BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2017. 12. 11. · Uji linearitas dilakukan untuk...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2017. 12. 11. · Uji linearitas dilakukan untuk...
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tempat penelitian, responden
penelitian, karakteristik responden, persiapan penelitian, hasil seleksi
aitem dan reliabilitas alat ukur, hasil pengukuran peubah, hasil uji asumsi
klasik, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
4.1 Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Polisi di Satuan
Penjagaan dan Pengaturan Direktorat Lalu Lintas (Sat.Gatur Ditlantas)
Polda Metro Jaya, yang berpangkat Bintara yang telah bertugas minimal 1
tahun, laki-laki dengan tingkat pendidikan SMA sampai sarjana dan yang
mengalami job burnout. Banyaknya responden didapat dari seluruh
anggota yang telah mengisi instrumen job burnout. Dari keseluruhan
anggota Sat. Gatur, ada 266 anggota yang mengisi instrumen job burnout
dan sisanya 4 anggota yang tidak mengisi. Kemudian yang masuk dalam
tiga kategori (sedang, tinggi dan sangat tinggi) dari lima kategori job
burnout (sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi), adalah
sebanyak 95 anggota/responden yang mengalami job burnout. Setelah itu
hanya 33 responden dari tiga kategori (sedang, tinggi dan sangat tinggi)
yang dilakukan uji hipotesis dalam penelitian ini. Berikut dipaparkan
karakteristik responden berdasarkan usia dan lamanya bekerja.
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia disajikan dalam Tabel
4.1 berikut ini:
61
Tabel 4.1
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia
Usia Responden Presentase
21 - 28 tahun 25 26,3%
29 - 36 tahun 26 27,4%
37 - 44 tahun 15 15,8%
45 - 52 tahun 13 13,7%
53 – 60 tahun 16 16,8%
Total 95 100%
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa anggota Sat.Gatur Ditlantas
Polda Metro Jaya lebih banyak yang berusia antara 21 hingga 36 tahun
yang berjumlah 51 anggota (53,7%) dibandingkan dengan yang berusia 37
sampai dengan 60 tahun.
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
Karakteristik responden berdasarkan lamanya bekerja disajikan
dalam Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja
Lama Bekerja Responden Presentase
1 - 9 tahun 52 54,7%
10 - 17 tahun 23 24,2%
18 – 25 tahun 10 10,6%
26 – 33 tahun 8 8,4%
34 - 40 tahun 2 2,1%
Total 95 100%
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa 54,7% (52 anggota)
Sat.Gatur Ditlantas Polda Metro Jaya berada pada rentang lama bekerja
kurang dari 10 tahun.
4.3 Hasil Uji Diskriminasi Aitem dan Reliabilitas
4.3.1 Uji Diskriminasi Aitem
Uji diskriminasi aitem pada penelitian ini dilakukan dengan uji
coba terpakai pada data penelitian yang diperoleh dengan pertimbangan-
pertimbangan yang telah disebutkan. Aitem-aitem yang gugur hasil dari
62
uji diskriminasi aitem tidak digunakan lagi pada pengujian yang kedua
dengan bantuan program SPSS 17.0. Dasar untuk mengambil keputusan
sebuah aitem layak atau tidaknya adalah dengan melihat nilai corrected
item-total correlations harus lebih dari sama dengan 0,30 (Azwar, 2012).
Tabel corrected item-total correlations untuk semua aitem secara lengkap
dapat dilihat di Lampiran B. Hasil uji diskriminasi aitem skala Job
Burnout (JB) memperoleh 5 aitem gugur dan 29 aitem sisanya memiliki
korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai 0,371 - 0,805. Hasil uji diskriminasi
aitem skala Locus of Control Eksternal (LOC) memperoleh 3 aitem gugur
dan 34 aitem sisanya memiliki korelasi ≥ 0,30 dengan rentang nilai 0,438
– 0,769. Hasil uji diskriminasi aitem skala Work-life Balance (WLB)
memperoleh 3 aitem gugur dan 22 aitem sisanya memiliki korelasi ≥ 0,30
dengan rentang nilai 0,322 – 0,731.
4.3.2 Uji Reliabilitas
4.3.2.1 Skala Job Burnout (JB)
Uji reliabilitas skala Job Burnout dilakukan dengan SPSS, hasil
perhitungan seleksi aitem pengujian pertama maka didapatkan koefisien
reliabilitas sebesar 0,899 dengan jumlah aitem 34 dan jumlah subjek 95
orang. Sementara itu pada pengujian kedua didapatkan koefisien
reliabilitas sebesar 0,924 dengan jumlah aitem 29 dan jumlah subjek
sebanyak 95 orang.
4.3.2.2 Skala Locus of Control Eksternal (LOC)
Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem dengan SPSS pada
pengujian pertama didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,946 dengan
jumlah aitem 37 dan jumlah subjek 95 orang. Sementara itu pada
pengujian kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,962 dengan
jumlah aitem 34 dan jumlah subjek sebanyak 95 orang.
63
4.3.2.3 Skala Work-life Balance (WLB)
Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem dengan SPSS pada
pengujian pertama maka didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,902
dengan jumlah aitem 25 dan jumlah subjek 95 orang. Sementara itu pada
pengujian kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,940 dengan
jumlah aitem 22 dan jumlah subjek sebanyak 95 orang.
4.4 Deskripsi Hasil Pengukuran Peubah Penelitian
Peubah Job Burnout (JB), Locus of Control Eksternal (LOC) dan
Work-Life Balance (WLB) dideskripsikan dalam bentuk tabulasi, yaitu
penyajian data yang sudah diklasifikasi atau dikategorikan dalam bentuk
tabel.
4.4.1 Peubah Job Burnout (JB)
Dalam mengukur kategori skor dan menentukan interval peubah
Job Burnout yang terdiri dari 29 aitem dengan skor empiris terendah 52
dan tertinggi 120, digunakan lima kategori yaitu Sangat Tinggi (ST),
Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR). Berikut ini
adalah gambaran tinggi rendahnya Job Burnout (JB) yang disajikan dalam
Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Job Burnout (JB)
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat Tinggi 108 ≤ x ≤ 121 3 3,2
Tinggi 94 ≤ x ≤ 107 10 10,5
Sedang 80 ≤ x ≤ 93 20 21,1
Rendah 66 ≤ x ≤ 79 31 32,6
Sangat Rendah 52 ≤ x ≤ 65 31 32,6
Total 95 100
Rerata 75,58
Simpangan Baku 15,452
Min 52
Maks 120
64
Berdasarkan Tabel 4.3 tampak bahwa 65,2% JB berada pada
kategori rendah dan sangat rendah dengan nilai rerata skor JB responden
sebesar 75,58 termasuk dalam kategori rendah.sedangkan responden yang
memiliki JB kategori sedang sampai dengan sangat tinggi berjumlah 33
orang.
4.4.2 Peubah Locus of Control Eksternal (LOC)
Dalam mengukur kategori skor dan menentukan interval peubah
Locus of Control Eksternal yang terdiri dari 34 aitem dengan skor empiris
terendah 34 dan tertinggi 170, digunakan lima kategori yaitu Sangat
Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), dan Sangat Rendah
(SR).
Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya Locus of Control
Eksternal (LOC) yang disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Locus of Control Eksternal (LOC)
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat Tinggi 145 ≤ x ≤ 172 4 4,2
Tinggi 117 ≤ x ≤ 144 23 24,2
Sedang 89 ≤ x ≤ 116 57 60,0
Rendah 61 ≤ x ≤ 88 7 7,4
Sangat Rendah 33 ≤ x ≤ 60 4 4,2
Total 95 100
Rerata 106,78
Simpangan Baku 22,539
Min 34
Maks 170
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 60% LOC berada pada
kategori sedang dengan nilai rerata skor LOC responden sebesar 106,78
termasuk dalam kategori sedang.
4.4.3 Peubah Work-life Balance (WLB)
Dalam mengukur kategori skor dan menentukan interval peubah
Work-life Balance yang terdiri dari 22 aitem dengan skor empiris terendah
65
22 dan tertinggi 110, digunakan lima kategori yaitu Sangat Tinggi (ST),
Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR).
Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya Work-life Balance
(WLB) yang disajikan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Work-life Balance (WLB)
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat Tinggi 94 ≤ x ≤ 111 4 4,2
Tinggi 76 ≤ x ≤ 93 18 19,0
Sedang 58 ≤ x ≤ 75 59 62,1
Rendah 40 ≤ x ≤ 57 10 10,5
Sangat Rendah 22 ≤ x ≤ 39 4 4,2
Total 95 100
Rerata 68,97
Simpangan Baku 14,651
Min 22
Maks 110
Berdasarkan Tabel 4.5 tampak bahwa 62,1% WLB berada pada
kategori sedang dengan nilai rerata skor WLB responden sebesar 68,97
termasuk dalam kategori sedang.
4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas data dilakukan untuk menguji apakah suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov. Data penelitian dikatakan memiliki distribusi
normal apabila p>0,05.
Gambaran Uji Kolmogorov-Smirnov peubah gayut dalam Tabel
4.6.
66
Tabel 4.6
Uji Kolmogorov-Smirnov Contoh Tunggal
Sisa Tak Terbakukan
N 95
Parameter Normala Rerata 0,0000000
Simpangan Baku 14.60100533
Perbedaan Paling Ekstrim Absolut 0,110
Positif 0,110
Negatif -0,056
Kolmogorov-Smirnov Z 1,070
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,202
a. Uji Sebaran adalah Normal
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.6 diperoleh
nilai KSZ sebesar 1,070 dengan p>0,05 (sig. 0,202) sehingga dari hasil
tersebut dapat dikatakan bawa data nilai residual berdistribusi normal.
4.5.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya
hubungan linier secara sempurna atau mendekati sempurna di antara
peubah tak gayut. Apabila terjadi korelasi, maka terdapat masalah
multikolinieritas dan hasil Uji Multikolinieritas peubah tak gayut disajikan
dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas
Koefisiena
Model
Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
Terbakukan
t Sig.
Statistik
Kolinieritas
B SE Beta Toleransi VIF
1 (Konstanta) 44,651 10,222 4,368 0,000
LOC 0,208 0,068 0,303 3,078 0,003 1,000 1,000
WLB 0,127 0,104 0,120 1,218 0,226 1,000 1,000
a. Peubah Gayut: Job Burnout ; SE = Kesalahan Baku Takasiran; LOC = Locus of
Control; WLB = Worklife Balance
67
Hasil uji di atas menunjukkan bahwa nilai toleransi untuk peubah
Locus of Control Eksternal 1,000 > 0,10 dengan VIF 1,000 < 10 dan untuk
peubah Work-Life Balance nilai toleransi sebesar 1,000 > 0,10 dengan VIF
1,000 < 10. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada
peubah tak gayut yang digunakan.
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan ntuk menguji apakah ada varian
residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model
regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas
dan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dalam diagram
pencar (Gambar 4.1).
Gambar 4.1
Diagram Pencar
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak,
tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
68
4.5.4 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk megetahui hubungan linear antara
peubah tak gayut dengan peubah gayut. Berkut ini adalah hasil uji
linearitas antara peubah Locus of Control Eksternal (LOC) dengan Job
Burnout (JB) (Tabel 4.8) dan Work-Life Balance (WLB) dengan Job
Burnout (JB) (Tabel 4.9).
Tabel 4.8
Daftar Sidik Ragam Uji Linearitas
Job Burnout dengan Locus of Control Eksternal db JK KT F Sig.
JB *
LOC
Antar
Kelompok
(Gabungan) (48) (13.674,108)
Linearitas 1 2.081,988 2.081,988 10,919 0,002
Simpangan
Linearitas
47 11.592,120 246,641 1,294 0,192
Dalam Kelompok 46 8.771,050 190,675
Total 94 22.445,158
Keterangan: db= Derajat Bebas; JK= Jumlah Kuadrat; KT= Kuadrat Tengah.
Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 4.12.
Dari Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa nilai F linearitas sebesar
10,919 dengan signifikansi 0,002 (p < 0,05), maka terdapat hubungan
yang linier antara LOC dan JB.
Tabel 4.9
Daftar Sidik Ragam Uji Linearitas
Job Burnout dengan Work-Life Balance db JK KT F Sig.
JB *
WLB
Antar
Kelompok
(Gabungan) (37) (6969,210)
Linearitas 1 342,223 342,223 1,260 0,266
Simpangan
Linearitas
36 6626,987 184,083 0,678 0,892
Dalam Kelompok 57 15475,948 271,508
Total 94 22445,158
Dari Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa nilai F linieritas sebesar
1,260 dengan signifikansi 0,266 (p > 0,05), maka terdapat hubungan yang
tidak linier antara WLB dan JB.
69
4.6 Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis pertama, ada pengaruh simultan atau sendiri-sendiri
antara Locus of Control Eksternal dan Work-life balance terhadap Job
Burnout pada Anggota Polri Fungsi Lalu lintas Sat.Gatur Ditlantas Polda
Metro Jaya. Hasil dari ada tidaknya pengaruh ketiga peubah dapat
dilakukan dengan cara:
4.6.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Hasil uji statistik secara simultan untuk peubah tak gayut, X1
(LOC) dan X2 (WLB) terhadap peubah gayut Y (JB) pada Anggota Polri
Fungsi Lalu lintas Sat.Gatur Ditlantas Polda Metro Jaya disajikan dalam
Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Daftar Sidik Ragam Uji Regresi Berganda
Signifikansi Nilai F Anggota Sat.Gatur
Model db JK KT F Sig.
1 Regresi 2 623,641 311,820 4,785 0, 016a
Sisa 30 1.955,086 65,170
Total 32 2.578,727
a. Prediktor: (Konstanta), LOC, WLB
b. Peubah Gayut: JB Keterangan: JB= Job Burnout; WLB= Work-life Balance; LOC= Locus of Control
Eksternal; db= derajat bebas; JK= Jumlah Kuadrat; KT= Kuadrat Tengah.
Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan nilai F hitung 4,785 dengan
tingkat signifikansi 0,016 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
Locus of Control Eksternal (X1) dan Work-life Balance (X2) secara
simultan menjadi prediktor Job Burnout (Y).
4.6.2 Uji Signifikan Parameter Individual/Parsial (Uji t)
Hasil uji statistik secara parsial untuk peubah ta gayut, X1 (LOC)
dan X2 (WLB) terhadap peubah gayut Y (JB) pada Anggota Polri Fungsi
Lalu lintas Sat.Gatur Ditlantas Polda Metro Jaya disajikan dalam Tabel
4.11.
70
Tabel 4.11
Daftar Uji Regresi Berganda
Signifikansi Nilai t Anggota Sat.Gatur
Koefisiena
Model Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
Terbakukan
t Sig.
B Kesalahan
baku
Beta
1 (Konstanta) 68,437 15,099 4,533 0,000
LOC 0,221 0,075 0,495 2,958 0,006
WLB 0,008 0,141 0,009 0,055 0,957
a. Peubah Gayut: JB
Tabel 4.14 menunjukkan hasil t hitung Locus of Control Eksternal
2,958 dengan tingkat signifikansi 0,006 (p<0,05). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa peubah tak gayut Locus of Control Eksternal secara
parsial merupakan prediktor Job Burnout. Sebaliknya hasil pengujian
peubah Work-Life Balance didapatkan nilai t hitung sebesar 0,055 dan
nilai signifikansi 0,957 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
peubah Work-Life Balance tidak menjadi prediktor dari Job Burnout.
Dengan demikian, berdasarkan Tabel 4.11 dapat disusun
persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y = 68,437 + 0,221X1
Interpretasi dari persamaan regresi di atas adalah:
1. Konstanta sebesar 68,437 menyatakan bahwa jika peubah tak gayut
dianggap konstan, maka nilai peubah JB sebesar 68,437.
2. Koefisien regresi LOC sebesar 0,221 dengan signifikansi 0,006
memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau
satu tingkatan LOC akan berdampak pada meningkatnya JB sebesar
0,221 juga.
4.6.3 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R kuadrat) dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi dari
71
peubah Locus of Control Eksternal dan Work-Life Balance secara simultan
terhadap Job Burnout. Berikut adalah gambaran nilai koefisien
determinasi (R kuadrat) anggota sat.gatur dalam Tabel 4.12:
Tabel 4.12
Hasil Koefisien Determinasi
Ringkasan Model Anggota Sat.Gatur
Model R R Kuadrat R Kuadrat
Terkorelasi
Kesalahan
Tafsiran
1 0,492a 0,242 0,191 8,073
a. Prediktor: (Konstanta), LOC, WLB
b. Peubah Gayut: JB
Berdasarkan Tabel 4.12 terlihat bahwa R (koefisien korelasi)
sebesar 0,492 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan
antara Locus of Control Eksternal dan Work-Life Balance terhadap Job
Burnout. Nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,242 yang berarti LOC
dan WLB berpengaruh terhadap JB sebesar 24,2% sedangkan sisanya
sebesar 75,8% dipengaruhi oleh peubah lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
4.6.4 Uji Korelasi
Uji orelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah
Job Burnout degan peubah tak gayut yaitu Locus of Control Eksternal dan
Work-Life Balance.
Gambaran uji signifikansi (uji korelasi) untuk LOC dan WLB
terhadap JB anggota Sat. Gatur Polda Metro Jaya disajikan dalam Tabel
4.13.
72
Tabel 4.13
Hasil Uji Korelasi Simultan
33 Anggota Sat.Gatur Polda Metro Jaya
JB LOC WLB
JB Pearson Correlation 1 0,492** -0,144
Sig. (2-tailed) 0,004 0,424
N 33 33 33
LOC Pearson Correlation 0,492** 1 -0,310
Sig. (2-tailed) 0,004 0,079
N 33 33 33
WLB Pearson Correlation -0,144 -0,310 1
Sig. (2-tailed) 0,424 0,079
N 33 33 33
**. Korelasi nyata pada tingkat kenyataan 1% (2-ekor).
Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat bahwa LOC berhubungan positif
(r=0,492 **) dengan nilai JB. Sebaliknya WLB tidak berhubungan dengan
nilai JB.
4.6.5 Sumbangan Efektif Tiap Peubah
Sumbangan efektif merupakan cara untuk mengetahui seberapa
besar sumbangan efektif dari masing-masing peubah tak gayut terhadap
peubah gayut. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
SE X1 = nilai β koefisien korelasi X1 Y × 100%
SE X2 = nilai β koefisien korelasi X2 Y × 100%
Nilai β yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai yang sudah
standardisasi untuk dapat membandingkan besarnya pengaruh dari peubah
tak gayut terhadap peubah gayut.
Gambaran sumbangan efektif masing-masing peubah tak gayut
disajikan dalam Tabel 4.13.
73
Tabel 4.14
Sumbangan Efektif LOC dan WLB terhadap JB
Peubah Sumbangan efektif
Locus of Control Eksternal 24,35%
Wok-life Balance -0,13%
Total 24,22%
Berdasarkan Tabel 4.14 terlihat bahwa Locus of Control Eksternal
memberikan pengaruh sebesar 24,35% (β = 0,495) sedangkan Wok-life
Balance memberikan pengaruh sebesar -0,13% (β = 0,009). Hasil ini
menunjukkan bahwa sumbangan peubah Locus of Control Eksternal lebih
besar dari sumbangan Wok-life Balance terhadap Job Burnout anggota
Sat.Gatur. Total sumbangan efektif dari kedua peubah tak gayut adalah
sebesar 24,22% atau (24,2%). Dengan demikian sumbangan efektif dari
peubah lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah sebesar
75,8%.
Sumbangan efektif dari aspek peubah LOC secara lebih rinci
disajikan dalam Tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Aspek Sumbangan Efektif LOC terhadap JB
Aspek Sumbangan efektif
Internality 26,2%
Externality Others 25,0%
Externality Lucky 21,0%
Total 72,2%
Dari Tabel 4.15 terlihat bahwa sumbangan efektif terbesar adalah
aspek Externality Others dan Externality Lucky sebesar 46,0%.
74
4.6.6 Uji Beda t-test (Uji t contoh independen)
Hipotesis kedua, Ada perbedaan signifikan Job Burnout ditinjau
dari Usia. Gambaran statistik deskriptif data Job Burnout Sesuai Tahapan
Perkembangan Dewasa Levinson disajikan dalam Tabel 4.16 dan
Lampiran C.
Tabel 4.16
Statistik Deskriptif
Job Burnout Sesuai Tahapan Perkembangan Dewasa Levinson antara
22-55 Tahun
Statistik Grup
Kategori N Rataan Simpangan
Baku
Kesalahan Baku
Taksiran
JB Sangat Tinggi-
Sedang
33 39,894 10,607 3,046
Rendah-Sangat
Rendah
62 35,209 9,858 2,065
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan Job Burnout
ditunjukkan dengan nilai z hitung > z tabel yaitu 2,10 > 1,65 (Z tabel).
Hipotesis ketiga, Ada perbedaan signifikan Job Burnout antar
Lama Bekerja. Gambaran statistik deskriptif data Job Burnout pada Lama
Bekerja disajikan dalam Tabel 4.17 dan Lampiran C.
Tabel 4.17
Statistik Deskriptif
Data Job Burnout antar Lama Bekerja
Statistik Grup
Lama
Kerja
N Rataan Simpangan
Baku
Kesalahan Baku
Taksiran
JB 1-40* 33 18,05 9,04 2,590
1-42** 62 10,57 8,794 1,842
Keterangan: * kategori sangat tinggi - sedang
* kategori rendah – sangat rendah
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan Job Burnout
ditunjukkan dengan nilai z hitung > z tabel yaitu 3,877 > 1,65 (Z tabel).
75
4.7 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Gambaran ringkasan hasil pengujian hipotesis disajikan dalam
Tabel 4.18 berikut ini:
Tabel 4.18
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Y = 68,437 + 0,221X1
R = 0,492
R2 = 0,242 (24,2%)
Sumbangan Efektif
LOC = 24,35%
Dimensi LOC
Internality = 26,2%
Externality Others = 25,0%
Externality Lucky = 21,0%
76
4.8 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji regresi berganda,
uji sidik ragam dan uji t contoh bebas, maka pembahasan hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut:
4.8.1 Locus of Control Eksternal dan Work-Life Balance secara
simultan berpengaruh terhadap Job Burnout Anggota
Sat.Gatur Polda Metro Jaya.
Hasil analisis data menunjukan bahwa Locus of Control Eksternal
dan Work-Life Balance secara simultan menjadi prediktor terhadap Job
Burnout Anggota Sat.Gatur Polda Metro Jaya. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai Fhitung= 4,785 dengan tingkat signifikansi 0,016
(p<0,05) dan koefisien determinasi (R2)= 0,242. Peubah Locus of Control
Eksternal berpengaruh sebesar 24,2% dan sisanya 75,8% dipengaruhi oleh
peubah lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Jadi dapat
dikatakan bahwa, tingginya Locus of Control Eksternal berpengaruh
terhadap Job Burnout. Hal ini menunjukkan bahwa Job Burnout yang
dimiliki oleh Anggota Sat.Gatur dipengaruhi oleh Locus of Control
Eksternal.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang menyebabkan Locus of
Control Eksternal secara sendiri menjadi prediktor terhadap Job Burnout
Anggota Sat.Gatur Polda Metro Jaya antara lain:
Kemungkinan pertama, sebagian besar anggota Sat.Gatur
menganggap bahwa Locus of Control Eksternal merupakan hal yang
penting, yang akan mempengaruhi tingkat Job Burnout. Mengalami Job
Burnout atau kelelahan emosional dan menyikapi tuntutan pekerjaan
secara negatif lebih dimiliki anggota Sat. Gatur yang memiliki keyakinan
bahwa faktor eksternal di luar kendali diri menentukan keberhasilan dan
kegagalan. Oleh karena itu Locus of Control Eksternal akan meningkatkan
Job Burnout. Mereka cenderung menganggap bahwa kesuksesan dan
prestasi mereka lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari luar
diri mereka seperti takdir, nasib dan keputusan yang ditentukan orang lain
77
(Jaya & Rahmat, 2005). Maka hal ini sejalan dengan Menezes (2009)
bahwa individu dengan Locus of control internal cenderung memiliki
kepuasan kerja yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat
lebih mampu menahan stres dibandingkan individu dengan Locus of
Control Eksternal. Dengan begitu individu dengan Locus of Control
Eksternal lebih mudah merasa tertekan dalam bekerja dikarenakan merasa
tidak mampu mengontrol kesuksesannya. Sehingga memiliki tingkat
Locus of Control Eksternal yang tinggi yaitu proses menuju Job Burnout.
Buhler & Land (2004) menyatakan bahwa Locus of Control Eksternal
memiliki hubungan positif dengan peubah Burnout emotional exhaustion
dan depersonalization.
Kemungkinan kedua, pada dasarnya anggota Sat. Gatur dapat
merasakan Locus of Control Eksternal ada pada diri mereka, sehingga
dapat menjadikan Job Burnout pada anggota Sat. Gatur meningkat.
Pengalamannya semasa bekerja sebagai polisi lalulintas dirasakan bahwa
kesuksesan, usaha, kegagalannya, dan peristiwa buruk dalam bekerja
disebabkan dari luar diri mereka yang dapat memengaruhi tingkat job
burnout. Hal ini sejalan dengan penelitian Bevis (2008) pada guru bahwa
ketika guru-guru merasa situasi tidak berada di bawah kendali mereka,
mereka tampil lebih mungkin menderita kelelahan. Mereka juga
menyalahkan masalahnya pada kurangnya disiplin di seluruh sekolah.
Individu dengan Locus of Control Eksternal yang tinggi memiliki
kecenderungan emosional sehingga ketika menghadapi pekerjaan yang
cenderung mnegarah pada situasi yang lebih memantik emosi, hal ini
cenderung mengalami Job Burnout.
Di samping Locus of Control Eksternal dan Work-Life Balance
yang secara simultan menjadi prediktor Job Burnout, secara parsial hanya
Locus of Control Eksternal merupakan prediktor Job Burnout yang
memiliki nilai thitung 2,958 dengan sig. 0,006 (p<0,05). Sedangkan Work-
Life Balance tidak menjadi prediktor Job Burnout yang memiliki nilai
thitung 0,055 dengan sig. 0,957 (p>0,05).
78
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Stefan & Simic
(2004) yang menemukan bahwa indivdu-individu yang lebih memiliki
Locus of Control Eksternal akan lebih rentan juga terhadap Burnout.
Dalam penelitian ini juga ditemukan sumbangan efektif dari Locus of
Control Eksternal. Locus of Control Eksternal memperoleh sumbangan
efektif sebesar 24,35%. Hasil ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif
peubah Locus of Control Eksternal lebih besar terhadap Job Burnout
dibandingkan Work-Life Balance terhadap Job Burnout. Job Burnout
dapat meningkat apabila anggota Sat. Gatur masih menganggap bahwa
kesuksesan atau kegagalan dikendalikan oleh hal-hal dari luar diri mereka.
Locus of Control Eksternal yang cenderung pada pengaruh keberuntungan
(externality luck) dapat membuat anggota Sat. Gatur lebih rentan terhadap
Job Burnout. Karena individu dengan Locus of Control Eksternal lebih
mudah merasa tertekan dalam bekerja sehingga merasa tidak mampu
mengontrol kesuksesannya (Jaya & Rahmat, 2005).
Sementara itu telaah data untuk Work-Life Balance yang
memberikan sumbangan efektif lebih sedikit terhadap Job Burnout.
Sejalan dengan penelitian Kellman (2015) menyataka bahwa Work-Life
Balance hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap Burnout
dengan nilai r= -0,369, tingkat signifikansi 0,02 (p<0,05) dan R2= 0,136.
Dengan demikian, meningkatkan Work-Life Balance kemungkinan besar
tidak menjadi strategi yang cukup dalam dirinya sendiri untuk mengurangi
Burnout. Walaupun pengaruhnya kecil, namun adanya kelelahan kerja
adalah suatu konsekuensi dari Work-Life Balance yang buruk.
Untuk peubah Locus of Control yaitu dimensi internality (26,2%),
externality others (25,0%) dan externality lucky (21,0%). Externality
others dan Externality Lucky memiliki jumlah sumbangan lebih besar
dibandingkan internality, hal ini kemungkinan karena sebagian besar
anggota Sat. Gatur menganggap kegagalan atau kesuksesan yang mereka
dapatkan semasa kerja adalah pengaruh dari orang lain dan keberuntungan
dan mereka merasa bahwa mereka dapat melakukan sedikit tentang
kegagalan atau kesuksesan. Hal ini sejalan dengan Rahim (1996, dalam
79
Jagannathan et al, 2013) yang menyatakan bahwa individu dengan
internality lebih merasa berguna dan dapat mengatasi stres dari pada
individu dengan externality others dan externality Lucky. Hasil penelitian
Jagannathan, Thampi & Anshu (2013) memperkuat dengan menyatakan
bahwa karyawan dengan internality memiliki peran yang lebih tinggi dan
strategi untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami. Mereka juga lebih
dapat menjadi pengaruh yang kuat dalam bekerja dengan orang lain.
Sedangkan karyawan dengan externality menunjukkan kepercayaan
interpersonal yang lebih rendah. Mereka cenderung percaya bahwa
Externality others lebih berpengaruh saat bekerja dan Externality Lucky
kurang berpengaruh. Arakeri & Sunagar (2017) menyatakan bahwa orang-
orang dengan atribut kesuksesan mereka cenderung kepada keberuntungan
(lucky) atau tidak dari usaha mereka sendiri, mereka individu yang sangat
pasif dan selalu melihat hal-hal yang terjadi sudah sebagaimana harus
terjadi. Sehingga apabila keberuntungan, nasib dan kesempatan baik
sedang tidak berpihak kepada mereka, maka ketika harapannya tidak
sesuai dengan kenyataannya, individu dengan tingkat externality lucky
tinggi akan lebih mudah mencapai job burnout. Ketidak sesuaian ini dapat
meningkatkan problema psikologis dan burnout dari segi dimensi
emotional exhaustion (Buhler & Land, 2004). Selain itu studi lainnya yang
dilakukan oleh Stefan & Simic (2004) menemukan adanya karakteristik
externality lucky dan burnout tertinggi adalah yang terbanyak, yang
dimiliki oleh NCO leaders (pemimpin setara bintara), dengan r=0,322.
4.8.2 Job Burnout antar Usia Anggota Polri Fungsi Lalu lintas
Sat.Gatur Ditlantas Polda Metro Jaya
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan
Job Burnout antar 33 dan 62 anggota Sat. Gatur pada rentang usia 22-55
tahun. Hasil ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang di lakukan
Dewi & Paramita (2013) yang menyimpulkan tidak adanya perbedaan
tingkat burnout pada usia dewasa dini (18-39) dan dewasa madya (40-60).
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Prihantoro (2014)
80
yang menunjukkan tidak ada perbedaan kecenderungan burnout ditinjau
dari usia. Adanya perbedaan Job Burnout dalam penelitian ini dikarenakan
masing-masing kategori usia anggota Sat. Gatur memiliki perbedaan
dalam cita-cita, harapan, pengalaman, emosional, idealisme, tuntutan,
mengatasi kesulitan atau masalah, sehingga akan berbeda pula tingkat
kerentanannya untuk mengalami Job Burnout. Perbedaan tersebut
dibuktikan oleh Setyawati (1994) yang menyatakan bahwa usia dapat
berpengaruh terhadap perasaan lelah tenaga kerja di mana usia tua seorang
tenaga kerja mempunyai stabilitas emosional lebih baik daripada usia
muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaannya.
Menurut Maslach, Schaufeli & Leiter (2001) usia dengan pengalaman
kerja yang masih sedikit, tampaknya lebih beresiko Job Burnout dalam
karir. Sesuai dengan tahap perkembangan usia dewasa menurut Levinson
(2007), terjadi perubahan komitmen kerja pada tiap fase dewasa di mana
ditahap kelima dewasa tengah antara usia 40-50 lebih rendah beresiko Job
Burnout karena usia ini merupakan masa yang relatif stabil dan penuh
ketenangan.
4.8.3 Job Burnout antar Lama Bekerja Anggota Polri Fungsi Lalu
lintas Sat.Gatur Ditlantas Polda Metro Jaya
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan
Job Burnout antar 33 dan 62 anggota Sat. Gatur pada rentang masa kerja
1-40 dan 1-42 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Amelia & Zulkarnain (2005), menyatakan bahwa ada perbedaan
tingkat burnout ditinjau dari masa kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Zaidi dkk. (2011) yang menyebutkan bahwa masa
kerja berhubungan dengan kelelahan emosinal dan depersonalisasi
(dimensi burnout).
Adapun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang di lakukan Dewi & Paramita (2013) yang menyatakan tidak adanya
perbedaan tingkat burnout pada guru yang masa kerjanya 1-4 tahun, 5-19
tahun dan lebih dari 20 tahun. Oleh sebab itu, kemungkinan penyebab ada
81
perbedaan Job Burnout pada lama bekerja anggota Sat. Gatur dikarenakan
dalam jangka yang panjang menghadapi tuntutan pekerjaan yang begitu
keras sealin itu tuntutan pelayanan terhadap masyarakat, dan kurangnya
penghargaan terhadap kinerja dalam pemberian pelayanan. Sehingga
individu yang sudah bekerja dalam jangka panjang akan mengalami
burnout karena merasa sudah memberikan usaha secara maksimal namun
apresiasi yang didapat belum sesuai dengan harapan. Menurut Pines &
Arison (dalam Sutjipto, 2001), individu yang mengalami burnout adalah
yang bekerja di sektor pelayanan sosial dalam waktu yang cukup lama.
82
4.8.4 Kekuatan dan Keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian yang
dilakukan
4.8.4.1 Kekuatan
1. Penelitian ini tidak hanya dilihat secara simultan saja, namun juga
dilihat secara sendiri-sendiri/parsial memberikan pegaruh terhadap
Job Burnout
2. Dalam pengambilan data dilakukan secara berlapis sehingga
sampel yang didapatkan dan digunakan benar-benar yang
mengalami Job Burnout, tidak hanya secara umum saja.
3. Penelitian mengenai Job Burnout seringkali dilakukan pada
karyawan pabrik, karyawan perusahaan, dokter, perawat dan guru.
Maka kekuatan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan
bagi dunia psikologi khususnya penelitian mengenai profesi Polisi.
4.8.4.2 Keterbatasan
1. Subyek masih terbatas hanya di Polda Metro Jaya, sehingga hasil
tidak dapat di generalisasikan dengan Polres lain yang masuk
kedalam wilayah Polda Metro Jaya.
2. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, sehingga hasil yang
didapatkan kurang mendalam mengenai peubah-peubah dan
subyek yang diteliti.