BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

29
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Pembelajaran keterampilan membaca nyaring khususnya di kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 kondisi pra siklus, KD 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. Guru tidak melakukan apersepsi dan tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, tetapi guru hanya mengecek kehadiran siswa. Dalam kegiatan inti, pembelajaran yang berlangsung tidak mengacu pada perencanaan, tidak ada kegiatan yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran cooperative script . Siswa melakukan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bentuk kegiatan kelompok, namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan secara bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam kelompok. Yang nampak menonjol hanyalah ceramah guru, siswa melaksanakan tugas dari guru, misalnya mencatat dan membaca materi. Selama pembelajaran berlangsung, keterlibatan siswa dalam belajar masih kurang. Saat guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, siswa yang duduk di belakang lebih sibuk berbicara dengan temannya. Guru mendominasi proses belajar mengajar sehingga hasil siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi rendah. 4.1.2 Diskripsi Kondisi Pra Siklus Observasi hasil belajar kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 sebelum dilaksanakan penelitian pada awal Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut berdampak pada perolehan skor ulangan harian siswa. Setiap tes formatif banyak siswa yang perolehan skornya di bawah KKM yang ditetapkan sebesar 65 sehingga banyak siswa yang mengikuti program

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Polobogo 02 Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang. Pembelajaran keterampilan membaca nyaring khususnya

di kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 kondisi pra siklus, KD 7.2 Membaca nyaring

suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. Guru tidak melakukan

apersepsi dan tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, tetapi guru hanya

mengecek kehadiran siswa. Dalam kegiatan inti, pembelajaran yang berlangsung

tidak mengacu pada perencanaan, tidak ada kegiatan yang mengarah pada

langkah-langkah model pembelajaran cooperative script. Siswa melakukan

kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bentuk kegiatan kelompok,

namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan secara

bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam

kelompok. Yang nampak menonjol hanyalah ceramah guru, siswa melaksanakan

tugas dari guru, misalnya mencatat dan membaca materi. Selama pembelajaran

berlangsung, keterlibatan siswa dalam belajar masih kurang. Saat guru

menjelaskan materi pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari

guru, siswa yang duduk di belakang lebih sibuk berbicara dengan temannya. Guru

mendominasi proses belajar mengajar sehingga hasil siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia menjadi rendah.

4.1.2 Diskripsi Kondisi Pra Siklus

Observasi hasil belajar kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 sebelum

dilaksanakan penelitian pada awal Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016, banyak

siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut berdampak pada perolehan skor ulangan

harian siswa. Setiap tes formatif banyak siswa yang perolehan skornya di bawah

KKM yang ditetapkan sebesar 65 sehingga banyak siswa yang mengikuti program

45

remedial. Hasil ulangan harian sebelum diadakan tindakan penelitian dapat dilihat

pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar Pra Siklus

Keterangan Frekuensi Prosentase

Tidak Tuntas 11 52%

Tuntas 10 48%

Jumlah 21 100%

Nilai Rata-Rata 45

Niai Tertinggi 100

Nilai Terendah 30

Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa hasil tes pra siklus

dapat keterampilan membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02

belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya masih

dibawah (KKM=65). Diketahui , skor nilai < 65 frekuensinya ada 11 siswa (52%

dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas), dan nilai ≥ 65 frekuensinya ada 10

siswa (48% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan

siswa 21 dengan nilai rata-rata 45 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 30

Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi

membantu meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4 SD

Negeri Polobogo 02, tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar 3.

Gambar 3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Kondisi Pra Siklus

46%

48%

50%

52%

Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

Pra Siklus 48% 52%

Pra Siklus

46

Gambar 3 dapat diketahui bahwa ketuntasan keterampilan membaca

nyaring siswa yang memiliki nilai kurang dari 65 ada 11 siswa atau 52%,

sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan

persentase 48%. Hal ini disebabkan karena cara guru dalam mengajar Bahasa

Indonesia masih menggunakan model konvensional, dimana metode ceramah

masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran. Juga karena kurangnya

memanfaatkan sumber pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran,

sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik yang berakibat siswa bosan, tidak

aktif, kurang memperhatikan pelajaran, dan malas mengerjakan tugas yang

diberikan guru pada saat pembelajaran berlangsung. selain itu siswa juga lebih

cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak

memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan

kondisi seperti pada Gambar 3 dengan ketuntasan hanya 48%, peneliti merancang

penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4 sesuai rencana yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan

model pembelajaran cooperative script yang akan diterapkan dalam dua siklus

dan setiap siklus memuat dua kali pertemuan.

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

Melaksanakan tindakan diperlukan suatu persiapan skenario pembelajaran

atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media, lembar observasi terhadap

guru dan siswa, serta lembar penilaian terhadap kemampuan membaca nyaring

siswa. Adapun untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media

disesuaikan dengan tema kelas IV SD. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan tema

bacaan “Pengumuman ”, pertemuan ke-2 dengan tema bacaan “pantun”.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pelaksanaan masing-

masing pertemuan akan dijelaskan sebagai berikut.

47

Pertemuan I

Tindakan pada pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 14 April 2016, Tema

yang dipilih adalah “pengumuman”. Peneliti bertugas sebagai pengamat terhadap

proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.

Kegiatan Awal

a. Memberikan salam.

b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.

c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.

d. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa

Ayo siapa yang suka membaca, mungkin membaca komik, dongeng, atau

membaca Undang-Undang ketika upacara hari senin

e. Membangun pandangan awal tentang membaca

f. Setelah itu guru bertanya kepada siswa buku apa yang suka kalian baca

g. Membangun motivasi dengan cara menyadarkan bahwa pentingnya

membaca untuk menambahkan wawasan dan mengetahui informasi dalam

kehidupan sehari – hari.

h. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran serta langkah – langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

Script.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

a. Siswa dan guru melakukan proses tanya jawab tentang membaca untuk

menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan

disampaikan(membaca)

b. Siswa mendengarkan guru membacakan suatu pengumuman

c. Siswa mendengarkan guru menjelaskan cara membaca nyaring

d. Siswa diminta salah satu maju kedepan untuk mencoba membaca sebuah

sebuah pengumuman

e. Siswa diminta mendengarkan temannya yang membaca didepan.

48

Elaborasi

a. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku

b. Siswa mendengar aturan main

c. Guru membagikan wacana/ materi membaca pengumuman kepada setiap

siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

d. Siswa dan guru menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan

siapa yang berperan sebagai pendengar

e. Siswa yang sebagai pendengar diminta untuk membacakan pengumuman

dengan lafal dan intonasi yang tepat sementara pendengar

menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi yang telah dibacakan oleh

temannya

f. Siswa diminta untuk bertukar peran dimana siswa yang pertama menjadi

pembicara ditukar menjadi pendengar dan siswa yang berperan sebagai

pendengar menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi dari bacaan yang telah

dibacakan oleh temannya

g. Siswa dan guru menyimpulkan materi.

Konfirmasi

a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca pengumuman

b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang

penting.

d. Siswa memcari contoh pengumuman dimana saja baik melalui koran,

majalah atau internet dirumah untuk mengetahui tentang jenis-jenis

pengumuman yang akan dibahas pada pertemuan kedua.

Penutup

a. Siswa dibimbing guru menyimpulkan isi cerita yang dibacanya.

b. Siswa diberi kesempatan bertanya.

c. Guru menutup pelajaran.

Pertemuan II

Tindakan pada pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2016, Tema

49

yang dipilih adalah tema bacaan “Pengumuman”. Peneliti bertugas sebagai

pengamat terhadap proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.

Kegiatan Awal

a. Memberikan salam.

b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.

c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.

d. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa

Ayo siapa yang suka membaca, mungkin membaca komik, dongeng,

atau membaca Undang-Undang ketika upacara hari senin

e. Membangun pandangan awal tentang membaca

f. Setelah itu guru bertanya kepada siswa buku apa yang suka kalian baca

g. Membangun motivasi dengan cara menyadarkan bahwa pentingnya

membaca untuk menambahkan wawasan dan mengetahui informasi

dalam kehidupan sehari – hari.

h. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran serta langkah – langkah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

Script.

Eksplorasi

a. Siswa dan guru melakukan proses tanya jawab tentang membaca untuk

menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan disampaikan

(membaca)

b. Siswa mendengarkan guru membacakan sebuah pengumuman

c. Siswa mendengarkan guru menjelaskan cara membaca nyaring

d. Siswa diminta salah satu maju kedepan untuk mencoba membaca sebuah

pantun

e. Siswa diminta mendengarkan temannya yang membaca sebuah pantun

didepan.

Elaborasi

a. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku

b. Siswa mendengar aturan main

c. Guru membagikan wacana/ materi membaca sebuah pantun kepada

50

setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

d. Siswa dan guru menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan

siapa yang berperan sebagi pendengar

e. Siswa yang sebagai pendengar diminta untuk membacakan pengumuman

dengan lafal dan intonasi yang tepat sementara pendengar

menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi yang telah dibacakan oleh

temannya

f. Siswa diminta untuk bertukar peran dimana siswa yang pertama menjadi

pembicara ditukar menjadi pendengar dan siswa yang berperan sebagai

pendengar menyimak/mengoreksi lafal dan intonasi dari bacaan yang

telah dibacakan oleh temannya

g. Siswa dan guru menyimpulkan materi

Konfirmasi

a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca sebuah

pengumuman

b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal

yang penting.

d. Siswa memcari contoh sebuah pengumuman dimana saja baik melalui

koran, majalah atau internet dirumah untuk mengetahui tentang jenis-

jenis pengumuman yang akan dibahas pada pertemuan kedua.

Penutup

a. Siswa dibimbing guru menyimpulkan isi sebuah pantun yang dibacanya.

b. Siswa diberi kesempatan bertanya.

c. Evaluasi

d. Guru menutup pelajaran.

3. Observasi Tindakan Siklus I

a. Kegiatan Guru

Pengamatan terhadap tindakan siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan

berlangsung. Observer, yaitu teman sejawat yang mengikuti keseluruhan proses

51

tindakan yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Polobogo 02. Pengamatan kami

bedakan menjadi dua, yaitu pengamatan terhadap hasil belajar berupa data

kuantitatif yang diperoleh dari skor hasil tes formatif siswa pada akhir tindakan

siklus 1 dan data kualitatif meliputi pengamatan aktifitas siswa dan guru selama

kegiatan siklus 1. Pengamatan terhadap hasil belajar ini dilakukan sendiri oleh

peneliti, sedangkan pengamatan terhadap proses aktifitas siswa dan guru

dilakukan oleh teman sejawat yaitu Eni Susanti, S.Pd.

Observasi terhadap guru pada saat menggunakan model pembelajaran

Cooperative Script dalam kegiatan pembelajaran membaca nyaring masih ada

langkah-langkah pembelajaran yang belum terlaksana sesuai dengan skenario

pembelajaran. Pada pertemuan I, guru belum optimal dalam membimbing pada

waktu siswa melakukan kerja kelompok dan diskusi dan mengoreksi jika ada

siswa yang mengalami kesalahan dalam membaca nyaring. Guru juga belum dapat

mengkondisikan kelas agar siswa menyimak temannya yang sedang mendapatkan

giliran membaca. Walaupun guru sudah memberi peringatan, masih ada beberapa

siswa yang jalan-jalan menghampiri temannya dan ada juga yang bercakap-cakap

dengan temannya.

b. Kegiatan Siswa

Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran

membaca nyaring menggunakan model pembelajaran Cooperative Script .

Secara umum, kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, masih ada

kegiatan pembelajaran yang kurang optimal. Pada kegiatan inti, siswa membaca

bacaan secara bergiliran di depan kelas. Berdasarkan pengamatan peneliti pada

pertemuan I, dan II, masih banyak siswa yang membaca tidak begitu

memperhatikan aspek-aspek membaca nyaring (ketepatan, lafal, intonasi,

kelancaran, kenyaringan) atau dengan kata lain masih terdapat kesalahan dalam

membaca. Semua siswa masih menunjukkan kekurangan pada setiap aspek

membaca nyaring. Secara umum, sebagian besar kekurangan siswa terletak pada

intonasi dan kenyaringan.

52

Setiap pertemuan, ada beberapa siswa yang tidak menyimak temannya

yang sedang mendapatkan giliran membaca. Ketika ada temannya yang

membaca di depan, beberapa siswa ada yang menghampiri temannya dan

bercakap-cakap dengan temannya. Akan tetapi, pada setiap pertemuan sudah

menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.

4. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I

a. Solusi

Setelah dilaksanakan tindakan siklus I, dapat dilihat beberapa temuan baik

berasal dari siswa maupun dari guru.

Pertemuan Pertama, proses pembelajaran membaca nyaring menggunakan

model pembelajaran Cooperative Script semakin menarik sehingga membuat

siswa menjadi lebih senang belajar terutama ketika melakukan proses

pembelajaran membaca nyaring. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa dalam

melaksanakan dan merespon perintah guru ketika siswa sedang melakukan

pembelajaran membaca nyaring, menyimak guru saat membacakan bacaan dan

membaca teks narasinya secara klasikal setelah dibacakan oleh guru, memberikan

tanggapan atau komentar terhadap bacaan, menyimak temannya yang sedang

mendapatkan giliran membaca, merespon guru saat melakukan tanya jawab

tentang isi bacaan, dan menyimpulkan isi bacaan yang dibacanya. Walaupun

demikian, masih ada juga beberapa siswa yang masih belum begitu

memperhatikan jika ada temannya yang sedang membaca di depan kelas. Siswa

lebih cenderung asyik bercakap-cakap dengan temannya. Hal ini secara tidak

langsung akan membuat siswa tidak dapat membaca nyaring dengan baik, jika

terdapat kesalahan-kesalahan dalam membaca maka guru mengoreksi dan

membenarkannya. Jika siswa lain tidak memperhatikan temannya yang sedang

membaca di depan, maka siswa tersebut tidak mengetahui letak-letak kesalahan

dalam membaca nyaring.

Pertemuan Kedua, guru kurang membimbing dan membenarkan jika ada

siswa yang mengalami kesalahan dalam membaca nyaring. Guru kurang optimal

dalam membimbing siswa-siswanya. Hal ini terlihat pada saat siswa membaca

secara bergiliran di depan kelas. Terkadang guru tidak mengoreksi kesalahan-

53

kesalahan siswa dalam membaca. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan

nilai membaca nyaring setelah diberikan tindakan menggunakan bacaan. Namun

demikian, masih banyak siswa yang membaca tidak begitu memperhatikan aspek-

aspek membaca nyaring (ketepatan, lafal, intonasi, kelancaran, kenyaringan) atau

dengan kata lain masih terdapat kesalahan dalam membaca. Semua siswa

masih menunjukkan kekurangan pada setiap aspek membaca nyaring.

Hasil observasi terhadap siswa pada saat membaca dapat ditemukan bahwa

masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan. Kesulitan- kesulitan tersebut

antara lain: a) ada beberapa siswa yang kurang lancar dalam membaca kata, b) ada

beberapa siswa yang ketika membaca kalimat, berhenti di tengah-tengah kalimat,

c) ada beberapa siswa yang ketika membaca kata, akhiran dari kata dasar tersebut

dihilangkan atau tidak dibaca, d) ada beberapa siswa yang ketika membaca ada

tanda baca titik (.), tidak berhenti tetapi langsung membaca kata selanjutnya tanpa

ada jeda, e) ada beberapa siswa yang salah dalam mengucapkan kata, f) ada

beberapa siswa yang menambahkan kata-kata tertentu yang tidak ada dalam teks

bacaan, g) ada beberapa siswa yang menghilangkan atau tidak membaca kata-kata

tertentu dalam teks bacaan, h) ada beberapa siswa yang membaca dengan intonasi

yang tidak tepat atau dengan kata lain tidak memperhatikan tanda baca, dan i) ada

beberapa siswa yang kurang nyaring dalam membaca.

Kekurangan yang ditemukan pada Siklus I, maka dapat diperbaiki pada

Siklus II. Hal-hal yang dapat dilakukan agar kekurangan pada Siklus I tidak

terjadi pada Siklus II adalah:

a) Guru pada awal pembelajaran menentukan dan mengecek sejauh mana

pemahaman siswa terhadap bacaan yang akan dibacakan oleh siswa.

b) Guru membimbing siswa dalam kegiatan membaca nyaring agar apa yang

menjadi hambatan siswa dalam melakukan kegiatan membaca nyaring

dapat diatasi.

c) Guru terlebih dahulu menjelaskan teknik-teknik membaca nyaring yang

benar sebelum memulai pembelajaran.

d) Guru akan mengoreksi kesalahan-kesalahan siswa saat membaca nyaring

dengan lebih memperhatikan tehnik membaca dan penggunaan model

54

pembelajaran cooperative script dengan benar.

e) Guru harus mengatur waktu dengan baik sesuai dengan memperhatikan

alokasi waktu.

4.2.1 Hasil Analisis Data Siklus I

Tindakan siklus I mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan

nilai rerata pada kondisi awal. Peningkatan kemampuan membaca nyaring pada

siklus I sebesar 35, kondisi awal 45 meningkat menjadi 70. Untuk lebih jelasnya

lihat tabel berikut. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam membaca

nyaring pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I

Keterangan Frekuensi Prosentase

Tidak Tuntas 6 29%

Tuntas 15 71%

Jumlah 21 100%

Nilai Rata-Rata 70

Niai Tertinggi 100

Nilai Terendah 60

Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi ketuntasan keterampilan

membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 pada siklus I

pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam

belajarnya (KKM=65). Diketahui , skor nilai <65 frekuensinya ada 6 siswa (29%)

dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas), dan nilai ≥65 frekuensinya ada 15

siswa (71% )dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan

siswa 21 dengan nilai rata-rata 70 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60

Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi

membantu meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4 SD

Negeri Polobogo 02, tabel 4.2 dapat digambarkan dalam gambar 4.2.

55

Gambar 4 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I

Gambar 4. Pada kondisi siklus I diketahui bahwa ketuntasan keterampilan

membaca nyaring siswa yang memiliki nilai kurang dari 65 ada 6 siswa atau 29%,

sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa dengan

persentase 71%. Rendahnya hasil belajar keterampilan membaca nyaring

dipengaruhi oleh Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan

ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih

aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi

siswa dan hasil belajar keterampilan membaca nyaring juga tidak optimal selain

itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga

tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan

kondisi seperti pada gambar 4 dengan ketuntasan hanya 71%. Meskipun terjadi

peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I,

diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan

yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang

ditetapkan sekolah = 65. Dengan kata lain, dengan hasil ini diperlukan lagi

tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Perencanaan Tindakan Siklus II

Melaksanakan tindakan diperlukan suatu persiapan skenario pembelajaran

atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi terhadap guru

dan siswa, serta lembar penilaian terhadap kemampuan membaca nyaring siswa.

0%

20%

40%

60%

80%

Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 71% 29%

Siklus I

56

Adapun untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media disesuaikan

dengan tema kelas IV SD. Pada siklus I pertemuan ke-1 dengan tema bacaan

“Pantun ”, pertemuan ke-2 dengan tema bacaan “Pantun”.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pelaksanaan masing-

masing pertemuan akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertemuan I

Tindakan pada pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016, Tema

yang dipilih adalah “ Pantun ”, Peneliti bertugas sebagai pengamat terhadap

proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.

Pendahuluan

a. Memberikan salam.

b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.

c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.

Apersepsi

a. Guru melakukan apersepsi dengan berpantun di depan kelas (rasa ingin

tahu)

b. Guru menanyakan siswa termasuk isi jenis pantun apakah yang baru kalian

dengarkan dengan permainan “snow ball throwing”

Eksplorasi

a. Siswa dan guru melakukan proses tanya jawab tentang membaca pantun.(

rasa ingin tahu)

b. Siswa mendengarkan guru menjelaskan pengertian pantun anak. (

perhatian dan rasa ingin tahu)

c. Siswa dan guru bertanya jawab menyebutkan jenis-jenis pantun dengan

permainan “snow ball throwing”.(perhatian dan disiplin)

Elaborasi

a. Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku.

(menghargai)

b. Guru membagikan wacana/ materi membaca pantun kepada setiap siswa

untuk dibaca. (gemar membaca)

57

c. Siswa dan guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.(perhatian)

d. Siswa yang berperan sebagai pembicara membacakan jenis

e. pantun yang telah dibagikan dan siswa yang berperan sebagai pendengar

menyimak/mengoreksi.(gemar membaca)

f. Siswa kembali bertukar peran dimana siswa yang pertama berperan

sebagai pembicara menjadi sebagai pendengar.(menhargai)

g. Siswa dan guru menyimpulkan materi.(perhatian)

Konfirmasi

a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca pantun.(

perhatian)

b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas

(tanggung jawab)

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang

penting.(gemar membaca)

Penutup

a. Siswa diberi tugas membuat pantun dirumah

b. Guru menutup pelajaran.

Pertemuan II

Tindakan pada pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 21April 2016, Tema

yang dipilih adalah tema bacaan “Pantun”. Peneliti bertugas sebagai pengamat

terhadap proses pelaksanaan tindakan oleh guru kelas.

Pendahuluan

a. Memberikan salam.

b. Guru memeriksa kesiapan siswa, media, dan kelengkapan belajar.

c. Guru menanyakan siswa yang tidak hadir dan mengajak siswa berdoa.

d. Apersepsi Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa Ayo siapa yang masih ingat mata pelajaran minggu lalu

tentang membaca pantun?(rasa ingin tahu)

e. Guru menanyakan siswa dengan permainan “snow ball throwing”

f. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(disiplin)

58

Eksplorasi

a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang jenis pantun yang diketahui.(rasa

ingin tahu)

b. Siswa dan guru membaca pantun anak secara berbalasan.(perhatian dan

gemar membaca)

c. Siswa diberi pertanyaan tentang isi pantun yang telah dibacakan dengan

permainan “Snow ball throwing”.(percaya diri)

Elaborasi

a. Siswa kembali ke kelompok yang telah dibagikan pada minggu

lalu.(menghargai)

b. Guru membagikan wacana/ materi membaca pantun kepada siswa untuk

dibaca serta membuat ringkasan.(disiplin)

c. Siswa dan guru menetapkan kembali siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.(tanggung jawab

dan jujur)

d. Siswa yang berperan sebagai pembicara dan pendengar membaca pantun

secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat. (rasa ingin tahu)

e. Siswa yang berperan sebagai pendengar diminta untuk

menyimak/mengoreksi. (perhatian)

f. Siswa kembali bertukar peran dimana siswa yang pertama berperan

sebagai pembicara menjadi sebagai pendengar. (menhargai)

g. Siswa mendengarkan guru dalam menekankan kembali tentang membaca

pantun.(disiplin)

h. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. (tanggung jawab dan

jujur)

i. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

(menghargai dan perhatian)

Konfirmasi

a. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi membaca pantun.

(peduli sosial)

b. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum jelas dengan

59

menunjukan siswa menggunakan “snow ball throwing”. (tanggung

jawab)

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat hal-hal yang

penting tentang pantun. (gemar membaca)

Penutup

a. Siswa diberi tugas membuat pantun dirumah

b. Siswa diberi evaluasi dari pelajaran yang telah di pelajari. (menghargai)

c. Guru menutup pelajaran.

Observasi Tindakan Siklus II

Kegiatan Guru

Observasi terhadap guru dilakukanoleh peneliti saat pembelajaran membaca

nyaring menggunakan model pembelajaran Cooperative Script Secara umum,

pelaksanaan pembelajaran oleh guru sudah sesuai dengan skenario pembelajaran

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), langkah-langkah pembelajaran

yang sudah terlaksana sesuai dengan skenario pembelajaran. Pada pertemuan I,

guru sudah membimbing pada waktu siswa melakukan kerja kelompok dan

diskusi dan mengoreksi jika ada siswa yang mengalami kesalahan dalam

membaca nyaring. Guru sudah mengkondisikan kelas agar siswa menyimak

temannya yang sedang mendapatkan giliran membaca. guru melakukan tanya

jawab kepada siswa tentang isi bacaan dan juga membimbing siswa

menyimpulkan yang dibacanya. Pada pertemuan II, guru sudah optimal dalam

membimbing dan mengoreksi jika ada siswa yang mengalami kesalahan dalam

membaca nyaring. Guru sudah mengkondisikan kelas agar siswa menyimak

temannya yang sedang mendapatkan giliran membaca. pada pertemuan II sudah

lebih baik apabila dibandingkan dengan pertemuan I.

Kegiatan Siswa

Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran membaca

nyaring menggunakan model pembelajaran Cooperative Script . Secara umum,

kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, Pada kegiatan inti, siswa

membaca pantun secara berpasangan di depan kelas. Berdasarkan pengamatan

peneliti pada pertemuan I, dan II, masih banyak siswa yang membaca telah

60

memperhatikan aspek-aspek membaca nyaring (ketepatan, lafal, intonasi,

kelancaran, kenyaringan). Sebagian besar siswa menunjukkan keterampilannya

membaca pada setiap aspek membaca nyaring. Setiap pertemuan, siswa sudah

menyimak pada saat temannya yang sedang mendapatkan giliran membaca.

Ketika ada temannya yang membaca di depan, siswa tidak ada lagi yang

menghampiri temannya dan bercakap-cakap dengan temannya. Setiap pertemuan

sudah menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan pertemuan

sebelumnya.

Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus II

Solusi

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II, dapat dilihat beberapa temuan baik

berasal dari siswa maupun dari guru.

Proses pembelajaran pada pertemuan pertama ketuntasan membaca nyaring

dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script semakin

meningkat. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan siswa dalam melaksanakan

dan merespon perintah guru, menyimak guru saat membacakan bacaan dan

membaca teks narasinya secara klasikal setelah dibacakan oleh guru,

memberikan tanggapan atau komentar terhadap bacaan, tokoh, atau yang

lainnya, menyimak/mengoreksi temannya yang sedang mendapatkan giliran

membaca, saling berbagi dan belajar bersama pasangannya, merespon guru saat

melakukan tanya jawab tentang isi bacaan, dan menyimpulkan isi bacaan yang

dibacanya. Hal ini dikarenakan pada saat ada siswa yang membaca di depan

kelas, jika terdapat kesalahan-kesalahan dalam membaca maka guru

mengoreksi. siswa lain memperhatikan temannya yang sedang membaca di

depan, maka siswa tersebut akan mengetahui letak-letak kesalahan dalam

membaca nyaring.

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua, guru sudah membimbing dan

mengoreksi jika ada siswa yang mengalami kesalahan dalam membaca nyaring.

Guru sudah optimal dalam membimbing siswa-siswanya. Hal ini terlihat pada

saat siswa membaca secara bergiliran di depan kelas. Guru mengoreksi

kesalahan-kesalahan siswa dalam membaca. Kemampuan membaca nyaring

61

siswa semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai

membaca nyaring setelah diberikan tindakan menggunakan bacaan. siswa yang

membaca sudah memperhatikan aspek- aspek membaca nyaring (ketepatan,

lafal, intonasi, kelancaran, kenyaringan). Semua siswa telah menunjukkan pada

setiap aspek membaca nyaring.

Revisi

Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan model

pembelajaran cooperative script pada siklus II pertemuan pertama sudah baik

sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan

yang direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2

siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran cooperative script sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif

dan siswa tidak ramai sendiri. Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah

dapat dikatakan berhasil, yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil

ketuntasan belajar siswa yaitu 19 siswa atau 90% siswa tuntas. Dapat disimpulkan

pembelajaran yang dilakukan dalam penerapan model pembelajaran cooperative

script pada siklus 2 telah berhasil dengan baik.

4.3.1 Hasil Analisis Data Siklus II

Pada tindakan siklus II mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan

nilai rerata pada siklus I. Peningkatan kemampuan membaca nyaring pada siklus

II sebesar 16, siklus I 70 meningkat menjadi 86. Untuk lebih jelasnya lihat tabel

berikut. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam membaca nyaring pada

siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Membaca Nyaring Siswa Siklus II

Keterangan Frekuensi Prosentase

Tuntas 19 90%

Tidak tuntas 2 10%

Jumlah 21 100%

Nilai Rata-Rata 86

Niai Tertinggi 100

Nilai Terendah 60

62

Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi ketuntasan keterampilan

membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 pada siklus II

pembelajaran sudah efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam

belajarnya (KKM=65). Diketahui, skor nilai <65 frekuensinya ada 2 siswa (10%)

dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas), dan nilai ≥65 frekuensinya ada 19

siswa (90% ) dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan

siswa 21 dengan nilai rata-rata 86 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan dalam gambar 5.

Gambar 5 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II

Gambar 5 dapat diketahui bahwa frekuensi ketuntasan membaca nyaring

bahwa ketuntasan belajar siswa yang memiliki nilai kurang dari 65 ada 2 siswa

atau 10%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 19

siswa dengan persentase 90%. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah

sesuai dengan langkah langkah model pembelajaran cooperative script dan dalam

pemberian tugas siswa sudah berinteraksi dengan baik yang membuat siswa lebih

aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga tidak lagi menimbulkan

kebosanan bagi siswa dan hasil belajar keterampilan membaca nyaring sudah

optimal. Serta siswa telah memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi

yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 5 dengan ketuntasan hanya

90%.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 90% 10%

Siklus II

63

Uraian diatas peneliti dan guru kelas 4 SDN Polobogo 02 menyimpulkan

hasil refleksi pada siklus 2. peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah

diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum

memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas

belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 65. Dengan menggunakan

model pembelajaran cooperative script pada siklus 2 sudah terlaksana secara

optimal. Penggunaan model pembelajaran cooperative script dapat menigkatkan

keterampilan membaca nyaring siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Hasil refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang bersangkutan membuat

kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2.

4.4 Analisis Diskriptif Kompratif

Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I

Membandingkan ketuntasan belajar Pra Siklus dengan setelah tindakan pada

siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model pembelajaran

cooperative script memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar

siswa pada kegiatan keterampilan membaca nyaring. Berikut ini disajikan dalam

Tabel 4.4 perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dan setelah

tindakan pada siklus I.

Tabel 4. 4

Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Keterampilan Membaca Nyaring Pra

Siklus dengan Siklus I

Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun

persentase ketuntasan belajar siswa. Jika Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar

adalah 10 siswa (48%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1

F % F %

1 Tidak Tuntas 11 52% 6 29%

2 Tuntas 10 48% 15 71%

Jumlah 21 100% 21 100%

Nilai Rata-Rata 45 70

Niai Tertinggi 100 100

Nilai Terendah 30 60

64

diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 15 siswa

(71%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi

peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (24%). Jumlah siswa

yang belum tuntas sebelum tindakan adalah 11 siswa (52%) dan berkurang setelah

diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (29%). Hasil ini memberikan

gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa

(24%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 6 perbandingan jumlah ketuntasan

belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.

Gambar 6 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I

Gambar 6 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar dengan

perolehan nilai ≥ 65 pada pra siklus adalah 10 siswa (48%), dan siswa yang

belum tuntas belajar dengan perolehan nilai < 65 pada siklus I adalah 15 siswa

(71%). Membandingkan ketuntasan belajar siklus I dengan setelah tindakan pada

siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model pembelajaran

cooperative script memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar

siswa pada kegiatan keterampilan membaca nyaring.

0%10%20%30%40%50%60%70%80%

Tuntas Belum Tuntas

Pra Siklus 48% 58%

Siklus I 71% 29%

65

Tabel 4. 5

Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Keterampilan Membaca Nyaring Siklus I

dan Siklus II

Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun

persentase ketuntasan belajar siswa. Jika Siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah

15 siswa (71%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan

tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 19 siswa (90%) dari

total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan

jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (19%). Jumlah siswa yang belum

tuntas Siklus I adalah 6 siswa (29%) dan berkurang setelah diberikan tindakan

pada siklus II menjadi 2 siswa (10%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa

terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa (19%). Berikut

ini disajikan dalam Gambar 7 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa

Siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.

Gambar 7 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Tuntas Belum Tuntas

Siklus I 71% 29%

Siklus II 90% 10%

No Ketuntasan Siklus I Siklus II

F % F %

1 Tidak Tuntas 6 29% 2 10%

2 Tuntas 15 71% 19 90%

Jumlah 21 100% 21 100%

Nilai Rata-Rata 70 86 Niai Tertinggi 100 100

Nilai Terendah 60 60

66

Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada

keterampilan membaca nyaring kelas 4 siklus I menunjukkan bahwa siswa yang

tuntas sebanyak 15 siswa (71%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa

(29%). Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa

(90%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa (10%).

4.5 Pembahasan

4.5.1 Analisis Deskriftif Komparatif Hasil Penelitian

Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah

tindakan pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model

pembelajaran cooperative script, memberikan pengaruh dalam meningkatkan

ketuntasan belajar siswa pada kegiatan keterampilan membaca nyaring. Berikut

ini disajikan dalam Tabel 4.6 perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum

tindakan dan setelah tindakan pada siklus II.

Tabel 4. 6

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Membaca Nyaring Siswa

Kelas 4 SDN Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra

Siklus sampai ke Siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang

tuntas belajar adalah 11 siswa (52%), pada siklus I menjadi 15 siswa (29%) dan

pada siklus II menjadi 19 siswa (90%). Sedangkan siswa yang belum tuntas

jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 10 siswa (48%) belum tuntas,

pada siklus I masih 6 siswa (29%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 2

siswa (10%). Nilai tertinggi siswa pada pra siklus 100, siklus I tetap 100 pada

siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah pra siklus 30, siklus I 60 dan

No Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

F % F % F %

1 Tuntas 10 48% 15 71% 19 90%

2 Tidak tuntas 11 52% 6 29% 2 10%

Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%

Nilai Rata-Rata 45 70 86

Niai Tertinggi 100 100 100

Nilai Terendah 30 60 60

67

siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga

mengalami peningkatan dari pra siklus 30 menjadi 60 ke siklus I atau naik

sebesar 30 dan pada siklus II menjadi 60 atau naik sebesar 0. Selanjutnya untuk

memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari

prasiklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.10

perbandingan jumlah ketuntasan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata

belajar siswa Pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.

Gambar 8 Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 9 Perbandingan Ketuntasan Belajar Keterampilan Membaca

Nyaring Pra Siklus, Siklus I dan Siklus I

Pra Siklus Siklus I Siklus II

11 15 19

30

6 2

45

70

86

Nilai tuntas Nilai tidak tuntas Nilai rata-rata

0

20

40

60

80

100

Nilai terendah Nilai tertinggi

30

100

60

100

60

100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

68

Gambar 10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Keterampilan Membaca

Nyaring Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II

Gambar 10 di atas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah

persentase ketuntasan belajar siswa. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam

keterampilan membaca nyaring terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum

diadakan tindakan yang tuntas hanya 11 siswa atau 52% Jika siklus I, siswa yang

tuntas belajar adalah 15 siswa (71%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan

setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 19

siswa (90%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa

terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (24%). Jumlah

siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (48%) dan berkurang setelah

diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (10%). Hasil ini memberikan

gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa

(19%).

Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus

II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan

yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang

ditetapkan sekolah = 65.

Pembelajaran ini menuntut siswa untuk bisa bekerjasama dengan teman

kelompok pasangan sebangkunya dan menguasai pengetahuan secara mendalam

yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

Tuntas 52% 71% 90%

Tidak tuntas 48% 29% 10%

69

materi sendirian sehingga mengajak siswa untuk bekerja sama dalam kelompok

pasangannya dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk menjawab

pertanyaan. Sehingga tugas guru dalam pembelajaran ini bukan sebagai

pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran

pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok berpasangan sehingga akan

dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok tersebut. Setelah itu,

siswa juga diminta untuk membaca di depan kelas dan kelompok lain memberikan

komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam model pembelajaran cooperative

script menjadi kurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru

selalu berusaha mengoptimalkan interaksi. Pada akhir pembelajaran guru

memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi

yang diajarkan.

Hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas pra siklus adalah 11 siswa

(52%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah

ketuntasan siswa menjadi 15 siswa (71%). Setelah diberikan tindakan pada siklus

II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 19 siswa (90%). Siswa

yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 10 siswa (48%). Setelah

diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 6 siswa (29%). Setelah

dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 2 siswa (10%) yang belum

tuntas.

Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika

pembelajaran maka dapat diketahui bahwa dua siswa tersebut dalam pembelajaran

sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan

menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap

2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal

maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta

untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah

dengan bimbingan orang tua, teman, ataupun orang yang dianggap dapat

memberikan bimbingan. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut

70

digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai

kriteria ketuntasan minimal.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai

kemampuan, diantaranya adalah: (1) Menggunakan ucapan yang tepat, (2)

menggunakan frase yang tepat, (3) Menggunakan intonasi suara yang wajar, (4)

Dalam posisi sikap yang baik, (5) Menguasai tanda-tanda baca, (6) Membaca

dengan terang dan jelas, (7) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, (8)

membaca dengan tidak terbata-bata, (9) Mengerti serta memahami bahan bacaan

yang dibacanya, (10) Kecepatan tergantung dari bahan bacaan yang dibacanya,

(11) Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, (12) Membaca

dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri ( Muliastuti dan Sulastri, 2009: 9).

Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

membaca nyaring adalah berbagai kecakapan berbahasa dalam melisankan atau

menyuarakan kalimat dalam bacaan dengan intonasi dan jeda yang tepat agar

mudah kepada pembaca dan pendengar menangkap pesan/informasi bacaan.

Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan

nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi

bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan

suara nyaring lambing-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus

mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang

terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan

secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya.

Tujuan akhir yang diharapkan dari membaca nyaring adalah kefasihan:

mampu menggunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak

terbata-bata, membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan,

membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat. Membaca dalam

hati merupakan kegiatan pembaca untuk menyandikan dan memahami lambang-

lambang bunyi bahasa tanpa mengeluarkan suara.

Penggunaan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan

keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4 SDN polobogo 02 , berhasil

dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar, menerapkan model

71

pembelajaran cooperative script, dalam pembelajaran keterampilan membaca

nyaring juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I, kinerja

guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada

siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan

perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan model pembelajaran cooperative script, masuk dalam kategori baik

sekali. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Delita

(2010) Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran

Cooperative Script Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN

Mangunsari 01 Salatiga selanjutnya Wati (2013) Aktivitas Dan Hasil Belajar

Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Cooperative Script Analisis

data menggunakan kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, penelitian tindakan yang

dilakukan oleh Ni Ketut Suryani (2013) Pengaruh Model Pembelajaran

Cooperative Script Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Ditinjau Dari Motivasi

Berprestasi Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Amlapura.

Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga

mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran cooperative script

menurut menurut Spurlin, (2007) menyatakan bahwa, cooperative script dapat

mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari

materi yang tidak dipelajarinya menurut Danserau, (2007) menyatakan bahwa

pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa

dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri

selanjutnya menurut menurut Kurniasih, (2015:120) menyatakan model

pembelajaran script cooperative merupakan model pembelajaran berpasang-

pasangan dan masing-masing individu dalam pasangan yang ada mengintisarikan

materi-materi yang telah dipelajari. Model pembelajaran cooperative script adalah

model pembelajaran berpijak pada paham konstruktivisme, pada pembelajaran ini

terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi.

Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya

sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada

interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide

72

pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan,

membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi

dominan siswa dengan siswa. dengan demikian terbukti bahwa model

pembelajaran cooperative script, ini dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar

siswa pada keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 4SDN polobogo 02

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Semester II Tahun Pelajaran

2015/2016.