BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2018. 7. 12. · Pemasaran ( PM/PS) A = 90,27 07-11-2008...

30
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SMK Negeri 1 Klaten 4.1.1. Letak Sekolah SMK Negeri 1 Klaten terletak di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo nomor 22 Klaten. SMK Negeri 1 Klaten terlatak Desa Sekarsuli RT : 02/05, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos 57432, Nomor Telepon & Fax ( 0272 ) 321266 Fax (0272) 321567, dan E-Mail [email protected], Website www.smkn1klaten.sch.id 4.1.2. Status Akreditasi Sekolah menurut kompetensi keahlian Tabel 1. Status Akreditasi Sekolah No Kompetensi Keahlian Nilai Mulai Tahun Berakhir Tahun 1. Teknik Komputer Dan Jaringan (TKJ) A = 87,23 04-12 -2008 2013/2014 2. Multimedia (MM) Dalam Proses Akreditasi 3. Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian (TP4) Dalam Proses Akreditasi 4. Akuntansi (AK) A = 90,13 07-11-2008 2013/2014 5. Administrasi Perkantoran (AP) A = 90,37 07-11-2008 2013/2014 6. Pemasaran ( PM/PS) A = 90,27 07-11-2008 2013/2014

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2018. 7. 12. · Pemasaran ( PM/PS) A = 90,27 07-11-2008...

  • 39

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran SMK Negeri 1 Klaten

    4.1.1. Letak Sekolah

    SMK Negeri 1 Klaten terletak di jalan Dr. Wahidin

    Sudirohusodo nomor 22 Klaten. SMK Negeri 1 Klaten

    terlatak Desa Sekarsuli RT : 02/05, Kecamatan Klaten

    Utara, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Kode

    Pos 57432, Nomor Telepon & Fax ( 0272 ) 321266 Fax

    (0272) 321567, dan E-Mail [email protected],

    Website www.smkn1klaten.sch.id

    4.1.2. Status Akreditasi Sekolah menurut kompetensi

    keahlian

    Tabel 1.

    Status Akreditasi Sekolah

    No Kompetensi Keahlian

    Nilai Mulai Tahun

    Berakhir Tahun

    1. Teknik Komputer

    Dan Jaringan (TKJ)

    A = 87,23 04-12 -2008 2013/2014

    2. Multimedia (MM) Dalam Proses

    Akreditasi

    3. Teknik Produksi

    dan Penyiaran

    Program

    Pertelevisian (TP4)

    Dalam Proses

    Akreditasi

    4. Akuntansi (AK) A = 90,13 07-11-2008 2013/2014

    5. Administrasi

    Perkantoran (AP)

    A = 90,37 07-11-2008 2013/2014

    6. Pemasaran ( PM/PS) A = 90,27 07-11-2008 2013/2014

    mailto:[email protected]://www.smkn1klaten.sch.id/

  • 40

    4.1.3. Jumlah Siswa Per Kelas dan Per kompetensi

    Keahlian

    Tabel 2.

    Jumlah Siswa

    No

    Kompetensi

    Keahlian

    Kelas I Kelas II Kelas III

    Jml Juml Ruang

    Jml Siswa

    Juml Ruang

    Jml Siswa

    Juml Ruang

    Jml Siswa

    1. TKJ 3 111 3 120 3 115 346

    2. MM 2 73 2 76 2 71 220

    3. TP4 2 73 2 76 2 63 212

    4. AK 4 148 4 159 4 157 464

    5. AP 2 72 2 79 2 78 229

    6. PM 2 72 - - - - 72

    7. PS - - 2 78 2 74 152

    JUMLAH 15 549 15 588 15 558 1.695

    4.1.4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

    Tabel 3.

    Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan

    No Tenaga Pendidik

    Dan Kependidikan Jumlah Jumlah Sertifikasi

    Sudah Belum

    1. Guru Normatif 40 18 24

    2. Guru Adaptif 33 8 24

    3. Guru Produktif 43 19 24

  • 41

    No Tenaga Pendidik

    Dan Kependidikan Jumlah Jumlah Sertifikasi

    Sudah Belum

    4. Guru BP/BK 08 5 3

    5. Tenaga Kependidikan 29 - 29

    Jumlah 153 50 103

    4.2. Implementasi Pendidikan Karakter di

    SMK Negeri 1 Klaten

    4.2.1. Faktor Komunikasi

    Komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk

    menyampaikan pemikiran dan perasaan, harapan atau

    pengalaman kepada orang lain. Komunikasi dalam

    implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten

    dapat dilihat dari beberapa unsur, yaitu penyampai

    pesan, isi pesan, dan perubahan setelah menerima pesan.

    Kemampuan penyampai pesan dalam menyampaikan

    pesan sangat menentukan dalam proses komunikasi,

    sebab dari kemampuan tersebut akan ditransmisikan

    kepada sasaran atau penerima pesan.

    Penyampai pesan dalam implementasi pendidikan

    karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah kepala sekolah,

    wakil kepala sekolah yang terdiri dari bagian kurikulum

    (WKS1), kesiswaan (WKS2), hubungan masyarakat

    (WKS3) dan sarana dan prasarana (WKS4). Kepala

    sekolah dan keempat wakil kepala sekolah tersebut

    mempunyai tugas dalam implementasi pendidikan

    karakter di SMK Negeri 1 Klaten.

    Berdasarkan hasil wawancara dapat dijelaskan

    bahwa pesan tentang implementasi pendidikan karakter

  • 42

    di SMK Negeri 1 Klaten telah disampaikan oleh kepala

    sekolah dalam forum koordinansi pimpinan dan staf guru

    & karyawan pada haris Senin, 20 Desember 2010.

    Disampaikan juga oleh petugas dari Dinas Pendidikan

    Kabupaten Klaten, yaitu Bp. Drs. Wahono, M.Pd. pada

    rapat guru dan karyawan di SMK negeri 1 Klaten.

    Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan

    bahwa wakil kepala sekolah bagian kesiswaan juga

    pernah melakukan sosialisasi tentang implementasi

    pendidikan karakter pada upacara bendera tanggal 29

    Desember 2012. Sedangkan wakil kepala sekolah bidang

    kurikulum pernah menyampaikan sosialisasi tentang

    pendidikan karakter pada saat pertemuan rapat-rapat di

    SMKN 1 Klaten, dan saat upacara apel Korpri setiap

    tanggal 17.

    Isi pesan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan

    wakil kepala sekolah memang tentang implementasi

    pendidikan karakter, namun keutuhan, kelengkapan dan

    sistematika penyampaian kurang sempurna sehingga

    kualitas komunikasi menjadi kurang mengena ke tujuan.

    Informasi tentang implementasi pendidikan

    karakter memang disampaikan namun bagaimana teknik

    pelaksanaannya tidak ada aturan tertulis yang

    memantapkan kebijakan tersebut, seperti yang

    diungkapkan oleh guru PAI SMK Negeri 1 Klaten sbb:

    “……memang dalam setiap rapat-rapat selalu disinggung oleh kepala sekolah bahwa semua guru

    diminta untuk menanamkan karakter kepada anak baik melalui pelajaran maupun contoh perilaku guru, tetapi guru belum pernah diberi

    aturan yang jelas tentang pelaksanaan pendidikan

  • 43

    karakter tersebut” (wawancara Jumat, 11 April 2014).

    Guru matematika jurusan Teknologi Informasi (TI)

    SMKN 1 Klaten juga mengatakan tentang isi pesan

    pendidikan karakter:

    “Penyampaian informasi mengenai implementasi pendidikan karakter sudah dilakukan tetapi belum

    secara maksimal sebab ketika menyampaikan informasi tersebut, kepala sekolah dan wakilnya hanya sekedar berbicara saja, juga tidak

    menyertakan peraturan yang mengatur tentang implementasi kebijakan tersebut” (wawancara,

    Sabtu, 12 April 2014) Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 1 Klaten

    dapat diketahui bahwa penyampaian pesan (proses

    komunikasi) berkaitan dengan implementasi pendidikan

    karakter dilakukan secara informal. Asumsi ini

    didasarkan pada kenyataan bahwa belum pernah ada

    pertemuan/rapat yang khusus membahas tentang

    implementasi pendidikan karakter. Penyampaian

    informasi tentang pendidikan karakter memang sering

    dilakukan tetapi waktunya masih bersamaan dengan

    kepentingan-kepentingan sekolah yang lain.

    Berdasarkan analisis peneliti, tingkat keberhasilan

    suatu kebijakan dipengaruhi oleh adanya informasi yang

    disampaikan dan aturan yang mengatur pelaksanaan

    kebijakan tersebut sehingga penerima informasi paham

    apa yang diinginkan oleh kebijakan tersebut. Kejelasan

    informasi dapat menjadi patokan dalam implementasi

    suatu kebijakan publik. Kejelasan informasi hendaknya

    dipahami terlebih dahulu oleh pelaksana kebijakan baru

  • 44

    disampaikan kepada sasaran kebijakan. Dalam

    kenyataannya dapat dijelaskan bahwa kejelasan

    penyampaian kebijakan tentang implementasi pendidikan

    karakter di SMK Negeri 1 Klaten belum dapat dipahami

    secara tuntas oleh guru dan karyawan. Seperti yang

    dikemukakan guru matematika SMK Negeri 1 Klaten

    berikut:

    “Penjelasan tentang implementasi hanya secara

    garis besarnya saja, guru diminta ikut mengimplementasikan sesuai dengan bidang studi dan kompetensi yang diajarkan. Tetapi belum ada

    aturan yang jelas yang mengatur inplementasi tersebut, misalnya ada sanksi atau tidak bagi guru yang tidak melaksanakan penanaman karakter

    kepada siswa, atau karyawan yang tidak menegur siswa yang berbuat melanggar karakter di

    lingkungan sekolah” (wawancara Sabtu, 12 April 2014).

    Pelaksanaan suatu kebijakan harus didasarkan

    pada peraturan-peraturan yang ditentukan, karena

    peraturan tersebut akan menjadi pedoman bagi

    pelaksanaan dalam bertindak sehingga tujuan yang

    ditetapkan dapat tercapai. Peneliti dapat mengambil

    kesimpulan bahwa penyampaian informasi tentang

    implementasi pendidikan karakter sudah dilakukan tetapi

    belum konsisten. Penyampai informasi belum

    menunjukkan aturan yang tegas tentang implementasi

    pendidikan karakter, juga belum dilakukan

    pengecekan/kroscek ke lapangan (KBM) apakah guru

    benar-benar menanamkan karakter kepada siswa, dan

    mengamati apakah karyawan membimbing siswa untuk

    menjadi berkarakter atau tidak. Hal ini terlihat dari hasil

  • 45

    pengamatan peneliti bahwa belum semua guru di SMK

    Negeri 1 Klaten menanamkan nilai-nilai karakter selama 3

    - 5 menit ketika mengajar, masih ada beberapa guru yang

    hanya mengajar materi yang mereka ampu saja, tanpa

    menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Ketika

    peneliti bertanya alasannya mengapa tidak menanamkan

    karakter, sebagian besar mengatakan menghabiskan

    waktu yang seharusnya untuk materi pelajaran, lebih

    baik untuk mengajarkan materi saja.

    4.2.2. Faktor Sumber Daya

    Untuk menunjang keberhasilan implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, sumber-

    sumber kebijakan patut diperhatikan sehingga dapat

    memperlancar implementasi yang efektif.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

    sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan

    pendidikan karakter diperoleh keterangan bahwa para

    petugas penyampai kebijakan (wakil kepala sekolah)

    masih kurang konsisten dalam melakukan pengawasan

    terhadap guru dan karyawan berkaitan dengan

    implementasi pendidikan karakter. Artinya belum

    dilakukan kegiatan khusus oleh wakil kepala sekolah

    untuk mengecek pelaksanaan pendidikan karakter di

    lapangan (kelas atau di lingkungan sekolah) seperti yang

    dikemukakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan

    berikut.

    ”Selama ini kontrol pelaksanaan pendidikan

    karakter baru sampai pada cek administrasi kelengkapan mengajar guru, seperti silabus

    berkarakter, RPP berkarakter. Kami merasa belum perlu melakukan cek langsung karena: (1) kami

  • 46

    yakin ketika mengajar di kelas, bapak ibu guru telah mengimplementasikan pendidikan karakter

    seperti yang direncanakan pada RPP, (2) mengingat banyaknya guru yang ada di SMK

    Negeri 1 Klaten, yaitu 124 orang sangat sulit menentukan waktu untuk observasi ke dalam kelas”. (Wawancara Kamis, 10 April 2014).

    Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

    guru di SMK Negeri 1 Klaten, memang para guru

    mengakui bahwa dalam melaksanakan pendidikan

    karakter kepada anak belum dilaksanakan secara

    maksimal. Alasan mereka karena tidak ada pengarahan

    khusus implementasi pendidikan karakter, kontrol

    langsung maupun teguran dari atasan juga tidak ada,

    sehingga pelaksanaannya sangat tergantung pada

    kemauan dan kemampuan guru. Salah satu guru

    produktif mengatakan bahwa materi produktif tidak akan

    selesai kalau setiap masuk kelas harus menanamkan

    nilai-nilai karakter kepada anak.

    ”Untuk saya bu, sebagai guru produktif kalau

    setiap masuk kelas harus menanamkan nilai-nilai karakter kok eman-eman waktunya, sebab materi produktif yang harus diberikan kepada anak itu

    cakupannya luas. Jadi untuk penanaman nilai lebih baik diserahkan kepada guru PKn atau guru

    agama saja”. (wawancara Jumat, 11 April 2014.

    Berdasarkan hasil pengamatan penulis dapat

    dijelaskan bahwa sudah ada beberapa petugas pelaksana

    implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten

    sudah menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Di

    sisi lain terlihat pula bahwa kemampuan atau kompetensi

    yang menunjang bagi para petugas pelaksana

  • 47

    implementasi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten

    belum dimaksimalkan. Hal ini terlihat dari masih ada

    beberapa guru yang ketika mengajar di kelas hanya

    membahas materi tanpa menyisihkan waktu untuk

    menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Masih

    terlihat juga karyawan SMK Negeri 1 Klaten yang tidak

    peduli ketika dijalan berpapasan dengan siswa yang

    minum atau makan sambil berjalan, membuang sampah

    bekas makanan sembarangan. Mereka melihat perilaku

    anak-anak seperti itu tidak ditegur malah didiamkan saja.

    Menurut analisis peneliti, pada dasarnya semua

    petugas yang terlibat dalam implementasi pendidikan

    karakter (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,

    karyawan) mempunyai kesempatan untuk menanamkan

    nilai-nilai karakter kepada anak. Pada kenyataannya ada

    guru yang menyampaikan nilai-nilai karakter kepada

    anak, tetapi ada juga guru yang dengan berbagai alasan

    mereka sendiri, mereka menjadi tidak menyampaikan

    tugas tersebut.

    Selain sumber daya manusia, dalam implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten, ternyata

    sumber informasi masih kurang memadai. Informasi

    mengenai pelaksaaan pendidikan karakter diterima oleh

    para pelaksana kebijakan baru sebatas perintah lisan dari

    rapat, dari adanya workshop atau dari kesempatan-

    kesempatan lain. Untuk informasi (petunjuk) yang

    sifatnya tertulis sampai sekarang belum ada. Hal itu juga

    yang menyebabkan belum terlaksananya implementasi

    pendidikan karakter dengan baik di SMK Negei 1 Klaten.

    Salah satu guru adaptif mengatakan:

  • 48

    ”Kenapa harus repot-repot bu, wong saya belum pernah membaca sumber tertulis untuk

    implementasi pendidikan karakter. Jadi saya tidak takut jika tidak menanamkan nilai-nilai karakter

    kepada anak sebab tidak ada sanksi yang menakutkan buat saya. Dan memang selama ini tidak ada sanksi bagi guru yang tidak

    mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada anak”. (Wawancara Sabtu, 12 April 2014)

    4.2.3. Faktor Kecenderungan

    Disposisi merupakan komitmen, keinginan, atau

    kesepakatan bersama semua guru bidang studi untuk

    menyampaikan pendidikan karakter bagi siswa sehingga

    dapat dilakukan pada setiap pembelajaran dengan nilai-

    nilai karakter yang sesuai dengan materi pembelajaran.

    Hal ini tidak semua dapat melakukan seperti apa yang

    telah menjadi kebijakan sekolah, antara lain disebabkan

    kerena kecenderungan bagi masing-masing guru selalu

    beranggapan bahwa pendidikan karakter tidak tepat jika

    mereka mengajar sambil menanamkan karakter kepada

    peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari pendapat salah

    satu guru produktif sebagai berikut:

    ”Pendidikan karakter kan yang paling strategis pada pembelajaran PPKn, Pendidikan Agama, dan

    Budi pekerti, sedangkan seperti lainnya kurang bisa diaplikasikan dalam pembelajaran, apalagi pada mata pelajaran produktif. Jadi materi

    pelajaran produktif kurang tepat, jika diselipkan sebenarnya juga bisa hanya masalahnya materi kurang sesuai dengan pesan yang disampaikan

    (pendidikan Karakter)” (Wawancara Jumat, 11 April 2014)

  • 49

    Dari kutipan hasil wawancara di atas merupakan

    indikasi bahwa guru ada kecenderungan tidak mau

    dititipi pesan tersebut, padahal tidak selamanya harus

    sesuai dengan materi, tetapi melalui tindakan-tindakan

    secara tersiratpun juga telah menanamkan pendidikan

    karakter. Hanya karena ketidaktahuan guru saja, cara

    memahaminya kurang dalam, sehingga perilaku tindakan

    yang dapat mengarah pada pendidikan karakter misalnya:

    pada tahap awal pembelajaran siswa ditanya bagaimana

    PR-nya, sudah dikerjakan atau belum, setiap awal

    pembelajaran diawali doa, penyampaian materi tahap

    awal diperkenalkan, dan sebagainya. Tindakan seperti ini

    sebenarnya telah menanamkan nilai-nilai karakter, antara

    lain nilai kedisiplinan, nilai religius, rasa ingin tahu, dan

    sebagainya. Sehingga dengan cara seperti itu siswa akan

    memiliki karakter dari apa yang biasa guru tanyakan dan

    tindakan ketika mengajar. Oleh karena itu, tindakan

    membudayakan sikap positif tanpa mengatakannya

    kepada siswa pun sebenarnya sudah bisa dikatakan

    menanamkan karakter.

    Ada kecenderungan sikap guru kurang kompak

    dalam melaksanakan kebijakan yang diambil di SMK

    Negeri 1 Klaten. Ada 114 guru yang bertanggungjawab

    terhadap pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten, jika ada

    kekompakan baik dalam pelaksanaan maupun

    penanganan terhadap nilai-nilai karakter di sekolah,

    maka ini menjadi modal besar terwujudnya sekolah yang

    berkarakter. Seperti kutipan hasil wawancara penulis

    dengan guru bahasa Indonesia, guru Sejarah, dan siswa

    berikut ini:

  • 50

    “Kekompakan dari pihak sekolah (Kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, guru, dan karyawan)

    dalam menanamkan karakter dan menangani anak yang melanggar nilai belum maksimal. Jumlah

    guru dan murid yang banyak juga menghambat penanaman karakter di SMK Negeri 1 Klaten” (Wawancara Senin, 14 April 2014).

    “Kurangnya fasilitas dan kekompakkan dalam menerapkan peraturan dan menangani apabila terjadi pelanggaran disiplin oleh siswa maupun

    guru” (wawancara Senin, 14 April 2014). “Kedisiplinan dan kekompakkan guru dalam

    menyampaikan nilai-nilai karakter dan menangani siswa yang menyimpang/melanggar. Kadang konsekuensi yang diterima siswa untuk

    pelanggaran yang sama antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda karena guru yang

    menanganinya berbeda. Dari pengamatan saya, ada juga beberapa guru yang tidak disiplin contohnya datang ke sekolah terlambat, masuk

    kelas terlambat, yang rambutnya panjang tidak dikucir, memakai seragam tidak sesuai jadwal” (Wawancara Selasa, 15 April 2014)

    Dari tiga kutipan hasil wawancara di atas

    menunjukkan kecenderungan para pelaksana yang

    kurang kompak dalam mengimplementasikan nilai-nilai

    karakter kepada siswa. Dalam hal ini kurang kompak

    terhadap dua hal, yaitu dalam menegakkan peraturan

    berkaitan dengan nilai-nilai karakter dan dalam

    menangangi pelanggaran.

    Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa

    kekompakkan antara pelaksana pendidikan karakter di

    SMK Negeri 1 Klaten belum maksimal. Hal ini terlihat dari

    adanya beberapa perbedaan perilaku guru dalam

    mengambil tindakan. Hasil pengamatan menunjukkan

  • 51

    bahwa yang lebih sering terlihat melaksanakan

    pendidikan karakter baik di dalam kelas/ruangan

    maupun di luar kelas adalah guru-guru yang tergabung

    dalam petugas STP2K (Satuan Tugas Pelaksana

    Pembinaan Kesiswaan) yang dianggap sebagai polisi

    sekolah. Untuk guru yang lain, belum semuanya

    melaksanakan pendidikan karakter pada saat mengajar di

    kelas maupun di luar kelas. Dengan beberapa pernyataan

    baik dari guru maupun dari karyawan dapat ditarik suatu

    pengertian bahwa disposisi pendidikan karakter di SMK

    Negeri 1 Klaten kurang memiliki komitmen untuk

    melakukan implementasi pendidikan karakter.

    Menurut analisis peneliti dapat dijelaskan bahwa

    para pelaksana kebijakan di SMK Negeri 1 Klaten belum

    sepenuhnya menyadari tujuan implementasi pendidikan

    karakter. Apabila para pelaksana menyadari bahwa

    penanaman karakter tersebut pada masa yang akan

    datang bisa memunculkan generasi pemimpin bangsa

    yang religius, disiplin, demokratis, bertanggungjawab juga

    mempunyai kepedulian yang tinggi, maka pelaksanaan

    pendidikan karakter dapat berjalan dengan efektif dan

    berhasil.

    4.2.4. Faktor Struktur Birokrasi

    Di SMK Negeri 1 Klaten, sumber-sumber untuk

    implementasi suatu kebijakan cukup ada, para pelaksana

    juga sudah mengetahui apa dan bagaimana cara

    melakukannya walau belum sempurna, dan ada

    komitmen untuk melakukan kebijakan meskipun masih

    rendah. Implementasi pendidikan karakter belum efektif

  • 52

    jika ada ketidaksempurnaan dalam struktur birokrasi.

    Faktor birokrasi sangat penting dalam implementasi

    pendidikan karakter, sebab birokrasi merupakan bagian

    dari kelembagaan yang memiliki potensial yang mengarah

    pada masing-masing pribadi orang dalam hal ini para

    pelaku contoh pendidikan karakter di sekolah.

    Pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 1

    Klaten tidak ada tim khusus yang menanganinya

    /mengelolanya. Pelaksanaannya disampaikan secara lisan

    oleh kepala sekolah bahwa penanaman karakter kepada

    siswa menjadi tanggungjawab semua guru dan karyawan

    baik melalui penyampaian materi di kelas maupun

    melalui keteladanan. Hal ini seperti dijelaskan oleh KTU

    dan guru matematika berikut ini.

    “Meskipun hanya dijelaskan secara lisan dan garis

    besarnya saja, namun cukup jelas untuk mengingatkan kembali tentang nilai-nilai karakter,

    nasionalisme dan jatidiri bangsa” (Wawancara Kamis, 10 April 2014) “Penjelasan tentang implementasi hanya secara

    garis besarnya saja, guru diminta ikut mengimplementasikan sesuai dengan bidang studi dan kompetensi yang diajarkan. Tetapi belum ada

    aturan yang jelas yang mengatur inplementasi tersebut, misalnya ada sanksi atau tidak bagi guru

    yang tidak melaksanakan penanaman karakter kepada siswa, atau karyawan yang tidak menegur siswa yang berbuat melanggar karakter di

    lingkungan sekolah” (Wawancara Sabtu, 12 April 2014).

    “Ya. Semua guru mata pelajaran diwajibkan untuk

    menanamkan nilai-nilai karakter kepada kelas yang diajar seperti berdoa, kerjasama piket,

    kerapian baju, sepatu, kaos kaki” (Wawancara Senin, 14 April 2014).

  • 53

    Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa

    yang ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan karakter

    di SMK Negeri 1 Klaten adalah semua guru dengan cara

    menyelipkan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran

    mereka masing-masing. Penanaman karakter oleh guru-

    guru tersebut sebelumnya telah dicantumkan pada

    silabus dan RPP masing-masing kemudian diaplikasikan

    dalam kegiatan pembelajaran.

    Berdasarkan pengamatan penulis, tidak ada aturan

    khusus yang mengatur tentang pelaksanaan pendidikan

    karakter. Urutan nilai karakter mana yang akan

    disampaikan oleh guru juga tidak ada aturan khusus,

    semua tergantung pada guru masing-masing ketika

    mengajar. Setiap guru berpedoman pada silabus dan RPP

    yang telah dibuat, dimana pada silabus dan RPP tersebut

    sudah dicantumkan nilai-nilai karakter yang sesuai

    dengan materi yang sedang disampaikan guru. Hal ini

    didukung oleh pernyataan salah satu guru bahasa

    Indonesia berikut ini.

    “Iya. Ikut bu. Apa yang tercantum dalam RPP sebisa mungkin melaksanakan sesuai yang tertulis

    di dalam RPP. Misal pada RPP kita ingin mengembangkan karaker tanggung jawab dan disiplin, maka kalau guru memberikan PR ya

    harus ditanyakan PR nya sebagai wujud tanggungjawab siswa”

    (Wawancara, Senin, 14 April 2014)

    Berdasarkan pengamatan penulis terhadap silabus

    dan RPP yang menjadi pedoman guru dalam mengajar,

    terlihat dengan jelas pada silabus bagian akhir tertulis

    nilai-nilai karakter yang akan disampaikan kepada siswa.

  • 54

    Begitu juga pada RPP masing-masing guru tertulis dengan

    jelas pada langkah-langkah pembelajaran terdapat kolom

    ”karakter yang dikembangkan”, pada kolom tersebut

    dituliskan nilai karakter yang akan disampaikan kepada

    siswa pada saat mengajar.

    Hasil analisis penulis menunjukkan bahwa (1)

    belum ada petugas khusus (tim) di SMK Negeri 1 Klaten

    yang diberikan SK (surat keputusan) kepala sekolah yang

    bertanggungjawab terhadap implementasi pendidikan

    karakter, (2) belum ada aturan khusus tentang

    implementasi pendidikan karakter. Mekanisme

    implementasi pendidikan karakter diserahkan kepada

    guru untuk dilaksanakan sesuai kemampuan guru.

    4.3. Hambatan yang ditemui dalam

    Implementasi pendidikan karakter di

    SMK Negeri 1 Klaten

    Setiap langkah kegiatan baik awal maupun akhir

    dan ditengah-tengah pelaksanaan pendidikan karakter

    pasti terdapat segudang hambatan yang harus

    diselesaikan, agar implementasi pendidikan karakter

    dapat sampai pada sasaran terutama kepada siswa juga

    pelaku kebijakan pendidikan karakter dapat membudaya

    dalam lembaga sekolah. Hal ini dapat dimengerti oleh

    berbagai pihak. Berdasarkan hasil wawancara dengan

    guru dan siswa, dan hasil pengamatan, serta analisis

    peneliti, hambatan yang ditemui dalam implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten antara lain

    adalah sbb.

  • 55

    1. Kurangnya koordinasi antar wakil-wakil kepala

    sekolah, guru BP/BK, para wali kelas dan pembina

    OSIS yang terlibat dalam implementasi pendidikan

    karakter sehingga mengakibatkan ketidaksamaan

    persepsi dalam penanganan terhadap siswa yang

    melanggar /menyimpang.

    2. Kurangnya kesadaran guru dan peserta didik dalam

    implementasi pendidikan karakter. Kompetensi guru

    yang rendah mengakibatkan adanya cara

    pandang/cara pikir yang berbeda-beda tentang

    implementasi pendidikan karakter. Peserta didik yang

    berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke

    bawah dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang

    rata-rata juga rendah mengakibatkan kesadaran

    terhadap pelaksanaan pendidikan karakter juga belum

    maksimal

    3. Sikap beberapa guru yang masa bodoh terhadap

    keberhasilan pendidikan karakter mengakibatkan

    siswa menjadi tidak berkarakter karena guru tidak

    mengontrol perilaku siswa dan tidak mendidik

    karakter dengan baik

    4. Inkonsistensi dan kurangnya keteladanan guru dalam

    berperilaku dan menyampaikan nilai-nilai karakter.

    Jika ada siswa yang melanggar peraturan, oleh

    sebagian guru diambil tindakan sesuai prosedur,

    tetapi ada sebagian guru lain yang membiarkan saja

    siswanya melanggar peraturan.

  • 56

    5. Kurangnya koordinasi komunikasi antara pihak

    sekolah dengan orang tua siswa. Pihak sekolah

    kurang mengkomunikasikan tentang adanya

    implementasi pendidikan karakter kepada orang tua

    siswa sehingga terjadi kesalahpahaman antara

    sekolah dengan orangtua siswa.

    6. Kurangnya fasilitas yang dapat memicu siswa menjadi

    berkarakter, seperti terbatasnya tempat sepeda, ruang

    kelas yang berjumlah 38 ruang padahal seharusnya

    45 ruang, laboratorium yang jumlah alatnya tidak

    sesuai dengan jumlah siswa, pintu masuk/keluar di

    SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah enam pintu,

    gedung yang berada di unit 1 dan unit 2.

    4.4. Pembahasan

    4.4.1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam SMK

    Negeri 1 Klaten dengan dasar Pedoman

    Pendidikan Karakter

    Selain siswa, dari segi input dari tenaga pendidik

    termasuk baik. Hal ini bisa dilihat dari segi latar

    belakangnya. Dari guru normatif, adaptif dan produktif

    yang berjumlah 124 orang, semuanya berlatar belakang

    pendidikan S1, 14% diantaranya sudah S2. Selain dari

    penyampaian nilai-nilai karakter melalui mata pelajaran

    masing-masing guru, dari keteladanan para guru bisa

    diandalkan, meskipun belum semua guru bisa

    memberikan keteladanan yang baik.

    Perencanaan Pendidikan Karakater ini sudah sesuai

    dengan Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan

  • 57

    Karakter yang dikeluarkan Kemendiknas, yakni dalam

    perencanaan Pendidikan Karakter dalam mata pelajaran

    dicantumkan dalam silabus dan RPP. Dalam pembuatan

    silabus dan RPP ada satu kolom untuk nilai pendidikan

    karakter yang dikembangkan. Contoh silabus PKn untuk

    Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan Pancasila sebagai

    idiologi terbuka”, pada kolom terakhir setelah sumber

    belajar ada aspek nilai karakter terdapat nilai karakter

    religiusi, toleransi kerjasama, jujur, gemar membaca, dan

    tanggungjawab.

    Sedangkan dalam RPP disebutkan dalam materi

    yang sama, nilai karakter tersebut ditampilkan dalam

    langkah-langkah pembelajaran terdapat empat kolom,

    yakni: nomor, kegiatan belajar, alokasi waktu, dan

    karakter yang dikembangkan. Dari RPP tersebut

    perencanaan Pendidikan Karakter dalam PKn muncul

    dalam kolom yang ke empat, yakni karakter yang

    dikembangkan.

    Kemudian dalam proses (process) sudah dijelaskan

    pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari

    mancantumkan nilai-nilai dalam silabus, kemudian

    dituangkan dalam RPP dan diaplikasikan dalam

    pembelajaran. Intinya bahwa Pendidikan Karakter dalam

    mata pelajaran normatif dan adaptif sudah dilaksanakan

    dengan baik.

    Sedangkan dampak (outcome) adanya pelaksanaan

    Pendidikan karakter dalam mata pelajaran normatif dan

    adaptif di SMK Negeri 1 Klaten ternyata dirasakan siswa

    SMK Negeri 1 Klaten. Hal ini terlihat dari hasil wawancara

    dengan salah satu siswa kelas XI yang menyatakan

    bahwa siswa merasa beruntung masih ada beberapa guru

  • 58

    di SMK Negeri 1 Klaten yang memberikan penjelasan dan

    pengarahan tentang nilai-nilai yang berkarakter sehingga

    siswa dapat merubah perilaku yang tidak baik menjadi

    lebih baik (wawancara tanggal 15 April 2014).

    Berdasarkan hasil wawancara peneliti, adanya

    Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten dapat

    memberi dampak positif bagi peserta didik. Hal ini bisa

    dilihat dampak adanya pelaksanaan Pendidikan karakter

    dalam kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten yang

    dirasakan siswa SMK Negeri 1 Klaten. Siswa SMK Negeri 1

    Klaten yang diwawancari peneliti mengatakan adanya

    pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran

    mengarahkan dirinya menjadi lebih baik dan memberikan

    bekal untuk mereka terjun di masyarakat atau di tempat

    kerja.

    Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menarik

    suatu pengertian bahwa pelaksanaan pendidikan karakter

    di SMK negeri 1 Klaten sudah dilaksanakan namun

    pelaksanaan dan hasilnya belum maksimal. Masih perlu

    kerjasama, konsistensi dan komitmen dari semua warga

    SMK Negeri 1 Klaten. Untuk itu agar hasilnya menjadi

    maksimal perlu penanganan yang professional, seperti

    yang dijelaskan oleh Tilaar (2004), bahwa agar dapat

    mewariskan budaya dan karakter dengan baik dan tidak

    gagal mendidik generasi muda diperlukan penanganan

    secara professional.

  • 59

    4.4.2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam SMK

    Negeri 1 Klaten dengan dasar Teori Edward 3

    Dimensi komunikasi dalam implementasi

    Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten ditentukan

    dari beberapa unsur yang terdapat dalam komunikasi,

    seperti penyampai pesan, isi pesan, media yang

    digunakan, serta sasaran penerima pesan, serta

    perubahan sebagai akibat komunikasi.

    Penyampai pesan/informasi dalam implementasi

    Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Klaten adalah

    Kepala sekolah dan wakil-wakil kepala sekolah yang

    dalam tugasnya disamping sebagai pemberi informasi

    juga berfungsi sebagai pengontrol kegiatan, namun dalam

    praktiknya terdapat keluhan dari pelaksana kebijakan.

    Kepala sekolah memang melakukan observasi terhadap

    kegiatan pembelajaran tetapi tidak mungkin setiap hari,

    begitu juga dengan para wakil kepala sekolah, mereka

    melakukan observasi pembelajaran jika ada tugas dari

    kepala sekolah. Jadi kontrol terhadap pelaksanaan

    pendidikan karakter lebih banyak berhenti pada kroscek

    silabus dan RPP. Hal ini yang mengakibatkan belum

    semua guru di SMK Negeri 1 Klaten menanamkan nilai-

    nilai karakter selama 3 - 5 menit ketika mengajar.

    Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan

    masih memanfaatkan kondisi rapat-rapat sekolah yang

    materi rapatnya bukan tentang implementasi pendidikan

    karakter.

    Dimensi sumber daya dalam implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Pada

    kenyataannya ada guru yang menyampaikan nilai-nilai

  • 60

    karakter kepada anak, tetapi ada juga guru yang dengan

    berbagai alasan, mereka tidak menyampaikan nilai-nilai

    karakter kepada anak. Dalam implementasi pendidikan

    karakter di SMK Negeri 1 Klaten, ternyata sumber

    informasi masih kurang memadai. Salah satu guru

    matematika jurusan Teknologi Informasi (TI) malah

    mengatakan tidak mau repot-repot menanamkan nilai-

    nilai karakter karena informasinya kurang jelas, dan

    sanksi bagi yang tidak melaksanakan tidak ada.

    Informasi mengenai pelaksanaan pendidikan

    karakter diterima oleh para pelaksana kebijakan baru

    sebatas perintah lisan dari rapat, dari adanya workshop

    atau dari kesempatan-kesempatan lain. Untuk informasi

    (petunjuk) yang sifatnya tertulis sampai sekarang belum

    ada. Hal ini menyebabkan belum terlaksananya

    implementasi pendidikan karakter dengan baik.

    Dimensi kecenderungan dalam implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Terdapat

    kesediaan dari para guru di SMK Negeri 1 Klaten untuk

    menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Tetapi

    kesediaan tersebut belum disertai dengan kekompakkan

    yang baik sehingga hasil belum maksimal, dan akibatnya

    masih terjadi pelanggaran-pelanggaran. Hasil pengamatan

    menunjukkan bahwa yang lebih sering terlihat

    melaksanakan pendidikan karakter baik di dalam

    kelas/ruangan maupun di luar kelas adalah guru-guru

    yang tergabung dalam petugas STP2K (Satuan Tugas

    Pelaksana Pembinaan Kesiswaan) yang dianggap sebagai

    polisi sekolah, wali kelas, dan guru BP/BK. Untuk guru

    yang lain, belum semuanya melaksanakan pendidikan

    karakter pada saat mengajar di kelas maupun di luar

  • 61

    kelas. Jadi implementasi pendidikan karakter di SMK

    Negeri 1 Klaten kurang memiliki komitmen yang baik.

    Dimensi Struktur birokrasi dalam implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten. Dari hasil

    analisis peneliti menunjukkan bahwa (1) semua guru

    diberi wewenang untuk menyampaikan nilai-nilai

    karakter tetapi, (2) belum ada petugas khusus di SMK

    Negeri 1 Klaten yang diberikan SK (surat keputusan)

    kepala sekolah yang bertanggungjawab mengontrol lancar

    atau tidaknya implementasi pendidikan karakter, (3)

    belum ada aturan khusus tentang implementasi

    pendidikan karakter. Mekanisme implementasi

    pendidikan karakter diserahkan kepada guru untuk

    dilaksanakan sesuai kemampuan guru.

    4.4.3. Perbandingan pelaksanaan pendidikan karakter

    dalam SMK Negeri 1 Klaten dengan hasil

    penelitian sebelumnya

    Perilaku pelanggaran di SMK Negeri1 Klaten yang

    berkaitan dengan nilai-nilai karakter prosentasenya

    tergolong kecil tetapi hal itu menjadi awal terjadinya krisis

    karakter. Untuk menghilangkan krisis karakter perlu

    adanya pendidikan karakter dengan informasi yang jelas

    dan aturan yang jelas dari pembuat kebijakan. Informasi

    yang jelas perlu didukung sumber daya manusia yang

    memadai, komitmen yang tinggi dan organisasi yang jelas

    sehingga hasilnya dapat maksimal. Hal ini sejalan dengan

    alasan pentingnya pendidikan karakter yang

    dikemukakan oleh Mulyono (2013) bahwa di Indonesia

    telah terindikasi adanya masalah akut dalam bangunan

    karakter bangsa sehingga pembangunan karakter bangsa,

  • 62

    menjadi sangat berarti dan mendesak untuk segera

    dilakukan. Sama halnya dengan alasan yang

    dikemukakan oleh Astuti (2010), bahwa salah satu alasan

    dicanangkannya pendidikan karakter adalah adanya

    krisis karakter yang cukup memprihatinkan dan

    meningkatkan problem karakter generasi muda bangsa

    Indonesia.

    Perbedaan nilai karakter yang ditanamkan antara

    peneliti dengan peneliti terdahulu terletak pada nilai

    karakter yang ditekankan untuk ditanamkan pada siswa.

    Menurut peneliti, semua nilai karakter (18 nilai) penting

    untuk ditanamkan pada peserta didik agar membentuk

    dirinya menjadi warga negara Indonesia yang baik. Tetapi

    pada penelitian terdahulu ternyata terdapat nilai-nilai

    ideal yang diinginkan melalui pembelajaran. Pada

    penelitian Mulyono nilai yang diidealkan dalam

    pembelajaran ISMUBA adalah karakter religius, cinta

    ilmu, mampu bekerja sama, dan peduli, sedangkan pada

    pembelajaran ISBD (Astuti) nilai karakter yang

    ditekankan adalah berkerjasama, bertanggungjawab,

    berkomunikasi, semangat bekerja/belajar, kepercayaan

    diri, kejujuran, ketaatan beribadah.

    Hasil penelitian terdahulu (Abdul Basar, 2012)

    hampir sama dengan hasil penelitian ini, hasilnya adalah

    perencanaan dilakukan dengan menyiapkan silabus, RPP,

    serta menyiapkan bahan ajar yang berwawasan karakter,

    selanjutnya disajikan dalam proses pembelajaran mulai

    dari materi, langkah pembelajaran, media dan metode,

    dan penilaian dilakukan pada tahap proses, yaitu melihat

    sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, serta salah

  • 63

    satu kendala juga sama yaitu kurangnya sarana dan

    prasarana.

    4.4.4. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi

    hambatan

    1. Untuk masalah kurangnya koordinasi dapat diatasi

    dengan memaksimalkan adanya koordinasi yang baik

    dan konsisten antar wakil-wakil kepala sekolah, guru

    BP/BK, para wali kelas dan pembina OSIS yang

    terlibat dalam implementasi pendidikan karakter

    sehingga terjadi kesamaan persepsi dalam

    penanganan terhadap siswa yang melanggar

    /menyimpang. Cara ini dapat diwujudkan dengan

    rapat bersama antara kepala sekolah, wakil kepala

    sekolah dan semua guru yang ada di SMK Negeri 1

    Klaten.

    2. Untuk masalah kurangnya kesadaran guru dan

    peserta didik. Kepala sekolah dapat meningkatkan

    kesadaran guru dengan kegiatan pembinaan-

    pembinaan. Meskipun terdapat cara pandang/cara

    pikir guru yang berbeda-beda tentang implementasi

    pendidikan karakter, jika guru menyadari pentingya

    pendidikan karakter maka hasilnya akan maksimal.

    Peserta didik yang berasal dari latar belakang ekonomi

    menengah ke bawah dan tingkat pendidikan orang tua

    siswa yang rata-rata juga rendah bila diberikan

    pengertian dan pemahaman yang tepat tentang

    manfaat pendidikan karakter mengakibatkan orang

    tua memiliki kesadaran terhadap pelaksanaan

    pendidikan karakter juga belum maksimal dan

    menjadi ikut bertanggungjawab.

  • 64

    3. Untuk sikap beberapa guru yang masa bodoh. Kepala

    sekolah mengikutsertakan guru dalam pelatihan-

    pelatihan pendidikan karakter sehingga sedikit demi

    sedikit akan mengubah sikap beberapa guru yang

    masa bodoh terhadap keberhasilan pendidikan

    karakter yang akhirnya memiliki kemampuan

    membimbing siswa menjadi berkarakter baik

    4. Untuk masalah inkonsistensi dan kurangnya

    keteladanan guru. Kepala sekolah berusaha

    melakukan pembinaan agar para guru memiliki

    konsistensi dan keteladanan yang baik dalam

    berperilaku sehari-hari. Konsistensi dibutuhkan jika

    ada siswa yang melanggar peraturan, agar semua

    guru mengambil tindakan sesuai prosedur. Sedangkan

    keteladanan dibutuhkan untuk memberikan contoh

    konkrit kepada siswa.

    5. Untuk kurangnya koordinasi komunikasi antara pihak

    sekolah dengan orang tua siswa. Kepala sekolah

    bersama stafnya melakukan koordinasi antara pihak

    sekolah dengan orang tua siswa agar terjalin

    komunikasi yang baik. Orang tua perlu disosialisasi

    tentang implementasi pendidikan karakter melalui

    guru BP/BK dan wali kelas sehingga orangtua siswa

    menjadi ikut bertanggungjawab terhadap

    implementasi pendidikan karakter.

    6. Untuk masalah kurangnya fasilitas. Pihak sekolah

    menambah fasilitas yang dapat memicu siswa menjadi

  • 65

    berkarakter, seperti penambahan tempat sepeda

    siswa, penambahan ruang kelas yang berjumlah

    sesuai jumlah kelas yang seharusnya, yaitu 45 ruang,

    perbaikan laboratorium agar alatnya yang ada

    didalamnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

    siswa, penjagaan pintu masuk/keluar di SMK Negeri 1

    Klaten, perlu diadakan tempat penitipan helm dan

    handphone untuk siswa.

    4.4.5. Tabulasi Implementasi Pendidikan Karakter

    dan Hambatannya

    Untuk membantu mempermudah memahami hasil

    pelaksanaan pendidikan karakter, berikut ini disajikan

    dalam bentuk tabel.

    Tabel 4.

    Tabulasi Implementasi Pendidikan Karakter

    No Implementasi Hasil Masukan peneliti 1. Berdasarkan

    pedoman

    pendidikan

    karakter

    Nilai-nilai karakter

    masuk dalam

    silabus dan RPP

    namun belum

    semua mata

    pelajaran normatif dan adaptif ada

    Sebaiknya nilai-nilai

    karakter

    dimasukkan pada

    silabus dan RPP

    untuk semua mata

    pelajaran yang diajarkan

    Aplikasi dalam

    proses

    pembelajaran

    belum dilakukan

    oleh semua guru

    Sebaiknya semua

    guru menanamkan

    nilai-nilai karakter

    kepada siswa tidak

    hanya melalui mata pelajaran yang

    diampu tetapi juga

    keteladanan dari

    para guru

    2. Berdasarkan teori

    Edward 3

  • 66

    No Implementasi Hasil Masukan peneliti a. Komunikasi Penyampai pesan

    adalah kepala

    sekolah dan wakil kepala sekolah

    (WKS1, WKS2,

    WKS3, dan WKS4)

    -

    Isi pesan

    disampaikan

    tetapi keutuhan, kelengkapan dan

    sistematika tidak

    ada

    Pesan tentang

    pendidikan karakter

    sebaiknya disampaikan dengan

    jelas dan disertai

    aturan yang tegas,

    serta pengawasan

    yang konsisten

    Media dalam

    menyampaikan pesan

    menggunakan

    moment rapat-

    rapat sekolah

    Sebaiknya dibuat

    rapat khusus untuk membahas tentang

    implementasi

    pendidikan karakter

    Belum semua

    guru menyampaikan

    pesan tentang

    nilai-nilai karakter

    kepada siswa,

    sebagian besar

    masih berfokus pada materi

    Semua guru dan

    elemen sekolah sebaiknya

    menyampaikan nilai-

    nilai karakter kepada

    siswa baik melalui

    pemberian informasi

    maupun tindakan nyata (keteladanan)

    b. Sumber daya Penyampai pesan

    tidak konsisten

    dan kontrol

    kurang maksimal

    Sebaiknya pesan

    disampaikan secara

    konsisten dan

    dilakukan kontrol

    secara berkala dan terjadwalkan

    Ada beberapa

    guru yang tidak

    peduli dengan

    karakter siswa

    Sebaiknya semua

    guru peduli terhadap

    pelaksananan

    pendidikan karakter,

    karena semua

    mempunyai kesempatan sama

    Sumber informasi

    masih perintah

    lisan dan tidak

    ada petunjuk

    Sebaiknya ada

    perintah tertulis dan

    disertai petunjuk

    pelaksanaannya

  • 67

    No Implementasi Hasil Masukan peneliti khusus

    c. Kecenderungan Tidak semua guru

    bersedia

    menanamkan nilai-nilai karakter

    kepada siswa

    Sebaiknya semua

    guru bersedia

    menanamkan nilai-nilai karakter kepada

    siswa

    Guru kurang

    kompak dan

    kurang konsisten

    dalam pelaksanaan

    pendidikan

    karakter

    Sebaiknya guru

    kompak dan

    konsisten dalam

    pelaksanaan pendidikan karakter

    Terdapat

    perbedaan

    perilaku guru

    dalam mengambil tindakan

    Sebaiknya ada

    kesamaan persepsi

    dalam mengambil

    tindakan

    d. Struktur

    birokrasi

    Tidak ada tim

    khusus yang

    mengelola

    pendidikan

    karakter

    Sebaiknya dibentuk

    tim khusus yang

    bertanggungjawab

    atas pelaksanaan

    pendidikan karakter

    Tidak ada pedoman khusus

    bagi guru tentang

    pelaksanaan

    pendidikan

    karakter

    Sebaiknya dibuat pedoman khusus

    dan petugas khusus

    Sumber: data diolah

    Hambatan yang ditemui dalam implementasi

    pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Klaten disajikan

    dalam bentuk tabel menjadi sbb:

    Tabel 5.

    Kendala dalam Pendidikan Karakter

    No Kendala Solusi peneliti 1. Kurang koordinasi antar

    warga sekolah

    Koordinasi dilakukan secara

    konsisten dan maksimal

    2. Kurang kesadaran guru Meningkatkan kesadaran guru

  • 68

    No Kendala Solusi peneliti dengan pembinaan

    3. Sikap guru masa bodoh Guru diikutsertakan dalam

    pelatihan-pelatihan karakter

    4. Inkonsistensi guru dan

    kurang keteladanan

    Dilakukan pembinaan terhadap

    semua guru

    5. Kurang komunikasi antara pihak sekolah

    dengan orang tua siswa

    Dilakukan koordinasi agar terjalin komunikasi yang baik

    antara sekolah dengan orang tua

    siswa. Perlu disosialisasi tentang

    implementasi pendidikan

    karakter kepada orang tua

    6. Kurang fasilitas sekolah Pihak sekolah menambah fasilitas yang dibutuhkan untuk

    lencarnya pelaksanaan

    pendidikan karakter

    Sumber: data diolah