BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -...

12
27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB di SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2013/2014. Kelas VIIIA sebagai kelas kontrol yaitu tidak mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips dan kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen yaitu mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips. Jumlah siswa kelas VIIIA dan VIIIB masing-masing adalah 30 siswa. Rincian subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Deskripsi Subjek Penelitian Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan VIIIA 6 24 30 VIIIB 17 13 30 B. Deskripsi Nilai Pretest 1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai awal kedua kelas sebelum diberi perlakuan. Data yang digunakan sebagai pretest adalah nilai murni UHT (mid). Nilai murni berarti bahwa nilai belum diolah dengan nilai-nilai yang lainnya. Nilai ini dijadikan patokan kemampuan awal siswa kelas VIIIA dan VIIIB. Tabel di bawah ini adalah hasil analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Nilai Pretest N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Eksperimen 30 32.50 80.00 59.5000 13.20266 Kontrol 30 30.00 92.50 60.4167 17.43316 Valid N (listwise) 30 Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 59,50, standar deviasi 13,20, nilai minimum 32,50, dan nilai maksimum 80, sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 60,42, standar deviasi 17,43, nilai minimum 30, dan nilai maksimum 92,50.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB di SMP Muhammadiyah

Salatiga tahun ajaran 2013/2014. Kelas VIIIA sebagai kelas kontrol yaitu tidak

mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips dan

kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen yaitu mendapat perlakuan model

pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips. Jumlah siswa kelas VIIIA dan VIIIB

masing-masing adalah 30 siswa. Rincian subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel

9 berikut.

Tabel 9.

Deskripsi Subjek Penelitian

Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

VIIIA 6 24 30

VIIIB 17 13 30

B. Deskripsi Nilai Pretest

1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai awal kedua kelas

sebelum diberi perlakuan. Data yang digunakan sebagai pretest adalah nilai murni

UHT (mid). Nilai murni berarti bahwa nilai belum diolah dengan nilai-nilai yang

lainnya. Nilai ini dijadikan patokan kemampuan awal siswa kelas VIIIA dan VIIIB.

Tabel di bawah ini adalah hasil analisis deskriptif yang diperoleh dengan

menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

Tabel 10.

Hasil Analisis Deskriptif Nilai Pretest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 30 32.50 80.00 59.5000 13.20266

Kontrol 30 30.00 92.50 60.4167 17.43316

Valid N (listwise) 30

Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen

mempunyai nilai rata-rata 59,50, standar deviasi 13,20, nilai minimum 32,50, dan

nilai maksimum 80, sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 60,42,

standar deviasi 17,43, nilai minimum 30, dan nilai maksimum 92,50.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

28

Tabel 11.

Hasil Statistika Deskriptif Nilai Pretest Gabungan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai_Pretes 60 30.00 92.50 59.9583 15.33863

Valid N (listwise) 60

Berdasarkan Tabel 11 di atas, nilai pretest gabungan kedua kelas tersebut,

dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut.

Batas 1 = mean + 0,5SD

= 59,96 + 0,5 × 15,34

= 59,96 + 7,67

= 67,63 dibulatkan menjadi 68

Batas 2 = mean ─ 0,5SD

= 59,96 ─ 0,5 × 15,34

= 59,96 ─ 7,67

= 52,29 dibulatkan menjadi 52

Batas interval pengkategorian nilai pretest matematika dengan batas-batas

diatas dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Interval dan Kategori Nilai Pretest

Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval

Tinggi 68 92,5 68 < x ≤ 92,5

Sedang 52 68 52 < x ≤ 68

Rendah 30 52 30 ≤ x ≤ 52

Tabel 12 menjelaskan bahwa nilai pretest dengan kategori tinggi diperoleh nilai

69 sampai 92,5, untuk kategori sedang 53 sampai 68 dan untuk kategori rendah 30

sampai 52. Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel nilai pretest

matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2006:175) terlihat pada

Tabel 12.

Tabel 13.

Distribusi Nilai Pretest

Interval Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

68 < x ≤ 92,5 Tinggi 8 26,7% 11 36,7%

52 < x ≤ 68 Sedang 13 43,3% 9 30%

30 ≤ x ≤ 52 Rendah 9 30% 10 33,3%

Berdasarkan Tabel 13, perolehan nilai pretest kategori tinggi pada kelas

eksperimen terdapat 8 siswa atau 26,7% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11

siswa atau 36,7%. Nilai pretest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 13

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

29

siswa atau 43,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 9 siswa atau 30%. Nilai

pretest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 9 siswa atau 30% dan

pada kelas kontrol terdapat 10 siswa atau 33,3%.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas kontrol

lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah

persentase siswa yang memperoleh nilai kategori tinggi pada kelas kontrol sebesar

36,7% dan pada kelas eksperimen sebesar 26,7%. Siswa di kelas eksperimen

sebagian besar nilainya pretestnya berkategori sedang yaitu dengan persentase

sebesar 43,3%.

2. Uji Normalitas Nilai Pretest

Uji normalitas nilai pretest digunakan untuk mengetahui kenormalan nilai

setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan

dengan program SPSS 16.0 for windows yaitu uji Shapiro-Wilk. Hasil perhitungan uji

normalitas nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14.

Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Eksperimen .140 30 .139 .952 30 .187

Kontrol .103 30 .200* .967 30 .462

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 14 di atas, diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen

0,187 > 0,05 dan kelas kontrol 0,462 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua

kelas berdistribusi normal. Kurva distribusi normal pada kedua kelas dapat dilihat

pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3.

Kurva Distribusi Normal Nilai Pretest Kelas Eksperimen

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

30

Gambar 4.

Kurva Distribusi Normal Nilai Pretest Kelas Kontrol

3. Uji Homogenitas Nilai Pretest

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang digunakan dalam

penelitian mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Uji homogenitas dalam

penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan uji Anova-Test

of Homogeneity of Variances. Hasil homogenitas dapat dilihat pada Tabel 15

berikut.

Tabel 15.

Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.606 1 58 .063

Berdasarkan Tabel 15 di atas, maka diperoleh hasil uji homogenitas nilai

pretest di atas, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,063 > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varian yang sama.

4. Uji Banding dua Sampel Nilai Pretest

Uji banding dua sampel nilai pretest digunakan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan nilai pada kedua kelas. Perhitungan uji banding dua sampel

menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu Independent sampel t-test.

Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

31

Tabel 16.

Hasil Uji Banding dua Sampel Nilai Pretest

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Equal variances assumed

3.606 .063 -.230 58 .819 -.91667 3.99260 -8.90872 7.07539

Equal variances not assumed

-.230 54.032 .819 -.91667 3.99260 -8.92124 7.08791

Berdasarkan Tabel 16 di atas, diperoleh nilai signifikansi dari uji F sebesar

0,063 dimana 0,063 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan

kelas kontrol mempunyai varian yang sama atau homogen. Uji t-test diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,819 dimana 0,819 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Deskripsi Nilai Posttest

1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai akhir kedua kelas

setelah diberi perlakuan. Data yang digunakan sebagai posttest adalah nilai murni

yang diperoleh dari siswa setelah mengerjakan soal posttest sebanyak 10 butir soal

uraian dengan materi bangun ruang sisi datar. Nilai murni berarti bahwa nilai

belum diolah dengan nilai-nilai yang lainnya. Nilai ini dijadikan patokan

kemampuan akhir siswa kelas VIIIA dan VIIIB. Tabel di bawah ini adalah hasil

analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

windows.

Tabel 17.

Hasil Analisis Deskriptif Posttest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 30 57.00 97.00 83.9000 11.29647

Kontrol 30 40.00 94.00 72.3000 13.84433

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

32

Berdasarkan Tabel 17 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen

mempunyai nilai rata-rata 83,9 standar deviasi 11,30, nilai minimum 57, dan nilai

maksimum 97 sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 72,3, standar

deviasi 13,84, nilai minimum 40, dan nilai maksimum 94.

Tabel 18.

Hasil Statistika Deskriptif Nilai Posttest Gabungan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai_postes 60 40.00 97.00 78.1000 13.82542

Valid N (listwise) 60

Berdasarkan Tabel 18 di atas, nilai posttest gabungan kedua kelas tersebut,

dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut.

Batas 1 = mean + 0,5SD

= 78,1 + 0,5 × 13,83

= 78,1 + 6,915

= 85,015 dibulatkan menjadi 85

Batas 2 = mean ─ 0,5SD

= 78,1 ─ 0,5 × 13,83

= 78,1 ─ 6,915

= 71,185 dibulatkan menjadi 71

Batas interval pengkategorian nilai posttest matematika dengan batas-batas

diatas dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Interval dan Kategori Nilai Posttest

Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval

Tinggi 85 97 85 < x ≤ 97

Sedang 71 85 71 < x ≤ 85

Rendah 40 71 40 ≤ x ≤ 71

Tabel 19 menjelaskan bahwa nilai posttest dengan kategori tinggi diperoleh

nilai 86 sampai 97, untuk kategori sedang 72 sampai 85 dan untuk kategori rendah

40 sampai 71. Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel nilai posttest

berdasarkan kategori menurut Sudijono (2006:175) terlihat pada Tabel 20.

Tabel 20.

Distribusi Nilai Posttest

Interval Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

85 < x ≤ 97 Tinggi 18 60% 7 23,3%

71 < x ≤ 85 Sedang 7 23,3% 8 26,7%

40 ≤ x ≤ 71 Rendah 5 16,7% 15 50%

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

33

Berdasarkan Tabel 20, perolehan nilai posttest kategori tinggi pada kelas

eksperimen terdapat 18 siswa atau 60% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 7

siswa atau 23,3%. Nilai posttest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 7

siswa atau 23,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa atau 26,7%. Nilai

posttest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 5 siswa atau 16,7% dan

pada kelas kontrol terdapat 15 siswa atau 50%.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah

persentase siswa yang memperoleh nilai kategori tinggi pada kelas eksperimen

sebesar 60%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 23,3%. Siswa di kelas kontrol

sebagian besar nilainya posttestnya berkategori rendah yaitu dengan persentase

sebesar 50%.

2. Uji Normalitas Nilai Posttest

Uji normalitas nilai posttest digunakan untuk mengetahui kenormalan nilai

setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan

dengan program SPSS 16.0 for windows yaitu uji Shapiro-Wilk. Hasil perhitungan uji

normalitas nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.

Tabel 21.

Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Eksperimen .174 30 .021 .868 30 .002

Kontrol .139 30 .143 .956 30 .238

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 21 di atas, diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen

0,002 dan kelas kontrol 0,238. Nilai signifikan kelas ekperimen < 0,05. Hal ini

berarti populasi tidak berasal dari distribusi normal. Kurva distribusi normal pada

kedua kelas dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

34

Gambar 5.

Kurva Distribusi Normal Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Gambar 6.

Kurva Distribusi Normal Nilai Posttest Kelas Kontrol

3. Uji Banding dua Sampel Nilai Posttest

Uji banding dua sampel nilai posttest digunakan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan nilai pada kedua kelas. Uji banding dua sampel dilakukan dengan uji

non-parametric karena kedua data tersebut tidak normal. Perhitungan uji banding

dua sampel menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu uji non-parametric

Mann-Whitney U. Hasil pengujian uji banding dua sampel non-parametric dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22.

Uji Banding Dua Sampel (Posttest)

Nilai_Postes

Mann-Whitney U 32.500

Wilcoxon W 497.500

Z -6.205

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Kelas

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

35

Berdasarkan Tabel 22 diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 dimana 0,000 <

0,05 maka artinya H0 ditolak dan menerima H1 sehingga dapat dikatakan terdapat

perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Terlihat nilai rata-rata kelas eksperimen 83,9 dan kelas kontrol 72,3. Selisih rata-

rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan yaitu 11,6. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. H0

ditolak dan menerima H1, maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan

“terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap

hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran

2013/2014” diterima.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar siswa kelas VIII

SMP Muhammadiyah Salatiga Tahun ajaran 2013/2014. Hasil pembelajaran

dipengaruhi oleh pelaksanaan pembelajaran, sehingga diperlukan analisis

pelaksanaan untuk menjelaskan tingkat keberhasilan pembelajaran.

Berdasarkan Tabel 10, kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 59,50 dan

kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 60,42. Selisih rata-rata kedua kelas tidak

terlalu jauh yaitu hanya berbeda 0,92. Hasil belajar sebelum diberi perlakuan, diuji

homogenitasnya dan pada Tabel 15 diperoleh nilai sig 0,063 > 0,05 yang berarti

rataan kedua kelas sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol memiliki kemampuan awal yang sama, atau dapat dikatakan homogen. Uji

banding dua sampel pada Tabel 16 diperoleh nilai signifikan 0,819 dimana 0,819 >

0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Perolehan nilai pretest berdasarkan Tabel 13, untuk kategori tinggi pada kelas

eksperimen terdapat 8 siswa atau 26,7% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11

siswa atau 36,7%. Nilai pretest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 13

siswa atau 43,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 9 siswa atau 30%. Nilai

pretest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 9 siswa atau 30% dan

pada kelas kontrol terdapat 10 siswa atau 33,3%. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa nilai pretest kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas

eksperimen. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah persentase siswa yang memperoleh

nilai kategori tinggi pada kelas kontrol sebesar 36,7% dan pada kelas eksperimen

sebesar 26,7%. Siswa di kelas eksperimen sebagian besar nilainya pretestnya

berkategori sedang yaitu dengan persentase sebesar 43,3%.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

36

Nilai rata-rata posttest berdasarkan Tabel 17, untuk kelas eksperimen sebesar

83,9 dan untuk kelas kontrol sebesar 72,3. Selisih rata-rata antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan yaitu 11,6. Berdasarkan analisis uji

banding dua sampel non-parametric untuk nilai posttest pada Tabel 22, diperoleh

nilai signifikan sebesar 0,000 dimana 0,000 < 0,05 maka artinya H0 ditolak dan

menerima H1 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang berarti model pembelajaran

kooperatif teknik Talking Chips berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil analisis

uji banding dua sampel menggunakan uji banding dua sampel non-parametric

karena kedua data tidak normal. Berdasarkan Tabel 21, uji normalitas kedua kelas

didapatkan nilai signifikan 0,002 untuk kelas eksperimen dan 0,238 untuk kelas

kontrol. Nilai signifikan dari salah satu kelas < 0,05, itu berarti data tidak normal.

Perolehan nilai posttest berdasarkan Tabel 20, kategori tinggi pada kelas

eksperimen terdapat 18 siswa atau 60% sedangkan pada kelas kontrol terdapat 7

siswa atau 23,3%. Nilai posttest kategori sedang pada kelas ekperimen terdapat 7

siswa atau 23,3%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa atau 26,7%. Nilai

posttest kategori rendah pada kelas eksperimen terdapat 5 siswa atau 16,7% dan

pada kelas kontrol terdapat 15 siswa atau 50%. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol. Hal ini diperlihatkan oleh jumlah persentase siswa yang memperoleh nilai

kategori tinggi pada kelas eksperimen sebesar 60%, sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 23,3%. Siswa di kelas kontrol sebagian besar nilainya posttestnya

berkategori rendah yaitu dengan persentase sebesar 50%. Siswa di kelas

eksperimen sebelum perlakuan yang memperoleh nilai kategori rendah yaitu 9

siswa atau 30% dan setelah mendapat perlakuan yang memperoleh nilai kategori

rendah yaitu menjadi 5 siswa atau 16,7%. Hal ini berarti jumlah siswa yang

mendapat kategori rendah berkurang dan naik ke kategori sedang maupun

kategori tinggi. Siswa yang mendapat nilai berkategori rendah di kelas eksperimen

setelah diberi perlakuan berjumlah 5 siswa dan 3 siswa diantaranya yaitu siswa

yang nilainya juga berkategori rendah sebelum diberi perlakuan. Siswa yang tetap

mempunyai nilai kategori rendah tadi dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam

maupun luar diri siswa tersebut.

Pembelajaran di kelas VIIIA (kelas kontrol) tanpa penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips menjadikan nilai posttest lebih

rendah daripada kelas VIIIB (kelas eksperimen). Siswa di kelas kontrol saat

dijelaskan materi oleh guru terlihat memperhatikan namun saat diberi soal latihan,

siswa mulai gaduh yaitu saling menanyakan jawaban dengan temannya. Guru

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

37

sebenarnya sudah memberitahu jika terdapat soal yang tidak dimengerti dapat

ditanyakan kepada guru, tetapi siswa bertanya ke teman lainnya sehingga suasana

gaduh. Guru telah membatasi waktu siswa dalam mengerjakan latihan soal yang

diberikan di papan tulis, namun terkadang tidak sesuai dengan waktu yang

ditetapkan. Siswa yang maju ke depan kebanyakan siswa itu-itu saja. Siswa lain

mau maju apabila ditunjuk oleh guru, terkadang juga masih tidak mau maju.

Keaktifan siswa masih kurang dan hanya beberapa siswa saja yang aktif untuk maju

ke depan kelas. Guru apabila bertanya ada yang ditanyakan, siswa menjawab

belum ada yang ditanyakan padahal siswa belum cukup jelas dengan penjelasan

guru. Hal ini menjadi salah satu kendala yang ditemui oleh guru yaitu siswa takut

bertanya kepada guru tetapi justru bertanya kepada teman lainnya. Hasil belajar

yang lebih rendah di kelas kontrol juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti faktor psikologis, faktor fisiologis, faktor lingkungan, dan faktor

instrumental. Hal ini sesuai dengan pendapat Munadi dalam Rusman (2012:124)

yang menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu di

antaranya faktor psikologis, faktor fisiologis, faktor lingkungan, dan faktor

instrumental. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor instrumental, yaitu

faktor yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan

berupa kurikulum, guru, dan sarana prasarana. Faktor instrumental yang cukup

berpengaruh yaitu guru dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam

kegiatan belajar mengajar. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang

membuat siswa aktif di dalam kelas sehingga pembelajaran berjalan satu arah dan

belum memberikan kesempatan siswa untuk menyalurkan kemampuannya.

Pembelajaran di kelas VIIIB (kelas eksperimen) dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips menjadikan nilai posttest lebih tinggi

daripada kelas VIIIA (kelas kontrol). Berdasarkan pengamatan di kelas eksperimen,

masing-masing siswa memperoleh kesempatan untuk berpendapat di dalam

menjawab soal diskusi yang diberikan oleh guru. Setiap kelompok memberikan

kesempatan anggota kelompoknya untuk menjawab ataupun mengeluarkan

pendapat dan anggota lain menyimak pendapat temannya, serta dapat

menyangkal atau menambahi pendapat temannya itu. Proses diskusi kelompok

menjadi adil karena semua ikut berpendapat dalam menyelesaikan tugas

kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2010:407) yang menyatakan

bahwa teknik Talking Chips dapat mengatasi hambatan pemeratan kesempatan

mengeluarkan pendapat yang sering mewarnai kerja kelompok yaitu masing-

masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi

dan mendengarkan pandangan atau pemikiran anggota yang lainnya. Proses

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4979/5/T1_202010043_BAB IV.pdf · 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . A. Deskripsi Subjek

38

diskusi menjadi lebih aktif karena semua ikut berpendapat, tidak ada yang

dominan seperti proses diskusi pada umumya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Huda (2011:142) yang menyebutkan teknik ini memastikan setiap siswa berperan

menyelesaikan tugas sehingga tidak ada yang dominan maupun yang pasif dan

tergantung kepada temannya. Setiap siswa mempunyai rasa tanggung jawab untuk

menyelesaikan soal yang diberikan meskipun dalam kelompok diskusi, karena

biasanya di kelompok diskusi selalu menggantungkan jawaban kepada anggota

yang dianggap lebih pintar. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2003:62) yang

menyebutkan teknik ini berperan dalam tercapainya pemerataan tanggung jawab

di dalam kelompok. Diskusi kelompok lebih menarik dengan adanya chips yang

dipakai dalam proses diskusi karena diskusi menjadi tidak terlalu serius. Siswa

memperoleh pengetahuan baru tentang teknik Talking Chips yaitu teknik yang

menggunakan media chips (benda-benda kecil seperti kancing, kacang merah, dan

benda kecil lainnya) untuk dipakai saat anggota kelompok mengeluarkan pendapat

di dalam proses diskusi. Hal ini sesuai pendapat Kagan dalam Pardiani (2013) yang

mengungkapkan teknik Talking Chips merupakan teknik suatu teknik dalam model

pembelajaran kooperatif yang menggunakan media kancing dalam kelompok

diskusi.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan

“terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap

hasil belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran

2013/2014” diterima. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya rata-rata hasil

belajar siswa kelas eksperimen (VIIIB) sebesar 83,9 daripada rata-rata hasil belajar

kelas kontrol (VIIIA) sebesar 72,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pardiani, dkk (2013) yang menyebutkan bahwa hasil belajar

kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran teknik

Talking Chips lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan

menggunakan pembelajaran konvensional.