BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A....
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A....
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data Kuantitatif
Untuk melihat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap
kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada materi pecahan diperlukan
adanya analisis dan interpretasi data. Data yang dimaksud di antaranya adalah
data mengenai kemampuan awal peserta didik pada kedua kelas, yaitu eksperimen
dan kontrol, yang didapat dari hasil pretes. Data mengenai kemampuan akhir
peserta didik terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
didapat dari hasil postes, data peningkatan kemampuan komunikasi matematis
peserta didik, dan data mengenai perbedaan kemampuan peserta didik pada kedua
kelas setelah pembelajaran dilakukan.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai analisis data yang dimaksud dan
interpretasinya.
a. Analisis Data Hasil Pretes
Data mengenai kemampuan awal peserta didik pada kedua kelas diperlukan
untuk melihat sejauh mana kemampuan komunikasi matematis peserta didik
sebelum dilakukan pembelajaran. Analisis data ini diperoleh melalui pretes. Soal
yang digunakan pada pretes adalah soal yang sudah diujicobakan terlebih dahulu.
Data yang dianalisis dari hasil pretes ini di antaranya adalah normalitas kelas
eksperimen dan kontrol, jika normal langsung saja dilanjutkan kepada uji
homogenitas varians, dan yang terakhir dilakukan uji perbedaan rata-rata dari
kedua kelas. Namun, jika kedua data sudah di uji normalitas kemudian salah satu
data atau keduanya tidak normal maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan
langsung saja dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata dari kedua kelas.
Hasil pretes kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
71
Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol
No Nama Jumlah
Skor Nilai
1. Syahrul Akbar H. 72 59.01
2. Muhammad Rizki 72 59.01
3 Moch. Heri F. 70 57.37
4 Iqbal Fadhil M. 65 53.27
5 Ernawati 64 52.45
6 Gharizah Y. S. 63 51.63
7 Laisa Kania D.R. 62 50.81
8 Dewi Widia O. 59 48.36
9 Anisah 56 45.90
10 Aeny Nurazizah 55 45.08
11 Dodi Setiawan 50 40.98
12 Rian 50 40.98
13 Ficky Bagus I. 48 39.34
14 Rofiqotus Sa’adah 46 37.70
15 Alia Maharani 45 36.88
16 Silvia Novitasari 44 36.06
17 Iyah Luthfiyah 44 36.06
18 Regina Villa R. 43 35.24
19 Bayu F. 42 34.42
20 Ananda Fikri A. 42 34.42
21 Diana Santani 41 33.60
22 Johan Adithya 40 32.78
23 Diaz Trie Azman 37 30.32
24 Dendro Iqbal P. 37 30.32
25 Wanto 37 30.32
26 Moh. Habillah H. 35 28.68
27 Andyan R. 30 24.59
28 Lusiana 22 18.03
29 Jumina 20 16.39
30 Edi Sujadi 8 6.55
Jumlah 1399 1109,67
Rata-rata 46,63 36,99
72
Data hasil pretes kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen
No Nama Jumlah
Skor Nilai
1 Valin Nur Aulia D. 85 69.67
2 Widiyawati 77 63.11
3 Ghina Hanifah 77 63.11
4 Shendy Aulia 74 60.66
5 Noval Nurul Adha 74 60.66
6 Nida Qori’ah 73 59.84
7 Tofan Faturrohman 72 59.01
8 Alfi 71 58.20
9 Virgiawan A. 67 54.92
10 Siti Aisah 65 53.28
11 Windiyah 64 52.46
12 Nuryana 56 45.90
13 Hadi Priyono 54 44.26
14 Selviana 52 42.62
15 Nur Antoni 51 41.80
16 Dede Komala Dewi 51 41.80
17 Aliyah 50 40.99
18 Widiya 50 40.98
19 Windy 47 38.53
20 Ghiska Nafisha 47 38.52
21 Zaki Agung Hugo 45 36.88
22 Aisyah Adzri Sofira 38 31.15
23 Yudhistira Teguh A. 31 25.41
24 Hudan Khiyar M. 28 22.95
25 Putri Jelita 24 19.67
26 Muhammad Amin 22 18.03
27 Winarsih 20 16.39
28 Rifandi 16 13.11
29 Ega Jatra Wicaksana 16 13.11
30 Ainur Muhammad 16 13.11
Jumlah 1513 1240.2
Rata-rata 50.43 41.34
73
Pretes dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik di
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pretes dilaksanakan pada tanggal 6 April
2015, yang dimulai dari kelas kontrol kemudian dilaksanakan di kelas
eksperimen. Setelah dilaksanakan pretes, diperoleh hasil kemampuan peserta
didik dalam berkomunikasi tentang matematika pada materi pecahan.
Untuk melihat kemampuan awal peserta didik pada kedua kelas agar lebih
jelas dapat dilihat dari nilai terendah, nilai tertinggi, rataan nilai, dan simpangan
baku pada masing-masing kelas yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Nilai Pretes pada Kedua Kelas
Kelas NMI Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rataan
Nilai
Simpangan
Baku
Eksperimen 100 69.67 13.11 41.34 14.49
Kontrol 100 59.01 6.55 36.99 17.29
NMI = Nilai Maksimum Ideal
Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh nilai terendah, nilai tertinggi, rataan nilai,
dan simpangan baku untuk data hasil pretes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kemampuan awal peserta didik pada kedua kelas tidak jauh berbeda. Hal
ini terlihat dari nilai terendah dan tertinggi pada masing-masing kelas. Pada kelas
eksperimen dan kontrol skor tertinggi secara berturut-turut 87,8 dan 84,1 dalam
rentang nilai 1-100. Nilai terendah untuk masing-masing kelas adalah 8,5 untuk
kelas eksperimen dan 10,9 untuk kelas kontrol. Begitu pula dengan rataan nilai
yang diperoleh masing-masing kelompok. Kelas eksperimen yang berjumlah 30
peserta didik rataan nilainya 41,34 dengan simpangan baku 14,49, sedangkan
untuk kelas kontrol yang berjumlah 30 peserta didik rataan skornya 36,99 dengan
simpangan baku 17,29.
Selanjutnya, dilakukan analisis untuk mengetahui normalitas data atau
sebaran nilai pretes pada kelas eksperimen dan kontrol. Adapun penjelasan
mengenai analisis data pada masing-masing kelas adalah sebagai berikut ini.
74
1) Uji Normalitas Data
Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors (Kolmogorov-
Smirnov). Perhitungan uji normalitas data ini menggunakan bantuan software
SPSS v.16 for Windows. Adapun bentuk hipotesis dari uji normalitas data ini
adalah sebagai berikut ini.
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Data hasil perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan uji Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov) dapat dilihat pada Tabel 4.4. Adapun data lebih
lengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa hasil uji normalitas data pretes kelas
eksperimen memiliki P-value (Sig.) senilai 0,200 untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian, untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov) kelas eksperimen lebih besar nilainya dari α = 0,05,
sehingga data berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima. Jadi data
pretes untuk kelas eksperimen berdistribusi normal.
Masih berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas data
pretes kelas kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,200 untuk uji normalitas
liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian, untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov) kelas kontrol lebih besar nilainya dari α = 0,05, sehingga
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima. Jadi data pretes
untuk kelas kontrol berdistribusi normal.
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Pretes Komunikasi
Matematis
Kelas
Eksperimen .107 30 .200
*
Kelas Kontrol .100 30 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
75
Berikut ini merupakan histogram hasil uji normalitas data pretes kelas
eksperimen yang terdapat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen
Berikut ini merupakan histogram hasil uji normalitas data pretes kelas kontrol
yang terdapat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Histogram Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol
76
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat hasil pretes kelas eksperimen yaitu memiliki
rata-rata 41,34 dengan simpangan baku 17,29. Nilai hasil pretes yang diperoleh
peserta didik pada kelas eksperimen mempunyai penyebaran yang merata dari
rentang nilai antara 1-100, sehingga dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen
merupakan kelas yang berdistribusi normal.
Pada Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa hasil pretes kelas kontrol juga
mempunyai penyebaran nilai peserta didik yang merata. Nilai pretes peserta didik
di kelas kontrol mempunyai rata-rata 38,22 dengan simpangan baku 12,69 dengan
rentang nilai antara 1-100, sehingga dapat diakatakan bahwa kelas kontrol
merupakan kelas yang berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Data
Selanjutnya, dilakukan analisis data uji homogenitas karena data pretes yang
diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Uji
homogenitas dilakukan untuk melihat apakah kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki variansi yang homogen. Analisis data ini dilakukan dengan
menggunakan uji Levene’s Test For Equality Of Variances. Perhitungan uji
homogenitas data ini menggunakan bantuan software SPSS v.16 for Windows.
Adapun bentuk hipotesis dari uji homogenitas data ini adalah sebagai berikut ini.
H0 : kedua sampel memiliki variansi yang homogen.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-talied) lebih
kecil dari α = 0,05. Data hasil perhitungan uji homogenitas data dengan
menggunakan uji Levene’s Test For Equality Of Variances dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Adapun data lebih lengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.
77
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
F Sig.
Pretes
Komunikasi
Matematis
Equal
variances
assumed
3.301 .074
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa hasil uji homogenitas data pretes
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,074 untuk uji
homogenitas Levene’s Test For Equality Of Variances. Dengan demikian, untuk
uji homogenitas Levene’s Test For Equality Of Variances kedua sampel lebih
besar nilainya dari α = 0,05, sehingga data berasal dari kedua sampel yang
memiliki variansi yang homogen diterima. Jadi data pretes untuk kedua sampel
memiliki variansi yang homogen.
3) Uji Perbedaan Rata-rata
Karena dilakukan analisis data uji normalitas dan homogenitas selanjutnya
dilakukan analisis data uji perbedaan rata-rata karena data pretes yang diperoleh
dari kelas kontrol berdistribusi normal dan berada pada variansi yang homogen.
Uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata dari t-test
for Equality of Means pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun bentuk hipotesis
dari uji perbedaan rata-rata ini adalah sebagai berikut ini.
H0 :Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara peserta didik pada
kelompok eksperimen dengan kemampuan awal peserta didik pada
kelompok kontrol.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-talied) lebih
kecil dari α = 0,05. Data hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata dengan
menggunakan uji t-test for Equality of Means dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Adapun data lebih lengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.
78
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Data Pretes
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata data
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t dengan taraf
signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,429. Kondisi
demikian menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat perbedaan
kemampuan antara peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
didasarkan pada nilai P-value (Sig.2-tailed) yang didapat yang nilainya lebih dari
α = 0,05. Dengan demikian, terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik
pada kelas eksperimen dan peserta didik pada kelas kontrol.
b. Analisis Data Hasil Postes
Untuk mengetahui kemampuan akhir peserta didik pada kedua kelas
diperlukan data hasil tes kemampuan akhir (postes). Dengan data hasil postes ini
dapat diketahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis peserta didik kedua
kelas dengan kemampuan awal peserta didik kedua kelas melalui pretes, baik
yang mengalami peningkatan maupun tetap. Soal yang digunakan pada postes ini
merupakan soal yang persis sama dengan yang digunakan pada saat pretes.
Setelah data postes diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data hasil postes
yang di antaranya adalah uji normalitas data pada kedua kelas, jika kedua kelas
normal maka dilanjutkan pada uji homogenitas varians, dan yang terakhir adalah
uji perbedaan rata-rata pada kedua kelas. Sedangkan jika data postes dari salah
satu kelas tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan
langsung saja melakukan analisis uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji
Independent Samples Test
t-test for Equality of
Means
T df
Sig. (2-
tailed)
Pretes
Komunikasi
Matematis
Equal
variances
assumed
.796 58 .429
79
U. Analisis data hasil postes ini menggunakan bantuan software SPSS v.16 for
Windows. Adapun data hasil postes kelas kontrol terdapat pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Data Hasil Postes Kelas Kontrol
No Nama Jumlah
Skor Nilai
1 Syahrul Akbar H. 87 71.31
2 Muhammad Rizki 87 71.31
3 Moch. Heri F. 87 71.31
4 Iqbal Fadhil M. 86 70.49
5 Ernawati 86 70.49
6 Gharizah Y. S. 85 69.67
7 Laisa Kania D.R. 85 69.67
8 Dewi Widia O. 84 68.85
9 Anisah 84 68.85
10 Aeny Nurazizah 83 68.03
11 Dodi Setiawan 80 65.57
12 Rian 70 57.38
13 Ficky Bagus I. 65 53.28
14 Rofiqotus Sa’adah 64 52.46
15 Alia Maharani 62 50.82
16 Silvia Novitasari 60 49.18
17 Iyah Luthfiyah 59 48.36
18 Regina Villa R. 57 46.72
19 Bayu F. 56 45.9
20 Ananda Fikri A. 54 44.26
21 Diana Santani 50 40.98
22 Johan Adithya 45 36.89
23 Diaz Trie Azman 40 32.79
24 Dendro Iqbal P. 37 30.33
25 Wanto 36 29.51
26 Moh. Habillah H. 34 27.87
27 Andyan R. 33 27.05
28 Lusiana 30 24.59
29 Jumina 25 20.49
30 Edi Sujadi 20 16.39
Jumlah 1831 1501
Rata-rata 61.03 50.03
80
Berikut ini merupakan data hasil postes peserta didik kelas eksperimen yang
terdapat pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen
No Nama Jumlah
Skor Nilai
1 Valin Nur Aulia D. 111 90.98
2 Widiyawati 111 90.98
3 Ghina Hanifah 111 90.98
4 Shendy Aulia 111 90.98
5 Noval Nurul Adha 111 90.98
6 Nida Qori’ah 109 89.34
7 Tofan Faturrohman 106 86.88
8 Alfi 103 84.42
9 Virgiawan A. 100 81.96
10 Siti Aisah 95 77.86
11 Windiyah 90 73.77
12 Nuryana 90 73.77
13 Hadi Priyono 90 73.77
14 Selviana 89 72.95
15 Nur Antoni 89 72.95
16 Dede Komala Dewi 88 72.13
17 Aliyah 88 72.13
18 Widiya 88 72.13
19 Windy 88 72.13
20 Ghiska Nafisha 88 72.13
21 Zaki Agung Hugo 87 71.31
22 Aisyah Adzri Sofira 87 71.31
23 Yudhistira Teguh A. 87 71.31
24 Hudan Khiyar M. 87 71.31
25 Putri Jelita 86 70.49
26 Muhammad Amin 86 70.49
27 Winarsih 86 70.49
28 Rifandi 86 70.49
29 Ega Jatra Wicaksana 86 70.49
30 Ainur Muhammad 86 70.49
Jumlah 2820 2311.40
Rata-rata 94 77.04
81
Postes dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan akhir peserta didik kelas
kontrol dan kelas eksperimen setelah diadakan pembelajaran. Postes di kelas
kontrol dan kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015 yang diawali
pada kelas kontrol kemudian dilanjutkan pada kelas eksperimen. Setelah
dilaksanakan postes, diperoleh hasil kemampuan komunikasi matematis peserta
didik pada materi pecahan.
Untuk melihat kemampuan akhir peserta didik pada kedua kelas agar lebih
jelas dapat dilihat dari nilai terendah, nilai tertinggi, rataan nilai, dan simpangan
baku pada masing-masing kelas yang terlihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Nilai Postes pada Kedua Kelas
Kelas NMI Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rataan
Nilai
Simpangan
Baku
Eksperimen 100 90.98 70.49 77.04 18.01
Kontrol 100 71.31 16.39 50.03 8.03
NMI = Nilai Maksimum Ideal
Berdasarkan Tabel 4.9, diperoleh nilai terendah, nilai tertinggi, rataan nilai,
dan simpangan baku untuk data hasil postes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kemampuan akhir peserta didik pada kedua kelas sangat berbeda. Hal ini
terlihat dari nilai terendah dan tertinggi pada masing-masing kelas. Pada kelas
eksperimen nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik sebesar 90,98 dan pada
kelas kontrol nilai tertinggi sebesar 71,31 dalam rentang nilai 1-100. Nilai
terendah untuk masing-masing kelas adalah 70,49 untuk kelas eksperimen dan
16,39 untuk kelas kontrol. Begitu pula dengan rataan nilai yang diperoleh masing-
masing kelas. Kelas eksperimen yang berjumlah 30 peserta didik rataan nilainya
77,04 dengan simpangan baku 18,01, sedangkan untuk kelompok kontrol yang
berjumlah 30 peserta didik rataan nilainya 50,03 dengan simpangan baku 8,03.
Adapun penjelasan mengenai analisis data pada masing-masing kelas adalah
sebagai berikut.
1) Uji Normalitas Data
Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors (Kolmogorov-
Smirnov). Perhitungan uji normalitas data ini menggunakan bantuan software
SPSS v.16 for Windows. Adapun bentuk hipotesis dari uji normalitas data ini
adalah sebagai berikut ini.
82
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Hasil perhitungan uji normalitas data postes dengan menggunakan uji
Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dapat dilihat pada Tabel 4.10. Adapun data lebih
lengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Postes
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-
Smirnova
df Sig.
Postes Komunikasi
Matematis
Kelas
Eksperimen 30 .000
Kelas Kontrol 30 .020
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa hasil uji normalitas data postes kelas
eksperimen memiliki P-value (Sig.) senilai 0,000 untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian, untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov) kelas eksperimen lebih kecil nilainya dari α = 0,05,
sehingga H0 data berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak. Jadi,
data pretes untuk kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
Masih berdasarkan Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas data
postes kelas kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,020 untuk uji normalitas
liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian, untuk uji normalitas Lilliefors
(Kolmogorov-Smirnov) kelas kontrol lebih kecil nilainya dari α = 0,05, sehingga
H0 data berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak. Jadi, data postes
untuk kelas kontrol berdistribusi tidak normal.
Berikut merupakan histogram hasil uji normalitas data postes kelas
eksperimen yang terdapat pada Gambar 4.3
83
Gambar 4.3 Histogram Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen
Berikut merupakan histogram hasil uji normalitas data postes kelas kontrol
yang terdapat pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Histogram Hasil Uji Normalitas Postes kelas Kontrol
84
Dengan demikian, penyebaran nilai postes untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah tidak normal atau H0 ditolak, karena memiliki P-value (Sig.) yang
lebih kecil dari 0,05.
2) Uji Perbedaan Rata-rata
Selanjutnya, dilakukan analisis data uji perbedaan rata-rata karena data postes
yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi tidak normal.
Uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata dari Mann
Whitney atau disebut juga uji-U dengan taraf signifikansi α = 0,05. Menurut
Uyanto (dalam Fauzan, 2012), uji U dilakukan sebagai alternatif dari uji-t dua
sampel independen. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata ini
adalah sebagai berikut.
H0 :Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis peserta didik
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 :Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-talied) lebih
kecil dari α = 0,05. Perhitungan uji-U dari Mann Whitney ini menggunakan
bantuan software SPSS v.16 for Windows. Data hasil perhitungan uji-U dari Mann
Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Analisis Uji-U pada Data Postes
Test Statisticsa
Postes
Komunikasi
Matematis
Mann-Whitney U 30.000
Wilcoxon W 495.000
Z -6.226
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelas
Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata
data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji U
dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) =
85
0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 atau tidak terdapat perbedaan
kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ditolak. Hal ini didasarkan
pada nilai P-value (Sig.2-tailed) yang didapat yang nilainya lebih kecil dari α =
0,05. Dengan demikian, terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis
peserta didik pada kelas eksperimen dan peserta didik pada kelas kontrol.
c. Analisis N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik
Untuk melihat selisih nilai pretes dan postes di kelas eksperimen dan kelas
kontrol dilakukan uji gain ternormalisasi. Uji gain ini dilakukan untuk melihat
peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol setelah dilakukan pembelajaran. Uji N-gain
yang dinormalisasi ini menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010.
Dengan rumus gain dan interpretasi menurut Hake (dalam Fauzan, 2012) sebagai
berikut.
pretesmaks
pretespostes
SS
SSg
Keterangan:
Spostes = Skor postes
Spretes = Skor pretes
Smaks = Skor maksimum
Hasil perhitungan dari rumus tersebut dapat diinterpretasikan sesuai dengan
Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Klasifikasi Interpretasi N-Gain
Besar Persentase Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dijelaskan bahwa jika nilai gain lebih besar
dari 0,7 maka interpretasinya tinggi, jika nilai gain antara 0,3 sampai 0,7 maka
interpretasinya sedang, dan jika nilai gain kurang dari 0,3 maka interpretasinya
rendah.
86
Berikut ini dipaparkan nilai gain kemampuan komunikasi matematis peserta
didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terdapat pada Tabel 4.13 dan
Tabel 4.14.
Tabel 4.13 Data N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen
Nama Pretes Postes Gain Interpretasi
Valin Nur A. 69.67 90.98 0.70 Tinggi
Widiyawati 63.11 90.98 0.75 Tinggi
Ghina H. 63.11 90.98 0.75 Tinggi
Shendy Aulia 60.66 90.98 0.77 Tinggi
Noval N. A. 60.66 90.98 0.77 Tinggi
Nida Qori’ah 59.84 89.34 0.73 Tinggi
Tofan F. 59.01 86.88 0.68 Sedang
Alfi 58.2 84.42 0.63 Sedang
Virgiawan A. 54.92 81.96 0.59 Sedang
Siti Aisah 53.28 77.86 0.53 Sedang
Windiyah 52.46 73.77 0.45 Sedang
Nuryana 45.9 73.77 0.52 Sedang
Hadi Priyono 44.26 73.77 0.53 Sedang
Selviana 42.62 72.95 0.53 Sedang
Nur Antoni 41.8 72.95 0.54 Sedang
Dede K. D. 41.8 72.13 0.52 Sedang
Aliyah 40.99 72.13 0.53 Sedang
Widiya 40.98 72.13 0.53 Sedang
Windy 38.53 72.13 0.55 Sedang
Ghiska N. 38.52 72.13 0.55 Sedang
Zaki A.H. 36.88 71.31 0.55 Sedang
Aisyah A. S. 31.15 71.31 0.58 Sedang
Yudhistira T. 25.41 71.31 0.62 Sedang
Hudan K. M. 22.95 71.31 0.63 Sedang
Putri Jelita 19.67 70.49 0.63 Sedang
M. Amin 18.03 70.49 0.64 Sedang
Winarsih 16.39 70.49 0.65 Sedang
Rifandi 13.11 70.49 0.66 Sedang
Ega Jatra W. 13.11 70.49 0.66 Sedang
Ainur M. 13.11 70.49 0.66 Sedang
Jumlah 1240.13 2311.4 18.42
Rata-rata 41.34 77.04 0.61 Sedang
Berdasarkan Tabel 4.13, kemampuan komunikasi matematis peserta didik di
kelas eksperimen secara keseluruhan mengalami peningkatan yang tergolong ke
dalam peningkatan sedang dan tinggi. Dari 30 peserta didik, terdapat 6 peserta
87
didik mengalami peningkatan yang tinggi, dan 24 peserta didik mengalami
peningkatan sedang.
Tabel 4.14 Data N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
Kontrol
Nama Pretes Postes Gain Interpretasi
Syahrul A. H 59.01 71.31 0.30 Sedang
M. Rizki 59.01 71.31 0.30 Sedang
M. Heri F. 57.37 71.31 0.33 Sedang
Iqbal Fadhil 53.27 70.49 0.37 Sedang
Ernawati 52.45 70.49 0.38 Sedang
Gharizah Y. 51.63 69.67 0.37 Sedang
Laisa Kania 50.81 69.67 0.38 Sedang
Dewi Widia 48.36 68.85 0.39 Sedang
Anisah 45.9 68.85 0.42 Sedang
Aeny N. 45.08 68.03 0.42 Sedang
Dodi S. 40.98 65.57 0.42 Sedang
Rian 40.98 57.38 0.28 Rendah
Ficky B. I 39.34 53.28 0.23 Rendah
Rofiqotus S. 37.7 52.46 0.24 Rendah
Alia M. 36.88 50.82 0.22 Rendah
Silvia N. 36.06 49.18 0.21 Rendah
Iyah L. 36.06 48.36 0.19 Rendah
Regina V. R. 35.24 46.72 0.18 Rendah
Bayu F. 34.42 45.9 0.18 Rendah
Ananda F. A 34.42 44.26 0.15 Rendah
Diana S. 33.6 40.98 0.11 Rendah
Johan A. 32.78 36.89 0.06 Rendah
Diaz T. A. 30.32 32.79 0.03 Rendah
Dendro I. P 30.32 30.33 0.00 Rendah
Wanto 30.32 29.51 -0.01 Rendah
M. Habillah 28.68 27.87 -0.01 Rendah
Andyan R. 24.59 27.05 0.03 Rendah
Lusiana 18.03 24.59 0.08 Rendah
Jumina 16.39 20.49 0.04 Rendah
Edi Sujadi 6.55 16.39 0.10 Rendah
Jumlah 1146.55 1500.8 6.40
Rata-rata 38.22 50.02 0.21 Rendah
Berdasarkan Tabel 4.14, peningkatan kemampuan komunikasi matematis
peserta didik di kelas kontrol masih rendah. Dari 30 peserta didik, hanya 11
peserta didik yang mengalami peningkatan yang tergolong sedang dan 19 peserta
didik mengalami peningkatan rendah.
88
Dengan demikian, berdasarkan Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 yang telah
dilakukan analisis uji gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol, diketahui bahwa
rata-rata gain di kelas eksperimen sebesar 0,61 dengan interpretasi sedang karena
0,3 < g < 0,7. Sedangkan rata-rata gain di kelas kontrol sebesar 0,21 dengan
interpretasi rendah karena g < 0,3. Nilai rata-rata gain di kelas eksperimen lebih
besar daripada nilai rata-rata gain di kelas kontrol. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik di kelas
eksperimen lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis peserta didik
di kelas kontrol.
Untuk melihat perlakuan di kelas mana yang lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik, maka dilakukan uji normalitas,
uji homogenitas jika kedua data normal, dan uji perbedaan rata-rata n-gain yang
diperoleh oleh kedua kelas. Berikut ini merupakan penjelasan dari analisis data
yang dimaksud.
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data n-gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak normal. Analisis data
ini menggunakan uji Liliefors (Kolmogorov-smirnov). Perhitungan uji normalitas
pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0 for windows. Adapun hipotesis yang
akan diuji adalah sebagai berikut.
H0 = data berasal dari sampel yang berdistribusi normal.
H1 = data berasal dari sampel yang berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi (α = 0,05) menurut
Priyatno (2013, hlm. 17) ialah jika nilai P-value (sig) ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan
jika nilai P-value (sig) > 0,05 maka H0 diterima. Data hasil perhitungan uji
normalitas dengan menggunakan uji Liliefors (Kolmogorov-smirnov) dapat dilihat
pada Tabel 4.15 berikut.
89
Tabel 4.15 Uji Normalitas Data N-Gain
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
df Sig.
Gain Eksperimen 30 .026
Kontrol 30 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari Tabel 4.15 diperoleh data hasil uji normalitas N-gain pada kedua kelas.
untuk kelas eksperimen didapat nilai sig sebesar 0,026. Hal tersebut berarti data
N-gain kelas eksperimen berdistribusi tidak normal, sedangkan untuk kelas
kontrol didapat nilai sig sebesar 0,200 yang berarti data N-gain kelas kontrol
berdistribusi normal. Berikut ini disajikan histogram persebaran N-gain pada
kelas eksperimen yang terdapat pada Gambar 4.5 berikut.
Gambar 4.5 Histogram Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen
90
Berikut ini merupakan histogram hasil uji normalitas N-gain pada kelas
kontrol yang terdapat pada Gambar 4.6
Gambar 4.6 Histogram Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Kontrol
Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa peserta didik memiliki nilai N-gain kecil
yaitu antara 0,00-0,50 sehingga menyebabkan data tidak normal. Sedangkan pada
Gambar 4.5 terlihat bahwa persebaran nilai N-gain pada kelas eksperimen lebih
seimbang atau terlalu banyak peserta didik yang mempunyai nilai N-gain ekstrem
(terlalu kecil atau terlalu besar). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa persebaran nilai gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
normal.
2) Uji Beda Dua Rata-rata
Setelah dilakukan uji normalitas maka didapatkan nilai n-gain pada kedua
kelas. Kelas eksperimen berdistribusi tidak normal sedangkan kelas kontrol
berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan langsung
saja dilakukan uji beda dua rata-rata.
Uji beda dua rata-rata ini dilakukan dengan menggunakan uji U dari Mann-
Whitney. Berikut merupakan hipotesis yang akan diuji.
H0 : kemampuan komunikasi matematis peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda dengan kemampuan
91
komunikasi matematis peserta didik dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional.
H1 : kemampuan komunikasi matematis peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berbeda dengan kemampuan komunikasi
matematis peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-talied) lebih
kecil dari α = 0,05. Perhitungan uji-U dari Mann Whitney ini menggunakan
bantuan software SPSS v.16 for Windows. Data hasil perhitungan uji-U dari Mann
Whitney dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.16 Analisis Uji-U pada Data Gain
Test Statisticsa
Nilai_gain
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 465.000
Z -6.657
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelas
Dari Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan dua rata-rata
data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji U
dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) =
0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 atau tidak terdapat perbedaan
kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ditolak. Hal ini didasarkan
pada nilai P-value (Sig.2-tailed) yang didapat yang nilainya lebih kecil dari α =
0,05. Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematis peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbeda dengan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional.
92
2. Analisis Data Kualitatif
Pada bagian pendahuluan telah dipaparkan bahwa tujuan penelitian yang
dilakukan adalah untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Untuk mencapai
tujuan tersebut, dilakukan pengambilan data melalui instrumen selain tes hasil
belajar. Instrumen yang dimaksud di antaranya adalah format observasi kinerja
guru dan format observasi aktivitas peserta didik, angket respon peserta didik
serta catatan lapangan. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai analisis hasil
pengambilan data dari instrumen tersebut.
a. Analisis Data Hasil Observasi
1) Hasil Observasi Kinerja Guru
Observasi kinerja guru yang telah dilakukan di kelas kontrol dan kelas
eksperimen diobservasi oleh wali kelas dari kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Dalam penelitian ini, dibagi dua kinerja guru, yaitu kinerja guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Aspek yang dinilai dari
kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen
memiliki kesamaan. Hal tersebut dikarenakan sudah menjadi persyaratan wajib
bagi guru sebelum mengajar, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP tersebut digunakan sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran, sedangkan aspek yang dinilai dari kinerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran berbeda karena dilihat dari penggunaan metode
pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori dan kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Kinerja guru di kelas kontrol dilaksanakan di SDN 1 Panunggul kelas IV A
diobservasi oleh guru wali kelas IV A, yaitu Bapak Wawan Gunawan, S.Pd.
Pemaparan mengenai kinerja guru di kelas kontrol terdapat pada Tabel 4.15
berikut.
93
Tabel 4.17 Data Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan
Pembelajaran di Kelas Kontrol
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PERENCANAAN 3 2 1 0
1. Perumusan tujuan pembelajaran khusus. √
2. Merencanakan skenario pembelajaran. √
3. Mengembangkan materi pelajaran. √
4. Pemilihan metode pembelajaran. √ Kurang
5. Merencanakan evaluasi pembelajaran. √
Jumlah Skor 14
Persentase 93.33%
Pada kelas eksperimen dilaksanakan di SDN 1 Panunggul kelas IV B, kinerja
guru diobservasi oleh guru wali kelas IV B, yaitu Bapak Sunarto, S.Pd.
Pemaparan mengenai kinerja guru di kelas eksperimen terdapat pada Tabel 4.16
berikut.
Tabel 4.18 Data Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan
Pembelajaran di Kelas Eksperimen
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PERENCANAAN 3 2 1 0
1. Perumusan tujuan pembelajaran khusus. √
2. Merencanakan skenario pembelajaran. √
3. Mengembangkan materi pelajaran. √ Kurang
4. Pemilihan metode pembelajaran. √
5. Merencanakan evaluasi pembelajaran. √
Jumlah Skor 14
Persentase 93.33%
Berdasarkan Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 diperoleh data mengenai kinerja guru
dalam merencanakan pembelajaran. Kinerja guru dalam merencanakan
pembelajaran pecahan dengan menggunakan pembelajaran konvensional maupun
menerapkan model pembeajaran kooperatif tipe TGT telah mencapai 93.33%,
dengan hasil kinerja yang telah didapat diharapkan pembelajaran dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Selain merencanakan pembelajaran, kinerja guru juga
dinilai dalam melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol dan di kelas
eksperimen. Jumlah pertemuan yang dilaksanakan di kelas kontrol dan kelas
eksperimen sebanyak tiga pertemuan. Adapun hasil observasi kinerja guru di kelas
94
kontrol dan eksperimen pada pertemuan I dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel
4.20 berikut.
Tabel 4.19 Data Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran di Kelas Kontrol Pertemuan I
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PELAKSANAAN 3 2 1 0
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Memeriksa kesiapan peserta didik. √
b. Melakukan apersepsi. √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √ Kurang
d. Melaksanakan prosedur pembelajaran. √
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi pembelajaran. √ Kurang
memahami
b. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik. √
c. Penggunaan bahasa. √ Kurang
dipahami
d. Penguasaan kelas. √ Kurang
menguasai
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Mengarahkan menarik simpulan. √
b. Membuat intisari dari simpulan peserta didik. √
Jumlah Skor A 26
B. EVALUASI
1. Membuat alat penilaian yang sesuai √
2. Melakukan penilaian pada proses pembelajaran. √
3. Melakukan penilaian pada akhir pembelajaran √
Jumlah Skor B 9
Jumlah Skor A+B 35
Persentase 89.74%
Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan I di kelas kontrol,
kinerja guru di kelas tersebut mencapai 89.74% selama melaksanakan
pembelajaran. Kekurangan dari kinerja guru pada pertemuan I, yaitu terletak pada
aspek menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi pelajaran,
penggunaan bahasa, dan penguasaan kelas. Pada saat menyampaikan tujuan
pembelajaran, suara guru kurang terdengar jelas oleh peserta didik yang duduk di
barisan paling belakang dikarenakan kondisi guru pada saat itu sedang kurang
sehat. Selain itu, guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang dapat
dipahami oleh peserta didik karena kurangnya penguasaan guru terhadap materi
yang harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dalam
95
penggunaan bahasa guru yang terlalu baku membuat peserta didik belajar secara
kaku karena bahasa yang digunakan tidak seperti bahasa mereka sehari-hari.
Kurangnya penguasaan kelas disebabkan karena ruangan yang sempit sehingga
guru tidak leluasa bergerak untuk mengontrol aktivitas peserta didik.
Tabel 4.20 Data Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran di Kelas Eksperimen Pertemuan I
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PELAKSANAAN 3 2 1 0
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Memeriksa kesiapan peserta didik. √
b. Melakukan apersepsi. √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √
d. Melaksanakan prosedur pembelajaran. √
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi pembelajaran. √
b. Tahap tim. √ Kurang
c. Tahap turnamen. √ Kurang
d. Tahap rekognisi tim.. √ Kurang
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Mengarahkan menarik simpulan. √ Kurang
b. Membuat intisari dari simpulan peserta didik. √
Jumlah Skor A 26
B. EVALUASI
1. Membuat alat penilaian yang sesuai √
2. Melakukan penilaian pada proses pembelajaran. √
3. Melakukan penilaian pada akhir pembelajaran √
Jumlah Skor B 9
Jumlah Skor A+B 35
Persentase 89,74%
Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan 1 di kelas eksperimen
kinerja guru mencapai 89,74% selama melaksanakan pembelajaran. Kekurangan
dari kinerja guru pada pertemuan 1, yaitu terletak pada tahap tim, tahap turnamen,
tahap rekognisi tim, dan mengarahkan peserta didik untuk menarik simpulan.
Kekurangan pada tahap tim karena peserta didik yang tidak mau dikelompokkan
bukan dengan temannya yang akrab sehingga guru harus memberikan penjelasan
kepada mereka agar mau dikelompokkan secara homogen. Kekurangan kedua
yaitu pada tahap turnamen karena peserta didik susah untuk diarahkan dan tertarik
96
untuk segera melakukan turnamen sehingga guru tidak maksimal dalam
menyampaikan peraturan turnamen yang menyebabkan jalannya turnamen kurang
sesuai dengan peraturan turnamen. Pada tahap rekognisi tim terdapat tim yang
tidak mau menerima kalau mereka tidak masuk ke dalam kategori tim super, tim
sangat baik maupun tim baik. Hal tersebut disebabkan karena peserta didik tergiur
dengan penghargaan yang diberikan oleh guru yang berupa sertifikat dan hadiah.
Kekurangan selanjutnya yaitu guru tidak mengarahkan peserta didik dalam
menarik simpulan dikarenakan waktu yang digunakan sudah banyak digunakan
untuk kegiatan inti terutama pada tahap turnamen sehingga guru menarik
simpulan sendiri tidak melibatkan peserta didik.
Melihat kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada pertemuan
I, maka guru melanjutkan pembelajaran di kelas kontrol dan eksperimen pada
pertemuan II untuk mengatasi kekurangan tersebut. Kekurangan yang terdapat pada
pertemuan I diusahakan oleh guru agar tidak terulang pada pembelajaran
selanjutnya. Adapun pemaparan hasil observasi kinerja guru pada pertemuan II
dapat dilihat pada Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 berikut.
Tabel 4.21 Data Observasi Kinerja Guru
dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol pada Pertemuan II
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PELAKSANAAN 3 2 1 0
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Memeriksa kesiapan peserta didik. √
b. Melakukan apersepsi. √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √
d. Melaksanakan prosedur pembelajaran. √
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi pembelajaran. √ Kurang
memahami
b. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik. √
c. Penggunaan bahasa. √ Kurang
dipahami
d. Penguasaan kelas. √ Kurang
menguasai
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Mengarahkan menarik simpulan. √
b. Membuat intisari dari simpulan peserta didik. √
Jumlah Skor A 28
B. EVALUASI
1. Membuat alat penilaian yang sesuai √
2. Melakukan penilaian pada proses pembelajaran. √
3. Melakukan penilaian pada akhir pembelajaran √
Jumlah Skor B 9
Jumlah Skor A+B 37
Persentase 94,87%
97
Pada Tabel 4.21, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
guru di kelas kontrol pada pertemuan II mengalami peningkatan dari pertemuan
sebelumnya yang dapat dilihat dari presentase yang diperoleh pada pertemuan I
sebesar 89,74% menjadi 94,87%. Namun, pada pertemuan II masih terdapat
sedikit kekurangan yaitu dari aspek penggunaan bahasa dan penguasaan kelas.
Latar belakang peserta didik yang berbeda mengakibatkan peserta didik
menggunakan bahasa sehari-hari yang berbeda. Hal tersebut dapat diatasi oleh
guru dengan penggunaan bahasa yang fleksibel yaitu dengan menggunakan
bahasa Indonesia baku dengan sesekali menggunakan bahasa daerah.
Pembelajaran pada pertemuan II juga dilakukan di kelas eksperimen dengan
tujuan untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada pembelajaran pertemuan I.
Adapun pemaparan hasil kinerja guru di kelas eksperimen pada pertemuan II
dapat dilihat pada Tabel 4.22 berikut.
Tabel 4.22 Data Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran di Kelas Eksperimen pada Pertemuan II
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PELAKSANAAN 3 2 1 0
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Memeriksa kesiapan peserta didik. √
b. Melakukan apersepsi. √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √
d. Melaksanakan prosedur pembelajaran. √
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi pembelajaran. √
b. Tahap tim. √
c. Tahap turnamen. √ Kurang
d. Tahap rekognisi tim.. √ Kurang
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Mengarahkan menarik simpulan. √
b. Membuat intisari dari simpulan peserta didik. √
Jumlah Skor A 28
B. EVALUASI
1. Membuat alat penilaian yang sesuai √
2. Melakukan penilaian pada proses pembelajaran. √
3. Melakukan penilaian pada akhir pembelajaran √
Jumlah Skor B 9
Jumlah Skor A+B 37
Persentase 94,87%
98
Pada Tabel 4.22, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru di kelas eksperimen mengalami peningkatan yang dilihat dari perolehan
presentase pada tiap pertemuan. Presentase pada pertemuan I sebesar 89,74%
sedangkan pada petemuan II sebesar 94,87%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah cukup baik dengan mengatasi
kekurangan yang ditemukan pada pembelajaran sebelumnya.
Untuk lebih memaksimalkan kinerja guru maka dilakukan pembelajaran pada
pertemuan III baik di kelas kontrol maupun eksperimen. Adapun pemaparan hasil
observasi kinerja guru pada pertemuan III dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel
4.24 berikut.
Tabel 4.23 Data Observasi Kinerja Guru
dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol pada Pertemuan III
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PELAKSANAAN 3 2 1 0
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Memeriksa kesiapan peserta didik. √
b. Melakukan apersepsi. √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √
d. Melaksanakan prosedur pembelajaran. √
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi pembelajaran. √
b. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik. √
c. Penggunaan bahasa. √
d. Penguasaan kelas. √ Kurang
menguasai
3.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Mengarahkan menarik simpulan. √
b. Membuat intisari dari simpulan peserta didik. √
Jumlah Skor A 29
B. EVALUASI
1. Membuat alat penilaian yang sesuai √
2. Melakukan penilaian pada proses pembelajaran. √
3. Melakukan penilaian pada akhir pembelajaran √
Jumlah Skor B 9
Jumlah Skor A+B 38
Persentase 97,43%
Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan II, terjadi peningkatan
pada kinerja guru selama pembelajaran di kelas kontrol. Sebelumnya kinerja guru
mencapai 94,87%, pada pertemuan III pelaksanaan pembelajaran kinerja guru
99
mencapai nilai 97,43%, yang dapat dilihat pada tabel 4.18. Pada pertemuan III
yang mencapai persentase 97,43% dapat diinterpretasikan bahwa kinerja guru
sudah sangat baik.
Tabel 4.24 Data Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran di Kelas Eksperimen pada Pertemuan III
No. Aspek yang diamati Skor Ket.
A. PELAKSANAAN 3 2 1 0
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Memeriksa kesiapan peserta didik. √
b. Melakukan apersepsi. √
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √
d. Melaksanakan prosedur pembelajaran. √
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi pembelajaran. √
b. Tahap tim. √
c. Tahap turnamen. √ Kurang
d. Tahap rekognisi tim.. √
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Mengarahkan menarik simpulan. √
b. Membuat intisari dari simpulan peserta didik. √
Jumlah Skor A 29
B. EVALUASI
1. Membuat alat penilaian yang sesuai √
2. Melakukan penilaian pada proses pembelajaran. √
3. Melakukan penilaian pada akhir pembelajaran √
Jumlah Skor B 9
Jumlah Skor A+B 38
Persentase 97,43%
Setelah observer melakukan observasi pada pertemuan III yang dapat dilihat
pada tabel 4.19, terjadi peningkatan pada kinerja guru selama pembelajaran di
kelas eksperimen. Sebelumnya kinerja guru mencapai 94,87%, namun pada
100
pertemuan III pelaksanaan pembelajaran kinerja guru mencapai 97,43%. Hal
tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja guru pada pertemuan III sudah sangat
baik.
2) Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik
Observasi dilakukan untuk melihat perbedaan aktivitas/respon peserta didik
selama pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penilaian data
hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observer
selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan sebanyak
jumlah pertemuan di kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu tiga pertemuan.
Hasil observasi aktivitas peserta didik pada pertemuan I di kelas kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.25 dan Tabel 4.26 berikut.
Tabel 4.25 Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas Kontrol (Pertemuan I)
Keterangan:
a=Menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai penjumlahan
pecahan.
b= Menjelaskan secara lisan penjumlahan pecahan.
c= Mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
d= Merespon pertanyaan tentang penjumlahan pecahan.
e= Menafsirkan solusi dari permasalahan tentang penjumlahan pecahan.
f= Mengajukan pertanyaan tentang penjumlahan pecahan.
Pada pertemuan I di kelas kontrol terlihat kemampuan peserta didik dalam
menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai penjumlahan
pecahan dan merespon pertanyaan tentang penjumlahan pecahan kurang baik pada
kelas kontrol. Peserta didik pada kelas kontrol sangat pemalu dan kurang akrab
Skor
Aspek yang Diamati Interpretasi
a b c d e f
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 BS
B C K KS
Jumlah 4 1
6
9 1 6 1
5
9 0 1
0
1
1
7 2 4 1
6
9 1 6 1
5
9 0 1
0
1
1
7 2 4 2 8 5 1
1
Persenta
se (%)
1
3
,
3
5
3
,
3
3
0
3
,
3
2
0
5
0
3
0
0 3
3
,
3
3
6
,
7
2
3
,
3
6
,
7
1
3
,
3
5
3
,
3
3
0
3
,
3
2
0
5
0
3
0
0 3
3
,
3
3
6
,
7
2
3
,
3
6
,
7
1
3.
3
3
6.
66
2
6
.
6
6
1
6
.
6
6
3
6
.
6
6
101
dengan teman-temannya. Peserta didik di kelas kontrol lebih suka mengerjakan
soal secara tertulis daripada secara lisan.
Tabel 4.26 Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen
(Pertemuan I)
Keterangan:
a= Menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai
penjumlahan pecahan.
b= Menjelaskan secara lisan penjumlahan pecahan.
c= Mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
d= Merespon pertanyaan tentang penjumlahan pecahan.
e= Menafsirkan solusi dari permasalahan tentang penjumlahan pecahan.
f= Mengajukan pertanyaan tentang penjumlahan pecahan.
Pada kelas eksperimen aktivitas peserta didik lebih baik pada semua aspek
dibandingkan aktivitas peserta didik pada kelas kontrol. Terlihat dalam presentase
kriteria sikap baik sekali dan baik, kelas eksperimen sudah mencapai 42%,
sedangkan kelas kontrol 19%. Untuk melihat aktivitas selama pembelajaran, pada
pertemuan kedua pun dilakukan observasi. Hasil observasi aktivitas peserta didik
pada pertemuan II di kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.27 berikut.
Tabel 4.27 Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas Kontrol (Pertemuan II)
Skor
Aspek yang Diamati Interpretasi
a b c d e f
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 BS
B C K KS
Jumlah 8 1
5
6 1 8 1
5
7 0 1
1
1
2
5 3 8 1
5
6 1 8 1
5
7 0 1
1
1
2
5 3 8 5 7 0 1
0
Persenta
se (%)
2
6
,7
5
0
2
0
3
,
3
2
6
,7
5
0
2
3
,3
0 3
6
,7
4
0
1
6
,7
1
0
2
6
,7
5
0
2
0
3
,
3
2
6
,7
5
0
2
3
,3
0 3
6
,7
4
0
1
6
,7
1
0
2
6.
6
6
16
.6
6
2
3
.
3
3
0 3
3
.
3
3
Skor
Aspek yang Diamati Interpretasi
a B c d e f
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 BS
B C K KS
Jumlah 7 1
9
4 0 9 1
6
5 0 1
2
1
5
3 0 7 1
9
4 0 9 1
6
5 0 1
2
1
5
3 0 7 7 8 5 3
Persenta
se (%)
23
,
3
63
,
3
13
,
3
0 30
53
,
3
16
,
7
0 40
50
10
0 23
,
3
63
,
3
13
,
3
0 30
53
,
3
16
,
7
0 40
50
10
0 2
3.
3
3
23
.3
3
2
6
.
6
1
6
.
6
1
0
102
Keterangan:
a=Menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai pengurangan
pecahan.
b= Menjelaskan secara lisan pengurangan pecahan.
c= Mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan pengurangan yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
d= Merespon pertanyaan tentang pengurangan pecahan.
e= Menafsirkan solusi dari permasalahan pengurangan pecahan.
f= Mengajukan pertanyaan tentang pengurangan pecahan.
Pada pertemuan kedua, semua respon peserta didik yang diharapkan tercapai.
Pada kelas kontrol menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan
mengenai pengurangan pecahan, mengajukan permasalahan yang berkaitan
dengan pengurangan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, merespon
pertanyaan tentang pengurangan pecahan, dan mengajukan pertanyaan tentang
pengurangan pecahan sudah mulai tumbuh. Namun dalam hal menjelaskan secara
lisan pengurangan pecahan dan menafsirkan solusi dari permasalahan
pengurangan pecahan masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan peserta didik di
kelas kontrol masih kurang dalam kemampuan mengurangkan dan sulit untuk
mencari solusi karena peserta didik di kelas kontrol jarang bekerjasama bahkan
ketika guru membolehkan mereka untuk bekerjasama dalam mencari solusi.
Aktivitas peserta didik di kelas eksperimen pada pertemuan kedua dapat
dilihat pada Tabel 4.28 berikut.
Tabel 4.28 Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen
(Pertemuan II)
Keterangan:
a=Menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai pengurangan
pecahan.
Skor
Aspek yang Diamati Interpretasi
a b c d e f
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 B
S
B C K K
S
Jumlah 1
4
1
5
1 0 1
3
1
5
2 0 1
6
1
2
2 0 1
4
1
5
1 0 1
3
1
5
2 0 1
6
1
2
2 0 9 1
6
4 0 1
Persenta
se (%)
46
,
7
50
3,
3
0 43
,
3
50
6,
6
0 53
,
3
40
6,
6
0 46
,
7
50
3,
3
0 43
,
3
50
6,
6
0 53
,
3
40
6,
6
0 3
0
53
.3
3
1
3
.
3
0 3
.
3
103
b= Menjelaskan secara lisan pengurangan pecahan.
c= Mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan pengurangan yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
d= Merespon pertanyaan tentang pengurangan pecahan.
e= Menafsirkan solusi dari permasalahan pengurangan pecahan.
f= Mengajukan pertanyaan tentang pengurangan pecahan.
Pada kelas eksperimen, sebanyak setengah dari jumlah peserta didik sudah
mencapai aspek yang diharapkan. Pembelajaran yang baru, membuat mereka
merasa tertantang untuk belajar dan berpartisipasi dalam pembelajaran.
Untuk melihat aktivitas selama pembelajaran, pada pertemuan ketiga pun
dilakukan observasi. Berikut hasil observasi pada Tabel 4.29 dan Tabel 4.30.
Tabel 4.27 Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas Kontrol (Pertemuan III)
Keterangan:
a=Menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai penjumlahan
dan pengurangan pecahan.
b= Menjelaskan secara lisan penjumlahan dan pengurangan pecahan.
c=Mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
d= Merespon pertanyaan tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.
e=Menafsirkan solusi dari permasalahan tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan.
f=Mengajukan pertanyaan tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Pada pertemuan III, sikap peserta didik tidak jauh berbeda dengan pertemuan
kedua. Hal ini disebabkan karena pada pertemuan III ini merupakan pengulasan
materi dari pertemuan pertama dan kedua.
Skor
Aspek yang Diamati Interpretasi
a b c d e f
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 B
S
B C K K
S
Jumlah 7 1
9
4 0 9 1
6
5 0 1
2
1
5
3 0 7 1
9
4 0 9 1
6
5 0 1
2
1
5
3 7 8 9 1
1
0 2
Persenta
se (%)
23
,
3
63
,
3
13
,
3
0 30
53
,
3
16
,
7
0 40
50
10
0 23
,
3
63
,
3
13
,
3
0 30
53
,
3
16
,
7
0 40
50
10
23
,
3
2
6.
7
30 3
6
.
7
0 6
.
7
104
Tabel 4.30 Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen
(Pertemuan III)
Keterangan:
a=Menggunakan gambar untuk menyampaikan penjelasan mengenai penjumlahan
dan pengurangan pecahan.
b= Menjelaskan secara lisan penjumlahan dan pengurangan pecahan.
c=Mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
d= Merespon pertanyaan tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.
e=Menafsirkan solusi dari permasalahan tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan.
f= Mengajukan pertanyaan tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Sikap peserta didik dalam pembelajaran setiap pertemuannya berubah-ubah.
Namun secara garis besar seluruh aktivitas peserta didik dalam keenam aspek
tersebut meningkat. Untuk melihat hasil observasi setiap pertemuan tersebut,
disajikan rekapitulasi hasil observasi aktivitas peserta didik selama pembelajaran
di kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tabel 4.31 berikut.
Tabel 4.31 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik
Sikap Peserta
Didik
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Kontrol
Jumlah 4 2 8 5 11 7 7 8 5 3 8 9 11 0 2
Persentase (%) 13.
33
6.6
6
26.
66
16.
66
36.
66
23.
33
23.3
3
26.
6
16.
6
10 26.
7
30 36.
7
0 6.7
Eksperimen
Jumlah 8 5 7 0 10 9 16 4 0 1 17 10 2 0 1
Persentase (%) 26.
66
16.
66
23.
33
0 33.
33
30 53.3
3
13.
3
0 3.3 56.
7
33.3 6.7 0 3.3
Skor
Aspek yang Diamati Interpretasi
a b c d e f
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 BS
B C K KS
Jumlah 1
4
1
5
1 0 1
3
1
5
2 0 1
6
1
2
2 0 1
4
1
5
1 0 1
3
1
5
2 0 1
6
1
2
2 1
4
1
7
1
0
2 0 1
Persenta
se (%)
4
6
,7
5
0
3
,
3
0 4
3
,3
5
0
6
,
6
0 5
3
,3
4
0
6
,
6
0 4
6
,7
5
0
3
,
3
0 4
3
,3
5
0
6
,
6
0 5
3
,3
4
0
6
,
6
4
6
,7
5
6.
7
33
.3
6
.
7
0 3
.
3
105
Terlihat aktivitas peserta didik dalam pembelajaran baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen meningkat, hal ini dilihat dari peningkatan sikap peserta
didik yang tergolong kategori baik sekali dan baik. Di kelas kontrol, sikap peserta
didik yang tergolong kategori baik sekali dan baik meningkat 17% yang pada
pertemuan I untuk kategori baik sekali dan baik mencapai 29,6% sedangkan pada
pertemuan II mencapai 46,6%. Pada pertemuan ketiga persentase aktivitas peserta
didik sebesar 56,7% sehingga mengalami kenaikan sebesar 10,1% dari pertemuan
kedua. Di kelas eksperimen, sikap peserta didik yang tergolong kategori baik
sekali dan baik meningkat 40,13% yang pada pertemuan I sebesar 43,2% menjadi
83,33% pada pertemuan II. Pada pertemuan ketiga persentase aktivitas peserta
didik sebesar 90% sehingga mengalami peningkatan sebesar 6,7% dari pertemuan
II. Perbedaan aktivitas peserta didik pada kedua kelas tersebut sudah terlihat pada
pertemuan I dimana aktivitas peserta didik yang mencakup menggunakan gambar
untuk menyampaikan penjelasan mengenai penjumlahan dan pengurangan
pecahan, menjelaskan secara lisan penjumlahan dan pengurangan pecahan,
mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, merespon pertanyaan tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan, menafsirkan solusi dari permasalahan
tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan, dan mengajukan pertanyaan
tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan. Sama halnya di kelas kontrol, di
kelas eksperimen aktivitas peserta didik sudah dapat diinterpretasikan pada
kategori baik.
Dengan demikian, apabila dilihat dari persentase yang diperoleh pada tiap
pertemuan dapat ditarik simpulan bahwa aktivitas peserta didik pada kelas
eksperimen lebih meningkat dibandingkan aktivitas peserta didik pada kelas
kontrol.
b. Analisis Angket Respon Peserta Didik
Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap pelajaran matematika, pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan terhadap soal-soal komunikasi matematis.
Angket terdiri atas 15 nomor dengan dengan 10 nomor berupa pernyataan positif
dan 5 nomor berupa pernyataan negatif.
106
Angket diberikan kepada peserta didik kelas eksperimen setelah tes akhir,
artinya setelah semua pembelajaran berlangsung. Jumlah angket yang terkumpul
dan yang dianalisis adalah 30 angket. Analisis data angket menggunakan skala
Likert.
1) Sikap Peserta Didik terhadap Pelajaran Matematika
Butir pernyataan pada angket yang mengindikasikan sikap peserta didik
terhadap pelajaran matematika adalah butir soal nomor 1, 3, 4, 5, dan 6.
Pernyataan nomor 1 dan 3 menunjukkan rasa suka terhadap mata pelajaran
matematika. Pernyataan nomor 4 menunjukkan kedislipinan dalam pembelajaran
matematika. Pernyataan nomor 5 dan 6 menunjukkan antusias terhadap
matapelajaran matematika. Jawaban peserta didik mengenai sikapnya terhadap
pelajaran matematika disajikan pada Tabel 4.32 berikut
Tabel 4.32 Sikap Peserta Didik terhadap Pelajaran Matematika
Skala
Sikap Indikator
No dan
Sifat
Skor dan Frekuensi Rata-rata
SS S TS STS Item Kelas
Terhadap
pelajaran
matematika
Rasa suka
terhadap
matapelajaran
matematika.
1
(positif)
5 4 2 1
4
3,9
18 4 6 2
3
(negatif)
1 2 4 5
4,4 0 4 6 20
Kedislipinan
dalam
pembelajaran
matematika.
4
(positif)
5 4 2 1
4 18 4 6 2
Antusias
terhadap
matapelajaran
matematika
5
(positif)
5 4 2 1
3,86 15 7 5 3
6
(negatif)
1 2 4 5 3,36
6 7 4 13
Skor untuk kedua pernyataan yang mengindikasikan sikap peserta didik
terhadap pelajaran matematika adalah 3,9, yang artinya peserta didik memberikan
sikap yang negatif terhadap pelajaran matematika.
107
2) Sikap Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT
Butir pernyataan pada angket yang mengindikasikan sikap peserta didik
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah butir soal nomor 2, 7, 8,
9, 10, 11, 12, dan 14. Pernyataan nomor 2 dan 14 menunjukkan sikap percaya diri
dalam mengerjakan soal-soal matematika. Pernyataan nomor 7 menunjukkan
perhatian terhadap proses pembelajaran matematika. Pernyataan nomor 8, 9, dan
11 menunjukkan antusias dalam kerja kelompok. Pernyataan nomor 10 dan 12
menunjukkan minat dalam turnamen. Jawaban peserta didik terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe TGT disajikan pada Tabel 4.33 berikut.
Tabel 4.33 Sikap Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT
Skala Sikap Indikator No dan
Sifat
Skor dan Frekuensi Rata-rata
SS S TS STS Item Kelas
Terhadap
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe TGT
Percaya diri dalam
mengerjakan soal-
soal matematika.
2
(negatif)
1 2 4 5
4,23
3,3
3 5 7 15
14
(positif)
5 4 2 1
3,86 18 4 6 2
Perhatian terhadap
proses
pembelajaran
matematika.
7
(positif)
5 4 2 1
4,13 19 5 3 3
Antusias dalam
kerja kelompok.
8
(negatif)
1 2 4 5
3,36 6 7 4 13
9
(positif)
5 4 2 1
3,73 17 3 5 5
11
(positif)
5 4 2 1
3,73 17 3 5 5
Minat dalam
turnamen.
10
(positif)
1 2 4 5
3,36 6 7 4 13
12
(positif)
5 4 2 1
3,73 17 3 5 5
108
Skor untuk kelima pernyataan yang mengindikasikan sikap peserta didik
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 3,3, yang artinya
peserta didik memberikan sikap yang positif terhadap pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3) Sikap Peserta Didik terhadap Soal-Soal Komunikasi Matematis
Butir pernyataan pada angket yang mengindikasikan sikap peserta didik
terhadap soal-soal komunikasi matematis adalah butir soal nomor 13 dan 15.
Pernyataan–pernyataan tersebut menunjukkan pendapat peserta didik terhadap
soal-soal komunikasi matematis. Dengan menggunakan skala Likert, diperoleh
hasil pada tabel 4.34.
Tabel 4.34 Sikap Peserta Didik terhadap Soal-Soal Komunikasi Matematis
Skala Sikap Indikator No dan
Sifat
Skor dan Frekuensi Rata-rata
SS S TS STS Item Kelas
Terhadap
Soal-Soal
Komunikasi
Matematis
Sikap
terhadap
komunikasi
matematis.
15
(positif)
5 4 2 1
4,33
4,14
17 10 2 1
13
(Negatif)
1 2 4 5
3,96 3 4 7 16
Skor pernyataan kelas yang mengindikasikan sikap peserta didik terhadap
soal-soal komunikasi matematis adalah 4,14, yang artinya peserta didik
memberikan sikap atau respon yang positif terhadap tipe soal komunikasi
matematis.
Dari beberapa rata-rata keseluruhan yang telah dijelaskan di atas. Jadi dapat
disimpulkan peserta didik memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran
pecahan yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
c. Analisis Hasil Catatan Lapangan
1) Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Kontrol
Catatan lapangan peserta didik di kelas kontrol telah dilakukan oleh guru
kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini berisi tentang
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran, baik
aktivitas yang memperlihatkan suka terhadap pembelajaran maupun aktivitas yang
109
memperlihatkan kebosanan dalam belajar. Catatan lapangan di kelas kontrol
dilaksanakan di SDN 1 Panunggul kelas IV A pada tanggal 6, 18, 20, 21 April
2015, dan 4 Mei 2015. Tanggal tersebut meliputi tanggal dilaksanakannya pretes,
pertemuan I, pertemuan II, pertemuan III, dan postes. Berikut akan dipaparkan
catatan lapangan peserta didik pada kelas kontrol pada saat pretes yang terdapat
pada Tabel 4.35
Tabel 4.35 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Kontrol pada Saat Pretes
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Senin, 6 April 2015
08.00
Edi Sujadi gelisah saat mengerjakan pretes. Ia
selalu berusaha untuk mencontek jawaban
temannya.
08.15
Jumina menanyakan kunci jawaban kepada
guru.
08.20 Fadhil, Rizki, Akbar, Heri selesai mengerjakan
pretes.
08.30 Peserta didik harus mengumpulkan pretesnya
karena waktu sudah habis.
Pada saat pretes, peserta didik banyak yang menanyakan cara mengerjakan
maupun kunci jawaban dari soal. Hal tersebut dikarenakan peserta didik tidak
terbiasa dengan soal-soal tes kemampuan komunikasi matematis yang terdapat
pada instrumen soal. Agar peserta didik memahami dan mengerti bagaimana cara
mengerjakan soal tes kemampuan komunikasi matematis yang diberikan, maka
dilakukan pembelajaran pertemuan I mengenai penjumlahan pecahan.
Pada saat dilaksanakannya pertemuan I di kelas kontrol mengenai
penjumlahan pecahan, hanya terdapat sedikit peserta didik yang memahami cara
mengoperasikan pecahan. Namun hanya dua peserta didik yang menanyakan
tentang ketidakpahamannya terhadap materi yang disampaikan. Pada saat
diberikan latihan soal, terdapat tiga peserta didik yang menanyakan cara
mengerjakan soal. demikian juga ketika guru meminta peserta didik mengerjakan
soal di depan kelas, guru harus menunjuk peserta didik yang maju. Peserta didik
110
di kelas kontrol masih malu untuk berpartisipasi. Namun, terdapat satu peserta
didik yang dapat aktif untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pembelajaran yang dilakukan masih kurang karena masih ada peserta didik yang
gaduh. Setelah dilaksanakan pembelajaran pertemuan I di kelas kontrol
didapatkan catatan lapangan yang terdapat pada Tabel 4.36 berikut.
Tabel 4.36 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Kontrol Pertemuan I
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Rabu, 8 April 2015
08.00 Gharizah dan Laisa menanyakan materi kepada
guru saat guru selesai menjelaskan materi.
08.15-
08.20
Lusiana, Andyan, dan Habil menanyakan
pengerjaan soal kepada guru.
08.30
Wanto berteriak, “Ibu susah soalnya gabisa bu
ngerjainnya!” lalu ia menghampiri Dendro
untuk mengerjakan soal miliknya.
08.35-
08.50
Anisah, Aeny, Dodi, Ficky, Silvia, Iyah,
Regina, dan Ananda maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal.
08.55 Rian menyimpulkan pembelajaran.
Pembelajaran pada pertemuan I telah dilaksanakan dengan catatan lapangan
yang telah dipaparkan. Setelah banyak kejadian yang dipaparkan dalam catatan
lapangan dalam pertemuan I, guru melanjutkan pembelajaran pada pertemuan II
untuk lebih mengetahui aktivitas peserta didik lebih lanjut. Pembelajaran pada
pertemuan II di kelas kontrol terdapat pada Tabel 4.37 berikut.
Tabel 4.37 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Kontrol Pertemuan II
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Senin, 20 April 2015
Senin, 20 April 2015
07.30 Dendro maju ke depan kelas untuk
mengerjakan PR.
08.05 Akbar menanyakan materi kepada guru saat
guru selesai menjelaskan materi.
08.30 Wanto berkeliling kelas mengganggu teman
yang lain
08.35-
08.50
Fadhil, Erna, Dewi, Anisah, Heri, dan Rofiqo
maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal.
08.55 Alia membantu guru untuk menyimpulkan
pembelajaran.
09.10
Johan menyampaikan bahwa ia belum mengerti
tentang pengurangan pecahan dengan penyebut
berbeda.
111
Pada pertemuan II, peserta didik merasa kesulitan dengan pengurangan
pecahan. Hal tersebut dikbuktikan dengan peserta didik yang mengganggu teman
yang sedang mengikuti pembelajaran. Namun untuk mengerjakan soal di depan
kelas terdapat beberapa peserta didik yang menawarkan diri untuk maju. peserta
didik juga mau mengakui ketidakpahamannya terhadap materi yang diajarkan
pada saat kegiatan refleksi. Agar peserta didik lebih mampu memiliki kemampuan
komunikasi matematisnya, maka dilakukan pembelajaran di kelas kontrol pada
pertemuan III. Hasil catatan lapangan pada pertemuan III dapat dilihat pada Tabel
4.38 berikut.
Tabel 4.38 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Kontrol Pertemuan III
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Selasa, 21 April
2015
Selasa, 21 April
2015
07.50 Johan maju ke depan kelas untuk mengerjakan
PR.
08.15 Diaz maju ke depan kelas untuk mengerjakan
latihan soal.
09.00 Fadhil menanyakan menyamakan pemahaman
materinya dengan guru.
09.15 Wanto terahir mengumpulkan soal evaluasi
yang telah dikerjakan.
09.20 Erna pada saat istirahat menanyakan
pembelajaran yang baru saja dilakukan.
Pada pertemuan III peserta didik sudah lebih mengerti tentang materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang disampaikan sebelumnya pada
pertemuan I dan II sehingga peserta didik yang bertanya hanya untuk
menyamakan pemahaman yang ia dapat dengan pemahaman guru.
Untuk lebih mengetahui sejauh mana kemampuan komunikasi matematis
yang dimiliki peserta didik, maka dilaksanakan postes yang hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 4.39 berikut.
112
Tabel 4.39 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Kontrol pada Saat Postes
Waktu (hari, tanggal) Jam Catatan Lapangan
Senin, 4 Mei 2015
08.00 Edi menanyakan kepada guru cara
menjawab soal.
08.20 Akbar, Rizki, Heri, Fadhil, Erna
mengumpulkan jawaban soal postes.
08.28 Peserta didik yang lain mengumpulkan
postes sebelum waktu habis.
Pada saat postes dilaksanakan, peserta didik yang sudah menguasai menjawab
soal dengan cepat sebelum waktu habis. Hal itu kemungkinan dikarenakan peserta
didik sebelumnya sudah pernah mengerjakan soal tersebut pada saat pretes.
2) Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Eksperimen
Catatan lapangan peserta didik di kelas eksperimen telah dilakukan oleh guru
kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini berisi tentang
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran, baik
aktivitas yang memperlihatkan suka terhadap pembelajaran maupun aktivitas yang
memperlihatkan kebosanan dalam belajar. Catatan lapangan di kelas eksperimen
dilaksanakan di SDN 1 Panunggul kelas IV B pada tanggal 6, 18, 20, 21 April
2015, dan 4 Mei 2015 setelah dilaksanakannya di kelas kontrol. Tanggal tersebut
meliputi tanggal dilaksanakannya pretes, pertemuan I, pertemuan II, pertemuan
III, dan postes. Catatan lapangan peserta didik di kelas eksperimen pada saat
pretes terdapat pada Tabel 4.40 berikut.
Tabel 4.40 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Eksperimen pada Saat
Pretes
Waktu
(hari/tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Senin, 6 April 2015
08.00
Anton gaduh karena tidak mengerti soal pretes
yang diberikan.
08.15
Ghina, Alfi, Valin, Nida, dan Siti tentang
jawaban soal apakah diberikan cara atau tidak.
08.20 Widiyawati, Widiya, dan Shendy selesai
mengerjakan soal pretes.
08.30 Peserta didik harus mengumpulkan pretesnya
karena waktu sudah habis.
113
Sama halnya dengan catatan lapangan pada saat pretes dilaksanakan di kelas
kontrol, di kelas eksperimen pun peserta didik mengalami kesulitan untuk
mengerjakan. Namun peserta didik di kelas eksperimen lebih berani untuk
menanyakan kepada guru hal yang belum dimengerti.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan pembelajaran agar peserta didik
mengerti soal yang harus mereka kerjakan. Pembelajaran yang dilakukan yaitu
terdiri dari tiga pertemuan. Pada pertemuan I dilakukan pembelajaran
penjumlahan pecahan di kelas eksperimen. Pemaparan mengenai pembelajaran
yang dilakukan di kelas eksperimen pada pertemuan I dapat dilihat pada Tabel
4.41 berikut.
Tabel 4.41 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Eksperimen Pertemuan I
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Rabu, 8 April 2015
09.40 Anton menanyakan media yang dibawa oleh
guru.
09.50 Windiyah menjawab pertanyaan dari guru
mengenai penjumlahan pecahan.
10.00 Nuryana mengemukakan tidak suka dengan
dibentuknya kelompok.
10.05 Selviana ingin segera melakukan turnamen
ketika guru selesai memberitahukan peraturan
turnamen.
10.40 Ainur hendak menangis ketika menjadi
perwakilan keempat dari peserta didik
kelompok 4.
11.02 Dewi membantu guru menghitung skor tim.
11.04-
11.05
Valin dkk dari kelompok 1 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim super,
Ghina dkk dari kelompok 3 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim sangat
baik, Nida dkk dari kelompok 5 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim baik.
11.10 Aliyah membantu guru menyimpulkan
pembelajaran.
Setelah pertemuan I, dilaksanakan pembelajaran pada pertemuan II di kelas
eksperimen agar peserta didik lebih memiliki kemampuan komunikasi matematis.
Adapun pemaparan catatan lapangan peserta didik di kelas eksperimen pada
pertemuan II terdapat pada Tabel 4.42 berikut.
114
Tabel 4.42 Catatan Lapangan Peserta Didik Eksperimen Pertemuan
II
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Senin, 20 April 2015
09.45 Aries menjawab pertanyaan dari guru
mengenai pengurangan pecahan.
10.05 Ega dan peserta didik yang lain ingin segera
melakukan turnamen.
10.45 Ghina dkk sangat cepat dalam mengerjakan
kartu soal.
10.50 Valin dkk menyusul seimbang dengan skor tim
Ghina
10.55 Tim Widiyawati berusaha menyusul skor tim
lain.
11.00 Tim Ghina dkk bersemangat melakukan
turnamen.
11.04-
11.05
Ghina dkk dari kelompok 3 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim super,
Valin dkk dari kelompok 1 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim sangat
baik, Widiyawati dkk dari kelompok 2 maju
untuk menerima penghargaan sebagai tim baik.
11.10 Aisyah Adzri membantu guru menyimpulkan
pembelajaran.
Pada pertemuan II, peserta didik merasa kesulitan dengan pengurangan
pecahan. Hal tersebut dibuktikan dengan peserta didik yang mengganggu teman
yang sedang mengikuti pembelajaran. Namun untuk mengerjakan soal di depan
kelas terdapat beberapa peserta didik yang menawarkan diri untuk maju ke depan
kelas. Peserta didik juga mau mengakui ketidakpahamannya terhadap materi yang
diajarkan pada saat kegiatan refleksi. Agar peserta didik lebih mampu memiliki
kemampuan komunikasi matematis dan operasi hitung pada pecahan, maka
115
dilakukan pembelajaran di kelas eksperimen pada pertemuan III. Adapun
pemaparannya terdapat pada Tabel 4.43 berikut.
Tabel 4.43 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Eksperimen Pertemuan
III
Waktu
(hari, tanggal)
Jam Catatan Lapangan
Senin, 20 April 2015
09.30 Hadi menjawab pertanyaan dari guru mengenai
pengurangan pecahan.
10.00 Widiya dan peserta didik yang lain ingin segera
melakukan turnamen.
10.45 Ghina dkk sangat cepat dalam mengerjakan
kartu soal.
10.50 Valin dkk menyusul seimbang dengan skor tim
Ghina
10.55 Nida dkk menyusul skor tim Widiyawati.
11.00 Tim Nida dkk bersemangat melakukan
turnamen.
11.04-
11.05
Ghina dkk dari kelompok 3 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim super,
Valin dkk dari kelompok 1 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim sangat
baik, Nida dkk dari kelompok 5 maju untuk
menerima penghargaan sebagai tim baik.
11.10 Tofan membantu guru menyimpulkan
pembelajaran.
Pada pertemuan III peserta didik sudah lebih mengerti tentang materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang disampaikan sebelumnya pada
pertemuan I dan II sehingga peserta didik bertanya hanya untuk menyamakan
pemahaman yang ia dapat dengan pemahaman guru. Untuk lebih mengetahui
sejauh mana kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki peserta didik, maka
dilaksanakan postes yang terdapat pada Tabel 4.44 berikut.
116
Tabel 4.44 Catatan Lapangan Peserta Didik Kelas Eksperimen pada Saat
Postes
Waktu (hari, tanggal) Jam Catatan Lapangan
Senin, 4 Mei 2015
09.35 Amin menanyakan kepada guru cara
menjawab soal.
09.40 Alfi, Nida, Siti, dan Widiyawati
mengumpulkan jawaban soal postes.
11.00 Peserta didik yang lain mengumpulkan
postes sebelum waktu habis.
Pada saat postes dilaksanakan, peserta didik yang sudah menguasai menjawab
soal dengan cepat sebelum waktu habis. Hal itu kemungkinan dikarenakan peserta
didik sebelumnya sudah pernah mengerjakan soal tersebut pada saat pretes.
B. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Pengaruh Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen (Uji Hipotesis 1)
Setelah dilaksanakannya pembelajaran di kelas eksperimen dengan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diketahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis peserta didik dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata
berpasangan. Pada uji ini data yang digunakan yaitu data hasil pretes dan postes
kelas eksperimen.
Uji beda rata-rata berpasangan ini menggunakan uji Wilcoxon
(nonparametrik) karena data nilai pretes berdistribusi normal sedangkan nilai
postes berdistribusi tidak normal. Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf
signifikansi (α = 0,05) menurut Priyatno (2013, hlm. 17) ialah jika nilai P-value
(sig) ≤ 0,05 maka ditolak dan jika nilai P-value (sig) > 0,05 maka diterima.
Adapun hipotesis yang akan diuji ialah sebagai berikut:
H0 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis peserta didik pada materi pecahan di kelas IV.
117
H1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis peserta didik pada materi pecahan di kelas IV.
Berikut data hasil penghitungan uji beda rata-rata berpasangan nilai pretes
dan nilai postes kelas eksperimen dengan uji Wilcoxon disajikan dalam Tabel 4.45
di bawah ini.
Tabel 4.45 Uji Beda Rata-rata Berpasangan Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Eksperimen
Test Statisticsb
postes_eksperim
en -
pretes_eksperim
en
Z -4.784a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Pada Tabel 4.45 dapat diketahui bahwa hasil penghitungan beda rata-rata
kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dengan uji Wilcoxon taraf
signifikansi α = 0,05 didapat P-value (Sig 2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang
diperoleh P-value < α, sehingga H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada
materi pecahan di kelas IV secara signifikan.
2. Analisis Pengaruh Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol
(Uji Hipotesis 2)
Setelah dilaksanakannya pembelajaran di kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional menggunakan metode ekspositori dapat diketahui peningkatan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik dengan menggunakan uji
perbedaan rata-rata berpasangan. Pada uji ini data yang digunakan yaitu data hasil
pretes dan postes kelas kontrol.
118
Uji beda rata-rata berpasangan ini menggunakan uji Wilcoxon
(nonparametrik) karena data nilai pretes berdistribusi normal sedangkan nilai
postes berdistribusi tidak normal. Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf
signifikansi (α = 0,05) menurut Priyatno (2013, hlm. 17) ialah jika nilai P-value
(sig) ≤ 0,05 maka ditolak dan jika nilai P-value (sig) > 0,05 maka diterima.
Adapun hipotesis yang akan diuji ialah sebagai berikut:
H0 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis peserta didik pada materi pecahan di kelas IV.
H1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis
peserta didik pada materi pecahan di kelas IV.
Berikut data hasil penghitungan uji beda rata-rata berpasangan nilai pretes
dan nilai postes kelas kontrol dengan uji Wilcoxon disajikan dalam Tabel 4.46
berikut.
Tabel 4.46 Uji Beda Rata-Rata Berpasangan Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Kontrol
Test Statisticsb
Postes_kontrol -
Pretes_kontrol
Z -4.681a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Pada Tabel 4.46 dapat diketahui bahwa hasil penghitungan beda rata-rata
kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol dengan uji Wilcoxon taraf
signifikansi α = 0,05 didapat P-value (Sig 2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang
diperoleh P-value < α, sehingga ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada
materi pecahan di kelas IV secara signifikan.
119
3. Analisis Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
(Uji Hipotesis 3)
Analisis ketiga ini dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbeda dengan peserta
didik yang yang memperoleh pembelajaran konvensional pada materi pecahan.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi peserta didik pada kedua
kelas akan dibandingkan dengan nilai gain. Agar lebih jelas dapat dilihat dari nilai
terendah, nilai tertinggi, rataan nilai, dan standar deviasi pada masing-masing
kelas yang terlihat pada Tabel 4.47 berikut.
Tabel 4.47 Statistik Deskriptif Gain pada Kedua Kelompok
Kelas N Mean Simpangan Baku Terbesar Terkecil
Eksperimen 30 0,61 0,08 0,77 0,45
Kontrol 30 0,21 1,10 0,42 -0,01
Berdasarkan Tabel 4.47 dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan
komunikasi matematis peserta didik pada kedua kelas berbeda. Untuk peserta
didik di kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT mengalami peningkatan dengan rata-rata gain = 0,61 yang tergolong
pada peningkatan sedang, sedangkan untuk peserta didik di kelas kontrol yang
diberi pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dengan rata-rata gain
sebesar 0,21 yang tergolong pada peningkatan rendah. Oleh karena itu, antara
kedua kelas memiliki selisih rata-rata gain sebesar 0,4. Untuk melihat perbedaan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik di kelas eksperimen dan kelas
kontrol maka dilakukan uji beda dua rata-rata.
a. Uji Beda Dua Rata-rata
Uji beda dua rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
komunikasi matematis peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji
beda dua rata-rata ini membandingkan nilai gain kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Nilai gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.48 berikut.
120
Tabel 4.48 Nilai Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gain Eksperimen Gain Kontrol
0.70 0.30
0.75 0.30
0.75 0.33
0.77 0.37
0.77 0.38
0.73 0.37
0.68 0.38
0.63 0.39
0.59 0.42
0.53 0.42
0.45 0.42
0.52 0.28
0.53 0.23
0.53 0.24
0.54 0.22
0.52 0.21
0.53 0.19
0.53 0.18
0.55 0.18
0.55 0.15
0.55 0.11
0.58 0.06
0.62 0.03
0.63 0.00
0.63 -0.01
0.64 -0.01
0.65 0.03
0.66 0.08
0.66 0.04
0.66 0.10
Setelah diketahui nilai gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya
dilakukan uji beda dua rata-rata ini dengan menggunakan uji t’ (Independent
Samples t-test) pada SPSS 16.00 for windows. Berikut merupakan hipotesis yang
akan diuji.
H0 :Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT tidak berbeda dengan kemampuan komunikasi
matematis peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional.
121
H1:Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berbeda dengan kemampuan komunikasi matematis
peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Kriteria penafsirannya yaitu, jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima,
akan tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Perhitungan uji beda dua
rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.49 berikut.
Tabel 4.49 Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
T df Sig. (2-tailed)
Gain Equal variances assumed 12.981 58 .000
Equal variances not assumed 12.981 47.415 .000
Berdasarkan Tabel 4.49 dapat dilihat hasil perhitungan beda dua rata-rata data
gain kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t’ dengan taraf
signifikansi α = 0,05 didapat nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena hipotesis
yang diuji adalah satu arah sehingga 0,000 harus dibagi dua sehingga diperoleh P-
value (Sig.1-tailed) sebesar 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis
peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT berbeda dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
C. Pembahasan
1. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik di Kelas
Eksperimen
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
selama tiga pertemuan, yaitu pada tanggal 8, 20, dan 21 April 2015. Banyak
pertemuan di kelas eksperimen sama dengan banyak pertemuan di kelas kontrol,
yaitu sebanyak tiga pertemuan dengan alokasi waktu 3×35 menit. Sebelum
dilaksanakan pertemuan I di kelas eksperimen dilakukan pretes dengan rata-rata
122
nilai pretes kemampuan komunikasi matematis 30 peserta didik di kelas
eksperimen sebesar 41,34 dari nilai total 100. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa peserta didik di kelas eksperimen telah memiliki kemampuan
komunikasi matematis sebesar 41,34%.
Di kelas eksperimen, pembelajaran diawali dengan menunjukkan kue yang
dapat dipotong menjadi beberapa bagian. Kemudian guru meminta beberapa
peserta didik maju ke depan untuk memotong kue menjadi beberapa bagian yang
sama besar. Peserta didik yang maju ke depan saling berkerjasama dan
berkomunikasi untuk memotong kue dengan bagian yang sama besar. Hal tersebut
sejalan dengan yang dikemukaan oleh Vygotsky (dalam Huda, 2012), yang
menyebutkan bahwa tujuan belajar akan tercapai jika peserta didik belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih
berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Tugas-tugas belajar tersebut
akan tercapai apabila mereka melakukan kerjasama dengan orang dewasa maupun
teman sebayanya.
Pada pertemuan pertama, materi pembelajaran yang diberikan adalah
penjumlahan pecahan. Guru memberikan contoh pemotongan kue yang dibagikan
kepada beberapa peserta didik, hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (dalam
Maulana, 2011), peserta didik usia SD termasuk ke dalam tahap operasi konkret
sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam
hal ini yaitu kue. Peserta didik dikelompokkan menjadi lima kelompok,
pembagian kelompok dilakukan dengan melihat nilai pretes dari masing-masing
peserta didik. Setiap kelompok dibagikan LKPD yang berbeda tetapi masih satu
karakteristik. Dalam LKPD tersebut terdapat perintah untuk mengerjakan operasi
hitung pecahan kemudian dibuat kedalam bentuk gambar. Gambar yang dibuat
berdasarkan ide dari masing-masing anggota dalam kelompok. Sesuai dengan
teori yang di ungkapkan oleh Dewey (dalam Tamsyani, Tanpa tahun) yang
mengemukakan bahwa pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas seharusnya
merupakan pembelajaran yang mencerminkan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Setelah diskusi selesai, setiap perwakilan kelompok mengembangkan dan
menyajikan hasil karyanya di depan kelas. Apabila peserta didik menemukan
kesulitan atau masalah dalam mengerjakan LKPD maka peserta didik
123
mengemukakan masalah atau kesulitannya kemudian peserta didik lainnya
memberikan pendapatnya.
Setelah itu, peserta didik kembali ke tempat duduknya masing-masing dengan
anggota kelompoknya. Kemudian melakukan turnamen, melakukan rekognisi tim
yang sejalan dengan pendapat Burrush Frederich Skinner (dalam Pitajeng, 2006)
bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran, menyimpulkan pembelajaran, melakukan refleksi, dan melakukan
evaluasi tertulis.
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua sama dengan
pertemuan pertama, namun materinya saja yang berbeda. Materi yang diberikan
pada pertemuan kedua adalah pengurangan pecahan.
Temuan pada pertemuan pertama, peserta didik masih sulit untuk duduk
bersama kelompoknya. Namun, pada pertemuan kedua dan ketiga, peserta didik
sudah terbiasa dengan kelompok dan melakukan kerjasama dengan anggota
kelompoknya untuk melakukan turnamen. Setelah tiga kali pertemuan
dilaksanakan, maka dilakukan postes untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis peserta didik.
Jika melihat kembali rata-rata pretes dan postes maka dapat diketahui bahwa
kemampuan komunikasi matematis peserta didik mengalami peningkatan sebesar
35,07% dari rata-rata pretes sebesar 41,34% dan rata-rata postes 77,04%. Begitu
juga dengan hasil perhitungan rata-rata dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan
taraf signifikansi α = 0,05 didapat P-value (Sig 2-tailed) sebesar 0,000. Hasil yang
diperoleh P-value < α, sehingga H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada materi
pecahan di kelas IV secara signifikan.
2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas
Kontrol
Proses pembelajaran di kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 8, 20, dan 21
April 2015. Kelas kontrol melaksanakan pembelajaran pecahan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional
berlangsung seperti biasa, yaitu menggunakan metode ekspositori. Materi yang
124
diajarkan di kelas kontrol sama dengan eksperimen, yaitu materi pecahan, hanya
penyampaian yang berbeda. Banyak pertemuan di kelas konvensional sama
dengan banyak pertemuan di kelas eksperimen, yaitu sebanyak tiga pertemuan
dengan alokasi waktu 3×35 menit. Sebelum dilaksanakan pertemuan I di kelas
kontrol dilakukan pretes dengan rata-rata nilai pretes kemampuan komunikasi
matematis 30 peserta didik di kelas kontrol sebesar 36,99 dari nilai total 100.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik di kelas kontrol
telah memiliki kemampuan komunikasi matematis sebesar 36,99%.
Di kelas konvensional (kontrol) sebelum guru menerangkan materi, terlebih
dahulu dilakukan apersepsi. Langkah-langkah pembelajaran selanjutnya guru
menerangkan setiap materi dan memberikan contoh. Kemudian peserta didik
mengerjakan contoh soal yang diberikan oleh guru dengan maju ke depan kelas
yang bertujuan agar peserta didik berani untuk tampil di depan dan berkomunikasi
dengan baik. Hal ini sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Vygotsky
(dalam Huda, 2012), interaksi yang dilakukan sangat efektif dalam mendorong
pertumbuhan daerah perkembangan proximal (Zone of Proximal Development)
peserta didik. Vygotsky yakin bahwa tujuan belajar akan tercapai jika peserta
didik belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas
tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Interaksi
tersebut terjadi dengan guru maupun dengan peserta didik lain ketika berada di
dalam kelas.
Temuan pada pertemuan pertama, peserta didik kurang berani ketika diminta
untuk maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal. Temuan pada hari kedua,
peserta didik mulai berani dan mau mengacungkan tangan ketika guru
menawarkan apabila mereka mau maju ke depan kelas.
Peserta didik kelas kontrol yang telah mengikuti pembelajaran pecahan yang
menggunakan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan dari sisi nilai
rata-rata kelasnya dari 45,57 menjadi 60,12. Nilai rata-rata kelas kontrol yang
meningkat dapat diikuti dengan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
secara signifikan. Hal ini dibuktikan dari hasil uji U ( =0,05) yang dipaparkan
sebelumnya bahwa nilai P-value uji satu arah = 0,015. Karena nilai P-value < ,
maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya pembelajaran konvensional dapat
125
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada materi pecahan pada
peserta didik kelas IV A secara signifikan.
Jika melihat kembali rata-rata pretes maka dapat diketahui bahwa
kemampuan komunikasi matematis peserta didik mengalami peningkatan sebesar
13,04% dari rata-rata pretes sebesar 36,49% dan rata-rata postes sebesar 50,03%.
Begitu juga dengan hasil perhitungan rata-rata dengan menggunakan uji Wilcoxon
dengan taraf signifikansi α = 0,05 didapat P-value (Sig 2-tailed) sebesar 0,015.
Hasil yang diperoleh P-value < α, sehingga H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada
materi pecahan di kelas IV secara signifikan.
3. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen
dengan Kelas Kontrol
Model pembelajaran konvensional maupun model pembelajaran kooperatif
tipe TGT, kedua-duanya baik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis peserta didik dalam materi pecahan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
observasi kinerja guru di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak terdapat
perbedaan dan mendapatkan interpretasi yang sangat baik dengan persentase
sebesar 97,43%. Hal ini dikarenakan guru yang melaksanakan pembelajaran baik
di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol sudah dilakukan secara maksimal
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan di dalam RPP.
Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam RPP mencakup indikator dalam
kemampuan komunikasi matematis. Sebagaimana dikemukakan oleh Maulana
(2011) indikator kemampuan komunikasi matematis di antaranya yaitu
menghubungkan benda nyata, gambar, dan grafik ke dalam ide matematika,
menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis, secara lisan atau tulisan, dengan
benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa atau simbol matematka, mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika, membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis,
membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi,
serta menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
126
Setelah diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis peserta didik
pada awal pembelajaran di kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Untuk
mengetahui perlakuan pembelajaran mana yang lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis diperlukan data gain di kedua kelas. Secara
keseluruhan peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik di
kelas kontrol masih tergolong rendah. Dari 30 peserta didik, hanya 11 peserta
didik yang mengalami peningkatan yang tergolong sedang dan 19 peserta didik
mengalami peningkatan rendah. Sedangkan di kelas eksperimen peningkatan
kemampuan komunikasi matematis tergolong sedang. Dari 30 peserta didik,
terdapat 6 peserta didik mengalami peningkatan yang tinggi, dan 24 peserta didik
mengalami peningkatan sedang.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan
kemampuan komunikasi matematis pada kedua kelas berbeda. Peserta didik di
kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan dengan rata-rata gain
sebesar 0,61 dengan interpretasi sedang. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol
yang mendapat perlakuan dengan metode ekspositori mengalami peningkatan
dengan rata-rata gain sebesar 0,21 dengan interpretasi rendah. Dengan demikian,
selisih gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 0,40.
Berdasarkan perhitungan beda dua rata-rata data gain peningkatan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik di kelas eksperimen dan kontrol
dengan menggunakan uji t’ dengan taraf signifikansi α = 0,05 didapat nilai P-
value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena hipotesis yang diuji adalah satu arah sehingga
0,000 harus dibagi dua sehingga diperoleh P-value (Sig.1-tailed) sebesar 0. Hal
tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang mendapat
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional
secara signifikan.
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih baik daripada peserta didik yang memperoleh pembelajaran secara
127
konvensional secara signifikan. Terbukti dengan beberapa kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagaimana yang diungkapkan Sanjaya (2006,
hlm. 247), di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik tidak terlalu menggantungkan pembelajaran kepada guru.
b. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik.
c. Membantu peserta didik untuk memberikan respon kepada orang lain dan
menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Membantu memberdayakan peserta didik agar bertanggung jawab dalam
belajar.
e. Model pembelajaran kooperatif ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial.
f. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri.
g. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menggunakan informasi
dan kemampuan yang abstrak menjadi nyata.
h. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
i. Penilaian yang diberikan berdasarkan pada hasil kerja tim.
j. Mengembangkan kesadaran berbentuk belajar tim memiliki periode yang
cukup panjang.
Melalui model pembelajaran kooperatif ini, memungkinkan peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya tanpa mengandalkan orang
lain. Selain itu, peserta didik dapat lebih berinteraksi dengan orang lain ketika
berada dalam kelompok tanpa mengabaikan tanggung jawab individu yang harus
dijalankannya.
Dalam pembelajaran konvensional, peserta didik lebih banyak diberikan soal
oleh guru yang dijawab secara individu tanpa diberikan perjanjian bahwa peserta
didik yang berhasil menjawab akan mendapatkan penghargaan sehingga peserta
didik tidak bersemangat untuk mengerjakan soal, sedangkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan pada
keberhasilan tim. Tim yang berhasil tersebut akan diberikan penghargaan oleh
guru sehingga membuat peserta didik yang bekerja dalam tim menjadi
bersemangat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skinner (dalam Pitajeng,
2006) ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa hal yang dipaparkan di atas, sudah meyakinkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dalam meningkatkan
128
kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas IV pada materi pecahan
dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional yang didukung dengan
kinerja guru yang maksimal.