PEMBAHASAN - file · Web viewprogram studi pendidikan matematika. fakultas keguruan dan...
Transcript of PEMBAHASAN - file · Web viewprogram studi pendidikan matematika. fakultas keguruan dan...
TAKSONOMI BLOOM
Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
1. Marfuatun (101
2. Sri Lestari (11144100037)
3. Deviana Nian Kumandari (14144100079)
4. Tika Nur Cahyani (14144100096)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2015
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI BENJAMIN S. BLOOM
Benjamin S. Bloom lahir pada 21 Februari 1913 di Lansford
Pennsylvania, dan meninggal pada tanggal 13 September 1999. Beliau
menerima gelar sarjana dan gelar master dari Pennsylvania State University
pada tahun 1935 dan Ph. D. Pendidikan dari University of Chicago Maret
1942. Beliau menjadi anggota Staff Board of Examinations di University of
Chicago pada tahun 1940 dan bertugas sampai 1959. Beliau juga seorang
guru, penasihat pendidikan dan psikologi pendidikan.
Benjamin S. Bloom adalah seorang psikologi pendidikan
berkebangsaan Amerika Serikat memberikan kontribusi besar di bidang
pendidikan dengan menyusun klasifikasi objektif kognitif kependidikan
serta teori belajar tuntas (mastery learning). Konsep Taksonomi Bloom
dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom bersama dengan
rekannya Krathwohl.
Pengembangan taksonomi Bloom di mulai sejak tahun 1948 oleh
Bloom dibawah pimpinan Ralph Tyler, dan baru diselesaikan dan
dipublikasikan resmi tahun 1956. Sejak itu taksonomi Bloom ini banyak
dikembangkan oleh para ahli terutama oleh Kratwohl dan Anderson, versi
terakhir tercatat dikembangkan tahun 2001. Esensi taksonomi Bloom adalah
pengembangan sistem kategori perilaku belajar yang terukur, dapat diamati,
untuk membantu perencanaan dan penilaian hasil belajar. Asalnya
taksonomi Bloom ini justru dikembangkan kalangan akademis diperguruan
tinggi serta pelatihan-pelatihan manajemen, tetapi ternyata relevan juga
untuk semua tingkat pembelajaran.
Menurut Bloom, pendidikan seharusnya berfokus kepada
penguasaan pokok bahasan (mastery subject) dan pencapaian hasil berfikir
tingkat tinggi (higher order thinking) sebagai ktritik terhadap pandangan
para utilitarian (aliran yang menekankan kegunaan belajar) yang semata-
mata memaksudkan belajar sebagai sarana untuk mentransfer fakta-fakta.
Sebagai hasil dari kajiannya yang dibantu oleh para ahli yang lain, semula
pada tahun 1956 diterbitkan buku Taxonomy of Educational Objective
Handbook I The Cognitive Domain, yang diselesaikan bersama-sama
Engelhart, Furst, Hill, dan Krathwohl. Sedangkan handbook II The Efective
Domain diselesaikan oleh Kratwool, Bloom dan Masia pada tahun 1964.
Sementara itu psikomotor domain dikembngkan oleh tiga ahli dengan versi
berbeda masing-masing oleh R. H Dave (1967/1970), E.J. Simpson (1966-
1972) dan Anita J. Harrow (1972).
B. SEJARAH TAKSONOMI BLOOM
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein
yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi
berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini
kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an,
dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948.
Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam
kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang
lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan
Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir
yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur
hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah
hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level
yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan
pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan
intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. KAJIAN TEORI TAKSONOMI BLOOM
Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan
Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan pembelajaran.
2. Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah
peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan karakteristik mata diklat, dan peserta didik.
3. Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi
pembelajaran, antara lain:
a. Ranah kognitif : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada
tingkatan Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis,
Menilai, Membuat.
b. Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk
penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri), Organisasi dan
Karakterisasi.
c. Ranah Psikomotorik: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk
Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural
(mekanisme), Adaptasi, Reaksi yang kompleks Kreativitas.
4. Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi ke
dalam materi, baik pada tujuan program diklat, kompetensi dasar dan
indikator pencapaian.
5. Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah
kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan
mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel. Pilihan media pembelajaran ini
dapat dilihat pada lingkaran terluar yang berwarna hijau
Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan
dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam
berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berikut adalah ke-enam jenjang ranah kognitif :
a. Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan di
sebut sebagai proses berfikir yang paling rendah.
b. Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
c. Aplikasi (Application) adalah kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (Analysis) adalah kemampuan untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian
atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
e. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan
kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau
berbentuk pola baru.
f. Evaluasi (Evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi
dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi
disini merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap
suatu kondisi, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking
Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill.
Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level
tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu
untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa
semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a. Penerimaan (Receiving/Attending) . Penerimaan atau Receiving adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi
gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau
attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-
nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau
menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri
dengan nilai itu.
b. Tanggapan (Responding). Tanggapan atau Responding mengandung
arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi, kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving.
c. Penghargaan (Valuing). Menilai atau menghargai artinya memberikan
nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
obyek. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik
disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik
atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan
mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penilaian.
d. Pengorganisasian (Organization). Mengatur atau mengorganisasikan
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu
sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan
nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya
e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex) ini lebih mengacu kepada karakter dan daya hidup
sesorang. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan
keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Yaitu keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam secara
konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Pada
jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol
tingkah lakunya untuk waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menjadi lebih konsisten,
menetap dan lebih mudah diperkirakan.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi
motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan
sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan
motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial. Rincian
dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, namun dibuat oleh ahli lain
tetapi tetap berdasarkan pada domain yang dibuat Bloom.
Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh Simpson, dan
klasifikasi ranah psikomotorik tersebut adalah:
a. Persepsi (Perception). Penggunaan alat indera untuk menjadi
pegangan dalam membantu gerakan. Persepsi ini mencakup
kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya ransangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh
rangsangan yang ada.
b. Kesiapan (Set). Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk
melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk
menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan
atau rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk
kesiapan jasmani dan rohani.
c. Respon Terpimpin (Guided Response) . Tahap awal dalam
mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme (Mechanism). Membiasakan gerakan-gerakan yang telah
dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangakaian gerakan
dengan lancer karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan
contoh yang diberikan.
e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response). Gerakan
motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan
yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan
menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan
gerak-gerik yang teratur.
f. Penyesuaian (Adaptation). Keterampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini
mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan poila gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukkan taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.
g. Penciptaan (Origination). Membuat pola gerakan baru yang
disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan
atau kreativitas adalah mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka
pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan
inisiatif sendiri.
D. TAKSONOMI BLOOM SEBELUM REVISI DAN TAKSONOMI
BLOOM SESUDAH REVISI
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson
Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki
taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan
tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi
tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap
level taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan
level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.
1. Taksonomi Bloom Sebelum Revisi
Pada tahun 1956 Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam
level, yaitu :
a. Pengetahuan (knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali
dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,
urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa
menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk
yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
b. Pemahaman (comprehension). Tingkatan yang paling rendah dalam
aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti
tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu
memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan
beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan
ide-ide lain dengan segala implikasinya.
c. Aplikasi (apply). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam
kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang
penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di
tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan
penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram
d. Analisis (analysis). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg
rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-
milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
e. Sintesis (synthesis). Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat
sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah
skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data
atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg
dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas
mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di
produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab
turunnya kualitas produk.
f. Evaluasi (evaluation). Dikenali dari kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif
solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi,
nilai manfaat, nilai ekonomis,
2. Taksonomi Bloom Setelah Revisi
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi proses kognitif
terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
a. Mengingat (Remember). Mengingat adalah kemampuan memperoleh
kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing
(mengenal kembali) dan Recalling (mengingat). Untuk menilai
Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif
Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
1) mengenal kembali (Recognizing) . Recognizing adalah memperoleh
kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang
kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji.
Dalam Recognizing, siswa mencari potongan informasi dalam
memori jangka panjang yang identik atau hampir sama dengan
informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru,
siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan
pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang
cocok.
2) mengingat (Recalling). Recalling adalah memperoleh kembali
pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika
merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah
dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari
sebagian informasi dalam memori jangka panjang, kemudian
membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini
dapat diproses.
b. Memahami (Understand). Memahami adalah kemampuan
merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu
mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik.
Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara
pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang
lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting
(menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying
(mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring
(menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining
(menjelaskan).
1) Menginterpretasikan (Interpreting). Interpreting adalah
kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari
satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa
mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke
kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
2) Memberi contoh (Exemplifying). Exemplifying adalah kemampuan
siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh
mengenai konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti
mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep
umum.
3) Mengklasifikasikan (Classifying). Classifying adalah ketika siswa
mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu
kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri
atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai
dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika Exemplifying
dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari
contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus
dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
4) Menyimpulkan (Summarizing). Siswa dikatakan memiliki
kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan
pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan
atau topik secara umum.
5) Menduga (Inferring). Inferring berarti dapat mencari pola dari
beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan
Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang
merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik
yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi
dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.
6) Membandingkan (Comparing). Comparing adalah kemampuan
menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari
korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang
lain.
7) Menjelaskan (Explaining). Explaining adalah kemampuan
merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem.
Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan
hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
c. Menerapkan (Apply). Menerapkan adalah kemampuan menggunakan
prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan
soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply)
terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan
kemampuan menerapkan (Implementing).
1) Melakukan (Executing). Dalam Executing, jika siswa menemui soal
yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan
digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan
petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan.
Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan
masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan
metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut: 1)
langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2) jika setiap langkah
dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti
benar.
2) Menerapkan (Implementing). Dalam Implementing, siswa memilih
dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum
dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah
tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat
digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing
berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan
Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga
siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan.
Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan
hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang
dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan
metode daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki
dua ciri: 1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart
daripada langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki
beberapa titik tujuan, 2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban
yang tepat mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan
benar.
d. Menganalisis (Analyze). Menganalisis meliputi kemampuan untuk
memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain
atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan
pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian
dan melihat hubungan antar bagian tersebut.
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply
terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi
(Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
1) Membedakan (Differentiating). Membedakan meliputi kemampuan
membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk
yang sesuai.
2) Mengorganisasi (Organizing). Mengorganisasi meliputi
kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama
menjadi struktur yang saling terkait.Attributing (Memberi simbol)
3) Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang
sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang
diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih
agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
e. Menilai (Evaluate). Menilai didefinisikan sebagai kemampuan
melakukan judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu.
Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas,
efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam
menentukan kuantitas maupun kualitas.
Perubahan istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan
sebagai berikut:
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah)
merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level
berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam
menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah sebagai
berikut:
Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus
mengingatnya terlebih dahulu
Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih
dahulu
Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan
mengevaluasi.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian
terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek)
dan Critiquing (mengkritik).
1) Mengecek (Checking). Cheking adalah kemampuan untuk
mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau
hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
2) Mengkritik (Critiquing). Critique adalah kemampuan memutuskan
hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu.
mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu
prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang
benar
f. Berkreasi (Create). Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide
baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian.
Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam
satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu
bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create
jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen
atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah
diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya
berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah
diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan
mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di
mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang
dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil
melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat diartikan
sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan
muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam
sebagaimana yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami
soal (Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang
mengerucut, dimana siswa memikirkan metode penyelesaian dan
menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning). Terakhir,
rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian
(Producing).
Perbandingan Taksonomi Bloom sebelum revisi dan Taksonomi
Bloom setelah Revisi
Tingkatan Ranah Kognitif Sebelum revisi Setelah revisi
C1 Knowledge Remember
C2 Understand Understand
C3 Apply Apply
C4 Analyze Analyze
C5 Aynthesis Evaluate
C6 Evaluate Create
E. CONTOH PENERAPAN TAKSONOMI BLOOM DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Para guru khususnya guru matematika, tentu tidak asing dengan
taksonomi Bloom, yaitu taksonomi yang membahas jenjang ranah kognitif.
Disinilah guru matematika dalam mengajarkan siswanya dalam bidang
matematika sebaiknya menerapkan dengan ranah kognitif. Sebab, pada
ranah kognitif ini telah memenuhi jenjang-jenjang yang dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar.
Beberapa diantaranya contoh penerapan Taksonomi Bloom dalam
pembelajaran matematika di kelas :
1. Aspek Bilangan
Untuk jenjang pendidikan / kelas IV sekolah dasar semester 1
a. Mengingat
Buatlah daftar jenis makanan dan minuman yang dapat kamu beli
dengan harga Rp 500, Rp 5.000, dan Rp 20.000.
b. Memahami
Jelaskan besaran uang rupiah yang dapat digunakan untuk membayar
barang-barang tersebut.
c. Menerapkan
Hitunglah kembalian yang kamu terima jika uangmu Rp 1.000, Rp
10.000 atau Rp 20.000 untuk makanan/minuman yang kamu beli.
d. Menganalisa
Tentukan dan catat operasi hitung apa yang kamu gunakan untuk
menghitung kembalian tersebut.
e. Mengevaluasi
Kriteria apa yang kamu gunakan untuk mengetahui apakah
jawabanmu benar atau salah?
f. Menciptakan
Buatlah daftar pesanan makanan yang terdiri dari 3 macam makanan
yang harganya mendekati atau seharga Rp 2.500, Rp 7.500 dan Rp
25.000. Hitung harga total pesananmu ! jika kamu diberikan uang
sebesar Rp 50.000, hitung uang kembaliannya!
2. Aspek Geometri dan Pengukuran
Untuk kelas V SD semester 1
a. Mengingat
Apa pengertian kubus?
b. Memahami
Sebutkan barang-barang di sekitarmu yang mempunyai bentuk kubus?
c. Menerapkan
Guntinglah/irislah sebuah karton yang berbentuk kubus menuruti
rusuk-rusuknya sehingga terbentuk jarring-jaring kotak tersebut yang
disebut juga jarring-jaring kubus.
d. Menganalisa
Ada berapa banyak jarring-jaring kubus yang terbentuk? Untuk
keperluan ini kamu bisa menggunakan kertas berpetk untuk
mengeksplorasi bentuk-bentuk yang berbeda.
e. Mengevaluasi
Jelaskan alasanmu mengatakan banyaknya jarring-jaring kubus di
atas.
f. Menciptakan
Ciptakan suatu desain kotak kado berbentuk kubus dari lembaran
karton seperti ini! (guru dapat memilih karton yang berbentuk bangun
datar tidak teratur yang ada rincian ukurannya). Gambar sketsa
jarring-jaringnya dan berilah alasan mengapa kamu memilih jarring-
jring tersebut!
3. Aspek Aljabar
Untuk kelas X SMA semester 1
a. Mengingat
Sebutkan dua jenis fungsi yang kamu ketahui.
b. Memahami
Tuliskan contoh bentuk umum fungsi-fungsi tersebut sebagai fungsi
dalam x dan berikan contoh khusus.
c. Menerapkan
1) Gambarkan grafik masing-masing contoh itu dalam koordinat
cartesius.
2) Tentukan persamaan grafik fungsi berikut ini! (guru memberikan
gambar grafik fungsi linear, kuadrrat dengan beberapa informasi
yang dibutuhkan).
d. Menganalisa
Jika kita mau menentukan rumus suatu fungsi yang bentuk grafiknya
terbatas, syarat apa yang har us ditambahkan?
e. Mengevaluasi
Kriteria apa yang kamu gunakan untuk mengetahui apakah jawabanmu
benar atau salah?
f. Menciptakan
Buatlah suatu gambar benda-benda dalam khidupan sehari-hari (missal
gambar rumah, perahu, orang dll), yang terdiri dari 3 jenis fungsi yang
kamu sebutkan sebelumnya dalam koordinat cartesisus! Berilah
penjelasan rumus fungsi yang kamu gunakan beserta domainnya untuk
masing-masing grafik.
Proses penerapan taksonomi Bloom Revisi tentu saja harus
dianalisis tingkat kebutuhan dan karakteristis siswa/peserta didik yang kita
ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam
Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Iriyanti, P. 2008. Taksonomi Bloom Revisi. Yogyakarta : PPPPPTK Matematika.
Utari, Retno. 2011. Taksonomi Bloom Apa dan Bagaimana Penggunaanya?.
Pusdiklat KNPK. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015 pada
pukul 09:45.
Suyono dan hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.