BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal)
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas II SDN
Babalan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 15 siswa pada pembelajaran Matematika, hasil ulangan harian
siswa dapat dijelaskan melalui tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Skor Tes Pada Kondisi Prasiklus
Skor Prasiklus
Jumlah siswa Presentase (%)
40 1 6,67
50 3 20
60 3 20
70 3 20
80 5 33,33
JUMLAH 15 100
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi skor tes pada kondisi prasiklus di atas,
nampak bahwa persentase siswa yang tertinggi 33,33% (5 siswa)
memperoleh skor 80 yang merupakan skor maksimal yang dicapai siswa pada
kondisi prasiklus. Hal ini menunjukkkan bahwa 33 % siswa memiliki
kemampuan berhitung pada golongan paling atas. Sedangkan skor minimal
sebesar 40 dicapai oleh satu siswa (6,67%) saja. Kondisi rata-rata kelas
dicapai sebanyak 9 siswa (60 %) yakni memperoleh skor antara 50 -70.
Angka ini masih ditunjukkan banyaknya siswa yang memperoleh dibawah
KKM sebanyak 6 dari 9 siswa pada golongan tengah. Ketidak merataan
perolehan skor ini, dimungkinkan sekali karena pembelajaran yang dilakukan
di dalam kelas lebih bersifat individual, sehingga kemampuan berhitung
siswa satu tidak dapat disharekan kepada siswa yang lain.
24
25
Tabel di bawah akan menunjukkan distribusi persentase skor tes berdasarkan
ketuntasan berhitung pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Berhitung Pada Prasiklus
Skor Ketuntasan Jumlah siswa Presentase (%)
< 70 Belum tuntas 7 46,67
≥ 70 Tuntas 8 53,33
Jumlah 15 100
Nilai Rata-rata 65,33
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat jelas perbandingan antara
siswa yang mencapai ketuntasan berhitung (KKM ≥70) adalah sebanyak 8
siswa (53,33 %) dengan siswa yang belum mencapai ketuntasan berhitung
sebanyak 7 siswa (46,67 %) siswa. Hal ini juga ditunjang dengan skor
rata-rata yang berada di bawah KKM yaitu sebesar 65,33. Perbandingan
ketuntasan berhitung ini juga dijelaskan melalui gambar 4.1 grafik
ketuntasan belajar.
Gambar 4.1
Grafik Ketuntasan Berhitung Pada Prasiklus
26
Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata 7 siswa yang belum tuntas,
itu memiliki kekurangan tidak dapat menangkap materi pembelajaran
yang disampaikan guru dengan menggunakan metode ceramah.
Penggunaan metode ceramah mengakibatkan siswa kurang tertarik dengan
pembelajaran, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan guru. Hal ini
berbeda dengan 8 siswa yang lain, yang dapat menangkap materi
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
4.2 Diskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Pembelajaran dirancang dengan menggunakan metode
pembelajaran demontrasi untuk siswa kelas II semester I tahun
2011/2012 pada mata pelajaran Matematika. Dalam tahap perencanaan
ini, guru telah mempersiapkan:
1. perangkat pembelajaran berupa kartu bilangan dan materi
pelajaran yang menunjang tujuan pembelajaran.
2. RPP (lihat lampiran)
3. LKS
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu:
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
perkenalan, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur suasana di
ruangan kelas dan menanyakan kabar atau keadaan siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok masing-masing
kelompok beranggotakan 5 siswa
27
b. Guru memberi nama atau nomor kelompok pada setiap siswa
dalam kelompok
c. Guru memperlihatkan sebuah kartu bilangan
d. Guru menjelaskan pengertian tentang kartu bilangan
e. Guru menjelaskan cara penggunaan kartu bilangan
f. Guru mendemonstrasikan materi dengan kartu bilangan
g. Guru memberikan pertanyaan dengan kartu bilangan kepada
setiap kelompok
h. Kelompok menjawab pertanyaan guru
i. Kelompok lain memberi tanggapan
3. Kegiatan akhir
a. Guru bersama siswa membuat rangkuman
b. Guru melakukan penilaian terhadap siswa secara berkelompok.
c. Guru memberikan umpan balik
d. Guru memberi tes objektif dan tes uraian
Hasil tes yang dilakukan dalam siklus I dapat dijelaskan melalui
tabel 4.3 di bawah ini
Tabel 4.3
Distribusi Skor Tes Pada Siklus I
Skor Siklus I
Jumlah siswa Presentase (%)
60 6 40.00
70 - 0.00
80 8 53.33
90 1 6.67
JUMLAH 15 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan distribusi perolehan skor
yang tidak merata. Hal ini nampak pada persentase perolehan skor
maksimal 90 hanya dicapai oleh 6,67 % dari seluruh siswa yang ada.
Ini artinya pemberian tindakan tidak memiliki dampak yang berarti bagi
siswa pada golongan teratas. Tindakan pada siklus satu, mendorong
satu orang untuk menaikkan skor maksimal dari 80 pada prasiklus
28
menjadi 90. Ada kenaikan 10, oleh karena pemberian tindakan dengan
metode demonstrasi. Sedangkan persentase perolehan skor minimal 60
dicapai oleh 40 % dari seluruh siswa yang ada atau 6 siswa. Ini artinya
pemberian tindakan memiliki dampak yang berarti bagi siswa pada
golongan bawah, karena telah menaikkan skor minimal dari 40 pada
prasiklus menjadi 60 pada siklus 1, sehingga terjadi kenaikan 20. Dari
sisi jumlah siswa yang memperoleh skor 60 kebawah sebanyak 7 siswa
pada prasiklus menjadi menurun 6 siswa. Penurunan jumlah siswa yang
memperoleh skor di bawah KKM 70, ini berarti ada kemajuan
kemampuan siswa dengan diberikannya tindakan.
Keadaan ketuntasan berhitung pada siklus 1 dijelaskan melalui tabel 4.4
berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Ketuntasan Berhitung Pada Siklus I
Skor Ketuntasan Siklus I
Jumlah siswa Presentase (%)
< 70 Belum tuntas 6 40
≥ 70 Tuntas 9 60
Jumlah 15 100
Rata-rata 72,67
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat jelas perbandingan antara siswa yang
mencapai ketuntasan berhitung (KKM ≥ 70) sebanyak 9 siswa (60 %) dan
siswa yang belum mencapai ketuntasan berhitung sebanyak 6 siswa (40%).
Persentase ketuntasan berhitung mengalami kenaikan dibanding dengan
pembelajaran yang tidak diberi tindakan yakni 53,33 %. Kenaikan yang
terjadi sebesar 6,67 % atau satu siswa. Meskipun kenaikan ketuntasan
berhitung ini tidak berarti, namun dapat mengangkat satu siswa dari yang
belum tuntas menjadi tuntas.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas juga menunjukkan bahwa skor rata-
rata 72,67 yang telah menunjukkan adanya kenaikan dari skor tes
29
sebelumnya yakni 65,33. Kenaikan skor rata-rata 7,34 telah mengangkat
rata-rata kelas menjadi tuntas. Penjelasan lebih rinci disajikan melalui
gambar 4.2. di halaman berikutnya.
Gambar 4.2
Diagram Perbandingan Ketuntasan Berhitung Pada Siklus I
4.2.3 Refleksi
Hasil pengamatan yang dilakukan di SDN Babalan Gabus Pati
berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi dan data
kuantitatif diperoleh dari hasil tes formatif siswa yang dilaksanakan
pada akhir pelaksanaan tindakan siklus I.
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran, masih
terdapat kekurangan siswa antara lain kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih kurang, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan masih kurang, siswa sudah cukup baik dalam
memperhatikan penjelasan dan guru, hanya sebagian siswa yang aktif
dalam diskusi kelompok, hanya sebagian siswa yang bisa menjawab
soal. Sedangkan kelebihan siswa dalam pembelajaran antara lain
sebagian besar siswa senang dengan demonstrasi yang dilakukan,
sebagian siswa sudah dapat membuat kesimpulan dari materi yang
30
dipelajari, sebagian siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti
pembelajaran, semua siswa dapat mengerjakan soal evaluasi tanpa
menyontek jawaban teman. Hasil pengamatan tersebut, secara rinci
disajikan dalam tabel 4.5 di halaman berikut.
Berdasarkan tabel 4.5 tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
metode demontrasi pada siklus I, dari 20 item yang seharusnya
dilakukan oleh guru ternyata hanya 15 saja yang dilakukan guru.
Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode demontrasi ini hanya mencapai 75 %. Dalam pelaksanaan
kegiatan masih ada yang kekurangannya yaitu belum melakukan
identifikasi kebutuhan siswa, tidak memberikan apersepsi, tidak
mengumpulkan tugas siswa, tidak memberikan contoh sederhana
kepada siswa, dan belum menanyakan kepada siswa tentang kesulitan
materi pembelajaran. Kondisi seperti ini perlu ada perbaikan.
Dari hasil refleksi siklus I diharapkan praktikan memperbaiki
Kekurangan siswa dalam pembelajaran antara lain kesiapan siswa
dalam mengikuti pembelajaran masih kurang, keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan masih kurang, siswa sudah cukup baik dalam
memperhatikan penjelasan dan guru. hanya sebagian siswa yang aktif
dalam diskusi kelompok, hanya sebagian siswa yang bisa menjawab
soal. Sedangkan kelebihan siswa dalam pembelajaran antara lain
sebagian besar siswa senang dengan demonstrasi yang dilakukan,
sebagian siswa sudah bisa menyimpulkan dan materi yang sudah di
pelajari. Pada siklus II dilakukan perbaikan agar dalam pelaksanaan
pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik
31
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Implementasi RPP pada Siklus I
Aspek No Indikator Dilaksanakan
Ya Tidak
PERSIAPAN
1 Mengidentifikasikan kebutuhan belajar siswa √
2 Merumuskan Tujuan Pembelajaran √
3 Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan √
4 Menyiapkan alat yang diperlukan √
KEGIATAN
INTI
Kegiatan Awal
5 Membuka pelajaran dengan salam √
6 Apersepsi kepada siswa √
7 Melaksanakan apersepsi √
8 Mengumpulkan tugas √
Kegiatan Inti
9 Memperlihatkan gambar timbangan
sederhana
√
10 Menjelaskan kronologis sebuah peristiwa √
11 Memberikan contoh tentang berat benda
dengan beberapa istilah sederhana
√
12 Guru memberikan contoh cara menggunakan
timbangan sederhana
√
13 Guru membagi siswa menjadi kelompok dan
mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
permainan kartu dengan membagikan kartu
jawaban kepada siswa
√
14 Guru melaksanakan permainan kartu bilang
an dengan memberikan pertanyaan tentang
berat benda
√
15 Melakukan hasil penilaian hasil permainan
kartu bilangan
√
16 Guru menceritakan kronologis peristiwa
yaitu berupa pembelajaran tentang berat
benda dan cara penggunaan alat ukur lalu
siswa menyalin tentang hal yang didengar
√
PENUTUP
Kegiatan AKhir
17 Guru melakukan menanyakan kepada siswa
tentang materi yang belum dimengerti
√
18 Guru melakukan tanya jawab tentang materi
yang baru diajarkan
√
19 Guru merangkum tentang materi yang baru
diberikan
√
20 Melakukan tes formatif untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam pembelajaran
√
JUMLAH 15 5
32
4.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perbaikan-
perbaikan pembelajaran, terutama ketika guru melaksanakan
pembelajaran harus menguasai betul langkah-langkah yang dilakukan.
Dengan demikian, guru merancang RPP (lihat Lampiran) dengan
skenario pembelajaran yang mantap dan mempersiapkan perangkat
pembelajaran lainnya.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu:
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
perkenalan, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur suasana di
ruangan kelas dan menanyakan kabar atau keadaan siswa.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok masing-masing
kelompok beranggotakan 5 siswa
b. Guru memberi nama atau nomor kelompok pada setiap siswa
dalam kelompok
c. Guru memperlihatkan sebuah kartu bilangan
d. Guru menjelaskan pengertian tentang kartu bilangan
e. Guru menjelaskan cara penggunaan kartu bilangan
f. Guru mendemonstrasikan materi dengan kartu bilangan
g. Guru memberikan pertanyaan dengan kartu bilangan kepada
setiap kelompok
h. Masing-masing kelompok menjawab pertanyaan guru
i. Kelompok lain memberi tanggapan
33
3. Kegiatan akhir
a. Guru bersama siswa membuat rangkuman
b. Guru melakukan penilaian terhadap siswa secara berkelompok.
c. Guru memberikan umpan balik
d. Guru memberi tes objektif dan tes uraian
Hasil tes yang dilakukan dalam siklus II dapat dijelaskan melalui
tabel 4.6 di bawah ini
Tabel 4.6
Distribusi Skor Tes Pada Siklus II
Skor Siklus II
Jumlah siswa Presentase (%)
70 2 13.33
80 7 46.67
90 5 33.33
100 1 6.67
JUMLAH 15 100
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan distribusi perolehan skor
yang tidak merata antara golongan atas dan golongan bawah. Hal ini
nampak pada persentase perolehan skor maksimal 100 hanya dicapai
oleh 6,67 % dari seluruh siswa yang ada. Ini artinya pemberian tindakan
tidak memiliki dampak yang berarti bagi siswa pada golongan teratas.
Tindakan pada siklus satu, mendorong satu orang untuk menaikkan skor
maksimal dari 90 pada prasiklus menjadi 100. Ada kenaikan 10, oleh
karena pemberian tindakan dengan metode demonstrasi. Sedangkan
persentase perolehan skor minimal 70 dicapai oleh 13.33 % dari
seluruh siswa yang ada atau 2 siswa. Ini artinya pemberian tindakan
memiliki dampak yang kurang berarti bagi siswa pada golongan bawah,
karena menaikkan skor minimal dari 60 pada prasiklus menjadi 70 pada
siklus 1, sehingga terjadi kenaikan 10. Dari sisi jumlah siswa yang
memperoleh skor 60 kebawah sebanyak 6 siswa pada siklus I menjadi
menurun 0 siswa, namun masih ada 2 siswa yang belum mencapai
34
KKM 70, ini berarti ada peningkatan kemampuan berhitung siswa
dengan diberikannya tindakan. Jadi ketuntasan berhitung pada siklus II
telah mencapai 100 % tuntas.
4.2.3 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran,
kekurangan siswa telah teratasi antara lain adanya kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan,
siswa sudah baik dalam memperhatikan penjelasan dan guru, siswa
telah aktif dalam diskusi kelompok, siswa telah dapat menjawab soal.
Sedangkan kelebihan siswa dalam pembelajaran antara lain sebagian
besar siswa semakin senang melaksanakan demonstrasi, siswa telah
dapat membuat kesimpulan, siswa sungguh-sungguh mengikuti
pembelajaran, semua siswa dapat mengerjakan soal evaluasi tanpa
menyontek jawaban teman. Hasil pengamatan tersebut, secara rinci
disajikan dalam tabel 4.7 di halaman berikut.
Berdasarkan tabel 4.7 tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
metode demontrasi pada siklus II, dari 20 item yang seharusnya
dilakukan oleh guru ternyata sudah mencapai 19 yang dilakukan guru.
Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode demontrasi ini telah mencapai 95%. Dalam pelaksanaan
kegiatan masih ada yang kekurangannya yaitu guru tidak
mengumpulkan tugas pekerjaan rumah. Kondisi seperti ini perlu ada
perbaikan.
35
Tabel 4.7
Hasil Penilaian Implementasi RPP pada Siklus II
Aspek No Indikator Dilaksanakan
Ya Tidak
PERSIAPAN
1 Mengidentifikasikan kebutuhan belajar siswa √
2 Merumuskan Tujuan Pembelajaran √
3 Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan √
4 Menyiapkan alat yang diperlukan √
KEGIATAN
INTI
Kegiatan Awal
5 Membuka pelajaran dengan salam √
6 Apersepsi kepada siswa √
7 Melaksanakan apersepsi √
8 Mengumpulkan tugas √
Kegiatan Inti
9 Memperlihatkan gambar timbangan
sederhana
√
10 Menjelaskan kronologis sebuah peristiwa √
11 Memberikan contoh tentang berat benda
dengan beberapa istilah sederhana
√
12 Guru memberikan contoh cara menggunakan
timbangan sederhana
√
13 Guru membagi siswa menjadi kelompok dan
mempersiapkan Pelaksanaan kegiatan
permainan kartu dengan membagikan kartu
jawaban kepada siswa
√
14 Guru melaksanakan permainan kartu
bilangan dengan memberikan pertanyaan
tentang berat benda
√
15 Melakukan hasil penilaian hasil permainan
kartu bilangan
√
16 Guru menceritakan kronologis peristiwa
yaitu berupa pembelajaran tentang berat
benda dan cara penggunaan alat ukur lalu
siswa menyalin tentang hal yang didengar
√
PENUTUP
Kegiatan AKhir
17 Guru melakukan menanyakan kepada siswa
tentang materi yang belum dimengerti
√
18 Guru melakukan tanya jawab tentang materi
yang baru diajarkan
√
19 Guru merangkum tentang materi yang baru
diberikan
√
20 Melakukan tes formatif untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam pembelajaran
√
JUMLAH 19 1
36
Pada akhir pembelajaran siklus II dilaksanakan evaluasi dengan
menggunakan tes objektif dan tes uraian. Hasil tes menunjukkan 100 %
siswa tuntas. Skor minimal yang dicapai 70, dan skor maksimal 100. Dari
data tersebut menunjukkan adanya peningkatan baik dari persentase
ketuntasan, maupun capaian skor yang meningkat. Begitu pula jumalh
siswa yang memperoleh skor tinggi juga mengalami peningkatan. Hal ini
juga ditunjukkan oleh besarnya skor rata-rata sebesar 83,33. Dengan
demikian, materi matematika tentang perkalian dapat teratasi dengan
metode demonstrasi yang berupa permainan kartu bilangan.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil refleksi menunjukkan adanya perubahan
kemampuan belajar siswa Kelas II SDN Babalan yang signifikan setelah
pembelajaran perkalian diupayakan dengan menggunakan metode
demonstrasi yang berupa permainan kartu bilangan. Hal ini nampak pada
tabel 4.8 tentang perbandingan distribusi skor yang diperoleh dari keadaan
prasiklus, siklus I dan siklus II berikut ini.
Tabel 4.8
Perbandingan Distribusi Skor Antara Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Skor
Prasiklus Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
40 1 6.67
50 3 20.00
60 3 20.00 6 40.00
70 3 20.00 0 0.00 2 13.33
80 5 33.33 8 53.33 7 46.67
90 1 6.67 5 33.33
100 1 6.67
Jumlah 15 100 15 100 15 100
Rata-rata 65.33 72.67 83.33
Ketuntasan 53.33 60 100
37
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan kenaikan besarnya skor minimal
yakni pada prasiklus 40 naik 20 pada siklus I menjadi 60, dan naik 10
menjadi 70 pada siklus II. Skor maksimal pun juga mengalami kenaikan dari
80, naik menjadi 90 dan akhirnya naik menjadi 100 pada siklus II. Jumlah
siswa terbanyak (33.33 %) memperoleh skor maksimal 80 pada prasiklus,
begitu pula pada siklus I sejumlah 53,33 % siswa memperoleh skor yang
tinggi 80, bukan skor maksimal 90, dan pada siklus II sejumlah 46,67 %
siswa memperoleh skor 80. Capaian skor baik pada prasiklus, siklus I dan
siklus II sama yakni 80, dengan persentase yang fluktuatif. Jadi pemberian
tindakan penggunaan metode demonstrasi, dapat meningkatkan kemampuan
berhitung siswa kelas II melalui kenaikan skor minimal dan kenaikan skor
maksimal. Di samping itu, rata-rata kelas juga mengalami kenaikan dari
65,33, naik menjadi 72,67 dan akhirnya menjadi 83,33. Begitu pula
ketuntasan siswa juga mengalami kenaikan yang tajam yakni dari 53,33 %,
meningkat menjadi 60 % dan meningkat lagi mencapai optimal 100 %.
Kondisi ini juga ditunjukkan melalui tabel 4.9 dan gambar 4.3 berikut.
Tabel 4.9
Perbandingan Ketuntasan Berhitung Prasiklus, Siklus I, Siklus II
Ketuntasan
Prasiklus Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Belum Tuntas 7 46.67 6 40 0 0
Tuntas 8 53.33 9 60 15 100
38
Gambar 4.3
Grafik Perbandingan Ketuntasan Berhitung Pada
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II