BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/18574/6/BAB 4 10401244040.pdf ·...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …eprints.uny.ac.id/18574/6/BAB 4 10401244040.pdf ·...
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Turi yang
beralamatkan di Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Seperti sekolah pada umumnya yang mempunyai visi dan
misi. SMP Negeri 1 Turi mempunyai Visi yaitu berakhlak mulia,
berprestasi, kompetitif, dan berbudaya. Selain visi, SMP Negeri 1 Turi
mempunyai misi. Misi yang dilakukan untuk meraih visi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama
yang dianutnya kepada peserta didik, sebagai sumber kearifan dalam
bertindak.
b. Mengoptimalkan pembelajaran dan bimbingan terhadap peserta didik
secara efektif dan efisien.
c. Mengoptimalkan keterampilan, IPTEK, Seni, dan Olahraga kepada
peserta didik sebagai wahana berkompetensi.
d. Melatih peserta didik dalam hidup berbudaya dan peduli lingkungan.
Tujuan dari SMP N 1 Turi yaitu:
a. Menghasilkan lulusan yang taguh iman, IPTEK , dan Seni.
b. Menghasilkan lulusan yang berprestasi bidang akademik dan non
akademik.
c. Menanamkan jiwa kompetitif dan beretos kerja bagi warga sekolah.
67
d. Pembiasaan berbudaya dan peduli lingkungan.
Lokasi SMP Negeri 1 Turi cukup mendukung untuk proses
kegiatan belajar mengajar karena terletak didaerah yang memiliki suasana
lingkungan yang kondusif dan didukung juga dengan lokasi sekolah di
kaki gunung merapi sehingga memiliki udara yang sejuk. Lokasi sekolah
ini cukup strategis karena terletak tidak jauh dari jalan raya dan sekolah
bisa dijangkau dengan menggunakan sepeda.
SMP Negeri 1 Turi mempunyai 12 ruang kelas yang terbagi atas 4
ruangan untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan kelas IX. Sekolah
SMP Negeri 1 Turi juga dilengkapi dengan laboratorium komputer, ruang
perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, musholah, UKS, BK,
TU, ruang koperasi, ruang perlengkapan/ gudang, kantin, WC,ruang
OSIS, ruang music, ruang PKK, tempat parkir guru dan siswa. Halaman
tengah dimanfaatkan sebagai upacara merangkap lapangan olah raga.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan dua
kelas sebagai subjek penelitian, yaitu kelas VIII B sebagai kelas control
yang berjumlah 25 siswa dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 25 siswa jadi total keseluruhan subjek penelitian 50 siswa.
B. Hasil penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelas untuk diteliti, satu kelas
berperan sebagi kelas eksperimen dan yang satu sebagai kelas kontrol.
68
Dalam proses pembelajaran siswa kelas eksperimen menggunakan
metode pembelajaran active learning tipe quiz team, pada kelas kontrol
tetap menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
menerapkan metode pembelajaran active learning tipe quiz team, dan
kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dapat di jelaskan
sebagai berikut:
a. Pembelajaran kelas Eksperimen
Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen pada
penelitian ini adalah kelas VIII D, SMP Negeri 1 Turi tahun ajaran
2013/ 2014. Proses pembelajaran dilaksanakan 2 kali pertemuan.
Peneliti bertindak sebagai pengajar dalam proses pembelajaran
yang diawasi langsung oleh guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas
eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran active
learning tipe quiz team dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal pada kelas eksperimen diawali dengan
kegiatan pretest yang dilaksanakan untuk mengetahui kondisi
prestasi belajar siswa sebelum diberikan perlakukan.
Penyampaian SK, KD, dan indikator pembelajaran, kemudian
dilakukan apersepsi.
69
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dalam proses pembelajaran menggunakan
metode meliputi kegiatan: Guru menunjukkan peta konsep
tentang sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara
sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, Guru menjelaskan garis
besar materi, Guru menyampaikan langkah-langkah metode
pembelajaran active learning tipe quiz team, kemudian
dilanjutkan dengan menyampaikan teknis pelaksanaan active
learning tipe quiz team yang bertujuan agar siswa paham dan
mengerti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pembagian tim, yaitu siswa dalam kelas eksperimen dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa.
Peneliti membagi siswa di kelas eksperimen menjadi 5 kelompok
belajar. Peneliti dan siswa membagi kelompok belajar secara
bersama-sama. Data kelompok belajar siswa pada kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9
Kelompok Belajar Kelas Eksperimen (Kelas VIIID) Kelompok I Kelompok II Kelompok III
1. Asnan
2. Dwi
3. Nony
1. Ella
2. Erik
3. Kukuh
1. Audri
2. dhoni
3. fajar
70
4. Wening
5. Teguh
4. Laila
5. Yasni
4. isno
5. yuni
Kelompok IV Kelompok V
1. jevinsa
2. debika
3. Rosita
4. Wisnu
5. Afifah
1. Bimo
2. Danang
3. Heni
4. Niken
5. Nisa
Siswa diberi tugas yang dikerjakan secara berkelompok
dengan kelompok belajar yang telah dibentuk sebelumnya. Kegiatan
selanjutnya adalah pelaksanaan game bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan individu dalam menguasai materi yang telah
disampaikan oleh peneliti dan dipelajari bersama dalam kelompok
belajar yang telah dibentuk sebelumnya.
Siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, akan
mendapatkan skor. Kelompok yang mampu mendapatkan jumlah skor
tertinggi dari kelompok lain akan menjadi pemenang dalam game
tersebut. Kelompok yang menjadi pemenang dalam game yaitu
kelompok D. Perolehan skor game kelas eksperimen dapat dilihat
pada tabel 10 berikut ini:
71
Tabel 10.
Skor Game Kelas Eksperimen
Kelompok Skor
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
4
6
5
7
3
3) Kegiatan akhir
Kegiatan akhir dalam proses belajar mengajar pada kelas
eksperimen adalah tanya jawab dengan siswa, penarikan kesimpulan
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan postest yang bertujuan untuk
memperoleh data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran dengan metode active learning tipe quiz team. Siswa
kembali diminta untuk mengisi kuesioner motivasi belajar siswa,
untuk memperoleh data motivasi belajar siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran dengan metode active learning tipe quiz team.
b. Pembelajaran Kelas Kontrol
Kelas yang berperan sebagai kelas kontrol pada penelitian ini
adalah kelas VIIIB, SMP Negeri 1 Turi tahun ajaran 2013/ 2014. Proses
pembelajaran dilaksanakan 2 kali pertemuan. Peneliti bertindak sebagai
72
pengajar dalam proses pembelajaran yang diawasi langsung oleh guru
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal pada kelas kontrol diawali dengan kegiatan pretest
yang dilaksanakan untuk mengetahui kondisi prestasi belajar siswa
sebelum kegiatan pembelajaran. Penyampaian SK, KD, dan
indikator pembelajaran, kemudian dilakukan apersepsi.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah
meliputi kegiatan penyampaian materi kepada siswa oleh peneliti.
3) Kegiatan akhir
Kegiatan akhir dalam proses belajar mengajar pada kelas kontrol
adalah tanya jawab dengan siswa, penarikan kesimpulan dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan posttest yang bertujuan untuk
memperoleh data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran dengan metode ceramah. Siswa kembali diminta untuk
mengisi kuesioner motivasi belajar siswa, untuk memperoleh data
motivasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan
metode ceramah.
73
C. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
pembelajaran active learning tipe quiz team pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Turi tahun Pelajaran 2013 / 2014.
1. Data Motivasi Belajar
Data hasil variabel motivasi belajar siswa dengan 28 butir
pernyataan dan jumlah responden 25 siswa adalah sebagai berikut.
a. Data Pre Motivasi Belajar Kelas Eksperimen
Berdasarkan data motivasi awal siswa kelas eksperimen dengan
menggunakan metode pembelajaran active learning tipe quiz team
diperoleh daari angket motivasi belajar siswa mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan jumlah responden sebanyak 25
siswa. Data pretest motivasi belajar kelas eksperimen yang diolah
menggunakan program SPSS, maka diperoleh skor tertinggi sebesar
97,00 dan skor terendah sebesar 63,00. Hasil analisis menunjukkan
rerata (mean) sebesar 77,88, median 78,00, modus 65,00 dan standar
deviasi sebesar 9,40.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek penelitian. Dari
perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga diperoleh banyak kelas
1 + 3.3 log 25 = 5,613 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Rentang
data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
74
diperoleh rentang data sebesar 97,00-63,00 = 34,00. Dengan diketahui
rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas sebesar 5,67
dibulatkan menjadi 5,7. Tabel distribusi frekuensi pre motivasi belajar
siswa sebagai berikut:
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Pre Motivasi Belajar Kelas Eksperimen
No. Interval Frekuensi Persentase
1 92.0 - 97.7 2 8.0%
2 86.2 - 91.9 2 8.0%
3 80.4 - 86.1 7 28.0%
4 74.6 - 80.3 5 20.0%
5 68.8 - 74.5 3 12.0%
6 63.0 - 68.7 6 24.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pretest motivasi
belajar siswa di atas dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
75
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Variabel Pretest Motivasi Belajar
Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
pretest motivasi belajar siswa kelas eksperimen sebagian besar
terdapat pada interval 80,4-86,1 sebanyak 7 siswa (28%), sedangkan
paling sedikit terdapat pada interval 92,0-97,7 dan interval 86,2-91,9
sebanyak 2 siswa (8%). Sisanya berada pada interval 74,6-80,3
sebanyak 5 siswa (20%), interval 68,8-74,5 sebanyak 3 siswa (12%),
serta interval 63,0-68,7 sebanyak 6 siswa (24%).
Kemudian penentuan kecenderungan variabel, setelah nilai
minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 28 dan
112, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan
rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin), mencari standar deviasi ideal (SDi)
dengan rumus Sdi = 1/6 (Xmax-Xmin). Berdasarkan acuan norma di
atas, mean ideal variabel pre motivasi siswa pada kelas eksperimen
76
adalah 70. Standar deviasi ideal adalah 14.00. Dari perhitungan di
atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut:
Baik = X ≥ Mi + Sdi
= ≥ 84
Cukup = Mi – SDi ≤ X < Mi + Sdi
= 56,00 ≤ X < 84,00
Kurang = X< Mi – Sdi
= < 56,00
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel
kecenderungan pre motivasi siswa kelas eksperimen sebagai berikut:
Tabel 12
Kategorisasi Pre Motivasi Siswa Kelas Eksperiemen
No Skor
Frekuensi
Kategori
Frekuensi Persentase %
1 ≥ 84 8 32% Baik
2 56-84 17 68% Cukup
3 <56 0 0,0% Kurang
Total 25 100,0
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan kecenderungan
variabel pretest motivasi belajar siswa kelas eksperimen pada
kategori cukup sebesar 68%, kemudian kategori baik sebesar 32%.
Dengan demikian dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
mayoritas kecenderungan pretest motivasi belajar siswa pada
77
kategori baik. Kategori kecenderungan pretest motivasi belajar kelas
eksperimen dapat dilihat dalam diagram dibawah ini.
Gambar 2. Diagram Pie Kecenderungan Variabel Pre Motivasi
Belajar Kelas Eksperimen
Dari Tabel 12 dan gambar 2, kategori kecenderungan perolehan
variabel pre motivasi belajar siswa kelas eksperiemen dapat diketahui
terdapat 8 siswa (32%) yang skornya termasuk kategori baik dan
sebanyak 17 siswa (68%) dalam kategori cukup. Dari hasil tersebut
dapat diketahui sebagian besar kecenderungan perolehan variabel pre
motivasi belajar siswa kelas eksperiemen adalah kategori cukup.
b. Data Post Motivasi Belajar Kelas Eksperimen
Berdasarkan data motivasi belajar post kelas eksperimen
diperoleh dari angket yang disebar kepada 25 siswa kelas eksperimen.
Data post motivasi belajar menggunakan metode pembelajaran active
learning tipe quiz team yang diolah menggunakan program SPSS,
maka diperoleh skor tertinggi sebesar 102,00 dan skor terendah
78
sebesar 72,00. Hasil analisis menunjukkan rerata (mean) sebesar 85,76
median 86,00, modus 78,00 dan standar deviasi sebesar 9,68.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek penelitian. Dari
perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga diperoleh banyak kelas
1 + 3.3 log 25 = 5,61 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Rentang
data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
diperoleh rentang data sebesar 102,0-72,0 = 30,00. Dengan diketahui
rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas sebesar 5,00
dibulatkan menjadi 5. Tabel distribusi frekuensi posttest motivasi
belajar siswa menggunakan metode pembelajaran active learning tipe
quiz team sebagai berikut:
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Posttest Motivasi Belajar Siswa Menggunakan
Metode Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team Kelas
Eksperimen
No Interval Frekuensi Persentase
1 97.5 - 102.5 3 12.0%
2 92.4 - 97.4 6 24.0%
3 87.3 - 92.3 2 8.0%
4 82.2 - 87.2 4 16.0%
5 77.1 - 82.1 4 16.0%
6 72.0 - 77.0 6 24.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
79
Berdasarkan distribusi frekuensi posttest variabel motivasi
belajar siswa metode pembelajaran active learning tipe quiz team di
atas dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Variabel Posttest Motivasi Belajar
Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
motivasi belajar siswa menggunakan metode pembelajaran active
learning tipe quiz team kelas eksperimen sebagian besar terdapat
pada interval 92,4-97,4 dan 72,0-77,0 sebanyak 6 siswa (24%),
sedangkan paling sedikit terdapat pada interval 87,3-92,3 sebanyak 2
siswa (8%). Sisanya berada pada interval 97,5-102-5 sebanyak 3
siswa (12%), interval 82,2-87,2 dan interval 77,1-82,1 sebanyak 4
siswa (16%).
80
Kemudian penentuan kecenderungan variabel, setelah nilai
minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 28 dan
112, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan
rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin), mencari standar deviasi ideal (SDi)
dengan rumus Sdi = 1/6 (Xmax-Xmin). Berdasarkan acuan norma di
atas, mean ideal variabel post motivasi siswa pada kelas eksperimen
adalah 70. Standar deviasi ideal adalah 14.00. Dari perhitungan di
atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut:
Baik = X ≥ Mi + Sdi
= ≥ 84,00
Cukup = Mi – SDi ≤ X < Mi + Sdi
= 56,00 ≤ X < 84,00
Kurang = X< Mi – Sdi
= < 56,00
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi
motivasi siswa menggunakan metode pembelajaran active learning
tipe quiz team kelas eksperimen sebagai berikut:
Tabel 14
Motivasi Belajar Menggunakan Metode Active Learning tipe Quiz
Team Kelas Eksperiemen
No Skor
Frekuensi
Kategori
Frekuensi Persentase %
1 ≥ 84 14 56% Baik
2 56-84 11 44% Cukup
81
3 <56 0 0,0% Kurang
Total 25 100,0
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan kecenderungan
variabel post motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran
active learning tipe quiz team pada kategori cukup sebesar 44%,
kemudian kategori baik sebesar 56%. Dengan demikian dari hasil
yang diperoleh dapat dikatakan bahwa mayoritas kecenderungan
post motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran active
learning tipe quiz team pada kategori baik. Kategori kecenderungan
motivasi belajar kelas eksperimen dapat dilihat dalam diagram
dibawah ini.
Gambar 4. Diagram Pie Kecenderungan Variabel Post Motivasi
Belajar dengan Metode Pembelajaran Active Learning tipe Quiz
Team Kelas Eksperimen
82
Dari Tabel 14 dan gambar 4, kategori kecenderungan perolehan
variabel post motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran
active learning tipe quiz team kelas eksperiemen dapat diketahui
terdapat 14 siswa (56%) yang skornya termasuk kategori baik dan
sebanyak 11 siswa (44%) dalam kategori cukup. Dari hasil tersebut
dapat diketahui sebagian besar kecenderungan perolehan variabel post
motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran active learning
tipe quiz team kelas eksperiemen adalah kategori baik.
c. Data Pre Motivasi Belajar Kelas Kontrol
Data motivasi belajar kelas kontrol dengan menggunkan metode
pembelajaran ceramah diperoleh dari angket motivasi belajar siswa
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan jumlah
responden sebanyak 25 siswa. Data pre motivasi belajar diolah
menggunakan program SPSS, maka diperoleh skor tertinggi sebesar
90,00 dan skor terendah sebesar 59,00. Hasil analisis menunjukkan
rerata (mean) sebesar 77,52, median 79,00, modus 79,00 dan standar
deviasi sebesar 7,036.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek penelitian. Dari
perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga diperoleh banyak kelas
1 + 3.3 log 25 = 5,61 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Rentang
data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
diperoleh rentang data sebesar 90,00-59,00 = 31,00. Dengan diketahui
83
rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas sebesar 5,17
dibulatkan menjadi 5,2. Tabel distribusi frekuensi variabel motivasi
belajar siswa kelas kontrol disajikan sebagai berikut:
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Pre Motivasi Belajar dengan Kelas Kontrol
No Interval Frekuensi Persentase
1 85.5 - 90.7 2 8.0%
2 80.2 - 85.4 6 24.0%
3 74.9 - 80.1 10 40.0%
4 69.6 - 74.8 3 12.0%
5 64.3 - 69.5 3 12.0%
6 59.0 - 64.2 1 4.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pretest motivasi
belajar siswa kelas kontrol di atas dapat digambarkan grafik sebagai
berikut:
Gambar 5. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Belajar Siswa
Kelas Kontrol
84
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
motivasi belajar siswa kelas kontrol sebagian besar terdapat pada
interval 74,9-80,1 sebanyak 10 siswa (40%), sedangkan paling sedikit
terdapat pada interval 59,0-64,2 sebanyak 1 siswa (4%). Sisanya
berada pada interval 85,5-90,7 sebanyak 2 siswa (8%), interval 80,2-
85,4 sebanyak 6 siswa (24%), interval 69,6-74,8 dan interval 64,3-
69,5 sebanyak 3 siswa (12%).
Kemudian penentuan kecenderungan variabel, setelah nilai
minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 28 dan
112, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus
Mi = ½ (Xmax+Xmin), mencari standar deviasi ideal (Sdi) dengan
rumus Sdi = 1/6 (Xmax-Xmin). Berdasarkan acuan norma di atas, mean
ideal variabel pre motivasi belajar siswa kelas kontrol adalah 70.
Standar deviasi ideal adalah 14.00. Dari perhitungan di atas dapat
dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut:
Baik = X ≥ M + Sdi
= ≥ 56,00
Cukup = M – SD ≤ X < Mi + SD
= 56 ,00 ≤ X < 84,00
Kurang = X< M – Sd
= < 56,00
85
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel 8 distribusi
kecenderungan variabel pretest motivasi belajar siswa kelas kontrol
sebagai berikut:
Tabel 16
Distribusi Kecenderungan Variabel Pre Motivasi Belajar Siswa
Kelas Kontrol
No Skor
Frekuensi
Kategori
Frekuensi Persentase %
1 ≥ 56.00 5 20% Baik
2 56.00-84.00 20 80% Cukup
3 <56.00 0 0% Kurang
Total 25 100,0
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan kecenderungan
pretest motivasi belajar siswa kelas kontrol pada kategori baik
sebesar 20% dan kategori cukup sebesar 80%. Dengan demikian dari
hasil yang diperoleh di atas dapat dikatakan bahwa kecenderungan
pretest motivasi siswa kelas kontrol pada kategori cukup. Kategori
kecenderungan pretest motivasi belajar kelas kontrol dapat dilihat
dalam diagram dibawah ini.
86
Gambar 6. Diagram Pie Kecenderungan Variabel Pretest Motivasi
Belajar Siswa Kelas Kontrol
Dari Tabel 16 dan gambar 6, kategori kecenderungan perolehan
variabel pretest motivasi belajar siswa kelas kontrol dapat diketahui
terdapat 5 siswa (20%) yang skornya termasuk kategori baik dan
sebanyak 20 siswa (80%) dalam kategori cukup. Dari hasil tersebut
dapat diketahui sebagian besar kecenderungan perolehan variabel
pretest motivasi belajar siswa kelas kontrol pada kategori cukup.
d. Data Post Motivasi Belajar kelas kontrol
Berdasarkan data post motivasi belajar siswa dengan
menggunakan metode ceramah diperoleh dari angket motivasi belajar
siswa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan jumlah
responden sebanyak 25 siswa. Data diolah menggunakan program
SPSS, maka diperoleh skor tertinggi sebesar 92,00 dan skor terendah
87
sebesar 60,00. Hasil analisis menunjukkan rerata (mean) sebesar
78,04, median 79,00, modus 70,00 dan standar deviasi sebesar 7,812.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek penelitian. Dari
perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga diperoleh banyak kelas
1 + 3.3 log 25 = 5,61 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Rentang
data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
diperoleh rentang data sebesar 92,00-60,00 = 32,00. Dengan diketahui
rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas sebesar 5,3
dibulatkan menjadi 5,3. Tabel distribusi frekuensi variabel post
motivasi belajar siswa dengan metode ceramah disajikan sebagai
berikut:
Tabel 17
Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar dengan Metode Ceramah Kelas
Kontrol
No Interval Frekuensi Persentase
1 87.0 - 92.3 2 8.0%
2 81.6 - 86.9 8 32.0%
3 76.2 - 81.5 6 24.0%
4 70.8 - 76.1 4 16.0%
5 65.4 - 70.7 3 12.0%
6 60.0 - 65.3 2 8.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
88
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel posttest motivasi
belajar siswa dengan metode ceramah di atas dapat digambarkan
grafik sebagai berikut:
Gambar 7. Distribusi Frekuensi Variabel Post Motivasi Belajar Siswa
dengan Metode Ceramah pada Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel post
motivasi belajar siswa dengan metode ceramah sebagian besar
terdapat pada interval 81,6-86,9 sebanyak 8 siswa (32%), sedangkan
paling sedikit terdapat pada interval 87,0-92,3 dan interval 60,0-65,3
sebanyak 2 siswa (8%). Sisanya berada pada interval 76,2-81,5
sebanyak 6 siswa (24%), interval 70,8-76,1 sebanyak 4 siswa (16%),
dan interval 65,4-70,7 sebanyak 3 siswa (12%).
Kemudian penentuan kecenderungan variabel, setelah nilai
minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 28 dan
89
84, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus
Mi = ½ (Xmax+Xmin), mencari standar deviasi ideal (Sdi) dengan
rumus Sdi = 1/6 (Xmax-Xmin). Berdasarkan acuan norma di atas, mean
ideal variabel post motivasi belajar siswa dengan metode ceramah
adalah 70. Standar deviasi ideal adalah 14.00. Dari perhitungan di
atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut:
Baik = X ≥ M + Sdi
= ≥ 56,00
Cukup = M – SD ≤ X < Mi + SD
= 56,00 ≤ X < 84,00
Kurang = X< M – Sd
= < 84,00
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel 17 distribusi
kecenderungan variabel posttest motivasi belajar siswa dengan metode
ceramah sebagai berikut:
Tabel 18
Distribusi Kecenderungan Variabel Posttest Motivasi Belajar
dengan Metode Ceramah Kelas Kontrol
No Skor
Frekuensi
Kategori
Frekuensi Persentase %
1 ≥ 42 6 24% Baik
2 28-41 19 76% Cukup
3 <28 0 0% Kurang
Total 25 100,0
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
90
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan post motivasi belajar
siswa menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol pada
kategori baik sebesar 24% dan kategori cukup sebesar 76%. Dengan
demikian dari hasil yang diperoleh di atas dapat dikatakan bahwa
kecenderungan posttest motivasi siswa menggunakan metode
ceramah kelas kontrol pada kategori cukup. Kategori kecenderungan
post motivasi belajar kelas kontrol dapat dilihat dalam diagram
dibawah ini.
Gambar 8. Diagram Pie Kecenderungan Variabel Post Motivasi
Belajar dengan Metode Ceramah Kelas Kontrol
Dari Tabel 18 dan gambar 8, kategori kecenderungan
perolehan variabel posttest motivasi belajar siswa dengan metode
ceramah kelas kontrol dapat diketahui terdapat 6 siswa (24%) yang
skornya termasuk kategori baik dan sebanyak 19 siswa (76%) dalam
91
kategori cukup. Dari hasil tersebut dapat diketahui sebagian besar
kecenderungan perolehan variabel posttest motivasi belajar siswa
dengan metode pembelajaran ceramah kelas kontrol adalah kategori
cukup.
2. Data Prestasi Belajar
Data prestasi belajar dalam penelitian ini menghasilkan dua macam
data, yaitu data skor pretest dan data skor postest pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan baik pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Pada kelas eksperimen, tes tersebut untuk membandingkan
hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Turi sebelum dan sesudah diterapkan metode pembelajaran
active learning tipe quiz team . Hasil penelitian pada kelas eksperimen
(metode active learning tipe quiz team ) dan kelas kontrol (metode
ceramah) disajikan sebagai berikut:
a. Data Pretest Prestasi Belajar Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen merupakan kelas yang diajar dengan
menggunakan metode active learning tipe quiz team. Sebelum
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode active
learning tipe quiz team, terlebih dahulu dilakukan pretest, untuk
mengetahui kemampuan belajar siswa sebelum dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode active learning tipe
quiz team. Subjek pada pretest kelas eksperimen sebanyak 25 siswa.
Adapun hasil pretest kelas eksperimen pada saat pretest dengan nilai
92
terendah adalah 6,8 dan nilai tertinggi sebesar 8,2. Dengan program
SPSS diketahui bahwa skor rerata (mean) yang dicapai siswa kelas
eksperimen pada saat pretest sebesar 7,40; median sebesar 7,10;
mode sebesar 6,80 dan SD sebesar 0,63.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek penelitian. Dari
perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga diperoleh banyak kelas
1 + 3.3 log 25 = 5,63 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Rentang
data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
diperoleh rentang data sebesar 8,2-6,8 = 1,43. Dengan diketahui
rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas sebesar 0,24
dibulatkan menjadi 0,3. Tabel distribusi frekuensi variabel pretest
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan disajikan sebagai
berikut:
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Variabel pretest prestasi belajar kelas eksperimen
No. Interval Frekuensi Persentase
1 8.8 - 9.1 0 0.0%
2 8.4 - 8.7 0 0.0%
3 8.0 - 8.3 8 32.0%
4 7.6 - 7.9 4 16.0%
5 7.2 - 7.5 4 16.0%
6 6.8 - 7.1 9 36.0%
93
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pretest prestasi
belajar kelas eksperimen di atas dapat digambarkan grafik sebagai
berikut:
Gambar 9. Distribusi Frekuensi Variabel Pretest Prestasi Belajar
Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
pretest prestasi belajar kelas eksperiemen sebagian besar terdapat
pada interval 6,8-7,1 sebanyak 9 siswa (36%), sedangkan paling
sedikit terdapat pada interval 7,6-7,9 dan interval 7,2-7,5 sebanyak 4
siswa (16%). Sisanya berada pada interval 8,0-8,3 sebanyak 8 siswa
(32%), dan untuk interval 88-9,1 dan 8,4-8,7 tidak ada.
Kecenderungan kategorisasi untuk variabel prestasi belajar
mengacu pada nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai
94
KKM di SMP Negeri 1 Turi yaitu 75. Berikut ini tabel kategorisasi
kecenderungan perolehan skor posttest prestasi belajar kelas kontrol.
Tabel 20
Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Prestasi Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Eksperiemen
No
Kategori
Interval
Frekuensi
Frekuensi
(%)
1 Tuntas 75-100 12 48%
2 Belum tuntas 0-75 13 52%
Jumlah 25 100,0
(Sumber: Data diolah, 2014)
Berdasarkan kategorisasi kecenderungan perolehan skor pretest
prestasi belajar menggunakan metode active learning tipe quiz team
di atas dapat digambarkan diagram sebagai berikut:
Gambar 10: Diagram Pie Kecenderungan Skor Pretest Kelas
Eksperimen
95
Dari Tabel 20 dan gambar 10, kategori kecenderungan
perolehan skor pretest prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
kelas eksperimen dapat diketahui terdapat 12 siswa (48%) yang
skornya termasuk kategori tuntas dan sebanyak 13 siswa (52%)
dalam kategori belum tuntas. Dari hasil tersebut dapat diketahui
sebagian besar kecenderungan skor pretest prestasi belajar kelas
eksperimen adalah kategori belum tuntas.
b. Data Prestasi Belajar Posttest Kelas Eksperimen
Subjek pada posttest kelompok eksperiemen sebanyak 25
siswa dari tes akhir, skor terendah adalah 7,5 dan skor tertinggi yang
dicapai siswa adalah 10,0. Dengan komputer program SPSS
diketahui bahwa skor rerata (mean) yang diraih siswa kelas
eksperimen pada posttest sebesar 8,92; median 8,90; mode sebesar
9,60; dan SD sebesar 0,65.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek
penelitian. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga
diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 25 = 5,61 dibulatkan menjadi 6
kelas interval. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal –
nilai minimal, sehingga diperoleh rentang data sebesar 10,0-7,5 =
2,5. Dengan diketahui rentang data maka dapat diperoleh panjang
kelas sebesar 0,42. Tabel distribusi frekuensi variabel posttest
96
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan metode active
learning tipe quiz team disajikan sebagai berikut:
Tabel 21.
Distribusi Frekuensi Variabel Posttest Prestasi Belajar Kelas Eksperimen
No Interval Frekuensi Persentase
1 10.0 - 10.4 1 4.0%
2 9.5 - 9.9 6 24.0%
3 9.0 - 9.4 7 28.0%
4 8.5 - 8.9 5 20.0%
5 8.0 - 8.4 4 16.0%
6 7.5 - 7.9 2 8.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel posttest prestasi
belajar menggunakan metode active learning tipe quiz team di atas
dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
Gambar 11. Distribusi Frekuensi Variabel Posttest Prestasi Belajar
Kelas Eksperimen
97
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
posttest prestasi belajar menggunakan metode active learning tipe
quiz team sebagian besar terdapat pada interval 9,0-9,4 sebanyak 7
siswa (28%), sedangkan paling sedikit terdapat pada interval 10,0-
10,4 sebanyak 1 siswa (4%). Sisanya berada pada interval 9,5-9,9
sebanyak 6 siswa (24%), interval 8,5-8,9 sebanyak 5 siswa (20%),
interval 8,0-8,4 sebanyak 4 siswa (16%), dan interval 7,5-7,9
sebanyak 2 siswa (8%).
Kecenderungan kategorisasi untuk variabel prestasi belajar
mengacu pada nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai
KKM di SMP 1 Turi yaitu 75. Berikut ini tabel kategorisasi
kecenderungan perolehan skor posttest prestasi belajar kelas
eksperimen.
Tabel 22.
Kategorisasi Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Prestasi Belajar
Kelas Eksperimen
No
Kategori
Interval
Frekuensi
Frekuensi
(%)
1 Tuntas 75-100 25 100
2 Belum tuntas 0-75 0 0
Total 25 100,0%
(Sumber: Data diolah, 2013)
98
Berdasarkan kategorisasi kecenderungan perolehan skor
posttest prestasi belajar menggunakan metode Active Learning tipe
quiz team di atas dapat digambarkan diagram sebagai berikut.
Gambar 12. Diagram Pie Kecenderungan Skor Posttest
Kelas eksperimen
Dari tabel 22 dan gambar 12, kategori perolehan skor posttest
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas eksperimen
dapat diketahui terdapat 25 siswa (100%) termasuk kategori tuntas
dan siswa yang masuk dalam kategori belum tuntas (0%). Dari hasil
tersebut dapat diketahui sebagian besar kecenderungan skor posttest
hasil belajar PKn kelas eksperimen dalam kategori tuntas.
c. Data Pretest Prestasi Belajar Kelas Kontrol
Kelas kontrol merupakan kelas yang diajar dengan
menggunakan metode ceramah. Sebelum kelas kontrol diberikan
perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest hasil belajar Pendidikan
99
Kewarganegaraan. Subjek pada pretest kelas kontrol sebanyak 25
siswa. Dari hasil belajar awal, skor tertinggi yang dicapai siswa
adalah 8,2 dan skor terendah sebesar 6,4. Dengan komputer program
SPSS versi 20,0 diketahui bahwa skor rerata (mean) yang diraih
siswa kelas kontrol pada saat pretest sebesar 7,40; median sebesar
7,50; mode sebesar 7,90 dan SD sebesar 0,55.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek penelitian. Dari
perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga diperoleh banyak kelas
1 + 3.3 log 25 = 5,61 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Rentang
data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga
diperoleh rentang data sebesar 8,2-6,4 = 1,81. Dengan diketahui
rentang data maka dapat diperoleh panjang kelas sebesar 0,30
dibulatkan menjadi 0,3. Tabel distribusi frekuensi variabel pretest
prestasi belajar yang diajar dengan menggunakan metode ceramah
disajikan sebagai berikut:
Tabel 23.
Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Pre test Kelas Kontrol
No Interval Frekuensi Persentase
1 8.4 - 8.7 0 0.0%
2 8.0 - 8.3 3 12.0%
3 7.6 - 7.9 6 24.0%
4 7.2 - 7.5 9 36.0%
5 6.8 - 7.1 5 20.0%
100
6 6.4 - 6.7 2 8.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel pretest prestasi
belajar menggunakan metode ceramah di atas dapat digambarkan
grafik sebagai berikut:
Gambar 13. Distribusi Frekuensi Variabel Pretest Prestasi Belajar
Kelas kontrol
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
pretest prestasi belajar dengan menggunakan metode ceramah
sebagian besar terdapat pada interval 7,2-7,5 sebanyak 9 siswa
(36%), sedangkan paling sedikit terdapat pada interval 6,4-6,7
sebanyak 2 siswa (8%). Sisanya berada pada interval 8,0-8,3
sebanyak 3 siswa (12%), interval 7,6-7,9 sebanyak 6 siswa (24%),
dan interval 6,8-7,1 sebanyak 5 siswa (20%) dan untuk interval 8,4-
8,7 tidak ada.
101
Kecenderungan kategorisasi untuk variabel prestasi belajar
mengacu pada nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai
KKM di SMP Negeri 1 Turi yaitu 75. Berikut ini tabel kategorisasi
kecenderungan perolehan skor posttest prestasi belajar kelas kontrol.
Tabel 24
Kategorisasi Perolehan Skor Pretest Kelas Kontrol
No
Kategori
Interval
Frekuensi
Frekuensi
(%)
1 Tuntas 75-100 14 56
2 Belum tuntas 0-75 11 44
Jumlah 25 100,0
(Sumber: Data diolah, 2014)
Berdasarkan kategorisasi kecenderungan perolehan skor pretest
prestasi belajar menggunakan metode ceramah di atas dapat
digambarkan diagram sebagai berikut:
Gambar 14. Diagram Pie Kecenderungan Skor Pretest
Kelas Kontrol
102
Dari Tabel 24 dan gambar 14, kategori perolehan skor pretest
prestasi belajar kelas kontrol dapat diketahui terdapat 14 siswa
(56%) yang skornya termasuk kategori tuntas, dan sebanyak 11
siswa (44%)yang masuk dalam kategori belum tuntas. Dari hasil
tersebut dapat diketahui sebagian besar kecenderungan skor pretest
prestasi belajar Pendidikan Kewargnegaraan kelas kontrol adalah
kategori tuntas.
d. Data Posttest Kelas Kontrol
Pemberian posttest prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan kelas kontrol dilakukan untuk melihat pencapaian
peningkatan hasil belajar Pendididkan Kewarganegaraan dengan
menggunakan metode ceramah. Subjek pada posttest kelas kontrol
sebanyak 25 siswa. Dari hasil tes akhir (posttest), skor tertinggi yang
dicapai siswa adalah 9,6 dan skor terendah adalah 6,4. Dengan
komputer program SPSS, diketahui bahwa skor rerata (mean) yang
diraih siswa kelas kontrol pada saat posttest sebesar 7,55; median
sebesar 7,50 ; mode sebesar 7,90; dan SD sebesar 0,78.
Selanjutnya jumlah kelas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 1 + 3.3 log n, dimana n adalah subjek
penelitian. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 25 sehingga
diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 25 = 5,61 dibulatkan menjadi 6
kelas interval. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal –
nilai minimal, sehingga diperoleh rentang data sebesar 9,6 - 6,4 =
103
3,2. Dengan diketahui rentang data maka dapat diperoleh panjang
kelas sebesar 0,5 dibulatkan menjadi 0,5. Tabel distribusi frekuensi
variabel posttest prestasi belajar menggunakan metode ceramah
sebagai berikut:
Tabel 25
Distribusi Frekuensi Variabel Posttest Prestasi Belajar Kelas Kontrol
No Interval frekuensi Persentase
1 9.4 - 9.9 1 4.0%
2 8.8 - 9.3 1 4.0%
3 8.2 - 8.7 4 16.0%
4 7.6 - 8.1 5 20.0%
5 7.0 - 7.5 8 32.0%
6 6.4 - 6.9 6 24.0%
Jumlah 25 100.0%
(Sumber: Hasil olah data, 2014)
Berdasarkan distribusi frekuensi variabel posttest prestasi
belajar menggunakan metode ceramah di atas dapat digambarkan
grafik sebagai berikut:
104
Gambar 15. Distribusi Frekuensi Post Test Prestasi Belajar
Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, frekuensi variabel
prestasi belajar menggunakan metode ceramah sebagian besar
terdapat pada interval 7,0-7,5 sebanyak 8 siswa (32%), sedangkan
paling sedikit terdapat pada interval 9,4-9,9 dan interval 8,8-9,3
sebanyak 1 siswa (4%). Sisanya berada pada interval 8,2-8,7
sebanyak 4 siswa (16%), interval 7,6-8,1 sebanyak 5 siswa (20%),
dan interval 6,4-6,9 sebanyak 6 siswa (24%).
Kecenderungan kategorisasi untuk variabel prestasi belajar
mengacu pada nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai
KKM di SMP 1 Turi yaitu 75. Berikut ini tabel kategorisasi
kecenderungan perolehan skor posttest prestasi belajar kelas kontrol.
105
Tabel 26
Kategorisasi Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Prestasi
Belajar Kelas Kontrol
No
Kategori
Frekuensi
Frekuensi (%)
1 Tuntas 75-100 15 60%
2 Belum tuntas 0-75 10 40%
Jumlah 25 100,0
(Sumber: Data diolah, 2014)
Berdasarkan kategorisasi kecenderungan perolehan skor posttest
prestasi belajar menggunakan metode ceramah di atas dapat
digambarkan diagram sebagai berikut:
Gambar 16. Diagram Pie Kecenderungan Skor Posttest Prestasi
Belajar Kelas Kontrol
Dari Tabel 26 dan gambar 16, kategori kecenderungan
perolehan skor posttest prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
kelas kontrol dapat diketahui terdapat 15 siswa sudah tuntas (60%)
106
dan sebanyak 10 siswa dalam kategori belum tuntas (40%). Dari
hasil tersebut dapat diketahui sebagian besar kecenderungan skor
posttest prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas kontrol
dalam kategori tuntas.
3. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas variabel dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Kriteria penerimaan normalitas adalah jika nilai
signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari α = 0,05 maka distribusinya
dikatakan normal, sebaliknya jika lebih kecil dari α = 0,05 maka
distribusinya dikatakan tidak normal. Di bawah ini disajikan hasil
perhitungan untuk semua variabel:
Tabel 27
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Motivasi Belajar dan
Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
No
Data
Sig (p)
Keterangan
1 Pretest motivasi
kelas eksperimen
0,935 Signifikansi > 0,05 = normal
2 Posttest motivasi
kelas eksperimen
0,564 Signifikansi > 0,05 = normal
3 Pretest motivasi
kelas control
0,920 Signifikansi > 0,05= normal
4 Posttest motivasi 0,928 Signifikansi > 0,05= normal
107
kelas control
5 Pretest prestasi
kelas eksperimen
0,126 Signifikansi > 0,05= normal
6 Posttest prestasi
kelas eksperimen
0,287 Signifikansi > 0,05 = normal
7 Pretest prestasi
kelas kontrol
0,416 Signifikansi > 0,05= normal
8 Posttest prestasi
kelas kontrol
0,832 Signifikansi > 0,05 = normal
Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS versi 20.0, dapat
diketahui bahwa sebaran data normal. Dari hasil perhitungan normalitas
sebaran data motivasi belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar
Pendididkan Kewarganegaraan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen,
dalam penelitian ini berdistribusi normal, karena mempunyai nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (p>0,05). Jadi, data ini telah
memenuhi syarat untuk dianalisis.
4. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis Pertama
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh posistif
penggunaan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap
motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi”. Analisis yang
108
digunakan adalah uji-t dengan bantuan program SPSS. Syarat data bersifat
signifikan apabila p lebih kecil dari 0,05 atau .
Tabel 28
Rangkuman Hasil Uji-t Post Motivasi Belajar antara Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Kelompok
Rata-
rata
t tabel
df= 48 t hitung
P
value
mean
difference
5% 1%
Eksperimen 85,76
2,021 2,704 3,103 0,003 7,72
Kontrol 78,04
(Sumber: data diolah, 2014)
Dari Tabel 28, dapat diketahui besar nilai thitung lebih besar dari pada
ttabel (thitung: 3,103 > ttabel: 2,021), dan nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih
kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,003<0,05). Dengan demikian hasil
uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan motivasi
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi antara yang menggunakan
metode active learning tipe quiz team (kelas eksperimen) dengan siswa
yang menggunakan metode ceramah (kelas kontrol). Dengan demikian,
ada pengaruh positif penggunaan metode pembelajaran aktif tipe active
learning tipe quiz team terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Turi. Hal ini dijelaskan dari tabel di atas dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi.
109
b. Hipotesis kedua
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh positif
penggunaan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap
prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi”. Analisis yang
digunakan adalah uji-t dan perhitungannya dengan bantuan program
SPSS. Syarat data bersifat signifikan apabila p lebih kecil dari 0,05 atau
.
Tabel 29
Rangkuman Hasil Uji-t antara Kelas Posttest Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok
Rata-
rata
t tabel
df= 48 t hitung
P
value
mean
difference
5% 1%
Eksperimen 8,9240
2,021 2,704 6,707 0,000 1,3720
Kontrol 7,5520
(Sumber: data diolah, 2014)
Dari Tabel 29, dapat diketahui besar nilai thitung lebih besar daripada
ttabel (thitung: 6,707 > ttabel: 2,021), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,000 <0,05). Dengan demikian hasil
uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan prestasi
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi antara menggunakan metode
active learning tipe quiz team lebih berpengaruh daripada metode
ceramah. Dengan demikian, ada pengaruh positif penggunaan metode
pembelajaran aktif tipe active learning tipe quiz team terhadap prestasi
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi. Hal ini dijelaskan dari tabel di
110
atas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Turi.
C. Gain Score
Untuk menguji seberapa besar efektivitas perlakuan yang diberikan,
digunakan perhitungan gain score. Perhitungan gain score bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar keefektifan metode pembelajaran active learning
tipe quiz team dibandingkan dengan metode ceramah terhadap motivasi
belajar dan prestasi belajar siswa. Data yang digunakan adalah data angket
motivasi belajar dan data tes prestasi belajar siswa di kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Berikut ini hasil perhitungan gain score data motivasi belajar
dan prestasi belajar siswa.
Tabel 30
Hasil Perhitungan Gain Score
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Gain Score Kategori
Efektivitas
Gain Score Kategori
Efektivitas
Motivasi
Belajar
0,39 Sedang 0,08 Rendah
Prestasi
Belajar
0,58 Sedang 0,09 Rendah
(Sumber: data diolah, 2014)
Berdasarkan hasil perhitungan gain score tersebut dapat diketahui
bahwa data motivasi belajar dan prestasi belajar untuk kelas eksperimen yang
menggunakan active learning tipe quiz team masing-masing memperoleh gain
score sebesar 0,39 dan 0,58. Dari gain score tersebut menunjukkan bahwa
motivasi belajar dan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode active
learning tipe quiz team dalam pembelajaran memiliki efektivitas dalam
kategori sedang. Sementara data motivasi belajar dan prestasi belajar untuk
111
kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah memperoleh gain score
masing-masing sebesar 0,08 dan 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi
belajar dan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran memiliki efektivitas dalam kategori rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa yang menggunakan metode active learning tipe quiz
team lebih efektif dibandingkan siswa yang menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
D. Pembahasan
1. Pelaksanaan Metode Pembelajaran active learning tipe quiz team dan
ceramah
Tipe quiz team termasuk salah satu cabang dari metode pembelajaran
active learning yang dikembangkan oleh Melvin L. Silberman. Metode
pembelajaran active learning tipe quiz team itu sendiri merupakan proses
pembelajaran dimana siswa meningkatkan kemampuan tanya jawab
terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan
tidak menakutkan dan juga dituntut aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, semua kemampuan yang dimiliki siswa harus
digunakan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa
dapat memecahkan masalahnya sendiri dan menerapkan apa yang siswa
pelajari. Metode ini digunakan untuk menguatkan kembali,
mengklarifikasi dan meringkas poin-poin kunci pembelajaran di kelas.
112
Kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan
pembelajaran active learning tipe quiz team diawali dengan guru
memberi salam dan apersepsi. Kemudian langkah-langkah pembelajaran
selanjutnya yaitu sebagai berikut: Pertama, pilihlah topik yang dapat
dipresentasikan dalam tiga atau empat bagian. Kedua, bagilah siswa
menjadi tiga atau empat tim. Ketiga, jelaskan bentuk sesinya dan
mulailah presentasi. Batasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.
Keempat, minta tim A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis
ini tidak memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim B
dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka. Kelima, tim
A menguji anggota tim B. Jika tim B tidak bias menjawab, maka tim C
diberi kesempatan untuk menjawabnya. Keenam, tim A menlanjutkan ke
pertanyaan selanjutnya kepada anggota tim C, dan ulangi prosesnya.
Ketujuh, ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran
anda, dan tunjukan tim B sebagai pemimpin kuis. Kedelapan, setelah tim
B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan
tentukan tim C sebagai pemimpin kuis.
Melalui pembelajaran metode ini siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran, dan membantu siswa untuk lebih paham
akan materi pelajaran yang diajarkan, sehingga metode pembelajaran
active learning tipe quiz team siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas secara
antusias. Oleh karena itu, motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan
113
Kewarganegaraan tinggi dan berpengaruh juga terhadap prestasi belajar
mereka yang akan tinggi pula.
Berbeda dengan metode pembelajaran ceramah yang kegiatan
pembelajarannya lebih banyak berpusat pada guru sebagai subjek
pembelajaran dimana siswa hanya sebagai pendengar saja dan tidak
secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal
ini menimbulkan rasa bosan terhadap pelajaran sehingga motivasi
belajar siswa berkurang dan hasil prestasi belajar siswapun kurang
maksimal
2. Pengaruh Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team
pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Motivasi
Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
penggunaan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap
motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi. nilai thitung lebih
besar dari pada ttabel (thitung: 3,103 > ttabel: 2,021), dan nilai signifikansi
sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,003<0,05).
Perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa metode active learning
tipe quiz team lebih berpengaruh dibandingkan metode ceramah terhadap
motivasi belajar siswa. Besarnya pengaruh dapat dilihat dari perolehan
gain score di kelas eksperimen 0.39 (sedang) dan dikelas control 0,08
(rendah). Motivasi belajar sangat penting bagi siswa. Hal ini dikarenakan
dengan motivasi belajar mampu menggerakkan siswa untuk lebih giat
114
belajar dan memiliki keinginan untuk maju dalam diri siswa. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 80)
bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menyebut
kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai
motivasi belajar.
Untuk dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilakukan melalui
penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas. Metode pembelajaran
active learning tipe quiz team merupakan satu metode yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siwa. Di dalam metode pembelajaran
active learning tipe quiz team siswa dituntut untuk aktif bertanya jawab,
berpendapat, bekerja sama dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode ini membuat siswa terbiasa aktif mengikuti pelajaran
sehingga motivasi siswa meningkat.
Dalam metode pembelajaran active learning tipe quiz team ini
terdapat beberapa motivasi belajar siswa seperti, bertanya, menjawab
pertanyaan, memperhatikan, dan mendengarkan uraian. Karena
pembelajaran ini dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, maka
diharapkan dapat meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Sementara pada kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah siswa hanya mendengarkan materi dari
guru. Hal ini menjadikan siswa kurang termotivasi untuk belajar.
115
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode active
learning tipe quiz team berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Turi. Dengan penggunaan metode active learning tipe
quiz team mampu menggerakkan semangat belajar siswa menjadi lebih
baik.
3. Pengaruh Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team
pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Prestasi
Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
penggunaan metode active learning tipe quiz team dari pada metode
ceramah pada prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi”. Hal
ini ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar daripada ttabel (thitung: 6,707 >
ttabel: 2,021), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai taraf
signifikansi 5% (0,000 <0,05).Perbedaan yang signifikan menunjukkan
bahwa metode active learning tipe quiz team lebih berpengaruh
dibandingkan metode ceramah terhadap prestasi belajar siswa. Besarnya
pengaruh dapat juga dilihat dari perolehan gain score di kelas eksperimen
0.58 (sedang) dan dikelas Kontrol 0,09 (rendah).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Maisaroh dan Rostrieningsih (2010). Penelitian ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran active learning tipe quiz team. Selain
itu, penelitian ini juga menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
116
juga oleh Putri T Subroto dan Sunarto (2013). Hasil penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa penggunakan menggunakan metode aktif tipe Team
Quiz berbantuan Question Card berpengaruh terhadap hasil belajar kimia
siswa kelas XI IPA.
Keberhasilan metode pembelajaran active learning tipe quiz team
pada kelas eksperimen dikarenakan siswa lebih mudah memahami materi
yang sedang dipelajari dengan menyenangkan dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
oleh Melvin L silberman (2009: 163), keunggulan metode pembelajaran
active learning tipe quiz team adalah meningkatkan kemampuan tanya
jawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang
menyenangkan dan tidak menakutkan. Metode pembelajaran active
learning tipe quiz team ini melatih siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok dan melatih siswa untuk berpikir melalui tanya jawab. Selain
itu, metode pembelajaran active learning tipe quiz team melatih siswa
untuk lebih berani dalam mengemukakan pendapat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran active learning tipe quiz team dapat menimbulkan daya
tarik bagi siswa. Ketertarikan tersebut terlihat siswa lebih antusias dalam
proses belajar dan lebih aktif. Selain itu, siswa memperoleh variasi baru
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa.
117
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diupayakan untuk dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian, tetap disadari bahwa penelitian ini masih memiliki
beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan pada penelitian antara lain
sebagai berikut:
1. Kejadian selama penelitian (History)
Penelitian ini telah dilakukan melalui eksperimen, akan tetapi masih
banyak kejadian diluar perlakuan yang sulit dikontrol. Kejadian tersebut
antara lain: sisiwa yang izin kekamar mandi,siswa yang terlambat masuk
setelah jam istirahat dan kejadian-kejadian lainnya. Akibatnya, siswa-siswi
tersebut kurang berkonsentrasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
Faktor inilah yang tidak dapat dihindari atau diteliti selama pembelajaran.
2. Proses penerapan Metode pembelajaran active learning tipe quiz team
Metode pembelajaran active learning tipe quiz team menuntut siswa untuk
saling bekerja sama untuk membuat pertanyaan dan memecahkan masalah.
Pembelajaran menjadi tidak optimal apabila siswa tidak ada rasa bekerja
sama dalam tim, oleh karena itu guru perlu memberikan motivasi dan
penguatan pada siswa akan pentingnya rasa kerjasama dalam tim.
3. Interaksi siswa selama eksperimen
Selama pelaksanaan penelitian, siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
tentunya saling berinteraksi. Interaksi tersebut yang menyebabkan siswa
saling bertukar infoemasi mengenai proses pembelajaran dan soal tes yang
118
diberikan kepada siswa. Interaksi tersebut yang tidak dapat dikontrol oleh
peneliti.
4. Pemberian tes
Pemeberian pretest dapat membuat siswa lebih mengenal bahan atau ciri-
ciri tes yang akan diberikan pada akhir pembelajaran. Dengan demikian,
hasil posttest dapat juga dipengaruhi oleh pengetahuan siswa akan model
pretest. Dari kondisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa hasil posttest
tidak sepenuhnya disebabkan oleh adanya perlakuan yang diberikan pada
saat penelitian.