BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Polobogo 02 Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang. Pembelajaran keterampilan membaca nyaring khususnya
di kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 kondisi pra siklus, KD 7.2 Membaca nyaring
suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. Guru tidak melakukan
apersepsi dan tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, tetapi guru hanya
mengecek kehadiran siswa. Dalam kegiatan inti, pembelajaran yang berlangsung
tidak mengacu pada perencanaan, tidak ada kegiatan yang mengarah pada
langkah-langkah model pembelajaran cooperative script. Siswa melakukan
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bentuk kegiatan kelompok,
namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan secara
bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam
kelompok. Yang nampak menonjol hanyalah ceramah guru, siswa melaksanakan
tugas dari guru, misalnya mencatat dan membaca materi. Selama pembelajaran
berlangsung, keterlibatan siswa dalam belajar masih kurang. Saat guru
menjelaskan materi pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, siswa yang duduk di belakang lebih sibuk berbicara dengan temannya. Guru
mendominasi proses belajar mengajar sehingga hasil siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia menjadi rendah.
4.1.2 Diskripsi Kondisi Pra Siklus
Observasi hasil belajar kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 sebelum
dilaksanakan penelitian pada awal Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016, banyak
siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut berdampak pada perolehan skor ulangan
harian siswa. Setiap tes formatif banyak siswa yang perolehan skornya di bawah
KKM yang ditetapkan sebesar 65 sehingga banyak siswa yang mengikuti program
45
remedial. Hasil ulangan harian sebelum diadakan tindakan penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar Pra Siklus
Keterangan Frekuensi Prosentase
Tidak Tuntas 11 52%
Tuntas 10 48%
Jumlah 21 100%
Nilai Rata-Rata 45
Niai Tertinggi 100
Nilai Terendah 30
Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa hasil tes pra siklus
dapat keterampilan membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02
belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya masih
dibawah (KKM=65). Diketahui , skor nilai < 65 frekuensinya ada 11 siswa (52%
dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas), dan nilai ≥ 65 frekuensinya ada 10
siswa (48% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan
siswa 21 dengan nilai rata-rata 45 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 30
Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi
membantu meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4 SD
Negeri Polobogo 02, tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar 3.
Gambar 3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Kondisi Pra Siklus
46%
48%
50%
52%
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
Pra Siklus 48% 52%
Pra Siklus
46
Gambar 3 dapat diketahui bahwa ketuntasan keterampilan membaca
nyaring siswa yang memiliki nilai kurang dari 65 ada 11 siswa atau 52%,
sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan
persentase 48%. Hal ini disebabkan karena cara guru dalam mengajar Bahasa
Indonesia masih menggunakan model konvensional, dimana metode ceramah
masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran. Juga karena kurangnya
memanfaatkan sumber pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran,
sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik yang berakibat siswa bosan, tidak
aktif, kurang memperhatikan pelajaran, dan malas mengerjakan tugas yang
diberikan guru pada saat pembelajaran berlangsung. selain itu siswa juga lebih
cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak
memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan
kondisi seperti pada Gambar 3 dengan ketuntasan hanya 48%, peneliti merancang
penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4 sesuai rencana yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan
model pembelajaran cooperative script yang akan diterapkan dalam dua siklus
dan setiap siklus memuat dua kali pertemuan.
4.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Melaksanakan tindakan diperlukan suatu persiapan skenario pembelajaran
atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media, lembar observasi terhadap
guru dan siswa, serta lembar penilaian terhadap kemampuan membaca nyaring
siswa. Adapun untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media
disesuaikan dengan tema kelas IV SD. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan tema
bacaan “Pengumuman ”, pertemuan ke-2 dengan tema bacaan “pantun”.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pelaksanaan masing-
masing pertemuan akan dijelaskan sebagai berikut.
47
Pertemuan I
Tindakan pada pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 14 April 2016, Tema
yang dipilih adalah “pengumuman”. Peneliti bertugas sebagai pengamat terhadap
proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.
Kegiatan Awal
a. Memberikan salam.
b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.
c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.
d. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa
Ayo siapa yang suka membaca, mungkin membaca komik, dongeng, atau
membaca Undang-Undang ketika upacara hari senin
e. Membangun pandangan awal tentang membaca
f. Setelah itu guru bertanya kepada siswa buku apa yang suka kalian baca
g. Membangun motivasi dengan cara menyadarkan bahwa pentingnya
membaca untuk menambahkan wawasan dan mengetahui informasi dalam
kehidupan sehari – hari.
h. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran serta langkah – langkah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Script.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Siswa dan guru melakukan proses tanya jawab tentang membaca untuk
menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan
disampaikan(membaca)
b. Siswa mendengarkan guru membacakan suatu pengumuman
c. Siswa mendengarkan guru menjelaskan cara membaca nyaring
d. Siswa diminta salah satu maju kedepan untuk mencoba membaca sebuah
sebuah pengumuman
e. Siswa diminta mendengarkan temannya yang membaca didepan.
48
Elaborasi
a. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku
b. Siswa mendengar aturan main
c. Guru membagikan wacana/ materi membaca pengumuman kepada setiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
d. Siswa dan guru menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
e. Siswa yang sebagai pendengar diminta untuk membacakan pengumuman
dengan lafal dan intonasi yang tepat sementara pendengar
menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi yang telah dibacakan oleh
temannya
f. Siswa diminta untuk bertukar peran dimana siswa yang pertama menjadi
pembicara ditukar menjadi pendengar dan siswa yang berperan sebagai
pendengar menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi dari bacaan yang telah
dibacakan oleh temannya
g. Siswa dan guru menyimpulkan materi.
Konfirmasi
a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca pengumuman
b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang
penting.
d. Siswa memcari contoh pengumuman dimana saja baik melalui koran,
majalah atau internet dirumah untuk mengetahui tentang jenis-jenis
pengumuman yang akan dibahas pada pertemuan kedua.
Penutup
a. Siswa dibimbing guru menyimpulkan isi cerita yang dibacanya.
b. Siswa diberi kesempatan bertanya.
c. Guru menutup pelajaran.
Pertemuan II
Tindakan pada pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2016, Tema
49
yang dipilih adalah tema bacaan “Pengumuman”. Peneliti bertugas sebagai
pengamat terhadap proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.
Kegiatan Awal
a. Memberikan salam.
b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.
c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.
d. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa
Ayo siapa yang suka membaca, mungkin membaca komik, dongeng,
atau membaca Undang-Undang ketika upacara hari senin
e. Membangun pandangan awal tentang membaca
f. Setelah itu guru bertanya kepada siswa buku apa yang suka kalian baca
g. Membangun motivasi dengan cara menyadarkan bahwa pentingnya
membaca untuk menambahkan wawasan dan mengetahui informasi
dalam kehidupan sehari – hari.
h. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran serta langkah – langkah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Script.
Eksplorasi
a. Siswa dan guru melakukan proses tanya jawab tentang membaca untuk
menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan disampaikan
(membaca)
b. Siswa mendengarkan guru membacakan sebuah pengumuman
c. Siswa mendengarkan guru menjelaskan cara membaca nyaring
d. Siswa diminta salah satu maju kedepan untuk mencoba membaca sebuah
pantun
e. Siswa diminta mendengarkan temannya yang membaca sebuah pantun
didepan.
Elaborasi
a. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku
b. Siswa mendengar aturan main
c. Guru membagikan wacana/ materi membaca sebuah pantun kepada
50
setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
d. Siswa dan guru menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagi pendengar
e. Siswa yang sebagai pendengar diminta untuk membacakan pengumuman
dengan lafal dan intonasi yang tepat sementara pendengar
menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi yang telah dibacakan oleh
temannya
f. Siswa diminta untuk bertukar peran dimana siswa yang pertama menjadi
pembicara ditukar menjadi pendengar dan siswa yang berperan sebagai
pendengar menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi dari bacaan yang
telah dibacakan oleh temannya
g. Siswa dan guru menyimpulkan materi
Konfirmasi
a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca sebuah
pengumuman
b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal
yang penting.
d. Siswa memcari contoh sebuah pengumuman dimana saja baik melalui
koran, majalah atau internet dirumah untuk mengetahui tentang jenis-
jenis pengumuman yang akan dibahas pada pertemuan kedua.
Penutup
a. Siswa dibimbing guru menyimpulkan isi sebuah pantun yang dibacanya.
b. Siswa diberi kesempatan bertanya.
c. Evaluasi
d. Guru menutup pelajaran.
3. Observasi Tindakan Siklus I
a. Kegiatan Guru
Pengamatan terhadap tindakan siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan
berlangsung. Observer, yaitu teman sejawat yang mengikuti keseluruhan proses
51
tindakan yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Polobogo 02. Pengamatan kami
bedakan menjadi dua, yaitu pengamatan terhadap hasil belajar berupa data
kuantitatif yang diperoleh dari skor hasil tes formatif siswa pada akhir tindakan
siklus 1 dan data kualitatif meliputi pengamatan aktifitas siswa dan guru selama
kegiatan siklus 1. Pengamatan terhadap hasil belajar ini dilakukan sendiri oleh
peneliti, sedangkan pengamatan terhadap proses aktifitas siswa dan guru
dilakukan oleh teman sejawat yaitu Eni Susanti, S.Pd.
Observasi terhadap guru pada saat menggunakan model pembelajaran
Cooperative Script dalam kegiatan pembelajaran membaca nyaring masih ada
langkah-langkah pembelajaran yang belum terlaksana sesuai dengan skenario
pembelajaran. Pada pertemuan I, guru belum optimal dalam membimbing pada
waktu siswa melakukan kerja kelompok dan diskusi dan mengoreksi jika ada
siswa yang mengalami kesalahan dalam membaca nyaring. Guru juga belum dapat
mengkondisikan kelas agar siswa menyimak temannya yang sedang mendapatkan
giliran membaca. Walaupun guru sudah memberi peringatan, masih ada beberapa
siswa yang jalan-jalan menghampiri temannya dan ada juga yang bercakap-cakap
dengan temannya.
b. Kegiatan Siswa
Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran
membaca nyaring menggunakan model pembelajaran Cooperative Script .
Secara umum, kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, masih ada
kegiatan pembelajaran yang kurang optimal. Pada kegiatan inti, siswa membaca
bacaan secara bergiliran di depan kelas. Berdasarkan pengamatan peneliti pada
pertemuan I, dan II, masih banyak siswa yang membaca tidak begitu
memperhatikan aspek-aspek membaca nyaring (ketepatan, lafal, intonasi,
kelancaran, kenyaringan) atau dengan kata lain masih terdapat kesalahan dalam
membaca. Semua siswa masih menunjukkan kekurangan pada setiap aspek
membaca nyaring. Secara umum, sebagian besar kekurangan siswa terletak pada
intonasi dan kenyaringan.
52
Setiap pertemuan, ada beberapa siswa yang tidak menyimak temannya
yang sedang mendapatkan giliran membaca. Ketika ada temannya yang
membaca di depan, beberapa siswa ada yang menghampiri temannya dan
bercakap-cakap dengan temannya. Akan tetapi, pada setiap pertemuan sudah
menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
4. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I
a. Solusi
Setelah dilaksanakan tindakan siklus I, dapat dilihat beberapa temuan baik
berasal dari siswa maupun dari guru.
Pertemuan Pertama, proses pembelajaran membaca nyaring menggunakan
model pembelajaran Cooperative Script semakin menarik sehingga membuat
siswa menjadi lebih senang belajar terutama ketika melakukan proses
pembelajaran membaca nyaring. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa dalam
melaksanakan dan merespon perintah guru ketika siswa sedang melakukan
pembelajaran membaca nyaring, menyimak guru saat membacakan bacaan dan
membaca teks narasinya secara klasikal setelah dibacakan oleh guru, memberikan
tanggapan atau komentar terhadap bacaan, menyimak temannya yang sedang
mendapatkan giliran membaca, merespon guru saat melakukan tanya jawab
tentang isi bacaan, dan menyimpulkan isi bacaan yang dibacanya. Walaupun
demikian, masih ada juga beberapa siswa yang masih belum begitu
memperhatikan jika ada temannya yang sedang membaca di depan kelas. Siswa
lebih cenderung asyik bercakap-cakap dengan temannya. Hal ini secara tidak
langsung akan membuat siswa tidak dapat membaca nyaring dengan baik, jika
terdapat kesalahan-kesalahan dalam membaca maka guru mengoreksi dan
membenarkannya. Jika siswa lain tidak memperhatikan temannya yang sedang
membaca di depan, maka siswa tersebut tidak mengetahui letak-letak kesalahan
dalam membaca nyaring.
Pertemuan Kedua, guru kurang membimbing dan membenarkan jika ada
siswa yang mengalami kesalahan dalam membaca nyaring. Guru kurang optimal
dalam membimbing siswa-siswanya. Hal ini terlihat pada saat siswa membaca
secara bergiliran di depan kelas. Terkadang guru tidak mengoreksi kesalahan-
53
kesalahan siswa dalam membaca. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
nilai membaca nyaring setelah diberikan tindakan menggunakan bacaan. Namun
demikian, masih banyak siswa yang membaca tidak begitu memperhatikan aspek-
aspek membaca nyaring (ketepatan, lafal, intonasi, kelancaran, kenyaringan) atau
dengan kata lain masih terdapat kesalahan dalam membaca. Semua siswa
masih menunjukkan kekurangan pada setiap aspek membaca nyaring.
Hasil observasi terhadap siswa pada saat membaca dapat ditemukan bahwa
masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan. Kesulitan- kesulitan tersebut
antara lain: a) ada beberapa siswa yang kurang lancar dalam membaca kata, b) ada
beberapa siswa yang ketika membaca kalimat, berhenti di tengah-tengah kalimat,
c) ada beberapa siswa yang ketika membaca kata, akhiran dari kata dasar tersebut
dihilangkan atau tidak dibaca, d) ada beberapa siswa yang ketika membaca ada
tanda baca titik (.), tidak berhenti tetapi langsung membaca kata selanjutnya tanpa
ada jeda, e) ada beberapa siswa yang salah dalam mengucapkan kata, f) ada
beberapa siswa yang menambahkan kata-kata tertentu yang tidak ada dalam teks
bacaan, g) ada beberapa siswa yang menghilangkan atau tidak membaca kata-kata
tertentu dalam teks bacaan, h) ada beberapa siswa yang membaca dengan intonasi
yang tidak tepat atau dengan kata lain tidak memperhatikan tanda baca, dan i) ada
beberapa siswa yang kurang nyaring dalam membaca.
Kekurangan yang ditemukan pada Siklus I, maka dapat diperbaiki pada
Siklus II. Hal-hal yang dapat dilakukan agar kekurangan pada Siklus I tidak
terjadi pada Siklus II adalah:
a) Guru pada awal pembelajaran menentukan dan mengecek sejauh mana
pemahaman siswa terhadap bacaan yang akan dibacakan oleh siswa.
b) Guru membimbing siswa dalam kegiatan membaca nyaring agar apa yang
menjadi hambatan siswa dalam melakukan kegiatan membaca nyaring
dapat diatasi.
c) Guru terlebih dahulu menjelaskan teknik-teknik membaca nyaring yang
benar sebelum memulai pembelajaran.
d) Guru akan mengoreksi kesalahan-kesalahan siswa saat membaca nyaring
dengan lebih memperhatikan tehnik membaca dan penggunaan model
54
pembelajaran cooperative script dengan benar.
e) Guru harus mengatur waktu dengan baik sesuai dengan memperhatikan
alokasi waktu.
4.2.1 Hasil Analisis Data Siklus I
Tindakan siklus I mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
nilai rerata pada kondisi awal. Peningkatan kemampuan membaca nyaring pada
siklus I sebesar 35, kondisi awal 45 meningkat menjadi 70. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel berikut. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam membaca
nyaring pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Keterangan Frekuensi Prosentase
Tidak Tuntas 6 29%
Tuntas 15 71%
Jumlah 21 100%
Nilai Rata-Rata 70
Niai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi ketuntasan keterampilan
membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 pada siklus I
pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam
belajarnya (KKM=65). Diketahui , skor nilai <65 frekuensinya ada 6 siswa (29%)
dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas), dan nilai ≥65 frekuensinya ada 15
siswa (71% )dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan
siswa 21 dengan nilai rata-rata 70 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60
Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi
membantu meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4 SD
Negeri Polobogo 02, tabel 4.2 dapat digambarkan dalam gambar 4.2.
55
Gambar 4 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Gambar 4. Pada kondisi siklus I diketahui bahwa ketuntasan keterampilan
membaca nyaring siswa yang memiliki nilai kurang dari 65 ada 6 siswa atau 29%,
sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa dengan
persentase 71%. Rendahnya hasil belajar keterampilan membaca nyaring
dipengaruhi oleh Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan
ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih
aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi
siswa dan hasil belajar keterampilan membaca nyaring juga tidak optimal selain
itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga
tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan
kondisi seperti pada gambar 4 dengan ketuntasan hanya 71%. Meskipun terjadi
peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I,
diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan
yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang
ditetapkan sekolah = 65. Dengan kata lain, dengan hasil ini diperlukan lagi
tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II.
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan Tindakan Siklus II
Melaksanakan tindakan diperlukan suatu persiapan skenario pembelajaran
atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi terhadap guru
dan siswa, serta lembar penilaian terhadap kemampuan membaca nyaring siswa.
0%
20%
40%
60%
80%
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
Siklus I 71% 29%
Siklus I
56
Adapun untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media disesuaikan
dengan tema kelas IV SD. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan tema bacaan
“Pantun ”, pertemuan ke-2 dengan tema bacaan “Pantun”.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pelaksanaan masing-
masing pertemuan akan dijelaskan sebagai berikut.
Pertemuan I
Tindakan pada pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016, Tema
yang dipilih adalah “ Pantun ”, Peneliti bertugas sebagai pengamat terhadap
proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.
Pendahuluan
a. Memberikan salam.
b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.
c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.
Apersepsi
a. Guru melakukan apersepsi dengan berpantun di depan kelas (rasa ingin
tahu)
b. Guru menanyakan siswa termasuk isi jenis pantun apakah yang baru kalian
dengarkan dengan permainan “snow ball throwing”
Eksplorasi
a. Siswa dan guru melakukan proses tanya jawab tentang membaca pantun.(
rasa ingin tahu)
b. Siswa mendengarkan guru menjelaskan pengertian pantun anak. (
perhatian dan rasa ingin tahu)
c. Siswa dan guru bertanya jawab menyebutkan jenis-jenis pantun dengan
permainan “snow ball throwing”.(perhatian dan disiplin)
Elaborasi
a. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku.
(menghargai)
b. Guru membagikan wacana/ materi membaca pantun kepada setiap siswa
untuk dibaca. (gemar membaca)
57
c. Siswa dan guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.(perhatian)
d. Siswa yang berperan sebagai pembicara membacakan jenis
e. pantun yang telah dibagikan dan siswa yang berperan sebagai pendengar
menyimak/mengoreksi.(gemar membaca)
f. Siswa kembali bertukar peran dimana siswa yang pertama berperan
sebagai pembicara menjadi sebagai pendengar.(menhargai)
g. Siswa dan guru menyimpulkan materi.(perhatian)
Konfirmasi
a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca pantun.(
perhatian)
b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas
(tanggung jawab)
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang
penting.(gemar membaca)
Penutup
a. Siswa diberi tugas membuat pantun dirumah
b. Guru menutup pelajaran.
Pertemuan II
Tindakan pada pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 21April 2016, Tema
yang dipilih adalah tema bacaan “Pantun”. Peneliti bertugas sebagai pengamat
terhadap proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.
Pendahuluan
a. Memberikan salam.
b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.
c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.
d. Apersepsi Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa Ayo siapa yang masih ingat mata pelajaran minggu lalu
tentang membaca pantun?(rasa ingin tahu)
e. Guru menanyakan siswa dengan permainan “snow ball throwing”
f. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(disiplin)
58
Eksplorasi
a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang jenis pantun yang diketahui.(rasa
ingin tahu)
b. Siswa dan guru membaca pantun anak secara berbalasan.(perhatian dan
gemar membaca)
c. Siswa diberi pertanyaan tentang isi pantun yang telah dibacakan dengan
permainan “Snow ball throwing”.(percaya diri)
Elaborasi
a. Siswa kembali ke kelompok yang telah dibagikan pada minggu
lalu.(menghargai)
b. Guru membagikan wacana/ materi membaca pantun kepada siswa untuk
dibaca serta membuat ringkasan.(disiplin)
c. Siswa dan guru menetapkan kembali siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.(tanggung jawab
dan jujur)
d. Siswa yang berperan sebagai pembicara dan pendengar membaca pantun
secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat. (rasa ingin tahu)
e. Siswa yang berperan sebagai pendengar diminta untuk
menyimak/mengoreksi. (perhatian)
f. Siswa kembali bertukar peran dimana siswa yang pertama berperan
sebagai pembicara menjadi sebagai pendengar. (menhargai)
g. Siswa mendengarkan guru dalam menekankan kembali tentang membaca
pantun.(disiplin)
h. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. (tanggung jawab dan
jujur)
i. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
(menghargai dan perhatian)
Konfirmasi
a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca pantun.
(peduli sosial)
b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas dengan
59
menunjukan siswa menggunakan “snow ball throwing”. (tanggung
jawab)
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang
penting tentang pantun. (gemar membaca)
Penutup
a. Siswa diberi tugas membuat pantun dirumah
b. Siswa diberi evaluasi dari pelajaran yang telah di pelajari. (menghargai)
c. Guru menutup pelajaran.
Observasi Tindakan Siklus II
Kegiatan Guru
Observasi terhadap guru dilakukanoleh peneliti saat pembelajaran membaca
nyaring menggunakan model pembelajaran Cooperative Script Secara umum,
pelaksanaan pembelajaran oleh guru sudah sesuai dengan skenario pembelajaran
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), langkah-langkah pembelajaran
yang sudah terlaksana sesuai dengan skenario pembelajaran. Pada pertemuan I,
guru sudah membimbing pada waktu siswa melakukan kerja kelompok dan
diskusi dan mengoreksi jika ada siswa yang mengalami kesalahan dalam
membaca nyaring. Guru sudah mengkondisikan kelas agar siswa menyimak
temannya yang sedang mendapatkan giliran membaca. guru melakukan tanya
jawab kepada siswa tentang isi bacaan dan juga membimbing siswa
menyimpulkan yang dibacanya. Pada pertemuan II, guru sudah optimal dalam
membimbing dan mengoreksi jika ada siswa yang mengalami kesalahan dalam
membaca nyaring. Guru sudah mengkondisikan kelas agar siswa menyimak
temannya yang sedang mendapatkan giliran membaca. pada pertemuan II sudah
lebih baik apabila dibandingkan dengan pertemuan I.
Kegiatan Siswa
Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran membaca
nyaring menggunakan model pembelajaran Cooperative Script . Secara umum,
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, Pada kegiatan inti, siswa
membaca pantun secara berpasangan di depan kelas. Berdasarkan pengamatan
peneliti pada pertemuan I, dan II, masih banyak siswa yang membaca telah
60
memperhatikan aspek-aspek membaca nyaring (ketepatan, lafal, intonasi,
kelancaran, kenyaringan). Sebagian besar siswa menunjukkan keterampilannya
membaca pada setiap aspek membaca nyaring. Setiap pertemuan, siswa sudah
menyimak pada saat temannya yang sedang mendapatkan giliran membaca.
Ketika ada temannya yang membaca di depan, siswa tidak ada lagi yang
menghampiri temannya dan bercakap-cakap dengan temannya. Setiap pertemuan
sudah menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya.
Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus II
Solusi
Setelah dilaksanakan tindakan siklus II, dapat dilihat beberapa temuan baik
berasal dari siswa maupun dari guru.
Proses pembelajaran pada pertemuan pertama ketuntasan membaca nyaring
dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script semakin
meningkat. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan siswa dalam melaksanakan
dan merespon perintah guru, menyimak guru saat membacakan bacaan dan
membaca teks narasinya secara klasikal setelah dibacakan oleh guru,
memberikan tanggapan atau komentar terhadap bacaan, tokoh, atau yang
lainnya, menyimak/mengoreksi temannya yang sedang mendapatkan giliran
membaca, saling berbagi dan belajar bersama pasangannya, merespon guru saat
melakukan tanya jawab tentang isi bacaan, dan menyimpulkan isi bacaan yang
dibacanya. Hal ini dikarenakan pada saat ada siswa yang membaca di depan
kelas, jika terdapat kesalahan-kesalahan dalam membaca maka guru
mengoreksi. siswa lain memperhatikan temannya yang sedang membaca di
depan, maka siswa tersebut akan mengetahui letak-letak kesalahan dalam
membaca nyaring.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua, guru sudah membimbing dan
mengoreksi jika ada siswa yang mengalami kesalahan dalam membaca nyaring.
Guru sudah optimal dalam membimbing siswa-siswanya. Hal ini terlihat pada
saat siswa membaca secara bergiliran di depan kelas. Guru mengoreksi
kesalahan-kesalahan siswa dalam membaca. Kemampuan membaca nyaring
61
siswa semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai
membaca nyaring setelah diberikan tindakan menggunakan bacaan. siswa yang
membaca sudah memperhatikan aspek- aspek membaca nyaring (ketepatan,
lafal, intonasi, kelancaran, kenyaringan). Semua siswa telah menunjukkan pada
setiap aspek membaca nyaring.
Revisi
Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan model
pembelajaran cooperative script pada siklus II pertemuan pertama sudah baik
sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan
yang direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2
siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran cooperative script sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif
dan siswa tidak ramai sendiri. Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah
dapat dikatakan berhasil, yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil
ketuntasan belajar siswa yaitu 19 siswa atau 90% siswa tuntas. Dapat disimpulkan
pembelajaran yang dilakukan dalam penerapan model pembelajaran cooperative
script pada siklus 2 telah berhasil dengan baik.
4.3.1 Hasil Analisis Data Siklus II
Pada tindakan siklus II mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
nilai rerata pada siklus I. Peningkatan kemampuan membaca nyaring pada siklus
II sebesar 16, siklus I 70 meningkat menjadi 86. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
berikut. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam membaca nyaring pada
siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Membaca Nyaring Siswa Siklus II
Keterangan Frekuensi Prosentase
Tuntas 19 90%
Tidak tuntas 2 10%
Jumlah 21 100%
Nilai Rata-Rata 86
Niai Tertinggi 100
Nilai Terendah 60
62
Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi ketuntasan keterampilan
membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 pada siklus II
pembelajaran sudah efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam
belajarnya (KKM=65). Diketahui, skor nilai <65 frekuensinya ada 2 siswa (10%)
dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas), dan nilai ≥65 frekuensinya ada 19
siswa (90% ) dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan
siswa 21 dengan nilai rata-rata 86 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan dalam gambar 5.
Gambar 5 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II
Gambar 5 dapat diketahui bahwa frekuensi ketuntasan membaca nyaring
bahwa ketuntasan belajar siswa yang memiliki nilai kurang dari 65 ada 2 siswa
atau 10%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 19
siswa dengan persentase 90%. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah
sesuai dengan langkah langkah model pembelajaran cooperative script dan dalam
pemberian tugas siswa sudah berinteraksi dengan baik yang membuat siswa lebih
aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga tidak lagi menimbulkan
kebosanan bagi siswa dan hasil belajar keterampilan membaca nyaring sudah
optimal. Serta siswa telah memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi
yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 5 dengan ketuntasan hanya
90%.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
Siklus I 90% 10%
Siklus II
63
Uraian diatas peneliti dan guru kelas 4 SDN Polobogo 02 menyimpulkan
hasil refleksi pada siklus 2. peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah
diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum
memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas
belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 65. Dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative script pada siklus 2 sudah terlaksana secara
optimal. Penggunaan model pembelajaran cooperative script dapat menigkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Hasil refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang bersangkutan membuat
kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2.
4.4 Analisis Diskriptif Kompratif
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
Membandingkan ketuntasan belajar Pra Siklus dengan setelah tindakan pada
siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model pembelajaran
cooperative script memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar
siswa pada kegiatan keterampilan membaca nyaring. Berikut ini disajikan dalam
Tabel 4.4 perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dan setelah
tindakan pada siklus I.
Tabel 4. 4
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Keterampilan Membaca Nyaring Pra
Siklus dengan Siklus I
Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun
persentase ketuntasan belajar siswa. Jika Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar
adalah 10 siswa (48%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1
F % F %
1 Tidak Tuntas 11 52% 6 29%
2 Tuntas 10 48% 15 71%
Jumlah 21 100% 21 100%
Nilai Rata-Rata 45 70
Niai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 30 60
64
diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 15 siswa
(71%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi
peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (24%). Jumlah siswa
yang belum tuntas sebelum tindakan adalah 11 siswa (52%) dan berkurang setelah
diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (29%). Hasil ini memberikan
gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa
(24%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 6 perbandingan jumlah ketuntasan
belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.
Gambar 6 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
Gambar 6 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar dengan
perolehan nilai ≥ 65 pada pra siklus adalah 10 siswa (48%), dan siswa yang
belum tuntas belajar dengan perolehan nilai < 65 pada siklus I adalah 15 siswa
(71%). Membandingkan ketuntasan belajar siklus I dengan setelah tindakan pada
siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model pembelajaran
cooperative script memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar
siswa pada kegiatan keterampilan membaca nyaring.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
Tuntas Belum Tuntas
Pra Siklus 48% 58%
Siklus I 71% 29%
65
Tabel 4. 5
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Keterampilan Membaca Nyaring Siklus I
dan Siklus II
Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun
persentase ketuntasan belajar siswa. Jika Siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah
15 siswa (71%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan
tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 19 siswa (90%) dari
total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan
jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (19%). Jumlah siswa yang belum
tuntas Siklus I adalah 6 siswa (29%) dan berkurang setelah diberikan tindakan
pada siklus II menjadi 2 siswa (10%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa
terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa (19%). Berikut
ini disajikan dalam Gambar 7 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa
Siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.
Gambar 7 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
Tuntas Belum Tuntas
Siklus I 71% 29%
Siklus II 90% 10%
No Ketuntasan Siklus I Siklus II
F % F %
1 Tidak Tuntas 6 29% 2 10%
2 Tuntas 15 71% 19 90%
Jumlah 21 100% 21 100%
Nilai Rata-Rata 70 86 Niai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 60 60
66
Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada
keterampilan membaca nyaring kelas 4 siklus I menunjukkan bahwa siswa yang
tuntas sebanyak 15 siswa (71%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa
(29%). Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa
(90%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa (10%).
4.5 Pembahasan
4.5.1 Analisis Deskriftif Komparatif Hasil Penelitian
Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah
tindakan pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model
pembelajaran cooperative script, memberikan pengaruh dalam meningkatkan
ketuntasan belajar siswa pada kegiatan keterampilan membaca nyaring. Berikut
ini disajikan dalam Tabel 4.6 perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum
tindakan dan setelah tindakan pada siklus II.
Tabel 4. 6
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Membaca Nyaring Siswa
Kelas 4 SDN Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra
Siklus sampai ke Siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang
tuntas belajar adalah 11 siswa (52%), pada siklus I menjadi 15 siswa (29%) dan
pada siklus II menjadi 19 siswa (90%). Sedangkan siswa yang belum tuntas
jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 10 siswa (48%) belum tuntas,
pada siklus I masih 6 siswa (29%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 2
siswa (10%). Nilai tertinggi siswa pada pra siklus 100, siklus I tetap 100 pada
siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah pra siklus 30, siklus I 60 dan
No Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
F % F % F %
1 Tuntas 10 48% 15 71% 19 90%
2 Tidak tuntas 11 52% 6 29% 2 10%
Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%
Nilai Rata-Rata 45 70 86
Niai Tertinggi 100 100 100
Nilai Terendah 30 60 60
67
siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga
mengalami peningkatan dari pra siklus 30 menjadi 60 ke siklus I atau naik
sebesar 30 dan pada siklus II menjadi 60 atau naik sebesar 0. Selanjutnya untuk
memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari
prasiklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.10
perbandingan jumlah ketuntasan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata
belajar siswa Pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.
Gambar 8 Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Gambar 9 Perbandingan Ketuntasan Belajar Keterampilan Membaca
Nyaring Pra Siklus, Siklus I dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I Siklus II
11 15 19
30
6 2
45
70
86
Nilai tuntas Nilai tidak tuntas Nilai rata-rata
0
20
40
60
80
100
Nilai terendah Nilai tertinggi
30
100
60
100
60
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
68
Gambar 10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Keterampilan Membaca
Nyaring Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Gambar 10 di atas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah
persentase ketuntasan belajar siswa. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam
keterampilan membaca nyaring terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum
diadakan tindakan yang tuntas hanya 11 siswa atau 52% Jika siklus I, siswa yang
tuntas belajar adalah 15 siswa (71%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan
setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 19
siswa (90%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa
terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (24%). Jumlah
siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (48%) dan berkurang setelah
diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (10%). Hasil ini memberikan
gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa
(19%).
Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus
II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan
yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang
ditetapkan sekolah = 65.
Pembelajaran ini menuntut siswa untuk bisa bekerjasama dengan teman
kelompok pasangan sebangkunya dan menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas 52% 71% 90%
Tidak tuntas 48% 29% 10%
69
materi sendirian sehingga mengajak siswa untuk bekerja sama dalam kelompok
pasangannya dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk menjawab
pertanyaan. Sehingga tugas guru dalam pembelajaran ini bukan sebagai
pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran
pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok berpasangan sehingga akan
dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok tersebut. Setelah itu,
siswa juga diminta untuk membaca di depan kelas dan kelompok lain memberikan
komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam model pembelajaran cooperative
script menjadi kurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru
selalu berusaha mengoptimalkan interaksi. Pada akhir pembelajaran guru
memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan.
Hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas pra siklus adalah 11 siswa
(52%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah
ketuntasan siswa menjadi 15 siswa (71%). Setelah diberikan tindakan pada siklus
II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 19 siswa (90%). Siswa
yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 10 siswa (48%). Setelah
diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 6 siswa (29%). Setelah
dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 2 siswa (10%) yang belum
tuntas.
Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika
pembelajaran maka dapat diketahui bahwa dua siswa tersebut dalam pembelajaran
sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan
menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap
2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal
maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta
untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah
dengan bimbingan orang tua, teman, ataupun orang yang dianggap dapat
memberikan bimbingan. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut
70
digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai
kriteria ketuntasan minimal.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, diantaranya adalah: (1) Menggunakan ucapan yang tepat, (2)
menggunakan frase yang tepat, (3) Menggunakan intonasi suara yang wajar, (4)
Dalam posisi sikap yang baik, (5) Menguasai tanda-tanda baca, (6) Membaca
dengan terang dan jelas, (7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, (8)
membaca dengan tidak terbata-bata, (9) Mengerti serta memahami bahan bacaan
yang dibacanya, (10) Kecepatan tergantung dari bahan bacaan yang dibacanya,
(11) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, (12) Membaca
dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri ( Muliastuti dan Sulastri, 2009: 9).
Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca nyaring adalah berbagai kecakapan berbahasa dalam melisankan atau
menyuarakan kalimat dalam bacaan dengan intonasi dan jeda yang tepat agar
mudah kepada pembaca dan pendengar menangkap pesan/informasi bacaan.
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan
nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi
bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan
suara nyaring lambing-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus
mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang
terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan
secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya.
Tujuan akhir yang diharapkan dari membaca nyaring adalah kefasihan:
mampu menggunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak
terbata-bata, membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan,
membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat. Membaca dalam
hati merupakan kegiatan pembaca untuk menyandikan dan memahami lambang-
lambang bunyi bahasa tanpa mengeluarkan suara.
Penggunaan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan
keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4 SDN polobogo 02 , berhasil
dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar, menerapkan model
71
pembelajaran cooperative script, dalam pembelajaran keterampilan membaca
nyaring juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I, kinerja
guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada
siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan
perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran cooperative script, masuk dalam kategori baik
sekali. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Delita
(2010) Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran
Cooperative Script Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN
Mangunsari 01 Salatiga selanjutnya Wati (2013) Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Cooperative Script Analisis
data menggunakan kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, penelitian tindakan yang
dilakukan oleh Ni Ketut Suryani (2013) Pengaruh Model Pembelajaran
Cooperative Script Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Ditinjau Dari Motivasi
Berprestasi Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Amlapura.
Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga
mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran cooperative script
menurut menurut Spurlin, (2007) menyatakan bahwa, cooperative script dapat
mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari
materi yang tidak dipelajarinya menurut Danserau, (2007) menyatakan bahwa
pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa
dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri
selanjutnya menurut menurut Kurniasih, (2015:120) menyatakan model
pembelajaran script cooperative merupakan model pembelajaran berpasang-
pasangan dan masing-masing individu dalam pasangan yang ada mengintisarikan
materi-materi yang telah dipelajari. Model pembelajaran cooperative script adalah
model pembelajaran berpijak pada paham konstruktivisme, pada pembelajaran ini
terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi.
Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada
interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide
72
pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan,
membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi
dominan siswa dengan siswa. dengan demikian terbukti bahwa model
pembelajaran cooperative script, ini dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar
siswa pada keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4SDN polobogo 02
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Semester II Tahun Pelajaran
2015/2016.