BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

75
25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi Muhammad Iqbal 1. Kelahiran Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, kawasan Punjab pada 9 Nopember 1877 (Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 86). Sebelum tahun 1947, kawasan tersebut masih termasuk dalam wilayah India. Setelah Pakistan menyatakan sebagai negara merdeka dan berpisah dari India, kawasan Punja otomatis masuk dalam wilayah Pakistan (Danusiri, 1996: 3). Iqbal meninggal dunia sembilan tahun sebelum Pakistan menyatakan kemerdekaannya sehingga banyak dari kalangan pemerhati memasukkan nama Iqbal dalam tokoh pembaharu dari India bukan Pakistan. (Nasution, 1995: 8) Kakeknya bernama Sheikh Muhammad Rofiq (Hilal, 1995: 1). Ayahnya bernama Nur Muhammad. Ibunya bernama Imam Bibi. Ayahnya adalah seorang sufi dan sangat mementingkan nilai-nilai kerohanian. Dibawah pimpinan spiritual ayahnya, dan pengawasan gurunya yang terkenal, Maulbi Mir Hasan, perkembangan pertama kerohanian dan pikiran Iqbal telah berlangsung. Dari sejak lahir Iqbal merupakan anak yang luar biasa (Ahmad, 2003: 267). Pengaruh dari keturunan bapak dan ibunya mempunyai dampak yang kuat terhadap kehidupannya. Bapak dan ibunya yang dikenal akan kesalehannya diduga

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Iqbal

1. Kelahiran

Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, kawasan Punjab pada 9

Nopember 1877 (Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 86). Sebelum

tahun 1947, kawasan tersebut masih termasuk dalam wilayah India.

Setelah Pakistan menyatakan sebagai negara merdeka dan berpisah dari

India, kawasan Punja otomatis masuk dalam wilayah Pakistan (Danusiri,

1996: 3). Iqbal meninggal dunia sembilan tahun sebelum Pakistan

menyatakan kemerdekaannya sehingga banyak dari kalangan pemerhati

memasukkan nama Iqbal dalam tokoh pembaharu dari India bukan

Pakistan. (Nasution, 1995: 8)

Kakeknya bernama Sheikh Muhammad Rofiq (Hilal, 1995: 1).

Ayahnya bernama Nur Muhammad. Ibunya bernama Imam Bibi.

Ayahnya adalah seorang sufi dan sangat mementingkan nilai-nilai

kerohanian. Dibawah pimpinan spiritual ayahnya, dan pengawasan

gurunya yang terkenal, Maulbi Mir Hasan, perkembangan pertama

kerohanian dan pikiran Iqbal telah berlangsung. Dari sejak lahir Iqbal

merupakan anak yang luar biasa (Ahmad, 2003: 267). Pengaruh dari

keturunan bapak dan ibunya mempunyai dampak yang kuat terhadap

kehidupannya. Bapak dan ibunya yang dikenal akan kesalehannya diduga

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

26

membentuk suatu bentuk kepribadian Iqbal. Nenek moyangnya adalah

orang-orang Brahmana Kasymir yang telah memeluk agama Islam kira-

kira tiga abad sebelum Iqbal lahir. Iqbal tidak lupa pada keturunannya

tersebut dan hal ini pernah disyairkannya dengan kata-kata:

“tengoklah daku ini, karena bakal tidak kau lihat lagi di Hindi, seorang

keturunan Brahmana yang ahli dalam ilmu kebatinan dari Rum dan

Tabriz.” ( Iqbal, 1983: 13)

2. Pendidikan

Iqbal pertama kali memperoleh pendidikan non formal dari kedua

orangtuanya. Ia dididik ke sebuah maktab (surau) untuk belajar al-Qur‟an

(Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 4). Pendidikan formal Iqbal

dimulai di Scottish Mission School di Sialkot. Di sekolahan ini, ia

mendapat bimbinan secara intensif dari Mir Hasan, seorang guru dan

sastrawan yang ahli tentang sastra persia dan menguasai bahasa Arab. Ia

menamatkan oendidikan ini di tahun 1985 (Danusiri, 1996:4). Pada tahun

itu juga, sesuadah lulus universitas pertama dari Scottish Mission School

di Sialkot, Iqbal pindah ke Lahore, pusat intelektual di barat laut India.

Pada Goverment College di Lahore, Iqbal juga mendapat gelar studinya

yaitu BA (Bachelor of Arts) pada tahun 1987 dan MA (Master or Arts)

pada tahun 1899 (Ahmad, 2003: 267). Kedua gelar itu mengantarkan

Iqbal untuk mendapatkan medali emas. Di tempat itu Iqbal menjumpai

dan berhubungan dengan Sir Thomas Arnold. Iqbal juga merupakan

mahasiswa kesayangan dari gurunya sendiri yaitu Sir Thomas Arnold

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

27

(Ali, 1985: 174). Beliau pada saat itu membimbing Iqbal dalam bidang

filsafat Islam. Thomas Arbold adalah orang orientalis yang mampu

mendorong Iqbal untuk melanjutkan studi di Eropa (Danusiri, 1996:4).

Atas dasar adanya sebiah motivasi dan saran dari Thomas Arnold

akhirnya Iqbal melanjutkan studinya di Cambridge University pada tahun

1905 (Hilal, 1995: 32). Pada saat di Inggris Iqbal lebih suka mengambil

konsentrasi tentang filsafat moral dan mendapatkan bimbingan dari

James Ward dan J.E. Mac Taggart(Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006:

87). Pada saat di Inggris ia juga belajar di Lincoln‟s Inn (Hilal, 1995: 33).

Pada saat di Eropa Iqbal juga belajar di Universitas Munich. Ia

mendapatkan gelar doktornya dengan disertasi yang berjudul “The

Development of Methaphysic in Persia” di bawah bimbingan F. Hommel

pada tanggal 4 November 1907 (Danusiri, 1996:6). Disertasinya ini juga

yang dijadikan sebagai buku pertama yang secara khusus

dipersembahkan kepada gurunya yaitu Thomas Arnold.

Keberadaan Iqbal pada sat di negeri Barat benar-benar sangan

dimanfaatkan untuk menyelami watak-watak dan sikap bangsa barat.

Iqbal berpendapat bahwa timbulnya suatu kesulitan, perebutan,

keributan, dan pertentanagn di dunia ini lantaran sifat-sifat

individualisme dan egoisme yang masih bersemayam pada diri mereka

serta suatu paham nasionalisme yang sempit. Namun Iqbal juga

mengagumi sikap dinamiuk yang ditunjukkan bangasa Barat yaitu tidak

kenal malas, putus asa, atau tidur pulas manakala usahanya tercapai.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

28

Disamping ilmu yang didapatkan dari perguruan tinggi di Eropa ia juga

mendapatkan ilmu dari berbagai perpustakaan yang tersebar di

Cambridge, Berlin, dan London yang seringkali dikunjungi.

3. Karir

Banyak hal yang dilakukan seorang Iqbal dalam menjalani masa

kehidupannya di dunia ini, oleh sebab itulah banyak yang menobatkan

Iqbal sebagai penyair, praktisi, dan pemikir. Semua itu tidak terlepas dari

kemampuan lebih yang dimiliki Iqbal dalam membaca situasi kondisi

pada saat itu.

Bakat seorang Iqbal dalam menulis syair-syair telah terlihat pada

saat ia menempuh pendidikan di Scotish Mission. Untuk mengukur bobot

syair gubahannya, Iqbal mengirimkan syair-syair kepada Dagh. Beliau

adalah seorang penyair terkenal dalam bahasa Urdu supaya dikoreksi dan

dimintakan beberapa saran. Ia berpendapat bahwa syair-syair Iqbal sudah

baik (Danusiri, 1996: 6).

Pada saat Iqbal di Eropa, ia menulis beberapa sajak romantik yang

baik, yang menggambarkan adgen-adegan romantik dengan sentuhan

imajinatif, yang mana pada saat itu mengantarkan Iqbal dekat dengan

penyair Inggris terkenal 9 (Ahmad, 2003: 268), yaitu Wordseworth. Ada

nada pribadi yang khusus dalam perlakuannya terhadap alam:

“Bangkitlah! Di bukit dan lembah

Musim semi telah tiba

Burung bulbul bernyanyi gila

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

29

Terukur, ayam hutan dan puyuh,

Sepanjang tepi selokan

Memekar mawar dan bunga apium,

Mari keluar dan saksikan,

Bangkitlah! Di bukit dan lembah

Musim semi telah tiba”

Sebagian sajak-sajak romantik dan alamnya yang terkenal selama

periode ini adalah Love, End of Beauty (Akhir dari keindahan), The Star

of Dawn (Bintang Fajar), The Bud (Kuntum), A Glimpse of Beauty

(Sekilas pandang Keindahan), An Evening and Separation (Suatu Malam

dan Perpisahan). (Ahmad, 2003: 269)

Sebelum Iqbal berangkat ke Eropa, ia pernah mengajar di Oriental

Goverment College, Lahore (Iqbal, 2008: viii). Ketika di Inggris pula ia

pernah menjabat guru besar bahasa dan sastra Arab pada Universitas

London selama enam bulan. Sekembalinya dari London, Iqbal mengajar

filsafat dan sastra Inggris di India tanah kelahirannya (Mustofa, 1997:

331). Hal ini terbukti dari tujuan Iabwal di Eropa untuk menuntut ilmu

dengan kemauan yang begitu besar sehingga profesi keguruannya sangat

menyatu dengan dirinya. Sekembalinya dari Eropa pada tahun 1908,

Iqbal memimpin Govermence College.

Selain mengajar, Iqbal juga mempunyai profesi sebagai pengacara

yang ditekuninya hingga tahun 1934. Di samping itu Iqbal juga terjun di

dunia politik yakni sebagai anggota Dewan Legislatif Punjab (1926-

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

30

1930). Pada tahun itu pula yaitu tahun 1930, Iqbal diangkat untuk

menjadi Presiden Liga Muslim sekaligus menjadi Presiden Dewan

Legislatif. (Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 88)

Iqbal menghadiri konferensi meja bundar dan ia juga sekaligus

menjadi perwakilan muslim India. Di sini Iqbal bertemu dengan

Muhamamd Ali Jennah yang mana Iqbal mampu menarik perhatian

tentang rencana ke depan India yang akan menjadikan impian puisinya

menjadi sebuah realitas yang hidup (Ali, 1985: 183). Realisasi gagasan

tersebut akhirnya terwujud dengan berdirinya negara Pakistan sekarang.

Iqbal tidak diberi umur panjang untuk melihat realisasi dari

pembentukan negara Pakistan. Ia meninggal pada 18 Maret atau sekitar

sepuluh tahun sebelum berdirinya negara Pakistan (Ali, 1985: 189).

Meninggalnya Iqbal sangat diratapi dan memunculkan rasa

belasungkawa dari pemimpin besar dan tokoh-tokoh ahli pikir.

Kepergiannya merupakan suatu kerugian bagi kaum muslim India dan

dunia Islam pada umumnya. (Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 89)

4. Corak Pemikiran

Sebuah kenyataan pada saat itu berbicara bahwasanya muslim

India adalah kaum minoritasyang bisa dibilang sangat memprihatinkan.

Seorang Iqbal menawarkan sebuah integrasi moral dan politik kaum

muslim India yang mana nantinya akan menciptakan sebuah semangat

nasionalisme yang di dasarkan atas kesamaan negara. Iqbal berpendapat

bahwa suatu komunias muslim adalah masyarakat yang didasarkam pada

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

31

sebuah keyakinan yang sama, dengan realitas tunggal yang tidak dapat

dipisahkan. (Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 89)

Pemikiran yang dituangkan dalam bentuk puisi dan sikap-sikap

Iqbal tidak terlepas dari peran guru yang berpengaruh dalam perjalanan

karir Iqbal, yaitu Thomas Arnold. Begitu juga dengan pendidikan yang ia

terima di Eropa. Hal tersebut cukup menjadi bukti latar belakang sebuah

pola pemikiran seorang Iqbal.

Dalam pandangan Iqbal sudah saatnya kaum muslim melakukan

sebuah rekonstruksi atas segala pemikiran yang telah berkembang di

dunia Islam. Cita-cita yang berasal dari idealisme dan kenyataan yang

bersumber dari realisme itu bukanlah sesuatu yang saling bertentangan di

antara keduanya. Hal tersebut yang membuka sebuah inspirasi untuk

menuju jalan kepada dunia filsafat modern dalam mendekati semangat

Islam.

Paradigma pemikiran yang telah dibangun oleh Iqbal dalam

menciptakan sebuah gagasan rekonstruksi adalah penggunaan

metodologi berfikir yang bersifat sintesa. Iqbal berhasil memadukan

tradisi intelektual Barat dan Timur dalam suatu paradigma berfikir.

Dalam hal ini Iqbal mengambil yang baik tentang Barat dan kemudian

dipadukan dengan tradisi Timur sehingga cara berfikirnya tetap

komprehensif (Abdullah Idi dan Tato Suharto, 2006: 91). Ia tak segan-

segan mengambil hal positif dari Barat. Orang-orang Barat tidak akan

tidur terlebih dahulu disaat mereka belum menemukan jawaban atas

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

32

pertanyaan yang dihadapi. Hal tersebutlan yang disinergikan dengan

tradisi Timur untuk selalu meminta pertolongan Allah SWT akan segala

usaha yang telah dilakukan

5. Karya-karya

Karya Iqbal cukup banyak dan bervariasi. Ada karyanya yang

berbentuk prosa, puisi, surat-surat jawaban pada orang lain yang

mengkritiknya atas berbagai konsep, dan pengantar atas karya orang lain.

Bahasa yang digunakan Iqbal dlam mengekspresikan gagasan-

gagasannya pun bervariasi pula, seperti: bahasa Arab, bahasa Urdu,

bahasa Persi, dan bahasa Inggris.(Danusiri, 1996: 11)

Berikut merupakan rincian karya-karya Iqbal:

1. The Development of Metaphysic in Persia adalah karya disertasinya

yang terbit pada tahun 1908 di London. Isi pokok buku itu adalah

deskripsi mengenai sejarah pemikiran keagamaan di Persia sejak

Zoroaster hingga sufisme Mulla Hadi dan Sabzawar yang hidup pada

abad ke-18. Pemikiran keagamaan sejak yang paling kuno di Persia

hingga yang terakhir merupakan kesinambungan pemikiran Islamis,

bagian kedua menjelaskan kebudayaan Barat dan berbagai

manifestasinya, dan bagian ketiga menjelaskan munculnya Islam

hingga peran Turki dalam Perang Dunia Pertama dan kemenangan

Turki dalam perang kemerdekaan dari tekanan-tekanan Barat.

Artinya, pemikiran keagamaan Mulla Hadi dan Sabzawar

mempunyai akar Zoroasterianisme.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

33

2. Asrar-i Al-Khud diterbitkan oleh pengarangnya pada tahun 1915

(Iqbal, 1993: 18). Buku ekspresi puisi yang menggunakan bahasa

Persia ini menjelaskan bagaimana seseorang dapat mencapai

predikat insan kamil. Dalam buku ini Iqbal menekankan pentingnya

ego dan penegasan dirinya. Dia percaya bahwa moralitas individu

dan bangsa sangat ditentukan oleh jawaban yang diberikan atas

pertanyaan: “Apakah sebenarnya hakikat ego itu?”. Penekanan ini

dimaksudkan sebagian untuk menyeimbangkan satu kecenderungan

tertentu dalam pemikiran dan spiritualitas Timur yang menekankan

sudut pandang kesatuan, yang memandang kemaujudan diri

seseorang hanya sebuah bayangan menyesatkan. (Iqbal, 1992: 145)

3. Rumuz-i Bikhudi (Secrets of Non-Ego) diterbitkan oleh pengarangnta

pada tahun 1918 di Lahore (Iqbal, 1993: 18). Bahasa Persia sebagai

pengantar buku tersebut. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran

mengenai insan kamil. Insan kamil harus bekerja sama dengan

pribadi-probadi lain untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di bumi.

Jika insan kamil hidup menyendiri, tenaganya suatu waktu akan

sirna. Arti leksikal Rumuz-i Bikhudi adalah peniadaan diri.

4. Payam-i Masyriq (pesan dari Timur) menggunakan pengantar bahasa

Persia. Buku ini terbit pada tahun 1923 di Lahore (Iqbal, 1993: 18).

Tema pokok buku ini adalah menjelaskan cara berfikir Timur dalam

hal ini Islam, dan kekeliruan cara berfikir Barat.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

34

5. Bang-in Dara terbit di Lahore pada tahun 1924. Bahasa yang

digunakan dalam buku ini adalah bahasa Urdu. Arti harfiah judul

buku ini adalah Genta Lonceng. Secara keseluruhan buku ini dibagi

tiga bagian. Bagian pertama buku ini bertemakan nasionalistik dan

patriotik yang bercorak humanis. (Danusiri: 1996: 18)

6. Zaboor-i „Ajam (Taman Rahasia Baru) terbit di Lahore pada tahun

1927. Bahasa pengantarnya adalah Persia. Tema sentral buku ini

antara lain mengenai konsep makrifat. Pengang buku ini sinis

terhadap konsep makrifat sufisme klasik. Buku ini diakhiri uraian

mengenai perbudakan.

7. Tulisan Iqbal terbesar dalam bidang filsafat dan berbentuk prosa

adalah The Reconstruction of Thought in Islam. Buku ini terbit di

Londodn pada tahun 1934. Ada tujuh bagian dalam buku ini, yaitu:

(1)pengalaman dan pengetahuan keagamaan, (2) pembuktian secara

filosofis mengenai pengalaman keagamaan, (3) konsepsi tentang

Tuhan dan sembahyang, (4) tentang ego-insani, kemerdekaan, dan

keabadiannya (5) jiwa dan kebudayaan Islam, (6) prinsip gerakan

dalam struktur Islam, dan (7) bahwa agama bukan sekedar mungkin,

tetapi pasti ada kritik terhadap Hegel, filusuf besar idealisme Jerman.

8. Javid Nama tertulis dalam bahasa Persia, terbit pada tahun 1932 di

Lahore. Buku ini menjelaskan tentang pertualangan rohani ke

berbagai planet. Pengarang buku ini mengadakan dialog dengan para

pemikir, sufi, fiolosof, politikus, maupun pahlawan. Bagian akhir

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

35

buku ini berisi pesan kepada anaknya, Javid Nama dan generasi

baru.

9. Pasche Bayad Kard Aye Aqwam-i Sarq mengandung arti leksikal

„apakah yang kau lakukan wahai rakyat Timur?‟ buku ini terbit di

Lahore pada tahun 1936. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Persia.

Untaian syair-syair dalam buku ini menjelaskan tentang perang di

Ethiopia, Liga bangsa-bangsa, pesan matahari, kebijakan Musa,

kebijakan Fir‟aun, tak ada Tuhan selain Allah, kemiskinan, tokoh-

tokoh bebas, rahasia-rahasia syariat, dan nasehat untuk bangsa Arab.

10. Musafir tertulis dalam bahasa Persia. Buku ini terbit di Lahore pada

tahun 1936. Inspirasi penulisan buku ini didapat oleh pengarang

ketika mengadakan perjalanan ke Turki dan Afganistan. Di dalam

buku ini, pengarang menggambarkan pengalamannya ketika

mengunjungi makam Sultan Mahmud al-Gaznawi Yamin al-Dawlat,

Sinai perintis penyair tasawuf berbahasa Persia, Amin al-Dawlat

putera Subuktikin, dan Ahmad Syahbaba yang bergelar Durani.

Buku ini juga mengandung pesan kepada Sultan Nadir Syah dan

anaknya Zahir Syah, maupun kepada suku-suku bangsa Afganistan

mengenai bagaimana baiknya menjalani hidup berbangsa ,

bernegara, dan beragama.

11. Bal-i Jibril (Sayap Jibril) tertulis dalam bahasa Urdu. Buku ini terbit

pada tahun 1938 di Lahore. Tema-tema buku ini antara lain: doa di

Masjid Kordofa, M‟tamid Ibn „Ibad dalam penjara, pohon kurma

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

36

yang pertama yang ditanam oleh Abd al-Rahman al-Dakhl di

Andalusia, Spanyol, doa Thariq bin Ziyad, ucapan selamat malaikat

kepada Adam ketika orang ini ke luar surga, dan di makam

Napoleon Bonaparte maupun Musolini.

12. Zarb-i Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit dalam bahasa Urdu di

Lahore pada tahun 1937. Pengarang menggambarkan tentang: Islam,

wanita, politik, dan seni rupa.

13. Ar-Maghan-i Hijaz (Hadiah dari Hijaz) terbit dalam bahasa Urdu

pada tahun 1937 di Lahore. Sebagian di antaranya berbahasa Persia,

yaitu bertema: kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada umat

manusia, dan kepada teman seperjalanan. Bagian bahasa Urdu berisi

tentang majelis permusyawaratan Iblis dan dialog iblis dengan para

pendukungnya. Isi dialog iblis adalah kekhawatiran munculnya

kebangkitan Islam. Pengarang memaksudkan iblis dan para

pendukungnya adalah paham demokrasi ala Barat dan Komunisme.

14. Koleksi-koleksi syair yang tidak diterbitkan oleh pengarangnya

sendiri, kemudian koleksi-koleksi tersebut diterbitkan orang lain.

Karya Iqbal dalam bentuk ini antara lain:

a. Kulliyat-i Iqbal. Abdurrazaq Heyderabati adalah orang yang

mempublikasikan karya itu tanpa seizin Iqbal. Karya itu terbit

pada tahun 1923.

b. Baqiyat-i Iqbal diterbitkan oleh nawa-i Waqt pada tahun 1954 di

Lahore.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

37

c. Rakh-i Safar diterbitkan oleh Haris Anwar pada tahun 1952.

d. Sette Poisi Ine dite de Muhammad Iqbal. Karya ini diterbitkan

oleh Bausani pada tahun 1953.

e. Islahat-i Iqbal: Iqbal ke Bazi Nazmun ke Ibtida‟imen terbit pada

tahun 1953 di Lahore. Tabarrukat-i Iqbal terbit pada tahun

1959. Ketiganya diterbitkan oleh Muhammad Bashir al-Haq

Dinsawi.

f. There Poems of Iqbal diterbitkan oleh Indonesian Culture pada

tahun 1954.

g. Surau-i Rafta‟ diterbitkan oleh Ghulam Rasul Mehr dan Shadiq

Ali Dilawari di Karachi (tanpa ada keterangan tahun

penerbitan).

h. Akhbar-i Iqbal diterbitkan oleh K.Hassan Nizami pada tahun

1918 di Lahore.

15. Karya Iqbal dalam bentuk artikel atau sambutan kata pengantar

terhadap karya-karya orang lain. Karya Iqbal semacam ini

diantaranya:

a. Doctrine of Absolute Unity as Explained karya Abdul Karim al-

Jaylani, tulisan ini ia terbitkan pada tahun 1900.

b. „Ilm-i Iqtishad (ilmu ekonomi) ditulisnya pada tahun 1961.

c. Islam and Khilafat diterbitkan dalam majalah Sociological

Review di London pada tahun 1908.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

38

d. Urdu Zaban Panjab men diterbitkan dalam majalah Mahzan

edisi Oktober 1902 dan dimuat juga dalam Madamin-i Iqbal.

e. Islam as a Moral and Political Ideal adalah artikel Iqbal yang

disampaikan oada Himayat-i Islam (Lembaga dakwah Islam)

pada tahun 1910. Artikel itu juga direproduksi dalam bahasa

Indonesia oleh PT. Al-Ma‟arif Jakarta.

f. Ceramah Iqbal di Aligarh pada tahun 1910 disusun kembali oleh

Maulana Zafar Ali Khan dengan judul Millat-i Baida per

ek‟Umroni Nazar. Tulisan ini dimuat pada Cencus of India pada

tahun 1911 volume XIV.

g. Stray Reflection, a Note Book of Allama Iqbal merupakan

himpunan pernyataan-pernyataan Iqbal yang diedit oleh Javid

Iqbal (anak Iqbal sendiri).

h. Political Thought in Islam dimuat dalam majalah Hindustan

Review edisi Desember 1910 Januari 1911.

i. Our Prophet‟s Critism if Contemporary Arabic Poetri dimuat

dalam majalah The Bew Era Alahabat pada tahun 1915.

j. Urdu Coure adalah sebuah artikel yang ditulis Iqbal bersama

Hakim Suja‟ pada tahun 1924.

k. Note on Muslim Democracy adalah artikel yang Iqbal tulis

bersama Hakim Suja‟ pada tahun 1916.

l. Self in the Light Relativity dimuat dalam The Cressent Lahore

pada tahun 1925.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

39

m. Indian Review di Madras pad tahun 1927 memuat artikel Iqbal

yang berjudul Inner Syithesis of Life.

n. Mc. Taggart‟s Philosophy dimuat dalam majalah Muslil Revial

edisi September 1932.

o. On Corporeal Resurrection after Death dimuat dalam Indian

Art and Letters, VI. (Hilal, 1995: 62)

p. Iqbal memberikan kata pengantar pada buku Muraqqayi

Chuhtay karya M.A. Rahmah Chuhtay.

q. Iqbal memberikan kata pengantar pada buku A History of

Persian Navigation karangan Hadi Hasan.

r. Iqbal memberikan kata pengantar pada buku Afganistan a Brief

Survey karangan Jamaludin Ahmad dan Muhammad Abdul

Azizi.(Danusiri, 1996: 15)

16. Koleksi-koleksi artikel dan kumpulan surat-surat Iqbal. Bentuk karya

yang demikian itu milik orang lain. Karya Iqbal yang semacam ini

diantaranya:

a. Madamin-i Iqbal milik Tasadduq Husein, merupakan kumpulan

lima buah artikel Iqbal

b. Speeches and Statment of Iqbal kumpulan karangan milik Samlo

yang diterbitkan pada tahun 1945

c. Kumpulan surat Iqbal milik Syaikh Muhammad Atta. Kolektor

memberikan judul koleksinya itu dengan Iqbal Name.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

40

d. Maktubat-i Iqbal diedit oleh Nazir Nisai dan diterbitkan di

Karachi pada Iqbal Academy. Berisi 182 surat mengenai

berbagai subjek seperti penyakit Iqbal dan pengobatannya, dan

penerbitan karya-karyanya. (Iqbal, 1992: 167)

e. Letters of Iqbal to Jinnah berisi ide-ide Iqbal mengenai

pembentukan negara Pakistan. Koleksi ini berisi tiga belas surat

yang dikirim oleh Iqbal kepada Muhammad Ali Jinnah, antara

Mei 1936 sampai November 1937, yang memperlihatkan

pandangannya mengenai masa depan politik masyarakat Muslim

India.(Iqbal, 1992: 66)

f. Iqbal Letters to Atiya Begum adalah surat Iqbal kepada sahabat

karibnya Atia Begum.

g. Maktib-i Iqbal milik Muhammad Niyazuddin, merupakan

kumpulan surat Iqbal untuknya

h. Kumpulan surat Iqbal mengenai politik nasional yang

dikirimkan kepada Rais Ahmad Jafri diberi judul Our Siyasati

Milli. Koleksi ini kemudian diterbitkan oleh Ahmad Jafri pada

tahun 1960.

i. Kumpulan surat Iqbal pada Reinold Alayne Nocholson

mengenai penerjemahan Asrar-i Khudi ke dalam bahasa Inggris.

j. Kumpulan surat Iqbal yang ditujukan kepada Dixon berisi

sanggahannya bahwa konsep insan kamilnya menggunakan

Uber mens”nya Neitche.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

41

k. Tiga buah amanar Iqbal yang dibukukan oleh razia Farhat Bano

dengan judul Kutubat-i Iqbal terbit di Dehli pada tahun

1946.(Danusiri, 1996: 15)

B. Pemikiran Muhammad Iqbal

Memahami pemikiran Iqbal bukanlah hal sederhana. Sebab, filosof

sekaligus penyair ini memiliki pemikiran yang kompleks. Karya-karya yang

dihasilkannya tidak hanya berbicara tentang filsafat saja, tetapi juga berbicara

mengenai persoalan hidup manusia. Secara garis besar, setidaknya ada tiga

tema pokok dalam pemikiran Iqbal (Maitre, 1981: 5). Tiga tema tersebut

adalah filsafat Iqbal tentang pribadi, gagasan Iqbal tentang Insan kamil, dan

wawasan Iqbal tentang metafisika dan filsafat agama.

Sedangkan pemikiran Iqbal yang erat kaitannya dengan penelitian ini

adalah konsepnya tentang ego (individualitas) dan insan kamil. Sehingga

pada penjelasan ini, akan diuraikan sepintas pemikiran Iqbal mengenai

konsep individualitas dan insan kamil. Sesungguhnya pemikiran konsep

individualitas dan insan kamil inilah yang menjadi permulaan dari segala

pemikiran filosofis Iqbal.

Pemikiran filosofis Iqbal bermula dari keresahannya terhadap keadaan

bangsa-bangsa Timur yang berada dalam keadaaan memprihatinkan. Bangsa

Timur selalu dikalahkan dan dihina oleh musuh yang merasa sangat berkuasa

(Barat). Untuk menyelidiki dan mencari sumber persoalan tersebut, Iqbal

melakukan perenungan. Dalam pencarian ini, ia didukung oleh perkembangan

pengetahuannya yang pesat tentang masyarakat dan sejarah.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

42

Sebagai tokoh filosof muslim, Iqbal merupakan sosok pemikir yang unik.

Berbeda dengan umumnya umat Islam pada saat itu yang menanggapi

pemikiran barat dengan fundamental-eksklusif, Iqbal adalah sosok inklusif

yang menanggapi pemikiran barat dengan cara argumentatif. Ia mengagumi

semangat dan kemajuan ilmu pengetahuan serta gemerlap kejayaan Barat di

satu sisi. Namun di sisi lain ia juga melempar kritik terhadap superioritas

Barat atas Timur.

Kritik Iqbal ditujukan terutama pada sikap orang-orang Bangsa Timur

yang seolah menghamba terhadap kemajuan Barat. Mereka yang mencoba

mendekati kebudayaan Barat dengan jalan menjiplak lahiriyahnya tanpa

menghayati dan menghargai nilai hakiki yang terkandung di dalamnya, Iqbal

secara tegas mengharapkan adanya pengkajian dan tidak begitu saja

menjiplak secara menta-mentah peradaban Barat. Sebab, sikap demikian

sama halnya dengan melemahkan harga diri kita sebagai bangsa Timur.

Pesan demikian disampaikan Iqbal dalam salah satu pusisinya yang

ditujukan pada anaknya, Javid. Pada saat itu Javid adalah wakil angkatan

muda yang sedang bangkit dan semangat berjuang. Semangat dan percaya

pada kemampuan diri menjadi hal yang selalu dikampanyekan oleh Iqbal.

Berikit penggalan sajaknya:

Jangan kau gadaikan dirimu

Ke berbagai pabrik gelas di belahan Barat

Buatlah sendiri cawan dan gendimu!

Walau hanya dari tanah liat.

Keberanian dan kepercayaan diri menjadi sikap yang selalu

diperjuangkan oleh Iqbal agar menjadi karakter para pemuda penerus bangsa.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

43

Sikap yang ditunjukkan oleh Iqbal tersebut tidak terlepas dari inti

pemikirannya tentang individualitas. Konsepnya tentang individualitas inilah

yang membuatnya berpindah dari pantheisme yang menolak ego kepada

eksistensialisme yang menekankan kehendak kreatif. (Adian, 2012: 103)

Iqbal mengambil kesimpulan bahwa kemerosotan Timur, sebagian besar

disebabkan oleh sistem filsafat yang mengajarkan penyangkalan Diri dan

peniadaan Pribadi. Kecenderungan untuk tidak menghiraukan dan

menjauhkan diri dari benda-benda di dunia ini. Seluruh kejahatan itu berasal

dari masuknya gagasan-gagasan Plato dan Neo-platonisme ke dalam Islam,

yang menganggap dunia ini sekedar rupa dan maya.

Gagasan-gagasan ini juga melempar pukulan yang sama seperti gagasan-

gagasan yang dilahirkan Weda kaum buda, yang terkenal dalam doktrin

Monisme. Doktrin ini mengajarkan kepercayaan pada Tuhan yang Immanent

dan menganggap dunia sekedar emanasi. Ia menempatkan paham ketuhanan

yang pantheistik sebagai ganti Tuhan yang transenden. Sebelum Iqbal,

pemikir-pemikir Muslim yang lain telah menyerang doktrin Monisme. Akan

tetapi, mereka melakukannya atas dasar telologi semata. Sedangkan Iqbal

menyerangnya di satu titik tolak praktik.

Iqbal menyerangnya dengan keyakinan bahwa kehidupan ini adalah

kenyataan. Bahwa kita bukanlah korban angan-angan yang tragis. Terhadap

pertanyaan: apakah hidup ini? Iqbal menjawab; hidup adalah pribadi, bentuk

tertingginya adalah Ego, yang mana pribadi menjadi pusat eksklusif yang

mengandung diri. Filsafat Iqbal sepenuhnya didasarkan pada gagasan pribadi.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

44

Sebab, rahasia ketuhanan terletak pada keteguhan iman terhadap diri sendri.

Perkembangan diri adalah kebangkitan alam semesta. (Adian, 2012: 22-23)

1. Konsep Diri

Konsep diri merupakan awal sekaligus pusat dari pemikiran filosofis Iqbal

(Enver, 2004: 46). Diri menjadi titik tolak Iqbal dalam kajiannya tentang

alam dan Tuhan (Adian, 2003: 111). Dalam beberapa karya Iqbal dalam

bahasa parsi, diri disebut dengan istilah khudi, yang memiliki arti diri atau

pribadi, ego, self (Rafi, 2009: 340).

Khudi sendiri memiliki pengertian bentuk eksistensi akibat dari diri,

sehingga dapat disamakan dengan paham jati diri manusia yang mencakup

eksistensi manusia di dunia. Ia merupakan kesatuan nyata manusia yang

menjadi pusat dari seluruh organisasi kehidupan manusia (Iqbal, 2008: 117).

Dengan kata lain diri merupakan hakikat keberadaan individu manusia.

Dalam mengemukakan konsepnya tentang realitas diri, Iqbal mengkritik

beberapa pemikiran-pemikiran yang meniadakan diri/ego. Beberapa paham

tersebut adalah patheisme, empirisme, dan rasioanalisme. Paham pantheisme

menganggap dunia yang tampak itu tidak nyata (Enver, 2004: 47). Para

penganut pantheisme menganggap diri manusia sebagai non-eksistensi,

karena eksistensi sesungguhnya Diri/Ego Absolut, Tuhan (Adian, 2003: 112).

Sedangkan sesuatu yang tampak itu merupakan pancaran atau penjelmaan

Tuhan.

Pantheisme berpendapat bahwa tujuan tetinggi manusia adalah untuk

melenyapkan dirinya dengan Yang Mutlak, bagaikan setetes air yang melarut

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

45

dalam samudera (Saiyidain, 1981: 25). Jelas Iqbal menolak paham tersebut,

meskipun ia pernah terpengauh oleh pemikiran ini (Enver, 2004: 51). Sebab,

Iqbal dalam teorinya tentang khudi, menyatakan diri sebagai realitas yang ada

dan nyata.

Aliran lain yang menolak adanya diri adalah empirisme. Aliran empirisme

terutama yang dikemukakan oleh David Hume memandang konsep diri

sebagai pengalaman-pengalaman yang datang silih berganti dan bisa

dipisahkan satu sama lain (Adian, 2003: 112). Hume mengatakan bahwa

orang tidak bisa merasakan, mengalami “aku” yang tetap. Tetapi selalu aku

yang sedang melihat kebun, mencium bau asam rokok, dan lain-lain. Hume

menganggap bahwa akal manusia layaknya panggung teater bagi

pengalaman-pengalaman yang datang silih berganti.

Iqbal menolak empirisme dengan mengatakan bawa orang tidak bisa

menyangkal terdapatnya pusat yang menyatukan pengalaman-pengalaman

yang datang silih berganti, yaitu ego. Selanjutnya Iqbal juga menolak

rasionalisme Cartesian yang masih melihat ego sebagai konsep yang

diperoleh melalui penalaran.

Konsep diri Iqbal merupakan gagasan yang unik dan berbeda dengan

pemikiran tokoh-tokoh lain yang juga memiliki konsep tentang diri.

Meskipun gagasan Iqbal mengenai konsep diri ini bukan yang pertama.

Namun bukan berarti Iqbal hanya menyalin pemkiran orang dan

mengklaimnya menjadi pemikiran khasnya. Diri atau ego Iqbal adalah

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

46

gagasan yang berbeda dan unik dari sedemikian banyak konsep dari tokoh-

tokoh yang lain.

Sigmund Freud (1856-1939) misalnya, tokoh psikoanalisis yang terkenal

dengan konsepnya tentang struktur kepribadian manusia. Gagasan freud

beragkat dari konsepnya tentang alam sadar (conscious mind) dan alam

bawah sadar (unconscious mind). Alam sadar merupakan apa yang manusia

sadari pada saat-saat tertentu, seperti: penginderaan langsung, ingatan,

pemikiran fantastik, dan perasaan. Alam bawah sadar adalah segala sesuatu

yang dengan mudah dapat dipanggil ke alam sadar atau biasa disebut dengan

kenangan yang sudah tersedia (available memory).

Dari keduanya alam bawah sadar mengambil peran paling besar. Bagian

ini mencangkup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar.

Termasuk segala sesuatu yang memang asalnya dari alam bawah sadar,

seperti nafsu dan insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah

sumber motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia. Namun

anehnya, manusia seringkali mengingkari atau menghalangi seluruh bentuk

motif ini naik ke alam sadar.

Berangkat dari konsep di atas, lahirlah konsepnya tentang stuktur jiwa

manusia. Psikolog sekaligus dokter ini membagi struktur kepribadian

manusia menjadi tiga, yaitu Id, Ego, dan Superego. Bagian pertama adalah id,

merupakan sistem syaraf yang memiliki kepekaan terhadap apa yang

dibutuhkan oleh organisme menjadi daya-daya motivasional yang disebut

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

47

denga insting atau nafsu. Id bekerja sejalan dengan kenikmatan-kenikmatan

dan merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan secara serta merta.

Bagian kedua adalah ego, berfungsi menghubungkan organisme dengan

realitas dunia melalui alam sadar yang ia tempati. Dia mencari objek-objek

untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk

merepresentasikan kenyataan dan sampai tingkat akhir tertentu juga

merepresentasikan akal.

Bagian terakhir adalah superego, yang terdiri dari nurani dan ego ideal.

Nurani merupakan internalisasi dari hukuman dan peringata, sedangkan ego

ideal adalah internalisasi dari pujian dan contoh-contoh positif. Dengan kata

lain, superego merepresentasikan masyarakat, dan masyarakat sering tidak

menuntut sesuatu dari pribadi selain harus mengingkari kebutuhannya sendiri

(Boeree, 2010: 32-35).

Konsep Freud tersebut jelas berbeda degan diri/ego Iqbal. Freud membagi

kepribadian manusia menjadi tiga bagian yang ketiganya memiliki tugas

berbeda-beda. Ego dalam struktur kepribadian menurut Freud hanya

berfungsi sebagai jembatan dalam memenuhi tuntutan-tuntutan id dan

superego. Hal itu berbeda dengan konsep Iqbal yang menganggap diri sebagai

kesatuan nyata yang tidak bisa dipisahkan (Iqbal, 2008: 142). Keberadaannya

menjadi pusat segala organisasi kehidupan dan aktivitas manusia.

Perbedaan pemikiran freud dan Iqbal juga terletak pada konsepnya tentang

hasrat dan kehendak. Freud menyatakan bahwa semua hasrat manusia berasal

dari dorongan seks (Enver, 2004: 37). Segala aktivitas manusia hanya

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

48

bertujuan untuk memenuhi seks semata. Tidak ada motif lain, semua

keinginan adalah bentuk dari impuls seks. Bahkan agama sekaliun bekerja

dengan impuls yang sama.

Pemikiran demikian erat kaitannya dengan fakta bahwa Freud adalah

seorang atheism abad 20 (Rahmat, 2003: 94). Berbeda dengan Iqbal sebagai

filosof berketuhanan. Iqbal menyatakan bahwa segala aktvitas manusia adalah

upaya untuk menjadi manusia seutuhnya. Diri manusia selalu bergerak untuk

mencapai kesempurnaan dengan cara mendekatkan diri pada Diri Mutlak atau

Tuhan (Sholeh, 2012: 303).

Tokoh lain yang juga memiliki pemikiran tentang diri/ego adalah

Immanuel Kant (1724-1804). Kant menamakan teorinya tentang ego sebagai

trancedental unity apperception atau teori tentang ego transedental.

Menurutnya, ego bukanlah substansi maupun benda. Melainkan aktivitas

yang mensintesakan berbagai pengalaman menjadi satu kesatuan pengetahuan

tentang objek (Adian, 2003: 64).

Kant menyatakan ego sebagai kesatuan transedental yang berfungsi

menyatukan keberagamaan pengalaman manuisa. Menurutnya, kesadaran

akan adanya pengalaman yang beragam harus disertai kesadaran akan ego

yang berkesatuan. Agar pemahaman yang beragama dapat terkait satu sama

lain menjadi satu pengetahuan yang utuh, bisa dikatakan bawa ego transedetal

Kant bersifat mempersatukan.

Di lain pihak, Kant juga mengemukaka konepnya tentang ego empiris. Ego

empiris merupakan ego yang memuat segala kualitas particular yang kita

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

49

miliki, yang membuat kita menjadi individu yang berbeda. Misalnya

perbedaan bentuk tubuh, wajah, ukuran, kekuatan, kepribadian, dan pikiran.

Ego empiris lah yang membedkan kita sebagai sosok individu-individu

konkret. Sedangkan ego transedental mempersatukan kita sebagai manusia.

Kant mengklaim ego transedental sebagai sesuatu yang terdapat pada

semua manuisa (universal) tanpa menghiraukan sifat-sifat particular ego.

Berdasarkan ego empiris, manusia dapat berkulit putih, bertubuh besar,

berwajah bulat dan sebagainya. Namun, sesungguhnya kondisi-kondisi

demikian hanya merupakan hal-hal yang bersifat menerangkan substansinya

(ego transedental). Berdasarkan ego transedental, manusia tetap manusia

walalupun tidak berkulit putih, betubuh besarm berwajah bulat dan

sebagainya. Ego transedental sebagai substansi merupaan suatukehadiran

permanen dibalik segala sifat ego yang potensial mengalami perubahan.

Pemikiran Iqbal dan Kant bersebarangan dalam hal pengetahuan diri yang

bebas dan immortal. Kant berargumen bahwa diri yang berbas dan immortal

adalah sesuatu yang tidak ditemukan dalam pengalaman konkret. Iqbal

menolak pandangan Kant tersebut dengan mengatakan bahwa keberadaan ego

yang bebas dan immortal bisa diketahui secara pasti dan tidak sekedar

pengandaian logis. Diri manusia adalah nyata dan unik secara mutlak (Iqbal,

1995: 40-41). Dalam karyanya, Iqbal menjabarkan sifat diri/ego adalah

sebagai berikut:

Pertama, diri tidak terikat oleh ruang sebagaimana halnya dengan tubuh.

Peristiwa-peristiwa mental dan fisik sekaligus ada dalam waktu. Namun

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

50

secara fundamental jarak dan waktu ego berbeda dengan jarak dan waktu

fisik.

Kedua, kepribadian pada dasarnya tersendiri dan unik. Dikatakan unik,

sebab manusia yang meiliki pribadi lah yang dapat mempersoalkan

keberadaan dirinya. Bedanya terletak pada fakta bahwa Tuhan unik sebagai

pencipta, manusia unik dan berbeda jika dibandingkan makhluk Tuhan yang

lain. Salah satu keunikan manusia terletak pada otonomi. Hal itu disebabkan

karena otonomi mengandaikan kemandirian.

Ketiga, ego menyatakan diri sebagai satu kesatuan yang sering disebut

dengan keadaan mental. Keadaan mental ini tidak berdiri sendiri dan

terisolasi antara satu dengan lainnya. Mereka berada sebagai fasa keseluruhan

rumit yang dinamakan pikiran.

Diri senantiasa bergerak dinamis untuk menuju kesempurnaan dengan cara

mendekatkan diri pada Ego Mutlak. Manusia dapat memahami dan

menegaskan realitas diri secara langsung melalui intuisi (Enver, 2004: 53).

Namun, intuisi ini hanya dapat berlangsung ketika manusia melakukan

keputusan, tindakan yang sangat menentukan (Adian, 2003: 113). Pada saat

demikian, manusia bisa merasakan adanya diri. Ia Nampak sebagai pusat

seluruh aktivitas tindakan manusia (Enver, 2004: 52)

Aktivitas diri pada dasarnya berupa aktivitas kehendak, seperti tindakan,

harapan, dan keinginan. Ishrat memperjelas hal tersebut dengan ungkapannya

bahwa kehidupan diri pada dasarnya terletak dalam sikap kehendaknya

(Enver, 2004: 56). Keberadaan kita bergantung pada adanya kehendak atau

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

51

hasrat dan tindakan-tindakan. Tanpa adanya hal-hal tersebut, hidup menjadi

hampa. Sehingga bisa dikatakan bahwa manusia yang menolak aktivitas diri

berarti menolak hidup (Adian, 2003: 113).

Aktivitas diri merupakan aktivtas yang memiliki tujuan. Sebab, diri

bersifat apresiatif terhadap setiap tindakannya. Sedangkan perngahargaan ini

akan datang kepadanya hanya jika tindakannya memiliki tujuuan. Tidak akan

ada penghargaan tanpa prestasi, dan tidak akan ada prestasi tanpa tujuan.

Dengan demikian, diri akan selalu bergerak untuk mencapai tujuannya

(Iqbal, 2008: 97).

Iqbal menkaankan pentingnya tujuan hidup dalam salah satu puisinya

dalam Asrar-I Khuld. Menurutnya, kepribadian menjadi hidup dengan

mebentuk tujuan dan bersunggung-sungguh untuk emncapainya. Kebesaran

kepribadian diukur berdasarkan besar kecilnya tujuan itu. Besar kecilnya

kekuatan yang dimiliki bergantung pada sejauhmana kesulitan yang

dialaminya.

Life is preaseved by purpose:

Because of the goal is caravan-bell thinkles.

Life is latent in seeking,

Its origin is hidden in desire

Keep desire alive in thy heart (Iqbal, 1920: 19)

Diri juga disebut sebagai kehendak kreatif yang dalam bahasa Iqbal

dikenal dengan istilah soz (Enver, 2004: 57). Pemikiran kehendak kreatif

Iqbal banyak dipengaruhi oleh Bergson dan Nietsche. Manusia sebagai

kehendak kreatif harus bebas, lepas dari belenggu takdir sebagai rencana

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

52

Tuhan sebelum penciptaan. Sedangkan mereka mengartikan kehendak kreatif

sebagai khoatis, buta, tanpa tujuan.

Inilah yang membedakan kehendak kreatif Iqbal dengan kedua tokoh

tersebut. Kehendak kreatif Iqbal memiliki tujuan, menurut Iqbal

bagaimanapun orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan.

Sebab, tanpa tujuan kehendak menjadi tidak berarti. Namun demikian, Iqbal

menolak jika tujuan disebut sebagai ketentuan yang ditetapkan oleh hukum

sejarah maupun takdir sebagai rencana Tuhan (Adian, 2003: 113).

Berdasarkan asumsi bahwa manusia sebagai kehendak kreatif, Iqbal

menolak segala bentuk determinisme dan kepasifan. Diri adalah pelaku aktif

yang bebas. Ia selalu menentukan dirinya bebas melalui keinginandan cita-

citanya.

Dalam hal ini, Iqbal menolak pantheisme yang menekankan kepasifan dan

menolak ego sebagai keutamaan. Sebaliknya, Iqbal menekankan bahwa diri

otentik adalah diri yang kuat, bersemengat, dan otonom. Semangat dan

otonomi itulah yang mempertinggi kualitas diri.

Demikianlah konsep diri Muhammad Iqbal. Diri yang aktif, penuh

semangat dan optimisme. Filsafat Iqbal sepenuhnya meletakkan kepercayaan

pada manusia yang dilihatnya memegang kekuasaan tidak terbatas. Yakni

kemampuan mengubah dirinya sendiri dan dunia. Optimisme dan semangat

Iqbal terpancar dalam salah satu syairnya:

Be void of fear, grief, and axiesty;

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

53

Be hard as stone, be a diamond!

Whosoever strives hard and grips thigh,

The two worlds are illumined by him (Iqbal, 1920: 53)

2. Diri Mutlak/Tuhan

Pembahasan tentang Tuhan menjadi sangat menarik dalam pemikiran

Iqbal. Sebab, pemikiran filosofisnya yang menekankan eksistensi manusia,

mengundang pertanyaan bagaimanakah hubungan antara diri manusia dengan

Tuhan? Di mana letak peran Tuhan dalam diri manusia?

Iqbal percaya pada keterbatasan rasio manusia untuk memahami Tuhan.

Namun, kepercayannya itu tidak lantas membuatnya skeptis. Ia tetap

meyakini bahwa manusia mampu meperoleh pengetahuan langsung tentang

Tuhan, yakni melalui poses intuisi (Adian, 2003: 114).

Namun demikian, konsep intuisi Iqbal berbeda dengan konsep intuisi

kaum mistikus. Iqbal menolak konsep intuisi kaum mistik yang berasumsi

bahwa kontak langsung dengan Tuhan diperoleh melalui intuisi. Menurut

Iqbal, yang tersingkap pertama lewat intuisi adalah keberadaan ego/diri

kreatif, bebas, dan immortal. Sedangkan Tuhan dapat ditemui setelah manusia

meraih kesadaran tinggi akan ego kreatifnya.

Pemikiran Iqbal tentang Tuhan menurut Sharif terbagi menjadi tiga fase

(Sharif, 1984: 28). Fase pertama, berlangsung dari tahun 1901 sampai 1908.

Ini adalah masa-masa Iqbal menganut paham pantheisme. Pada saat itu, Iqbal

meyakini Tuhan sebagai Keindahan Abadi. Keberadaannya tidak teragantung

pada apapun dan mendahului segala sesuatu. Oleh karena itu, Tuhan

menampakkan diri dalam segala sesuatu.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

54

Tuhan sebagai keindahan abadi adalah penyebab gerak segala sesuatu.

Karen itu, keindagan abadi adalah sumber, esensi, dan ideal. Than bersifat

universal melingkupi segala sesuatu. Tuhan diibaratkan lautan, sedangkan

manusia seperti setetes air yang larut di dalamnya.

Fsae kedua, berlangsung mulai tahun 1908-1920. Masa ini bisa dikatakan

sebagai awal berkembangnya pemikiran Iqbal. Perubahan pemikiran Iqbal

pada masa ini tampak pada pandangannya tentang keindahan. Jika pada masa

pertama, ia menganggap bahwa keindangan sebagai yang kekal, efisien, serta

kausalitas terakhir dari cinta, gerakan, dan keinginan. Pada fase ini Iqbal

mulai sanksi dan pesimis terhadap kekekalan dari keindahan.

Pemikirannya pada masa ini banyak dipengaruhi oleh gurunya Mc Tagart

dan James Ward. Iqbal mulai tertarik pada konsepsi Mc Tagart tentang

keabadian pribadi. Iqbal juga melihat adanya cirri yang sama antara pluralis-

teistiknya Ward dan posisi metafisisnya Rumi. Lebih jauh Iqbal mengagumi

dan menjadikan Rumi sebagai pemimpin ruhaninya. Hal itu dikarenakan ide-

ide rumi yang mampu mengantisipasi ide fundamental Nietsche dan Bergson.

Demikianlah perkembangan pemikiran tokoh filsafat abad 20 ini, di bawah

pemikir Timur kuno dan beberapa pemikir Eropa Modern, Iqbal

mengembangkan filsafatnya. Melalui pemikiran „filsafat pribadi‟nya ini,

Iqbal menekankan perhatian pada efisiensi dan keabadian keindahan. Ia juga

berusaha menjauhkan diri dari filsafat platonisme dan mistik panteisme.

Pada masa ini, pandangan Iqbal mengenai Tuhan berubah. Tuhan sebagai

Hakikat Terakhir, Pribadi Mutlak, Ego Tertinggi kini dianggap sebagai

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

55

kemauan Abadi. Sedangkan keindahan adalah sebagai sifat dari Tuhan. Tuhan

menyatukan dirinya bukan dalam dunia yang terindera, melainkan dalam

pribadi terbatas. Karena itu, uaha mendekatkan diri kepadaNya hanya bisa

ditempuh melalui pribadi. Sehingga bisa dikatakan pencarian Tuhan bersifat

kondisional terhadap pencarian diri.

Mendekati Tuhan haruslah konsisten dengan ketinggian martabat pribadi.

Hal demikian hanya dapat diraih dengan kekuatan dan kemauan sendiri.

Sebab, Tuhan tidak bisa didekati hanya dengan meminta-minta dan memohon

semata. Sedangkan sifat meminta-minta dan memohon hanya

mempresentasikan kelemahan dan ketidakberdayaan.

Dengan menemukan Tuhan, seseorang tidak boleh membiarkan dirinya

terserap ke dalam Tuhan dan melenyap. Sebaliknya, manusia harus menyerap

Tuhan ke dalam dirinya. Dengan menyerap Tuhan ke dalam diri, tumbuhlah

ego. Ketika ego tumbuh menjadi superego, ia naik ke tingkatan wakil Tuhan.

Demikianlah gambaran konsepsi Iqbal mengenai Tuhan pada fase kedua

pemikir ini dapatannya. Masa ketiga perkembangan pemikiran Iqbal

berlangsng sekitar tahun 1920 hingga wafatnya 1938. Jika masa kedua

dianggap sebagai masa pertumbuhan, maka masa ketiga ini bisa dianggap

sebagai masa kedewasaan.

Pada masa ini, Tuhan menurut Iqbal adalah hakikat sebagai keseluruhan

yang spiritual -dalam arti individu dan satuan ego. Dia adalah suatu prinsip

kesatuan yang mengorganisasai dan berpangkal pada fitrah organism untuk

tujuan konstruktif. Ia dianggap ego karena seperti pribadi manusia. Ia adalah

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

56

ego karea menanggapi refleksi dan shalat manuisa. Tepatnya, dia adalah Ego

Mutlak.

Ego Mutlak adalah jiwa kreatif yang memiliki kemauan dinamis.

Kreativitasnya tidak sekedar menyusun dan membuat sesuatu yang sudah ada

(Enver, 2004: 109). Sebab, hal demikian hanya akan membuatNya tidak

sempurna dan tidak berdaya. Tidak ada sesuatu pun yang bisa membatasi

tenaga kreatifnya, Dia sepenuhnya jiwa kretif yang bebas.

Meski demikan, kebebasannya tersebut bukan dalam arti keruangan. Sebab

ketidakterbatasan ruang tidak bersifat mutlak. Tenaga hidup yang bebas

dengan kemungkinan tidak terbaas tersebut menunjukkan bahwa Dia Maha

Kuasa (Iqbal, 2008: 78). KeMahakuasaannya bukan berarti kekuatan yang

tanpa batas yang buta dan tidak terduga. Dalam beberapa hal, Dia dibatasi

oleh sifatNya, kebijaksanannya dan kebaikanNya sendiri.

Namun, batasan ini bukan berarti membuat Tuhan tidak berdaya ataupun

tidak mempunyai kekuatan. KekuatanNya dikaitkan secara inhern dengan

kebaikan dan kebijaksanaanNya. Maksudnya, kekuatan tak terbatas Tuhan

tidak muncul dalam kesewenang-wenangan. Tetapi tampak sebagai sesuatu

yang terulang-ulang, teratur dan tersusun. Karena kehendak Ilahi pada

dasarnya bergerak menuju arah kebaikan (Enver, 2004: 113).

Ego Mutlak adalah keseluruhan hakikat. Dalam hal ini, Ego terakhir

bersifat sempurna. Namun, kesempurnaannya bukan mengisayaratkan sesuatu

yang pasif dan mandeg (Sharif, 1984: 39). Kesempurnaannya

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

57

memperlihatkan ketidakterbatasan visi kreatifnya. Dia Maha Sempurna

sebagai wujud yang tidak putus-putus yang meliputi segalanya.

Kesempurnaan Ego Mutlak juga berarti tidak adanya reproduksi dalam

Dirinya. Sebagai Ego sempurna, Dia Mutlak unik. Dia tidak menciptakan

kembali „saingan-sainganya‟. Oleh sebab itu, Dia tidak berketurunan (Iqbal,

reconstruction, 1983: 117).

Ego Mutlak juga bersifat Mengetahui. PengetahuanNya tidak dapat

disamakan dengan wawasan pengetahuan manusia. Pengetahuan Ilahiah

digambarkan sebagai suatu kreatif yang hidup. pengetahuanNya tidak bisa

disamakan dengan pantulan cermin yang menyajikan deail-detail benda yang

ada di hadapannya. (Iqbal, reconstruction, 1983: 140).

Jika demikan, maka arti Tuhan hanya sekedar membuat catatan saja dari

segala ssuatu yang telah ada (Enver, 2004: 111). Sehingga memungkinkan

inisiatif dan kreatifitas bebas dari Tuhan menjadi tidak ada. Karena itu

semestinya kita memaknai pengetahuanNya sebagai kegiatan yang sadar diri

sepenuhnya. Suatu kegiatan yang di dalamnya mengetahui dan menciptakan

secara bersamaan (Sharif: 1984: 42). Artinya, pada saat yang sama kegiatan

Tuhan adalah mengetahui sekaligus menciptakan obyek pengetahuan.

Tidak hanya itu, melengkapi kesempurnaanNya, Tuhan juga abadi. Tetapi

abadi disini bukan dimaknai sebagai ada untuk selama-lamanya. Ini adalah

pandangan yang salah tentang waktu dan membua waktu sebagai sesuatu di

luar Dia. Waktu Tuhan bukanlah waktu serial yang bisa kita kenal.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

58

Iqbal menyebutnya dengan istilah waktu jasad yang kasar (Iqbal, 2008:

89). Yakni waktu yang tercipta dari perubahan-perubahan langit. Waktu

tersebut akhirnya dapat terbagi menjadi masa lalu, masa kini, dan masa

depan. Sehingga waktu itu berjalan sesuai kodrat, jika hari ini belum berlalu

tidak akan datang hari esok untuk menggantikannya. Sebaliknya, ada juga

waktu dari wujud-wujud ruhaniah yang juga memiliki sifat berurutan.

Perjalanan waktu ini sedemikian rupa sehingga masa satu tahun dalam waktu

jasad-jasad kasar, tidak lebih dari satu hari dalam waaktu ruhaniah (Iqbal,

2008: 89).

Di tingkat yang paling tinggi dari waktu-waktu ruhaniah, kita akan

menemukan waktu Ilahiyah, yaitu waktu yang secara mutlak terbebas dari

sifat-sifat rang dan tidak bisa dibagi-bagi. Waktu tersebut tidak mempunyai

pergantian dan perubahan. Sebab, Ego Mutlak adalah durasi murni (Sharif:

1984, 43). Maksudnya, waktu di dalamnya masa lalu tidak tertinggal di

belakang, ia bergerak dan beroperasi hingga masa sekarang.

Singkatnya, waktu murni dari diri sejati bukanlah rangkaian saat-saat yang

terpisah. Melainkan waktu yang diperlakukan sebagai pendahulu pengungkap

rahasia kemungkinan-kemungkinan. Yaitu waktu sebagaimana yang

dirasakan, bukan waktu sebagaimana yang dipikirkan dan diperhitungkan

(Sharif, 1984: 44).

Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan bahwa hubungan antara Diri Mutlak

dengan diri terbatas bisa digambarkan melalui tiga cara (Enver, 2004: 99):

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

59

a. Ego mutlak adalah realitas satu-satunya, dan ego-ego terbatas terserap

ke dalamnya. Ego terbatas tidak memiliki eksistensi, ia menyatu

dengan Ego Mutlak.

b. Ego Mutlak menarik ego-ego terbatas ke dalam dirinya tanpa

menghilangkan keberadaannya.

c. Ego Mutlak mungkin bisa dianggap terpisah dan mengatasi ego-ego

terbatas.

Pandangan yang pertama sarat dengan paham Pantheisme yang sering

dikutuk oleh Iqbal. Iqbal meyakini eksistensi ego terbatas yang mewujud

melalui intuisi diri. Dalam hidupnya, ego terbatas lah yang menyerap sifat-

sifat Ego Mutlak untuk mencapai kesempurnaan. Bukan Ego Mutlak yang

menyerap ego teratas bagaikan setetes air yang larut dalam samudera.

Demikian juga pandangan yang ketiga. Iqbal menolak bahwa super ego

bukan terpisah (transenden) seperti paham kaum theis klasik. Sebab ia

merupakan suatu kenyataan personal (Miss Luce dan Clauide Maitre, 1981:

56), bukan impersonal layaknya kekuatan, kemauan, cahaya, dan lain-lain. Ia

adalah kesadaran diri. Terbukti dari adanya respon Ego Mutlak terhadap ego

terbatas. Ia tidak tuli dari panggilan kita dan tidak buta terhadap perasaan dan

pikiran manusia.

Secara sederhana, Iqbal menempatkan Ego Mutlak dalam hidup bukan

sebagai Tuhan sebagaimana yang dimaknai oleh kaum pantheis dan theis

klasik. Ia menolak Tuhan sebagai pencipta yang menguasai dan menentukan

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

60

ihwal ciptaanNya. Tuhan menurut Iqbal mencipta secara tak terbatas, kreatif,

dan terus menerus.

Sedangkan posisi manusia terhadap Tuhan bukanlah boneka pasif bagi

kehendak Tuhan. Melainkan sebagai partner (co-creator) yang aktif

berpasrtisipasi dalam penciptaan kreatif Tuhan. Manusia dibekali Tuhan

kebebasan untuk dapat berpartisipasi aktif daam proses kreatif penciptaannya

(Adian, 2003: 115).

Manusia sebagai partner Tuhan mempunyai kebebasan untuk memilih dan

melakukan tindakan. Sehingga segala sesuatu yang terjadi pada manusia

bukanlah semata-mata kehendak Tuhan, tetapi pilihan manusia itu sendiri,

sedangkan Tuhan hanya sebagai partner kerja manusia. Singkatnya, Tuhan

tidak akan menciptakan perubahan tanpa usaha dari manusia sendiri.

Melalui proses inilah manusia akan bermuara pada derajat insane kamil,

yaitu derajat tertinggi pencapain ego manusia. Insan kamil hanya dapat diraih

oleh manusia yang selalu aktif, mengerahkan segala daya kreatifnya untuk

menuju kesempurnaan.

3. Insan Kamil

Ego dalam pandangan Iqbal menunjukkan diri yang kuat, optimis, dan

membenci kelemahan. Iqbal meyakini bahwa Tuhan yang menyatakan

diriNya bukan dalam dunia yang terindra melainkan dalam pribadi yang

terbatas. Maksudnya, Tuhan menampakkan diri dalam pribadi manusia.

Karna itu, usaha mendekatkan diri kepada Tuhan hanya mungkin dilakukan

melalui pribadi. (Sharif, 1984: 35)

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

61

Dengan demikian, usaha mencari Tuhan bersifat kondisional terhadap

pencarian diri sendiri. Sebab, Tuhan menurut Iqbal tidak bisa diperoleh

dengan meminta-minta dan memohon semata. Sikap demikian tak ubahya

hanya akan menunjukkan kelemahan dan ketidakberdaaan manusia.

Paham Iqbal mengenai Tuhan merupakan paham yang menekankan

eksistensi diri manusia. Iqbal tidak mengangggap Tuhan sebagai pencipta,

penguasa alam, maupun anggapan lain yang menyatakan bahwa Tuhan

sebagai zat yang patut disembah, tempat untuk meminta dan lain sebagainya.

Sebab, menurut Iqbal paham demikian hanya menunjukkan ketidak

berdayaan dan kelemahan manusia. Singkatnya, hal itu akan menodai

eksistensi ego manusia.

Sebaliknya, Iqbal dengan teorinya tentang konsep diri menegaskan bahwa

Tuhan adalah partner hidup manusia. Selain mempertegas eksistensi diri

manusia, hal ini juga mennjukkan bahwa manusia merupakan daya kreatif.

Paham demikian sekaligus memberi gambaran bahwa manusia memiliki

kemampuan dan kekuatan untuk mencipta apapun saja, sedangkan Tuhan

berperan sebaai rekan kerja manusia.

Manusia sebagai daya kreatif harus berperan aktif dalam menentukan

hidupnya sendiri. Sehingga, dalam setiap peristiwa yang terjadi manusia tidak

akan menyalahkan takdir Tuhan. Sebab, dalam setiap usaha yang dilakukan,

manusia menjadi tokoh utama sekaligus penent keberhasilan dari setiap

usahanya Tuhan sebagai partner hanya bertugas mengiringi dan membant

kapanpun manusia membutuhkan.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

62

Paham yang berakar pada konsep Iqbal tentang individualitas ini jelas

mempertegas eksistensi manusia. Manusia bukan hanya dianggap sebagai

hamba Tuhan yang pasrah terhadap takdir yang menimpanya. Tetapi manusia

sebaga ego kreatif yang mampu menentukan hidupnya sendiri.

Jika hubungan antara manusia dan Tuhan sudah berjalan layaknya partner

kerja, maka kedekatan akan terjalin. Kedekatan dengan Tuhan ini lah yang

akan mengantarkan manusia menuju insan kamil. Pendekatan itu tidak hanya

dapat diperoleh melalui kesadaran akan diri. Dalam pandangan ini, Iqbal

seolah menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah dzat yang jauh melampaui

apapun hingga tak dapat dijangkau oleh manusia. Sebaliknya, Iqbal

merepresantasikan Tuhan sebagai Ego Mutlak yang dekat dan berada pada

pribadi manusia yang telah mencapai individualitasnya.

Paham ini menunjukkan optimisme konsep diri Iqbal dalam mencapai Ego

Mutlak. Melalui upaya pencarian dan pengenalan pada diri manusia itu

sendiri, dengan mudah akan mengenal Tuhan. Sebab, usaha mengenal Tuhan

berjalan searah dengan upaya mengenal diri sendiri. Inilah konsepnya yang

diebut dengan insan kamil.

Konsep insan kamil dalam filsafat Iqbal merupakan sintesis dari

pandangan filsafat Barat dan filsafat Islam. Insan kamil adalah mukmin yang

di dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kearifan. Sifat-

sifat luhur ini ada dalam akhlak nabawiI sehingga sang mukmin akan menjadi

tuan bagi nasibnya sendiri secara bertahap mencapai tingkat kesempurnaan.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

63

Kesempurnaan atau insan kamil tersebut, hanya dapat dicapai hinga ego

melampuaui proses yang mencangkup tiga tahap (Miss Lucw dan Claude

Maitre, 36-37):

1. Ketaatan kepada hukum, hal ini merupakan realisasi dari sikap disiplin

diri secara tepat.

2. Penguasaan diri sendiri yang merupakan bentuk tertinggi dari

kesadaran pribadi.

3. Pencapaian kekhalifahan Ilahi, dalam hal ini Nabi adalah manusia

ungul dengan diri paling sempurna. Dia lah khalifah Allah di muka

bumi yang menjadi figure panutan dalam mewujudkan insan kamil

C. Relevansi Pemikiran Muhammad Iqbal Terhadap Pendidikan Islam

1. Kehendak Kreatif Sebagai Dasar Pendidikan Islam

Kehendak kreatif merupakan istilah Iqbal yang paling tpat untuk

mengawali embahasan mengenai pendidikan. Kehendak kreatif mengandung

pengertian keinginan dan keecnderungan manusia untuk selalu bergerak,

mengembangkan diri kea rah yang lebih bak. Istilah ini terlahir dari inti

pemikiran filosofisnya tentang diri manusia. Diri sebagai kehendak kreatif

memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya sendiri, tanpa campur

tangan sesuatu di luar dirinya (Saiyidain, 1981: 21).

Manusia dengan kebebasannya adalah penentu bagi kehidupannya sendiri.

Oleh karena itu keaktifan adalah kunci manusia dalam mengarungi

kehidupan. Hal ini menuntut adanya inisiatif manusia untuk menentukan

tujuan hidupnya sendiri. Sehingga dalam setiap sesuatu yang terjadi, manusia

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

64

tidak semestinya menyalahan takdir Tuhan yang telah ditetapkan saat

penciptaan manusia.

Namun demikian, kebebasan dalam kehendak kreatif Iqbal bukanlah

kebebasan yang bua tana tanggung jawab (Roswantoro, 2008: 162). Diri

manusia bertanggung jawab atas keaktifan dan kepasifan tindakannya sendiri.

Setiap keputusan yang diambil akan menimbulkan akibat dan resiko ang akan

ditanggungna sendiri. Di sinilah letak tanggung jawab dalam kebebasan

manusia. Selain itu, kebebasan individu juga dibatasai oleh kebebasan orang

lain.

Kebebasan dalam kehendak kreatif Iqbal ini berbeda denan konsep

Bergson dan Nietsche. Kedua tokoh yang mempengaruhi pemikiran filosofis

Iqbal ini mengartikan kehendak kreatf sebagai khoatis, buta tanpa tujuan.

Sedangkan Iqbal menolak pandangan terebut dengan mengatakan bahwa

kehendak kreatif adalah sesuatu yang bertujuan (Adian, 113). Eksistensiaisme

religious Iqbal mengantarkan pada pemahaman bahwa diri selalu bergerak

menuju realitas ultim: Tuhan. Tuhan lah sebagai tujuan tertinggi dari seluruh

kehendak kreatif manusia.

Kehendak kreatif merupakan kekuatan yang mendorong manusia menuju

individualitasnya. Filosof eksistensialis ini menganggap kehendak sebagai

hakikat inti kepribadian manusia (Enver, 2004: 61). Sehingga bisa dikatakan

bahwa manusia yang tidak berkehedak sama halnya dengan kehilangan

kemanusiaannya. Sebab, kehendak ini lah yang mendorong manusia untuk

terus aktif dan berkreasi.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

65

Manusia yang tidak memiliki kehendak dan hanya menjadi pengikut orang

lain tidak akan menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Manusia demikian jauh dari

tingkatan kesadaran diri apalagi individualitas. Sebab, manusia tersebut tidak

memiliki insiatif untuk mengembangkan kepribadiannya. Padahal kehendak

kreatif Iqbal mengisyaratkan diri yang mampu berperan aktif dalam

mengembangkan kepribadian dan menentkan ujun hidupnya sendiri.

Berdasarkan asumsi bahwa manusia adalah kehendak kreatif, Iqbal

menolak determinisme dan kepasifan. Keaktifan dan kebebasan manusia

menjadi hakikat yang akan mempertinggi kualitas diri. Kehendak kreatif ini

juga yang menjadi pembeda antara diri manusia dengan diri-diri yang lain.

Berbekal kehendak kreatif, manusia dapat mencapai tingkatan wakil

Tuhan. Sebab otonomi yang diberikan Tuhan ini memungkinkan manusia

untuk sebanyak mungkin menyerap sifat-sifat Tuhan dalam dirinya. Sifat-

sifat dasa dari individualitas Tuhan yang diserap tersebut adalah kreatif, aktif,

dan dinamis. Dengan menyerap sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya

berdasarkan pilihan dan putusannya sendiri akan tumbuhlah ego. Dalam

keadaan demikian dia menjadi wakil Tuhan. Menjadi wakil Tuhan adalah

kesadaran puncak kebebasan dan kemandirian diri sebagai akibat dari

penemuan ego terbatas terhadap ego Mutlak, Tuhan.

Dalam konsep pendidikan, diri sebagai kehendak kreatif adalah potret dari

sifat asli manusia yang masih perlu dikembangkan. Di sinilah letak peluang

bagi usaha pendidikan dalam pengembangan kepribadian manusia.

Bahwasanya dalam kehendak kreatif ini manusia selalu memiliki

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

66

kecenderungan untuk bergerak dan mengembangkan dirinya untuk mencapai

kesempurnaaan.

Selain itu, kehendak kreatif manusia mengandung arti kebebasan manusia

dalam menentukan hidupnya sendiri. Manusia bebas melakukan kreativitas

untuk menciptakan perubahan dalam hidupnya. Ihwal demikian memberi

bukti relevanasi gagasan Iqbal dengan pendidikan Islam sebagaimana yang

termaktub daam salah satu aat al-qur‟an yang menjadi sumber bagi

pendidikan Islam.

ن ب ي يديو ومن خلفو يفظونو من . بات م ر ما بقوم لو معق أمر اللو إن اللو ال ي غي

ن دونو من روا ما بأن فسهم وإذا أراد اللو بقوم سوءا فال مرد لو وما لم م حت ي غي

وال

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka

tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi

mereka selain Dia (Q.S. Ar-Ra‟du: 11)

Ayat di atas membuktikan bahwa Allah memberikan kebebasan bagi gerak

manusia untuk merubah hidupnya sendiri. Allh tidak akan merubah keadaan

seseorang sampai ia berusaha menciptakan perubahan bagi dirinya

sendiri.dalam ayat ini tersirat makna untuk tidak begitu saja tunduk dan

menyerah trhada segala yang terjadi dalam hidup. Tetapi, manusia memiliki

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

67

otonomi untuk melakukan perubahan. Dalam bahasa Iqbal, otonomi itulah

yang akan meninggikan derajat diri manusia dibandingkan makhluk-makhluk

yang lain.

Tidak hanya itu, ada alasan mendasar yang membuktikan bahwa kehendak

kreatif Iqbal memiliki relevansi dengan dasar pendidikan Islam. Selain fakta

bahwa pemikiran-pemikiran Iqbal secara keseluruhan bersumber dari ajaran

al-Qur‟an dan hadis yang juga merupaan sumber bagi pendidikan agama

Islam. Terdapat fakta lain yang sesungguhnya ada pada diri Iqbal. Penetapan

kehendak kreatif sebagai dasar pendidikan Islam mengisyaratkan bahw ada

suber lain yang dapat menjadi landasan dan sumber kebenaran.

Iqbal meyakini ijtihan sebagai sumber norma kehidupan manusia.

Sedangkan ijtihan merupakan salah satu bentuk kehendak kreatif manusia

dalam menafsiri ayat-ayat tertulis. Sebab, jika hanya mengandalkan

penafsiran al-quran dan hadis manusia kan terperangkap dalam penafsiran

tekstal al-quran dan hadis yag seringkali sudah tidak relevan degan kehidupan

sosial saat ini. Sebagai penengah, iqbal meyakini ijtihad sebagai upaya

menafsiri teks-teks kitab suci secara kontekstual.

Namun demikian, Iqbal tetap menempatkan kehendak bebas manusia pada

psisi pertama. Menurutnya, sumber kebenaran adalah sesuatu yang lahir atas

dasar kesadaran dan berasal dari dalam dirinya sendiri. Sebab, dalam keadaan

demikian manusia bebas dari determinasi dan pengauh orang lain untuk

menaati pedoman kebenaran yang berlaku umum. Dengan catatan, kehendak

kreatif manusia ini tidak berlawanan dengan al-qur‟an dan hadis.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

68

2. Manusia Otentik Sebagai Tujuan Pendidikan Islam

Gagasan mengenai manusia otentik merupakan implikasi dari

eksistensialisme religius Iqbal. Secara bahasa, otentik memiliki arti asli,

murni, dan benar (kamus ilmiah populer). Sedangkan manusia otentik dalam

pandangan Iqbal adalah manusia yang bebas dan tidak terpengaruh oleh orang

lain (Roswantoro, 2008: 148). Keasliannya terletak pada keteguhan

pndiriannya untuk tidak begitu saja terpengaruh leh dunia di luar dirinya.

Gagasan manusia otentik ini berangkat dari konsepnya tentang

individualitas. Menjadi manusia otentik berarti sepenuhnya sadar terhadap

dirinya sendiri, bahwa dirinya bebas menilai, menimbang dan menentukan

nasibnya sendiri. Manusia otentik berasal dari dalam diri bukan dari luar.

Karakteristik utama dari manusai otentik adalah sadar diri, bebas, kritis, dan

bertanggung jawab (Roswantoro, 2008: 83).

Manusia otentik adalah manusia yang sadar akan eksistensinya di dunia.

Dengan demikian, manusia otentik akan dengan mudah menjalani hidup

sesuai dengan perannya. Sedangkan, peran manusia otentik dalam hidup ini

adalah sebagai actor, yang menentukan sendiri arh hidunya dan tidak

terpengaruh oleh diri di luar dirinya.

Dalam bahasa pendidikan, manusia otentik adalah gambaran manusia ideal

yang telah mencapai segala aspek dalam dirinya. Manusia tersebut telah

matang secara kognitif, akfektif, dan psikomotorik. Matang secara kognitif

maksudnya, manusia terbut telah mampu mengaktualisasikan akalnya secara

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

69

optimal. Ihwal demikian memungkinkan manusia ini memiliki kecerdasan

intelektual.

Matang secara afektif berarti manusia tersebut tlah memiliki sikap ideal

yang dicita-citakan dalam pendidikan. Dalam dunia pendidikan Islam

manusia tersebut biasa disebut dengan manusia yang berakhlakul karimah.

Sehingga dengan berakhlak, manusia tersebut telah memiliki kecerdasan

spiritual yang mantap. Manusia tesebut telah paham bagaimana bersikap dan

berperan dalam hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia

maupun alam sekitarnya.

Tidak hanya itu, manusia otentik juga memiliki cirri matang secara

psikomotrik. Hal ini memungkinkan manusia ini untuk tidak hanya cerdas

secara intelektual dan spiritual saja, namun juga memiliki ketrampilan.

Dengan kecerdasan ini manusia otetik minimal pandai berperilaku sesuai

denan kapasitasnya sebagai manusia terdidik.

Manusia otentik akan cerdas menjalani perannya sebagai actor dalam

hidup. Ia mampu menciptakan sendiri tujuan hidup dan gambaraan manusia

ideal yang akan dicapainya. Tidak berhenti sampai di sini, usaha keras untuk

mencapai tujuan pun akan dilakukannya dengan sukarela dan bangga, sebab

tujuannya ini murni berangkat dari dalam dirinya. Bukan hasil bentukan

orang lain, apalagi paksaan dari kelompok universal yang ada.

Inilah yang disebut oleh kaum eksistensials bahwa menjadi manusa harus

berangkat dari dalam dirinya (Roswantoro, 2008: 84). Bernagkat dlam didi

yang dimaksud dalah seseorang memuliki kesadaran diri dan kebebasan daam

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

70

meentukan siapa dirinya dan akan menajdi apa. Manusia memiliki pilihan-

pilihan bebas dan sadar atas penentuan dirinya sendiri

Untuk menjadi manusia otentik, diri manusia harus memiliki sifat bebas,

kritis, dan bertanggung jawab. Kebebasannya terletak pada kemampuannya

dalam menentukan tujuan hidupnya yang ebbas dari campur tangan orang

lain. Sedangkan kritiknya dalah bagian dari proses eksistensialnya yang

betujuan.

Tanggung jawabnya terletak di balik kebebasan diri yang dimilikinya,

bahwa kaibat dari setiap keputusan yang diambul denga kebebasan akan

menyisakan resiki yang harus ditanggun oleh dirinya sendiri. Sehingga

menjadi diri otentik di sini berarti mengaktualisasikan kebebasan dengan

tanggung jawab yang harus dipikulny sendiri. Buka berbuat bebas tanpa batas

dan semaunya sendiri tanpa pertangungawaban

Manusia otentik memiliki pribadi yang tangguh dan tidak mudah

terpengruh. Laku hidupnya selalu berasal dari inisiatifnya sendiri sebagai

penentu. Hidup aktif menjadi konsekuensi yang harus dijalani untuk

mencapai cita hidup yang telah ditentukanya sendiri. Dengan demikian,

kegiatan meniru dan mengikuti kebiasaan dan kecenderungan masyarakat

pada umumnya menjadi hal yang haram dilakukan bagi manusia otentik versi

Iqbal.

Menjadi wajar jika manuia otentik menjadi gambawan manusia ideal yang

akan dicapai dalam proses pendidikan. Dalam hal ini, usaha pendidikan

sepenhnya diarahkan untuk membentuk individu yang sadar diri, beas, kritis,

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

71

dan bertanggung jawab. Manusia otentik bukan sekedar diri yang telah

mencapai individualitasnya. Tetapi manusia yang juga mampu

mengaktualisasikan segala kemampuan dirinya. Sehingga manusia otentik

dalam dunia pendidikan ini adalah manusia yang memiliki kecerdasan

intelektual, spiritual, dan ketrampilan.

Kesempuranaan kecerdasan manusia otentik tersebut yang akan

mengantarkan manusia menjadi wakil Tuhan di bumi. Sebagai mana tersurat

dalam Q.S. Fathir: 39.

الذي جعلكم خالئف ف الرض فمن كفر ف عليو كفره وال يزيد الكافرين كفرىم ىو

م إال مقتا وال يزيد الكافرين كفرىم إال خسارا عند رب

Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.

Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya

sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah

akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-

orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian

mereka belaka (Q.S. Fathir: 39).

Namun demikian, gagasan manusia otentik sebagai tujuan pendidikan

Islam yang ditawarkan Iqbal ini bukanlah berlawanan dengan insan kamil

seabagai tujuan pendidikan Islam yang telah banyak dikenalkan oleh tokoh-

tokoh lain. Jika insane kamil adalah konsep tentang manusia sempurna, maka

manusia otentik adalah tangga untuk mencapainya.

Insane kamil menggambarkan sosok manusia yang memliki akhlak nabawi

dan sifat-sifat ketuhanan. Akhlak nabawi yang dimaksud adalah manusia yang

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

72

memiliki perilaku sesuai akhlak Rasulullah. Sedangkan sifat ketuhanan,

ditujukan pada manusia yang sebisa mungkin menyerap sifat-sifat Tuhan

dalam dirinya. Ketika sifat-sifat ketuhanan memancar dalam diri seorang

muslim, saat itu lah predikat insan kamil telah ditaklukkan.

Namun demikian, Iqbal memiliki pemahamam bahwa cita insan kamil ini

adalah sebuah tujuan yang tidak akan pernah sepenuhnya dapat dicapai oleh

manusia (Saiyidain, 1981: 143). Insane kamil terlalu utopis untuk

diwujudkan. Cita demikian hanya menjadi petunjuk dan tolak ukut seberapa

jauh usaha manusia telah berhasil. Selain itu, cita yang tidak dapat

sepenuhnya teraih tersebut, hanya merupaan daya pendorong bagi gerak

manuia yang berusaha mewujudkannya.

Manusia, dengan segala usahanya hanya akan mampu mendekati

kesempurnaan. Semakin dekat diri seserang dengan kesempurnaan., maka

akan semakin tinggi derajat kemanusiaannya. Denga demikian, insan kamil

hanya dapat didekati oleh diri yang tangguh, semangat, dan tidak kenal

menyerah.

Pemahaman ini bukan bertujuan untuk menghakimi apalagi

menghancurkan keyakinan akan insan kamil yang selama ini telah menjadi

cita manusia ideal sekaligus tujuan akhir hidup dan proses pendidikan.

Sebaliknya, Iqbal berupaya memberikan gambaran konkret mengenai

manausia dea yang dicita-citakan, yang dengannya insane kamil bukan lagi

sebagai cita yang mengawang dan sulit dijangkau. Insan kamil yang diarikan

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

73

manusia yang mampu menyerap sebanyak mungkin sifat-sifat Tuhan, baginya

telah terwjud dalam manusia otentik miliknya.

Manusia otentik dengan karakteristiknya yang sadar diri, telah mampu

menghayati dan melampahkan perannya sebagai actor dalam hidup.

Kehendak bebasnya telah mamu menciptakan sendiri tujuan hidupnya,

sehingga tidak lagi mengekor pada keumuman masyarakat. Kreatifitasnya

menuntut keaktifan untuk senantiasa bergerak dan mengembangkan diri,

hingga mampu mengantarkannya menjadi co-worker (partner kerja) Tuhan.

Dengan demikian, manusia otentik ecara otomatis telah mampu menyerap

sifat-sifat dasar dari individualitas Tuhan yang berkehendak, aktif, bebas,

dinamis dan kreatif. Ini lah yang disebut dengan menemukan Tuhan sebagai

Diri, yaitu Diri Mutlak. Dalam keadaan demikian, manusia menjelma menuju

tingkatan wakil Tuhan (wakil Allah). Menjadi wakil Tuhan adalah kesadaran

puncak kebebasan dan kemandirian menjadi diri, sebagai akibat dari

penemuan diri terhadap diri mutlak.

Demikianlah potret manusia ideal yang menjadi tujuan pendidikan Islam,

manusia yang sadar diri dan mampu menjalankan perannya sebagai wakil

Tuhan di bumi. Sehingga hal mendasar yang perlu dilakukan dalam

pendidikan adalah menumbuhkan kesadaran diri peserta didik hingga

mencapai individualitasnya. Individualitas inilah yang menjadi dasar

terbentuknya diri yang otentik.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

74

3. Relasi pendidik dan peserta didik.

Pendidik merupakan salah satu komponen terpenting dala proses

pendidikan. Secara umum, pendidik adlaah mereka yang memiliki tanggung

jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan

kewajibannya melakasanakan proses pendidian (Marimba, 1986: 37).

Peran pendidik selain harus mampu transfer of knowledge juga mampu

transver of value. Oleh karena itu pendidik seringkali berperan sebagai

motiator dan fasilitator agi peserta didiknya. Dengan paradigma ini seorang

pendidik harus mampu memotivasi dan memfasilitasi peserta didik agar dapat

mengaktualisasikan sifat-sifat Tuhan sebagai potensi tersimpan yang perlu

dikembangkannya (Langgulung, 1988: 86).

Sedangkan peserta didik dalam pendidikan Islam merupakan orang yang

belum dewasa dan memiliki sejmlah potensi dasar (fitrah) yang perlu

dikembangkan (Suharto, 2013: 119). Dalam hal ini peserta didik adalah

makhluk Allah yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental,

intelektual, maupun psikologisnya. Oleh sebab itu, ia senantiasa memerlukan

bantuan, bimbingan, dan arahan dari pendidik. Dengan tujuan agar dapat

mengembangkan potensinya secara optimal dan menuju kedewasaan.

Sebutan pendidik bagi istilah guru disini bukan tanpa alasan. Istilah

pendidik dan peserta didik digunakan untuk mengisyaratkan adanya

partisipasi guru dan murid dala proses pembelajaran (Tafsir, 2012: 146).

Partisipasi tersebut menunjukkan adanya peran yang sama dari pendidik dan

peserta didik dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan. Kedudukan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

75

pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan adalah subjek

pendidikan. Sehingga hubungan keduanya terjalin secara interaktif dan

komunikatif.

Muhammad Iqbal, dalam teorinya tentang konsep diri seacra implisit juga

mengulas hal tersebut. Dalam pandangannya mengenai pendidikan, Iqbal

memiliki pandangan tersendiri mengenai relasi antara pendidik dan peserta

didik dalam proses pembelajaran. Pandangan Iqbal ini sangat berlainan

dengan konsep pendidik dan peserta didik dalam sistem pembelajaran

konservatif yang biasanya meletakkan peserta didik sebagai objek dari proses

pendidikan. Hal ini sebagaimana tersirat dalam puisi Iqbal yang termaktub

dalam Bal-I Jibril:

Apakah gerangan guru itu?

Guru bagaikan Pembina insan!

O, betapa tepat ucapan filosof Qaani

Dalam mengulas cara membimbing siswa;

„bila kau inginkan tamanmu bermandi cahaya,

Jangan kau bentangkan benteng pembendung pancaran surya‟ (Saiyidain,

1981: 56)

Mengacu pada puisi ini dapat dipahami bahwa penddik dalam pandangan

Iqbal memang diangap sebagai pembimbing. Namun pembimbing disini tidak

diartikan sebagai orang yang selalu menuntun dan mengarahkan apapun yang

akan dikerjakan oleh peserta didik. Cara membimbing peserta didik menurut

Iqbal adalah dengan membiarkan peserta didik berkembang dengan

sendirinya dan tidak membatasi peserta didik dari dunia luar. Sebab dengan

demikian peserta didik akan mampu menemukan kecenderungan dan

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

76

keinginan yang akan menjadi tujuan hidupnya. Dengan menentukan

tujuannya sendiri, sikap tanggung jawabpun akan tumbuh dengan sendirinya.

Sehingga peserta didik akan mampu sadar diri dan mencapai individualitas.

Ihwal demikian semakin memperkuat gagasan konsep diri Iqbal yang

menganggap pendidik sebagai Diri Mutlak (Tuhan). Sedangkan peserta didik

adalah diri terbatas atau co-worker Diri Mutlak. Kedudukan manusia atau

peserta didik sebagai co-worker Diri Mutlak menunjukkan relasi keduanya

sebagai rekan kerja. Rekan kerja dalam melaksanakan proses bernama

pendidkan dan bekerja sama dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Gagasan Iqbal mengenai pendidik sebagai Diri Mutlak ini sesuai dengan

ayat al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa seorang pendidik harus berjiwa

rabbani (Budianto, 2010: 71), sifat-sifat ketuhanan.

بشر أن ي ؤتيو اللو الكتاب والكم والنب وة ث ي قول للناس كونوا عبادا ل من ما كان ل

دون اللو ول كن كونوا ربانيي با كنتم ت علمون الكتاب وبا كنتم تدرسون

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al

Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:

"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah

Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang

rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu

tetap mempelajarinya.(Q.S. Al-Imran: 79)

Dalam proses pendidikan, pendidik sebagai Diri Mutlak berperans sebagai

partner bagi peserta didik dalam mencapai individualitasnya menuju manusia

otentik. Diri Mutlak sebagai figure sentral dan menjadi tujuan dalam setiap

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

77

aktivitas pendidikan. Maksudnya, Diri Mutlak di sini berperan sebagai

teladan yang sifat dan perilakunya akan diserap sebanyak mungkin oleh diri

terbatas (peserta didik). Namun demikian penyerapan sifat-sifat tersebut

bukan untuk menenggelamkan diri peserta didik ke dalam diri pendidik dan

menghilangkan sama sekali individualitas peserta didik. Sebaliknya, hal

demikian akan mempertegas individualitas peserta didik.

Penegasan individualitas yang dimaksud terletak pada kebebasan yang

diberikan oleh Diri Mutlak. Kebebasan tersebut berupa kebebasan berkreasi

sesuai dengan kehendaknya sendiri. Diri terbatas memiliki kebebasan untuk

menilai dan memertimbangkan sifat-sifat Diri Mutlak, untuk kemudian

memutuskanakan berkreasi atau tidak, akan menyerap sifat-sifat Diri Mutlak

atau tidak.

Namun dalam proses penyerapan sifat-sifat Diri Mutlak tidak sepenuhnya

diri terbatas meniru sifat-sifat tersebut hingga seolah menjadi duplikasi dari

gurunya. Dalam proses tersebut terdapat ruang di mana diri terbatas dapat

berkreasi seusai kehendaknya sendiri. Meskipun kebebasannya tersebut tidak

sepenuhnya berlawanan dan menentang Diri Mutlak. Sebab kebebasan yang

dimaksud bukanlah kebebasan tanpa tanggung jawab.

Jika sudah demikian, yang terjadi bukanlah penenggalaman diri terbatas ke

dalam Diri Mutlak dan menghilangkan individualitas diri terbatas sama

sekali. Kebebasan berkreasi justru akan melahirkan diri terbatas yang

memiliki karakternya sendiri. Karakter yang tidak sama dengan Diri Mutlak,

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

78

dan juga tidak menentang Diri Mutlak. Memiliki karakter yang khas dan

berbeda dengan yang lain menjadi ciri utama manusia otentik. Sehingga bisa

dikatakan penyerapan sifat-sifat Diri Mutlak dalam proses pendidikan akan

menghasilkan manusia otentik.

4. Pendidikan Kepribadian Sebagai Karakter Pendidikan Islam

Iqbal berpandangan bahwa pedidikan adalh proses menuju individualitas

tertinggi manusia. Bahkan, menurut Iqbal semua organism hidup selalu

berjuang untuk mencapai tingkat individualitasn yang lebih kompleks dan

sempurna. Hanya saja, dari keseluruhan makhluk hidup, hanya manusia lah

yang mampu mencapai tingkat kedirian tertinggi. Manusia pula lah yang

erupakan makhluk paling sadar terhadap realitasnya.

Memupuk individualitas baginya merupakan tujuan tertinggi dari segala

usaha pendidikan maupun usaha kegiatan sosial lainnya. Individualitas

merupakan suatu hasil yang hanya dapat dicapai melalui jerih-jerih payag dan

perjuangan yang tekun (Saiyidain, 1981: 34). Sedangkan proses tersebut, di

antaranya berlangsng dalam kegiatan pendidikan.

Iqbal sepenuhnya percaya pada ineraksi antara individu dengan

lingkungannya sebagai media aktualisasi diri. Terlibat dalam sebuah

organisasi misalnya, dipandang Iqbal sebagai titik temu atau kesepakaan

bersama antar individu. Tetapi yang menjadi catatan adalah komunitas

kolektif tersebut tidak menjelma sebagai hegemoni terhadap individu-

individu yang ada di dalamnya (Roswantoro, 2008: 152). Kolektivisme Ibqal

leih merpakan komunitas terbuka bagi perubahan dan perkembangan bagi

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

79

indiidu-individu di dalamnya. Singkatnya, individu tetap sebagai mtor

penggeraksuatu organisasi atau kolektivisme, bukan sebaliknya.

Lebih lanjut, Iqbal menegaskan bahwa sikap menyendiri dan tertutup

terhadap segala kejadian sosial di sekelilingnya hanya akan menimbulkan

penyakit egosentris (Roswantoro, 2008: 34). Maksudnya, manusia itu hanya

memusatkan perhatiannya pada diri sendiri, tanpa memperhatikan realitas

sosial yang ada. Padahal manusia hidup di dunia tidak pernah dapat lepas dari

realitas sosial yang mengelilinginya.

Individualitas merupakan perkembangan dari kepribadian manusia. Sejak

lahir, setiap manusia dibekali oleh Tuhan suatu kepribadian. Kemudian,

setelah memperoleh pngaruh dari lingkungan sekitarnya, kepribadian tersebut

dapat berkembang menuju individualitas. Tidak mudah bagi sseorang untuk

mencapai individualitas selain harus melalui usaha keras tanpa kenal lelah.

Komitmen dalam menenun kepercayaan diri, memperkuat ego dan

membuang ketergantungan pada orang lain menjadi frmula ampuh untuk

mencapai individualitas.

Sebab dibutuhkan perjuangan dan usaha keras itulah, tidak semua orang

dapat meraih individualitas. Jalaludin dan Usman Said menyatakan bahwa

mengembangkan kepribadian menuju individualitas adalah hak seseorang

(Jalaludin dan Usman Said. 1994: 90). Jadi tidak ada tuntutan bagi seseorang

untuk mengambangkan kepribadiannya. Hanya saja, pencapaian individuaitas

dengan jalan mengembangkan kepribadian adalah yang utama.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

80

Pada dasarnya, kepribadian merupakan ciri khas yang dapat membedakan

satu orang dengan orang lainnya. Kepribadian tersebut dapa dibentuk melalui

bimbingan darai luar (Jalaludin dan sman Said. 1994: 91). Kenyataan ini lah

yang memberi peluang bagi usaha pendidikan untuk memberi andil dalam

upaya pembentuka kepribadian menuju individualitas. Dalam hal ini,

pendidikan yang bercorak Islam harus mampu mengantarkan pribadi manusia

menuju individualitas tertinggi yang pada akhirnya akan bermuara pada

tingkatan manusia otentik.

Individualitas tertinggi dalam pandangan Iqbal merupakan kesadaran

tertinggi manusia, yaitu kesadaran atas diri dan realitasnya sebagai khalifah

Allah di muka bumi, ini lah yang disebut Iqbal dengan manusia otentik.

Sebab, ketika manusia telah mampu mencapai kesdaran tertinggi akan

dirinya, manusia tersebut akan mengerti bagaimana cara menempatkan diri

dan berperan dalam kehidupan. Baik berperan sebagai individu dalam

hubungannya dengan diri sendiri, sebagai makhluk sosial dalam interaksi

dean masyarakat, maupun manusia sebagai khalifah Allah.

Hal demikian tentu saja sejalan dengan tujuan pendidikan Islam untuk

mewujudkan manusia otentik. Sedangkan individualitas merupakan

parasayarat bagi seseorang untuk mencapai manusia otentik. Singkatnya,

derajat otentik hanyadapat diraih oleh individu yang telah mencapai

individualitasnya. Sehingga semua pembelajaran diarahkan untuk mencapai

tujuan mulia tersebut.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

81

Dengan demikian, tidak heran jika dalam pendidikan Islam, pendidikan

kepribadian menjadi sasaran utama dalam seluruh proses kegiatan

pembelajaran. Pendidikan untuk mengembangkan kepribadian juga menjadi

karateristik pendidikan Islam itu sendiri. Inilah konsep pendidikan Islam yang

diusung oleh Iqbal, filosof yang pemikirannya berpusat pada kajian tentang

manusia.

Sumbangan terbesar Iqbal bagi dunia pendidikan terletak pada konsepnya

tentang individualitas. Menurutnya, setiap pengembangan teori pendidikan

yang mantap harus memiliki konsep tertentu tentang individualitas dan

kriteria manusia ideal yang dicita-citakan. Baginya, manusia otentik (sebutan

iqbal bagi manusia ideal) inilah yang menajadi tujuan pendidikan dan tujuan

hidup manusia (Saiyidain, 1981: 113).

Konsep Iqbal tentang individualitas ini berangkat dari pemikiran

filosofisnya tentang diri, atau dalam bahasa Parsi disebut dengan khudi. Diri

dalam pandangan Iqbal merupakan pusat dari seluruh organisasi manusia

(Saiyidain, 1981: 24). Sehingga tidak heran jika dalam setiap karyanya, Iqbal

berusaha sedemikian rupa utuk mempertegas eksistensi diri manusia. Tidak

jarang, dalam karya-karya puisinya Iqbal menyampaikan pesan-pesan yang

menggugah semangat hidup dan pentingnya menyadari realitas diri.

Move round thy self! Be a circling flame!

What is Life but to be freed from moving round others

And to regard thys self as Holy Temple?

Beat thy wings and escape from the attraction of Earth;

Like a birds, be safe from falling.

Unless thou art a bird, thou wilt do wisely

Not to build thy nest on the top of cave. (Iqbal, 1920: 61)

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

82

Kebebasan, kehendak, dan kreatifitas diri menjadi karakteristik manusia

ideal yang diperjuangkan Iqbal. Bahkan, seringkali puisi-puisi Iqbal berusaha

untuk mengajak kaum muda untuk percaya pada kemampuan diri dan

membuah jauh sifat bergantung pada orang lain. Sebab ketergantungan pada

sesuatu di luar dirinya hanya mengisyaratkan kematian.

Iqbal berusaha untuk mengajak kaum muda percaya kepada kemampuan

diri dan memmbuang jauh sifat tergantung pada orang lain, bahkan pada

Tuhan sekalipun. Sebab, ketergantungan pada sesuatu di luar dirinya hanya

mengisayaratkan kematian.

Iqbal juga secara khusus membahas tentang fase perkembangan pribadi

manusia dalam karyanga Asrar-I-Khudi. Dalam puisinya tersebut Iqbal

menjelaskan bahwa diri atau ego dalam gerak kebebasannya melewati tiga

tahap perkembangan mental. Tiga fase ini merupakan tahapan-tahapan dalam

mencapai kesempurnaan pribadi. Ketiga tahap yang dimaksud adalah ketaatan

diri, kontrol diri, dan wakil Tuhan.

First Phrase: Obedience

Service and toil are traits of the camel,

Patience and perseverance are ways of the camel.

Oiselessy he steps along the sandy track,

He is the ship of those who voyage in the desert.

Every thicket knows the print of his foot:

He eats seldom, sleeps little, and is inured to toil

He carries rider, baggage, and litter;

He trots on and on the journey‟s end,

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

83

Rejoicing in his speed,

More patient in travel that his rider.

Thou, too, do not refuse the burden of Duty;

So wilt thou enjoy the best dwelling—place, which is with God.

Endeavour to obey, O heedless one!

Liberty is the fruit of compulsion ...... (Iqbal, 1920: 39)

Pada tahap ketaatan, manusia bergama memiliki keyakinan untuk

menyerahkan dan mengabdikan diri pada yang diyakininya. Pada situasi ini,

Iqbal mengumpamakan manusia seperti unta. Kepatuhan unta yang tanpa

kritik terhada tuannya menjadi sorotan utama Iqbal. Menurutnya beban

seberat apapun yang diberikan kepadanya jika atas nama keyakinan akan

diterima dengan senang hati.

Simpulan yang dapat diambil dari tahap ini adalah kepatuhan dan ketaatan

sebagai tahap awal adalah baik, tetapi kepatuhan selamanya yang muncul

bukan atas kesadaran diri adalah kejumudan. Kepatuhan yang dimaksud

hanya akan menenggelamkan ego pada diri yang lain. Tahap patuh yang

demikian ini menunjukkan ketidakotentikan individualitas manusia dalam

proses keberagamaannya.

Dengan kepatuhan yang nerawal dari keterpaksaan dan menimbulkan

kejumudan, manusia memasuki tahap kedua eksistensinya, yaitu control diri.

Pada tahap ini manusia mulai menyoal dirinya sebagai subjek yang

menentukan dan mulai meninggalkan dirinya sebagai objek yang

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

84

dideterminasi. Kontrol diri dimulai dari diri yang sadar akan kediriannya.

Puisi Iqbal pada fase kedua ini sebagai berikut.

Second Phrase: Self-Control

Thy soul cares only itself, like the camel:

Is is self-conceited, self governed, and self-willed

Be a man, get its halter into thine hand,

That thou mayst become a pearl albeit thou art a potter‟s vessel

He that does not commands from others.

When they moulded thee of clay,

Love and fear were mingled in thy making:

Fear of this world and of the world to come, fear of death,

Fear off all the pains of earth and heaven;

Love of riches and power, love of country,

Love of self and kindread and wife.

The mixing of clay with water nourichesn the body,

But he that is drowned in sin dies an evil death/

So long as thou hold‟st the staff of “There is no God but He,”

Thou wilt break every spell of fear. (Iqbal, 1920: 40)

.......

Penggalan puisi tersebut mengajak manusia untuk berhubungan langsung

dengan Tuhan untuk menemukan dirinya yang kuat sehingga tidak mudah

terpengaruh tipu daya dunia dan berada di bawah kendali orang lain.

Mendekatkan diri pada Tuhannya akan menjadikan diri semakin kuat, jiwa

yang mampu mengendalikan diri dan mengembangkan diri serta ridak mudah

larut pada orang lain.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

85

Tahap ketiga adalah menjadi wakil Tuhan. Manusia yang sampai pada

tahap ini telah mencapai eksistensi diri yang tinggi. Sebab, hidup dan seluruh

aktivitas dirinya menggambarkan kehendak Tuhan.

Third Phrase: Divine Vigerency

If thou canst rule thy camel, thou wilt rule the world

And wear on thine head the crown of Solomon

Thou wilt be the glory of the world whilst the world lasts,

And thou wild reign in the kingdom incorruptible.

„Tis sweet to be God;s vicegerent in the world

And exercise sway over the elements.

God‟s vicegerent is as the soul of universe,

His being is the shadow of Greatest Name.

He knows the mysteries of part and whole,

He excutes the command of Allah in the world.

When he pitches his tent in the wide world.

He rolls up this ancient carpet.

His genius abounds with life adn desires to manifest itself. ( Iqbal, 1920:

41)

Menjadi wakil Tuhan merupakan puncak dari pencapaian diri. Menjadi

diri adalah upaya mengaktualisasikan individualitas dalam kehidupan di

dunia sebagaimana Tuhan menunjukkan individualitasnya melalui penciptaan

yang trus menerus. Dengan menjadi diri seperti ini, manuisa tidak akan

mudah tenggelam pada masa lalu, namun sebaliknya, pandangannya selalu

mengubah ke hal baru di masa depan.

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

86

Tahapan ini merupakan cermin manusia yang menghubungkan dirinya

dengan Tuhan secara langsung dalam kehidupan duniawi. Iqbal berupaya

merasionalkan proses manusia mendekati Tuhan. Menurutnya, manusia

mendekati Tuhan. Menurutnya, manusia mendekati Tuhan melalui ketinggian

martabat dirinya. Sedangkan ketinggian martabat tidak bisa diperoleh dengan

meminta-minta dan tunduk terhadap norma yang berlaku secara umum.

Mengenai norma dan moralitas, Iqbal memiliki pandangannya sendiri

yang bersumber pada kebebasan individual manusia. Menurutnya, norma

adalah sesuatu yang berasal dari keputusan diri individu. Sedangkan moralitas

menurutnya bersifat terbuka, artinya manusia menciptakan nilainya sendiri

dan tidak terikat oleh norma tradisional yang berlaku umum. Sebab, lagi-lagi

Iqbal adalah tojoh yang selalu menjunjung tinggi pada kebebasan kehendak

manusia.

Manusia yang telah mampu menaati norma-norma yang berasal dari dalam

dirinya, ia telah mencapai ketunggian martabat. Karena manuisa yang

demikian tidak terpengaruh oleh sesuatu dari luar dirinya. Mendekati Tuhan

dengan ketinggian martabat adalah usaha mengenal Tuhan melalui diri. Pada

tahap ini manusia menemukan Tuhan sebagai diri, yaitu Diri Mutlak.

Manusia selalu bergerak mendekati Diri Mutlak dengan berupaya

menyerap sebanyak mungkin sifat-sifat Diri Mutlak. Sifat-sifat tersebut

merupakan sifat-sifat dadsar dari individualitas Tuhan, yaitu aktif, dinamis,

dan kreatif. Dengan menyerap Tuhan ke dalam dirinya, ia akan menemukan

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

87

kesejatian dirinya, yaitu ketika ia menemukan Tuhan berdasar kesadaran dan

keputusannya sendiri. Dalam keadaan seperti itulah ia menjadi wakil Tuhan

(Sharif, 35-36).

Tiga tahap perkembangan pribadi menurut Iqbal ini juga merupakan

tahapan perkembangan keberadaan manusia. Pada tahap permulaan, manusia

masih belum terlalu sadar akan individualitasnya, pilihan untuk taat pada

kehendak sesuatu di luar dirinya menjadi hal niscaya. Setelah itu, masuk oada

tingkatan kontrol diri, di mana manusia telah sadar akan kediriannya sehingga

manusia ini telah terbebas dari kepatuhan buta yang tanpa kritik terhadap

keyakinan yang diyakininya. Pada tahap selanjutnya, manusuai yang sadar

diri akan mencapai pada tingkatan wakil Tuhan. Tahap di mana manusia telah

mampu menemukan mendekati Tuhan melalui dirinya.

Ketiga fase pendidikan pribadi di atas akan mengantarkan manusia menuju

individualitas, untuk kemudian mencapai keotentikannya. Manusia sempurna

yang memiliki individualitas dan mampu menjalankan perannya sebagai

khalifah Tuhan di bumi. Untuk mendapatkan derajat yang tinggi tersebut,

manusia hendaknya pandai menempatkan diri pada kedudukan yang

terhormay. Maksudnya kedudukan di mana manusia itu sadar akan

kediriannya.

Secara rinci Iqbal memberikan langkah bagi tercapainya manusia ideal

yang dicita-citakan dalam proses pendidikan. Manusia ideal yang dimaksud

oleh Iqbal adalah amnusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya hingga

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

88

mencapai individualitas. Hal ini merupakan gagasan khas Iqbal yang tersirat

dan terimplikasi dari filsafatnya.

Menurut Iqbal memiliki watak tangguh merupakan prasyarat bagi

tercapainya individualitas seseorang. Watak yang tangguh tersebut dimiliki

oleh mukmin yang senantiasa gigih berjuang untuk menemukan diri,

mewujudkan diri dan mengembangkan dirinya, sedangkan untuk

mengembangkan watak yang tersebut menurut Iqbal pendidikan hendaknya

mampu memupuk tiga sifat yang merupakan komponen pribadi yang

tangguh.

Tiga komponen tersebut adalah keberanian, toleransi, dan faqr (Saiyidain,

1981: 126). Masing-masing sifat tersebut memiliki makna dan implikasi

terhadap pendidikan watak. Ketiganya merupakan komposisi yang

ditawarkan Iqbal untuk meracik manusia ideal melalui pendidikan.

a. Keberanian

Menurut Iqbal, untuk melaksanakan pendidikan watak yang

pertama-tama harus dipupuk adalah keberanian. Keberanian yang

dimaksud adalah keberanian yang berprinsip pada tauhid. Di sini Iqbal

memaknai tauhid bukan sekedar ucapan syahadatain, bukan pula sekedar

keimanan yang menancap dalam hati. Iqbal berupaya mengaktualisasikan

makna tauhid dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan tauhid dalam kehidupan sehari-hari dalam pandangan

iqbal mengandung arti penolakan terhadap segala bentuk kekuatan yang

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

89

datangnya selain dari Allah. Penolakan terhadap segala macam

kemungkaran. Bisa dikatakan keberanian disini adalah keberanian yang

berdasar pada kebenaran.

Pendidikan yang menekankan keberanian ini hendaknya dirancang

sedemikian rupa hingga dapat meminimalisir sikap takut, termasuk takut

pada pendidik. Menurut iqbal ketakutan terhadap pendidik hanya akan

menurunkan kreatifitas dan menghambat kepekaan emosi (Saiyidain,

1980: 127). Ketakutan pada pendidik sama halnya dengan tunduk pada

sesuatu di luar dirinya, dan itu merupakan akan menghilangkan

individualitas seseorang.

Selain itu perasaan takut kepad pendidik juga akan memperlemah

kemampuan untuk bertindak. Hal ini biasanya terjadi pada saat proses

pembelajaran di mana siswa dituntut untuk aktif. Apabila seorang peserta

didik memiliki rasa takut pada pendidik, keinginan untuk berpartisipasi

dalam pembelajaran pun akan berkurang. Jika sudah demikian, proses

penyampaian ilmu pengetahuan pun akan terhambat.

Ajaran Iqbal mengenai keberania ini semakin menemukan

bentuknya tatkala pendidikan saat ini berlangsung dalam suasana

menegangkan dan penuh tekanan. Dominasi bahkan hegemoni guru

terhadap murid seringkali terjadi dalam proses pembelajaran. Bahkan

terkadang dominasi itu dilakukan oleh sesama murid yang seolah

menampakkan istilah si kuat dan si lemah. Ihwal demikian bukan hanya

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

90

menjadi penghambat kreatifitas siswa namun juga mampu mematikan

karakter siswa.

Dalam perspektif konsep diri Iqbal, ketakutan hanya akan

melenyapkan realitas diri seseorang. Diir yang menjadi inti dari seluruh

organisasi kehidupan manusia mencerminkan eksistensi seseorang. Jika

realitas diri seseorang telah musnah, maka eksistensi orang tersebut dalam

kehidupan perlu dipertanyakan. Jika sudah demikian, segala kegiatan

pendidikan akan sisa-sia. Sebab sejatinya pendidikan adalah upaya

mempertegas diri.

Realitas diri seseorang tercermin dalam sikap berani dan percaya

diri. Semangat pantang menyerah dan menghilangkan sifat ketergantungan

terhadap orang lain. Demikianlah seharusnya segala proses pendidikan

yang berlangsung dalam atmosfer pendidikan Islam mampu mengantarkan

peserta didiknya untuk menggapai keberanian sebagai tameng menjalani

kehidupan.

b. Toleransi

Komponen kedua yang harus dipupuk dalam proses pendidikan

Islam adalah toleransi. Menurut Iqbal, toleransi mencerminkan watak

tinggi seseorang. Perhatian Iqbal terhadap toleransi ini tersirat dalam

pemikirannya yang menekankan individualitas (Saiyidain, 1981: 133).

Sikap toleran akan memperlancar perkembangan ego secara

optimal. Sebaliknya, sikap tidak toleran akan menggagalkan bahkan

menghancurkan laju perkembangan ego menuju individualitas. Sebab,

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

91

sikap demikian hanya akan menumbuhkan konflik yang akan menghambat

perkembangan diri.

Prinsip dari perbuatan yang mendukung perkembangan ego

menurut Iqbal adalah menghargai ego diri sendiri maupun ego orang lain

(Saiyidain, 1981: 133). Menuruti kehendak pribadi adalah bentuk

menghargai kebebasan ego sendiri. Sedangkan menghargai ego orang lain

adalah ketika kebebasan manusia dibatasi oleh kebebasan orang lain,

artinya ketika diri tidak merenggut dan merampas kebebasan orang lain.

Singkatnya, toleransi yang dimaksudkan Iqbal adalh sikap menghargai diri

dan orang lain.

Toleransi yang diajarkan Iqbal lahir dari suatu kekuatan, bukan

dari kelamahan. Toleransinya adalah toleransi orang beriman yang penih

kepercayaan diri dan dijalin dengan kasih sayang. Dalam artian ini, Iqbal

memandan toleransi sebagai landasan perikemanusiaan yang

sesungguhnya. Hal ini tercermin dalam salah satu karya puiisinya dalam

Javid Nama.

Agama adalah damba abadi akan kesempurnaan,

Berpangkal pada pengabdian,

Berujung pada kasih.

Adalah dosa untuk menghamburkan sumpah-serapah.

Mukmin maupun kafir sama-sama makhluk Allah.

Apakah „adamiyah‟ itu? Apakah inti kemanusiaan?

Inti kemanusiaan adalah menghormati kemanusiaan!

Belajarlah untuk menghayati nilai dan makna insani.

Manusia ialah penuh cinta

Melangkah di jalan Allah

Yang iman dan yak beriman sama-sama dapat tempat.

Bila hati bertiada kasih.

Apa gerangan akan terjadi?

Hati akan terkunci rapat-rapat.

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

92

Terbelenggu di penjara tanah liat.

Padahal seluruh semesta

Adalah tempat hati bertahta! (Iqbal, 1987: 241-242)

Demikian agung toleransi dalam pandangan Iqbal. Sikap ini

berlaku bagi seluruh insan dengan prinsip kesamaan. Mukmin dan kafir,

laki-laki atau perempuan, kaya dan miskin tiada perbedaan, sebab

keduanya sama-sama makhluk. Jika prinsip tersebut dikantongi oleh

seseorang, tidak akan ada perilaku menyakiti mapun menindas orang lain.

Sebab tidak akan dumbuh dalam hati seseorang tersebut perasan lebih dari

individu yang lain. Merasa paling superior dan merendahkan orang lain.

Sebaliknya yang tumbuh hanyalah sikap meghargai dan menyayangi antar

sesama manusia.

Dalam fase perkembangan pribadi yang dicanangkan oleh Iqbal,

toleransi ini menduduki fase kedua, yaitu kontrol diri. Fase ini

berimplikasi pada pengendalian diri seseorang. Pengendalian diri untuk

tidak berperilaku menyakiti sesama misalnya. Dengan demikian jelaslah

bahwa tolerasni merupakan landasan perikemanusiaan.

Dengan dipupuknya sikap toleransi melalui proses pendidikan,

secara otomatis akan mencipta perdamaian hidup. Analisis gagasan ini

memberi bukti betapa kompleks pemikiran filosofis Iqbal. Meskipun

demikian, Iqbal tidak absen memerhatikan hal-hal sederhana perihal

keseharian hidup manusia. Hal-hal kecil yang seringkali dianggap remeh

oleh kebanyakan orang namun memberi pengaruh besar bagi kehidupan

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

93

mampu diungkap oleh Iqbal. Fakta demikian sekaligus memberi bukti

besarnya sumbangsih pemikiran Iqbal bagi dunia pendidikan.

c. Faqr

Sulit mencari kata yang tepat untuk memaknai istilah faqr. Namun,

dalam salah satu bait puisi Iqbal, terdapat sedikit petunjuk mengenai

makna istilah faqr yang dikampanyekan oleh Iqbal.

Seorang faqr yang memiliki harga diri

Akan menjelang kemenangannya segera

Nafsu serakah untuk merebut emas dan perak

Telah merobel-robek dan merusak jiwa Barat. (Saiyidain, 1981:

135)

Merujuk pada puisi di atas, frase „tidak serakah‟ barangkali mampu

mewakili kata faqr. Iqbal memang berbeda dalam memaknai kata faqr

yang seringkali dimaknai „miskin‟ ini. Faqr dalam pandangan Iqbal

merujuk pada kesederhanaan hidup, tidak berlebih-lebihan dan tidak

serakah terhadap materi. Namun demikian, kesederhanaan dalam

menunaikan hidup di dunia menjadi makna yang paling mendekati istilah

faqr.

Sikap faqr inilah yang mampu menghindarkan diri dari perbudakan

materi. Orang yang memiliki sikap faqr tidak akan terbelenggu oleh

materi. Namun sebaliknya materi dijadikannya sebagai alat untuk

mengembangkan dan memperluas kehidupan rohani.

Seseorang membentengi dirinya dengan faqr tidak akan melakukan

hal-hal yang merugikan apalagi mengeksploitasi orang lain. Materi

dijadikannya sebagai media untuk saling membantu dan melayani sesama

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

94

manuisa. Inilah sikap yang jarang sekali dimiliki oleh manusia-manusia

yang hidup di abad ini.

Dalam hidup manusia, faqr menjadi semacam tameng yang

melindungi diri pemiliknya. Bagi seseorang yang tengah jaya dan

berkuasa, faqr mampu melindungi dari sikap sombong. Lebih lanjut Iqbal

mendefinisikan istilah faqr dengan upaya membandingkankannya dengan

zuhud yang sering dianjurkan oleh kaum agamawan. Zuhud seringkali

dimaknai sebagai sikap menghindar dari kenyataan. Zuhu dyang memiliki

makna demikian ini jelas bertentangan dengan faqr.

Iqbal berupaya meluruskan makna zuhud yang sudah terlanjur

disalah artikan tersebut. Dalam slah satu sajaknya diuraikan dengan

kalimat dan nada yang lugas mengenai makna zuhud yang sesungguhnya.

Sikap menghindar dari dunia materi

Bukan tujuan dari “zuhud” yang murni

Zuhud justru berarti penaklukan langit dan bumi!

Yang hanya punya duka dan nestapa!

Bangsa yang tak punya keberanian seperti Timur

Tak kan mampu memupuk manusia berjiwa “faqr”

Dan tak kan pula mampu menaklukkan penjajah (Saiyidain, 1981:

38)

Demikianlah faqr dalam pandangan Iqbal, jauh dari sifat lemah

yang selalu menghindari kenyataan. Buka pula faqr mengisyaratkan

pribadi yang mudah meyerah, kalah dan tidak memiliki inisiatif. Faqr

yang sesungguhnya merupakan sumber kekuatan yang kokoh dan tangguh.

Oleh karena itu, sitilah faqr hendaknya tidak diartikan sebagai julukan

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

95

yang mengandung nada pengecut. Bukan pula istilah faqr disandangkan

pada kaum misikin yang telah dirampas hak-haknya.

Faqr sebagai sumber kekuatan adalah ketika seseorang mengenal

sikap faqr sebagai prisnirp hidup. Hidup sederhana seharusnya menjadi

baju dan acsesories yang selalu dikenakan dalam mengarungi kehidupan.

Artinya dalam keadaaan apapun seseorang hendaknya menjadikan

kesederhanaan sebagai dasar dalam bersikap.

Q.S. Luqman: 18-19

Kesederhanaan hidup yang dimaksud bukan hanya terkait hal-hal

yang bersifat materi saja. Kesederhanaan dalam bersikap juga menjadi

ihwal yang tidak kalah pentingnya. Meskipun demikian, sederhana secara

materi adalah hal yang paling utama. Sebab, manusia hidup tak pernah

lepas dari persoalan materi. Persoalan materi juga lah yang biasanya

memicu adanya konflik terhadap sesama yang menyebabkan

ketidakbersamaan dalam bersikap.

Karena persoalan materi seringkali manusisa bisa berbuat apa saja

yang dapat merugikan sesama. Mencuri, merampok, bahkan korupsi

adalah manifestasi dari ketidaksederhanaan secara materi. Serakah dan

tidak pernah puas dengan apa yang telah dimiliki menjadi pemicu

peroalan-persoalan tersebut.

Jika sudah demikian, kesederhanaan dalam bersikap pun semakin

jauh. Motivasi untuk mendpatkan kenikmatan-kenikmatan yang sifatnya

instan dan sesaat menjadi pendorong dalam melakukan apapun. Akibatnya,

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

96

sikap mementingkan diri sendiri maupun kelompoknya sendiri mewarnai

setiap langkah. Jika sudah demikian, nuansa persaingan tidak bisa

dihindarkan. Sedangkan persaingan yang negatif hanya akan memicu

terjadinya konflik. Sehingga tidak heran jika dikatakan Iqbal bahwa sikap

faqr serupa tameng bagi hidup manusia.

Sikap faqr inilah yang seharusnya dikembangkan dalam proses

pendidikan. Istilah yang dikenalkan Iqbal ini telah memasuki fase darurat

untuk segera ditunaikan. Dikatakan demikian karena melihat realita saat

ini yang semakin meprihatinkan. Tindakan konkret untuk mengatasi segala

persoalan ini dibutuhkan segeram dan upaya tersebut dapat dicapai melalui

pendidikan.

5. Bebas, Kritis, dan Bertanggungjawab Sebagai Prinsip Pendidikan Islam

Menurut Iqbal, syarat utama bagi pembinaan individu adalah kebebasan

(Saiyidain, 1981: 41). Kebebasan adalah amanat Tuhan yang tidak ternilai

harganya. Dalam al-Qur‟an Allah telah memberikan penjelasan perihal

kebebasan tersebut. Salah satu ayatnya adalah sebagai berikut:

اىا .فألمها فجورىا وت قواىا .ون فس وما سواىا لح من زك وقد خاب من .قد أف

اىا . دس

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan

kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya

beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah

orang yang mengotorinya (Q.S. Al-Syam:7-10).

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

97

Kebebasan di sini berarti bebas dalam berkehendak untuk menentukan

sendiri tujuan hidupnya dan bebas dari pengaruh sesuatu di luar dirinya.

Menurutnya, kebebasan lah yang membuka kesempatan kepada individu

untuk belajar dan mengembangkan pilihannya.

Namun demikian, bebas bagi Iqbal adalah kebebasan yang bertanggung

jawab dan betujuan. Dalam proses pendidikan Iqbal menghendaki suasana

belajar yang bebas bagi peserta didik. Bebas dari pengaruh tekanan pendidik,

hingga peserta didik mampu berkembang dengan sendirinya. Agar tercipta

pribadi-pribadi yang pemberani dan kreatif, bukan pribadi yang dikekang dan

dikuras segala dayanga dengan kendali yang menjaratnya.

Gagasan Iqbal ini sangat relevan jika dipadukan dengan pendidikan

pribadi yang menjadi karakteristik pendidikan Islam. Menjalani fase

perkembangan pribadi, tidak bisa berlangsung dakan situasi keterpaksaan.

Semua harus berangkat dari kesadaran dan kemauan sendiri untuk mencapai

individualitas.

Oaham kebebasannya ini juga berangkat dari konsepnya tentang

individualitas. Ia mengaitkan hal ini dengan riwayat turunnya Adam ke muka

bumi. Bumi dalam pandangan Iqbal merupakan sebuah tahapan dalam

kelangsungan hidup manusia. Dengan diturunkannya Adal dari surga, berarti

manusia telah diberi kesempatan untuk memilih dan menentukan hidupnya

sendiri.

Terlebih dengan bekal akal yang dikaruniakan oleh Tuhan, manusia

diharapkan mampu menjalankan peran sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

98

Kebebasan untuk memilih ini merupakan sebuah karunia yang hanya

diberikan kepada manusia. Oleh karena itu manusia harus mampu

mengembangkan dirinya dan menggunakan kebebasannya secara baik dan

benar.

Situasi ini menempatkan manusia pada status yang paling tinggi di antara

segala makhluk dan meningkatkannya sebagai khalifah di muka bumi.

Dengan dibekali kemampuan untuk merubah dunia dari apa adanya menjadi

apa yang seharusnya, ego yang ada pada seseorang meningkat menjadi

individualitas yang unik.

Sebagai konsekuensi dari kebebasan adlah timbulnya naluri kritis. Nalar

kritis yang timbul dari suasana kebebasan muncul dari dalam diri manusia

sendiri. Kritiknya bukan berangkat dari orang lain maupun kelompok yang

bertujuan untuk membela suatu kepentingan. Kritiknya merupakan ekspresi

dari kebebasan.

Nuansa kritis dalam pendidikan Islam sangat penting agar tidak begitu saja

menerima dengan rangan terbuka apapun yang telah mapan. Segala sesuatu

perlu dipertanyakan dan dikritisi untuk tidak mudah terperangkap dalam

ketundukan yang buta. Dengan catatan, kritik yang bersumber dari kebebasan

tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan.

Secara esensial, diri yang memiliki kebebasan ini memiliki konsekuensi,

yaitu bertanggung jawab. Dalams setiap keputusan dan langkah yang diambil

berdasarkan kebebasan, manusia bertanggung jawab untuk menghadapi

resikonya sendiri. Dengan kata lain dalam proses menjadi manusia otentik

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi ...

99

bukan berarti berbuat bebas tanpa batas atau semaunya sendiri tanpa

tanggung jawab. Justru karena kebebasannya ini manusia mengemban beban

berat dalam hidupnya. Sebab, nasibnya sepenuhnya diserahkan pada dirinya

sendiri, bukan pada orang lain.