BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/24013/5/BAB IV.pdfperkembangan...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/24013/5/BAB IV.pdfperkembangan...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum tentang Kecamatan Ngaglik dan Dinas
Pengendalian Pertanahan Daerah.
1. Gambaran umum wilayah Kecamatan Ngaglik
a. Wilayah Adminitrasi
Kecamatan Ngaglik berada di sebelah timur dari ibukota
Kabupaten Sleman Jarak ibukota kecamatan ke Pusat Pemerintahan
(ibukota) Kabupaten Sleman adalah 6 km. Lokasi ibu kota
Kecamatan Ngaglik berada di 7.72407’ LS dan 110.40096’BT.
Kecamatan Ngaglik mempunyai wilayah 3.852 Ha. Alamat kantor
Kecamatan Ngaglik di Jl. Kaliurang Km.9, Gondangan, Sardono,
Ngaglik, Sleman.
Desa di wilayah adminitrasi Kecamatan Ngaglik :
1). Desa Sariharjo
2). Desa Minomartani
3). Desa Sinduharjo
4). Desa Sardonoharjo
5). Desa Donoharjo
b. Geografis
Letak geografis Kecamatan Ngaglik berbatasan dengan :
Sebelah barat : Kecamatan Mlati dan Kecamatan Sleman
Sebelah utara : Kecamatan Pakem dan Turi
56
Sebelah Timur : Kecamatan Ngemplak
Sebelah Selatan : Kecamatan Depok
Ibu kota Kecamatan Ngaglik berada pada ketingian 300
meter di atas permukaan laut, suhu tertinggi tercatat di kecamatan
Ngaglik adalah 340C dengan suhu terendah 27 OC. Bentangan
wilayah Kecamatan Ngaglik berupa tanah yang datar dan
berombak yang sebagian dari wilayah tersebut merupakan lahan
pertanian yang potensial.
Terdapat bagian kawasan yang notabene menjadi kawasan
lindung, kawasan penyangga dan kawasan budaya, secara geografis
wilayah Kecamatan Ngaglik berada di lereng gunung merapi yang
menjadikan daerah ini masuk dalam wilayah rawan bencana
letusan gunung berapi. Untuk itu terdapat pula kawasan-kawasan
yang dilindungi seperti daerah sempadan sungai sebagai upaya
untuk menganggulangi dampak dari letusan gunung berapi.
Dengan letak geografis yang menguntungkan Kecamatan
Ngaglik menjanjikan berbagai komiditi seperti pertanian,
perumahan, perdagangan maupun pendidikan, untuk menarik orang
tinggal di Kecamatan Ngaglik
c. Kependudukan
Kecamatan Ngaglik memiliki penduduk tidak kurang dari
78.707 jiwa dengan 23.967 Kepala keluarga. Selain itu terdapat
kurang lebih 10 ribu penduduk musiman yang sebagian besar
57
merupakan mahasiswa. Pertumbuhan penduduk 2,28% per
tahun, dengan kepadatan 20.374 jiwa/km².
d. Potensi ekonomi
Sarana dan prasarana perekonomian di Kecamatan Ngaglik
antara lain koperasi berjumlah 100 buah, pasar 4 buah. Usaha
industri besar dan sedang 48 unit, industri kecil 379 unit,
industri sedang 602 unit serta industri rumah tangga berjumlah
307 unit. Rumah makan yang terdaftar ada 75 rumah makan,
usaha dalam perdagangan ada 28 unit.
e. Potensi wisata
Terdapat 2 tempat lokasi taman wisata serta ada 4 perkumpulan
kesenian. Wisata budaya ada di Tanjung-Donoharjo.
Di Jl. Lingkar Utara berdiri Monumen Yogya Kembali untuk
mengenang berfungsinya kembali Yogyakarta sebagai Ibukota
Republik Indonesia, 6 Juli 1949. Bangunan setinggi 31 meter
ini melambangkan pegunungan surgawi yang terletak di garis
lurus khayal antara keraton di sebelah selatan dan Gunung
Merapi di sebelah utara.
f. Pertanian
Produksi pertanian padi mencapai sekitar 53 ton per tahun,
buah-buahan 200 ton per tahun, ketela rambat 200 ton dan
jagung 48 ton per tahun hal itu menunjukan bahwa kecamatan
Ngaglik memiliki poensi pertaniana yang sangat bagus, karena
58
selain produk pertanian yang besar faktor lain seperti sumber
daya alam dan sumberdaya manusia yang memadai juga
mendorong kemajuan pertanian di Kecamatan Ngaglik.
d. Peran dan Fungsi Kecamatan Ngaglik
Arahan yang telah di tetapkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
serta kebijakan lain seperti Aglomerasi Peyangga Yogyakarta dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman
menyatakan, bahwa Kecamatan Ngaglik merupakan satu wilayah
yang mempunyai peran penting bagi Kabupaten Sleman dan
Daerah Istimewah Yogyakarta secara lebih luas.
Tabel 1. Rencana Blok Peruntukkan, Peran Fungsinya Kecamatan Ngaglik
No Nama Blok Luas (Ha) Peran dan Fungsi
1 Blok 1 1102,312
Kawasan Sub Urban Dominan Perdesaan
Kawasan dengan guna lahan didominasi oleh budidaya pertanian , yang terdiri dari perumahan perdesaan dan lahan pertanian, serta secara ekologis merupakan merupakan kawasan resapan air.
Blok 1 terdiri dari:
Kawasan konservasi (4 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk budidaya pertanian, mengingat keberadaan lahan sawah irigasi teknis.
- Guna lahan perumahan/guna lahan terbangun sangat dibatasi, arahan pengembangan perumahan dan
59
kawasan terbangun lain pada lahan pertanian non produktif seperti pekarangan dan tegalan.
- Arahan kepadatan penduduk maksimal adalah 30 jiwa/ha.
Kawasan Budidaya Pertanian dan Permukiman Perdesaan (3 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk budidaya pertanian baik basah maupun kering
- Guna lahan perumahan /terbangun harus dikendalikan dengan persyaratan KDB dan KLB rendah
- Arahan kepadatan penduduk maksimal adalah 50 jiwa
Kawasan Tetenger Budaya/Cagar Budaya (1 sub-blok)
- Kawasan yang termasuk budidaya pertanian dan perumahan perdesaaan dalam sub blok 1c adalah kawasan Desa Budaya Tanjung dan Brayut, sehingga guna lahan di sekitarnya juga harus mendukung fungsi sebagai Kawasan Tetenger Budaya/Cagar Budaya.
2 BLOK 2 681,516
Kawasan Sub Urban Dominasi Perkotaan Dikendalikan
- Berfungsi sebagai kawasan permukiman perkotaan dan pusat layanan perkotaan. Namun mengingat lokasi berada pada kawasan resapan maka intensitas guna lahan non pertanian harus dikendalikan. Pada sub-blok dengan fungsi koservasi mengikuti
60
ketentuan guna lahan konservasi.
Blok 2 terdiri dari:
Kawasan Konservasi (1 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk budidaya pertanian lahan basah, mengingat keberadaan lahan sawah irigasi teknis.
- Arahan guna lahan non pertanian/ terbangun sangat dibatasi, dengan pengembangan pemadatan ruang pertanian non produktif seperti ladang dan tegalan
- Arahan kepadatan penduduk adalah 30 jiwa/ha
Kawasan Permukiman Perkotaan Dikendalikan (3 Sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk perumahan
- Guna lahan non pertanian/terbangun dikendalikan, dengan persyaratan KDB dan KLB sedang
- Kawasan jasa dan perdagangan lokal, serta pendukung fungsi pendidikan tinggi dan menengah
- Arahan kepadatan penduduk adalah 70 jiwa/ha
3 BLOK 3 938,121
Kawasan Sub Urban Dominasi Perkotaan Dikendalikan
Fungsi kawasan hampir sama dengan kawasan pada Blok 2, yakni berfungsi sebagai kawasan perumahan perkotaan dengan pusat layanan perkotaan dengan akses jaringan jalan kolektor primer, namun mengingat lokasi berada pada kawasan resapan air maka intensitas guna lahan non pertanian harus dikendalikan, pada sub-blok dengan fungsi konservasi
61
mengikuti ketentuan guna lahan konservasi.
Blok 3 terdiri dari:
Kawasan Konservasi (2 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk budidaya pertanian lahan basah, mengingat keberadaan lahan sawah irigasi teknis
- Arahan guna lahan non pertanian/ terbangun sangat dibatasi, dengan pengembangan pemadatan ruang non pertanian yang seperti ladang dan tegalan
- Arahan kepadatan penduduk adalah 30 jiwa/ha
Kawasan Permukiman Perkotaan Dikendalikan (4 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk perumahan
- Layanan perdagangan, jasa, dan kegiatan perkotaan terkonsentrasi pada kawasan sekitar jalur utama
- Arahan guna lahan non pertanian/ terbangun sangat dibatasi, dengan pengembangan pemadatan ruang pertanian non produktif seperti ladang dan tegalan
4 BLOK 4 638,741
Kawasan Perkotaan
Fungsi kawasan blok 4 adalah sebagai wadah kegiatan perkotaan, baik fungsi mukim maupun fungsi perdagangan dan jasa, serta sebagian sub-kawasan sebagai kawasan tetenger budaya (Monjali)
Blok 4 terdiri dari:
Kawasan Permukiman Perkotaan terbatas (2 sub-blok)
62
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk perumahan
- Layanan jasa dan kegiatan perkotaan skala lokal
- Guna lahan permukiman dan non pertanian terkendali , dengan kepadatan sedang, serta persyaratan KDB dan KLB sedang
- Arahan kepadatan penduduk adalah 70 jiwa/ha
Kawasan Perkotaan (5 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk kegiatan perkotaan, baik fungsi mukim maupun perdagangan dan jasa
- Layanan perdagangan dan jasa dengan skala kecil hingga regional
- Didorong sebagai kawasan akomodasi dan kuliner, serta pendukung pendidikan tinggi
- Arahan kepadatan penduduk adalah 100 jiwa/ha
Kawasan Tetenger Budaya (1 sub-blok)
- Kawasan ini atau sub-blok 4e adalah kawasan Monumen Jogja Kembali (Monjali), sehingga guna lahan di sekitarnya juga harus mendukung fungsi sebagai kawasan Tetenger Budaya
- Layanan perdagangan dan jasa pada kawasan ini juga harus selaras dengan Monjali
- Arahan kepadatan penduduk adalah 100 jiwa/ha.
5 BLOK 5 384,948
Kawasan Perkotaan
Fungsi kawasan blok 5 adalah sebagai wadah kegiatan perkotaan, baik fungsi mukim maupun fungsi perdagangan dan
63
jasa.
Blok 5 terdiri dari:
Kawasan perdagangan, jasa, dan perkotaan (5 sub-blok)
- Kawasan dengan dominasi guna lahan untuk kegiatan perkotaan, baik fungsi mukim maupun perdagangan dan jasa
- Layanan perdagangan dan jasa dengan skala kecil hingga regional
- Didorong sebagai kawasan pendukung kegiatan tinggi
- Arahan kepadatan penduduk adalah 100 jiwa/ha.
Sumber : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Ngaglik
Berdasarkan sistem kota-kota yang terdapat di Kabupaten
Sleman termasuk dalam hirarki III, sehingga mempunyai
jangkauan layanan yang berskala lokal yang hanya melayani
layanan berskala kecamatan. Dalam struktur pemanfaatan ruang,
Kecamatan Ngaglik termasuk dalam pengembangan kawasan
perkotaan dengan fungsi utama sebagai tempat aglomerasi
penduduk pendukung fungsi ekonomi perkotaan. Selain itu,
Kecamatan Ngaglik berkembang sebagai fungsi layanan sosial,
pendidikan, dan pemerintahan bagi Kecamatan Ngaglik.
Dilihat dari aksesibilitas, Kecamatan Ngaglik merupakan
kawasan perkotaan yang tumbuh cepat. dikarenakan Kecamatan
Ngaglik merupakan akses dari dan menuju Sleman bagian utara.
64
Adanya jalan lingkar utara dan perguruan tinggi menjadi
pendukung bagi Kecamatan Ngaglik untuk menjadi kawasan
perkotaan tumbuh cepat. Jalan lingkar utara dan perguruan tinggi
menyebakan tarikan/bangkitan baru yang mempengaruhi pusat
perkembangan wilayah.
Berdasarkan kebijakan yang mempunyai skala yang lebih
tinggi (Rencana Strategi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta,
Rencana Tata Ruang Wilayah DIY, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sleman, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Sleman dan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta ),
Kecamatan Ngaglik diarahkan sebagai berikut:
1) Pengembangan kawasan-kawasan sentra kegiatan,
di Propinsi DIY terdapat banyak kawasan sentra
kegiatan yang perlu dikembangkan untuk
menunjang pertumbuhan perekonomian di
Kecamatan Ngaglik.
2) Dengan rencana jalan Tol Semarang-Bawen-Jogja
dan Jogja Outer Ring Road (JOR) maka Kecamatan
Ngaglik diarahkan sebagai daerah penyangga Kota
Yogyakarta secara langsung, antara lain bagian
wilayah pemusatan penduduk bagi pertambahan
penduduk Kota Yogyakarta.
65
3) Sebagai ibukota kecamatan dan berperan menjadi
pusat pemerintahan dan pelayanan bagi
kecamatannya.
4) Sebagai zona urban, perdagangan regional,
pelayanan umum, permukiman, pusat pemerintahan,
pendidikan, pelayanan jasa, perdagangan dan
fasilitas kota.
5) Sebagai kawasan perkotaan yang sedang tumbuh
cepat berupa permukiman, transportasi regional,
pelayanan sekunder dan tersier skala
regional/nasional
6) Sebagai kawasan resapan air yang menjadi tendon
air bagi kawasan Yogyakarta dan sekitarnya
Kecamatan Ngaglik salah satu wilayah Kartamantul, yang
merupakan aglomerasi Kota Yogyakarta, sehingga akan
menyebabkan banyak investasi yang datang ke wilayah itu,
dikarenakan lahan Kota Yogyakarta sudah tidak lagi
memungkinkan lagi untuk dilakukan pembangunan secara besar-
besaran.
1) Kawasan hutan lindung, yang terdifinisikan segagai
kawasan resapan primer yang berfungsi sebagai
pelindung daerah-daerah sekitarnya dan daerah
bawahannya.
66
2) Akses yang mudah untuk mengjangkau wilayah
sekitarnya (Sleman, Depok, Kalasan dan Kota
Yoyakarta) dan wilayah luar (Magelang, Purwrejo,
Klaten dan Solo) dari Kecamatan Ngaglik, adapun
jalur tersebut adalah Jalan arteri Ring Road Utara,
Jalan Arteri Magelang, Jalan Kolektor Kaliurang,
dan Jalan Lokal Palagan Terntara Pelajar .
3) Daya dukung alam sebagai sumber daya lahan yang
sangat potensial bagi wilayah pertanian dan sumber
daya air yang dapat mencukupi wilayah Kecamatan
Ngaglik dan sekitarnya.
4) Peningkatan kualitas pendidikan dari penduduk
Kecamatan Ngaglik menjadikan perubahan pada
perubahan tenaga kerja pada sektor primer menjadi
sektor sekunder / tersier.
5) Terdapatnya aset sektor pariwisata berupa
Monumen Jogja Kembali dan beberapa asset wisata
yang lain seperti View Merapi yang dapat dinikmati
di Kecamatan Ngaglik.
6) Iklim yang memadai yang sangat cocok untuk
segala kegiatan budidaya termasuk perumahan dan
pertanian.
67
Kecamatan Ngaglik termasuk dalam wilayah Aglomerasi
Perkotaan Yogyakarta, hal tersebut menyebabkan pemusatan
kegiatan pada kawasan yang secara tata ruang wilayah sebagai
perkotaan. Pemusatan kegiatan tersebut dipengaruhi oleh adanya
aksesibilitas yang bagus. Jalan lingkar utara dan jalan kolektor
primer yang menghubungkan Yogyakarta dengan Sleman bagian
Utara menyebabkan adanya bangkitan dan tarikan baru di
Kecamatan Ngaglik. Ketersediaan akses tersebut menyebabkan
tingginya permintaan guna lahan, terutama permintaan akan lahan
terbangun yang kemudian mengakibatkan tingginya konversi lahan
pertanian. Tingginya konversi lahan pertanian menyebabkan
terdelineasinya kawasan resapan air di Kabupaten Sleman.
Produk tata ruang yang sudah ada di Kecamatan Ngaglik
terdiri dari tiga produk kebijakan yang masing-masing mewakili
bagian-bagian wilayah perencanaan. Adapun rencana yang ada,
meliputi:
1. Rencana Umum Tata Ruang Kota Ngaglik
2. Rencana Daerah Tata Ruang Kawasan Ngaglik dan
Sekitarnya
3. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Jalan
Palagan Tentara Pelajar
Dari ketiga produk tata ruang di atas ternyata interval
klasifikasi kepadatan penduduk tidak sama, namun arahan
68
penyebarannya disesuaikan dengan rencana peruntukan lahan yang
akan direncanakan. Berdasarkan rumusan rencana persebaran
penduduk dari ketiga produk tata tersebut, disimpulkan bahwa
rencana pengembangan penduduk untuk Kecamatan Ngaglik dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
a). Kepadatan tinggi
Alokasi penduduk dengan klasifikasi tinggi terdapat di
daerah pusat kota yang merupakan pusat kegiatan, Dusun
Gatalan, Ploso Kuning, Drono, Dayu, dan Gentan.
b). Kepadatan sedang
Alokasi penduduk dengan klasifikasi sedang terdapat di
daerah dekat dengan pusat Kota Ngaglik yaitu Dusun
Ngalangan
c). Kepadatan rendah
Alokasi penduduk dengan klasifiskasi rendah terdapat di
daerah yang likasinya berjauhan dengan pusat Kota Ngaglik
adapun alokasi tersebut berada di Dusun Gondangan,
Gadingan, Nglaban, dan Tambakan.
Bentangan wilayah Kecamatan Ngaglik berupa tanah yang
datar dan berombak yang sebagian dari wilayah tersebut
merupakan lahan pertanian yang pontesial. Kecamatan Ngaglik
dilalui oleh jalan propinsi yang menuju ke arah kawasan wisata
69
Kaliurang di lereng Gunungapi Merapi, sehingga di sepanjang jalan
tersebut tumbuh menjadi lokasi usaha yang sangat strategis, apalagi
di Kecamatan Pakem berdiri Perguruan Tinggi Universitas Islam.
Indonesia (UII) Yogyakarta yang menambah ramainya wilayah
Sleman bagian utara.
Selain jalan propinsi juga dilalui jalan-jalan kabupaten yang
kondisinya relatif bagus, hal ini menjadikan wilayah Kecamatan
Ngaglik sebagai wilayah yang terakses dengan mudah hampir ke
seluruh pelosok, sehingga tidak mengherankan apabila perumahan
banyak dibangun sampai di pelosok dusun yang sepi.
Dengan letak geografis yang menguntungkan Kecamatan
Ngaglik menjadikan berbagai komoditi, seperti pertanian,
perumahan, perdagangan maupun pendidikan, untuk menarik orang
tinggal di kecamatan tersebut. Hal itu dapat dilihat dengan wilayah
kecamatan yang relative datar.
Selain itu, Kecamatan Ngaglik berkembang sebagai fungsi
layanan sosial, pendidikan, dan pemerintahan bagi kecamatan
tersebut.Dilihat dari aksesibilitas, Kecamatan Ngaglik merupakan
kawasan perkotaan yang tumbuh cepat. Hal tersebut dikarenakan
Kecamatan Ngaglik merupakan akses dari dan menuju Kabupaten
Sleman bagian Utara. Adanya jalan lingkar utara dan perguruan
tinggi menjadi pendukung bagi Kecamatan Ngaglik untuk menjadi
kawasan perkotaan tumbuh cepat. Jalan lingkar utara dan
70
perguruan tinggi menyebakan tarikan/bangkitan baru yang
mempengaruhi pusat perkembangan wilayah.
2. Gambaran Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Sleman
a. Sejarah instansi
Pelaksanaan otonomi daerah menuntut daerah untuk lebih
mendayagunakan sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia, sumber daya alam dan potensi daerah lainnya. Dari
semua itu pemerintah daerah membutuhkan organisasi perangkat
daerah sebagai pelaksana teknis dari setiap pelimpahan wewenang
dari pusat ke daerah.
Dinas daerah mempunyai fungsi sebagai unsur operasional
teknis pelayanan kepada masyarakat, dinas daerah bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah. Sebelum Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah (DPPD) dibentuk berdasarkan Perda Nomor 9
Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintahan
Kabupaten Sleman, kewenangan bidang pertanahan ditangani oleh
Badan Pengendalian Pertanahan Daerah (BPPD) yang dibentuk
berdasarkan Perda No. 12 Tahun 2000 tentang perubahan pertama
atas Perda No 12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah Kabupaten Sleman yang secara clefinifif barn
terbentuk pada bulan November 2003 secara ketugasan kedua
lembaga ini tidak jauh beda dalam tugas, pokok, fungsinya, hanya
71
terdapat penambahan satu unit yang bertugas khusus menangani
Tanah Kas desa
b. Struktur Organisasi dan Kelembagaan
Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah (DPPD).
Mempunyai kedudukaan sebagai unsur pelaksana pemerintah
daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah. DPPD dalam melaksanakan penyelenggaran pemerintah
daaerah di bidang pertanahan.
1) Perumusan kebijakan teknis bidang pertanahan
2) Pelaksanaan tugas bidang pertanahan
3) Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pertanahan
4) Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sebagai tindak lanjut dari ketetapannya peraturan daerah
tersebut, disusun peraturan bupati Nomor 22 Tahun 2009 yang
mengatur tentang uraian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas
Pengendalian Pertanahan Daerah, guna mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Peraturan Bupati Sleman Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Dinas Pengedalian Pertanahan Daerah, pada Pasal 3 ayat 1.
72
Disebutkan bahwa Susunan Organisasi Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman.
Susunan Organisasi DPPD Sleman terdiri atas ;
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat terdiri :
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian
2. Subbagian Keuangan , Perencanaan, dan Evaluasi
c. Bidang Tata Guna Tanah terdiri dari :
1. Seksi Penatagunaan Tanah
2. Seksi Data dan Informasi Pertanahan
d. Bidang Perizinan Pertanahan terdiri dari ;
1. Seksi Adminitrasi dan Penagihan Perizinan
Pertanahan
2. Seksi Pengkajian dan Penetapan Perizinan
Pertanahan
e. Bidang Pengawasan Pemanfaatan Pertanahan terdiri
dari :
1. Seksi Pengawasan Pemanfaatan Tanah
2. Seksi Pengawasan Pemanfaatan Tanah Kas Desa
3. Seksi Penanganan masalah pertanahan
f. Unit Pelaksana Teknis
g. Kelompok Jabatan Fungsional
73
c. Tugas dan Wewenang Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
Sleman
Tugas pokok Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah adalah
melaksanakan kewenangan Kabupaten di bidang pertanahan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas Pengedalian
Pertanahan Daerah mempunyai wewenang:
1) Penyusunan rencana dan program kebijaksanaan teknis di
bidang pertanahan
2) Pelaksanaan Pembinaan operasional di bidang Pertanahan
sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan Bupati berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
3) Bimbingan teknis di bidang Pertanahan
4) Pemberian perijinan di bidang Pertanahan yang ditetapkan
Bupati berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku
5) Pengendalian dan Pengawasan teknis di bidang pertanahan
sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan Bupati berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
6) Pengelolaan Rumah Tangga dan Tata Usaha Dinas
Pertanahan
74
Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Sleman dipimpin
oleh Kepala Dinas, dibantu oleh Sekretaris, Bidang Tata Guna
Tanah, Kepala Bidang Perizinan Pertanahan, Kepala Bidang
Pengawsan Pemanfaatan Pertanahan. 2 (dua) Kepala Sub Bagian, 7
(tujuh) Kepala Seksi, dan staf untuk masing masing bidang.
Struktur organisasi Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
digambarkan dalam bagan struktur sebagai berikut:
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman
KEPALA DINAS
Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretariatan
Subbagian Umum Dan kepegawaian
Subbagian Keuangan Perencanaan dan
Evaluasi
Bidang tata Guna Tanah
Seksi Penatagunaan Tanah
Seksi Data dan Informasi Pertanahan
Unit Pelaksana Teknis
Bidang Perizinan Pertanahan
Seksi Administrasi dan Penagihan Perizinan
Pertanahan
Seksi Pengkajian dan Penerapan Perizinan
Pertanahan
Bidang Pengawasan PemanfaatanPertanian
Seksi Pengawasan Pemanfaatan tanah
Seksi Pengawasan Pemanfaatan Tanah
Kas Desa
Seksi Penanganan Masalah Pertanahan
75
d. Sumberdaya Aparatur
DPPD memiliki 43 SDM, yang diklasifikaskan sebagai
berikut: 8 orang diantaranya berkualifikasi S2, 18 orang berlatar
belakang pendidikan S1, 1 (satu) orang berpendidikan D4, 1
(satu) orang berpendidikan Sarjana Muda, 1 (satu) orang
berpendidikan D3, 12 orang berpendidikan SMA/STM, dan 2
orang berpendidikan SMP. Peningkatan kualitas SDM antara lain
diupayakan melalui program pendidikan jangka panjang dan
jangka pendek.
Sumber daya aparatur yang ada di Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut :
Jumlah personil 43 orang, terdiri dari:
1. Pejabat Struktural : 14 orang
- Laki-laki = 7 orang
- Perempuan = 7 orang
2. Pejabat Fungsional
3. Staf
- Laki-laki = 18 orang
- Perempuan = 11 orang
4. Agama
- Islam = 39 orang
- Katolik = 4 orang
76
5. Dilihat dari tingkat Golongannya
- Golongan IV : 6 orang
- Golongan III : 30 orang
- Golongan II : 6 orang
- Golongan I : 1 orang
Apabila dilihat dari pendidikan dan latihan yang pernah
diikuti oleh pegawai Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
sebagai berikut:
Diklat struktural
1. Spamen /Diklatpim II : 1 (satu) orang
2. Sepadya/ Sepama/ Diklatpim III :.4 (empat) orang
3. Sepala/ Adumla/ Diklatpim IV : 7 (tujuh) orang
4. Sepada/ Adum : 7 (tujuh) orang
Dilihat dari kelompok Usia Pegawai DPPD sebagai berikut :
<25 tahun : - orang
25-29 tahun : 2 orang
30-34 tahun : 4 orang
35-39 tahun : 6 orang
40-44 tahun : 9 orang
45-49 tahun :10 orang
77
>50 tahun :12 orang
2. Visi, Tujuan dan Sasaran
a. Visi
Dalam merumuskan visi Dinas didasarkan pada pandangan
jauh ke depan yang ingin dicapai dari Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah. Rumusan tersebut adalah : “Terwujud tertib
pengunaan dan pemanfaatan tanah “
Penjelasan dari visi ini adalah “ penggunaan tanah adalah
tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami
maupun manusia “.Pemanfaatan tanah adalah untuk mendapatkan
nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.
Tertib adalah menurut aturan.
b. Misi
Sedangkan ‘MISI ‘ Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
adalah :
1. Meningkatkan penyelenggaraan penatagunaan tanah
2. Meningkatkan penyelenggaraan perizinan pemanfaatan
tanah
3. Meningkatkan penyelenggaraan pengawasan
pemanfaatan tanah
78
Penjelasan masing-masing misi sebagai berikut :
Penatagunaan tanah adalah pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah yang terwujud konsilidasi pemanfaatan tanah melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah
sebagai satu kesatuan untuk kepentingan masyarakat. Perizinan
pemanfaatan tanah adalah pemberian bagi suatu kegiatan untuk
mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik
penggunaan tanahnya. Pengawasan pemanfaatan tanah adalah
kegiatan mengawasi penggunaan dan pemanfaatan tanah, sehingga
tercipta pola penatagunaan tanah yang terkendali dan sesuai
dengan peruntukkan
B. Implementasi Pemanfaatan Tanah Di Kecamatan Ngaglik
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun
2001 Tentang Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah Terhadap
Pemanfaatan Tanah.
Dari data yang di peroleh di lapangan tentang Izin
Peruntukkan Penggunaan Tanah di Kecamatan Ngaglik terhadap
pemanfaatan tanah, agar sesuai dengan peruntukkannya maka untuk
kajian dalam penelitian ini lebih berfokus pada peraturan daerah
Kabupaten Sleman No 19 Tahun 2001 termuat dalam pasal 4 yang
79
mana disebutkan izin peruntukan tanah penggunakan tanah terdiri
atas:
a. Izin lokasi
b. Izin pemanfaatan tanah
c. Izin perubahan penggunakan tanah
d. Izin konsilidasi tanah
e. Izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum
Pengendalian pemanfaatan ruang di daerah Kabupaten
Sleman secara admitratif dalam menjalankan tugasnya untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian pembangunan di
Kabupaten Sleman perlu melakukan dialog dan kontrol dengan
instansi yang berwenang seperti Dinas Pengendalian Pertanahan
Sleman. Dialog dan kontrol dengan tersebut dilakukan melalui
Bupati, agar mudah dalam koordinasi masalah prosedur
adminitrasinya. Selain itu juga perlu dilakukan dialog dengan
DPRD melalui Bupati, untuk memberikan rekomendasi/ hasil
tembusan kepada instansi yang berwenang (DPPD) melalui
Bupati
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Pengendalian
Pertahan Daerah diperoleh data dan informasi hasil
pembangunan yang terlaksana di Kabupaten Sleman. Seperti yang
tergambar tabel yang terlaksana dari tahun 2009 sampai akhir
November pada tahun 2013.
80
Tabel 2. Hasil Pembangunan Yang Terlaksana Di Kabupaten Sleman Tahun 2009 - 2013 No Uraian Data Tahun
2009 2010 2011 2012 Nov 2013 1. Pemberian ijin Lokasi
1 Izin Lokasi 19 25 9 20 10 2 IPT 309 383 276 342 284 3 IPPT 339 363 1922 221 352 4 LC - 3 1 1 -
2. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan 1 IPL.K.Um 11 4 5 9 - 2 Pelepasan TKD 11 2 6 11 1
3. Jumlah permohonan IPT Perumahan 1 Jumlah Pemohon 62 29 49 40 94 2 Jumlah Berizin 51 18 39 35 53 3 Jumlah ditolak 11 8 4 4 4
4. Rekapitulasi penerbitan Sertifikat Tanah Kas Desa dan jumlah bidang Kas Desa
1 Sertifikat TKD 7.389 7.566 7.691 7.797 7.938 2 Jumlahbidang TKD 17.197 17.263 17.278 17582 17.582
5. Jumlah bidang tanah 1 JML Bid Tanah se
kab Sleman 592.744 592.744 592.744 594.796 596.171
2 Jml Bid Tanah bersertifikat
455.193 486.630 491.443 505.093 531.650
6. Penyelesaian sengketa tanah garapan 1 Penyelesaian
masalah pertanahan 16 40 37 13 14
7. Penetapan dan Penyelesaian masalah tanah Sultan Ground 1. Rekomendasi
Tanah SG 16 15 17 10 10
2 Jml Bid Tanah SG 895 895 895 895 895 8. Data Tanah Sultan Ground yang dipakai Pemda
1 SG dipakai Pemda 81 96 111 121 131 Sumber : Kabupaten Sleman dalam Angka , 2013
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa banyaknya
permohonan ijin pemanfaat tanah, dari tahun ke tahun meningkat,
khusunya ijin peruntukan tanah (IPT) perumahan, di mana
kabupaten Sleman secara prosentase 80%, ijin dikabulkan. Dari
81
data diatas juga terlihat banyaknya tanah kas desa yang digunakan
pemerintah untuk fasilitas umum. Hal ini ditunjukkan banyaknya
sertifikasi tanah kas desa dari tahun ke tahun terus meningkat.
Dalam hal penyelesain sengketa tanah di Kecamatan Ngaglik
termasuk dapat diatasi, hal ini dapat dilihat dari besarnya kasus
hampir semua dapat di selesaikan dengan baik. Dari data diatas
juga dapat dilihat masih banyaknya tanah yang belum
bersertifikat, tetapi dari tahun ke tahun prosesntasenya menurun.
Untuk pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik di
temukan di lapangan banyak pemohonan izin yang dilakukan
adalah Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) dan Izin
Pemanfaatan Tanah untuk lahan rumah tinggal. Di lihat di mulai
sejak 2009 sampai 2013 izin yang di ajukan, dan pada akhirnya
izin yang di ajukan diterima bahkan sampai dikabulkan perolehan
tanah sebagian besar IPPT dan IPT, dan Izin Lokasi, Sedangkan
untuk Izin Konsilidasi dan Izin Penetapan Lokasi pembangunan
untuk kepentingan umum jarang dilakukan di Kecamatan
Ngaglik.
Dikarenakan di lapangan peneliti menemukan banyaknya
perizinan, akan tetapi perizinan yang sering terjadi di wilayah
kawasan Ngaglik adalah izin pengeringan tanah atau sering
melalui IPPT (izin peruntukkan pemanfaatan tanah) maka
peneliti mengfokuskan pada Izin Peruntukkan Pemanfaatan Tanah
82
yang berkaitan dengan pengeringan tanah yang terjadi di kawasan
Kecamatan Ngaglik.
Letak wilayah kawasan Ngaglik yang mempunyai
aksesbilitas yang bagus, maka terjadi peningkatan jumlah
penduduk dari tahun ke tahun membuat kebutuhan atas tanah
terus meningkat disisi lain ketersediaan tanah terbatas. Dengan
melihat masalah ketersedian tanah yang terbatas maka Kabupaten
Sleman berupaya melaksanakan pemanfaatan tanah dan
pengendalian pertanahan di Kabupaten Sleman yang diatur
melalui Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT).
IPPT tersebut mengatur seluruh perizinan yang
berhubungan dengan pemanfaatan tanah IPPT diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001
tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah. Setiap orang pribadi
dan atau badan yang menggunakan tanah untuk kegiatan
pembangunan fisik dan atau untuk keperluan lain yang
berdampak pada struktur ekonomi, sosial budaya dan lingkungan
wajib memperoleh izin peruntukan penggunaan tanah dari Bupati
tercantum dalam pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman
Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukkan Penggunaan
Tanah.
83
Tanah yang dapat ditunjuk dalam izin peruntukkan
penggunaan tanah adalah tanah yang menurut rencana tata ruang
yang berlaku diperuntukkan bagi pembangunan fisik dan atau
keperluan lain yang berdampak pada struktur ekonomi,sosial
budaya dan lingkungan.
Perolehan untuk izin peruntukkan penggunaan tanahpun
sudah diatur dalam Keputusan Bupati Sleman Nomor
53/Kep.KDH/A/2003. tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT). Prosedur perolehan IPPT
tergambar sebagai berikut :
Gambar 6. Prosedur Perizinan IPPT
pemohon
KPP
Cek Lokasi DPPD
Rapat Koordinasi Tim
Rekomendasi Tim Kep. Bupati
84
Keterangan prosedur perizinan IPPT:
1. Berkas pemohonan diajukan secara tertulis kepada
Bupati melalui Kepala Dinas Pengendalian Pertanahan
Daerah Kabupaten Sleman penyerahan berkas ke Kantor
Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman.
2. Berkas permohonan untuk IPPT telah lengkap dan
benar didaftar dan dikaji oleh DPPD sebagai bahan
rapat koordinasi tim izin peruntukkan penggunaan tanah
3. Rapat koordinasi dilaksanakan bersama pemohon dan
masyakat pemegang hak atas tanah (atau kuasa ) dalam
lokasi yang dimohonkan. Bupati atas dasar
pertimbangan tim IPPT memberi keputusan atas
permohonan IPPT.
4. Keputusan diterima atau ditolak permohonan IPPT di
tetapkan dalam waktu selambat-lambatnya 60 hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya berkas pemohonan
secara lengkap dan benar.
5. Permohonan perpanjangan IPPT dapat dilakukan
selambat-lambatnya 30 hari kerja sebelum jangka waktu
IPPT yang diberikan berakhir dan disertai dengan alasan
perpanjangan tertulis.
Dari penelitian yang peneliti lakukan di lapangan yang
diangkat mengenai izin peruntukan tanah yaitu konversi lahan
85
pertanian dengan perumahan di Kecamatan Ngaglik. Dari sini
peneliti mengkaji konversi lahan pertanian di Kecamatan Ngaglik
di Kabupaten Sleman. Untuk memperoleh sebidang tanah maka di
perlukan izin lokasi atau izin peruntukkan pemanfaatan tanah yaitu
dengan syarat ketentuan sebagai berikut :
a. Izin Lokasi (IL)
Izin lokasi adalah izin peruntukan penggunaan tanah
yang wajib dimiliki perusahaan untuk memperoleh tanah
yang diperlukan dalam rangka penanaman modal, yang
berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk
menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha
penanaman modal, dengan keluasan:
1. Untuk usaha pertanian ≥ 25 Ha
2. Untuk usaha non pertanian ≥ 1 Ha
Persyaratan IL :
1) Surat permohonan, formulir disediakan
2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohon
3) Fotocopy NPWP
4) Fotocopy akte pendirian perusahaan yang telah
disahkah oleh pejabat yang berwenang
5) Gambar kasar letak tanah/ denah letak tanah yang
dimohon
86
6) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
kesanggupan akan memberikan ganti kerugian dan
atau menyediakan tempat penampungan bagi pemilik
tanah yang berhak atas tanah
7) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
kerelaan dari pemilik hak atas tanah
8) Fotocopy bukti kepemilikan tanah yang direncanakan
akan dimohon
9) Fotocopy surat pemberitahuan PBB terutang dari
tanah yang direncanakan diperoleh
10) Uraian rencana proyek yang akan dibangun
(proposal) dengan ditandatangani oleh pemohon
11) Notulen dan daftar hadir sosialisasi rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan yang diketahui Dukuh,
Kepala Desa dan Camat setempat; (dilengkapi
apabila direkomendasikan untuk diizinkan)
12) Siteplan sementara
13) Site tanah (apabila tanah lebih dari satu bidang)
14) Surat pernyataan menyediakan fasilitas makam/ atau
menggunakan TPU Pemerintahan Kabupaten Sleman
(khusus pembangunan perumahan)
87
15) Salinan surat persetujuan penanaman modal dari
presiden/ BKPM/ BKPMD/ bagi perusahaan PMA/
PMDN
16) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh perusahaan
pemohon dan perusahaan-perusahaan lain yang
merupakan grup pemohon
Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan
dalam rangka pengerahan lokasi penanaman modal sesuai dengan
peraturan daerah tentang tata ruang wilayah sekaligus sebagai izin
untuk pelaksanaan perolehan tanah, serta berlaku pula sebagai
pemindahan hak atas tanah. Pada prinsipnya izin lokasi
merupakan instrumen pelaksanaan tata ruang (pembangunan)
untuk kepentingan penanaman modal (investment). Oleh karena
itu, harus dicatat bahwa mendiskusikan izin lokasi selalu terkait
dengan sektor swasta. Namun demikian, sektor publik juga
terkadang memerlukan izin lokasi untuk proyek pemerintah
seperti halnya yang terjadi pada Perumnas.
Dalam pembangunan perumahan dan permukiman, Izin
Lokasi merupakan jenis izin pertama yang dibutuhkan dalam
rangka pelaksanaan pembebasan tanah yang akan dikembangkan
untuk proyek perumahan dan permukiman tersebut.
Pengembangan suatu kawasan dengan luasan lebih dari satu
88
hektar mengharuskan pemrakarsa untuk memiliki Izin Lokasi
tersebut, yang didefinisikan izin penunjukkan penggunaan tanah
yang diberikan kepada suatu perusahaan, seluas yang benar-benar
diperlukan untuk pembangunan perumahan.
b. Izin Perubahan PenggunaanTanah (IPPT)
Izin perubahan penggunaan tanah adalah izin yang
pruntukkan pengunaan tanah yang wajib di miliki pribadi
yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi
non pertanian guna bangunan rumah tempat tinggal
pribadi/perseorangan dengan ukuran seluas-luasnya 5000
m2 ( lima ribu meter persegi).
Persyaratan dari IPPT :
1) Surat permohonan, formulir disediakan
2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohon
3) Fotocopy NPWP
4) Fotocopy akte pendirian perusahaan yang telah
disahkah oleh pejabat yangberwenang;
5) Gambar kasar letak tanah/ denah letak tanah yang
dimohon
6) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
kesanggupan akan memberikan ganti kerugian dan
atau menyediakan tempat penampungan bagi pemilik
tanah yang berhak atas tanah
89
7) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
kerelaan dari pemilik hak atas tanah
8) Fotocopy bukti kepemilikan tanah yang direncanakan
akan dimohon
9) Fotocopy surat pemberitahuan PBB terutang dari
tanah yang direncanakan diperoleh
10) Uraian rencana proyek yang akan dibangun (proposal)
dengan ditandatangani oleh pemohon
11) Notulen dan daftar hadir sosialisasi rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan yang diketahui Dukuh,
Kepala Desa dan Camat setempat; (dilengkapi apabila
direkomendasikan untuk diizinkan)
12) Siteplan sementara
13) Site tanah (apabila tanah lebih dari satu bidang)
14) Surat pernyataan menyediakan fasilitas makam/ atau
menggunakan TPU Pemerintah Kabupaten Sleman
(khusus pembangunan perumahan)
15) Salinan surat persetujuan penanaman modal dari
presiden/ BKPM/ BKPMD/ bagi perusahaan PMA/
PMDN
16) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang tanah-
tanah yang sudah dimiliki oleh perusahaan pemohon
90
dan perusahaan-perusahaan lain yang merupakan grup
pemohon
c. Izin Pemanfaatan Tanah (IPT)
Izin Pemanfaatan Tanah adalah izin peruntukan penggunaan
tanah yang wajib dimiliki orang atau pribadi dan atau badan
yang akan melaksanakan kegiatan dan atau kegiatan yang
mengakibatkan perubahan peruntukan tanah pada
bangunan/ usaha yang dilakukan dengan batasan keluasan:
1. Untuk usaha pertanian ≤ 25 Ha
2. Untuk usaha non pertanian ≤ 1 Ha
3. Untuk kegiatan bidang social dan keagamaan tanpa
ada batasan keluasan
Persyaratan IPT :
1) Surat permohonan, formulir disediakan
2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohon
3) Fotocopy NPWP
4) Fotocopy akte pendirian perusahaan yang telah
disahkah oleh pejabat yangberwenang
5) Gambar kasar letak tanah / denah letak tanah yang
dimohon
6) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
kesanggupan akan memberikan ganti kerugian dan
91
atau menyediakan tempat penampungan bagi pemilik
tanah yang berhak atas tanah
7) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
kerelaan dari pemilik hak atas tanah
8) Fotocopy bukti kepemilikan tanah yang direncanakan
akan dimohon
9) Fotocopy surat pemberitahuan PBB terutang dari
tanah yang direncanakan diperoleh
10) Uraian rencana proyek yang akan dibangun
(proposal) dengan ditandatangani oleh pemohon
11) Notulen dan daftar hadir sosialisasi rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan yang diketahui
Dukuh, Kepala Desa dan Camat setempat; (dilengkapi
apabila direkomendasikan untuk diizinkan)
12) Siteplan sementara
13) Site tanah (apabila tanah lebih dari satu bidang)
14) Surat pernyataan menyediakan fasilitas makam/
atau menggunakan TPU Pemerintah Kabupaten
Sleman (khusus pembangunan perumahan)
15) Salinan surat persetujuan penanaman modal dari
presiden/ BKPM/ BKPMD/ bagi perusahaan PMA/
PMDN
92
16) Surat pernyataan dengan materai cukup tentang
tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh perusahaan
pemohon dan perusahaan-perusahaan lain yang
merupakan grup pemohon.
C. Hambatan HambatanPemanfaatan Tanah di Kecamatan Ngaglik
1. Hambatan yang dialami Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
Kabupaten Sleman.
Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman
suatu instansi dari pemerintah yang mengawal regulasi yang berkaitan
dengan pengendalian tanah di Kabupaten Sleman. Berdasarkan hasil
wawancara di lapangan hambatan yang sering dihadapi dalam
pemberian izin adalah:
a. Hambatan terdapat dalam internal badan itu tersebut,
dikarenakan terbatasnya sumber daya manusianya tidak
sesuai dengan banyaknya permohonan izin yang masuk,
sehingga banyak permohonan izin yang terkesannya
lama prosesnya akibat dari kurangnya sumber daya
manusia. Seperti dalam bidang pelayanan perizinan
hanya terdiri dari 6 orang tetapi izin yang masuk dalam
1 bulan itu bisa menerima 50 permohonan izin.
Penerimaan berkas pemohonan yang telah diajukan
harus teliti dahulu kelengkapan dan kebenaran
berkasnya untuk di digunakan tim saat melakukan
93
proses pengkajian perizinan baik saat tinjau maupun
kajiannya itu pun proses waktu sampai terkabulnya izin
tersebut memakan waktu proses yang terbilang cepat,
tetapi dikarenakan jumlah pemohon yang mengajukan.
Keterbatasan sumber daya manusia, jika dibanding
dengan jumlah perbandingan permohonan tidak sesuai
dan tidak sebanding.
b. Hambatan yang di alami oleh Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah salah satunya juga sistem
perangkatnya pendukung yang belum memadai dengan
tuntutan untuk kemudahan dalam informasi pertanahan
dan pemanfaatan slim perizinan pertanahan. Seharusnya
jumlah permohonan dengan sarana sumber daya
manusia dan sistem perangkatnya yang mendukung
sebanding. Sehingga pemohon dapat mengetahui
informasi secara cepat tentang pertahanan di Kabupaten
Sleman khususnya di daerah Kecamatan Ngalik.
c. Belum adanya kompensasi untuk daerah yang menjadi
penyangga kawasan atas untuk daerah yang
memanfaatkan, seperti antara Kabupaten Sleman yang
berfungsi sebagi kawasan resapan air untuk daerah di
bawahnya seperti Kabupaten Bantul, yang tegantung
94
untuk cadangan air resapannya, maka paling tidak
memberi kontribusi kepada Kabupaten Sleman
d. Sosialisasi dengan masyarakat masih kurang untuk
kesadaran penggunaan pemanfaatan tanah yang sesuai
dengan peruntukkannya.
e. Pemohon sering terhambat dalam hal masalah
persyaratan administrasi yang terkait akan terpenuhi
syarat ketentuan agar izin dapat diterima dan
dikabulkan. Pemohon juga sering tidak mengetahui
bagaimana proses alur mereka agar dapat memperoleh
prosedur yang benar agar cepat memperoleh izin.
2. Hambatan yang dialami Kecamatan Ngaglik
Dalam keterlibatan memberikan izin yang berkaitan dengan
pertanahan atau pengeringan sawah Kecamatan Ngaglik berfungsi
sebagai pelaksana regulasi yang sudah ada yaitu peraturan daerah
Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan
Penggunaan Tanah.
a. Kecamatan Ngaglik sebatas sebagai pelaksana
normatif. Kecamatan Ngaglik mempunyai porsi
sebagai informan untuk pengambil keputusan dalam
proses perolehan tanah dalam tahapan pengecekkan
lokasi yang akan di berikan izin, misalnya izin yang
akan keluar tentang pengeringan sawah pada suatu
95
daerah di kawasan Ngaglik. Kecamatan Ngaglik
akan memberi data yang ingin di peroleh,
bagaimana RTRW wilayah tanah yang akan di
keringkan?, apakah kawasan itu sesuai dengan
peruntukkannya?, masuk dalam kawasan lindung
atau tidak?, seperti masuk dalam kawasan resapan
air atau tidak?, apakah itu masuk area blok
persawahan subur atau tidak?, bagaimana irigasi
tanah persawahan yang akan dikeringkan?. Karena
tidak semua permohonan yang diajukan itu semua
diterima dapat masuk, ketika peninjauan di
lapangan akan ada pertimbangan. Pertimbangan
dalam segi perubahan dari pemanfaatan tanah yang
persawahan ke non persawahan yang beralih ke
pekarangan ( pengeringan sawah). Seperti ada
pemohon yang mengajukan pengeringan sawah di
daerah Kawasan Ngaglik yang tepatnya di Desa
Karangmloko, tetapi setelah ada pengecekan
permohonan pengeringan sawahpun ditolak. Di
karenakan sawah yang akan dikeringkan itu masih
pada lahan hijau, walaupun sekitarnya sudah
sebagian menjadi daerah kuning ( berbatasan
dengan daerah Sariharjo). Berdasarkan RTRW nya
96
masih masuk kawasan budidaya tanah masuk dalam
kawasan lindung karena masuk dalam resapan air,
fungsi tanahnya sendiri di daerah Karangmloko pun
masih sebagai persawahan yang subur masuk dalam
irigasi setengah teknis, pengairan pun masih bagus,
sehingga persawahan ini tidak bisa di keringkan
b. Banyak sekali pemohon IPPT yang mengajukan
pengeringan tanah di Kecamatan Ngaglik setiap
tahunnya. Untuk di Kabupaten sendiri dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2013 paling tidak Dinas
Pengendalian Pertanahan Sleman mengeluarkan
izin banyak izin untuk pengeringan tanah.
D. Solusi Pemanfaatan Tanah di Kecamatan Ngaglik
Berdasarkan data dari wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti maka ditemukan solusi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukkan Penggunaan
Tanah Terhadap pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik, Maka harus
di tempuh bebarapa cara:
1 . Solusi yang ditempuh Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
a. Perbaikan dalam internal instansi yang terkait dalam
pelaksanaan regulasi dalam hal pengawasan pelaksanaan
peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001.
Solusi yang ditempuh Dinas Pengendalian Pertanahan
97
Kabupaten Sleman terhadap Pemanfaatan Tanah di
Kecamatan Ngaglik Sleman dengan memperbaikan secara
internal yaitu sumber daya manusia yang melaksanakan
pengawasan pelaksanaan peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 19 Tahun 2001. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa instansi sering mengirimkan
pegawainya untuk ikut seminar maupun pelatihan tentang
pertanahan khususnya pada bidang pelayanan perizinan untuk
peruntukan tanah. Pengetahuan dan ketrampilan personal
instansi dalam menangani pengawasan pelaksanaan peraturan
juga sangat diperlukan supaya pelaksanaan dapat berjalan
sesuai peraturan yang sudah ditentukan. Pegawai dituntut
memahami berbagai hal yang ada di peraturan supaya tidak
ada penyalahgunaan dalam penggunaannya dan peruntukan
tanah tersebut
b. Fungsi kedalam, fungsi ke organisasi Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman lebih kepada
penanganan berkas berkas perizinan agar bisa digunakan agar
cepat, mudah dan tersimpan dengan baik. Solusi yang tidak
kalah pentingnya selain pemahaman tentang peraturan, fungsi
pegawai dalam instansi dituntut untuk memperbaiki diri
secara kedalam yaitu meningkatkan fungsi organisasi secara
optimal dengan terus membenahi kualitas pelayanan secara
98
optimal. Kualitas pelayanan yang selama ini masih
dikeluhkan masyarakat maka perlu peningkatan fungsi
kedalam dengan meningkatkan kecepatan pelayanan,
prosedur yang tidak berbelit-belit atau mudah dan
menyimpanan kearsipan yang tertata dengan benar, sehingga
penanganan berkas perizinan dapat dilayani secara baik, cepat
dan lancar.
c. Sosialisasi dengan masyarakat untuk kesadaran penggunaan
pemanfaatan tanah yang sesuai dengan peruntukkan nya.
Banyak masyarakat yang masih awam dengan peraturan yang
ada, maka hal diperlukan solusi/upaya dari pihak yang
berwenang dalam hal ini Dinas Pendalian Pertanahan Daerah
untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pemanfaatan
tanah yang sesuai dengan peruntukkanya. Dinas
Pengendalian Pertanahan Daerah harus dapat menjelaskan
kepada masyarakat tanah-tanah wilayah mana saja yang
untuk pertanian, dan wilayah mana saja yang boleh di
gunakan untuk bangunan, sehingga masyarakat tahu persis
mana jalur hijau mana tidak. Hasil wawancara menunjukkan
masih banyaknya hal ini belum diketahui oleh masyarakat
luas, sehingga mereka tidak tahumenahu kalau ditanya bahwa
tempat mereka didirikan bangunan adalah jalur hijau atau
99
lahan untuk pertanian. Selain itu aparat harus secara tegas
dalam memberikan sosialisasi sanksi yang harus ditanggung
bagi yang melanggar sesuai peraturan yang ada.
d. Kerjasama antara masyarakat dengan instansi yang terkait
dalam bidang pemanfaatan tanah untuk menindaklanjuti
pelanggaran yang terjadi pada pemanfaatan tanah. Perlu
kerjasama antara masyarakat dengan instansi dalam hal ini
Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah maupun aparat
penegak hukum dalam pengawasan dan penindakan bagi
pelanggaran yang terjadi di lapangan. Perlunya kesadaran
masyarakat untuk terus membantu pemerintah dalam hal
memanfaatkan tanah sesuai peruntukannya. Peningkatan
kerjasama/koordinasi aparat dengan masyarakat supaya lebih
ditingkatkan, seperti apabila ada pelanggaran dapat
dilaporkan untuk ditindak lanjuti. Dengan kerjasama yang
baik diharapkan pengawasan dapat berjalan secara optimal.
e. Adanya kompensasi untuk daerah yang menjadi penyangga
kawasan atas untuk daerah yang memanfaatkan, seperti
antara Kabupaten Sleman yang berfungsi sebagi kawasan
resapan air untuk daerah di bawahnya seperti Kabupaten
Bantul, yang tegantung untuk cadangan air resapannya, maka
paling tidak memberi kontribusi kepada Kabupaten Sleman
Upaya berikutnya adalah kerjasama antar wilayah seperti
100
Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Bantul, dimana
perlunya koordinasi pimpinan daerah yang saling
menguntungkan. Prinisp kerjasama dan saling pengertian
kedua wilayah diharapkan mampu memberikan solusi terbaik
untuk pemanfaatan tanah diwilayah masing-masing. Wilayah
Sleman yang merupakan penyangga resapan air Kabupaten
Bantul, maka daerah-derah peresapan yang tidak boleh di
didirikan bangunan, hal ini supaya mendapat kompensasi dari
Kabupaten Bantul, karena juga demi kepentingan wilayah
Bantul. Prinsip kerjsama yang saling menguntungkan kedua
wilayah, maka hal ini merupakan solusi terbaik untuk
mempertahankan kawasan resapan supaya tidak terganggu,
sehingga sesuai peruntukannya
2. Solusi yang ditempuh Kecamatan Ngaglik
a. Kecamatan Ngaglik diharapkan tidak hanya sebagai
pelaksana normatif. mempunyai porsi sebagai informan
untuk pengambil keputusan dalam proses perolehan tanah
dalam tahapan pengecekkan lokasi yang akan di berikan
izin, misalnya izin yang akan keluar tentang pengeringan
sawah pada suatu daerah di kawasan Ngaglik. Karena tidak
semua permohonan yang diajukan itu semua diterima dapat
masuk, ketika peninjauan di lapangan akan ada
pertimbangan. Pertimbangan dalam segi perubahan dari
101
pemanfaatan tanah yang persawahan ke non persawahan
yang beralih ke pekarangan (pengeringan sawah).
b. Pembatasan untuk pemohon IPPT yang mengajukan
pengeringan tanah di Kecamatan Ngaglik setiap tahunnya.