BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi...
-
Upload
duonghuong -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi...
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Barukan 01 merupakan sekolah dasar
yang terletak sebelah timur laut dari Kecamatan Tengaran. Tahun pelajaran
2013/2014, SD Negeri Barukan 01 memiliki 181 siswa, yang terdiri dari 33 siswa
kelas I, 31 siswa kelas II, 30 siswa kelas III, 33 siswa kelas IV, 28 siswa kelas V,
dan 26 siswa kelas VI. Sedangkan untuk tenaga pendidik dan kependidikan
terdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel PNS, 2 guru wiyata
bakti, 1 penjaga.
Subyek dalam penelitian ini adalah guru/peneliti dan siswa kelas 4 SD
Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Guru/peneliti
sebagai subyek yang memberikan tindakan dan bertugas mengamati. Siswa
sebagai subyek yang menerima tindakan. Siswa kelas IV pada tahun pelajaran
2013/2014 memiliki jumlah 33 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan. Rata-rata pekerjaan orang tua siswa adalah petani dan buruh
harian lepas.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2014. Pada bulan
Februari penulis melakukan beberapa tindakan sebagai persiapan penelitian yaitu:
(1) mengamati kondisi kelas dan situasi sekolah secara umum. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan, terlihat nilai akhir semester I siswa dalam mata
pelajaran IPA terdapat 79% dari 33 siswa memperoleh nilai di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM = 75) dan hanya 21% siswa yang mendapat nilai di
atas atau sama dengan KKM. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain dari cara mengajar guru yang masih cenderung menggunakan
metode ceramah dan berpusat pada buku paket sebagai panduan belajar siswa,
40
kesiapan siswa yang kurang saat akan memulai pembelajaran, bahkan ada siswa
yang tidak membawa buku sesuai jadwal pada hari itu. Selain itu, minat belajar
siswa juga masih rendah, sehingga pembelajaran terjadi secara monoton tanpa
variasi yang berarti.
Berdasarkan hasil pengamatan sesuai nilai pra siklus yang diambil dari
nilai UAS semester I, nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 61,6%, dengan
perolehan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 97. Seperti yang tersaji pada tabel
4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014
Pra Siklus
No Interval Frekwensi Persentase
1 88 – 100 1 3%
2 75 – 87 6 18%
3 61 – 74 7 21%
4 48 – 60 18 55%
5 35 – 47 1 3%
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasi belajar IPA siswa sebagai
berikut, siswa yang masuk dalam interval nilai 88-100 berjumlah 1 siswa dengan
persentase 3%. Nilai siswa yang masuk dalam interval 75-87 berjumlah 6 siswa
dengan persentase 18%. Siswa yang masuk dalam interval nilai 61-74 berjumlah 7
siswa dengan persentase 21%. Siswa dengan interval nilai 48-60 berjumlah 18
siswa dengan persentase 55%. Sedangkan nilai siswa yang masuk dalam interval
35-47 berjumlah 1 siswa dengan persentae 3%. Jika kita lihat dari data-data
tersebut jumlah siswa yang memperoleh nilai antara 48-60 memiliki jumlah yang
paling banyak dengan jumlah siswa 18 dari 33 siswa dengan persentase 55%. Ini
menunjukkan lebih dari 50% dari siswa mendapatkan nilai antara 48 - 60.
41
Menurut ketuntasan belajar siswa sebelum dilakukana tindakan, terdapat 7
siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan 26 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Seperti pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014
Pra Siklus
No Ketuntasan Frekwensi Persentase
1 Tuntas ( 75) 7 21%
2 Tidak Tuntas (< 75) 26 79%
Rerata 61,4
Maksimum 92,0
Minimun 28
Dari tabel 4.2 analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada
pra siklus dapat diketahui dari 33 jumlah siswa keseluruhan, hanya 7 siswa yang
mencapai ketuntasan belajar dengan persentase 21%. Sedangkan 26 siswa tidak
mencapai ketuntasan belajar dengan persentase 79%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajara IPA siswa sangat rendah dan proses pembelajaran yang
terlaksana kurang efektif. Selain itu terlalu jauh rentang atau jarak nilai
maksimum 92 dengan nilai minimum 35 yang diperoleh siswa. Perbedaan yang
terlalu jauh tersebut menandakan bahwa sebenarnya banyak siswa mempunyai
kemampuan sedang atau di atas rata-rata. Namun karena pada pembelajaran IPA
banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan pembelajaran
kurang bermakna, maka banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah
kemampuan yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil ketuntasan belajar IPA siswa dapat digambarkan
dalam gambar diagram lingkaran berikut ini.
42
26 siswa
79%
7 siswa
21%
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Prasiklus
Tidak Tuntas
Tuntas
Gambar Diagram 4.1
Diagran Lingkaran Nilai Ketuntasan Belajar IPA Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014
Pra Siklus
Pemilihan tempat dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA masih rendah. Pada tahun
pelajaran 2012/2013 masih terjadi salah konsep (miskonsepsi) atau kebingungan
pada siswa tentang materi perpindahan panas. Para siswa sulit membedakan
antara konveksi, konduksi, dan radiasi. Selaian itu pembelajaran siswa kurang
bermakna sehingga siswa mudah lupa dengan materi yang sudah dipelajari. Maka
tahun ini hasil belajar siswa perlu ditingkatkan pada materi energi panas dengan
menggunakan model pembelajaran discovery melalui pendekatan saintifik.
43
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Setelah diperoleh hasil dari tahap observasi, maka peneliti melakukan
diskusi dengan guru mata pelajaran IPA kelas 4 mengenai materi pembelajaran
yang akan disajikan dan alat penunjang lain yang akan digunakan. Sebelum
mengajar pada pertemuan 1, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang merupakan
sarana penunjang proses pembelajaran, diantaranya RPP pertemuan pertama,
lembar kerja siswa, lembar observasi, proyektor, rol kabel, laptop, buku
pembelajaran, alat dan bahan percobaan, serta ruang kelas yang akan digunakan
saat pembelajaran berlangsung, yaitu ruang kelas 4.
Penyiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dengan
kompetensi dasar “mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya”. Kemudian peneliti menentukan tujuan
pembelajaran yang berdasarkan pembelajaran dengan menerapkan metode
discovery dan pendekatan scientific. Setelah menentukan tujuan pembelajaran,
peneliti menentukan lamanya waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran
yang meliputi langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Dalam pertemuan 1 ini
siswa difokuskan pada tahap mengamati, menanya, dan menalar sesuai dengan
langkah pendekatan scientific. Sedangkan dalam metode discovery siswa
melakukan proses mendengarkan penjelasan dan perumusan hipotesis.
2. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan 1
Setelah dilaksanakan tahap perencanaan yang melibatkan guru mata
pelajaran IPA kelas 4, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang
telah disepakati oleh peneliti, guru mata pelajaran, dan wali kelas yang juga
bertindak sebagai observer, yaitu hari Kamis, 23 April 2014 pada jam pelajaran 3-
4. Adapun tindakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pertemuan 1
adalah sebagai berikut : Kegiatan awal meliputi, 1) Guru memberikan salam
pembuka; 2) Guru memeriksa kesiapan siswa untuk belajar dan absensi; 3) Siswa
44
mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran; 4) Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru mengenai metode discovery dan pendekatan
scientific sebagai metode dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan
dalam pembelajaran; 5) Guru memberikan apersepsi dengan meminta siswa
menggesek-gesekkan kedua tangan mereka masing-masing.
Setelah melaksanakan kegiatan awal, pembelajaran memasuki kegiatan
inti. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Dari apersepsi yang telah
dilakukan, siswa menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru; 2)
Siswa menyebutkan pengertian energi panas; 3) Siswa dibagi dalam kelompok
kecil secara heterogen dengan jumlah anggota kelompok 5-6 siswa; 4) Guru
membagikan lembar kerja siswa; 5) Siswa melihat sebuah video proses memasak
dan perpindahan panas; 6) Siswa diminta menuliskan hasil pengamatan dan
beberapa pertanyaan mengenai video; 7) Dalam kelompok siswa mendiskusikan
pertanyaan yang telah dicatat; 8) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang apa
yang belum dipahami.
Pembelajaran diselesaikan dengan kegiatan penutup yang bertujuan untuk
memberikan penguatan dan tugas untuk pembelajaran selanjutnya. Dalam
kegiatan penutup guru melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Guru memberikan
penguatan tentang materi hari ini; 2) Siswa mendapat tugas rumah untuk
mengamati perpindahan panas dengan proses memasak yang dilakukan ibu dan
mencatat hasil pengamatannya dalam lembar pengamatan; Guru menutup
pembelajaran dengan ucapan salam.
2) Pertemuan 2
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 merupakan tindak
lanjut pada pertemuan 1, sehingga pada perencanaan pertemuan 2 hampir sama
dengan pertemuan 1. Namun yang membedakan adalah pertemuan 2 siswa
melakukan percobaan dengan bimbingan dari guru hingga menemukan simpulan
dan memmbentuk jejaring dengan materi yang lain. Pertemuan 2 siklus I
dilaksanakan hari Sabtu tanggal 26 April 2014 pada jam pelajar 1-2.
45
Kegiatan pembelajaran pertemuan 2 meliputi kegiatan awal, yaitu: 1) Guru
memberikan salam pembuka doa; 2) Guru memeriksa kesiapan siswa untuk
belajar dan absensi; 3) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab
mengingat kembali pembelajaran pada pertemuan yang lalu; 4) Kemudian siswa
mendengarkan penjelasan tentang tujuan pebelajaran.
Dalam kegiatan inti, satu siswa diminta untuk menyampaikan kembali apa
yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu dengan bahasanya sendiri.
Kemudian setiap siswa kembali bergabung dengan kelompok masing-masing
sesuai dengan pertemuan yang lalu. Setelah masuk dalam kelompok, dua siswa
diminta membacakan hasil pengamatan kelompoknya pada pertemuan yang lalu.
sedangkan dua siswa lagi yang berbeda kelompok diminta untuk membacakan
hasil pengamatan di rumah yang merupakan hasil tugas rumah.
Secara berkelompok siswa menalar dan merumuskan hipotesis kejadian-
kejadian hasil pengamatan yang dilakukan. Guru membagikan alat dan bahan
percobaan, serta lembar percobaan dalam tiap kelompok. Setelah semua kelompok
menerima bahan dan alat percobaan, siswa melakukan percobaan perpindahan
panas sesuai prosedur dalam lembar kerja kelompok dengan bimbingan dari guru.
Kemudian siswa menyimpulkan hasil percobaan dengan bimbingan dari
guru.kegiatan inti diakhiri dengan setiap kelompok menyampaikan hasil
percobaan.
Dalam kegiatan penutup, siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini
dengan bimbingan guru. Guru juga mengkonfirmasi materi jika ada yang bertanya
dan memberikan penguatan pemahaman siswa. Pembelajaran ditutup dengan
salam.
3) Pertemuan 3
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 3, merupakan tindak
lanjut dari pertemuan 1 dan 2 yang peneliti gunakan untuk mengadakan tes
evaluasi tentang materi pertemuan 1 dan 2. Sebelum mengajar pada pertemuan 3,
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang
46
pembelajaran, antara lain; RPP pertemuan 3, lembar observasi, lembar evaluasi
siswa, dan buku pendamping. Pertemuan 3 siklus I dilaksanakan hari Selasa
tanggal 29 April 2014 pada jam pelajaran 1-2.
Dalam kegiatan awal, guru memberikan salam pembuka dan doa. Guru
memeriksa kesiapan siswa untuk belajar dan absensi. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab
tentang pelajaran yang lalu.
Dalam kegiatan inti, Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
materi yang telah dipelajari pada pertemuan lalu secara singkat dan guru
meluruskan konsep siswa yang keliru tentang energi panas panas. Siswa
mengerjakan soal evaluasi yang merupakan alat ukur untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai materi energi panas. Setelah semua siswa selesai,
jawaban dikoreksi bersama-sama.
Dalam kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan menyampaikan
kepada siswa bahwa pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih
baik dari pada dikerjakan sendiri-sendiri. Pembelajaran ditutup dengan salam.
3. Hasil Tindakan
1) Hasil Pengamatan Guru dan Siswa
Hasil pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada siklus
I, skor penilaian berjumlah 42,3 dengan kategori cukup baik. Dari hasil ini tampak
bahwa pada saat pembelajaran siklus satu melalui penggunaan metode discovery
dengan pendekatan scientific guru belum mengajar dengan maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru ataupun
dilakukan tetapi belum sepenuhnya. Kegiatan tersebut diantaranya, pada
pertemuan 1 dalam kegiatan pendahuluan guru tidak memeriksa kesiapan siswa
dalam belajar. Dalam kegiatan inti guru belum membimbing seluruh kelompok
dalam melaksanakan diskusi kelompok, guru hanya membimbing sebagian
kelompok yang dekat dengan tempat duduknya saja. Sedangkan dalam kegiatan
47
penutup pemberian penguatan dari guru masih belum maksimal. Sehingga seluruh
pembelajaran berlangsung kurang maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
IPA pada siklus I, memperoleh skor 42,7 dengan kategori cukup baik. Dari hasil
tersebut dapat terjadi karena siswa belum melaksanakan seluruh aktivitas
pembelajaran dan belum terlibat aktif dalam pembelajaran. Beberapa kegiatan
yang tidak dilaksanakan siswa atau kurang sepenuhnya dilaksanakan diantaranya
adalah siswa dalam pertemuan 1 dan 2 setiap memulai pembelajaran belum
seluruhnya siap belajar, terbukti dari beberapa siswa tidak membawa buku IPA
yang merupakan jadwal pelajaran pada hari tersebut. Dalam pertemuan 1, tidak
seluruh siswa mendengarkan penjelasan guru tentang metode discovery dan
pendekatan scientific, sehingga tidak seluruhnya siswa mengerti langkah-langkah
pembelajaran yyang akan dilaksanakan. Hal tersebut berdampak pada kegiatan
inti dalam kerja kelompok. Beberapa siswa tidak serius dalam melaksanakan
kegiatan pengamatan, menanya dan menalar. Selain itu dalam kegiatan pembagian
kelompok, beberapa siswa masih kurang tertib masuk ke kelompok masing-
masing. Karena sebagian siswa hanya berjalan-jalan di dalam kelas dan berteriak-
teriak mencari anggota kelompok, sehingga kelas menjadi sedikit gaduh.
2) Hasil Pelajaran IPA
Hasil belajar IPA yang dilakukan dengan tes tertulis pada pertemuan 3
siklus I pada materi energi panas di kelas 4, dapat diketahui bahwa hasil belajar
IPA siswa mengalami peningkatan mencapai 64,4. Dengan nilai tertinggi 85 dan
nilai terendah 40. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 12 siswa (36%). Hal ini
lebih baik dari pra siklus yang hanya mencapai 23%. Siswa yang mencapai nilai
di bawah KKM sebanyak 21 siswa (64%) sedang pada pra siklus mencapai 87%.
Berdasarkan hasil belajar IPA, dapat diketahui bahwa terjadi penigkatan
ketuntasan hasil belajar IPA. Pada pra siklus, ketuntasan hasil belajar IPA siswa
kelas 4 hanya sejumlah 7 siswa dengan persentase 21%. Setelah mendapat
tindakan pada siklus I, ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 12 siswa
dengan persentase 36%. Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada
48
pra siklus sebelum tindakan berjumlah 79%. Setelah mendapat tindakan pada
siklus I menurun menjadi 21 siswa dengan persentase 64%.
Tindakan pada siklus I dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh
siswa semakin meningkat. Namun peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa
setelah tindakan siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan oleh
sekolah. Dalam hal ini siswa hanya mengalami ketuntasan klasikal dalam belajar,
sedangkan secara individu siswa belum dikatakan tuntas.
Observasi dan Refleksi Pertemuan I, II, dan III
1. Observasi
Pengamatan atau observasi dilaksanakan secara intensif dengan
mengambil gambar dan mengisi lembar observasi secara berkelanjutan. Guru
berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang
sedang dilaksanakan. Hasil pengamatan pertemuan 1, 2, dan 3 adalah; 1) Siswa
mulai mengikuti apersepsi dalam pembelajaran dengan baik; 2) Siswa mulai
berani menyampaikan hasil diskusi; 3) Beberapa siswa mulai bisa bekerjasama
dengan baik dalam kelompok, terbukti pada kegiatan percobaan siswa saling
membantu untuk menyelesaikan percobaan dengan baik. Namun masih terdapat
siswa yang kurang siap belajar dan kurang aktif mengikuti pembelajaran.
Dalam pembelajaran siklus I, guru sudah melaksanakan pembelajaran
sesuai langkah-langkah metode discovery melalui pendekatan scientific. Namun,
guru belum dapat membimbing siswa secara optimal. Hal ini nampak dari hasil
observasi yang dilakukan observer masih terdapat siswa yang pasif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kondisi tersebut berdampak pada pengelolaan
kelas menjadi kurang maksimal.
2. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk melihat kembali pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan metode discovery melalui pendekatan
scientific. Hasil belajar IPA siswa dapat ditingkatkan dilihat dari analisis hasil
evalusi siklus I. Nilai rata-rata kelas 64,4, dengan siswa yang mendapatkan nilai
49
di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75) berjumlah 12 siswa dan yang
mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal 21 siswa.
Ditemukan beberapa kekurangan dalam pembelajaran siklus I, yaitu; 1)
Pengelolaan kelas yang masih kurang karena siswa belum terbiasa menggunakan
metode pembelajaran discovery dan pendekatan scientifc.; 2) Masih terdapat
siswa yang kurang katif; 3) Kesiapan belajar siswa yang masih kurang, sehingga
siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal, yang ditandai
dengan beberapa siswa yang mengalami kebingungan ketika melakukan kegiatan
menanya, menalar, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan beberapa penyebab kegagalan pada siklus I, peneliti mencoba
memberikan solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Supaya, hasil belajar
IPA siswa dan proses pembelajaran dapat meningkat. Solusi tersebut berupa; 1)
Guru lebih aktif dalam mengajar dan memberikan pengarahan secara individu,
kelompok, dan klasikal. Supaya, pembelajaran berjalan dengan baik dan kelas
menjadi kondusif. 2) Guru memberikan pengarahan terutama bagi siswa yang
tidak aktif dan jika diperlukan guru mendekati siswa-siswa yang pasif sehingga
siswa lebih tergugah semangatnya dan dapat mengikuti pembelajaran dengan
aktif. 3) Guru memberikan bimbingan dan perhatian secara menyeluruh, terutama
bagi siswa yang sering belum siap belajar.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Melihat hasil refleksi dari siklus I, perencanaan pembelajaran pada siklus
II merupakan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus II
akan dilaksankan dalam 3 kali pertemuan. Sebelum mengajar pada pertemuan 1
siklus II, peneliti menyiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa, buku,
alat dan bahan percobaan, serta ruang kelas 4 yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Dalam siklus II, penulis menyiapkan RPP dengan kompetensi dasar
yang sama dengan siklus I, namun tujuan pembelajarannya berbeda.
50
2. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan 1
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pembelajaran siklus II merupakan
tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I. Kegiatan awal dimulai dengan guru
memberikan salam dan doa bersama. Dilanjutkan dengan guru memeriksa
kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan absensi. Dalam memeriksa
kesiapan siswa untuk belajar, guru memeriksa peridividu sehingga siswa benar-
benar siap untuk belajar. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan tentang
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru kembali
menjelaskan tentang metode discovery dan pendekatan scientific sebagai metode
dan pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengigat kembali materi energi panas
yang telah dipelajari sebagai kegiatan apersepsi.
Dalam kegiatan inti, pertama guru menunjukkan sebuah termometer suhu
dan memberiakan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang termometer tersebut.
Guru mendengarkan dan menuliskan beberapa jawaban siswa di papan tulis.
Kemudian guru menjelaskan kegunaan termometer suhu dan mendemonstrasikan
langkah-langkah menggunakan termometer suhu. Setelah itu, siswa dibagi dalam
kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.
Setiap kelompok dibagi lembar diskusi tentang termometer. Siswa
berdiskusi dalam kelompok dan menuliskan macam-macam termometer,
kegunaannya termometer, dan langkah-langkah menggunakan termometer, serta
cara membaca termometer secara tepat. Dalam kegiatan diskusi, guru
membimbing siswa secara individu, kelompok, dan klasikal. Selesai berdiskusi
setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru
memberikan penguatan dan meluruskan pengertian siswa yang keliru. Bersama
dengan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran dan melakukan tanya jawab
tentang apa yang belum dipahami.
Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan tentang materi. Guru
memberikan tugas rumah untuk mengamati kabel listrik yang ada di jalan pada
51
siang hari dan malam hari. Kemudian siswa mencatat hasil pengamatannya.
Pembelajaran ditutup dengan ucapan salam.
2) Pertemuan 2
Perencanaan pembelajaran siklus II pertemuan 2 merupakan tindak lanjut
dari pertemuaan 1. Sebelum mengajar, guru menyiapkan RRP pertemuan 2,
lembar kerja siswa, lembar observasi, LCD, laptop, rol kabel, buku, bahan
percobaan dan alat percobaan, serta ruang kelas yang digunakan untu
pembelajaran, yaitu ruang kelas 4.
Pada pertemuan 2 siklus II, pembelajaran diawali dengan guru
memberikan salam dan doa bersama. Guru memeriksa kesiapan siswa untuk
belajar dan absensi. Sama denga pertemuan 1, guru memeriksa kesiapan siswa
secara individu. Kemudian guru memeberikan apersepsi dengan meminta seorang
siswa untuk membacakan hasil pekerjaan tugas rumah tentang mengamati kabel
listrik di jalan pada siang hari dan malam hari. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan inti guru membuat pertayaan dari apersepsi tenttang
pengaruh kalor mempengaruhi benda di bumi. Siswa masuk dalam kelompok
yang sama seperti pertemuan yang lalu. Dalam kelompok guru membagikan
lembar pengamatan. Siswa membuat beberapa pertanyaan tentang pengaruh kalor
terhadap benda-benda. Kemudian siswa mengamati video pengaruh kalor terhadap
benda-benda. Dalam kelompok siswa mencatat hasil pengamatan dari video.
Siswa berdiskusi membuat penalaran dan hipotesis atau jawaban sementara dari
pertanyaan yang telah dibuat.
Sebelum melakukan percobaan guru menentukan kelompok 1 dan 2
melakukan percobaan pengaruh kalor terhadap benda padat. Kelompok 3 dan 4
melakukan percobaan pengaruh kalor terhadap benda cair. Kelompok 5 dan 6
melakukan percobaan pengaruh kalor terhadap benda gas. Kemudian guru
membagi bahan dan alat percobaan, serta lembar pengamatan. Siswa melakukan
percobaan dalam kelompok dan menyimpulkan hasil percobaannya. Dalam
melakukan percobaan, guru membimbing siswa baik secara kelompok maupun
individu. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan siswa menyampaikan
52
kesimpulan dan mendemonstrasikan percobaan yang telah mereka lakukan di
depan kelas.
Dalam kegiatan penutup guru meluruskan pemahaman siswa yang keliru
dan memberikan penguatan. Kemudian pembelajaran ditutp dengan salam.
3) Pertemuan 3
Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan 3, merupakan tindak
lanjut dari pertemuan 1 dan 2 yang peneliti gunakan untuk mengadakan tes
evaluasi tentang materi pertemuan 1 dan 2. Sebelum mengajar pada pertemuan 3,
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang
pembelajaran.
Dalam kegiatan awal, guru memberikan salam pembuka. Guru memeriksa
kesiapan siswa untuk belajar dan absensi. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab
tentang pelajaran yang lalu.
Dalam kegiatan inti, Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
materi yang telah dipelajari pada pertemuan lalu secara singkat dan guru
meluruskan konsep siswa yang keliru tentang termometer dan pengaruh kalor
terhadap benda-benda. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang merupakan alat
ukur untuk mengetahui pemahaman siswa. Setelah semua siswa selesai, jawaban
dikoreksi bersama-sama.
Dalam kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan menyampaikan
kepada siswa bahwa pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih
baik dari pada dikerjakan sendiri-sendiri. Pembelajaran ditutup dengan salam.
3. Hasil Tindakan
1. Hasil Pengamatan Guru dan Siswa
Hasil pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada siklus
II mengalami peningkatan yang baik dari pada siklus I. Skor penilaian berjumlah
61,3 dengan kategori baik. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran
53
siklus II melalui penggunaan metode discovery dengan pendekatan scientific guru
sudah mengajar dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari perubahan beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan tersebut diantaranya, pada
pertemuan pertama dalam kegiatan pendahuluan guru memeriksa kesiapan siswa
dalam belajar secara individu. Sedangkan dalam kegiatan penutup pemberian
penguatan dari guru sudah baik. Sehingga seluruh pembelajaran berlangsung
maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
IPA pada siklus II, memperoleh skor 68 dengan kategori baik. peningkatan hasil
tersebut dapat terjadi karena 70% siswa atau lebih telah melaksanakan seluruh
aktivitas pembelajaran dengan aktif. Beberapa kegiatan perubahan yang
dilakukan siswa diataranya adalah setiap memulai pembelajaran 70% atau lebih
siswa siap untuk belajar. Dalam mendengarkan penjelasan guru tentang metode
discovery dan pendekatan scientific, 75%-80% siswatelah melakukannya dengan
baik. Beberapa siswa yang pada siklus I tidak serius dalam melaksanakan kegiatan
pengamatan, menanya dan menalar, dengan bimbingan dan perhatian guru pada
siklus II, siswa memiliki semangat yang lebih baik sehingga siswa melaksanakan
semua kegiatan pembelajaran dengan baik.
2. Hasil Pelajaran IPA
Hasil belajar IPA yang dilakukan dengan tes tertulis pada pertemuan
ketiga siklus I, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa mengalami
peningkatan mencapai 87,0. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 53.
Siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa (88%). Hal ini lebih baik dari
siklus I yang hanya mencapai 36%. Siswa yang mencapai nilai di bawah KKM
sebanyak 4 siswa (12%) sedang pada siklus I mencapai 64%.
Berdasarkan hasil belajar IPA, dapat diketahui bahwa terjadi penigkatan
ketuntasan hasil belajar IPA. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar IPA siswa
kelas 4 sejumlah 12 siswa dengan persentase 36%. Setelah mendapat tindakan
pada siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 29 siswa dengan
persentase 88%. Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada siklus I
54
berjumlah 64%. Setelah mendapat tindakan pada siklus II menurun menjadi 4
siswa dengan persentase 12%. Dengan hasil yang demikian artinya penelitian
pada siklus II ini berhasil. Sesuai yang diharapkan peneliti yaitu siswa tuntas 80%
dari jumlah siswa, dan pada siklus II ini siswa tuntas mencapai 88%.
Observasi dan Refleksi Pertemuan I, II, daan III
1. Observasi
Berdasarkan hasil observasi penerapan pembelajaran menggunakan
metode discovery melalui pendekatan scientific pada siklus II mendapatkan hasil
yang lebih baik. Hasil pengamatan pertemuan 1, 2, dan 3 adalah; 1) Kelas
terkondisi dengan baik ; 2) Seluruh siswa aktif dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran; 3) Seluruh siswa siap megikuti pembelajaran, terbukti dari hasil
kegiatan mengamati, menanya, menalar, dan melakukan percobaan siswa telah
bekerjasama dengan aktif.
Berdasarkan hasil observasi siklus II, guru sudah melaksanakan
pembelajaran sesuai langkah-langkah metode discovery melalui pendekatan
scientific dengan baik dan membimbing siswa secara optimal. Hal ini nampak dari
hasil observasi yang dilakukan observer siswa yang semula dalam siklus I pasif
dalam mengikuti proses pembelajaran, pada siklus II menjadi aktif dan
bersemangat.
2. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk melihat kembali pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan metde discovery melalui pendekatan
scientific. Hasil implementasi pertemuan 1, 2 dan 3 pada siklus II menunjukkan
bahwa metode discovery melalui pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa. Keberhasilan siklus II dapat diketahui dari peningkatan proses
dan hasil belajar IPA siswa sebagai berikut;
1. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 87,0 dengan siswa yang
mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75)
55
berjumlah 29 siswa dan yang mendapatkan nilai di bawah kriteria
ketuntasan minimal 4 siswa.
2. Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat dari
siklus I dengan skor 42,3 menjadi 61,3 dengan katagori baik.
3. Respon aktivitas siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan dari
skor 42,7 pada siklus I menjadi 68 pada siklus II dengan katagori baik.
4.2 Hasil Analisis Data
Hasil analisis data merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan pada
pembelajaran siklus I dan pembelajaran siklus II.
4.2.1 Data Hasil Observasi
1. Hasil observasi tindakan guru dan siswa pada siklus I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode discovery
melalui pendekatan scientific yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I diperoleh
hasil sebagaimana tersajikan pada tabel berikut,
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dan Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran
Dengan Metode Discovery Pada Siklus I
Aspek Keaktivan Siswa
dan Kinerja Guru Total Skor
Nilai Aktivitas
Siswa dan
Kinerja Guru
Kriteria
Siswa 128 42,6 Cukup baik
Guru 127 42,3 Cukup Baik
Dari tabel 4.3 diperoleh data hasil observasi kegiatan siswa dalam
pembelajaran siklus I menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor
128 dengan nilai aktivitas siswa 42,6. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas
56
siswa yang diperoleh maka pembelajaran pada siklus I masuk dalam katagori
cukup baik.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil observasi kegiatan guru
pada siklus I menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor 127
dengan nilai aktivitas guru 42,3. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas guru yang
diperoleh maka pembelajaran pada siklus I masuk dalam katagori cukup baik.
2. Hasil observasi tindakan guru dan siswa pada siklus II
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode discovery
melalui pendekatan scientific yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I diperoleh
hasil sebagaimana tersajikan pada tabel berikut,
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dan Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran
Dengan Metode Discovery Pada Siklus II
Aspek Keaktivan Siswa
dan Kinerja Guru Total Skor
Nilai Aktivitas
Siswa dan
Kinerja Guru
Kriteria
Siswa 204 68 Baik
Guru 184 61,3 Baik
Dari tabel 4.4 diperoleh data hasil observasi kegiatan siswa dalam
pembelajaran siklus II menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor
204 dengan nilai aktivitas siswa 68. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas siswa
yang diperoleh maka pembelajaran pada siklus II masuk dalam katagori baik.
Hasil observasi kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II pertemuan 1,
pertemuan 2, dan pertemuan 3 dapat diketahui bahwa hasil observasi kegiatan
guru pada siklus II menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor 184
dengan nilai aktivitas guru 61,3. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas guru yang
diperoleh maka pembelajaran pada siklus II masuk dalam katagori baik.
57
1. Hasil Belajar IPA Siklus I
Berdasarkan hasil observasi penerapan pembelajaran menggunakan
metode discovery melalui pendekatan scientific yang diterapkan guru pada siklus
I mendapatkan hasil sebagaimana tersajikan dalam tabel berikut
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester II / 2013-2014
Siklus I
No Interval Frekwensi Persentase
1 88 – 100 0 0%
2 75 – 87 12 36,36%
3 61 – 74 2 6,06%
4 48 – 60 14 42,42%
5 35 – 47 5 15,15%
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasi belajar IPA siswa tidak ada siswa
yang mendapat rentang nilai 88-100 dengan persentase 0%. Nilai siswa yang
masuk dalam interval 75-87 berjumlah 12 siswa dengan persentase 36,36%. Siswa
yang masuk dalam interval nilai 61-74 berjumlah 2 siswa dengan persentase
6,06%. Siswa dengan interval nilai 48-60 berjumlah 14 siswa dengan persentase
42,42%. Sedangkan nilai siswa yang masuk dalam interval 35-47 berjumlah 5
siswa dengan persentae 15,15%. Jika kita lihat dari data-data tersebut jumlah
siswa yang memperoleh nilai antara 48-60 memiliki jumlah yang paling banyak
dengan jumlah siswa 14 dari 33 siswa dengan persentase 42,42%. Namun jumlah
siswa dalam interval nilai 35-47 sudah berkurang, yang tadinya pada pra siklus
berjumlah 7 siswa sekarang pada siklus I berjumlah 5 siswa. Selain itu pada
rentang nilai 75-87 mengalami peningkatan jumlah siswa, sehingga dapat
dikatakan bahwa sebagian siswa mengalami peningkatan nilai meskipun belum
ada yang mencapai 100.
Sedangkan ketuntaasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari
tabel 4.6 di bawah ini.
58
Tabel 4.6
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014
Siklus I
No Ketuntasan Frekwensi Persentase
1 Tuntas ( 75) 12 36%
2 Tidak Tuntas (< 75) 21 64%
Rerata 64,4
Maksimum 85
Minimun 40
Dari tabel 4.6 analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada
siklus I dapat diketahui dari 33 jumlah siswa keseluruhan, 12 siswa mencapai
ketuntasan belajar dengan persentase 36%.Sedangkan 21 siswa tidak mencapai
ketuntasan belajar dengan persentase 64%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajara IPA siswa sudah meningkat. Selain itu nilai terendah siswa
juga meningkat pada siklus I nilai terendah 40. Meski belum dapat dikatakan
berhasil, pembelajaran siklus I sudah dapat meningkatkan hasil ketuntasan belajar
siswa.
Berdasarkan hasil ketuntasan belajar IPA siswa dapat digambarkan
dalam gambar diagram lingkaran berikut ini.
21siswa64%
12 siswa36%
Keuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Siklus I
Tidak Tuntas
Tuntas
Gambar Diagram 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I
59
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus dengan
hasil siklus I adalah sebagai berikut
Tabel 4.7
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IV SD Negeri Barukan 01
Semester II/2012-2013
No Ketuntasan
Pra siklus Siklus 1
f % f %
1 Tuntas ( 75) 7 21% 12 36%
2 Tidak Tuntas (< 75) 26 79% 21 64%
Rerata 61,4 64,4
Maksimum 92,0 85,0
Minimun 35 40
Berdasarkan data pada tabel 4.7 menunjukkan adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4. Pada pra siklus siswa yang tuntas
mencapai 7 siswa dengan persentase 21%, sedangkan siswa yang belum tuntas
belajar mencapai 26 siswa dengan persentase 79%. Setelah mendapat tindakan
pada siklus I, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas meningkat menjadi 12
siswa dengan persentase 36%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas
menurun menjadi 21 siswa dengan persentase 64%. Hal ini menujukkan adanya
peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4, meskipun peningkatan
hasil belajar siswa belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan
sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram distribusi perbandingan hasil
belajar pra siklus dengan siklus I yang tersaji pada diagram 4.3 berikut ini.
60
Gambar Diagram 4.3
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan diagram 4.3 terjadi peningkatan hasil belajar pra siklus
dan setelah tindakan siklus I, terjadi peningkatan 15%.
2. Hasil Belajar IPA Siklus II
Berdasarkan hasil observasi penerapan pembelajaran menggunakan
metode discovery melalui pendekatan scientific yang diterapkan guru pada siklus
II mendapatkan hasil sebagaimana tersajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014
Siklus 2
No Interval Frekwensi Persentase
1 88 - 100 15 45,45%
2 75 - 87 14 42,42%
3 61 - 74 3 9,09%
4 48 - 60 1 3,03%
5 35 - 47 0 0%
Pra Siklus Siklus I
Tidak Tuntas 26 21
Tuntas 7 12
26 siswa
(79%) 21siswa
(64%)
7 siswa
(21%)
12 siswa
(36%)
0
5
10
15
20
25
30A
xis
Titl
e
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Pra Siklus dan Siklus I
61
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasi belajar IPA siswa terdapat 15
siswa yang mendapat rentang nilai 88-100 dengan persentase 45,45%. Nilai siswa
yang masuk dalam interval 75-87 berjumlah 14 siswa dengan persentase 42,42%.
Siswa yang masuk dalam interval nilai 61-74 berjumlah 3 siswa dengan
persentase 9%. Siswa dengan interval nilai 48-60 berjumlah 1 siswa dengan
persentase 3%. Sedangkan nilai siswa yang masuk dalam interval 35-47 tidak ada
atau 0%. Jika kita lihat dari data-data tersebut jumlah siswa yang memperoleh
nilai antara 88-100 memiliki jumlah yang paling banyak dengan jumlah siswa 15
dari 33 siswa dengan persentase 45,45%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa meningkat. Selain itu pada rentang nilai 35-47 tidak ada siswa yang
memperolehnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa
mengalami peningkatan nilai.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari
tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4
SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014
Siklus 2
No Ketuntasan Frekwensi Persentase
1 Tuntas ( 75) 29 88%
2 Tidak Tuntas (< 75) 4 12%
Rerata 87,0
Maksimum 100,0
Minimun 53
Dari tabel 4.9 analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada
siklus II dapat diketahui dari 33 jumlah siswa keseluruhan, 29 siswa mencapai
ketuntasan belajar dengan persentase 88%. Sedangkan 4 siswa tidak mencapai
ketuntasan belajar dengan persentase 12%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajara IPA siswa sudah meningkat. Selain itu nilai terendah siswa
62
juga meningkat pada siklus II nilai terendah 53 dan nilai maksimum siswa
mencapai 100. Pembelajaran siklus II dikatakan berhasil, karena persentase siswa
yang tuntas telah mencapai lebih dari 80%, yaitu 88%.
Berdasarkan hasil ketuntasan belajar IPA siswa dapat digambarkan
dalam gambar diagram lingkaran berikut ini.
Gambar Diagram 4.4
Hasil Krtuntasan Belajar IPA Siswa pada Siklus II
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dengan hasil
siklus II adalah sebagai berikut
Tabel 4.10
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IV SD Negeri Barukan 01
Semester II/2012-2013
No Ketuntasan
Siklus 1 Siklus 2
f % f %
1 Tuntas ( 75) 12 36% 29 88%
2 Tidak Tuntas ( < 75) 21 64% 4 12%
Rerata 64,4 87,0
Maksimum 85,0 100,0
Minimun 40 53
4siswa
12%
29 siswa
88%
Hasil Ketuntasan Belajar IPA Siswa Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
63
Berdasarkan data pada tabel 4.10 menunjukkan adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4. Pada siklus I siswa yang tuntas
mencapai 12 siswa dengan persentase 36%, sedangkan siswa yang belum tuntas
belajar mencapai 21 siswa dengan persentase 64%. Setelah mendapat tindakan
pada siklus II, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas meningkat menjadi 29
siswa dengan persentase 88%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas
menurun menjadi 4 siswa dengan persentase 12%. Hal ini menujukkan adanya
peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4, peningkatan hasil belajar
siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu 80%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat diagram distribusi perbandingan hasil belajar siklus I
dengan siklus II yang tersaji pada diagram 4.2 berikut ini.
Gambar Diagram 4.5
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram 4.2 terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I
dan setelah tindakan siklus II terjadi peningkatan 52%.
3. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada
pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.11 berikut ini.
Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas 21 4
Tuntas 12 29
21 siswa
(64%)
4 siswa
(12%)
12 siswa
(36%)
29 siswa
(88%)
0
5
10
15
20
25
30
35
Axi
s Ti
tle
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
64
Tabel 4.11
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IV SD Negeri Barukan 01
Semester II/2013-2014
No Ketuntasan
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
F % f % F %
1 Tuntas ( 75) 7 21% 12 36% 29 88%
2 Tidak Tuntas (< 75) 26 79% 21 64% 4 12%
Rerata 61,4 64,4 87,0
Maksimum 92,0 85,0 100,0
Minimun 28 40 53
Berdasarkan data tabel 4.11, dapat diketahui peningkatan ketuntasan
belajar IPA siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Data pada tabel 4.11
menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa yang cukup tinggi
hingga mencapai 88%. Pada pra siklus siswa yang tuntas hanya mencapai 7 siswa
dengan persentase 21%, sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 26 siswa
dengan persentase 79%. Dengan dilaksanakannya tindakan siklus I siswa yang
tuntas mengalami peningkatan yaitu 12 siswa dengan persentase 36%, dan siswa
yang belum tuntas menurun menjadi 21 siswa dengan persentase 64%. Kemudian
dilakukan tindakan siklus II, pada tindakan siklus II siswa yang mengalami
ketuntasan berjumlah 29 siswa dengan persentase 88% , dan hanya 4 siswa yang
tidak tuntas dengan persentase 12%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
ketuntasan belajar IPA siswa kelas 4 SD Barukan 01 mulai dari sebelum tindakan
atau pra siklus hingga setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II. Dengan
demikian pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat diagram distribusi perbandingan hasil belajar pra siklus , siklus I, dan
siklus II berikut ini.
65
Diagram 4.6
Perbandingan Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan diagram 4.3 dapat diketahui terjadi peningkatan ketuntasan
belajar IPA siswa dari pra siklusm siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus menuju
siklus I terjadi peningkatan 15%, dari siklus I menuju siklus II meningkat 52%,
sedangkan dari pra siklus sampai siklus II terjadi peningkatan 67%.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah sebelum dilakukan tindakan pada
kelas 4 SD Negeri Barukan 01, ditemukan bahwa pembelajaran belum
menggunakan metode, pendekatan, dan media pembelajaran yang tepat bahkan
cenderung ceramah. Sehingga pembelajaran kurang bermakna dan siswa menjadi
mudah melupakan materi pelajaran. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar
siswa menjadi rendah. Pada pembelajaran IPA 75,75% dari 33 siswa nilainya
masih di bawah KKM (KKM = 75).
Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM, maka
diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan
pembelajaran yang bermakna melalui penerapan metode dan pendekatan
pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Tidak Tuntas 26 21 4
tuntas 7 12 29
26 siswa
79% 21 siswa
64%
4 siswa
12%
7siswa
21%
12 siswa
36%
29 siswa
88%
0
5
10
15
20
25
30
35A
xis
Tit
le
Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Pra
Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
66
pembelajaran IPA adalah metode discovery. Metode ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan menemukan konsep melalui
serangkaian data atau informasi yang dilakukan dengan pengamatan atau
percobaan dengan pengawasan guru. Dengan metode pembelajaran discovery
diharapkan guru dapat kreatif menyajikan pembelajaran yang dapat mendorong
siswa untuk aktif melakukan percobaan yang nantinya dapat menemukan konsep
sendiri.
Untuk menunjang metode pembelajaran discovery, guru dapat menerapkan
metode ini dengan pendekatan scientific. Pendekatan scientific disebut juga
pendekatan ilmiah. Jadi dalam pendekatan ini siswa bertindak seperti ilmuwan-
ilmuwan kecil untuk menemukan konsep dalam pembelajaran. Dengan metode
discovery melalui pendekatan scientific siswa tidak hanya melakukan percobaan
saja, melainkan siswa juga melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang merupakan
langkah-langkah scientific seperti melakukan pengamatan, menanya dari apa yang
telah diamati, menalar, mencoba atau melakukan percobaan, dan membentuk
jejaring dengan mateti atau mata pelajaran lain. Semua langkah tersebut dilakukan
secara berkelompok dengan bimbingan guru.
Dengan menerapkan metode discovery melalui pendekatan scientific pada
pembelajaran IPA materi energi panas dan sifat-sifatnya di kelas 4, diperoleh hasil
belajar IPA siswa dapat meningkat. Terbukti dari hasil belajar IPA siswa pada pra
siklus hanya 7 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan 26 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Setelah dilakukan penelitian siklus I diperoleh hasil
belajar IPA siswa meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM 12 siswa
dan 21 siswa yang belum mencapai KKM. Kemudian pada penelitian siklus II,
peningkatan hasil belajar IPA dapat dicapai 29 siswa dengan persentase 88%
tuntas dan siswa yang belum tuntas berjumlah 4 siswa.
Pada lembar observasi metode pembelajaran discovery melalui pendekatan
scientific pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan nilai untuk aktivitas siswa
sebesar 25,7, dari siklus I 42.3 dan siklus II 68. Begitu juga dengan hasil observasi
67
kegiatan guru dari siklus I yang mendapat nilai 42,6 menjadi 61,3 pada siklus II,
nilai kegiatan guru meningkat sebanyak 18,6 dari siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Pratiknjo (2012) dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar IPA
Melalui Penerapan Metode Discovery Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Grobogan
Semester I Tahun Pelajaran 2011/ 2013”. Dengan hasil penelitian 81% ketuntasan
klasikal. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwijaya Putri Iriany
(2010) denga judul penelitian “Penggunaan Media Gambar Dalam Penerapan
Metode Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas III
SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester I
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”. Dengan hasil penelitian 89% siswa mencapai
ketuntasan hasil belajar.
Penelitian ini memang dikatakan berhasil karena hasil belajar IPA siswa
telah meningkat dan 88% siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Namun jika
dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa dan kegiatan guru masih dalam katagori
cukup. Hal ini dapat terjadi karena metode discovery dan pendekatan scientific
memang memerlukan waktu pelaksanaan yang cukup lama dan kreatifitas guru
yang tinggi serta siswa yang kreatif dan siap belajar.