plant.

Di bidang industri mesin listrik terdapat penurunan produk-si, yaitu untuk jenis produksi panel listrik tegangan rendah dan tinggi, welding generator, serta generator dan motor lis-trik. Pada tahun 1984/85 produksi dari masing-masing jenis tersebut mencapai 17.943 buah, 2.840 buah, 32.450 buah dan

VIII/9

Page 10:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

TABEL VIII - 1

PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR,1983/84 - 1985/86

No. Jenis Barang Sat uan 1983/84 Repelita IV1984/85 1985/86

I. INDUSTRI MESIN PERKAKAS

1. Mesin Bubut (lathe) unit 183 300 2122. Mesin Bor (drilling machine) unit 130 225 3723. Mesin Freis (milling machine) unit 25 50 714. Mesin Gerinda Rata (grinding machine) unit - 25 55. Mesin Gerinda Meja unit - 50 906. Mesin Gergaji unit 30 150 e) 1707. Mesin Tekuk (bending machine) unit 25 25 2248. Mesin Skrap (scraping machine) unit - 20 -9. Mesin Roll (rolling machine) unit 15 25 15010. Mesin Potong (shearing machine) unit 20 50 13511. Dies, Mold, Jigs & Fixture unit 150 1.000 1.950

II. INDUSTRI MESIN DAN PERALATANPERTANIAN

12. Traktor Tangan unit 1.065 1.901 2.61813. Traktor Mini unit 68 71 4314. Traktor Besar unit - 22 2715. Mesin Pemipil Padi unit 467 1.788 *) 2.77116. Main Perontok Padi unit 248 680 *) 42017. Polisher unit 235 300 41318. Rice Milling Unit unit 392 401 51619. Pompa Irigasi unit 3.065 3.486 1.971

III. INDUSTRI ALAT-ALAT BERAT/KONSTRUKSI

20. Mesin Pemecah Batu (stone crusher)Plate Compactor

unit 18 *) 40 *) 7521. unit 385 300 350

Asphalt Sprayer22. unit 15 12 3023. Asphalt Mixing Plant unit 5 7 1024. Road/Vibro Roller unit 404 277 34025. Wheel Loader unit 1 16 6426. Motor Grader unit - 7 5427. Excavator unit - 150 19628. Buldozer unit 22 210 *) 15029. Forklift unit 50 58 18330. Bucket Elevator unit 20 40 13031. Mesin Pengaduk Beton (beton molen) unit 1.080 1.100 *) 1.46032. Kran Pengangkat (crane)/Alat Derek ton 880 * ) 800 *) 1.200

IV. INDUSTRI MESIN LISTRIK

33. Transformator Tenaga buah 7 75 8334. Panel Listrik Tegangan Rendah & Tinggi buah 14.000 17.943 10.69135. Welding Generator buah 1.800 2.840 48536. KWH Meter buah 500.000 603.398 997.99137. MCB (Pemutus Arus) buah 500.000 1.000.000 1.052.54838. Transformator Distribusi buah 5.667 5.839 *) 12.12439. Generator Listrik buah 33.771 32.450 20.83340. Motor Listrik buah 5.530 36.000 *) 5.667

VIII/10

Page 11:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Lanjutan Tabel VIII - 1

No. Jenis Barang Satuan 1983/84 Repelita IV1984/85 1985/86

V. INDUSTRI ELEKTRONIKA

41. Sentral Telepon Otomat dan PABX line unit 45.000 42.000 *) 80.000

42. HF - SSB buah 2.500 2.700 1.95743. Radio Broadcast buah 20 20 544. Radio Transmitter buah 10 30 1345. Radio d Wind Sonde buah - 5.000 -46. PCM/Multiplex buah 2.500 6.500 7.62247. Stasiun Bumi Kecil buah 8 10 1048. VHF/UHF Single Channel buah 1.400 2.250 4.02249. TV Relays Station buah 50 120 3050. Integrated Circuit juta unit 639 600.929 274.97151. Pesawat Telepon buah 40.300 37.500 112.02252. Radio Mobil Telephone

- Radio Base Station buah 3 6 1- Radio Mobil buah 600 1.200 1.060

53. Rural Telephone base/ball 15/750 28/1.400 10/50054. Komputer Mikro buah - 5 2.561

VI. KENDARAAN BERMOTOR

55. Kendaraan Bermotor Roda Empat- Kendaraan Niaga buah 97.309 * 99.571 *) 86.249- Kendaraan Serba Guna buah 11.085 * 9.210 *) 9.048- Kendaraan Penumpang buah 24.183 23.368 24.835- Kendaraan Bermotor Stags Sederhana buah 23.152 * 21.521 *) 19.669

56.Sederhana (KBRS)Alat-alat Mobil:- Shook Absorber buah 1.303.300 1.102.315 819.327- Radiator buah 41.800 138.877 121.138- Exhaust System buah 131.655 267.340 209.481= Oil dan Air Filter buah 1.413.615 1.555.000 3.586.000- Piston buah 270.086 297.086 326.795- Piston Ring buah 1.917.016 2.108.718 2.372.808- Busi buah 14.272.300 15.700.000 12.497.000- Engine Diesel unit - - 11.502- Engine Bensin unit - - 48.045- Cabin unit - 126.000 103.637- Chasis unit 131.655 130.202 115.548- Axle unit - 2.080 62.415- Propeller Shaft unit 2.080 62.415- Rear Body unit 95.629 83.933- Brake System unit - - 15.000

- Wheel Rim buah - 649.046 447.399- Fuel Tank buah 131.655 134.828 88.548- Leaf Spring ton - 10.123 8.874- Seat d Seat Frame set 131.655 130.302 114.966

VII. INDUSTRI KERETA API

57. Gerbong Barang unit 400 *) 336

58. Gerbong Penumpang unit 0 *) 64

VIII/11

Page 12:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Lanjutan Tabel VIII - 1

VIII/12

Page 13:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

No. Jenis Barang Satuan 1983/84 Repelita IV1984/85

1985/86

Page 14:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

VIII. INDUSTRI PESAWAT TERBANG

59. Pesawat Terbang buah 7 10 2160.Pesawat Helikopter buah 29 30 43

IX. INDUSTRI PERKAPALAN

61.Kapal Baja Baru BRT 7.865 32.790 *) 23.61662. Reparasi Kapal Baja BRT 391.690 666.149 *) 1.011.643

K. INDUSTRI MESIN DAN PERALATAN PABRIK

63. Mesin Diesel unit 52.775 *) 48.328*) 41.55364. Mesin Peralatan Pabrik Kelapa Sawit ton 3.400 9.420 10.20065. Mesin Peralatan Pabrik Gula ton 1.920 1.700 9.37566. Mesin Pengolah Kopi ton 30 31 1.05067. Mesin Peralatan Pabrik Karet ton 200 1.050 1.67568. Tangki Baja ton 10.000 11.300 10.00069. Boiler Kecil (s/d 5 ton uap/jam) unit 20 7 1270. Boiler Besar (diatas 5 ton uap/jam) unit 4 16 3371. Blower unit 100 450 *) 60072. Konstruksi Baja ton 25.000 48.000 45.000

XI. INDUSTRI LOGAM DAN PRODUK DASAR

73.

A. INDUSTRI BESI BAJA

Besi Spons ton 541.000 713.000 *) 1.008.00074. Ingot/Billet Baja ton 882.600 901.000 *) 1.002.00075. Besi Beton/Profile Ringan ton 724.000 649.000 *) 671.00076. Batang Kawat (Wire Rod) ton 300.000 207.000 321.00077. Kawat Baja ton 110.000 150.000 *) 172.00078. Slab Baja ton 108.000 269.000 *) 391.00079. Baja Lembaran (HRO) ton 127.000 242.000 *) 362.00080. Plat Seng ton 332.258 *) 253.000 *) 274.00081. Pipa Las Lurus ton 215.485 195.000 218.00082. Pipe Baja Spiral ton 31.200 16.300 40.00083. Tin Plate ton - - 23.000

84.

B. INDUSTRI BUKAN BAJA

Aluminium Ingot ton 115.000 181.000 212.00085. Aluminium Extrusion ton 11.000 10.000 *) 11.00086. Plat Aluminium ton 8.000 24.500 *) 26.50087. Batang Tembaga ton 15.000 17.000 20.000

*) Angka diperbaiki

Page 15:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

GRAFIK V I I I - 1PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR.

1983/84 - 1985/86

VIII/13

Page 16:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong
Page 17:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

36.000 buah, sedangkan pada tahun 1985/86 produksinya turun menjadi 10.691 buah, 485 buah, 20.833 buah dan 5.667 buah, atau masing-masing mengalami penurunan produksi sebesar 40,4%, 82,9%, 35,8% dan 84,3%. Sedangkan untuk jenis transformator tenaga, kWh meter, MCB dan transformator distribusi, pada tahun 1985/86 mengalami peningkatan produksi masing-masing sebesar 10,7%, 65,4%, 5,2% dan 107,6% dibandingkan dengan produksi ta-hun 1984/85.

Pengembangan industri elektronika terutama ditujukan pada jenis-jenis sistem peralatan elektronik, peralatan dasar dan komponen. Dari cabang ini yang secara khusus dikembangkan ada-lah industri elektronika professional yang meliputi industri peralatan komunikasi/radio komunikasi, industri pengolahan data elektronika, industri peralatan kontrol elektronika, industri instrumen elektronika dan industri komponen elektronika. Dalam industri ini, terjadi peningkatan yang cukup besar pada produk-si sentral telepon/PABX, VHF/UHF single channel, pesawat tele-pon dan komputer mikro yaitu masing-masing dari 42.000 buah, 2.250 buah, 37.500 buah dan 5 buah pada tahun 1984/85 menjadi masing-masing 80.000 buah, 4.022 buah, 112.022 buah dan 2.561 buah dalam tahun 1985/86. Sedangkan beberapa produk lainnya mengalami penurunan produksi, seperti HF-SSB, radio broadcast, radio transmitter dan radio wind sonde yang mengalami penurunan 27,5%, 75%, 56,7% dan 100%. Begitu juga untuk produksi TV-relay station, integrated circuit, radio mobil telepon dan recall te-lepon, produksi pada tahun 1985/86 masing-masing mengalami pe-nurunan sebesar 75%, 54,2%, 11,7% dan 64,3% dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85. Sedangkan produksi stasiun bumi pada tahun 1984/85 dan 1985/86 masing-masing sebanyak 10 unit, apa-bila dibandingkan dengan produksi tahun 1983/84 mengalami pe-ningkatan sebesar 25%.

Kebijaksanaan dalam pengembangan industri kendaraan bermo-tor, antara lain adalah mendorong jenis-jenis kendaraan yang telah ada ke arah suatu pola standarisasi untuk peralatan dan komponen. Namun produksi kendaraan bermotor ini mengalami kele-suan. Jika pada tahun 1984/85 dihasilkan 99.571 buah kendaraan niaga, 9.210 kendaraan serbaguna, 23.368 kendaraan penumpang dan 21.521 kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS), maka pada tahun 1985/86 produksinya menurun masing-masing menjadi 86.249 buah, 9.048 buah, 24.835 buah dan 19.669 buah. Dengan demikian Produksi kendaraan bermotor roda empat ini pada tahun 1985/86 Mengalami penurunan sebesar 9,0% dibandingkan tahun 1984/85, Sedangkan produksi tahun 1984/85 sendiri mengalami Penurunan1,3% dibandingkan dengan tahun 1983/84.

VIII/14

Page 18:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Demikian juga untuk produksi alat-alat mobil. Hampir semua produksi yang dihasilkan pada tahun 1985/86 mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85, kecuali untuk oil dan air filter, piston dan piston ring yang masing-masing meng-alami peningkatan sebesar 130,6%, 10,0% dan 12,5%.

Industri kereta api dalam perkembangannya meliputi industri gerbong barang dan industri gerbong penumpang. Pada tahun 1984/85 telah diproduksi gerbong barang sebanyak 619 unit, se-dang untuk produksi gerbong barang pada tahun 1985/86 terdapat penurunan sebesar 283 unit atau 45,7% dibandingkan produksi ta-hun 1984/85. Produksi gerbong penumpang pada tahun 1985/86 se-banyak 64 unit.

Sementara itu kemajuan dialami oleh industri pesawat ter-bang oleh PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (PT IPTN). PT IPTN telah mampu memproduksi jenis pesawat fixed wing jenis C-212 sebanyak 9 buah dan CN-235 sebanyak 1 buah. Pada tahun 1985/86 diproduksi jenis C-212 sebanyak 21 buah, atau terdapat peningkatan sebesar 110%. Untuk produksi pesawat helikopter, pada tahun 1984/85 telah diproduksi jenis B0-105 sebanyak 14 buah, jenis PUMA 7 buah dan jenis BELI-412 sebanyak 6 buah. Pa-da tahun 1985/86 jenis B0-105 produksinya meningkat menjadi 20 buah, jenis PUMA 8 buah dan jenis BELI-412 sebanyak 9 buah. Se-dangkan pada tahun 1984/85, telah mulai diproduksi pesawat je-nis BK-117 sebanyak 3 buah, dan produksinya naik menjadi 6 buah pada tahun 1985/86.

Pengembangan industri perkapalan di dalam negeri dilakukan dengan memanfaatkan penambahan kapal niaga, baik sebagai peng-ganti kapal-kapal tua maupun sebagai tambahan kapasitas armada niaga guna menampung kenaikan volume angkutan. Walaupun demi-kian, produksi kapal baru tahun 1985/86 mengalami penurunan se-besar 27,97% dibandingkan dengan tahun 1984/85. Produksi kapal baru tahun 1985/86 adalah 23.616 BRT, sedangkan pada tahun 1984/85 produksinya sebesar 32.790 BRT. Apabila dibandingkan dengan produksi sebelumnya yang mencapai 7.865 BRT, produksi tahun 1984/85 mengalami kenaikan sebesar 316,91%. Hasil repa-rasi kapal pada tahun 1985/86 adalah sebesar 1.011.643 BRT, se-dang untuk tahun 1984/85 sebesar 666.149 BRT berarti mengalami kenaikan sebesar 51,9%. Reparasi kapal yang dilakukan pada ta-hun 1984/85 mengalami kenaikan sebesar 70% terhadap hasil pro-duksi tahun 1983/84 sebesar 391.690 BRT.

Industri mesin peralatan pabrik pada saat ini telah mempu-

VIII/15

Page 19:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

nyai kemampuan untuk melakukan disain enjinering, konstruksi dan pembuatan mesin peralatan. Produksi mesin peralatan pabrik kelapa sawit, mesin peralatan pabrik gula, mesin pengolah kopi dan mesin peralatan pabrik karet pada tahun 1984/85 mencapai masing-masing 9.420 ton, 1.700 ton, 31 buah dan 1.050 ton. Pada tahun 1985/86 produksinya 10.200 ton, 9.375 ton, 1.050 ton dan 1.675 ton, atau masing-masing mengalami peningkatan sebesar 8,3%, 451,5%, 3287,1% dan 59,5%. Sementara itu produksi mesin diesel, tangki baja dan konstruksi baja pada tahun 1985/86 mengalami penurunan sebesar 14%, 11,5% dan 6,3% dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85. Sejalan dengan perkembangan in-dustri mesin dan peralatan pabrik ini, produksi ketel uap kecil dan besar serta blower pada tahun 1985/86 meningkat 71,4%, 106,3% dan 33,3% dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85.

Bidang industri logam dan produk dasar mengalami peningkat-an yang cukup berarti, antara lain kemajuan pada jenis-jenis industri penghasil bahan baku. Besi spon yang mulai dihasilkan pada tahun 1982/83, pada tahun 1985/86 produksinya telah menca-pai 1.008.000 ton. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85 sebesar 713.000 ton, maka terdapat peningkatan sebesar 41,4%. Produksi ingot/bilet baja, besi beton/profil ringan, ba-tang kawat (wire rod) dan kawat baja pada tahun 1985/86 masing-masing 1.002.000 ton, 671.000 ton, 321.000 ton dan 172.000 ton yang dengan demikian terjadi peningkatan masing-masing sebesar 11,2%, 3,4%, 55,1% dan 14,7% dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85. Slab baja yang diproduksi oleh PT Krakatau Steel pada tahun 1984/85 telah mencapai 269.000 ton, sedangkan tahun 1985/86 produksinya meningkat 45,4% menjadi 391.000 ton. Dalam pada itu produksi baja lembaran dan plat seng pada tahun 1985/86 mencapai masing-masing sebanyak 362.000 ton dan 274.000 ton, sedangkan pada tahun 1984/85 produksinya masing-masing se-besar 242.000 ton dan 253.000 ton atau terjadi peningkatan ma-sing-masing sebesar 49,6% dan 8,3%. Produksi pipa las lurus dan pipa baja spiral meningkat masing-masing sebesar 11,8% dan 145,4% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1984/85 yakni masing-masing 195.000 ton dan 16.300 ton. Tin plate yang mulai dihasilkan pada tahun 1985/86, telah mampu diproduksi sebanyak 23.000 ton.

Dalam cabang industri bukan besi baja dicatat perkembangan yang pesat dalam industri alumunium. Produksi aluminium ingot pada tahun 1985/86 meningkat 17,1% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1984/85, yaitu dari 181.000 ton pada tahun 1984/85 menjadi 212.000 ton pada tahun 1985/86. Sementara itu produksi aluminium extrusi meningkat dari 10.000 ton pada tahun 1984/85

VIII/16

Page 20:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

menjadi 11.000 ton pada tahun 1985/86 atau meningkat sebesar 10%. Produksi alumunium sheet sebesar 24.500 ton pada tahun 1984/85 meningkat sebesar 8,2% menjadi 26.500 ton pada tahun 1985/86. Dalam industri tembaga, produksi batang tembaga pada tahun 1985/86 mengalami peningkatan 17,7% dibandingkan dengan pada tahun 1984/85. Batang tembaga yang merupakan bahan baku untuk industri kabel, pada tahun 1984/85 produksinya baru men-capai sebesar 17.000 ton dan pada tahun 1985/86 mencapai 20.000 ton.

Perkembangan produksi industri mesin dan logam dasar secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel VIII-1.

Perkembangan kelompok industri mesin dan logam dasar ini telah membuka lapangan kerja baru. Pada tahun 1985/86, jumlah tenaga kerja yang dapat diserap 12.000 orang yang terdiri atas 1.300 orang dari cabang industri logam dasar, 7.300 orang dari cabang industri mesin, 1.600 orang dari cabang industri mesin listrik dan elektronika, 1.500 orang dari cabang industri alat angkut darat dan udara, dan 300 orang dari cabang industri perkapalan. Kalau dibandingkan dengan keadaan tahun 1984/85 se-banyak 8.700 orang, maka terdapat peningkatan sebesar 38%.

Dari segi ekspor, volume tahun 1985/86 mengalami peningkat-an dibandingkan dengan volume tahun 1984/85. Volume ekspor ta-hun 1985/86 adalah 436.274,1 ton, atau 97,19% lebih besar dari volume ekspor tahun 1984/85 sebesar 221.243 ton.

Sampai dengan akhir Repelita III telah disusun dan disahkan Standar Industri Indonesia dalam kelompok industri mesin dan logam dasar sebanyak 265 judul. Sedangkan selama tahun pertama Repelita IV telah berhasil disusun dan ditetapkan sebanyak 258 judul standar dan selama tahun 1985/86 telah disusun dan dite-tapkan sebanyak 256 judul standar. Dengan demikian, sampai saat ini jumlah standar dari kelompok industri mesin dan logam dasar telah berhasil disusun sebanyak 779 buah, yang terdiri atas 112 judul standar untuk cabang industri mesin; 226 judul standar untuk cabang industri bahan logam dan produk dasar; 28 judul standar untuk cabang industri mesin listrik dan elektronika; 151 judul standar untuk cabang industri kendaraan bermotor dan alat berat; 155 judul standar untuk cabang industri perkapalan; 52 judul standar dalam rangka pencegahan pencemaran dan 55 judul standar dalam bidang enjinering.

Beberapa masalah yang masih dihadapi dalam pengembangan in-dustri mesin dan logam dasar saat ini terutama menyangkut bi-

VIII/17

Page 21:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

dang teknologi, pasar, pengadaan bahan baku, sistem perlindung-an, program penanggalan, program keterkaitan dan sistem SII.

Kelesuan yang dialami oleh beberapa Jenis industri antara lain disebabkan oleh perubahan teknologi dalam produksi, adanya kenaikan harga produk/komoditi industri mesin dan logam dasar yang tidak seimbang dengan kenaikan daya beli masyarakat, penu-runan kegiatan di bidang konstruksi dan tata niaga impor yang belum sempurna.

Di bidang pengadaan bahan baku oleh beberapa perusahaan yang ditunjuk khususnya untuk industri logam dasar baja, alumu-nium serta industri perkapalan, masih terdapat beberapa hal yang menjadi penghambat, antara lain tingkat harga yang relatif mahal, penyerahan yang tidak tepat waktu dan syarat pembayaran yang sangat ketat. Sedangkan pengenaan tarif bea masuk yang tinggi telah menyebabkan biaya produksi yang tinggi pada ca-bang-cabang industri permesinan yang pada umumnya masih meng-gunakan bahan baku/komponen maupun barang setengah jadi yang belum diproduksi di dalam negeri.

Perlindungan dengan sistem pengaturan tarif bea,masuk se-ringkali tidak serasi khususnya antara tarif bahan baku, kompo-nen, dan barang jadi antara lain karena diatur dengan kebijak-sanaan yang berbeda-beda. Kebijaksanaan impor melalui agen tunggal atau impor langsung dalam keadaan jadi (built up), me-nyebabkan sejumlah komoditi permesinan yang telah mulai menggu-nakan komponen buatan dalam negeri tidak dapat bersaing teruta-ma dari segi harga dengan barang sejenis eks impor.

Program keterkaitan masih perlu dikembangkan antara cabang-cabang industri mesin dan logam dasar dengan sektor lainnya. Hambatan-hambatan pelaksanaan program keterkaitan antara lain disebabkan karena belum adanya keserasian antara mutu produk dan harga yang masih dirasakan tinggi serta waktu penyerahan yang tidak tepat. Hal ini disebabkan belum tumbuhnya industri komponen dalam negeri yang akan digunakan dalam pengembangan industri lebih lanjut.

Program penanggalan khusus untuk industri permesinan kenda-raan bermotor dan industri peralatan listrik belum terlaksana seperti yang diharapkan, antara lain karena adanya keterikatan dengan prinsipal, volume produksi komponen masih rendah, kemam-puan teknologi pembuatan komponen belum memadai, dan menurunnya daya serap pemasaran.

VIII/18

Page 22:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Jumlah SII dari komoditi industri mesin dan logam dasar masih relatif kecil, sedangkan masalah yang dihadapi dalam pangujian antara lain tingginya biaya pengujian karena penye-baran balai-balai pengujian yang masih belum merata sebagaimana penyebaran industrinya. Juga balai-balai pengujian yang ada be-lum terkoordinasi dalam suatu sistem yang terintegrasi.

Beberapa masalah yang dihadapi dalam penerapan rancang bangun dan perekayasaan antara lain kurangnya tenaga ahli yang siap pakai dan yang mempunyai keterampilan cukup, adanya pra-syarat dari prinsipal maupun kontraktor, terbatasnya dana dan fasilitas bagi pendidikan serta terbatasnya kesempatan tenaga ahli dan industriawan dalam negeri untuk mendapatkan penga-laman.

2. Industri Kimia Dasar

Pembangunan industri kimia dasar sampai saat ini tetap di-tekankan pada pengembangan industri kunci yang dapat mendorong terciptanya industri yang kokoh, dan dapat meningkatkan kemam-puan teknologi nasional untuk mengolah sumber daya alam yang ada.

Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sebagai bahan baku untuk industri kimia dasar diarahkan peman-faatannya untuk pengembangan industri pengolahan di dalam nege-ri baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk pasar luar nege-ri. Dalam hal ini penggunaan minyak dan gas bumi diarahkan un-tuk digunakan sebagai bahan baku pabrik pupuk urea dan industri petrokimia.

Demikian pula halnya sumber daya alam yang dapat diperbaha-rui juga dimanfaatkan untuk industri kimia dasar seperti pada industri ban dan indutri pulp/kertas yang produknya diharapkan dapat diekspor, disamping untuk memenuhi kebutuhan di dalam ne-geri.

Beberapa kebijaksanaan yang telah ditempuh dalam dua tahun pertama Repelita IV adalah sebagai berikut : pendalaman dan pe-mantapan struktur industri dengan melaksanakan promosi investa-si melalui Daftar Skala Prioritas (DSP) baik untuk pembangunan cabang-cabang industri yang belum ada maupun perluasan industri yang telah ada; peningkatan efisiensi yang dilakukan melalui upaya-upaya optimalisasi kapasitas nasional dengan meningkatkan pemasaran dalam negeri maupun ekspor; diversifikasi produksi; pengembangan dan penerapan Standar Industri Indonesia; pening-

VIII/19

Page 23:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

katan efisiensi teknik produksi melalui upaya-upaya penghemat-an energi; peningkatan keterkaitan baik di dalam sektor indus-tri sendiri maupun dengan sektor-sektor ekonomi lainnya; dan mendorong terealisasinya program ekspor melalui peningkatan pe-manfaatan keunggulan komparatif dalam rangka menunjang kebijak-sanaan ekspor non migas.

Penanaman modal selama dua tahun pertama Repelita IV ter-arah pada proyek-proyek yang merupakan sarana untuk memperkuat struktur industri untuk mengisi cabang-cabang industri yang ma-sih kosong dalam kelompok industri dasar, seperti polyaluminium chloride, fluorocarbon, cellulosa nitrat, fatty alkohol ethoxy-late, carbon aktif, acrylonitril styrene, bahan aktif pestisi-da, zat warna reaktif dan kertas koran, polyprolipine, phtoha-

lic anhydride. Disamping itu investasi ini juga dilakukan untuk memperbesar kapasitas nasional terpasang misalnya : ban sepeda motor, kertas bungkus, kertas sigaret, kaca lembaran, oksigen, polystyrene, urea formaldehyde, polyester chip.

Selama dua tahun pertama Repelita IV, telah diselesaikan pembangunan pabrik-pabrik amonia dan urea di Kalimantan Timur yang meliputi unit I dan II, serta pabrik amonia dan urea PT Pupuk Iskandar Muda di Aceh. Dengan selesainya kedua proyek tersebut, disamping telah meningkatkan kapasitas nasional ter-pasang pupuk urea dari 2,80 juta ton pada akhir Repelita III menjadi 4,47 juta ton pada tahun 1985/86 juga telah tersedia kapasitas lebih amonia untuk ekspor sebesar 1.000 ton/hari. Realisasi produksi pupuk urea meningkat dari 2.255 ribu ton pa-da akhir Repelita III menjadi 2.910 ribu ton pada tahun 1984/85 dan 3.588,8 ribu ton pada tahun 1985/86 yang berarti peningkat-an sebesar 23,3%. Sementara itu produksi amonia pada tahun ke-dua Repelita IV meningkat sebesar 16,1% dari tahun pertama Re-pelita IV, yaitu dari 279,0 ribu ton menjadi 323,8 ribu ton .

Selain daripada itu telah pula diselesaikan perluasan unit-unit pabrik pupuk ZA II dan TSP II. Dengan selesainya proyek perluasan tahap II PT Petrokimia Gresik, maka produksi pupuk ZA meningkat dari 208.000 ton pada akhir Repelita III menjadi 304.000 ton pada tahun 1984/85 dan 475.600 ton pada tahun 1985/86 atau naik 56,4% dibandingkan dengan tahun 1984/85. Pu-puk TSP meningkat dari 783.000 ton pada akhir Repelita III men-jadi 1.002.000 ton pada tahun 1984/85 dan 1.018.000 ton pada tahun 1985/86.

Selanjutnya telah dikembangkan pula industri agrokimia yang menghasilkan bahan aktif pestisida sebagai, bahan baku dalam

VIII/20

Page 24:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

produksi pestisida. Selama dua tahun pertama Repelita IV pro-duksinya telah meningkat dengan pesat, yaitu dari 500 ton pada tahun 1984/85 menjadi 3.300 ton pada tahun 1985/86. Produksi pestisida juga mengalami peningkatan dari 40.600 ton pada akhir Repelita III menjadi 50.700 pada tahun 1984/85 dan 53.100 ton pada tahun 1985/86 atau naik 4,6% dibanding dengan tahun perta-ma Repelita IV.

Cabang industri sellulosa dan karat juga mengalami pening-katan yang nyata. Hal ini dapat dilihat dengan diselesaikannya beberapa proyek baru, seperti pabrik pulp serat pendek yang mengolah bahan mentah kayu di Riau, pabrik kertas sigaret di Medan, pabrik kertas koran di Jawa Barat dan Jawa Timur dan perluasan pabrik ban kendaraan bermotor di Jakarta.

Pada tahun pertama Repelita IV produksi kertas meningkat bila dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III yaitu dari 369,2 ribu ton menjadi 402,6 ribu ton. Pada tahun kedua Repeli-ta IV produksinya meningkat lags menjadi 515,2 ribu ton, yang berarti mengalami kenaikan 27,9%. Ban luar kendaraan bermotor mengalami kenaikan terus dari 3.673.300 buah pada akhir tahun Repelita III menjadi 3.944.000 buah pada tahun 1984/85 dan 4.100.000 buah dalam tahun 1985/86. Sebaliknya produksi ban kendaraan sepeda motor/scooter pada tahun pertama Repelita IV menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 2.438.500 buah menjadi 2.230.000 buah atau turun sebesar 8,557 dan pada tahun kedua Repelita IV produksinya dapat ditingkatkan menjadi 2.500.000 buah atau naik dengan 12,1%.

Dalam cabang industri organik, dalam dua tahun pertama Re-pelita IV, telah selesai dibangun beberapa pabrik baru yang menghasilkan produk baru seperti polystyrene, alkyl benzene, dioctyl phtalic, tire cord dan zat warna reaktif. Pada tahun 1985/86 telah dihasilkan 7.940 ton polystyrene dan 10.090 ton dioctyl pthalic.

Produksi industri organik pada umumnya meningkat bila di-bandingkan dengan akhir Repelita III, kecuali serat sintetik dan calsium sitrat dan asam sitrat. Bahkan untuk calcium sitrat dan asam sitrat sampai dengan tahun kedua Repelita IV masih menurun, yaitu dari 14,5 ribu ton pada akhir tahun Repelita III menjadi 11,7 ribu ton pada tahun 1984/85 dan 7,1 ribu ton pada tahun 1985/86. Produksi serat sintetik turun dari 152,4 ribu ton pada akhir Repelita III menjadi 147,1 ribu ton pada tahun 1984/85. Sementara ini dalam tahun kedua Repelita IV SLS/SLES/ABS Serta bahan peledak mengalami penurunan pula ma-

VIII/21

Page 25:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

sing-masing sebesar 5,6%, dan 5,9%, sedangkan yang lainnya se-perti kimia tekstil, synthetic resin, PVC resin, serta adhesive resin mengalami kenaikan masing-masing sebesar 18,8%, 19,2%, 7,4% dan 7,3%.

Cabang industri lain yang penting adalah industri anorga-nik. Dalam cabang industri ini telah diselesaikan pembangunan pabrik semen di Cirebon, serta dihasilkan pula beberapa produk baru seperti gypsum untuk bahan penolong pembuatan semen dan aluminium fluorida sebagai bahan penolong untuk peleburan alu-minium. Produksi gypsum telah meningkat yaitu dari 30.100 ton pada tahun 1984/85 menjadi 134.300 ton pada tahun 1985/86 atau naik dengan 346,2%. Sementara itu produksi semen Portland me-ningkat sebesar 11,4% pada tahun kedua Repelita IV dibandingkan dengan tahun pertama Repelita IV. Hal ini sesuai dengan usaha pemerintah untuk menggalakkan penggunaan semen. Usaha mengga-lakkan penggunaan semen dilakukan baik melalui pengembangan pa-sar dalam negeri maupun melalui peningkatan ekspor.

Untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan yang tidak wajar dari impor komoditi sejenis, maka pemerintah di samping menetapkan Pengaturan Tata Niaga untuk komoditi kelom-pok industri kimia dasar pada tahun 1985/86 juga menetapkan ke-bijaksanaan tarif.

Dengan adanya aturan tata-niaga impor, produksi dalam nege-ri dapat lebih ditingkatkan seperti misalnya pada tahun kedua Repelita IV produksi kaca polos, soda, asam sulfat, seng oksida dan asam klorida meningkat masing-masing sebesar 19,7%, 27,5%, 74,0%, 96,1% dan 36,1%. Produksi aluminium fluorida, asam pos-pat dan nitro oksida yang mulai dihasilkan sejak tahun pertama Repelita IV telah meningkat dengan masing-masing sebesar 611,1%, 191,6% dan 31,0%. Namun demikian produksi hidrogen yang juga mulai dihasilkan sejak tahun 1984/85 turun dengan 12,9%, dibandingkan dengan produksi tahun 1984/85 sebesar 884,0 ribu m3.

Produk lainnya yang juga mengalami penurunan produksi pada tahun kedua Repelita IV dibanding tahun sebelumnya antara lain adalah asam arang/dry ice, acetylene, argon yakni masing-masing sebesar 3,0%, 15,0% dan 22,0%.

Gambaran lebih jauh tentang perkembangan industri kimia da-sar dapat dilihat pada Tabel VIII-2.

Dalam pada itu beberapa produk industri kimia dasar yang di

VIII/22

Page 26:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

TABEL VIII - 2 PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR

1983/84 - 1985/86

VIII/23

Page 27:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

GRAFIK V I I I — 2PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR.

1983/84 — 1985/86

VIII/24

Page 28:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

ekspor menunjukkan kenaikan seperti urea, semen Portland, klin-ker, amonia, ban luar kendaraan bermotor roda empat, pulp dan kertas budaya. Komoditi yang paling menonjol kenaikannya adalah urea sebesar 173,5% dan ban luar kendaraan bermotor roda empat sebesar 168,1%. Ban kendaraan bermotor roda empat tidak hanya di eskpor ke negara-negara berkembang saja, tetapi juga ke ne-gara-negara maju. Sementara itu beberapa komoditi lain seperti kaca lembaran, ethyl alkohol, kertas industri dan synthetic or-ganik dyestuff mengalami penurunan nilai ekspor yang cukup be-sar.

Dalam tahun pertama Repelita IV Standar Industri Indonesia (SII) untuk komoditi industri kimia dasar telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian sebanyak 242 buah komodi-ti yang terdiri dari 170 buah standar mutu komoditi dan 72 buah standar cara uji. Pada tahun kedua Repelita IV telah diterapkan sebanyak 48 buah komoditi oleh 119 perusahaan. Dari jumlah ter-sebut yang 4 buah merupakan SII wajib dan selebihnya diterapkan secara sukarela.

Dalam tahun pertama Repelita IV kelompok industri kimia da-sar telah dapat menyerap tenaga kerja baru sebanyak 8.000 orang dan pada tahun kedua Repelita IV telah diserap pula sebanyak 8.000 orang pada unit-unit yang telah berproduksi. Penyerapan tenaga kerja secara kumulatip sampai dengan tahun kedua Repeli-ta IV telah mencapai sebanyak 84.600 orang. Bila dikaitkan de-ngan target penyerapan tenaga kerja Repelita IV 35.000 orang atau rata-rata 7000 orang/tahun, maka tambahan kesempatan kerja yang tersedia dari unit yang sudah berproduksi selama dua tahun pertama Repelita IV telah melampaui target rata-rata per tahun. Sementara itu usaha pengadaan dan peningkatan tenaga terampil telah dilaksanakan melalui 26 lokal latihan keterampilan pada perusahaan-perusahaan dalam kelompok industri kimia dasar.

Selama tahun pertama Repelita IV masih dihadapi beberapa permasalahan yang menghambat dalam pengembangan kelompok indus-tri kimia dasar yaitu antara lain masih tingginya komponen im-por pada beberapa cabang industri; mutu dari hasil sebagian ha-sil produksi yang masih belum memenuhi standar ataupun selera masyarakat; adanya kapasitas yang belum sepenuhnya dimanfaat-kan; dan adanya kecenderungan penurunan harga produk sejenis di pasaran internasional untuk beberapa cabang industri yang hasil produksinya diekspor.

VIII/25

Page 29:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

3. Aneka Industri

Industri ini merupakan jembatan antara industri hulu/dasar dengan industri kecil. Industri ini berperan dalam memperkokoh keterkaitan antara industri besar dan industri kecil, sehingga pembangunan industri ini mempunyai peranan besar dalam pemba-ngunan industri secara keseluruhan. Di samping itu beberapa je-nis industri ini memanfaatkan hasil bahan baku dari dalam nege-ri sejalan dengan prinsip keunggulan komparatif dan mendorong pula upaya pembangunan daerah.

Perkembangan kelompok aneka industri pada tahun terakhir Repelita III menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali untuk beberapa jenis komoditi seper-ti minyak kelapa, rokok putih dan garam pada cabang industri industri pangan. Sementara itu pada cabang industri tekstil se-luruhnya mengalami kenaikan, sedangkan produksi cabang industri kimia dalam Repelita III memperlihatkan perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun, kecuali untuk jenis sabun cuci.

Produksi beberapa jenis industri alat listrik dan barang logam, seperti radio/radio cassette, cassette recorder, TV ber-warna, lemari es, mesin jahit, sepeda motor, agak menurun pada tahun-tahun terakhir Repelita III. Penurunan ini antara lain disebabkan berkurangnya daya belt masyarakat dan mengalirnya produk-produk sejenis dengan harga yang jauh lebih murah dari produksi dalam negeri.

Untuk jenis-jenis produksi seperti accu dan sprayer selama Repelita III mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Pro-duksi cabang industri bahan bangunan dan umum kecuali jenis in-dustri kulit samak (kambing/domba), juga meningkat dengan cukup mantap walaupun menjelang akhir Repelita III kenaikannya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Dalam bidang penciptaan lapangan kerja, telah dapat diserap tenaga kerja sebanyak 446.000 orang. Ini berarti baru mencapai sekitar 70,4% dari sasaran sejumlah 633.200 orang yang telah ditetapkan. Keadaan ini antara lain disebabkan kecenderungan pengusaha menggunakan teknologi tinggi dalam proses produksi-nya.

Kebijaksanaan yang ditempuh untuk pengembangan kelompok aneka industri pada tahun awal Repelita IV ini tidak terlepas dari kebijaksanaan pengembangan industri secara keseluruhan. Kebijaksanaan peningkatan peranan aneka industri dalam rangka

VIII/26

Page 30:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

pendalaman struktur meliputi peningkatan keterkaitan antara in-dustri kecil dengan industri menengah dan industri besar, teru-tama industri permesinan dan industri-industri yang menghasil-kan bahan baku industri. Sementara itu, pengembangan kelompok industri ini diarahkan sejauh mungkin untuk memanfaatkan bahan baku dalam negeri. Di samping itu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya antara lain sektor pertanian, kehutanan, pertambangan dan jasa.

Sehubungan dengan usaha pengendalian pencemaran, penghematan dan diversifikasi sumber-sumber energi, dan penghematan biaya transpor, pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan usahausaha penempatan industri-industri kelompok aneka industri dalam suatu kawasan industri yang terkait dengan pengembangan zona-zona industri dan pusat-pusat pertumbuhan industri.

Pemasaran produk kelompok aneka industri masih bisa dikem-bangkan mengingat potensi pasar dalam negeri cukup besar. Untuk dapat menghadapi persaingan dengan produk-produk impor, pengem-bangan pemasaran masih dimungkinkan dengan menciptakan disain-disain baru, diversifikasi produk dan peningkatan efisiensi dan produktivitas yang akan menekan biaya produksi, sehingga hal ini akan meningkatkan daya saing terhadap produk-produk impor. Dalam rangka penciptaan produk baru diperlukan penelitian dan pengembangan. Disamping itu harus pula ditingkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan termasuk disain produk indus-tri.

Untuk meningkatkan perluasan, pemerataan kesempatan kerja dan keterampilan diperlukan pelaksanaan pendidikan dan latihan secara terus menerus agar dapat diciptakan tenaga kerja Indus -

tri yang tangguh dan siap pakai dalam rangka mempercepat proses penguasaan teknologi dan kemampuan manajerial serta peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Usaha-usaha untuk menciptakan iklim usaha yang menguntungkan akan terus dilakukan demi mendorong investasi baru melalui penetapan skala prioritas, kemudahan-kemudahan dalam berbagai bidang termasuk permodalan, perlindungan industri yang wajar, dorongan ekspor dan secara bertahap menerapkan standar indus-tri. Perlindungan kepada industri dalam negeri diberikan dalam batas-batas yang wajar dengan tujuan disatu pihak memberikan kesempatan belajar kepada mereka sedangkan dipihak lain mendo-rong mereka meningkatkan kemampuannya bersaing dengan barang-barang luar negeri baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional.

VIII/27

Page 31:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Selanjutnya diambil langkah-langkah bagi pengembangan pro-duksi, usaha optimalisasi kapasitas terpasang dengan meningkat-kan efisiensi dan produktivitas permesinan dan tenaga kerja,me-ningkatkan kualitas produk serta mengembangkan disain dan di-versifikasi produk sesuai dengan permintaan pasar.

Selain itu dilakukan peningkatan isian lokal sehingga dapat ditingkatkan keterkaitan baik di dalam sektor industri sendiri maupun dengan sektor ekonomi lainnya, termasuk pemanfaatan ke-unggulan komparatif yang ada.

Usaha untuk meningkatkan iklim yang dapat mempercepat dan memantapkan proses alih teknologi, dilakukan dengan mendorong program Indonesianisasi baik dalam aspek manajemen, permodalan dan aspek teknologi.

Pengembangan kelompok aneka industri ini diarahkan untuk dapat mendorong penyebaran lokasi proyek-proyek industri ke ko-ta-kota besar khususnya di luar pulau Jawa, terutama ke daerah-daerah penghasil bahan baku. Langkah ini sekaligus ditujukan untuk menumbuhkan industri hilir di pusat-pusat pertumbuhan in-dustri dan zona industri.

Selain itu akan lebih dirangsang pembangunan industri-in-dustri yang banyak menciptakan tenaga kerja baru. Dalam usaha ini akan diambil pula langkah-langkah untuk mendorong perkem-bangan industri-industri dengan orientasi ekspor. Titik berat pengembangannya diletakkan pada industri yang mempunyai keung-gulan komparatif dan industri-industri yang mengandung nilai tambah yang tinggi.

Di samping itu dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan komunikasi aktif dan kerjasama dengan organisasi dunia usaha (KADIN, Assosiasi, Federasi), meningkatkan serta menggalakkan produksi dalam negeri disamping melaksanakan promosi hasil in-dustri ke negara-negara lain dalam usaha peningkatan ekspor.

Penanaman modal, di kelompok aneka industri pada tahun 1985/86 mengalami peningkatan yang cukup berarti dibandingkan dengan tahun 1984/85. Peningkatan penanaman modal melalui PMDN terutama pada cabang-cabang industri pangan, kimia, dan cabang-cabang industri alat listrik dan logam. Sedangkan penanaman mo-dal di cabang industri lainnya mengalami penurunan, seperti dalam tekstil, bahan bangunan dan umum. Dilihat dari sektor PMA, penanaman modal kelompok aneka industri hanya mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan ini terutama disebabkan upaya

VIII/28

Page 32:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

alih teknologi dalam rangka peningkatan efisiensi dan produkti-vitas melalui, pendalaman struktur industri maupun pemanfaatan teknologi canggih.

Tenaga kerja baru yang diserap pada kelompok aneka industri pada tahun 1985/86 adalah 44.500 orang, dibandingkan dengan ta-hun 1984/85 sebanyak 58.400 orang. Dikaitkan dengan sasaran pe-nyerapan tenaga kerja kelompok aneka industri pada Repelita IV yang telah ditetapkan sebanyak 80.000 orang pertahun, berarti bahwa daya serap tenaga kerja pada tahun 1985/86 baru mencapai 55,6% dari sasaran yang telah ditetapkan.

Hasil ekspor komoditi aneka industri selama tahun 1985/86 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Peningkatan nilai ekspor ini sekitar 24,4% pada cabang industri pangan, 13,43% pada cabang industri tekstil, 21,4% pada cabang industri alat listrik dan logam, dan 1,0% pada cabang industri bahan ba-ngunan dan umum. Sedangkan cabang industri kimia mengalami pe-nurunan sebesar 20,5%.

Secara keseluruhan, produksi kelompok aneka industri pada tahun 1985/86 dibandingkan dengan tahun 1984/85 pada umumnya mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Namun demiki-an, ada pula jenis industri yang mengalami penurunan seperti minyak kelapa sawit sebesar 19,0%, margarine sebesar 49,3%, ro-kok putih sebesar 11,2%, susu bubuk sebesar 3,0%, susu cair se-besar 32,2%, sepeda motor sebesar 16,7%, TV berwarna sebesar 28,8%, alat pendingin (Ac) sebesar 9,4%, mesin jahit sebesar 32,6% dan cassette recorder sebesar 23,4%. Beberapa diantara jenis industri yang produksinya mengalami peningkatan cukup be-sar adalah minyak goreng kelapa sebesar 48,2%, garam sebesar 156,7%, sabun mandi sebesar 13,0%, detergent sebesar 22,5%, tapal gigi sebesar 46,2%, korek api sebesar 45,1%, ban sepeda luar sebesar 11,8%, ban sepeda dalam sebesar 9,9%, karung plas-tik sebesar 32,4%, radio/radio cassette sebesar 19,5%, TV hitam putih sebesar 17,0%, lemari es sebesar 25,1%, lampu pijar sebe-sar 61,7%, baterai kering sebesar 23,4%, kabel listrik/telepon sebesar 11,3%, alat semprot hama sebesar 21,9%, kipas angin se-besar 10,7%, kayu lapis sebesar 11,0%, gelas dan botol sebesar 16,0%.

Hasil produksi kelompok aneka industri ini secara terpe-rinci dapat dilihat dalam Tabel VIII-3.

Berdasarkan Tabel VIII-3 ini dapat disimpulkan bahwa, in-dustri yang berkembang dengan mantap meliputi industri yang

VIII/29

Page 33:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

TABEL VIII - 3PRODUKSI ANEKA INDUSTRI.

1983/84 - 1985/86

VIII/30

Page 34:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

mengolah bahan baku dalam negeri, seperti garam, minyak goreng kelapa, kayu lapis, galas dan botol; industri yang sebagian be-sar di ekspor, seperti kayu lapis, pakaian jadi, baterai ke-ring; industri yang menghasilkan kebutuhan rakyat, seperti mi-nyak goreng kelapa, sabun mandi, tapal gigi; industri yang me-nunjang sektor pertanian, seperti pipa PVC, alat semprot hama; serta industri yang mempunyai keterkaitan luas dengan industri kecil, antara lain tekstil lembaran, sepatu karet/kanvas.

Beberapa Jenis industri mengalami penurunan produksi yang cukup besar, yaitu industri yang sudah jenuh pemasarannya di dalam negeri dan produksinya belum dapat diekspor karena ku-rangnya daya saing ataupun karena resesi ekonomi dunia yang berkepanjangan. Termasuk dalam kelompok ini minyak goreng kela-pa sawit, susu cair, sepeda motor, TV berwarna, AC dan industri yang mendapat persaingan dari produk-produk lain sebagai diver-sifikasi produk, perubahan konsumen seperti yang dialami oleh industri rokok putih dan susu kental manis.

Kelompok aneka industri mengalami cukup banyak hambatan dan tantangan dalam pengembangannya antara lain berupa :

Masalah atau hambatan yang berkaitan dengan penyediaan ba-han baku baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang ber-asal dari luar negeri. Hambatan bagi pertumbuhan industri-industri yang mengolah dan memanfaatkan bahan baku dalam negeri antara lain disebabkan karena kualitas dan kuantitas bahan baku yang kurang memenuhi syarat sebagai akibat adanya musim kering, hama penyakit dan sebagainya. Sedangkan masalah bagi kelompok industri yang menggunakan bahan baku/komponen luar negeri, seperti industri elektronika, sepeda motor dan komoditi lainnya bersumber dari ketergantungannya terhadap luar negeri sehingga perubahan harga dan gejolak ekonomi yang terjadi di sana segera dipantulkan kepada produksi dalam negeri. Ketergantungan dalam bahan baku ini antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya industri hulu. dalam negeri. Di samping ketergantungan bahan ba- ku, kelompok industri ini masih menghadapi ketergantungan di bidang perangkat lunak, yang diakibatkan oleh terbatasnya ke- mampuan bidang teknologi dan kurang dimilikinya unit engineer-ing serta penelitian dan pengembangan (R & D).

Dalam hal pemasaran, potensi dalam negeri belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal karena terdapat beberapa tan-tangan dan hambatan antara lain kurangnya motivasi masyarakat untuk menggunakan hasil produksi dalam negeri. Di samping itu masih banyak produk-produk dengan mutu rendah dan harga yang

VIII/31

Page 35:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

relatif tinggi dibandingkan dengan produk-produk sejenis dari luar negeri. Sedangkan dalam rangka ekspor, masalah yang sering dihadapi antara lain adalah keterbatasan kemampuan teknis dan manajemen dalam negeri sehingga mutu dan harga kalah bersaing di pasaran internasional, disamping masalah kuota yang juga me-rupakan hambatan dalam rangka pengembangan ekspor kelompok aneka industri.

Dari segi teknologi, proses alih teknologi pada kelompok aneka industri pada umumnya masih dalam tahap awal, yaitu tahap penyerapan dan adaptasi teknologi dan belum sampai pada tahap pengembangan atau penciptaan teknologi baru. Sampai saat ini masih dirasakan kurangnya tenaga yang terampil dan mampu menye-rap dan melaksanakan teknologi baru, terutama untuk tenaga tingkat menengah dan operator. Hal ini antara lain disebabkan struktur pendidikan di Indonesia belum mendukung penyediaan dan pengadaan tenaga kerja yang siap untuk bekerja dibidang industri. Juga program latihan belum berjalan baik, di samping adanya keseganan dari para pemberi teknologi yang berasal dari luar negeri.

Masalah pencemaran yang timbul pada umumnya disebabkan belum seluruh pabrik dilengkapi dengan alat pencegahan pencemaran, terutama pabrik-pabrik yang sudah lama dibangun. Upaya untuk ini telah dilaksanakan dengan baik, namun masih dirasakan kurangnya tenaga terampil dalam menangani masalah tersebut, dan juga kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan tersebut.

Beberapa hambatan yang ditemui dalam usaha keterkaitan dalam rangka pendalaman dan penguatan struktur antara lain belum seimbangnya pertumbuhan dan perkembangan bahan baku yang bera-sal dari sektor pertanian, kehutanan dan pertambangan dengan sektor industri itu sendiri, sehingga hal ini menimbulkan masa-lah yang menyangkut jumlah, mutu, harga, kontinuitas pengadaan dan lain sebagainya. Di samping itu juga disebabkan karena pe-ngembangan industri hulu/dasar kurang cepat dibandingkan dengan industri hilir yang akan memanfaatkan bahan baku industri hu-lu/dasar tersebut, sehingga industri hilir lebih banyak bero-rientasi ke arah impor dalam pemenuhan bahan bakunya.

Dalam kaitannya dengan aspek permesinan, peralatan mesin produksi pada industri-industri yang dibangun sebelum Repeli- ta I sudah tidak efisien lagi dan teknologinya sudah jauh ke-tinggalan, di samping masih banyak industri-industri yang tidak memiliki proses manufacturing yang lengkap. Masalah lainnya

VIII/32

Page 36:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

adalah masih kurangnya minat industri dalam negeri untuk meng-gunakan mesin dan peralatan buatan dalam negeri dengan alasan mutu yang rendah dan harga yang lebih tinggi dibandingkan de-ngan impor.

Hambatan yang sering timbul dalam keterkaitannya dengan in-dustri kecil antara lain menyangkut disain, standar, mutu dan spesifikasi teknis lain dari produk industri kecil yang tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, disamping masalah harga produk yang lebih tinggi dari produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri.

4. Industri Kecil

Peningkatan usaha pembinaan industri kecil yang dilaksa-nakan dalam Repelita III tampak berhasil, antara lain dengan telah didirikannya beberapa lembaga yang melakukan pembinaan dan sarana tempat usaha, yakni Lingkungan Industri Kecil (LIK) di 13 lokasi; Perkampungan Industri Kecil (PIK) di 3 lokasi; Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) di 2 lokasi, dan juga dise-diakan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) untuk penyuluhan dan bim-

bingan kepada para pengusaha industri kecil. Sampai tahun 1983/84 telah tersedia sejumlah 1.436 TPL generalis dan 334 TPL spesialis.

Pengembangan industri kecil dalam Repelita IV berorientasi kepada pengembangan komoditi yang mempunyai potensi pasar cukup besar. Sampai dengan akhir Repelita IV pemerintah merencanakan untuk membina 6.000 sentra dengan menggunakan sumber dana dari APBN dan APBD serta memanfaatkan berbagai kemudahan yang dapat diberikan oleh industri besar dan sedang (BUMN, Swasta dan ba-lai penelitian). Juga ditingkatkan pembinaan industri kecil me-lalui sistem bapak angkat dan sub kontrak dalam rangka keter-kaitan pembinaan tersebut.

Pembinaan melalui sentra ini ternyata telah menunjukkan ha-sil positif bagi perkembangan industri kecil seperti tercermin di dalam peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi. Apabila dibandingkan dengan pembinaan melalui LIK, pembinaan melalui sentra ini lebih berhasil dan berdayaguna. Oleh karenanya pembinaan melalui sentra ini akan terus dikem-bangkan dan diprioritaskan pada sentra-sentra yang memproduksi komoditi-komoditi yang pada saat ini potensi pasarnya berkem-bang pesat, baik untuk pemenuhan dalam negeri maupun untuk me-nunjang program ekspor.

VIII/33

Page 37:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Untuk LIK yang telah berdiri, dilaksanakan program konsoli-dasi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan usaha indus-tri. Untuk membantu upaya para pengusaha industri kecil guna meningkatkan mutu produksinya, pada beberapa sentra tertentu dan LIK/PIK, didirikan Unit Pelayanan Teknis (UPT). Sampai tahun 1983/84 telah didirikan sebanyak 149 UPT.

Pengembangan industri kecil juga diprioritaskan pada indus-tri-industri yang banyak menyerap tenaga kerja, yang hasil pro-duksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, yang ber-kaitan dengan sektor ekonomi lain, terutama dengan sektor per-tanian dan konstruksi serta berkaitan dengan industri perme-sinan dan elektronika serta mempunyai prospek ekspor. Berbagai langkah kebijaksanan dan usaha yang dilaksanakan pemerintah antara lain adalah menggalakkan pemakaian hasil produksi dalam negeri dan mendorong ekspor/komoditi diluar minyak dan gas bu-mi.

Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan industri ke-cil sejak awal Repelita IV telah ditetapkan tiga jalur pende-katan sebagai berikut. Pertama, pengembangan industri kecil di-laksanakan dengan prioritas pemecahan masalah pemasaran dari produk hasil industri kecil dan kerajinan dengan memanfaatkan secara efektif jalur-jalur perdagangan yang ada maupun memper-luas kemungkinan jalur baru melalui kerjasama keterkaitan yang luas. Kedua, pengembangan industri kecil dilaksanakan per komo-diti dengan selalu mempertimbangkan keunggulan bidang yang di-miliki dan secara konsisten melaksanakan program keterkaitan, baik antara industri kecil dengan industri menengah dan besar maupun antara industri kecil dengan kegiatan jasa-jasa perda-gangan, pariwisata, perhotelan, ekspor dan lain-lain. Ketiga, pengembangan industri kecil dilaksanakan melalui usaha pembi-naan sentra-sentra di seluruh Indonesia yang didukung dengan intensifikasi kemampuan Unit Pelayanan Teknis/Unit Pelayanan Industri.

Usaha untuk mewujudkan kemampuan industri kecil dalam mem-berikan pelayanan terhadap konsumen baik dalam jumlah, kuali-tas, harga dan waktu penyerahan perlu didukung oleh kebijaksa-naan terpadu yang melibatkan berbagai pihak dan wewenang berba-gai instansi/departemen serta pemerintah daerah sehingga disatu pihak memberikan daya dorong yang maksimal dan dilain pihak da-pat mencapai efisiensi dan efektivitas yang optimal bagi tujuan pengembangan yang ingin diwujudkan terhadap usaha industri ke-cil dan kerajinan.

VIII/34

Page 38:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

Sejalan dengan usaha peningkatan pembinaan sentra industri kecil dalam Repelita IV, jumlah sentra yang telah dibina pada tahun 1985/86 meningkat dengan 18,15% dari tahun 1984/85 yaitu dari 1.322 sentra menjadi 1.562 sentra. Dari hasil pembinaan sentra-sentra selama dua tahun pertama pelaksanaan Repelita IV ternyata di semua propinsi di Indonesia kecuali daerah Aceh dan Sumatera Utara, jumlah sentranya selalu mengalami peningkatan. Di daerah Aceh tahun 1984/85 (29 sentra) turun dibandingkan dengan tahun 1983/84 (34 sentra) dan pada tahun 1985/86 naik menjadi 36 sentra. Sebaliknya jumlah sentra di daerah Sumatera Utara pada tahun 1984/85 (106 sentra) meningkat bila dibanding-kan dengan tahun sebelumnya (96 sentra), namun pada tahun 1985/86 menurun menjadi 36 sentra.

Menurut cabang industri, maka jumlah sentra yang dibina da-lam tahun 1985/86 adalah 369 sentra Industri Kecil Pangan, 363 sentra Industri Kecil Kerajinan dan Umum, 317 sentra Industri Kecil Sandang dan Kulit, 277 sentra Industri Kecil Kimia dan Bahan Bangunan dan 236 sentra Industri Kecil Logam.

Sejak tahun 1983 unit usaha industri kecil meningkat terus, dari sebanyak 1.554.900 unit usaha pada tahun 1983 menjadi 1.570.700 unit usaha pada tahun 1984 dan 1.664.800 unit usaha pada tahun 1985, sehingga sampai tahun 1985 terjadi peningkatan sebanyak 109.900 unit usaha atau kenaikan sebesar 7% dari tahun 1983.

Sementara itu penyebaran unit usaha industri kecil semakin merata. Dalam tahun 1985/86 jumlah industri kecil di luar pulau Jawa dibandingkan dengan yang ada di pulau Jawa adalah 25% ber-banding 75%. Sedang pada tahun 1984/85 perbandingannya masih 23% dan 77%. Dalam jangka panjang diharapkan penyebaran indus-tri kecil ke luar pulau Jawa lebih besar lagi.

Komposisi unit usaha industri pengolahan pangan, industri sandang kulit dan industri kimia dan bahan bangunan mengalami peningkatan berturut-turut dari 30,58%, 14,01% dan 19,98% dalam tahun 1984/85, menjadi 31,09%, 14,03% dan 20,02% pada tahun 1985/86. Sedangkan untuk industri kerajinan dan umum dan indus-tri logam masing-masing mengalami perubahan komposisi dari 29,23% dan 6,20% pada tahun 1984/85 menjadi 28,70% dan 6,18% pada tahun 1985/86. Namun demikian jumlah unit usaha pada semua cabang industri tersebut diatas menunjukkan peningkatan.

Kelompok industri kecil ikut berperan dalam usaha perluasan kesempatan kerja. Tenaga kerja yang dapat diserap meningkat

VII1/35

Page 39:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

menjadi 4.700.000 orang pada tahun 1984/85 dari 4.400.000 orang pada tahun 1983/84 dan seterusnya pada tahun 1985/86 meningkat lagi menjadi 5.200.000 orang. Dari data tersebut terlihat sela-ma dua tahun pertama Repelita IV industri kecil telah mampu menampung sekitar 800.000 orang atau 90% dari target penyerapan tenaga kerja sebesar 930.000 orang, sehingga diharapkan sasaran penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil tercapai, bahkan mungkin dapat melampaui.

Selanjutnya struktur tenaga kerja yang dapat diserap juga mengalami perubahan. Cabang industri pengolahan pangan, indus-tri sandang kulit serta industri logam mengalami penurunan pada tahun 1985/86 jika dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 36,66% menjadi 31,23% untuk industri pengolahan pangan, dari 15,53% menjadi 14,53% untuk industri sandang kulit dan untuk industri logam turun dari 5,92% menjadi 5,50%. Sedangkan kompo-sisi tenaga kerja pada cabang industri kimia dan bahan bangunan dan industri kerajinan dan umum, meningkat masing-masing dari 22,59% dan 23,30% pada tahun 1984/85 menjadi 22,69% dan 26,05% pada tahun 1985/86. Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap pada semua cabang industri dalam tahun 1985/86 menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Ekspor komoditi industri kecil pada tahun 1985/86 mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya ekspor cabang industri kecil sandang dan kulit, dan cabang industri kerajinan dan umum. Kenaikan ekspor cabang industri sandang dan kulit terutama disebabkan kenaikan ekspor komoditi permadani atau tikar seratan dan pakaian pabrik. Sedangkan kenaikan industri kerajinan dan umum disebabkan oleh meningkatnya ekspor komoditi barang keperluan rumah tangga, komoditi perabot rumah tangga dari kayu dan tikar dari rotan.

Untuk ekspor hasil industri kecil kimia dan bahan bangunan mengalami penurunan. Ekspor komoditi pada cabang industri kimia dan bahan bangunan mengalami peningkatan seperti gambir, arang tempurung dan arang kayu lapis. Selanjutnya dalam cabang indus-tri kecil pangan hampir seluruh komoditi mengalami penurunan kecuali komoditi-komoditi madu alam, ikan laut kering, ikan asin dan udang kering. Hasil produksi kelompok industri kecil dapat dilihat pada Tabel VIII-4.

Sehubungan dengan pelaksanaan program keterkaitan yang di-dasarkan atas hubungan yang saling menguntungkan masih perlu dikembangkan dan ditumbuhkan baik untuk industri kecil dan

VIII/36

Page 40:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

TABEL VIII - 4

EKSPOR KOMODITI INDUSTRI KECIL,

1983 - 1985

(Volume dalam ton)

No. Cabang Industri 1983 1984 1985*)

1. Pangan 1.114,8 873,3 651,5

2. Sandang dan Kulit 40.960,4 10.845,7 18.356,3

3. Kimia dan Bahan Bangunan 37.030,6 37.342,3 37.847,0

4. Aneka Kerajinan dan Umum 26.762,9 29.799,9 26.253,1

J u m 1 a h: 105.868,7 78.861,2 83.107,9

* ) Angka sementara.Tidak termasuk garment, kulit dan barang dari ku l i t ,furniture dan kerupuk

Page 41:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong
Page 42:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

kerajinan sendiri, perusahaan industri besar, menengah, sektor jasa maupun usaha-usaha ekonomi lainnya sehingga dapat memberi-kan dampak yang positip terhadap pembangunan nasional. Sebagai pendukung usaha tersebut pemerintah memberikan penghargaan Upa-karti kepada mereka yang telah berjasa dan berprestasi di dalam melaksanakan program keterkaitan dalam pengembangan industri kecil dan kerajinan, sedangkan tujuan daripada penghargaan tersebut adalah untuk mendorong partisipasi masyarakat luas un-tuk berperan dalam pengembangan industri kecil dan kerajinan.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan in-dustri kecil dalam dua tahun pertama Repelita IV ini terutama menyangkut pemasaran hasil produksi, modal dan perangkat pembi-naan sehingga menghambat pengembanan industri kecil.

Pada umumnya hasil industri kecil agak sulit bersaing di pasaran internasional. Di dalam pemasaran ini yang Menjadi ma-salah utama adalah tingkat produksinya yang rendah sehingga ti-dak mampu memenuhi kenaikan permintaan dalam waktu singkat. Di-samping itu, kualitas produk yang heterogen tidak sesuai dengan yang sudah disepakati dengan pemesan. Hal ini disebabkan karena sangat kurangnya pengendalian mutu dalam proses produksi dan belum dimilikinya perencanaan produk yang baik. Untuk produk industri makanan, sebagian dari masalah pemasaran ini bersumber dari sistem pengemasan yang kurang baik, higine dan mutu bahan baku/penolong yang kurang mendapat perhatian. Masalah lain yang juga panting adalah kurang tanggapnya pengusaha industri kecil terhadap perkembangan permintaan pasar karena kurang mampu mengidentifikasi dan menganalisa informasi pasar.

Seperti dijelaskan di atas, mutu produk hasil industri ke-cil pada umumnya masih rendah dan seringkali tidak memenuhi standar yang ditentukan, sebagai akibat masih digunakannya tek-nologi proses tradisional. Persediaan bahan baku/penolong se-ring mengalami kesukaran baik dalam jumlah, mutu maupun dalam harga dan kurangnya kesinambungan penyediaan bahan, karena mo- dal yang masih kecil sehingga pembeliannya dilakukan di peda- gang pengecer. Di samping itu sebagian besar pengusaha menggu-nakan mesin peralatan yang sederhana, tidak tepat-guna sehingga mutu produksi tidak dapat mengikuti dinamika perkembangan per-mintaan pasar.

Selanjutnya latihan keterampilan yang telah diperoleh se-ring tidak dapat diterapkan pada mesin/peralatan yang dimiliki pengusaha. Masalah lain yang dihadapi adalah pendidikan dasar yang relatip rendah, produktivitas rendah dan keuntungan yang

VIII/38

Page 43:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong

relatip kecil, serta modal usaha yang masih terbatas. Sumber dana industri kecil sebagian berasal dari luar lembaga keuang-an. Hal ini terutama karena adanya persyaratan perbankan yang kurang mampu dipenuhi oleh pihak pengusaha. Hambatan lain yang juga dihadapi yaitu di bidang tatalaksana dan organisasi yang masih lemah.

VIII/39

Page 44:  · Web viewBAB VIII INDUSTRI I.PENDAHULUAN Kebijaksanaan pengembangan yang ditempuh di sektor industri dalam Repelita IV adalah mengarahkan pembangunan industri agar dapat mendorong