BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2016. 8. 26. · RPP dengan guru yang bersangkutan. a....
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2016. 8. 26. · RPP dengan guru yang bersangkutan. a....
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV akan membahas hasil penelitian dan pembahasan Siklus I dan Siklus
II yang tertuang dalam tiga poin besar yaitu deskripsi tentang pelaksanaan tindakan,
hasil analisis data serta pembahasan.
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
tahap perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Dalam satu siklus
terdapat sebuah kompetensi dasar berdasarkan sebuah standard kompetensi.
Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Alokasi waktu setiap siklus adalah 2 x 35 menit selama tiga kali
pertemuan.
Setiap siklus dilakukan sesuai dengan sintak dari Project Based
Learning yang terdiri dari sembilan langkah pembelajarannya. Langkah
pertama, guru mengkondisikan siswa dengan memberi contoh konkret atau
nyata kemudian siswa berperan sebagai perancang proyek yang membentuk
kelompok. Langkah berikutnya, siswa mendiskusikan dan mengakulmulasi
latar belakang informasi bagi proyek mereka, kemudian guru dan siswa
bernegosiasi tentang kriteria penilaian untuk eveluasi proyek. Para siswa
mengumpulkan material yang dapat berupa data maupun peralatan yang
dibutuhkan dalam proyek kemudian menyusun proyek dan menyiapkan
presentasi proyek. Selanjutnya melakukan siswa presentasi proyek dan
mengevaluasi proyek mereka dalam kelompok.
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.1.1.1 Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan menentukan standard kompetensi dan
kompetensi dasar dengan guru matematika kelas V SD Pantekosta Magelang.
Kemudian membuat Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian
46
mencari dan mengumpulkan sumber tentang materi tersebut. Mengumpulkan
peralatan yang dibutuhkan dan membuat media dan sumber belajar siswa.
Menentukan pengelompokan siswa secara heterogen. Melakukan konsultasi
RPP dengan guru yang bersangkutan.
a. Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
b. Kompetensi Dasar
Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
c. Materi
Pecahan sebagai suatu perbandingan yang dalam kehidupan sehari hari
sering digunakan dalam pembuatan peta maupun denah.
d. Alat, Bahan, Media dan Sumber Belajar yang dibutuhkan
Lembar pretest, angket, lembar kegiatan kelompok, Peta Kota
Magelang, dan denah. Setiap alat, bahan dan media yang digunakan harus
memiliki instruksi yang jelas dan mendukung tercapainya tujuan belajar.
Yang patut mendapat perhatian lebih dalam persiapan adalah pembuatan
lembar kegiatan kelompok, karena nanti peneliti bertugas hanya sebagai
istruktur atau pelatih dan bukan sebagai sumber belajar. Lembar kegiatan
kelompok tidak hanya berisikan kegiatan namun juga berisi materi yang
dikemas dalam bentuk yang berbeda sehingga siswa merasa mereka tidak
sedang membaca meteri namun sedang dihadapkan pada lembar kerja
yang harus didiskusikan.
e. Pengelompokan Siswa
Pengelompokan siswa ditentukan peneliti untuk menciptakan
kelompok yang heterogen. Pengelompokan berdasarkan tingkat
kemampuan siswa yang tercatat dalam nilai pada laporan nilai raport
ulangan akhir semester gasal dan juga hasil observasi peneliti serta diskusi
dengan guru yang bersangkutan mengenai sikap siswa dalam kelas.
47
f. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ditulis dalam Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran. Terdapat tiga buah RPP dalam Siklus I ini.
4.1.1.2 Pelaksanaan dan Observasi
Dalam pelaksanaan Siklus I, berikut ini adalah tabel yang
menggambarkan langkah-langkah Siklus I dalam tiga kali pertemuan.
Tabel 4.1
Sintak Project Based Learning dalam Siklus I
No. Sintak Project
Based Learning Kegiatan
1
Menciptakan dan
mengatur kondisi
kelas dengan sampel
proyek.
Siswa diberi pertanyaan mengenai Kota Magelang,
Tempat tempat favorit mereka di Magelang, Apakah
rumah mereka termasuk tempat favorit mereka?,
Bagaimana cara mereka menjelaskan perjalanan
mereka dari rumah ke sekolah (SD Pantekosta)
Siswa melihat gambar yang sudah disediakan guru
yaitu peta kota Magelang, denah lokasi.
Siswa dan guru mencari lokasi sekolah pada peta.
Guru mengarahkan siswa untuk bertanya
“Mendengar kata PETA, apakah kalian ada
pertanyaan?”
Giring siswa untuk bertanya:
Mengapa peta dibuat?
Bagaimana peta dibuat?
Apa saja bahan yang diperlukan dalam membuat
peta?
Apa saja keterangan yang ada di dalam peta?
Benda apa saja yang fungsinya seperti peta?
Siswa ditanya mengenai antusias mereka tentang
pembuatan benda benda tersebut.
Siswa dibentuk menjadi kelompok yang
beranggotakan5-6 siswa.
2
Siswa berperan
sebagai perancang
proyek
Siswa membuat kesepakatan kelas apa yang ingin
mereka lakukan. Guru memberi saran akankah itu
berupa pameran ataukah kompetisi tentang peta
buatan mereka.
48
3
Siswa
mendiskusikan atau
mengakumulasi latar
belakang informasi
Siswa melakukan diskusi yang dipandu dengan
lembar kegiatan kelompok yang tersedia.
4
Menegosiasikan
kriteria untuk
megevaluasi proyek
Siswa diberi pertanyaan mengenai
Bagaimana cara menilai proyek terbaik?
Berapa rentang nilainya?
Apakah kinerja kelompok juga harus dinilai?
Apakah kelompok yang cekatan mendapat nilai
poin tambahan?
Bagaimana dengan siswa yang tidak mau
bekerja atau mengganggu?
Siswa mengumpulkan materi tentang Perbandingan
dipandu dengan lembar kerja kelompok.
5
Siswa
mengumpulkan
materi yang
dibutuhkan
Dalam kerja kelompok dan dipandu lembar kerja
kelompok, siswa mencari dan melengkapi materi
perbandingan.
6 Siswa merancang
proyek
Dipandu lembar kerja kelompok, siswa merancang
design proyek mereka
(Guru memandu dengan berkeliling di setiap
kelompok)
7
Siswa melakukan
persiapan presentasi
proyek
Siswa harus tahu ide siapa pembuatan proyek
mereka, Bagaimana cara membuat proyek tersebut,
Apa keunikan rancangan mereka
8
Siswa
mempresentasikan
proyek
Siswa mempresentasikan proyek mereka
9 Siswa melakukan
refleksi dan evaluasi
Dipandu lembar penilaian kelompok, siswa
merefleksi dan mengevaluasi proyek mereka.
Rincian dari pelaksanaannya akan dibahas pada deskripsi berikut ini.
a. Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 10 Maret 2014 pada jam
07:00 – 08:10 WIB. Dengan siswa laki laki berjumlah 16 siswa dan 15 siswa
perempuan dan seorang siswa tidak hadir.
49
Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran dimulai oleh Guru Matematika Kelas V SD
Pantekosta dengan melakukan kegiatan awal yaitu mendampingi renungan
dan doa yang dilakukan oleh salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional,
dan memberikan instruksi bahwa selama tiga kali pertemuan, siswa akan
belajar matematika didampingi oleh peneliti. Kemudian peneliti membagikan
soal Pre-test pertama tentang pecahan kepada siswa. Setelah siswa selesai
dibagikan dan mengisi angket. Sambil menunggu siswa, peneliti
mempersiapkan peralatan tentang peta dan denah yaitu Peta Kota Magelang
dan denah yang terdapat di undangan pernikahan. Kegiatan Awal dilakukan
selama 45 menit dengan rincian waktu 15 menit apersepsi dan 20 menit
mengisi Pre-test dan angket.
Kegiatan Inti
Kegitan inti dilakukan dalam waktu 22 menit secara efektif.
Explorasi
Siswa diberi pertanyaan mengenai apa yang dibawa oleh peneliti,
dimana letak sekolah SD Pantekosta pada peta itu, apa itu peta dan apa
unsur-unsur peta hingga ada seorang anak berkata salah satu unsurnya
adalah skala dan legenda. Peneliti segera mengetahui bahwa siswa kelas V
sudah sempat belajar peta sebelumnya pada pelajaran IPS. Setelah itu
siswa diberi instruksi mengenai apa yang akan mereka lakukan pada hari
itu seperti kerja kelompok dan mendapatkan lembar kegiatan kelompok,
lembar evaluasi kelompok dan lembar penerimaan bintang (reward /
penghargaan) didalam map. Serta pada map sudah disertakan nama
anggota kelompok. Siswa segera berkelompok dan duduk pada posisi
yang mereka anggap nyaman.
Dalam kegiatan mencari kelompok mereka, ada seorang siswa
yang mengalami penolakan dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh
50
peneliti. Anak tersebut dianggap nakal dan suka mengganggu kelompok
lain. Pada kelompok lain terjadi fenomena bahagia Karena sekelompok
dengan teman dekatnya yang dianggap mampu mengatasi masalah yang
akan diberikan nanti. Kelompok yang beranggotakan enam orang merasa
sangat spesial karena ada siswa yang dianggap pandai dan ada juga siswa
yang pandai berbicara.
Elaborasi
Siswa dan peneliti membuat kesepakatan bahwa mereka akan
membuat sebuah pameran dimana didalamnya terdapat presentasi
sederhana mengenai proyek mereka pada pertemuan berikutnya. Setelah
itu peneliti menginstruksikan siswa untuk megerjakan lembar kegiatan
kelompok yang tersedia. Peneliti akan memberi bintang pada kelompok
yang cepat selesai dan bisa bercerita tentang apa yang sudah kelompok
diskusikan.
Selama melakukan diskusi, peneliti berkeliling sambil
mendokumentasikan kegiatan. Siswa aktif bertanya dan pertanyan yang
mereka tanyakan adalah pertanyaan karena mereka takut salah mengisi
lembar kerja siswa dan bukan bertanya maksud dari lembar kerja. Misal
“Seperti ini Ms?”, “Apakah ini boleh dikerjakan seperti ini?”. “Bolehkah
kami menyebutkan satu saja?”. Siswa yang sedikit berbicara dalam
kelompok mendapatkan pekerjaan sebagai penulis, dan siswa yang pandai
sebagai pendamping. Ada satu kelompok yang menggunakan taktik kerja
semua yaitu dengan membagi sama rata lembar kegiatan kelompok dan
mengerjakannya secara individu lalu disatukan. Kelompok yang
mendapatkan siswa yang mengalami penolakan bekerja dengan tidak
maksimal karena mengurusi kelompok lain yang terganggu dan membalas
menggangu. Pada kelompok tersebut, peneliti melakukan pendampingan
lebih.
51
Konfirmasi
Ada satu kelompok yang segera mengangkat tangan sebagai tanda
jika lembar kerja sudah selesai dan bercerita, kemudian peneliti memberi
bintang. Kelompok lain menyusul dan diberi bintang dengan warna yang
berbeda. Siswa diminta menyimpan map mereka.
Kegiatan Akhir
Kegiatan penutup dilakukan peneliti dengan menyampaikan rasa
senang peneliti terhadap pertemuan mereka hari itu dan peneliti
menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya yaitu membicarakan tentang
penilaian proyek. kegiatan akhir dilakukan selama 3 menit.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 11 Maret 2014 pada pukul
07:00 – 08:10. Semua siswa hadir, yaitu sebanyak 31 siswa.
Kegiatan Awal
Guru Matematika Kelas V SD Pantekosta melakukan kegiatan awal
dengan mendampingi renungan dan doa yang dilakukan oleh salah seorang
siswa, menyanyikan lagu nasional. Kegiatan awal dilakukan selama 10 menit.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama 55 menit.
Eksplorasi
Peneliti bertanya tentang apa yang mereka sudah lakukan pada
pertemuan sebelumnya. Dan beberapa siswa menjawab. Hal yang mereka
ingat adalah Peta Kota Magelang dan unsurnya. Seorang anak denagn
lantang menjawab belajar mengenai skala. Padahal pada lembar kegiatan
awal, skala belum menjadi materi.
Elaborasi
Peneliti mengeluarkan peta dan denah buatannya yang berukuran
A3, Siswa diminta melihat apakah itu termasuk peta dan denah yang baik
52
karena mengandung unsure peta. Siswa dan peneliti melakukan negoisasi
tentang cara penilaian proyek mereka hingga dihasilkan kesepakatan
bahwa proyek yang baik harus memiliki kelengkapan unsur peta atau
denah yang diantaranya adalah legenda dan skala. Kriteria lain adalah
kekompakan dan kecepatan dan ketepatan dalam membuat peta atau denah.
Tahap selanjutnya, siswa berkelompok dan mengerjakan lembar
kegiatan kelompok yang sudah disediakan peneliti yaitu tentang cara
pembuatan peta yang bertujuan mengajarkan siswa cara menentukan skala
peta. Seperti pertemuan sebelumnya, siswa pun aktif bertanya, kali ini
pertanyaan mereka adalah mengenai perbandingan yaitu memperbesar
atau memperkecil (menyederhanakan) perbandingan. Siswa yang memiliki
kemampuan logika yang lebih melihat persoalan itu sebagai hal yang
mudah. Sampai pada mereka menentukan skala pada suatu cerita. Siswa
yang tidak menulis memperhatikan temannya yang sedang menulis
beberapa dari mereka malah bertanya karena mereka ingin tahu. Persiapan
presentasi proyek dilakukan pada selembar kertas A4 kosong yang sudah
disediakan.
Konfirmasi
Konfimasi dilakukan dengan bertanya apa yang sudah siswa
lakukan. Beberapa siswa mengangkat tangan dan bercerita. Peneliti
meminta lembar kegiatan kelompok dikumpulkan guna memantau
perkembangan mereka melalui apa yang sudah mereka tulis. Peneliti
berjanji akan memberikan bintang setelah selesai mengoreksi hasil diskusi
mereka. Siswa segera mengumpulkan map mereka.
Kegiatan Akhir
Peneliti memotivasi mereka atas kerja keras para siswa dan
mengingatkan apa yang akan mereka lakukan pertemuan selanjutnya yaitu
membuat peta atau denah impian mereka. Peneliti juga menekankan bahwa
53
kertas A3 sudah dipersiapkan dan peneliti juga akan membawa beberapa
peralatan se[erti penggaris, spidol dan pensil warna. Siswa juga diminta
melakukan persiapan. Kegiatan akhir dilakukan selama 5 menit.
c. Pertemuan 3
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 12 Maret 2014 pukul
07:35 – 08:45 WIB. Seorang anak ijin pada pertemuan itu, sehingga terdapat
30 siswa dalam kelas.
Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memberikan salam
dan memeriksa kehadiran siswa. Kegiatan awal hanya dilakukan selama 2
menit. Siswa pun langsung menyambut dengan antusias dengan bertanya
“Mana Ms, kertasnya?”, “Ms. Aku sudah bawa pensil warna jadi tidak perlu
pinjam.” Namun segera peneliti meminta mereka untuk tenang dan
membentuk kelompok sambil membagikan map.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama 50 menit.
Eksplorasi
Peneliti bertanya apa yang akan mereka lakukan hari itu dan apa
saja kriteria penilaiannya. Peneliti lebih menekankan pada ketepatan dan
kecepatan pembuatan proyek. Peneliti membagikan alat dan bahan sesuai
kebutuhan masing masing kelompok.
Elaborasi
Didalam masing masing kelompoknya siswa membuat peta dan
denah impian mereka. Waktu yang diberikan adalah 20 menit. Dengan
perkiraan presentasi dan pameran selama 30 menit. Siswa tampak sibuk
dengan pekerjaan mereka, mereka memberikan ide untuk meletakkan
hotel pada petanya. Ada yang meletakan gambar kolam renang pada
kamarnya. Banyak ide lucu dan kreatif yang mereka buat. Setelah wakyu
54
habis, siswa yang paling cepat selesai segera mendapat bintang. Siswa
yang sudah selesai mengangkat tangannya dan segera bercerita
(persentasi) tentang peta atau denah yang mereka buat. Mereka
mendeskripsikan setiap legenda yang mereka buat dan tidak lupa
menyebutkan skala. Sayangnya atas keterbatasan waktu hanya tiga
kelompok yang selesai bercerita kelompok lain hanya bisa menunjukkan
hasil karya mereka. Lembar penilaian kelompok segera mereka isi sebagai
evaluasi kerja mereka.
Konfirmasi
Peneliti bertanya tentang perasaan siswa setelah selesai
melaksanakan proyek. dan beberapa siswa yang ditanyai mengaku senang
karena dapat berimajinasi. Selanjutnya siswa diminta kembali ke tempat
duduk semula.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilakukan selama 18 menit dengan langsung
membagikan angket dan Post-test pertama. Setelah dikumpulkan peneliti
berpamitan dan berjanji untuk datang lagi dan memberikan mereka materi
pelajaran matematika yang menyenangkan lagi.
4.1.1.3 Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar Siklus I dilihat dari hasil Post-test setelah Siklus I
dilaksanakan. Untuk membandingkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
setelah Siklus I dilaksanakan maka berikut ini juga akan disajikan hasil
belajar sebelum Siklus I dilaksanakan atau hasil dari Pre-Test.
55
Tabel 4.2
Persentase Hasil Belajar Pre-test dan Tes Siklus I
Kategori Pre-tes Tes Siklus I Tes Siklus I +
proyek
Jumlah yang mengikuti
test 30 30 30
Jumlah siswa tidak
tuntas 19 14 8
Persentase siswa tidak
tuntas 63,33% 46,67% 26,67%
Jumlah siswa tuntas 11 16 22
Persentase siswa tuntas 36,67% 53,33% 73,33%
Berdasarkan Pre-Tes dan Tes Siklus I sudah terjadi peningkatan nilai.
Yang disayangkan oleh peneliti adalah bahwa nilai yang didapat dari Pre-Tes
sangat jauh dengan nilai rapot yang didapatkan sebagai data awal. Sehingga,
dari data tersebut dapat terlihat bahwa pada Pre-Tes terdapat 36,67% siswa
yang tuntas KKM 75. Pada Tes Siklus I terdapat 53,33% siswa yang tuntas
KKM. Bila peneliti menggabungkan nilai tersebut dengan nilai proyek, maka
ada 73,33% siswa tuntas belajar. Untuk lebih jelas berikut ini grafik
persentase hasil belajar siswa Pre - Tes dan Tes Siklus I.
Grafik 4.1
Hasil Belajar Pre-Test dan Tes Siklus I
11 16
22
19 14
8
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pre-Tes Tes Siklus I Tes Siklus I + Proyek
Siswa Tidak Tuntas
Siswa Tuntas
56
4.1.1.4 Hasil Angket Mengenai Perbaikan Sikap pada Siklus I
Angket yang telah diisi oleh siswa diberi poin lalu dianalisis. Angket
diberikan sebelum dan sesudah Siklus I untuk membuktikan adanya perbaikan
sikap siswa kelas V SD Pantekosta Magelang. Peneliti masih menggunakan
klasifikasi yang ditulis oleh Widoyoko (2012) dimana interval klasifikasi
sikap sebagai berikut, namun jumlah siswa yang menjadi responden sebanyak
30 siswa. Sehingga cara penghitungan interval menjadi nilai terendah adalah
30 x 5 x 1 = 150. Kemudian nilai tertinggi data adalah 30 x 5x 5 = 750.
Interval data didapatkan dengan cara:
Interval
Maka penentuan interval baru yang didapatkan dari perhitungan
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Klasifikasi Sikap dengan 30 Responden
Jumlah Skor Jawaban Klasifikasi Sikap
631 s/d 750 Sangat Baik
511 s/d 630 Baik
391 s/d 510 Kurang Baik
271 s/d 390 Tidak Baik
n 270 Sangat Tidak Baik
Berikut ini adalah hasil analisis sikap siswa terhadap Matematika dari
data angket I dan angket II.
57
Tabel 4.4
Hasil Sikap Siswa terhadap Matematika Angket I dan Angket II
Angket ke- 1 2
Total Skor 509 532
Keterangan Sikap Kurang Baik Baik
Berdasarkan angket yang sudah diisi oleh para siswa dan dengan
membandingkannya dengan klasifikasi yang ditulis oleh Widoyoko (2012),
maka Project Based Learning sudah berhasil memperbaiki sikap siswa
dengan dibuktikan bahwa poin yang terkumpul pada angket pertama sebesar
509 poin yang mengindikasi bahwa sikap siswa kelas V SD Pantekosta
terhadap Matematika masih kurang baik. Setelah Project Based Learning
diaplikasikan, terjadi peningkatan sebesar 23 poin, sehingga poin yang
terkumpul adalah 532. Poin tersebut mengindikasikan bahwa sikap siswa telah
berubah menjadi baik terhadap Matematika.
4.1.1.5 Refleksi
Adapun yang menjadi catatan bagi peneliti baik berasal dari diri
sendiri maupun dari guru yang melakukan pembinaan RPP dan observasi
terhadap cara mengajar dan implementasi peneliti adalah sebagai berikut:
a. Peneliti harus lebih hati-hati dan cermat dalam menulis RPP karena ada
tulisan yang tidak tepat, sehingga peneliti melakukan revisi RPP.
b. Peneliti harus lebih cermat dalam menulis lembar kegiatan siswa karena
ada tulisan yang salah ketik, penyelesaian masalah ini adalah peneliti
melakukan ralat saat pertemuan sebelum lembar kerja pada pertemuan
kedua dibagikan.
c. Penerapan Project Based Learning yang tertulis pada RPP sudah
dilaksanakan dengan baik dan dengan persiapan yang sangat baik, namun
terjadi beberapa kelemahan diantaranya mengenai manajemen waktu
58
sehingga pada pertemuan berikutnya diharapkan lebih cermat dalam
memperhitungkan waktu.
d. Siswa sangat antusias dalam mengrjakan kegitan kelompok dan berdiskusi
sehingga mereka menimbulkan keramaian dan susah memusatkan
perhatian saat peneliti ingin memberikan intruksi tambahan. Guna
menyelesaikan masalah ini, peneliti akan menggunakan alat peluit sambil
mengangkat tangan (mengadaptasikan teknik pemusatan perhatian yang
digunakan di SD Pantekosta)
e. Ada beberapa siswa yang pada pertemuan pertama tidak serius namun
dipertemuan selanjutnya sudah tidak tampak. Peneliti berencana untuk
mengubah anggota kelompok pada siklus kedua.
Dari beberapa kekurangan tersebut, maka Siklus II akan dilaksanakan
dengan mempertimbangkan alternatif solusi yang sudah direncanakan. Selain
itu, dari kedua data yang diperoleh, Project Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa meskipun belum mencapai 95% siswanya
tuntas. Sehingga peneliti akan melanjutkan penelitiannya pada siklus ke dua.
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan dilakukan setelah Siklus I selesai dengan berbagai
pertimbangan seperti adanya Ujian Tengah Semester dan study tour serta libur
tengah semester, maka Siklus dua dilakukan pada bulan April. Guru
Matematika menyarankan agar materinya mengenai geometri bangun ruang.
Peneliti memepersiapkan RPP dan instrumen penelitian serta melakukan
perbaikan perencanaan serta pergantian anggota kelompok.
a. Standar Kompetensi
Memahami sifat sifat bangun dan hubungan antar bangun
b. Kompetensi Dasar
Megidentifikasi sifat sifat bangun ruang
59
c. Materi
Bangun ruang, nama dan ciri-cirinya. Dari mengetahui sifat sifatnya,
siswa dibimbing untuk berpikir bahwa ada hubungan di setiap bangun
misalnya, balok sebenarnya adalah prisma tegak segi empat begitu juga
dengan kubus.
d. Alat, Bahan, Media dan Sumber Belajar yang dibutuhkan
Lembar kegiatan kelompok, Gethuk Magelang, kertas minyak, plastik,
gabus , lidi, Tes Siklus II dan angket adalah alat, bahan dan media serta
sumber belajar yang dibutuhkan selama penelitian Siklus II.
e. Pengelompokan Siswa
Pengelompokan didasarkan pada pengamatan peneliti pada Siklus I.
Pengelompokan ini ditentukan peneliti untuk menciptakan suasana kerja
kelompok dalam kelompok yang heterogen.
f. Kegiatan Pembelajaran
Dalam Siklus II, Kegiatan pembelajaran ditulis dalam tiga buah
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi
Tabel 4.5
Sintak Project Based Learning dalam Siklus II
No. Sintak Project
Based Learning Kegiatan
1
Menciptakan dan
mengatur kondisi
kelas dengan
sampel proyek.
Siswa diberi pertanyaan mengenai Kota Magelang,
Hal apa saja yang membuat Magelang berbeda dari
kota lainnya, Apa saja yang menjadi ciri Magelang,
Apa mereka tahu tentang gethuk, dan Bagaimana cara
membuat gethuk.
Siswa melihat gambar yang sudah disediakan guru
tentang proses pembuatan gethuk.
Siswa melihat gethuk yang dibawa guru.
Gethuk yang biasa
“Gethuk Ceria” yang sudah dibentuk guru
60
Siswa menilai mana gethuk yang kira kira lebih unik,
lebih disukai anak anak dan mana yang kira kira bisa
masuk TV karena keunikannya.
Siswa ditanya mengenai antusias mereka tentang
pembuatan “Gethuk Ceria” itu.
Siswa dibentuk menjadi kelompok yang
beranggotakan 5-6 siswa.
2 Siswa berperan
sebagai perancang
proyek
Siswa membuat kesepakatan kelas apa yang ingin
mereka lakukan. Guru memberi saran akankah itu
berupa pameran ataukah kompetisi.
3 Siswa
mendiskusikan
atau
mengakumulasi
latar belakang
informasi
Siswa melakukan diskusi yang dipandu dengan lembar
kegiatan kelompok yang tersedia.
4 Menegosiasikan
kriteria untuk
megevaluasi
proyek
Siswa diberi pertanyaan mengenai
Bagaimana cara menilai proyek “Gethuk
Geometri” terbaik?
Apakah ada nama dan sesuai dengan ciri-
cirinya?
Akankah orang membelinya?
Apakah gethuknya bisa dikonsumsi dan
sehat karena pembuatnya menjaga
kebersihan?
Berapa rentang nilainya?
Apakah kinerja kelompok juga harus dinilai?
Apakah kelompok yang cekatan mendapat nilai
poin tanbahan?
Bagaimana dengan siswa yang tidak mau bekerja
atau mengganggu?
Siswa mengumpulkan materi tentang Bangun ruang
dipandu dengan lembar kerja kelompok.
5 Siswa
mengumpulkan
materi yang
dibutuhkan
Dalam kerja kelompok dan dipandu lembar kerja
kelompok siswa mencari dan melengkapi materi
bangun ruang.
6 Siswa merancang
proyek
Dipandu lembar kerja kelompok, siswa merancang
design gethuk ceria mereka
7 Siswa melakukan
persiapan
presentasi proyek
Siswa harus tahu:
Ide siapa pembuatan proyek mereka
Bagaimana cara membuat proyek tersebut
61
Apa keunikan rancangan mereka
8 Siswa
mempresentasikan
proyek
Siswa mempresentasikan proyek mereka
9 Siswa melakukan
refleksi dan
evaluasi
Dipandu lembar penilaian kelompok, siswa merefleksi
dan mengevaluasi proyek mereka.
Berikut ini adalah deskripsi mengenai pelaksanaan dan observasi Siklus II.
a. Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 14 April 2014 pada jam
07:00 – 08:10 WIB. Ada seorang siswa tidak hadir dalam kelas dan ada
seorang anak baru bergabung di kelas V SD Pantekosta. Sehingga jumlah
siswa yang hadir pada pertemuan pertama adalah 31 siswa.
Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran dimulai oleh Guru Matematika Kelas V SD
Pantekosta dengan mendampingi renungan dan doa yang dilakukan oleh
salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional, dan memberikan instruksi
bahwa peneliti akan memberikan pelajaran selama tiga kali pertemuan.
Peneliti mempersiapkan gethuk dan gambar cara membuat gethuk. Kegiatan
awal dilakukan selama 15 menit.
Kegiatan Inti
Kegitan inti dilakukan dalam waktu 60 menit.
Explorasi
Peneliti memberikan pertanyaan mengenai hal hal yang khas atau
tidak dapat ditemui di kota lain. Siswa dengan antusias mengangkat
tangan dan menjawab beraneka jawaban dan ada seseorang siswa yang
menjawab Gethuk sebagai makanan khas Magelang ada juga yang
menjawab Candi Borobudur. Kemudian peneliti memperlihatkan gethuk
yang sudah dimodifikasi menjadi bentuk bentuk geometri. Terlihat
beberapa wajah mulai bingung dan bertanya-tanya bentuk apa itu. Siswa
62
lain ada yang tersenyum karena melihat bentuknya yang aneh dan bukan
bentuk gethuk biasanya. Ada juga yang tertawa dan mulai berkomentar.
Lalu peneliti juga bertanya adakah siswa yang bercita cita menjadi chef
seperti master chef junior yang tayang di salah satu stasiun televisi. Siswa
mulai mengangkat tangan dan berkomentar sendiri-sendiri. Lalu peluit
segera dibunyikan peneliti sambil tangannya diangkat. Siswa langsung
terpusat perhatiannya.
Elaborasi
Siswa dan guru lalu berencana membuat pameran yang dinamakan
Gethuk Ceria. Mereka akan membuat Gethuk Ceria dalam kelompok.
Raut wajah beberapa siswa kemudian berubah, seorang siswa bahkan
berdiri dan menyatukan tangannya sambil tersenyum. Para siswa menjadi
sangat antusias.
Seperti pada Siklus I, Peneliti sudah menyiapkan map yang berisi
lembar kegiatan kelompok, lembar penilaian kelompok, dan lembar untuk
menempelkan bintang. Mereka diberi intruksi untuk mengerjakan hingga
halaman 3. Kemudian mereka berkelompok dan menyusun tempat duduk
yang dianggap nyaman untuk berdiskusi.
Siswa baru yang belum mendapatkan kelompok maju mendatangi
peneliti dan bergabung dengan salah satu kelompok. Anak baru itu bisa
beradaptasi dan memiliki kemampuan berpikir yang bagus terlihat dari
cara nya mengerjakan lembar berikutnya (halaman 4, 5 dst.). Kelompok
lain yang berdiskusi dangan santai pun tetap berkonsentrasi. Masih dengan
peraturan yang sama bahwa kelompok yang cepat dan tepat mendapat
bintang, maka segera mereka mengerjakan lembar kegiatan kelompok itu.
Peneliti berkeliling sambil mendokumentasikan kegiatan mereka.
Konfirmasi
63
Satu kelompok yang sudah selesai mengangkat tangan dan
bercerita (presentasi), kemudian peneliti memberi bintang. Saat itu terjadi
beberapa kesalahan khususnya saat penamaan bangun ruang. Kelompok
lain yang menganggap jawabannya benar segera mengangat tangan dan
menyebutkan jawaban yang tepat. Semua kelompok mendapatkan bintang
atas usaha mereka. Siswa diminta bertanggung jawab atas map kelompok
mereka.
Kegiatan Akhir
Peneliti mengakhiri pertemuan dengan menyampaikan apa yang akan
mereka lakukan pada pertemuan berikutnya yaitu menentukan apa saja yang
dinilai saat membuat gethuk ceria serta melakukan permainan menggunakan
lidi dan gabus untuk membuat bangun ruang. Kegiatan akhir dilakukan
selama 5 menit.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 15 April 2014 pada pukul
07:00 – 08:10. Seorang siswa tidak hadir, sehingga siswa yang hadir pada
pertemuan kedua sebanyak 31 siswa.
Kegiatan Awal
Menjadi suatu kegiatan rutin sebagai Guru kelas dan Guru Matematika
Kelas V dengan melakukan kegiatan awal dengan mendampingi renungan dan
doa yang dilakukan oleh salah seorang siswa, menyanyikan lagu nasional.
Kegiatan awal ini dilakukan selama 10 menit.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama 55 menit.
Eksplorasi
Peneliti bertanya tentang apa yang mereka sudah lakukan pada
pertemuan sebelumnya untuk mengetahui kesiapan siswa.
64
Elaborasi
Siswa ditanya tentang kriteria penilaian gethuk ceria. Hingga
terdapat lima kriteria yaitu variasi bentuk, perpaduan warna, higienitas,
kerjasama dan efektifitas waktu. Kemudian dalam rangka mengumpulkan
materi, siswa berkelompok dan diberikan bungkusan yang isinya adalah
lidi dan gabus yang apabila disusun akan membentuk bangun ruang yang
berbeda di setiap kelompok. Siswa di instruksikan untuk menghabiskan
bahan yang disediakan untuk menghasilkan bangun ruang seperti yang
sudah dicontohkan. Hal itu dilakukan sambil mengisi lembar kegiatan
kelompok. Siswa terlihat sangat antusias. Ada yang mulai berebut
mengambil lidi. Ada yang memperhatikan, ada yang mulai mengerjakan
lembar kegiatan kelompok, ada yang mulai kebingungan mengenai bentuk
apakah bangun ini karena terlalu banyak lidi.
Peneliti melakukan konfimasi kecil ditengah kegiatan sambil
menanamkan konsep hubungan antar bangun. Peneliti memanggil
kelompok urut dari kelompok kubus, kemudian balok dan prisma.
Selanjutnya limas dan kemudian peneliti memperlihatkan tabung dan
kerucut dimana mereka memiliki ciri yang berbeda dibanding bangun lain
karena memilik rusuk berbentuk lingkaran sehingga tidak mungkin untuk
membuatnya dari lidi yang keras. Setiap kali kelompok yang di panggil
mereka juga menjawab lembar kegiatan kelopok yang sesuai. Misalnya
untuk kelompok yang mendapat prisma tegak maka ia akan menjawab
pertanyaan pada lembar kegiatan mengenai prisma tegak. Suasana kelas
berubah menjadi suasana berpikir kritis saat mereka mulai berpukir pola
rusuk, sisi dan titik sudut prisma tegak segi-n dan limas segi-n.
Setelah semua bangun dikenal, kelompok lalu mulai merancang
proyek siapa yang menjadi ketua, siapa yang akan membentuk, siapa yang
65
akan menulis laporan, dan bentuk apa saja yang bisa mereka buat untuk
gethuk ceria.
Konfirmasi
Konfimasi dilakukan dengan meminta mereka mengumpulkan map
untuk diteliti peneliti guna memperbaiki konsep yang salah di pertemuan
selanjutnya.
Kegiatan Akhir
Peneliti memotivasi siswa bahwa pada pertemuan berikutnya mereka
akan membuat Gethuk Ceria dan mereka tidak perlu bingung Karen peneliti
akan menyiapkan gethuknya untuk mereka. Kegiatan akhir dilakukan selama
5 menit.
c. Pertemuan 3
Jika melihat jadwal pelajaran seharusnya, pertemuan ketiga dilakukan
pada hari Rabu, 16 April 2014 pukul 07:35 – 08:45 WIB. Namun setelah
berkonsultasi dengan Guru Matematika kelas V, beliau menyarankan untuk
memulainya pukul 07:00 karena mata pelajaran jam pertama yang seharusnya
senam tidak bisa dilakukan karena gurunya sedang dinas dan guru kelas
sedang mengajar di kelas VI sehingga pertemuan ke tiga dilakukan pukul
07:00 hingga 08:45. Seorang anak tidak hadir pada pertemuan itu, sehingga
terdapat 31 siswa dalam kelas.
Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mendampingi
renungan dan doa serta memimpin dalam menyanyikan lagu nasional lalu
memberikan salam dan memeriksa kehadiran siswa. Kegiatan awal hanya
dilakukan selama 15 menit. Kelas terasa tidak kondusif sehingga peneliti
menunggu hingga kelas kondusif sambil mempersiapkan meja dan gethuk.
66
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan selama 50 menit.
Eksplorasi
Peneliti mengingatkan kembali apa yang menjadi kriteria dari
gethuk ceria. Peneliti membagikan gethuk serta alat dan bahan.
Elaborasi
Setiap kelompok mulai membuat proyek mereka. Dan pameran
kecil pun terjadi. Ada yang mulai membuat rumah dan ada juga yang
mebuat bangun-bangun ruang. Ada yang mulai berjalan-jalan dan melihat-
lihat. Ada yang sebal terhadap plastik yang menempel di gethuk. Ada
yang tertawa karena bentuknya lucu. Ada yang membuat bentuk hati dan
bola. Ada yang mulai mencicipi gethuk sehingga menimbulkan
kehebohan dalam kelompok. Ada yang mencampur semua gethuk. Kelas
menjadi ramai tapi ramai yang mendidik. Peneliti berjalan-jalan sambil
melakukan wawancara dan mendokumentasikan kegiatan tersebut.
Setelah semua selesai, siswa lalu segera mengangkat tangan dan
minta agar gethuknya difoto sesuai permintaan lembar laporan yang sudah
disediakan dan mulai bercerita (presentasi) tentang apa yang mereka buat.
Ada lima kelompok yang selesai menulis laporan sedangkan kelompok
yang lambat menulis laporan ini dikarenakan terlalu banyak bermain
dengan gethuknya.
Peneliti juga bercakap cakap dengan dua orang siswa yang belum
pernah makan gethuk. Data ini di peroleh peneliti dari membaca lembar
kegiatan kelompok yang sudah dikoreksi. Sangat disayangkan, siswa yang
belum pernah makan gethuk tidak mau makan karena takut kalau rasanya
tidak enak. Hal ini jelas membuat teman sekelompoknya senang karena
akan mendapat extra gethuk.
67
Konfirmasi
Peneliti bertanya tentang perasaan siswa setelah selesai
melaksanakan proyek. dan beberapa siswa mengangkat tangan kemudian
mengutarakan pendapatnya. Mereka setuju jika mereka mengalami
kesulitan dalam membentuk gethuknya karena plastiknya, kemudian ada
yang berkata senang bisa membuat gethuk yang diinginkan. Ada juga
yang merasa jijik karena gethuknya berbentuk dan berwarna tidak menarik.
Siswa diminta melakukan evaluasi dengan mengisi lembar penilaian yang
tersedia sambil makan gethuk.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilakukan selama 20 menit dengan langsung
membagikan angket dan Post-test kedua. Sehingga jika di total maka
pelajaran Matematika Siklus II dimulai pukul 07:00 – 08:30. Tersisa 15 menit
dan digunakan untuk bersih bersih kelas. Kemudian peneliti berterima kasih
karena siswa kelas V telah banyak membantu dalam penelitiannya kemudian
peneliti pamit undur diri.
4.1.2.3 Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar Siklus II dilakukan dengan melihat memberikan tes
kepada siswa setelah Siklus II selesai. Berikut ini adalah tabel perbandingan
Tes Siklus I dan Tes Siklus II.
Tabel 4.6
Hasil belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Kategori Tes Siklus
I
Tes
Siklus I +
proyek
Tes
Siklus II
Tes
Siklus II
+ proyek
Jumlah yang mengikuti
test 30 30 31 31
68
Jumlah siswa tidak
tuntas 14 8 1 0
Persentase siswa tidak
tuntas 46,67% 26,67% 3,23% 0%
Jumlah siswa tuntas 16 22 30 31
Persentase siswa tuntas 53,33% 73,33% 96,77% 100%
Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan hasil belajar yang
ditunjukkan dengan peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas KKM
yaitu 75. Pada Tes Siklus I tanpa penggabungan nilai proyek, terdapat 53,33%
siswa tuntas. Hasil Tes Siklus II menunjukkan keberhasilan Project Based
Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperlihatkan
96,77% siswanya tuntas KKM. Sedangkan dengan menggabungkan nilai
proyeknya, dapat dilihat pada Tes Siklus I terdapat 70,97% siswanya tuntas
KKM. Sedangkan pada post tes 2, 100% siswanya tuntas KKM.
Grafik 4.2
Hasil Belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II
16
22
30 31
14
8
1 0
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tes Siklus I Tes Siklus I + Proyek
Tes Siklus II Tes Siklus II + Proyek
Siswa Tidak Tuntas
Siswa Tuntas
69
4.1.2.4 Hasil Angket Mengenai Perbaikan Sikap pada Siklus II
Cara analisa angket siswa sama dengan cara menganalisa angket yang
pada Siklus I. Angket yang ketiga ini diberikan Siklus II. Cara penskoranya
sama namun intervalnya berbeda, ini dikarenakan jumlah siswa yang hadir
adalah sebanyak 31 siswa. Sehingga penentuan interval menjadi berbeda.
Penentuan interval baru didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
Didalam angket terdapat 5 pernyataan dengan rentang nilai sikap 1-5.
Siswa Kelas V SD Pantekosta sebanyak 31 siswa. Sehingga didapati nilai
terendah dengan asumsi bahwa siswa setiap pernyataannya mendapat 1 poin,
maka 31 x 5 x 1 = 155, 155 menjadi nilai terendah pada data. Kemudian
mencari nilai tertinggi data dengan cara mengalikan jumlah siswa dengan poin
tertinggi (5) dan dengan jumlah pernyataan sehingga nilai tertinggi data
adalah 31 x 5x 5 = 775. Interval data didapatkan dengan cara:
Interval
Tabel 4.7
Klasifikasi Sikap dengan 31 Reponden
Jumlah Skor Jawaban Klasifikasi Sikap
652 s/d 775 Sangat Baik
528 s/d 651 Baik
402 s/d 527 Kurang Baik
278 s/d 401 Tidak Baik
n 277 Sangat Tidak Baik
Pada penskoran Angket ketiga skor yang diperoleh sebanyak 654 poin.
Sehingga berada pada area klasifikasi sikap Sangat Baik.
70
Berikut ini adalah perbandingan hasil analisis dari angket I dan angket
II dan Angket III.
Tabel 4.8
Hasil Analiasis Sikap Siswa terhadap Matematika Angket I, Angket II dan
Angket III
Angket ke- 1 2 3a 3b
Total Skor 509 532 632 654
Jumlah responden 30 30 30 31
Area klasifikasi 391-510 511-630 631-750 652-775
Keterangan Sikap Kurang Baik Baik Sangat
Baik
Sangat
Baik
Pada kolom 3a, jumlah responden 30 dengan tidak memasukkan siswa
baru dalam analisa angket ketiga. Dan mengunakan perbandingan area
klasifikasi pada tabel 4.3. sedangkan kolom 3b merupakan hasil dari
bertambahnya 1 reponden sehingga area klasifikasinya adalah yang tertera
pada tabel 4.7. namun dari kedua area klasifikasi, sikap siswa tetap berada
pada area klasifikasi sangat baik.
Berdasarkan data tersebut, Project Based Learning berhasil
memperbaiki sikap siswa terhadap pelajaran Matematika yang sebelum Siklus
I, siswa bersikap kurang baik terhadap Matematika, kemudian setelah
dilaksanakannya Siklus I berubah menjadi baik, kemudian berubah menjadi
sangat baik setelah Siklus II dilaksanakan.
4.1.2.5 Refleksi
Penelitian pada Siklus II berjalan lebih baik dari Siklus I hal ini
diperlihatkan dengan tidak terjadi masalah yang sama pada Siklus I terlebih
lagi hasil belajar siswa telah meningkat dengan ditunjukkanya peningkatan
71
persentase nilai siswa tuntas KKM yaitu menjadi tuntas 96,77 % tanpa
penggabungan nilai proyek dan setelah digabung dengan nilai proyek, siswa
tuntas KKM 75 meningkat menjadi 100%. Dengan demikian, peneliti telah
berhasil meningkatkan persentase siswa tuntas diatas 95% dimana persentase
ketuntasan tersebut juga menjadi indikator keberhasilan penelitian. Selain itu
perbaikan sikap siswa juga ditunjukkan dengan terus meningkatnya jumlah
poin dari sikap yang “kurang baik” hingga “sangat baik”. Dengan demikian,
peneliti menganggap Siklus II telah berhasil dilaksanakan.
4.2 Hasil Analisis Data
Pada subbab ini akan dipaparkan hasil analisis data yang disajikan
untuk memperjelas peningkatan yang terjadi pada hasil belajar dan perbaikan
sikap siswa Kelas V SD Pantekosta pada sebelum Siklus I (Pra-Siklus1),
Sesudah Siklus I, dan sesudah Siklus II.
Tabel 4.9
Hasil Belajar Kelas V SD Pantekosta
Kategori Pre-test 1 Tes Siklus
I
Tes Siklus
I + proyek
Tes Siklus
II
Tes Siklus
II +
proyek
Jumlah yang
mengikuti test 30 30 30 31 31
Jumlah siswa tidak
tuntas KKM 19 14 8 1 0
Persentase siswa tidak
tuntas KKM 63,33% 46,67% 26,67% 3,23% 0%
Jumlah siswa tuntas 11 16 22 30 31
Persentase siswa
tuntas KKM 36,67% 53,33% 73,33% 96,77% 100%
Dengan melihat persentase siswa tuntas, tampak jelas bahwa terjadi
peningkatan jumlah siswa tuntas KKM. Jika hanya membandingkan Pre-test,
Tes Siklus I dan Tes Siklus II tanpa menggabungkan nilai proyek, maka
72
terjadi peningkatan hasil belajar yaitu sebesar 16,66% pada Pre- test dan Tes
Siklus I dan peningkatan sebesar 43,44% pada Post-test1 dan Tes Siklus II.
Sedangkan selisih persentase hasil belajar siswa pada Tes Siklus I dan Tes
Siklus II yang digabung dengan nilai proyek adalah sebesar 29,03%.
Grafik 4.3
Peningkatan Persentase Siswa Tuntas KKM Kelas V SD
Pantekosta
Untuk melihat persentase nilai hasil belajar siswa tuntas dan tidak
tuntas, dapat dicermati pada diagram batang berikut ini.
Grafik 4.4
Persentase Hasil Belajar Kelas V SD Pantekosta
0
20
40
60
80
100
120
Pre-Test Tes Siklus I Tes Siklus I + Proyek
Tes Siklus II Tes Siklus II + Proyek
Pe
rse
nta
se
Kategori
Tuntas
Tidak Tuntas
11 16
22
30 31
19 14
8
1 0
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pre-Test Tes Siklus I Tes Siklus I+ Proyek
Tes Siklus II Tes Siklus II + Proyek
Siswa Tidak Tuntas
Siswa Tuntas
73
Pada diagram batang tersebut, dapat disimpulkan bahwa persentase
siswa tuntas KKM 75 mengalami peningkatan dari pra-Siklus I, Siklus I,
hingga Siklus II.
Perbaikan sikap siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini, dimana
setiap angketnya dengan 30 responden selalu meningkat jumlah poin/skornya.
Dan yang terjadi dengan 31 responden adalah berada di kategori yang sama.
Adapun alasan mengapa peneliti memasukkan satu siswa baru sebagai
responden adalah karena siswa baru tersebut nantinya akan menjadi warga
Kelas V dan telah mengikuti Siklus II dan mengambil peran dalam kelompok.
Selain itu mengapa peneliti tidak memasukkan siwa absen dalam responden
adalah karena mereka tidak membuat proyek pada pertemuan tersebut.
Tabel 4.10
Perbandingan Sikap pada Angket I, Angket II dan Angket III
Angket I II IIIa IIIb
Total Skor 509 532 632 654
Jumlah responden 30 30 30 31
Keterangan Sikap Kurang Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
4.3 Pembahasan
Pada subbab pembahasan ini, peneliti ingin membuktikan hipotesisnya.
Bahwa Project Based Learning dalam pelajaran Matematika dapat
meningkatkan hasil belajar dengan ditunjukkan adanya peningkatan persentasi
siswa tuntas KKM sebanyak 95% dan adanya perbaikan sikap siswa kelas V
SD Pantekosta Magelang, Tahun Ajaran 201 /2014.
4.3.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Project Based Learning
Setelah melakukan observasi pada pelajaran Matematika tanggal 24
Januari 2014, peneliti menemukan beberapa masalah dikelas yang salah satu
diantaranya adalah hasil belajar siswa pada laporan nilai raport ulangan akhir
74
semester gasal yang memiliki nilai rata rata paling rendah diantara mata
pelajaran yang lain. Terdapat 37,5% siswa tidak tuntas KKM sebesar 70 pada
Semester 1 Perubahan KKM menjadi 75 untuk Semester 2 menjadi
kekhawatiran tersendiri bagi guru. Sehingga dengan mengingat teori Bloom
bahwa kesuksesan pembelajaran adalah apabila siswa tuntas belajar adalah
sebesar 95% maka peneliti menggunakan model Project Based Learning
untuk memperbaiki hasil belajar siswa.
Project Based Learning dilakukan dalam dua siklus dimana setiap
siklusnya terdapat perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi.
Setiap siklus dilakukan selama tiga kali pertemuan. Dan selama tiga kali
pertemuan tersebut, sintak dari Project Baased Learning dilaksanakan
ditambahi dengan pemberian test sebagai indikator peningktan hasil belajar
siswa. (Pre-test 1, Tes Siklus I yang menjadi Pre-test 2 dan Tes Siklus II).
Pada Pre-test 1, persentase siswa tuntas KKM 75 adalah sebesar
36,67% Terjadi peningkatan persentase siswa tuntas KKM yaitu sebesar
16,66% sehingga siswa tuntas KKM setelah Siklus I adalah sebesar 53,33%.
Kemudian dilakukanlah Siklus II dan terjadi peningkatan persentase sebesar
43,44% sehingga siswa tuntas KKM setelah Siklus II adalah sebesar 96,77%.
Dengan pertimbangan bahwa Project Based Learning menekankan
pada pembuatan proyek, maka peneliti juga melakukan olah data terhadap
nilai test dan nilai proyek. Hasil yang didapatkan adalah terjadi peningkatan
persentase siswa tuntas sebesar 26,67%, dimana terdapat 73,33 % siswa tuntas
KKM pada Siklus I dan 100% siswa Tuntas KKM pada Siklus II
Dengan demikian maka hipotesis pebneliti terbukti dengan adanya
peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SD Pantekosta melalui penerapan
model Project Based Learning.
75
4.3.2 Perbaikan Sikap Siswa Melalui Project Based Learning
Project Based Learning adalah model yang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan sosial abad 21 dimana lebih mementingkan pada
kerjasama. Sehingga peneliti beranggapan bahwa Project based learning
mampu meningkatkan sikap positif siswa khususnya saat pelajaran
Matematika.
Indikator meningkatnya sikap siswa kearah yang lebih baik dilakukan
dengan pengisian angket oleh siswa sebelum Siklus I (Angket I) sesudah
Siklus I (Angket II) dan sesudah Siklus II (Angket III). Terdapat 31 siswa
kelas V di SD Pantekosta, namun saat Angket I dibagian, Terdapat 30
responden pada Angket I dan II namun karena dengan adanya satu siswa baru
dan ada siswa yang absen pada pembagian angket III, maka jumlah responden
berubah lagi menjadi 31 reponden. Dengan pertimbangan itu maka peneliti
membuat dua klasifikasi dengan asumsi bahwa terjadi perubahan kuantitas
responden. Bukan perubahan kualitas responden.
Dari hasil analisis angket-angket tearsebut dan membandingkan
dengan klasifikasi sikap, maka peneliti menyimpulkan bahwa terjadi
perbaikan sikap siswa. hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah poin
angket. Pada angket I, poinnya sebesar 509 dengan arti bahawa sikap siswa
masih kurang baik terhadap pelajaran Matematika. Dan terjadi peningkatan
sebesar 23 poin setelah dilangsungkannya Siklus I sehingga angket II poinnya
adalah 532. Setelah siklus dua dilaksanakan, dan peneliti menganulir siswa
baru dengan asumsi bahwa dia tidak ikut serta dalam kegiatan belajar
mengajar di Pantekosta maka tetap saja terjadi peningkatan sebesar 100 poin
setelah Siklus II dilangsungkan yaitu sebesar 632 poin yang berarti sikap yang
sangat baik terhadap Matematika. Namun peneliti juga ingin tahu apakah
dengan bertambahnya siswa baru, sikap mereka menjadi berubah maka
dengan menganalisis angket III yaitu dengan membandingkan klasifikasi
berdasarkan 31 responden maka didapati poin sebesar 654 yang berarti sikap
76
siswa dengan 30 reponden dan 31 responden adalah sama yaitu sangat baik
terhadap Matematika.
Memperkuat kemampuan Project Based Learning dalam memperbaiki
sikap siswa, peneliti juga menganalisis hasil evaluasi siswa yang didapat dari
lembar penilaian kelompok. Penilaian tersebut mencakup sembilan belas poin
yaitu antusias, keramahan, tidak egois, berbagi, menyampaikan pendapatnya
dengan layak, jujur, pendengar yang baik, bersikap toleran terhadap
kelemahan yang lain, pemecah masalah, teratur, kooperatif, sportif,
berkomitmen pada tugas, bekerjasama denagn orang lain, dapat diandalkan,
sabr, bisa beradaptasi, kreatif, dan bisa dipercaya. Poin-poin itu merupakan
pernilaian yang ditawarkan oleh Stix dan Hrbek (2007). Pada Siklus I siswa
kelas V SD Pantekosta mengumpulkan poin sebanyak 1752 dan pada Siklus II
terkumpul 2072 poin, terjadi peningkatan poin sebesar 320 poin. Hal itu
mengindikasikan adanya perbaikan sikap pada siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis peneliti terbukti yaitu
bahwa penerapan model Project Based Learning dapat memeperbaiki sikap
siswa Kelas V SD Pantekosta Magelang Tahun Ajaran 2013 /2014.