BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi...

29
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Barukan 01 merupakan sekolah dasar yang terletak sebelah timur laut dari Kecamatan Tengaran. Tahun pelajaran 2013/2014, SD Negeri Barukan 01 memiliki 181 siswa, yang terdiri dari 33 siswa kelas I, 31 siswa kelas II, 30 siswa kelas III, 33 siswa kelas IV, 28 siswa kelas V, dan 26 siswa kelas VI. Sedangkan untuk tenaga pendidik dan kependidikan terdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel PNS, 2 guru wiyata bakti, 1 penjaga. Subyek dalam penelitian ini adalah guru/peneliti dan siswa kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Guru/peneliti sebagai subyek yang memberikan tindakan dan bertugas mengamati. Siswa sebagai subyek yang menerima tindakan. Siswa kelas IV pada tahun pelajaran 2013/2014 memiliki jumlah 33 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Rata-rata pekerjaan orang tua siswa adalah petani dan buruh harian lepas. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2014. Pada bulan Februari penulis melakukan beberapa tindakan sebagai persiapan penelitian yaitu: (1) mengamati kondisi kelas dan situasi sekolah secara umum. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, terlihat nilai akhir semester I siswa dalam mata pelajaran IPA terdapat 79% dari 33 siswa memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75) dan hanya 21% siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain dari cara mengajar guru yang masih cenderung menggunakan metode ceramah dan berpusat pada buku paket sebagai panduan belajar siswa,

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Barukan 01 merupakan sekolah dasar

yang terletak sebelah timur laut dari Kecamatan Tengaran. Tahun pelajaran

2013/2014, SD Negeri Barukan 01 memiliki 181 siswa, yang terdiri dari 33 siswa

kelas I, 31 siswa kelas II, 30 siswa kelas III, 33 siswa kelas IV, 28 siswa kelas V,

dan 26 siswa kelas VI. Sedangkan untuk tenaga pendidik dan kependidikan

terdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel PNS, 2 guru wiyata

bakti, 1 penjaga.

Subyek dalam penelitian ini adalah guru/peneliti dan siswa kelas 4 SD

Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Guru/peneliti

sebagai subyek yang memberikan tindakan dan bertugas mengamati. Siswa

sebagai subyek yang menerima tindakan. Siswa kelas IV pada tahun pelajaran

2013/2014 memiliki jumlah 33 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 13

siswa perempuan. Rata-rata pekerjaan orang tua siswa adalah petani dan buruh

harian lepas.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2014. Pada bulan

Februari penulis melakukan beberapa tindakan sebagai persiapan penelitian yaitu:

(1) mengamati kondisi kelas dan situasi sekolah secara umum. Dari hasil

pengamatan yang telah dilakukan, terlihat nilai akhir semester I siswa dalam mata

pelajaran IPA terdapat 79% dari 33 siswa memperoleh nilai di bawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM = 75) dan hanya 21% siswa yang mendapat nilai di

atas atau sama dengan KKM. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain dari cara mengajar guru yang masih cenderung menggunakan

metode ceramah dan berpusat pada buku paket sebagai panduan belajar siswa,

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

40

kesiapan siswa yang kurang saat akan memulai pembelajaran, bahkan ada siswa

yang tidak membawa buku sesuai jadwal pada hari itu. Selain itu, minat belajar

siswa juga masih rendah, sehingga pembelajaran terjadi secara monoton tanpa

variasi yang berarti.

Berdasarkan hasil pengamatan sesuai nilai pra siklus yang diambil dari

nilai UAS semester I, nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 61,6%, dengan

perolehan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 97. Seperti yang tersaji pada tabel

4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014

Pra Siklus

No Interval Frekwensi Persentase

1 88 – 100 1 3%

2 75 – 87 6 18%

3 61 – 74 7 21%

4 48 – 60 18 55%

5 35 – 47 1 3%

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasi belajar IPA siswa sebagai

berikut, siswa yang masuk dalam interval nilai 88-100 berjumlah 1 siswa dengan

persentase 3%. Nilai siswa yang masuk dalam interval 75-87 berjumlah 6 siswa

dengan persentase 18%. Siswa yang masuk dalam interval nilai 61-74 berjumlah 7

siswa dengan persentase 21%. Siswa dengan interval nilai 48-60 berjumlah 18

siswa dengan persentase 55%. Sedangkan nilai siswa yang masuk dalam interval

35-47 berjumlah 1 siswa dengan persentae 3%. Jika kita lihat dari data-data

tersebut jumlah siswa yang memperoleh nilai antara 48-60 memiliki jumlah yang

paling banyak dengan jumlah siswa 18 dari 33 siswa dengan persentase 55%. Ini

menunjukkan lebih dari 50% dari siswa mendapatkan nilai antara 48 - 60.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

41

Menurut ketuntasan belajar siswa sebelum dilakukana tindakan, terdapat 7

siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan 26 siswa belum

mencapai ketuntasan belajar. Seperti pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014

Pra Siklus

No Ketuntasan Frekwensi Persentase

1 Tuntas ( 75) 7 21%

2 Tidak Tuntas (< 75) 26 79%

Rerata 61,4

Maksimum 92,0

Minimun 28

Dari tabel 4.2 analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada

pra siklus dapat diketahui dari 33 jumlah siswa keseluruhan, hanya 7 siswa yang

mencapai ketuntasan belajar dengan persentase 21%. Sedangkan 26 siswa tidak

mencapai ketuntasan belajar dengan persentase 79%. Hal ini menunjukkan bahwa

ketuntasan belajara IPA siswa sangat rendah dan proses pembelajaran yang

terlaksana kurang efektif. Selain itu terlalu jauh rentang atau jarak nilai

maksimum 92 dengan nilai minimum 35 yang diperoleh siswa. Perbedaan yang

terlalu jauh tersebut menandakan bahwa sebenarnya banyak siswa mempunyai

kemampuan sedang atau di atas rata-rata. Namun karena pada pembelajaran IPA

banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan pembelajaran

kurang bermakna, maka banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah

kemampuan yang sebenarnya.

Berdasarkan hasil ketuntasan belajar IPA siswa dapat digambarkan

dalam gambar diagram lingkaran berikut ini.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

42

26 siswa

79%

7 siswa

21%

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa

Prasiklus

Tidak Tuntas

Tuntas

Gambar Diagram 4.1

Diagran Lingkaran Nilai Ketuntasan Belajar IPA Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014

Pra Siklus

Pemilihan tempat dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA masih rendah. Pada tahun

pelajaran 2012/2013 masih terjadi salah konsep (miskonsepsi) atau kebingungan

pada siswa tentang materi perpindahan panas. Para siswa sulit membedakan

antara konveksi, konduksi, dan radiasi. Selaian itu pembelajaran siswa kurang

bermakna sehingga siswa mudah lupa dengan materi yang sudah dipelajari. Maka

tahun ini hasil belajar siswa perlu ditingkatkan pada materi energi panas dengan

menggunakan model pembelajaran discovery melalui pendekatan saintifik.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

43

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Setelah diperoleh hasil dari tahap observasi, maka peneliti melakukan

diskusi dengan guru mata pelajaran IPA kelas 4 mengenai materi pembelajaran

yang akan disajikan dan alat penunjang lain yang akan digunakan. Sebelum

mengajar pada pertemuan 1, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang merupakan

sarana penunjang proses pembelajaran, diantaranya RPP pertemuan pertama,

lembar kerja siswa, lembar observasi, proyektor, rol kabel, laptop, buku

pembelajaran, alat dan bahan percobaan, serta ruang kelas yang akan digunakan

saat pembelajaran berlangsung, yaitu ruang kelas 4.

Penyiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dengan

kompetensi dasar “mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya”. Kemudian peneliti menentukan tujuan

pembelajaran yang berdasarkan pembelajaran dengan menerapkan metode

discovery dan pendekatan scientific. Setelah menentukan tujuan pembelajaran,

peneliti menentukan lamanya waktu proses pembelajaran dan teknik pembelajaran

yang meliputi langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Dalam pertemuan 1 ini

siswa difokuskan pada tahap mengamati, menanya, dan menalar sesuai dengan

langkah pendekatan scientific. Sedangkan dalam metode discovery siswa

melakukan proses mendengarkan penjelasan dan perumusan hipotesis.

2. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan 1

Setelah dilaksanakan tahap perencanaan yang melibatkan guru mata

pelajaran IPA kelas 4, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang

telah disepakati oleh peneliti, guru mata pelajaran, dan wali kelas yang juga

bertindak sebagai observer, yaitu hari Kamis, 23 April 2014 pada jam pelajaran 3-

4. Adapun tindakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pertemuan 1

adalah sebagai berikut : Kegiatan awal meliputi, 1) Guru memberikan salam

pembuka; 2) Guru memeriksa kesiapan siswa untuk belajar dan absensi; 3) Siswa

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

44

mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran; 4) Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru mengenai metode discovery dan pendekatan

scientific sebagai metode dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran; 5) Guru memberikan apersepsi dengan meminta siswa

menggesek-gesekkan kedua tangan mereka masing-masing.

Setelah melaksanakan kegiatan awal, pembelajaran memasuki kegiatan

inti. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Dari apersepsi yang telah

dilakukan, siswa menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru; 2)

Siswa menyebutkan pengertian energi panas; 3) Siswa dibagi dalam kelompok

kecil secara heterogen dengan jumlah anggota kelompok 5-6 siswa; 4) Guru

membagikan lembar kerja siswa; 5) Siswa melihat sebuah video proses memasak

dan perpindahan panas; 6) Siswa diminta menuliskan hasil pengamatan dan

beberapa pertanyaan mengenai video; 7) Dalam kelompok siswa mendiskusikan

pertanyaan yang telah dicatat; 8) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang apa

yang belum dipahami.

Pembelajaran diselesaikan dengan kegiatan penutup yang bertujuan untuk

memberikan penguatan dan tugas untuk pembelajaran selanjutnya. Dalam

kegiatan penutup guru melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Guru memberikan

penguatan tentang materi hari ini; 2) Siswa mendapat tugas rumah untuk

mengamati perpindahan panas dengan proses memasak yang dilakukan ibu dan

mencatat hasil pengamatannya dalam lembar pengamatan; Guru menutup

pembelajaran dengan ucapan salam.

2) Pertemuan 2

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 merupakan tindak

lanjut pada pertemuan 1, sehingga pada perencanaan pertemuan 2 hampir sama

dengan pertemuan 1. Namun yang membedakan adalah pertemuan 2 siswa

melakukan percobaan dengan bimbingan dari guru hingga menemukan simpulan

dan memmbentuk jejaring dengan materi yang lain. Pertemuan 2 siklus I

dilaksanakan hari Sabtu tanggal 26 April 2014 pada jam pelajar 1-2.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

45

Kegiatan pembelajaran pertemuan 2 meliputi kegiatan awal, yaitu: 1) Guru

memberikan salam pembuka doa; 2) Guru memeriksa kesiapan siswa untuk

belajar dan absensi; 3) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab

mengingat kembali pembelajaran pada pertemuan yang lalu; 4) Kemudian siswa

mendengarkan penjelasan tentang tujuan pebelajaran.

Dalam kegiatan inti, satu siswa diminta untuk menyampaikan kembali apa

yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu dengan bahasanya sendiri.

Kemudian setiap siswa kembali bergabung dengan kelompok masing-masing

sesuai dengan pertemuan yang lalu. Setelah masuk dalam kelompok, dua siswa

diminta membacakan hasil pengamatan kelompoknya pada pertemuan yang lalu.

sedangkan dua siswa lagi yang berbeda kelompok diminta untuk membacakan

hasil pengamatan di rumah yang merupakan hasil tugas rumah.

Secara berkelompok siswa menalar dan merumuskan hipotesis kejadian-

kejadian hasil pengamatan yang dilakukan. Guru membagikan alat dan bahan

percobaan, serta lembar percobaan dalam tiap kelompok. Setelah semua kelompok

menerima bahan dan alat percobaan, siswa melakukan percobaan perpindahan

panas sesuai prosedur dalam lembar kerja kelompok dengan bimbingan dari guru.

Kemudian siswa menyimpulkan hasil percobaan dengan bimbingan dari

guru.kegiatan inti diakhiri dengan setiap kelompok menyampaikan hasil

percobaan.

Dalam kegiatan penutup, siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini

dengan bimbingan guru. Guru juga mengkonfirmasi materi jika ada yang bertanya

dan memberikan penguatan pemahaman siswa. Pembelajaran ditutup dengan

salam.

3) Pertemuan 3

Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan 3, merupakan tindak

lanjut dari pertemuan 1 dan 2 yang peneliti gunakan untuk mengadakan tes

evaluasi tentang materi pertemuan 1 dan 2. Sebelum mengajar pada pertemuan 3,

peneliti menyiapkan segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

46

pembelajaran, antara lain; RPP pertemuan 3, lembar observasi, lembar evaluasi

siswa, dan buku pendamping. Pertemuan 3 siklus I dilaksanakan hari Selasa

tanggal 29 April 2014 pada jam pelajaran 1-2.

Dalam kegiatan awal, guru memberikan salam pembuka dan doa. Guru

memeriksa kesiapan siswa untuk belajar dan absensi. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memberikan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab

tentang pelajaran yang lalu.

Dalam kegiatan inti, Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

materi yang telah dipelajari pada pertemuan lalu secara singkat dan guru

meluruskan konsep siswa yang keliru tentang energi panas panas. Siswa

mengerjakan soal evaluasi yang merupakan alat ukur untuk mengetahui

pemahaman siswa mengenai materi energi panas. Setelah semua siswa selesai,

jawaban dikoreksi bersama-sama.

Dalam kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan menyampaikan

kepada siswa bahwa pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih

baik dari pada dikerjakan sendiri-sendiri. Pembelajaran ditutup dengan salam.

3. Hasil Tindakan

1) Hasil Pengamatan Guru dan Siswa

Hasil pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada siklus

I, skor penilaian berjumlah 42,3 dengan kategori cukup baik. Dari hasil ini tampak

bahwa pada saat pembelajaran siklus satu melalui penggunaan metode discovery

dengan pendekatan scientific guru belum mengajar dengan maksimal. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru ataupun

dilakukan tetapi belum sepenuhnya. Kegiatan tersebut diantaranya, pada

pertemuan 1 dalam kegiatan pendahuluan guru tidak memeriksa kesiapan siswa

dalam belajar. Dalam kegiatan inti guru belum membimbing seluruh kelompok

dalam melaksanakan diskusi kelompok, guru hanya membimbing sebagian

kelompok yang dekat dengan tempat duduknya saja. Sedangkan dalam kegiatan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

47

penutup pemberian penguatan dari guru masih belum maksimal. Sehingga seluruh

pembelajaran berlangsung kurang maksimal.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

IPA pada siklus I, memperoleh skor 42,7 dengan kategori cukup baik. Dari hasil

tersebut dapat terjadi karena siswa belum melaksanakan seluruh aktivitas

pembelajaran dan belum terlibat aktif dalam pembelajaran. Beberapa kegiatan

yang tidak dilaksanakan siswa atau kurang sepenuhnya dilaksanakan diantaranya

adalah siswa dalam pertemuan 1 dan 2 setiap memulai pembelajaran belum

seluruhnya siap belajar, terbukti dari beberapa siswa tidak membawa buku IPA

yang merupakan jadwal pelajaran pada hari tersebut. Dalam pertemuan 1, tidak

seluruh siswa mendengarkan penjelasan guru tentang metode discovery dan

pendekatan scientific, sehingga tidak seluruhnya siswa mengerti langkah-langkah

pembelajaran yyang akan dilaksanakan. Hal tersebut berdampak pada kegiatan

inti dalam kerja kelompok. Beberapa siswa tidak serius dalam melaksanakan

kegiatan pengamatan, menanya dan menalar. Selain itu dalam kegiatan pembagian

kelompok, beberapa siswa masih kurang tertib masuk ke kelompok masing-

masing. Karena sebagian siswa hanya berjalan-jalan di dalam kelas dan berteriak-

teriak mencari anggota kelompok, sehingga kelas menjadi sedikit gaduh.

2) Hasil Pelajaran IPA

Hasil belajar IPA yang dilakukan dengan tes tertulis pada pertemuan 3

siklus I pada materi energi panas di kelas 4, dapat diketahui bahwa hasil belajar

IPA siswa mengalami peningkatan mencapai 64,4. Dengan nilai tertinggi 85 dan

nilai terendah 40. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 12 siswa (36%). Hal ini

lebih baik dari pra siklus yang hanya mencapai 23%. Siswa yang mencapai nilai

di bawah KKM sebanyak 21 siswa (64%) sedang pada pra siklus mencapai 87%.

Berdasarkan hasil belajar IPA, dapat diketahui bahwa terjadi penigkatan

ketuntasan hasil belajar IPA. Pada pra siklus, ketuntasan hasil belajar IPA siswa

kelas 4 hanya sejumlah 7 siswa dengan persentase 21%. Setelah mendapat

tindakan pada siklus I, ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 12 siswa

dengan persentase 36%. Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

48

pra siklus sebelum tindakan berjumlah 79%. Setelah mendapat tindakan pada

siklus I menurun menjadi 21 siswa dengan persentase 64%.

Tindakan pada siklus I dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh

siswa semakin meningkat. Namun peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa

setelah tindakan siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan oleh

sekolah. Dalam hal ini siswa hanya mengalami ketuntasan klasikal dalam belajar,

sedangkan secara individu siswa belum dikatakan tuntas.

Observasi dan Refleksi Pertemuan I, II, dan III

1. Observasi

Pengamatan atau observasi dilaksanakan secara intensif dengan

mengambil gambar dan mengisi lembar observasi secara berkelanjutan. Guru

berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang

sedang dilaksanakan. Hasil pengamatan pertemuan 1, 2, dan 3 adalah; 1) Siswa

mulai mengikuti apersepsi dalam pembelajaran dengan baik; 2) Siswa mulai

berani menyampaikan hasil diskusi; 3) Beberapa siswa mulai bisa bekerjasama

dengan baik dalam kelompok, terbukti pada kegiatan percobaan siswa saling

membantu untuk menyelesaikan percobaan dengan baik. Namun masih terdapat

siswa yang kurang siap belajar dan kurang aktif mengikuti pembelajaran.

Dalam pembelajaran siklus I, guru sudah melaksanakan pembelajaran

sesuai langkah-langkah metode discovery melalui pendekatan scientific. Namun,

guru belum dapat membimbing siswa secara optimal. Hal ini nampak dari hasil

observasi yang dilakukan observer masih terdapat siswa yang pasif dalam

mengikuti proses pembelajaran. Kondisi tersebut berdampak pada pengelolaan

kelas menjadi kurang maksimal.

2. Refleksi

Refleksi dilaksanakan untuk melihat kembali pembelajaran yang telah

dilaksanakan dengan menggunakan metode discovery melalui pendekatan

scientific. Hasil belajar IPA siswa dapat ditingkatkan dilihat dari analisis hasil

evalusi siklus I. Nilai rata-rata kelas 64,4, dengan siswa yang mendapatkan nilai

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

49

di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75) berjumlah 12 siswa dan yang

mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal 21 siswa.

Ditemukan beberapa kekurangan dalam pembelajaran siklus I, yaitu; 1)

Pengelolaan kelas yang masih kurang karena siswa belum terbiasa menggunakan

metode pembelajaran discovery dan pendekatan scientifc.; 2) Masih terdapat

siswa yang kurang katif; 3) Kesiapan belajar siswa yang masih kurang, sehingga

siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal, yang ditandai

dengan beberapa siswa yang mengalami kebingungan ketika melakukan kegiatan

menanya, menalar, dan menarik kesimpulan.

Berdasarkan beberapa penyebab kegagalan pada siklus I, peneliti mencoba

memberikan solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Supaya, hasil belajar

IPA siswa dan proses pembelajaran dapat meningkat. Solusi tersebut berupa; 1)

Guru lebih aktif dalam mengajar dan memberikan pengarahan secara individu,

kelompok, dan klasikal. Supaya, pembelajaran berjalan dengan baik dan kelas

menjadi kondusif. 2) Guru memberikan pengarahan terutama bagi siswa yang

tidak aktif dan jika diperlukan guru mendekati siswa-siswa yang pasif sehingga

siswa lebih tergugah semangatnya dan dapat mengikuti pembelajaran dengan

aktif. 3) Guru memberikan bimbingan dan perhatian secara menyeluruh, terutama

bagi siswa yang sering belum siap belajar.

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Melihat hasil refleksi dari siklus I, perencanaan pembelajaran pada siklus

II merupakan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus II

akan dilaksankan dalam 3 kali pertemuan. Sebelum mengajar pada pertemuan 1

siklus II, peneliti menyiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa, buku,

alat dan bahan percobaan, serta ruang kelas 4 yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran. Dalam siklus II, penulis menyiapkan RPP dengan kompetensi dasar

yang sama dengan siklus I, namun tujuan pembelajarannya berbeda.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

50

2. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan 1

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pembelajaran siklus II merupakan

tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I. Kegiatan awal dimulai dengan guru

memberikan salam dan doa bersama. Dilanjutkan dengan guru memeriksa

kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan absensi. Dalam memeriksa

kesiapan siswa untuk belajar, guru memeriksa peridividu sehingga siswa benar-

benar siap untuk belajar. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan tentang

tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru kembali

menjelaskan tentang metode discovery dan pendekatan scientific sebagai metode

dan pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengigat kembali materi energi panas

yang telah dipelajari sebagai kegiatan apersepsi.

Dalam kegiatan inti, pertama guru menunjukkan sebuah termometer suhu

dan memberiakan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang termometer tersebut.

Guru mendengarkan dan menuliskan beberapa jawaban siswa di papan tulis.

Kemudian guru menjelaskan kegunaan termometer suhu dan mendemonstrasikan

langkah-langkah menggunakan termometer suhu. Setelah itu, siswa dibagi dalam

kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.

Setiap kelompok dibagi lembar diskusi tentang termometer. Siswa

berdiskusi dalam kelompok dan menuliskan macam-macam termometer,

kegunaannya termometer, dan langkah-langkah menggunakan termometer, serta

cara membaca termometer secara tepat. Dalam kegiatan diskusi, guru

membimbing siswa secara individu, kelompok, dan klasikal. Selesai berdiskusi

setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru

memberikan penguatan dan meluruskan pengertian siswa yang keliru. Bersama

dengan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran dan melakukan tanya jawab

tentang apa yang belum dipahami.

Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan tentang materi. Guru

memberikan tugas rumah untuk mengamati kabel listrik yang ada di jalan pada

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

51

siang hari dan malam hari. Kemudian siswa mencatat hasil pengamatannya.

Pembelajaran ditutup dengan ucapan salam.

2) Pertemuan 2

Perencanaan pembelajaran siklus II pertemuan 2 merupakan tindak lanjut

dari pertemuaan 1. Sebelum mengajar, guru menyiapkan RRP pertemuan 2,

lembar kerja siswa, lembar observasi, LCD, laptop, rol kabel, buku, bahan

percobaan dan alat percobaan, serta ruang kelas yang digunakan untu

pembelajaran, yaitu ruang kelas 4.

Pada pertemuan 2 siklus II, pembelajaran diawali dengan guru

memberikan salam dan doa bersama. Guru memeriksa kesiapan siswa untuk

belajar dan absensi. Sama denga pertemuan 1, guru memeriksa kesiapan siswa

secara individu. Kemudian guru memeberikan apersepsi dengan meminta seorang

siswa untuk membacakan hasil pekerjaan tugas rumah tentang mengamati kabel

listrik di jalan pada siang hari dan malam hari. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

Dalam kegiatan inti guru membuat pertayaan dari apersepsi tenttang

pengaruh kalor mempengaruhi benda di bumi. Siswa masuk dalam kelompok

yang sama seperti pertemuan yang lalu. Dalam kelompok guru membagikan

lembar pengamatan. Siswa membuat beberapa pertanyaan tentang pengaruh kalor

terhadap benda-benda. Kemudian siswa mengamati video pengaruh kalor terhadap

benda-benda. Dalam kelompok siswa mencatat hasil pengamatan dari video.

Siswa berdiskusi membuat penalaran dan hipotesis atau jawaban sementara dari

pertanyaan yang telah dibuat.

Sebelum melakukan percobaan guru menentukan kelompok 1 dan 2

melakukan percobaan pengaruh kalor terhadap benda padat. Kelompok 3 dan 4

melakukan percobaan pengaruh kalor terhadap benda cair. Kelompok 5 dan 6

melakukan percobaan pengaruh kalor terhadap benda gas. Kemudian guru

membagi bahan dan alat percobaan, serta lembar pengamatan. Siswa melakukan

percobaan dalam kelompok dan menyimpulkan hasil percobaannya. Dalam

melakukan percobaan, guru membimbing siswa baik secara kelompok maupun

individu. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan siswa menyampaikan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

52

kesimpulan dan mendemonstrasikan percobaan yang telah mereka lakukan di

depan kelas.

Dalam kegiatan penutup guru meluruskan pemahaman siswa yang keliru

dan memberikan penguatan. Kemudian pembelajaran ditutp dengan salam.

3) Pertemuan 3

Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan 3, merupakan tindak

lanjut dari pertemuan 1 dan 2 yang peneliti gunakan untuk mengadakan tes

evaluasi tentang materi pertemuan 1 dan 2. Sebelum mengajar pada pertemuan 3,

peneliti menyiapkan segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang

pembelajaran.

Dalam kegiatan awal, guru memberikan salam pembuka. Guru memeriksa

kesiapan siswa untuk belajar dan absensi. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memberikan apersepsi kepada siswa dengan bertanya jawab

tentang pelajaran yang lalu.

Dalam kegiatan inti, Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

materi yang telah dipelajari pada pertemuan lalu secara singkat dan guru

meluruskan konsep siswa yang keliru tentang termometer dan pengaruh kalor

terhadap benda-benda. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang merupakan alat

ukur untuk mengetahui pemahaman siswa. Setelah semua siswa selesai, jawaban

dikoreksi bersama-sama.

Dalam kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan menyampaikan

kepada siswa bahwa pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih

baik dari pada dikerjakan sendiri-sendiri. Pembelajaran ditutup dengan salam.

3. Hasil Tindakan

1. Hasil Pengamatan Guru dan Siswa

Hasil pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada siklus

II mengalami peningkatan yang baik dari pada siklus I. Skor penilaian berjumlah

61,3 dengan kategori baik. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

53

siklus II melalui penggunaan metode discovery dengan pendekatan scientific guru

sudah mengajar dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari perubahan beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan tersebut diantaranya, pada

pertemuan pertama dalam kegiatan pendahuluan guru memeriksa kesiapan siswa

dalam belajar secara individu. Sedangkan dalam kegiatan penutup pemberian

penguatan dari guru sudah baik. Sehingga seluruh pembelajaran berlangsung

maksimal.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

IPA pada siklus II, memperoleh skor 68 dengan kategori baik. peningkatan hasil

tersebut dapat terjadi karena 70% siswa atau lebih telah melaksanakan seluruh

aktivitas pembelajaran dengan aktif. Beberapa kegiatan perubahan yang

dilakukan siswa diataranya adalah setiap memulai pembelajaran 70% atau lebih

siswa siap untuk belajar. Dalam mendengarkan penjelasan guru tentang metode

discovery dan pendekatan scientific, 75%-80% siswatelah melakukannya dengan

baik. Beberapa siswa yang pada siklus I tidak serius dalam melaksanakan kegiatan

pengamatan, menanya dan menalar, dengan bimbingan dan perhatian guru pada

siklus II, siswa memiliki semangat yang lebih baik sehingga siswa melaksanakan

semua kegiatan pembelajaran dengan baik.

2. Hasil Pelajaran IPA

Hasil belajar IPA yang dilakukan dengan tes tertulis pada pertemuan

ketiga siklus I, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa mengalami

peningkatan mencapai 87,0. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 53.

Siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa (88%). Hal ini lebih baik dari

siklus I yang hanya mencapai 36%. Siswa yang mencapai nilai di bawah KKM

sebanyak 4 siswa (12%) sedang pada siklus I mencapai 64%.

Berdasarkan hasil belajar IPA, dapat diketahui bahwa terjadi penigkatan

ketuntasan hasil belajar IPA. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar IPA siswa

kelas 4 sejumlah 12 siswa dengan persentase 36%. Setelah mendapat tindakan

pada siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 29 siswa dengan

persentase 88%. Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada siklus I

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

54

berjumlah 64%. Setelah mendapat tindakan pada siklus II menurun menjadi 4

siswa dengan persentase 12%. Dengan hasil yang demikian artinya penelitian

pada siklus II ini berhasil. Sesuai yang diharapkan peneliti yaitu siswa tuntas 80%

dari jumlah siswa, dan pada siklus II ini siswa tuntas mencapai 88%.

Observasi dan Refleksi Pertemuan I, II, daan III

1. Observasi

Berdasarkan hasil observasi penerapan pembelajaran menggunakan

metode discovery melalui pendekatan scientific pada siklus II mendapatkan hasil

yang lebih baik. Hasil pengamatan pertemuan 1, 2, dan 3 adalah; 1) Kelas

terkondisi dengan baik ; 2) Seluruh siswa aktif dan antusias dalam mengikuti

pembelajaran; 3) Seluruh siswa siap megikuti pembelajaran, terbukti dari hasil

kegiatan mengamati, menanya, menalar, dan melakukan percobaan siswa telah

bekerjasama dengan aktif.

Berdasarkan hasil observasi siklus II, guru sudah melaksanakan

pembelajaran sesuai langkah-langkah metode discovery melalui pendekatan

scientific dengan baik dan membimbing siswa secara optimal. Hal ini nampak dari

hasil observasi yang dilakukan observer siswa yang semula dalam siklus I pasif

dalam mengikuti proses pembelajaran, pada siklus II menjadi aktif dan

bersemangat.

2. Refleksi

Refleksi dilaksanakan untuk melihat kembali pembelajaran yang telah

dilaksanakan dengan menggunakan metde discovery melalui pendekatan

scientific. Hasil implementasi pertemuan 1, 2 dan 3 pada siklus II menunjukkan

bahwa metode discovery melalui pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa. Keberhasilan siklus II dapat diketahui dari peningkatan proses

dan hasil belajar IPA siswa sebagai berikut;

1. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 87,0 dengan siswa yang

mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 75)

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

55

berjumlah 29 siswa dan yang mendapatkan nilai di bawah kriteria

ketuntasan minimal 4 siswa.

2. Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat dari

siklus I dengan skor 42,3 menjadi 61,3 dengan katagori baik.

3. Respon aktivitas siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan dari

skor 42,7 pada siklus I menjadi 68 pada siklus II dengan katagori baik.

4.2 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan pada

pembelajaran siklus I dan pembelajaran siklus II.

4.2.1 Data Hasil Observasi

1. Hasil observasi tindakan guru dan siswa pada siklus I

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode discovery

melalui pendekatan scientific yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I diperoleh

hasil sebagaimana tersajikan pada tabel berikut,

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dan Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran

Dengan Metode Discovery Pada Siklus I

Aspek Keaktivan Siswa

dan Kinerja Guru Total Skor

Nilai Aktivitas

Siswa dan

Kinerja Guru

Kriteria

Siswa 128 42,6 Cukup baik

Guru 127 42,3 Cukup Baik

Dari tabel 4.3 diperoleh data hasil observasi kegiatan siswa dalam

pembelajaran siklus I menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor

128 dengan nilai aktivitas siswa 42,6. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

56

siswa yang diperoleh maka pembelajaran pada siklus I masuk dalam katagori

cukup baik.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil observasi kegiatan guru

pada siklus I menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor 127

dengan nilai aktivitas guru 42,3. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas guru yang

diperoleh maka pembelajaran pada siklus I masuk dalam katagori cukup baik.

2. Hasil observasi tindakan guru dan siswa pada siklus II

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode discovery

melalui pendekatan scientific yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I diperoleh

hasil sebagaimana tersajikan pada tabel berikut,

Tabel 4.4

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dan Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran

Dengan Metode Discovery Pada Siklus II

Aspek Keaktivan Siswa

dan Kinerja Guru Total Skor

Nilai Aktivitas

Siswa dan

Kinerja Guru

Kriteria

Siswa 204 68 Baik

Guru 184 61,3 Baik

Dari tabel 4.4 diperoleh data hasil observasi kegiatan siswa dalam

pembelajaran siklus II menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor

204 dengan nilai aktivitas siswa 68. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas siswa

yang diperoleh maka pembelajaran pada siklus II masuk dalam katagori baik.

Hasil observasi kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II pertemuan 1,

pertemuan 2, dan pertemuan 3 dapat diketahui bahwa hasil observasi kegiatan

guru pada siklus II menunjukkan hasil penilaian observasi mendapatkan skor 184

dengan nilai aktivitas guru 61,3. Dengan jumlah skor dan nilai aktivitas guru yang

diperoleh maka pembelajaran pada siklus II masuk dalam katagori baik.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

57

1. Hasil Belajar IPA Siklus I

Berdasarkan hasil observasi penerapan pembelajaran menggunakan

metode discovery melalui pendekatan scientific yang diterapkan guru pada siklus

I mendapatkan hasil sebagaimana tersajikan dalam tabel berikut

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester II / 2013-2014

Siklus I

No Interval Frekwensi Persentase

1 88 – 100 0 0%

2 75 – 87 12 36,36%

3 61 – 74 2 6,06%

4 48 – 60 14 42,42%

5 35 – 47 5 15,15%

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasi belajar IPA siswa tidak ada siswa

yang mendapat rentang nilai 88-100 dengan persentase 0%. Nilai siswa yang

masuk dalam interval 75-87 berjumlah 12 siswa dengan persentase 36,36%. Siswa

yang masuk dalam interval nilai 61-74 berjumlah 2 siswa dengan persentase

6,06%. Siswa dengan interval nilai 48-60 berjumlah 14 siswa dengan persentase

42,42%. Sedangkan nilai siswa yang masuk dalam interval 35-47 berjumlah 5

siswa dengan persentae 15,15%. Jika kita lihat dari data-data tersebut jumlah

siswa yang memperoleh nilai antara 48-60 memiliki jumlah yang paling banyak

dengan jumlah siswa 14 dari 33 siswa dengan persentase 42,42%. Namun jumlah

siswa dalam interval nilai 35-47 sudah berkurang, yang tadinya pada pra siklus

berjumlah 7 siswa sekarang pada siklus I berjumlah 5 siswa. Selain itu pada

rentang nilai 75-87 mengalami peningkatan jumlah siswa, sehingga dapat

dikatakan bahwa sebagian siswa mengalami peningkatan nilai meskipun belum

ada yang mencapai 100.

Sedangkan ketuntaasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari

tabel 4.6 di bawah ini.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

58

Tabel 4.6

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014

Siklus I

No Ketuntasan Frekwensi Persentase

1 Tuntas ( 75) 12 36%

2 Tidak Tuntas (< 75) 21 64%

Rerata 64,4

Maksimum 85

Minimun 40

Dari tabel 4.6 analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada

siklus I dapat diketahui dari 33 jumlah siswa keseluruhan, 12 siswa mencapai

ketuntasan belajar dengan persentase 36%.Sedangkan 21 siswa tidak mencapai

ketuntasan belajar dengan persentase 64%. Hal ini menunjukkan bahwa

ketuntasan belajara IPA siswa sudah meningkat. Selain itu nilai terendah siswa

juga meningkat pada siklus I nilai terendah 40. Meski belum dapat dikatakan

berhasil, pembelajaran siklus I sudah dapat meningkatkan hasil ketuntasan belajar

siswa.

Berdasarkan hasil ketuntasan belajar IPA siswa dapat digambarkan

dalam gambar diagram lingkaran berikut ini.

21siswa64%

12 siswa36%

Keuntasan Hasil Belajar IPA Siswa

Siklus I

Tidak Tuntas

Tuntas

Gambar Diagram 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

59

Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus dengan

hasil siklus I adalah sebagai berikut

Tabel 4.7

Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas IV SD Negeri Barukan 01

Semester II/2012-2013

No Ketuntasan

Pra siklus Siklus 1

f % f %

1 Tuntas ( 75) 7 21% 12 36%

2 Tidak Tuntas (< 75) 26 79% 21 64%

Rerata 61,4 64,4

Maksimum 92,0 85,0

Minimun 35 40

Berdasarkan data pada tabel 4.7 menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4. Pada pra siklus siswa yang tuntas

mencapai 7 siswa dengan persentase 21%, sedangkan siswa yang belum tuntas

belajar mencapai 26 siswa dengan persentase 79%. Setelah mendapat tindakan

pada siklus I, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas meningkat menjadi 12

siswa dengan persentase 36%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas

menurun menjadi 21 siswa dengan persentase 64%. Hal ini menujukkan adanya

peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4, meskipun peningkatan

hasil belajar siswa belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan

sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram distribusi perbandingan hasil

belajar pra siklus dengan siklus I yang tersaji pada diagram 4.3 berikut ini.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

60

Gambar Diagram 4.3

Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

Berdasarkan diagram 4.3 terjadi peningkatan hasil belajar pra siklus

dan setelah tindakan siklus I, terjadi peningkatan 15%.

2. Hasil Belajar IPA Siklus II

Berdasarkan hasil observasi penerapan pembelajaran menggunakan

metode discovery melalui pendekatan scientific yang diterapkan guru pada siklus

II mendapatkan hasil sebagaimana tersajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014

Siklus 2

No Interval Frekwensi Persentase

1 88 - 100 15 45,45%

2 75 - 87 14 42,42%

3 61 - 74 3 9,09%

4 48 - 60 1 3,03%

5 35 - 47 0 0%

Pra Siklus Siklus I

Tidak Tuntas 26 21

Tuntas 7 12

26 siswa

(79%) 21siswa

(64%)

7 siswa

(21%)

12 siswa

(36%)

0

5

10

15

20

25

30A

xis

Titl

e

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus dan Siklus I

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

61

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasi belajar IPA siswa terdapat 15

siswa yang mendapat rentang nilai 88-100 dengan persentase 45,45%. Nilai siswa

yang masuk dalam interval 75-87 berjumlah 14 siswa dengan persentase 42,42%.

Siswa yang masuk dalam interval nilai 61-74 berjumlah 3 siswa dengan

persentase 9%. Siswa dengan interval nilai 48-60 berjumlah 1 siswa dengan

persentase 3%. Sedangkan nilai siswa yang masuk dalam interval 35-47 tidak ada

atau 0%. Jika kita lihat dari data-data tersebut jumlah siswa yang memperoleh

nilai antara 88-100 memiliki jumlah yang paling banyak dengan jumlah siswa 15

dari 33 siswa dengan persentase 45,45%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa meningkat. Selain itu pada rentang nilai 35-47 tidak ada siswa yang

memperolehnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa

mengalami peningkatan nilai.

Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari

tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4

SD Negeri Barukan 01 Semester II/ 2013-2014

Siklus 2

No Ketuntasan Frekwensi Persentase

1 Tuntas ( 75) 29 88%

2 Tidak Tuntas (< 75) 4 12%

Rerata 87,0

Maksimum 100,0

Minimun 53

Dari tabel 4.9 analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada

siklus II dapat diketahui dari 33 jumlah siswa keseluruhan, 29 siswa mencapai

ketuntasan belajar dengan persentase 88%. Sedangkan 4 siswa tidak mencapai

ketuntasan belajar dengan persentase 12%. Hal ini menunjukkan bahwa

ketuntasan belajara IPA siswa sudah meningkat. Selain itu nilai terendah siswa

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

62

juga meningkat pada siklus II nilai terendah 53 dan nilai maksimum siswa

mencapai 100. Pembelajaran siklus II dikatakan berhasil, karena persentase siswa

yang tuntas telah mencapai lebih dari 80%, yaitu 88%.

Berdasarkan hasil ketuntasan belajar IPA siswa dapat digambarkan

dalam gambar diagram lingkaran berikut ini.

Gambar Diagram 4.4

Hasil Krtuntasan Belajar IPA Siswa pada Siklus II

Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dengan hasil

siklus II adalah sebagai berikut

Tabel 4.10

Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas IV SD Negeri Barukan 01

Semester II/2012-2013

No Ketuntasan

Siklus 1 Siklus 2

f % f %

1 Tuntas ( 75) 12 36% 29 88%

2 Tidak Tuntas ( < 75) 21 64% 4 12%

Rerata 64,4 87,0

Maksimum 85,0 100,0

Minimun 40 53

4siswa

12%

29 siswa

88%

Hasil Ketuntasan Belajar IPA Siswa Siklus II

Tidak Tuntas

Tuntas

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

63

Berdasarkan data pada tabel 4.10 menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4. Pada siklus I siswa yang tuntas

mencapai 12 siswa dengan persentase 36%, sedangkan siswa yang belum tuntas

belajar mencapai 21 siswa dengan persentase 64%. Setelah mendapat tindakan

pada siklus II, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas meningkat menjadi 29

siswa dengan persentase 88%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas

menurun menjadi 4 siswa dengan persentase 12%. Hal ini menujukkan adanya

peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4, peningkatan hasil belajar

siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu 80%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat diagram distribusi perbandingan hasil belajar siklus I

dengan siklus II yang tersaji pada diagram 4.2 berikut ini.

Gambar Diagram 4.5

Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan diagram 4.2 terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I

dan setelah tindakan siklus II terjadi peningkatan 52%.

3. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 4 pada

pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.11 berikut ini.

Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas 21 4

Tuntas 12 29

21 siswa

(64%)

4 siswa

(12%)

12 siswa

(36%)

29 siswa

(88%)

0

5

10

15

20

25

30

35

Axi

s Ti

tle

Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

64

Tabel 4.11

Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas IV SD Negeri Barukan 01

Semester II/2013-2014

No Ketuntasan

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

F % f % F %

1 Tuntas ( 75) 7 21% 12 36% 29 88%

2 Tidak Tuntas (< 75) 26 79% 21 64% 4 12%

Rerata 61,4 64,4 87,0

Maksimum 92,0 85,0 100,0

Minimun 28 40 53

Berdasarkan data tabel 4.11, dapat diketahui peningkatan ketuntasan

belajar IPA siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Data pada tabel 4.11

menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa yang cukup tinggi

hingga mencapai 88%. Pada pra siklus siswa yang tuntas hanya mencapai 7 siswa

dengan persentase 21%, sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 26 siswa

dengan persentase 79%. Dengan dilaksanakannya tindakan siklus I siswa yang

tuntas mengalami peningkatan yaitu 12 siswa dengan persentase 36%, dan siswa

yang belum tuntas menurun menjadi 21 siswa dengan persentase 64%. Kemudian

dilakukan tindakan siklus II, pada tindakan siklus II siswa yang mengalami

ketuntasan berjumlah 29 siswa dengan persentase 88% , dan hanya 4 siswa yang

tidak tuntas dengan persentase 12%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan belajar IPA siswa kelas 4 SD Barukan 01 mulai dari sebelum tindakan

atau pra siklus hingga setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II. Dengan

demikian pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat diagram distribusi perbandingan hasil belajar pra siklus , siklus I, dan

siklus II berikut ini.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

65

Diagram 4.6

Perbandingan Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan diagram 4.3 dapat diketahui terjadi peningkatan ketuntasan

belajar IPA siswa dari pra siklusm siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus menuju

siklus I terjadi peningkatan 15%, dari siklus I menuju siklus II meningkat 52%,

sedangkan dari pra siklus sampai siklus II terjadi peningkatan 67%.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil identifikasi masalah sebelum dilakukan tindakan pada

kelas 4 SD Negeri Barukan 01, ditemukan bahwa pembelajaran belum

menggunakan metode, pendekatan, dan media pembelajaran yang tepat bahkan

cenderung ceramah. Sehingga pembelajaran kurang bermakna dan siswa menjadi

mudah melupakan materi pelajaran. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar

siswa menjadi rendah. Pada pembelajaran IPA 75,75% dari 33 siswa nilainya

masih di bawah KKM (KKM = 75).

Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM, maka

diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan

pembelajaran yang bermakna melalui penerapan metode dan pendekatan

pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Tidak Tuntas 26 21 4

tuntas 7 12 29

26 siswa

79% 21 siswa

64%

4 siswa

12%

7siswa

21%

12 siswa

36%

29 siswa

88%

0

5

10

15

20

25

30

35A

xis

Tit

le

Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Pra

Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

66

pembelajaran IPA adalah metode discovery. Metode ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan menemukan konsep melalui

serangkaian data atau informasi yang dilakukan dengan pengamatan atau

percobaan dengan pengawasan guru. Dengan metode pembelajaran discovery

diharapkan guru dapat kreatif menyajikan pembelajaran yang dapat mendorong

siswa untuk aktif melakukan percobaan yang nantinya dapat menemukan konsep

sendiri.

Untuk menunjang metode pembelajaran discovery, guru dapat menerapkan

metode ini dengan pendekatan scientific. Pendekatan scientific disebut juga

pendekatan ilmiah. Jadi dalam pendekatan ini siswa bertindak seperti ilmuwan-

ilmuwan kecil untuk menemukan konsep dalam pembelajaran. Dengan metode

discovery melalui pendekatan scientific siswa tidak hanya melakukan percobaan

saja, melainkan siswa juga melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang merupakan

langkah-langkah scientific seperti melakukan pengamatan, menanya dari apa yang

telah diamati, menalar, mencoba atau melakukan percobaan, dan membentuk

jejaring dengan mateti atau mata pelajaran lain. Semua langkah tersebut dilakukan

secara berkelompok dengan bimbingan guru.

Dengan menerapkan metode discovery melalui pendekatan scientific pada

pembelajaran IPA materi energi panas dan sifat-sifatnya di kelas 4, diperoleh hasil

belajar IPA siswa dapat meningkat. Terbukti dari hasil belajar IPA siswa pada pra

siklus hanya 7 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dan 26 siswa belum

mencapai ketuntasan belajar. Setelah dilakukan penelitian siklus I diperoleh hasil

belajar IPA siswa meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM 12 siswa

dan 21 siswa yang belum mencapai KKM. Kemudian pada penelitian siklus II,

peningkatan hasil belajar IPA dapat dicapai 29 siswa dengan persentase 88%

tuntas dan siswa yang belum tuntas berjumlah 4 siswa.

Pada lembar observasi metode pembelajaran discovery melalui pendekatan

scientific pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan nilai untuk aktivitas siswa

sebesar 25,7, dari siklus I 42.3 dan siklus II 68. Begitu juga dengan hasil observasi

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8295/4/T1_292012602_BAB IV.pdfterdapat 1 kepala sekolah, 5 guru kelas PNS, 2 guru mapel

67

kegiatan guru dari siklus I yang mendapat nilai 42,6 menjadi 61,3 pada siklus II,

nilai kegiatan guru meningkat sebanyak 18,6 dari siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Pratiknjo (2012) dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar IPA

Melalui Penerapan Metode Discovery Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Grobogan

Semester I Tahun Pelajaran 2011/ 2013”. Dengan hasil penelitian 81% ketuntasan

klasikal. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwijaya Putri Iriany

(2010) denga judul penelitian “Penggunaan Media Gambar Dalam Penerapan

Metode Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas III

SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester I

Tahun Pelajaran 2011/ 2012”. Dengan hasil penelitian 89% siswa mencapai

ketuntasan hasil belajar.

Penelitian ini memang dikatakan berhasil karena hasil belajar IPA siswa

telah meningkat dan 88% siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Namun jika

dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa dan kegiatan guru masih dalam katagori

cukup. Hal ini dapat terjadi karena metode discovery dan pendekatan scientific

memang memerlukan waktu pelaksanaan yang cukup lama dan kreatifitas guru

yang tinggi serta siswa yang kreatif dan siap belajar.