BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi...
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian tindakan kelas menggunkan
metode kooperatif tipe STAD menggutarkan hasil penelitian yang dilakukan
melalui pra siklus,siklus I dan siklus II.
4.1. Kondisi Sekolah
SDN Kutowinangun 11 Salatiga berada di Desa Butuh Kecamatan Tingkir
Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup strategis dan tidak jauh dengan rumah
penduduk yang berada dekat sekolah . Letak SD ini membuat kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik karena suasana di sekitar SD cukup tenang.
SDN Kutowinangun 11 Salatiga memiliki 1 ruang guru, 1 ruang
perpustakaan, 6 ruang kelas, 1 ruang UKS, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang WC
guru, 5 ruang WC siswa, 1 ruang untuk solat bagi para guru dan siswa yang non
Kristen, 1 ruang kesenian, 1 ruang leb, 1 ruang komputer, 1 untuk kelas agama
Kristen, dan lapanagn upacara yang cukup luas. Jumlah peserta didik dari kelas 1
hingga kelas 6 sebanyak 136 siswa. Ruang kelas juga sudah cukup baik dengan
penerangan dan ventilasi yang cukup. Disetiap ruang kelas juga tersedia tempat
hasil karya siswa dengan berbagai macam karya-karya siswa sehingga kelas
terkesan menarik, tidak membosankan bagi siswa dan dapat memacu kreatifitas
siswa dalam berkarya.
Fasilitas yang ada di SDN Kutowinangun 11 cukup lengkap,terdapat 2
buah komputer yang digunakan untuk memfasilitasi guru dalam mengetik data-
data administrasi yang diperlukan dan 1 buah komputer untuk mengelola data-
data perpustakaan. Selain itu juga sekolah ini juga memiliki alat peraga yang
cukup lengkap untuk memfasilitasi para guru dalam melakukan pembelajaran jika
harus digunakan alat peraga tersebut. Buku-buku yang ada di sekolah ini,
khususnya di perpustakaan juga cukup lengkap dan banyak buku-buku yang baru.
45
Jumlah tenaga pengajar dan karyawan di SDN Kutowinangun 11 sebanyak
13 guru dengan rincian 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama islam, 1 guru
agama Kristen, 1 guru olahraga, 1 guru wiyata bakti yang mengapu mata pelajaran
SBK dan pengelola perpustakaan, 1 guru bahasa inggris, 1 penjaga sekolah.
4.1.1 Kondisi Awal Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pada siswa kelas I sebanyak 19 siswa yang
terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Sebagian besar siswa
kurang berani dan aktif selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, berdasarkan
data yang diperoleh dari guru kelas I SDN Kutowinangun 11, diketahui hasil
belajar Pkn yang diraih siswa masih rendah. Ini dapat dilihat di dalam table 4. 1
berikut ini :
Table 4. 1
Nilai Hasil Belajar Pkn Pra Siklus
No
Nama Siswa
Nilai
Kemunculan
Ket Tuntas Belum tuntas
1 Deni 65* * * TT
2 Yoga 70 V V T
3 Antoni 35* * * TT
4 Alga 100 V V T
5 Denis 55* * * TT
6 Dika Putra 49* * * TT
7 Dika Setiawan 70 V V T
8 Dewi 55* * * TT
9 Daud 65* * * TT
10 Hydra 80 V V T
1 Idea 80 V V T
12 Kethlen 90 V V T
13 Nandita 40* * * TT
14 Rajafi 90 V V T
46
15 Valent 55* * * TT
16 Rendi 90 V V T
17 Slamet 40* * * TT
18 Angel 55* * * TT
19 Rengga 80 V V T
Jumlah 1.264 9 10
Rata-rata/persentase 66 47,36% 52,64%
Keterangan :
* = Siswa tidak tuntas
V = Siswa tuntas
Table 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pkn Pra Siklus
Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan
90-100 4 21,05 Tuntas
80-89 3 15,79 Tuntas
70-79 2 10,53 Tuntas
60-69 2 10,53 Tidak tuntas
50-59 4 21,05 Tidak tuntas
40-49 3 15,79 Tidak tuntas
30-39 1 5,26 Tidak tuntas
20-29 0 0 Tidak tuntas
Jumlah 19 100
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa siswa yang mendapatkan nilai
90-100 sebanyak 4 siswa atau 21,05%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai
80-89 sebanyak 3 siswa atau 15,79%, siswa yang mendapatkan nilai 70-79
sebanyak 2 siswa atau 10,53% yang telah mencapai nilai KKM 70. Sedangkan
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM 70 meliputi nilai 60-69 sebanyak 2
siswa atau 10,53%, siswa yang mendapat nilai 50-59 sebanyak 4 siswa atau
21,05%, siswa yang mendapatkan nilai 40-49 sebanyak 3 siswa atau 15,79% dan
47
siswa yang mendapatkan nilai 30-39 sebanyak 1 siswa atau 5,26%, sedangkan
siswa yang mendapatkan nilai 20-29 tidak ada.
Secara jelas tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran pra siklus
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Data Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Pkn Pra Siklus
Siklus
Jumlah siswa
Nilai Ketuntasan
Banyak siswa Persentase
TT T TT T
Prasiklus 19 70 10 9 52,64% 47,36%
Berdasarkan tabel 4.3 tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran
pra siklus dapat dijelaskan bahwa siswa yang tuntas dan mencapai nilai 70 ke atas
hanya berjumlah 9 siswa atau dengan persentase 47,36% dan yang belum tuntas
10 siswa atau dengan persentase 52,64% dari jumlah siswa kelas 1 SDN
Kutowinangun 11 yang ada 19 siswa.
Adapun untuk lebih jelasnya tentang tingkat ketuntasan siswa pada
pelaksanaan pembelajaran pra siklus dapat dilihat pada gambar 4. 1 di bawah ini.
48
Gambar 4.1
Diagram Tingkat Ketuntasan Pra Siklus
Melihat gambar 4.1 tentang tingkat ketuntasan siswa yang sangat
mengecewakan tersebut dikarenakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar pada pra siklus tidak menggunkan model pembelajaran yang dapat
membuat siswa atau peserta didik aktif dan senang dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan temuan-temuan pada pembelajaran pra siklus tersebut
peneliti mempunyai pemikiran untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas PTK. Di dalam perbaikan itu peneliti menggunkan
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division).
4.1.2 Deskripsi Siklus I
4.1.3 Perencanaan
Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus I, perencanaan dibuat
berdasarkan kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi pada tahap pra siklus
untuk dicari pemecahannya. Adapun tindakan perbaikan yang akan dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran STAD yaitu lebih menekankan kepada
47%
53%
Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Pra Siklus
Tuntas
Tidak tuntas
49
pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil. Peneliti dengan dibantu oleh
teman sejawat membuat rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Langkah pembelajaran yang direncanakan dan akan dilaksanakan pada
pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran ?
4.1.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada bulan maret Minggu ke-4
pada tahun 2016 dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertungas untuk
mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
mata pelajaran Pkn dengan materi Tata tertib di sekolah. Pada pembelajaran siklus
I ini diawali dengan guru memberi salam dan mengkondisikan kelas, kemudian
mengabsen siswa dan dilanjutkan dengan mengatur tempat duduk siswa sesuai
dengan metode yang digunakan yaitu model STAD. Setelah itu guru memberi
tahu kompetensi dasar dan indicator pembelajaran yang akan dilaksanakan
kemudian guru memberi apersepsi berupa pertanyaan yang menyinggung materi
yang akan disampaikan.
Adapun untuk pertanyaan apersepsi yang diberikan kepada siswa adalah
sebagai berikut: (1) apakah yang di maksud dengan tata tertib?; (2) siapa yang
harus menjaga ketertiban di sekolah?; (3) siapa yang pernah melakukan tata tertib?;
yang diberikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman awal siswa tentang
materi yang akan dibahas dalam pembelajaran.
Masuk pada pembelajaran inti, sebelumnya guru memasang alat peraga
berupa gambar-gambar contoh tata tertib yang ada di sekolah pada papan tulis di
depan kelas. Setelah itu guru memberi penjelasan tentang tata tertib di sekolah
tersebut. Guru menjelaskan panjang lebar tentang materi pembelajaran kemudian
guru membentuk kelompok kecil sesuai dengan model STAD yaitu
mengelompokan siswa dengan anggota masing-masing kelompok 4-5 siswa dan
masing-masing kelompok diberi lembar kerja siswa untuk didiskusikan. Selesai
berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok, siswa bersama guru membahas hasil
kerja kelompok dan menyimpulkannya serta dilanjutkan dengan guru membuat
50
rangkuman dari materi yang didiskusikan untuk dicatat oleh siswa.
Masuk pada kegiatan akhir yang dilaksanakan selama 20 menit pada
pembelajaran siklus I ini, guru memberikan tes akhir atau tes formatif yang
bertujuan untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.
Selesai mengerjakan tes formatif kemudian guru bersama siswa mengoreksi hasil
tes formatif dan menganalisisnya. Guru memberi penghargaan berupa tepuk tangan
kepada siswa yang benar dalam mengerjakan. Dari hasil analisis tes formatif
ternyata hasil belajar Pkn pada siswa meningkat jika dibandingkan dengan
pembelajaran pra siklus. Setelah itu guru memberikan perbaikan dan pengayaan
sebagai pekerjaan rumah (PR) dan dilanjutkan guru bersama siswa merefleksi hasil
pembelajaran dan guru menutup pembelajaran dengan memberi salam.
4.2. Pengamatan/Pengumpulan Data
Data pengamatan pada siklus I tentang tindakan guru dan siswa bahwa guru
dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik, hanya masih terdapat kelemahan-
kelemahan antara lain guru dalam memberikan penjelasan perlu diingatkan, karena
teridentifikasikan guru masih menjelaskan terlalu cepat dan terburu-buru sehingga
banyak siswa yang tidak paham akan penjelasan tersebut. Guru dalam menanggapi
pertanyaan dari siswa teridentifikasi kurang, dan guru kurang menumbuhkan
kepercayaan diri siswa, karena guru kurang dalam memberikan penghargaan
kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar.
Adapun tentang sarana dan prasarana yang digunakan saat pembelajaran
sudah teridentifikasikan baik dan lengkap, hanya guru kurang terampil dalam
mendemonstrasikan alat peraga, sedangkan tentang perilaku siswa saat mengikuti
pelajaran hanya teridentifikasi tentang keberanian siswa dalam bertanya masih
tergolong kurang.
51
Secara jelas disajikan nilai tes formatif pembelajaran siklus I pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Hasil Belajar Pkn Siklus I
No
Nama siswa
Nilai
Kemunculan
Ket
Tuntas Tidak tuntas
1 Deni 75 V V T
2 Yoga 79 V V T
3 Antoni 69 * * TT
4 Alga 100 V V T
5 Denis 76 V V T
6 Dika putra 79 V V T
7 Dika setiawan 70 V V T
8 Dewi 79 V V T
9 Daud 69 * * TT
10 Hydar 85 V V T
11 Idea 80 V V T
12 Kethlen 95 V V T
13 Nandita 59 * * TT
14 Rajafi 95 V V T
15 Valent 50 * * TT
16 Rendi 95 V V T
17 Slamet 75 V V T
18 Angel 79 V V T
19 Rengga 79 V V T
Jumlah 1.488 15 4
Rata-rata/persentase 78 78,95% 21,05%
52
Keterangan :
* = Siswa tidak tuntas
V = Siswa tuntas
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pkn Siklus I SDN Kutowinangun 11
Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan
90-100 4 2105 Tuntas
80-89 2 10,53 Tuntas
70-79 9 47,36 Tuntas
60-69 2 10,53 Tidak tuntas
50-59 2 10,53 Tidak tuntas
40-49 0 0 Tidak tuntas
30-39 0 0 Tidak tuntas
20-29 0 0 Tidak tuntas
Jumlah 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar siklus I dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memperoleh nilai antara 90-100 sebanyak 4 siswa atau 21,05%
dan siswa yang mencapai nilai 80-89 sebanyak 2 siswa atau 10,53%. Siswa yang
mencapai nilai 70-79 sebanyak 9 siswa atau 47,36% dan siswa yang mencapai nilai 60-69
sebanyak 2 siswa atau 10,53% dan yang mendapatkan nilai 50-59 sebanyak 2 siswa atau
10,53%. Siswa yang mendapatkan nilai 40-49, 30-39 dan 20-29 sama sekali tidak ada.
Secara rinci untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti perbaikan
pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
53
Tabel 4.6
Data Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Pkn Siklus I
Siklus
Jumlah
siswa
Nilai Ketuntasan
Banyak siswa Persentase
TT T TT T
Prasiklus 19 70 4 19 21,05% 78,95%
Berdasarkan tabel 4.6 tentang tabel tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran
siklus I dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan dengan penambahan
alat peraga diperoleh data bahwa siswa yang tuntas dan berhasil meraih nilai 70 ke
atas berjumlah 15 siswa dari 19 siswa kelas I yang ada atau dengan persentase
ketuntasan 78,95%, sedangkan untuk siswa yang belum tuntas atau yang belum
mencapai nilai 70 berjumlah 4 siswa dari 19 siswa kelas I SDN Kutowinangun 11
yang ada atau dengan persentase ketuntasan sebesar 21,05%, dan rata-rata kelas
secara klasikal mencapai 78,32. Jadi, tindakan perbaikan siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran STAD ini sudah terdapat peningkatan hasil
belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil tes formatif pada tahap pra siklus
walupun belum mencapai tingkat ketuntasan maksimal sebesar 86%. Secara jelas
tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut ini.
54
Gambar 4.2
Diagram Tingkat Ketuntasan Siklus I
Berdasarkan gambar 4.2 jelas terlihat bahwa tingkat ketuntasan siswa pada
pembelajaran siklus I dengan menggunkan model STAD hasilnya belum sesuai
dengan yang diharapkan.
4.2.1 Refleksi
Refleksi dimaksud untuk evaluasi terhadap semua temuan dalam
pembelajaran baik kelemahan maupun kekurangan yang ada pada siklus I dan
dicarikan pemecahannya. Observer menemukan kekurangan guru dalam proses
pembelajaran. Dari hasil pengamatan diperoleh data kelemahan sebagai berikut :
4.2.4.1 Guru kurang menanggapi dan merespon setiap pertanyaan siswa.
Hal ini terliha pada saat siswa bertanya kepada guru yang
berhubungan dengan tata tertib, guru jarang menjawab karena terlalu asik
menjelaskan materi pelajaran tersebut.
4.2.4.2 Guru kurang memberi motivasi yang dapat menumbuhkan
kepercayaan diri siswa. Motivasi yang dapat menumbuhkan
79%
21%
Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Siklus I
Tuntas
Tidak tuntas
55
kepercayaan diri dapat berupa pemberian pertanyaan yang lebih mudah
sehingga siswa dapat menjawab dengan benar, cara seperti itu
membuat siswa termotivasi.
4.2.4.3 Guru perlu meningkatkan pemberian kesempatan untuk bertanya
kepada siswa dengan menerapkan Tanya jawab secara lisan.
Berdasarkan hasil temuan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran
siklus I yang sudah menggunakan model STAD tersebut perlu adanya
pembenahan. Tindakan selanjutnya yaitu pada tindakan siklus II dengan membuat
perencanaan perbaikan pembelajaran yang lebih terfokus. Tidak hanya itu saja,
guru dalam perbaikan siklus II juga lebih memberikan motivasi berupa
pertanyaan-pertanyaan lisan yang lebih mudah sebagai free tes dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertnya jawab tentang materi yang sedang
dipelajari tersebut.
4.3 Deskripsi Siklus II
4.3. 1 Perencanaan
Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II mengacu pada
kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi pada tahap siklus I untuk dicari
pemecahannya. Model pembalajaran yang akan digunakan adalah sama dengan
model pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I yaitu model pembelajaran
STAD. Hanya saja dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini guru
lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan lebih
mengutamakan Tanya jawab. Tidak hanya itu saja, tetapi guru juga lebih
menumbuhkan motivasi dengan memberikan pertanyaan yang lebih mudah
sehingga siswa dapat menjawab dengan benar agar siswa lebih bersemangat
dalam pembelajaran. Kecuali itu, guru juga harus terampil dalam
mendemonstrasikan alat peraga sehingga siswa lebih memahami penjelasan guru
tentan tata tertib di sekolah dan di rumah.
Penelitian dengan dibantu oleh teman sejawat membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran. Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran dapat
dilihat pada lampiran?
56
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaa siklus II ini dilaksanakan pada bulan April minggu ke-3 dan 4
tahun 2016 dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertugas untuk mengamati
kinerja guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata
pelajaran Pkn dengan materi tata tertib di rumah. Pada pembelajaran siklus II ini
diawali dengan guru memberi salam dan mengkondisikan kelas, kemudian
mengabsen siswa kemudian mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan metode
yang digunakan yaitu model STAD. Setelah itu guru memberi tahu kompetensi
dasr dan indikator pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk mengetahui
pemahaman awal siswa tentang materi yang akan dipelajari maka guru
memberikan apersepsi berupa free tes berupa pertanyaan lisan yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari.
Masuk pada pembelajaran inti, siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang tata tertib di sekolah dan di rumah kemudian siswa diminta untuk maju
kedepan menjelaskan satu contoh tata tertib. Setelah selesai guru melakukan
Tanya jawab tentang contoh yang sudah dijelaskan oleh siswa yang sudah maju
kedepan guru memberikan umpan balik kepada siswa yang bertujuan supaya
siswa aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan keberanin siswa untuk
berkomentar. Kemudian dilanjutkan dengan siswa diminta untuk membentuk
kelompok kecil untuk berdiskusi dengan diberi lembar kerja untuk dikerjakan
secara berkelompok. Selesai mengerjakan lembar kerja, wakil dari masing-masing
kelompok membacakan hasil kerjanya dan siswa yang lain memberi tanggapan.
Selesai pembahasan hasil diskusi maka guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil kerja dari kelompok yang melaporkan hasil kerjanya. Setelah
itu guru bersama siswa menyimpulkan materi dengan membuat rangkuman untuk
dicatat siswa.
Pada akhir pembelajaran, siswa diberi tes formatif sebagai tolak ukur
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Kemudian secara
bersama-sama antara guru dan siswa mengoreksi tes formatif dan guru
menganalisisnya. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang benar dalam
57
mengerjakan soal tes formatif berupa pemberian tepuk tangan.
hasil analisis tes formatif siklus II dapat dilihat pada lampiran? Skripsi ini.
Berdasarkan hasil analisis tersebut ternyata dengan penerapan model
pembelajaran STAD mampu meningkatkan prestasi siswa. Setelah menganalisis
tes formatif tersebut, guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam.
4.3.3 Pengamatan/Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada saat pembelajaran siklus II
berlangsung. Data tersebut adalah berupa lembar pengamatn yang diperoleh dari
teman-teman sejawat sebagai pengamat cara kerja guru dan perilaku siswa dalam
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran?
Berdasarkan hasil pengamatan pada lampiran? Tentang hasil
pengamatan tindakan guru dan siswa pada siklus II tersebut diperoleh data bahawa
cara guru melaksanakan pembelajaran sudah teridentifikasikan baik dan
sempurna. Demikian juga tentang sarana dan prasarana yang digunakan dalam
pembelajaran juga teridentifikasi baik. Adapun tentang siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar juga sudah teridentifikasi baik.
Secara jelas disajikan nilai tes formatif pembelajaran siklus II pada tabel 4.7
berikut :
Tabel 4.7
Hasil Belajar Pkn Siklus II
No Nama siswa Nilai Kemunculan Ket
Tuntas Tidak tuntas
1 Deni 95 V V T
2 Yoga 95 V V T
3 Antoni 70 V V T
4 Alga 100 V V T
58
5 Denis 75 V V T
6 Dika putra 95 V V T
7 Dika setiawan 80 V V T
8 Dewi 80 V V T
9 Daud 90 V V T
10 Hydar 95 V V T
11 Idea 90 V V T
12 Kethlen 95 V V T
13 Nandita 75 V V T
14 Rajafi 95 V V T
15 Valent 65 * * TT
16 Rendi 95 V V T
17 Slamet 85 V V T
18 Angel 90 V V T
19 Rengga 90 V V T
Jumlah 1.655 18 1
Rata-
rata/persentase
87 94,74% 5,26
Keterangan :
* = Siswa tidak tuntas
v = Siswa tuntas
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pkn Siklus II
Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan
90-100 12 63, 16 Tuntas
80-89 3 15,79 Tuntas
70-79 3 15,79 Tuntas
60-69 1 5,26 Tidak tuntas
Jumlah 14 100
59
Berdasarkan tabel 4.8 tentang distribusi frekuensi hasil belajar siklus II
dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai 90-100 sebanyak 12 siswa
atau 63, 16% dan siswa yang mencapai nilai 80-89 sebanyak 3 siswa atau 15,79%,
sedangkan siswa yang mencapai nilai 70-79 sebanyak 3 siswa atau 15,79%, dan
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM antara 60-69 sebanyak 1
siswa atau 5,26%.
Pencampaian tingkat ketuntasan pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut.
Tabel 4.9
Data Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Siklus
Jumlah siswa
Nilai Ketuntasan
Banyak siswa Persentase
TT T TT T
Prasiklus 19 70 1 18 5,26% 94,75%
Pada tabel 4.9 tentang tingkat ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus
II dapat dijelaskan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 18 siswa atau 94,74% dari
19 siswa yang ada dan yang belum tuntas 1 siswa atau jika dipersentasikan
sebesar 5,26%.
Secara jelas tentang ketuntasan siswa pada siklus II ini akan disajikan
dalam bentuk diagram seperti pada gamabr 4.3 berikut.
60
Gambar 4.3
Diagram Tingkat Ketuntasan Siklus II
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang tuntas
meningkat menjadi 18 siswa atau 94%. Melihat hasil yang begitu
menggembirakan jelas terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran mata
pelajaran Pkn tentang tata tertib di sekolah dan di rumah.
4.3.4 Refeleksi
Gambar dengan dibantu teman merefleksikan perubahan sikap selama
proses pembelajaran siklus II dan peningkatan kemampuan siswa dalam
menguasai materi. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran STAD diperoleh refleksi sebagai berikut.
4.3.4.1 Setiap penyusunan dari siswa sudah ditanggapi dengan memberikan
waktu untuk Tanya jawab.
4.3.4.2 Guru dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa, dengan baik melalui
perbaikan pertanyaan secara lisan yang lebih mudah untuk dijawab oleh
siswa sehingga siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
95%
5%
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Tuntas
Tidak tuntas
61
4.3.4.3 Proses pelaksanaan pembelajaran teridentifikasi baik karena susdah
menerapkan model STAD dengan benar dan sesuai dengan
perencanaan.
4.3.4.4 Hasil belajar siswa meningkat dengan tingkat ketuntasan mencapai 94%
atau 18 siswa yang telah mencapai ketuntasan dengan meraih nilai tes
formatif di atas 70 dan yang belum tuntas hanya 1 siswa atau 5,26%
dengan rata-rata klasikal sebesar 87.
4.3.5 Pembahasan
Pembelajaran pada mata pelajaran Pkn tentang tata tertib di sekolah dan
di rumah yang dilakukan selama penelitian berlangsung terdapat peningkatan-
peningkatan ke arah perbaikan. Secara jelas tentang peningkatan-peningkatan
jumlah ketuntasan siswa dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4. 10 berikut.
Tabel 4. 10
Data Tingkat Ketuntasan Siklus, pra siklus,siklus I dan siklus II
Siklus Jumlah
siswa
KKM Banyak siswa Persentase
Belum
tuntas
Tuntas Belum
tuntas
Tuntas
Pra siklus 19 70 10 9 52,64%
47,36%
Siklus I 19 70 4 15 21,05% 78,95%
Siklus II 19 70 1 18 5,26 94,74
Berdasarkan tabel 4. 10 dapat dijelaskan bahawa masing-masing siklus
sudah terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus,
jumlah siswa yang tuntas 9 atau jika dipersentasekan sebesar 47,36% dan yang
belum tuntas sebanyak 10 siswa atau jika dipersentasekan sebesar 52,64% .
kemorosotan pada tahap awal atau pra siklus tersebut. Karena guru dalam
62
melaksanakan pembelajaran belum menggunkan metode yang sesuai, untuk itu
dilakukan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya.
Perbaikan pembelajaran siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran STAD, sesuai dengan pendapat Felder (1994: 2) bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk
bekerja sama dalam kelompok-kelompok untuk mendapatkan tujuan bersama.
Siswa dibentuk kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa dan hasil belajar Pkn
tentang tata tertib di sekolah dan di rumah pada. Siswa kelas I SDN
Kutowinangun 11 meningkat. Hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang tuntas
meningkat dari 9 siswa atau 47,36% pada pembelajaran prasiklus menjadi 15
siswa atau jika dipersentasekan sebesar 78,95% dengan rata-rata klasikal sebesar
78, jadi dalam pelaksanaan siklus I ini sudah ada peningkatan ketuntasan sebesar
47,36%. Karena belum memenuhi target ketuntasan maka dilakukan perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
dengan menggunkan pendapat Wahyuni (2001: 8) yang menyebutkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai
kemampuan berbeda, jumlah siswa yang tuntas meningkat pesat menjadi 18 siswa
atau jika dipersentasekan sebesar 94% dan hanya 1 siswa yang belum tuntas
dengan nilai di bawah 70 atau jika dipersentasekan sebesar 5,26%. Rata-rata nilai
klasikal siklus II ini sebesar 87. Jika dibandingkan dengan siklus I.
Hasil pembelajaran siklus II jelas terlihat peningkatan dari siklus
sebelumnya yang hanya mencapai ketuntasan sebesar 78,95% atau 15 siswa
menjadi 94,74% atau 18 siswa dari 19 siswa yang ada. Jadi peningkatan pada
siklus II ini sebesar 15,79% atau sebanyak 3 siswa.
Lebih jelasnya tentang peningkatan dari masing-masing siklus dapat
dilihat pada gambar 4.4 berikut:
63
Gambar 4.4
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pkn Pra siklus, Siklus I, Siklus II
1. 4.3.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah dibahas secara menyeluruh
penerapan model kooperatif tipe STAD siswa kelas I SD Negeri Kutowinangun
11 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat dari pra siklus,
siklus I, siklus II. Bisa diketahui jika terjadi peningkatan yang cukup signifikan
setelah guru menerapakn model pembelajaran kooperatif lerning tipe STAD.
Sebelum dilakukan penelitian hasil belajar siswa tergolong rendah karena metode
mengajar guru masi bersifat konvesional dan menoton ditandai dengan penjelasan
materi dan diakhiri dengan pemberian tugas, hal tersebut terjadi secara berulang-
ulang. Sehingga murid merasa bosan terhadap proses pembelajaran yang
dilakukan. Berdasarkan hasil kajian yang relevan Sulastri (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar IPA melalui
pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan alat peraga konkret tentang
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Ju
mla
h S
isw
a
Diagram Batang Perbandingan Pra
Siklus,Siklus I,Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
64
energi siswa kelas IV SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil
belajar IPA dengan penggunaan alat peraga.
pula bahwa dengan penerapan metode STAD dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar. Dan penelitian yang dilakukan Ruben (2010) Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Tentang Struktur Organisasi Desa dan
Kecamatan Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Siswa Kelas 4 SDN
Gesengan 02 Kabupaten Pati Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013. Dari
dua penelitian tersebut terbukti berhasil meskipun diterapkan pada mata pelajaran
yang berbeda terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian sebelum dilakukan tindakan atau
dikatakan dengan pra siklus jumlah siswa yang tuntas 9 siswa dengan persentase
47,36% sedangkan yang tidak tuntas 10 siswa dengan persentase 52,64%. Pada
pra siklus rata-rata yang di peroleh 66, nilai maksimum 100 dan nilai minimum
35. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan pada siklus I siswa yang tuntas 15
siswa dengan persentase 78,95% , sedangkan yang tidak tuntas 4 siswa dengan
persentase 21,05% . pada siklus I rata-rata yang diperoleh 78, nilai maksimum 100
dan nilai minimum 50. Dan mengalami peningkatan pada siklus II yang tuntas 18
siswa dengan persentase 94,74% sedangkan yang tidak tuntas ada 1 siswa dengan
persentase 5,26%. Pada siklus II rata-rata yang diperoleh 87, nilai maksimum 100
dan nilai minimum 65. Dari yang ditulis diatas dapat disimpulkan kegiatan
pembelajaran Pkn pada siswa kelas I. Jika dilihat dari seluruh kegiatan
pembelajarn yang sudah direncanakan maka pembelajaran tersebut dapat dikatakn
berhasil pada siklus II. Adapun hambatan utama yang dihadapi dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pada awalnya siswa belum
terbiasa berkerjasama dalam kelompok dan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Pkn. Namun, hal tersebut dapat
diselesaikan dengan pengarahan dan bimbingan yang maksimal dalam setiap
kegiatan yang dilakasanakan siswa oleh guru, sehingga akhirnya siswa bisa