BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.unj.ac.id/27/10/11. BAB IV.pdf2011/10/27 ·...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.unj.ac.id/27/10/11. BAB IV.pdf2011/10/27 ·...
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini membahas dan menganalisis tentang perbedaan
pengaruh menonton film animasi terhadap interaksi sosial anak usia 5-6
tahun di daerah Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Responden dan
subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 5-6 tahun yang di daerah
Kelurahan Pondok Ranggon. Penelitian ini menggunakan teknik angket untuk
memperoleh data menonton film animasi dan interaksi sosial anak dengan 30
subjek penelitian, yakni 30 anak usia 5-6 tahun yang tinggal di RW 04
Kelurahan Pondok Ranggon sebagai responden penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dan diperoleh data yang digunakan
untuk melihat nilai rata-rata, median, modus, simpangan baku, nilai
maksimum, dan minimum dalam peneltian ini.
1. Data Menonton Film Animasi
Data menonton film animasi diperoleh berdasarkan hasil pengisian
angket yang dilakukan oleh 30 anak yang tinggal di RW 04 Kelurahan
Pondok Ranggon, yang selanjutnya diurutkan dari skor tertinggi hingga skor
terendah.Angket tersebut terdiri dari 12 butir pernyataan, dimana peneliti
membantu anak saat pengisian angket dengan menjelaskan tiap butir
pernyataan. Data tersebut selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok yakni
59
berdasarkan data menonton film animasi pada kelompok tinggi dan data
menonton film animasi pada kelompok rendah.
a. Data Menonton Film Animasi pada Kelompok Tinggi
Data menonton film animasi pada kelompok tinggi diperoleh
berdasarkan 12 butir pernyataan yang didapatkan dari angket yang
diisi oleh anak usia 5-6 tahun yang tinggal di RW 04 Kelurahan
Pondok Ranggon. Terdapat 15 responden yang memiliki tingkat
menonton film animasi pada kelompok tinggi. Menonton film animasi
pada kelompok tinggi adalah responden yang memiliki intensitas
menonton tinggi, dengan frekuensi menonton lebih dari satu kali sehari
dan durasi lebih dari 2 jam saat menonton film animasi. Data tersebut
disajikan secara lebih rinci dalam bentuk statistik deskriptif untuk
melihat nilai rata-rata, median, modus, simpangan baku, nilai
maksimum, minimum serta distibusi frekuensi, dan histogram seperti
berikut.
60
Tabel 4.1
Deskripsi Data Hasil Perhitungan Menonton Film Animasi Kelompok Tinggi
Keterangan Hasil Perhitungan
N 15
Nilai Maksimum 46
Nilai Minimum 30
Mean 38,99
Median 38
Modus 37
Standar Deviasi 4,39
Varians 19,35
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai menonton film
animasi pada kelompok tinggi memiliki nilai maksimum 46 dan nilai
minimum 30.Dengan nilai rata-rata 38,99, median 38, modus 37,
standar deviasi 4,39, serta nilai varian 19,35. Adapun distribusi
frekuensi menonton film animasi pada kelompok tinggi disajikan dalam
tabel berikut.
61
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Menonton Film Animasi Kelompok Tinggi
Berdasarkan tabel diatas merupakan tabel distribusi frekuensi
yang menggambarkan data menonton film animasi pada kelompok
tinggi.Data tersebut menjelaskan bahwa rentang skor dari skor
minimum ke maksimum yaitu 16, interval kelasnya 3, dan banyaknya
kelas yaitu 6.Kelas yang memiliki nilai rata-rata adalah kelas interval
yang terdapat nilai mean dari data tersebut, dimana nilai mean dari
data ini adalah 38,99. Responden yang memiliki nilai rata-rata
berjumlah 2 responden dengan presentase 13,3%. Responden yang
memiliki nilai diatas rata-rata berjumlah 5 responden dengan
presentase 33,3% dari seluruh responden. Dan yang memiliki nilai
dibawah rata-rata berjumlah 8responden dengan presentase 46,7%
dari seluruh responden.
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas Frekuensi Absolut
Frekuensi Komulatif
30-32 29,5 32,5 1 6,7
33-35 32,5 35,5 1 6,7
36-38 35,5 38,5 6 40,0
39-41 38,5 41,5 2 13,3
42-44 41,5 44,5 3 20
45-47 44,5 47,5 2 13,3
Jumlah 15 100,0
62
0
1
2
3
4
5
6
7
30-32 33-35 36-38 39-41 42-44 45-47
Fre
qu
en
cy
Kelas Interval
Menonton Film Animasi pada Kelompok Tinggi
Frequency
Distribusi frekuensi menonton film animasi pada kelompok tinggi
dalam tabel diatas dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram
berikut ini:
Gambar 4.1
Histogram Menonton Film Animasi pada Kelompok Tinggi
Gambar 4.1 histogram menonton film animasi pada kelompok
tinggi diatas menunjukkan pada kelas interval 30-32 dan 33-35
terdapat 1 responden, kelas interval 36-38 terdapat 6 responden,
kelas interval 39-41 dan 45-47 terdapat masing-masing 2 responden,
dan kelas interval 42-43 terdapat 3 responden. Berdasarkan histogram
tersebut disimpulkan bahwa kelas interval 36-38 memiliki frekuensi
terbesar yaitu 6 responden, dan kelas interval 30-32 dan 33-35
memiliki frekuensi terkecil yaitu masing-masing 1 responden.
63
b. Data Menonton Film Animasi pada Kelompok Rendah
Berdasarkan 12 butir pernyataan yang diperoleh dari angket
yang diisi anak usia 5-6 tahun yang di tinggal di daerah RW 04
Kelurahan Pondok Ranggon, terdapat 15 responden memiliki tingkat
menonton film animasi pada kelompok rendah.Menonton film animasi
pada kelompok rendah adalah responden yang memiliki intensitas
menonton rendah, dengan frekuensi menonton lebih dari satu kali
sehari dan durasi kurang dari 2 jam saat menonton film animasi. Data
tersebut disajikan dalam bentuk statistik deskriptif, distribusi frekuensi
dan histogram seperti berikut.
Tabel 4.3
Deskripsi Data Hasil Perhitungan Menonton Film Animasi pada Kelompok Rendah
Keterangan Hasil Perhitungan
N 15
Nilai Maksimum 38
Nilai Minimum 18
Mean 29,73
Median 30
Modus 26
Standar Deviasi 6,06
Varians 36,78
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai maksimum 38 dan
nilai minimum 18. Dengan nilai rata-rata 29,73, median 30, modus 26,
standar deviasi 6,06, serta nilai varian 36,78. Adapun distribusi
64
frekuensi menonton film animasi pada kelompok tinggi disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menonton Film Animasi pada Kelompok
Rendah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas merupakan tabel distribusi
frekuensi yang menggambarkan data menontonfilm animasi pada
kelompok rendah.Data tersebut menjelaskan bahwa rentang skor dari
skor minimum ke maksimum yaitu 20, interval kelasnya 4, dan
banyaknya kelas yaitu 6.Dengan nilai rata-rata 29,73, kelas interval
yang memiliki skor nilai dengan nilai rata-rata berada pada kelas 30-33
yang memiliki jumlah responden 3 dan presentase sebesar 20%.
Responden yang memiliki nilai diatas rata-rata berjumlah 5 responden
atau 33,3% dari total seluruh responden. Sedangkan nilai dibawah
rata-rata terdapat 7 responden atau 46,7% dari total keseluruhan.Maka
untuk memperjelas tabel distribusi frekuensi tersebut disajikan pula
histogram seperti ini.
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas Frekuensi Absolut
Frekuensi Komulatif
18-21 17,5 21,5 1 6,7
22-25 21,5 25,5 2 13,3
26-29 25,5 29,5 4 26,7
30-33 29,5 33,5 3 20,0
34-37 33,5 37,5 3 20
38-41 37,5 41,5 2 13,33333
Jumlah 15 100,0
65
0
1
2
3
4
5
18-21 22-25 26-29 30-33 34-37 38-41
Fre
qu
en
cy
Kelas Interval
Menonton Film Animasi Pada Kelompok Rendah
Frequency
Gambar 4.2
Histogram Menonton Film Animasi Pada Kelompok Rendah
Gambar 4.2 histogram menonton film animasi pada kelompok
rendah diatas menunjukkan pada kelas interval 18-21 terdapat 1
responden, kelas interval 22-25 dan 34-41 terdapat masing-masing 2
responden, dan kelas interval 26-29 terdapat 4 responden, dan kelas
interval 30-33 dan 34-37 masing-masing terdapat 3 responden.
Berdasarkan histogram tersebut disimpulkan bahwa kelas frekuensi
tertinggi yaitu 4 responden berada pada kelas 26-29, frekuensi terendah
yang memiliki 1 responden berada pada kelas interval 18-21.
2. Data Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun
Penelitian ini membahas dan menganalisis tentang perbedaan pengaruh
menonton film animasi terhadap interaksi sosial anak usia 5-6 tahun di RW
04 Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan
teknik angket untuk memperoleh data interaksi sosial anak usia 5-6 tahun
dengan 30 subjek penelitian. Data interaksi sosial anak usia 5-6 tahun
66
diperoleh berdasarkan hasil pengisian angket yang dilakukan oleh anak usia
5-6 tahun yang tinggal di wilayah RW 04 Kelurahan Pondok Ranggon, yang
sebelumnya telah dikelompokkan berdasarkan menonton film animasi pada
kelompok tinggi dan menonton film animasi pada kelompok rendah. Lembar
angket yang digunakan oleh peneliti berisikan 12 butir pernyataan, dimana
saat pengisiian angket oleh anak peneliti ikut membantu untuk menjelaskan
lebih rinci butir pernyataan. Data tersebut selanjutnya disajikan berdasarkan
deskripsi data interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film
animasi pada kelompok tinggi dan interaksi sosial anak usia 5-6 tahun
dengan menonton film animasi pada kelompok rendah.
a. Data Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Tinggi
Data interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film
animasi pada kelompok tinggi diperoleh berdasarkan 12 butir
pernyataan yang didapat dari hasil pengisian angket oleh anak usia 5-6
tahun yang tinggal di wilayah RW 04 Kelurahan Pondok Ranggon,
terdapat 15 subjek anak memiliki interaksi sosial dengan menonton film
animasi pada kelompok tinggi. Data tersebut disajikan secara lebih rinci
dalam bentuk statistik deskriptif untuk melihat nilai rata-rata, median,
modus, simpangan baku, nilai maksimum, minimum serta distribusi
frekuensi dan histogram seperti berikut.
67
Tabel 4.5
Deskripsi Data Hasil Perhitungan Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Tinggi
Keterangan Hasil Perhitungan
N 15
Nilai Maksimum 38
Nilai Minimum 25
Mean 32.13
Median 32
Modus 33
Standar Deviasi 3.99
Varians 15.98
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai maksimum 38 dan
nilai minimum 25. Dengan nilai rata-rata 32,13, median 32, modus 33,
standar deviasi 3,99, serta nilai varian 15,98. Adapun distribusi
frekuensi disajikan dalam tabel berikut dibawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Tinggi
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frekuensi Absolut
Frekuensi Komulatif
25-27 25,5 27,5 2 13,3
28-30 27,5 30,5 2 13,3
30-33 30,5 33,5 4 26,7
33-35 32,5 35,5 3 20,0
36-38 35,5 38,5 4 26,7
Jumlah 15 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas merupakan tabel distribusi
frekuensi yang menggambarkan data interaksi sosial anak usia 5-6
tahun dengan menonton film animasi pada kelompok tinggi. Data
68
0
1
2
3
4
5
25-27 28-30 31-33 34-36 37-39
Fre
qu
en
cy
Kelas Interval
Frequency
tersebut menjelaskan bahwa rentang skor dari skor minimum ke
maksimum yaitu 13, interval kelasnya 3, dan banyaknya kelas yaitu
5.Dengan nilai rata-rata 32.13, kelas interval yang memiliki skor nilai
dengan nilai rata-rata berada pada kelas 30-33 yang memiliki jumlah
responden 4 denganpresentase sebesar 26.7%. Responden yang
memiliki nilai diatas rata-rata sebanyak 7 responden atau 46.7% dari
total seluruh responden. Sedangkan nilai dibawah rata-rata terdapat 4
responden atau 26.3% dari total keseluruhan.Untuk memperjelas tabel
distribusi frekuensi tersebut disajikan pula histogram seperti ini.
Gambar 4.3
Histogram Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Tinggi
Gambar 4.2 histogram interaksi sosial anak usia 5-6 tahun
dengan menonton film animasi pada kelompok tinggi diatas
menunjukkan pada kelas interval 25-27 dan 28-30 terdapat masing-
masing 2 responden, kelas interval 31-33 dan 37-39 terdapat masing-
masing 4 responden, dan kelas interval 34-36terdapat 3 responden.
Berdasarkan histogram tersebut disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi
69
yaitu 4 responden berada pada kelas interval 31-33 dan 37-39,
sedangkan frekuensi terendah berada pada kelas 25-27 dan 28-30
yang terdapat masing-masing 2 responden.
b. Data Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Rendah
Berdasarkan 12 butir pernyataan yang didapat dari hasil
pengisian angket oleh anak usia 5-6 tahun yang tinggal di wilayah RW
04 Kelurahan Pondok Ranggon, terdapat 15 subjek anak memiliki
interaksi sosial dengan menonton film animasi pada kelompok rendah.
Data tersebut disajikan secara lebih rinci dalam bentuk statistik
deskriptif untuk melihat nilai rata-rata, median, modus, simpangan
baku, nilai maksimum, minimum serta distribusi frekuensi dan
histogram seperti berikut.
Tabel 4.7 Deskripsi Data Hasil Perhitungan Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Rendah
Keterangan Hasil Perhitungan
N 15
Nilai Maksimum 35
Nilai Minimum 20
Mean 27.67
Median 27
Modus 30
Standar Deviasi 4.11
Varians 16.95
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai maksimum 35 dan
nilai minimum 20. Dengan nilai rata-rata 27,67, median 27, modus 30,
70
standar deviasi 4,11, serta nilai varian 16,95. Adapun distribusi
frekuensi disajikan dalam tabel berikut dibawah ini.
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Rendah
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frekuensi Absolut
Frekuensi Komulatif
20-22 19,5 22,5 1 6,7
23-25 22,5 25,5 4 26,7
26-28 25,5 28,5 4 26,7
29-31 28,5 31,5 3 20,0
32-35 31,5 35,5 3 20,0
Jumlah 15 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas merupakan tabel distribusi
frekuensi yang menggambarkan data interaksi sosial anak usia 5-6
tahun dengan menonton film animasi pada kelompok rendah. Data
tersebut menjelaskan bahwa rentang skor dari skor minimum ke
maksimum yaitu 15, interval kelasnya 3, dan banyaknya kelas yaitu
5.Dengan nilai rata-rata 27.67, kelas interval yang memiliki skor nilai
dengan nilai rata-rata berada pada kelas 26-28 yang memiliki jumlah
responden 4 dengan presentase sebesar 26.7%. Responden yang
memiliki nilai diatas rata-rata berjumlah 6 responden atau 40% dari
total seluruh responden. Sedangkan nilai dibawah rata-rata terdapat 5
71
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
20-22 23-25 26-28 29-31 32-35
Fre
qu
en
cy
Kelas Interval
Frequency
responden atau 33.4% dari total keseluruhan.Untuk memperjelas tabel
distribusi frekuensi tersebut disajikan pula histogram seperti ini.
Gambar 4.4
Histogram Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Menonton Film Animasi Pada Kelompok Rendah
Gambar 4.4 histogram interaksi sosial anak usia 5-6 tahun
dengan menonton film animasi pada kelompok rendah diatas
menunjukkan pada kelas interval 20-22 terdapat 1 responden, kelas
interval 23-25, dan 26-28 terdapat masing-masing 4 responden, ,
sedangkan kelas interval 29-31 dan 32-35 terdapat masing-masing 3
responden. Berdasarkan histogram tersebut disimpulkan bahwa
frekuensi tertinggi yaitu 4 responden berada pada kelas interval 23-25
dan 26-28, frekuensi terendah berada pada kelas intervak 20-22 yang
terdapat1 responden.
72
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Data yang sudah diperoleh dalam penelitian selanjutnya diuji terlebih
dahulu melalui uji persyaratan analisis sebelum dilakukannya uji hipotesis. Uji
persyaratan tersebut yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dan uji Homogenitas dengan
menggunakan uji Fisher.
1. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas terhadap variabel bebas dilakukan untuk
mengetahui apakah data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian dilakukan dengan uji Liliefors pada kedua kelompok penelitian
yaitu interaksi sosial anak usia 5-6 dengan menonton film animasi tinggi
(Coba) dan kelompok interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan
menonton film animasi rendah (Pembanding). Kriteria penelitian
berdistribusi normal apabila hasil perhitungan Lhitung< Ltabel, tetapi
sebaliknya jika hasil perhitungan Lhitung> Ltabel maka data yang diperoleh
tidak berdistribusi normal.Uji normalitas pada dua kelompok tersebut di
gambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Interaksi Sosial Anak Usia 5-6
tahunKelompok Coba dan Pembanding
No. Kelompok Lhitung Ltabel Keterangan
1. Coba 0,116 0,220
Berdistribusi
Normal 2. Pembanding 0,098
73
Berdasarkan tabel tersebut, uji normalitas menggunakan uji
Liliefors. Pada interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film
animasi tinggi (kelompok coba) diperoleh Lhitung = 0,116 dan Ltabel= 0,220
pada taraf signifikansi α=0,05 Lhitung (0,116) < Ltabel (0,220) yang berarti
sebaran data interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film
animasi tinggi berdistribusi normal. Pada interaksi sosial anak usia 5-6
tahun dengan menonton film animasi rendah (kelompok pembanding)
diperoleh Lhitung = 0,098 dan Ltabel = 0,220 pada taraf signifikansi α=0,05
jadi Lhitung (0,098) < Ltabel (0,220), jadi dinyatakan sebaran data interaksi
sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film animasi rendah juga
berdistribusi normal.
2. Pengujian Homogenitas
Berdasarkan pengujian normalitas, data dan sampel penelitian
yang ada dinyatakan telah berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji
homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan dari
dua varians populasi, sehingga dapat diketahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher, dimana hasil
hitung diperoleh dengan membagi varians terbesar dengan varians
terkecil dari data hasil penelitian. Pada taraf signifikansi ɑ=0.05, df1 (15-
1)=14 dan df2 (15-1)=14, maka ditentukan Ftabel = 2.48. Hasil perhitungan
dikatakan homogen apabila Fhitung< Ftabel , sebaliknya dikatakan tidak
74
homogen apabila Fhitung< Ftabel. Uji homogenitas antara dua varians dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10
Uji Homogenitas Data Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 tahun
Varians Terbesar
Varians Terkecil
Fhitung Ftabel Keterangan
16,95 15,98 1,06 2,48 Homogen
Tabel tersebut menunjukkan bahwa varians terbesar dalam
penelitian yaitu sebesar 16.95 dan varians terkecil sebesar 15.98, dan
diperoleh Fhitung = 1,06. Kesimpulannya, bahwa kedua sampel kelompok
penelitian ini dikatakan homogen, karena Fhitung (1,06) < Ftabel (2,48).
C. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas dan diketahui
data telah berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya hipotesis diuji
dengan uji-t. Hipotesis yang di uji adalah terdapat pengaruh menonton film
animasi pada interaksi sosial anak usia 5-6 tahun. Pengujian dengan uji-t
yaitu uji perbedaan dua buah mean atau rata-rata sampel dengan keriteria
apabila thitung< ttabel maka Ho ditolak, dan sebaliknya.
75
Tabel 4.11
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian dk Thitung Ttabel Keterangan
Hasil Uji-t 28 3,87 1,70 Ho ditolak H1 diterima
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil pengujian hipotesis
menggunakan uji-t diperoleh, dan hasil thitung 3,87 dan ttabel 1,70 (ɑ=0,05,
n=30 dan dk=28). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa thitung (3,87) >
ttabel (1,70), dengan itu Ho yang menyatakan interaksi sosial anak usia 5-6
tahun dengan menonton film animasi pada kelompok tinggi lebih rendah
daripada interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film animasi
pada kelompok rendah ditolak, dan H1 yang menyatakan interaksi sosial anak
usia 5-6 tahun dengan menonton film animasi pada kelompok tinggi lebih
tinggi daripada interaksi sosial anak usia 5-6 tahun dengan menonton film
animasi pada kelompok rendah diterima.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
menonton film animasi terhadap interaksi sosial anak usia 5-6 tahun di RW
04 Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 30 anak usia 5-6 tahun yang tinggal di wilayah
RW 04 Kelurahan Pondok Ranggon. Sampel tersebut diambil secara acak,
dari 30 anak tersebut peneliti membagi ke dalam 2 kelompok, yaitu 15 anak
76
yang menonton film animasi pada kelompok tinggi dan 15 anak yang
menonton film animasi pada kelompok rendah. Pembagian tersebut
berdasarkan instrument pengisian angket yang diisi oleh anak, dan dibantu
oleh peneliti saat pengisiannya.Seluruh instrument yang digunakan pada
penelitian ini sebelumnya telah di uji validitas dan reliabilitasnya terhadap 13
anak diluar sampel penelitian.Setelah peneliti mendapatkan seluruh data
yang dibutuhkan langkah selanjutnya peneliti menghitung statistic deskriptif,
menguji normalitas dan homogenitas, serta menguji hipotesis penelitian yang
telah ditentukan.
Hasil pengujian terhadap hipotesis penelitan menyatakan bahwa
diperoleh thitung sebesar 3,87 sedangkan ttabelsebesar 1,70 maka thitung (3,87)
> ttabel 1,70) sehingga berdasarkan hipotesis statistic yang ditentukan
sebelumnya dinyatakan Ho ditolak dan H1 diterima. Berarti ada perbedaan
interaksi sosial anak dengan menonton film animasi pada kelompok tinggi
dengan interaksi sosial anak dengan menonton film animasi pada kelompok
rendah.
Hasil penelitian tersebut didukung oleh teori Giles yang menyatakan,
tiga teori dampak menonton televisi bagi anak, yaitu teori imitasi (peniruan),
teori social learning, dan teori kultivasi.1 Dengan kata lain, teori imitasi berarti
bahwa anak-anak akan meniru apa yang dilihat dan ditonton, seperti
menirukan adegan berkelahi berdandan, bermain pada film animasi yang
1 http://repository.unib.ac.id/7306/1/media%20habit.PDF
77
ditonton anak. Selain itu, teori social learning yang menyebutkan televisi
dapat menjadi sumber belajar bagi anak dalam mengadopsi nilai dan norma
sosial yang ada dimasyarakat untuk berinteraksi sosial yang dengan orang
lain disekitarnya. Teori kultivasi mengungkapkan jika menonton televisi
secara berlebihan maka akan menganggap apa yang ia lihat di televisi
adalah kebenarannya, yang tentunya akan berdampak pada kehidupan
sehari-hari.
Menurut Selby, The output may be designed to inform, educate,
promote, mislead, or satisfy or promote curiosity, but above all it sets out to
entertain. 2 Tujuan dari penciptaan film animasi atau kartun adalah untuk
mengiformasikan, mengedukasi, menyesatkan, mempromosikan,
memuaskan penonton, namun diatas itu semua tujuan penciptaan film
animasi ialah untuk menghibur penontonnya. Jadi, film aniamsi diciptakan
dengan berbagai tujuan, selain memberikan informasi dan mengedukasi
penontonnya, film animasi juga bisa menyesatkan penontonnya, namun pada
umumnya film animasi diciptakan untuk menghibur penontonnya.Bila
mengacu pada teori tersebut berarti film animasi tidak hanya memberikan
pengaruh baik namun juga bisa menyesatkan, dimana saat ini banyak anak
menirukan adegan perkelahian, dengan memukul, menendang temannya.
Anak pun juga fasih menirukan baik itu adegan ataupun dialog yang ada di
film animasi.Senada dengan hal tersebut, menurut Rai dalam jurnal yang
2Andrew Selby. Animation in Process. London: Laurence King Publishing. 2009. hal.07
78
ditulisnya mengatakan The children not only observe everything but they
imitate whatever they see in the cartoons. Most children are highly impressed
of the cartoons. 3 Artinya, anak tidak hanya memperhatikan, mereka juga
dapat mengimitasi apa yang mereka lihat, dan kebanyakan dari mereka
terkesan dengan kartun yang dilihatnya.
Berdasarkan hasil pengisian angket, kegiatan menonton film animasi
merupakan kegiatan yang setiap harinya dilakukan oleh anak-anak yang
tinggal wilayah RW 04 Kelurahan Pondok Ranggon. Anak-anak menonton
film animasi disaat mereka berada dirumah, tidak sedang sekolah ataupun
bermain diluar, dan kebanyakan waktu anak adalah dirumah yang digunakan
untuk menonton TV ataupun bermain sendiri dirumah. Dari total 30 anak
yang menjadi sampel penelitian sebanyak 53,3% anak menonton film animasi
setiap harinya.
Saat ini banyak sekali stasiun televisi yang menayangkan berbagai
ragam judul film animasi, mulai dari animasi yang berbentuk manusia,
binatang, benda, hingga robot. Begitu pun dengan alur cerita yang beragam,
ada yang menceritakan kehidupan sehari-hari, kehidupan binatang, hingga
cerita fantasi seperti peri ajaib, kisah makhluk hidup dibawah laut, dan anak
berkekuatan super. Film animasi sebenarnya tidak hanya memberikan
contoh yang baik saja namun juga memberikan contoh yang tidak baik. Entah
3Shazia Akbar Ghilzai et al. Impact of Cartoon Programs on Children’s Language and Behavior. Quaid-
i-Azam University. 2017
79
itu dari adegan ataupun dialog yang ada di film animasi. Karena saat ini
masih ada film animasi yang sebenarnya ditujukan bukan untuk konsumsi
anak usia 5-6 tahun, seperti menggunakan kata-kata kasar dan menampilkan
adegan yang tidak baik. Berdasarkan data yang diperoleh film animasi yang
paling digemari anak dan hampir semua anak menonton yaitu Upin-Ipin dari
30 sampel anak semuanya menonton film animasi tersebut.Film tersebut
merupakan film animasi buatan Malaysia yang ditayangkan di salah satu
stasiun TV nasional. Film animasi tersebut menceritakan kisah kehidupan
dua anak kembar yang sekolah di taman kanak-kanak. Dari film tersebut
memberikan contoh perilaku baik, seperti sayang dengan orangtua dan
teman, membantu teman yang susah, menghormati orang yang lebih tua dan
lain-lain. Itu merupakan salah satu flm animasi yang memberikan pengaruh
baik, namun ada juga film animasi yang tidak baik untuk ditonton anak karena
menggunakan kata kasar seperti “Bodoh”, “Sial”, juga menampilkan adegan
yang tidak baik seperti berkelahi.
Maka dari itu peran orang tua sangat penting sebagai pendamping
ketika anak menonton film animasi, bukan hanya sebagai pendamping orang
tua juga berperan untuk memilih film animasi apa saja yang baik untuk
dintonton anak. Cerita yang baik akan memberikan pesan dan nilai-nilai yang
baik bagi anak, dan sebaliknya. Seperti yang dikatakan pada teori
sebelumnya bahwa anak mudah meniru apa yang ditontonnya, jika anak
menirukan hal yang baik maka anak menirukan hal baik tersebut ketika ia
80
berinteraksi dengan temannya dan menghasilkan bentuk interaksi yang
positif seperti kerjasama. Namun, jika anak menirukan hal yang tidak baik,
maka ketika ia berinteraksi dengan temannya akan menghasilkan bentuk
interaksi yang negatif seperti pertikaian atau persaingan.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah melakukan berbagai upaya agar mendapatkan hasil yang
optimal. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya, peneliti menyadari bahwa
ada faktor diluar jangkauan peneliti yang juga mempengaruhi penelitian ini.
Sehingga peneliti menemukan keterbatasan dalam penelitian ini adalah
variabel terikat (interaksi sosial) dalam penelitian ini bukan hanya dipengaruhi
oleh variabel bebas (menonton film animasi) saja, tetapi juga ada faktor lain
yang dapat mempengaruhinya seperti pola asuh orang tua, serta lingkungan
sekitar anak. Kemudian penelitian ini hanya dilakukan di daerah Kelurahan
Pondok Ranggon, sehingga generalisasi pada penelitian ini hanya berlaku
untuk populasi yang memiliki karakter yang sama dengan sampel penelitian.