KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER
-
Upload
zamroni-bonang -
Category
Documents
-
view
970 -
download
7
Transcript of KURIKULUM PENDIDIKAN BERKARAKTER
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah bergulirnya kurikulum KTSP, saat ini berkembang tuntutan untuk
perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun
karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang
menurunnya kualitas sikap dan moral generasi muda penerus bangsa. Sehingga,
yang diperlukan saat ini adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter, artinya
kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi
pembentukan karakter peserta didik.
Orang tua atau bahkan kita sendiri dapat membandingkan bagaimana perbedaan
antara output/produk pendidikan saat ini dengan dekade sebelumnya, terutama
dalam hal sikap, perilaku sosial, serta moral peserta didik. Atas situasi, sikap,
perilaku sosial anak-anak, remaja, generasi muda sekarang, sebagian orang tua
menilai terjadinya kemerosotan atau degradasi sikap atau nilai-nilai budaya bangsa.
Mereka menghendaki adanya sikap dan perilaku anak-anak yang lebih berkarakter,
kejujuran, memiliki integritas yang merupakan cerminan budaya bangsa, dan
bertindak sopan santun dan ramah tamah dalam pergaulan keseharian. Selain itu
diharapkan pula generasi muda tetap memiliki sikap mental dan semangat juang
yang menjunjung tinggi etika, moral, dan melaksanakan ajaran agama.
Jika ditarik garis lurus bahwa mereka yang kini menjadi orang dewasa adalah
produk pendidikan pada beberapa dekade sebelumnya, maka yang dipertanyakan
adalah kurikulum pendidikan di masa sebelumnya itu. Apa yang dilakukan oleh
beberapa orang tua tersebut tidak sepenuhnya salah. Ada baiknya dilakukan
“review” menyeluruh terhadap suatu kurikulum pendidikan. Kehendak untuk
melakukan peninjauan kurikulum, sesungguhnya, bukan hanya semata-mata atas
desakan dan tuntutan para orang tua. Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak
terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang
berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadobsi
kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik. Kunci
sukses implementasi kurikulum terutama adalah pada pendidik, kelembagaan
sekolah, dukungan kebijakan strategis, dan lingkungan pendidikan itu sendiri.
1
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun
dalam arti sempit. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum
terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Selanjutnya
dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga pengertian
yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu
rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang
merupakan bagian dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat; (3) kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian
kurikulum, yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan dan
pengajaran.
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum
merupakan rancangan pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar
siswa. Dengan demikian secara implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan
pendidikan. Selain itu juga jelas bahwa banyak faktor yang terkait dengan
pelaksanaan pendidikan, yaitu guru, siswa, orang tua, dan lingkungan. Manajemen
persekolahan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Bagaimana iklim sekolah diciptakan, turut berperan dalam mewarnai anak didik.
Apakah iklim kebebasan, disiplin, ketertiban, dan kreativitas benar-benar tercipta di
lingkungan sekolah.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai kurikulum pendidikan
berkarakter yang akan di aplikasikan dalam lingkungan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep kurikulum pendidikan berkarakter?
2. Apakah kunci sukses kurikulum pendidikan berkarakter?
3. Bagaimana model kurikulum pendidikan berkarakter?
2
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kurikulum pendidikan berkarakter
2. Untuk mengetahui kunci sukses kurikulum pendidikan berkarakter
3. Untuk mengetahui model kurikulum pendidikan berkarakter
3
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kurikulum Pendidikan Berkarakter
Pendidikan karakter memiliki peran penting untuk membangun karakter seseorang.
Bukan saja saat ini sejak 2500 tahun yang lalu, Socrates telah berkata bahwa tujuan paling
mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.
Dalam sejarah Islam, sekitar 1500 tahun yang lalu Muhammad SAW, Sang Nabi terakhir
dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia
adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character) dimana
ajaran pertamanya adalan kejujuran (al-amien) serta bagaimana dapat membangun karakter
yang baik tersebut maka saat itu pula telah di ajar bahwa manusia harus senantiasa mampu
belajar (iqra) apakah belajar dari ayat-ayat yang tertulis maupun ayat-ayat yang tidak
tertulis. Berikutnya, ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada
wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian manusia yang baik. Tokoh pendidikan
Barat yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan menggemakan
kembali gaung yang disuarakan Socrates dan Muhamad SAW, bahwa moral, akhlak atau
karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan
Marthin Luther King Jr. menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan, “Intelligence
plus character, that is the true aim of education”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan
yang benar dari pendidikan. Pakar pendidikan Indonesia, Fuad Hasan, dengan tesis
pendidikan adalah pembudayaan, juga ingin menyampaikan hal yang sama dengan tokoh-
tokoh pendidikan di atas. Menurutnya, pendidikan bermuara pada pengalihan nilai-nilai
budaya dan norma-norma sosial (transmission of cultural values and social norms).
Sementara Mardiatmadja menyebut pendidikan karakter sebagai ruh pendidikan dalam
memanusiakan manusia.
Pemaparan pandangan tokoh-tokoh di atas ingin menunjukkan bahwa pendidikan
sebagai nilai universal kehidupan memiliki tujuan pokok yang disepakati di setiap jaman,
pada setiap kawasan, dan dalam semua pemikiran. Dengan bahasa sederhana, tujuan yang
disepakati itu adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahun, sikap dan
keterampilan. Tak dapat dipungkiri, sekolah atau kampus memiliki pengaruh dan dampak
terhadap karakter siswa atau mahasiswa, baik disengaja maupun tidak. Kenyataan ini
menjadi entry point untuk menyatakan bahwa sekolah atau kampus mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter.
Selanjutnya para pakar pendidikan terutama pendidikan nilai, moral atau karakter, melihat
4
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
hal itu bukan sekedar tugas dan tanggung jawab tetapi juga merupakan suatu usaha yang
harus menjadi prioritas.
Sementara itu, Berkowitz dan Melinda menambahkan 3 alasan mendasar lainnya. 1)
Secara faktual, bisadari atau tidak, disengaja atau tidak, sekolah atau kampus berpengaruh
terhadap karakter siswa atau mahasiswa. 2) Secara politis, setiap negara mengharapkan
warga negara yang memiliki karakter positif. Banyak hal yang berkaitan dengan
kesuksesan pembangunan sebuah negara sangat bergantung pada karakter bangsanya.
Demokrasi yang diperjuangkan di banyak negara, sukses dan gagalnya juga tergantung
pada karakter warga negara. Di sinilah, sekolah harus berkontribusi terhadap pembentukan
karakter agar bangsanya tetap survive. 3) Perkembangan mutakhir ternyata menunjukkan
bahwa pendidikan karakter yang efektif mampu mendorong dan meningkatkan pencapaian
tujuan-tujuan akademik sekolah atau kampus. Dengan kata lain, pendidikan karakter juga
dapat meningkatkan pembelajaran. Dapat ditambahkan di sini, bahwa fenomena
pengasuhan dalam keluarga (parenting) sekarang ini banyak yang sudah menyalahi peran
utama keluarga sebagai media sosialisasi utama yang mengenalkan nilai-nilai dan norma-
norma kehidupan kepada anak. Bermunculannya tempat penitipan anak (child care)
misalnya, menunjukkan banyak keluarga yang sudah kehilangan waktu untuk mengasuh
dan mendidik anak-anaknya.
Argumen tajam lainnya disampaikan oleh Robert W. Howard. Menurutnya, sekalipun
perdebatan seputar tujuan pendidikan tidak pernah berakhir, namun upaya mempersiapkan
generasi baru dari warga negara merupakan suatu tujuan yang telah disepakati.
Kewarganegaraan ini mempunyai dua dimensi politik dan sosial, yang keduanya menyatu
dan terlibat dengan isu-isu moral. Tidaklah mungkin meninggalkan isu-isu moral ini di luar
jangkauan sekolah. Sebagai konsekuensinya, pendidikan moral haruslah menjadi salah satu
dari dua tujuan umum pedidikan; yang tujuan lainnya adalah mengajarkan kecerdasan dan
kecakapan akademik (teaching academic content and skills).
Argumen-argumen di atas dengan jelas menunjukkan bahwa sekolah atau kampus tidak
dapat menghindar dari pendidikan karakter. Sekolah atau kampus pun tidak dapat
mengupayakan dan menerapkannya dengan tanpa kesungguhan. Sekolah atau kampus
harus meyikapi pendidikan karakter seserius sekolah menghadapi pendidikan akademik,
karena sekolah yang hanya mendidik pemikiran tanpa mendidik moral adalah sekolah yang
sedang mempersiapkan masyarakat yang berbahaya. Kesimpulan serupa juga ditegaskan
dalam Sister Mary Janet dan Ralp G. Chamberlin. Menurutnya, sekolah atau kampus
memiliki yang sangat signifikan dalam mengajarkan moral dan nilai-nilai agama.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004) dalam Achmad Husen (2010),
pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort
5
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think
about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be
able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe
to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru,
cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai
hal terkait lainnya. T. Ramli (2003) dalam Suyanto (2011, )mengemukakan bahwa
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang
baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh
budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian
generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai
moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the
golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari
nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar
tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung
jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif,
kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati,
toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar
manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung
jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya
integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah atau dikampus harus berpijak
kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang
lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah atau kampus itu sendiri.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010) dalam Achmad
Husen (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif,
dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan
6
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati
(Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga
dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective
and Creativity development).
Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut
Hersh, et. al. (1980) dalam Achmad Husen (2010), di antara berbagai teori yang
berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan
rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan
moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias
(1989) dalam Achmad Husen (2010), mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang
menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku.
Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian
psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
B. Kunci Sukses Kurikulum Pendidikan Berkarakter
1. Dari Knowing Menuju Doing
Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa pendidikan karakter bergerak
dari knowing menuju doing atau acting. William Kilpatrick menyebutkan salah
satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah
memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia
tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari
pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada ada
tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter.
Moral Knowing sebagai aspek pertama memiliki enam unsur, yaitu
kesadaran moral (moral awareness), yaitu kesediaan seseorang untuk menerima
secara cerdas sesuatu yang seharusnya dilakukan. pengetahuan tentang nilai-
nilai moral (knowing moral values), yaitu mencakup pemahaman mengneai
7
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
macam-macam nilai moral seperti menghormati hak hidup, kebebasan,
tanggung jawab, kejujuran, keadilan, tenggang rasa, kesopanan dan
kedisiplinan. penentuan sudut pandang (perspective taking), yaitu kemampuan
menggunakan cara pandang orang lain dalam melihat sesuatu. logika moral
(moral reasoning), adalah kemampuan individu untuk mencari jawaban atas
pertanyaan mengapa sesuatu dikatakan baik atau buruk. keberanian mengambil
menentukan sikap (decision making), yaitu kemampuan individu untuk memilih
alternatif yang paling baik dari sekian banyak pilihan. dan pengenalan diri (self
knowledge), yaitu kemampan individu untuk menilai diri sendiri. Keenam unsur
adalah komponen-komponen yang harus diajarkan untuk mengisi ranah kognitif
mereka.
Selanjutnya Moral Loving atau Moral Feeling merupakan penguatan aspek
emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan
dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran
akan jati diri, percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain
(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),
kerendahan hati (humility). Kata hati memiliki dua sisi yaitu mengetahui apa
yang baik, dan rasa wajib untuk mengerjakan yang baik itu. Penghargaan diri
adalah penilaian serta penghargaan terhadap diri kita sendiri. Empati adalah
penempatan diri kita pada posisi orang lain yang merupakan aspek emosional
dari “prespective taking”. Cinta kebaikan merupakan unsur karakter yang paling
tinggi yang mencakup kemurnian rasa tertarik pada hal yang baik. Pengendalian
diri adalah kesadaran dan kesediaan untuk menekan perasaannya sendiri agar
tidak melahirkan perilaku yang melebihi kewajaran. Sedang “humanity”
merupakan aspek emosi dari “selfknowledge” yang berbentuk keterbukaan yang
murni terhadap kebenaran dan kemampuan untu bertindak mengoreksi
kesalahan sendiri.
Setelah dua aspek tadi terwujud, maka Perilaku moral (Moral Acting)
sebagai outcome akan dengan mudah muncul baik berupa competence, will,
maupun habits. Perilaku moral adalah hasil nyata dari penerapan pengetahuan
dan perasaan moral. Orang yang memiliki kualitas kecerdasan dan perasaan
moral yang baik akan kecenderungan menunjukkan perilaku moral yang baik
pula. Kemampuan moral adalah kebiasaan untuk mewujudkan pengetahuan dan
8
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
perasaan moral dalam bentuk perilaku nyata. Kemauan moral adalah mobilisasi
energi atau daya dan tenaga untuk dapat melahirkan tindakan atau erilaku
moral. Sedangkan kebiasaan moral adalah pengulangan secara sadar
perwujudan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perlaku moral yang
terus menerus. Namun, merujuk kepada tesis Ratna Megawangi bahwa karakter
adalah tabiat yang langsung disetir dari otak, maka ketiga tahapan tadi perlu
disuguhkan kepada siswa melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis.
Sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan topeng.
Berkaitan dengan hal ini, perkembangan pendidikan karakter di Amerika
Serikat telah sampai pada ikhtiar ini. Dalam sebuah situs nasional karakter
pendidikan di Amerika bahkan disiapkan lesson plan untuk tiap bentuk karakter
yang telah dirumuskan dari mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah.
2. Identifikasi Karakter
Pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya akan menjadi
sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta. Organisasi manapun di
dunia ini yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan karakter selalu –
dan seharusnya- mampu mengidentifikasi karakter-karakter dasar yang akan
menjadi pilar perilaku individu. Indonesia Heritage Foundation merumuskan
sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan
karakter tersebut adalah; 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2)
tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih
sayang, peduli, dan kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang
menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan 9)
toleransi, cinta damai dan persatuan. Sementara Character Counts di Amerika
mengidentfikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; 1)
dapat dipercaya (trustworthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respect), 3)
tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6)
kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), berani (courage), 9)
tekun (diligence) dan 10) integritas.
Kemudian Ari Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan
pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada
sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asmâ al-Husnâ. Sifat-sifat dan nama-nama
mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan
9
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-
nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7 karakter dasar, yaitu jujur,
tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja sama.
Begitu pula Covey menawarkan 8 kebiasaan dalam mengambangkan
karakter, yakni: habit-1, Vision atau bersikap proaktif (principles of personal),
habit-2, memulai dengan akhir dalam pikiran (principles of personal
Leadershif), habit-3, mendahulukan yang Utama (Principles of Personal
Management), habit-4, berpikir menang-menang (principles of interpersonal
Leadership), habit-5, berusaha mengerti terlebih dahulu (Pathos) sebelum
dimengerti (logos), (Principles of Emphathetic Communication), habit-7,
kebiasaa pembauran diri (Principles of Balanced Self-Renewal), Habit-8,
Menggali dan menemukan potensi diri serta memberikan inspirasi kepada orang
lain untuk menemukan potensinya.
Begitu pula dengan pendidikan karakter yang dilakukan oleh Universitas
Negeri Jakarta mengidentifikasi karakter yang akan di bangun dalam civitas
akademika berupa 7 Kebiasaan, yaitu: 1) Kejujuran (fairness) ; 2) terbuka; 3)
Disiplin; 4) Komitmen; 5) tanggung Jawab (responsibility); 6)
Menghargai/menghormati; 7) Berbagi (caring). Pembiasaan pertama, adalah
kejujuran. Kejujuran adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan sesuatu
yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah. Kejujuran
merupakan barang yang sangat mahal harganya dewasa ini pada bangsa kita,
karena apabila kita melihat kondisi bangsa ini, konsep kejujuran ini seolah
sirna, kita bisa melihat bagaimana tindakan para koruptor dari pemerintahan
tingkat atas hingga pemerintahan di tingkat RT/RW seolah sangat sulit untuk
dihentikan. Begitupun ketidak jujuran di lingkungan civitas akademika. Banyak
mahasiswa bahwak dosen yang melakukan plagiasi atau mencontek ketika
ujian. Adapun pembiasaan yang dilakukan adalah dengan stop mencontek, stop
plagiasi. Stop berbohong berani mengatakan apa adanya, tanpa ditutup-tutupi,
ditambah atau dikurangi. Kejujuran itu adalah indah. Pembiasaan kedua, yaitu
terbuka. Keterbukaan adalah karakter di mana seseorang terbuka, transparan
dan tidak menutup-nutipi sesuatu untuk kepentingan tertentu. Adapun
perwujudannya adalah dapat dengan pribadi yang bersikap adil, bersih,
memiliki wawasan luas, serta terbuka terhadap perubahan dan masukan.
10
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
Pembiasaan ketiga adalah disiplin. Disiplin adalah sikap diri untuk selalu tepat
waktu dan selalu mentaati aturan dengan kesadaran yang tinggi dan tanggung
jawab. Pembiasaan keempat adalah komitmen. Komitmen dalam bahasa
sederhananya adalah memenuhi janji sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Orang yang mempu berkomitmen adalah orang yang dapat dipercaya, karena
dirinya sudah memperlihatkan tanggung jawab, jujur dan dapat diandalkan.
Pembiasaan kelima adalah tanggung jawab (responsibility). Adalah kemampuan
merespon atau ”ability to respon”, artinya memberikan perhatian kepada orang
lain, dan memperhatikan kebutuhannya. Berbekal dengan kejujuran dan sikap
terbuka, seseorang akan berani mengambil resiko dari setiap kata dan
perbuatannya. Ia berani melakukan apa saja dengan penuh rasa tanggung jawab.
Perwujudannya adalah pribadi yang tampil dalam sikap berani, (bukan nekat
atau pengecut), tegar, sabar, dan bersih diri.Pembiasaan keenam adalah
menghargai atau menghormati (respect), menghormati adalah sikap yang
menunjukkan penghargaan terhadap orang lain atau sesuatu. Ada tiga jenis rasa
hormat yakni hormat pada diri sendiri, hormat pada orang lain, dan hormat pada
segala bentuk kehidupan dan lingkungan. Sementara tanggung jawab adalah
perluasan dari rasat hormat. Dan pembiasaan ketujuh adalah Berbagi (share), di
dasari oleh empati yang tinggi maka sikap berbagi adalah suatu sikap seseorang
yang selalu mau berbagi dalam hal apasaja terhadap orang lain yang
membutuhkan.
3. Prinsip Pendidikan Karakter
Character Education Quality Standards merekomendasikan 11 prinsip untuk
mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut :
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik
11
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu
mereka untuk sukses
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang
sama
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa
C. Deskripsi Model Kurikulum Pendidikan Berkarakter
Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan
melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang
dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk. (2002:42-44) dalam
Achmad Husen (2010), ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan
karakter.
1. Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri (monolitik)
Dalam model pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata
pelajaran tersendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan
yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain.
Dalam hal ini, guru bidang studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan
mengembangkan kurikulum, mengembangkan silabus, membuat Rancangan
Proses Pembelajaran (RPP), metodologi pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam
jadwal pelajaran secara terstruktur. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain
materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi yang
telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah
sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai
tersebut seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata,
12
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh
aspek kognitif, tidak menyentuh internalisasi nilai tersebut.
2. Model Terintegrasi dalam Semua Bidang Studi
Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah
disampaikan secara terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena
itu menjadi tanggunmg jawab semua guru . Dalam konteks ini setiap guru dapat
memilih materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tema atau pokok
bahasan bidang studi. Melalui model terintegrasi ini maka setiap guru adalah
pengajar pendidikan karakter tanpa kecuali. Keunggulan model terintegrasi
pada setiap bidang studi antara lain setiap guru ikut bertanggung jawab akan
penanaman nilai-nilai hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman
akan nilai-nilai pendidikan karakter cenderung tidak bersifat informatif-
kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang
studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah
diterapkan dalam berbagai seting. Sisi kelemahannya adalah pemahaman dan
persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua
guru. Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak
mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di
samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru sendiri
akan menjadikan siswa justru bingung.
3. Model di Luar Pengajaran
Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat juga ditanamkan di luar
kegiatan pembelajaran formal. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan
dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian
dibahas nilai-nilai hidupnya. Model kegiatan demikian dapat dilaksanakan oleh
guru sekolah yang diberi tugas tersebut atau dipercayakan kepada lembaga lain
untuk melaksanakannya. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan
mendapatkan pengalaman secara langsung dan konkrit. Kelemahannya adalah
tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran
di sekolah, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang
lebih banyak.
13
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
4. Model Gabungan
Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan
model di luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat dilaksanakan dalam
kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak
luar sekolah. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat, di samping itu
guru dapat belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa
menerima informasi tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan
pengalaman melalui kegiatankegiatan yang terencana dengan baik. Mengingat
pendidikan karakter merupakan salah satu fungsi dari pendidikan nasional,
maka sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi pelajaran. Oleh
karena itu, pendekatan secara terintegrasi merupakan pendekatan minimal yang
harus dilaksanakan semua tenaga pendidik sesuai dengan konteks tugas masing-
masing di sekolah, termasuk dalam hal ini adalah konselor sekolah. Namun,
bukan berati bahwa pendekatan yang paling sesuai adalah dengan model
integratif. Pendekatan gabungan tentu akan lebih baik lagi karena siswa bukan
hanya mendapatkan informasi semata melainkan juga siswa menggali nilai-nilai
pendidikan karakter melalui kegiatan secara kontekstual sehingga penghayatan
siswa lebih mendalam dan tentu saja lebih menggembirakan siswa. Dari
perspektif ini maka konselor sekolah dituntut untuk dapat menyampaikan
informasi serta mengajak dan memberikan penghayatan secara langsung tentang
berbagai informasi nilai-nilai karakter.
Tentunya dari empat model pendekatan pendidikan karakter tersebut di atas,
yang paling ideal adalah model Gabungan yaitu pendidikan karater terintegrasi
ke dalam mata pelajaran namun di luar pelajaran pun di laksanakan, namun
bagaimana guru dapat memiliki pemahaman dahkan keterampilan pendidikan
karakter itu terintegrasi apabila tidak di berikan secara khusus bagaimana model
/metode pembelajaran pendidikan karakter tersebut, sehingga Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) khususnya Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) sebagai sebuah Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang akan menghasilkan calon-calon guru sekolah
formal merasa penting untuk menyelenggarakan Pendidikan Karakter dengan
menggunakan pendekatan Monolitik.
14
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
Pemilihan ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebagian besar mahasiswa
UNJ adalah calon guru dan oleh karenanya harus dapat berperan sebagai role
model dalam berkarakter, baik sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat,
sebagai warga bangsa dan negara maupun sebagai warga dunia. Itu sebabnya
mereka tidak cukup hanya dibekali substansi materi atau konsep-konsep
pendidikan karakter, melainkan juga dan terutama mereka harus dapat
menghayati dan mempraktikkan serta membiasakan sikap dan perilaku
”berkarakter” dalam kesehariannya. Atas pertimbangan tersebut maka
implementasi pendidikan karakter memerlukan waktu yang bukan hanya lama
dan kontinyu, tetapi juga harus dirancang dan perlu dilakukan secara berulang-
ulang. Melalui pendekatan pembelajaran monolitik, hal tersebut sangat
memungkinkan untuk dilakukan.
15
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas, dapat di simpulkan bahwa :
1. Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004) dalam Achmad Husen
(2010), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is
the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core
ethical values. When we think about the kind of character we want for our
children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care
deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the
face of pressure from without and temptation from within”. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan
guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
2. Kunci Sukses Kurikulum Pendidikan Berkarakter :
a) Dari Knowing Menuju Doing : William Kilpatrick menyebutkan salah satu
penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah
memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena
ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari
pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada
ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter.
b) Identifikasi Karakter : Pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya
akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta.
Organisasi manapun di dunia ini yang menaruh perhatian besar terhadap
pendidikan karakter selalu dan seharusnya mampu mengidentifikasi
karakter-karakter dasar yang akan menjadi pilar perilaku individu.
16
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
c) Indonesia Heritage Foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang
menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah; 1)
cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin
dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli, dan
kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, 7)
keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan 9) toleransi, cinta
damai dan persatuan. Sementara Character Counts di Amerika
mengidentfikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; 1)
dapat dipercaya (trustworthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respect), 3)
tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6)
kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), berani (courage), 9)
tekun (diligence) dan 10) integritas.
d) Prinsip Pendidikan Karakter : Character Education Quality Standards
merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang
efektif, sebagai berikut :
(a) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
(b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku
(c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter
(d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
(e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang
baik
(f) emiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan
membantu mereka untuk sukses
(g) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa
17
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
(h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada
nilai dasar yang sama
(i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter
(j) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter
(k) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa
3. Deskripsi Model Kurikulum Pendidikan Berkarakter
(a) Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri (monolitik) : Dalam model
pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata pelajaran
tersendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan yang
sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain.
(b) Model Terintegrasi dalam Semua Bidang Studi : Pendekatan yang kedua
dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah disampaikan secara
terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena itu menjadi
tanggunmg jawab semua guru.
(c) Model di Luar Pengajaran : Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan
dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian
dibahas nilai-nilai hidupnya.
(d) Model Gabungan : Model gabungan adalah menggabungkan antara model
terintegrasi dan model di luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat
dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam
kerja sama dengan pihak luar sekolah.
18
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
B. Saran
Dari uraian yang sudah dijelaskan diatas maka memunculkan saran sebagai berikut:
1. Sebagai masukan kepada Pemerintah supaya memperhatikan kurikulum
pendidikan berkarakter dalam dunia pendidikan
2. Sebagai masukan kepada Pemerintah untuk memberikan layanan pendidikan
yang menuju kurikulum pendidikan berkarakter
3. Sebagai masukan kepada pendidik supaya lebih memperhatikan pentingnya pendidikan berkarakter
19
Makalah Kajian Materi Kurikulum Geografi SMA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pendidikan Berbasis Karakter. (Online)
(http:// www.jsit.web.id, diakses tanggal 02 Oktober 2011 pukul 08.00 WIB).
Husen, Achmad.dkk. 2010. Model Pendidikan Karakter Bangsa. jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Suyanto. 2011. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Karakter Bangsa.
Jakarta : Kemdiknas.
20