BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan
Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 dengan jumlah siswa
34 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Hasil penelitian tindakan kelas, menyajikan data-data pelaksanaan tahapan
pada tiap-tiap siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, yang
diuraikan sebagai berikut :
4.2 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Tahapan pra siklus ini merupakan kondisi awal, yaitu sebelum
diberikannya tindakan kelas oleh peneliti terhadap mata pelajaran matematika di
Kelas V. Hasil belajar siswa berdasarkan data hasil ulangan harian matematika
masih banyak yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Maksimal),
sehingga perlu ditingkatkan. Nilai ketuntasan (KKM) mata pelajaran matematika
kelas V adalah ≥ 66.
Hasil belajar siswa pada pra siklus, terdapat 18 siswa (53%) mendapatkan
nilai yang tidak tuntas. Sedangkan siswa yang tuntas lebih sedikit berjumlah 16
siswa (47%). Hal ini diakui oleh beberapa siswa bahwa mata pelajaran
matematika lebih sulit dibandingkan mata pelajaran lain, karena pemahaman yang
abstrak menyulitkan siswa membayangkan berfikir dengan logika. Dari
kegelisahan siswa tersebut, maka dilakukan uji coba tindakan kelas model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam dua siklus.
4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Dalam pelaksanaan Siklus I, guru menyampaikan tujuan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam materi operasi
hitung pecahan. Proses pelaksanaan Siklus I dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
I dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016 dan pertemuan II dilakukan
44
pada hari Kamis tanggal 14 April 2016. Adapun tahapan pada siklus I seperti
berikut:
a. Tahap Perencanaan
Persiapan sebelum penelitian dengan berkunjung ke SD Negeri
Suruh 02 menyerahkan surat perijinan. Selanjutnya menemui guru kelas 5
untuk berkonsultasi mengenai materi pembelajaran yang akan digunakan
sebagai penelitian serta waktu pelaksanaan penelitian. Bersama dengan
guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Penelitian yang langkahnya
disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC.
Sesuai dengan kompetensi dasar (KD) pembelajaran matematika
SD pada bagian pembelajaran di Standar Kompetensi tentang
“Menggunakan Pecahan dalam Pemecahan Masalah” maka RPP siklus 1
dilakukan dua kali pertemuan yang khusus membahas “mengalikan dan
membagi berbagai bentuk pecahan”. Penyampaian materi menggunakan
penerapan pembelajaran kooperatif CIRC, dan pada akhir pembelajaran
pertemuan kedua dilakukan evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan selanjutnya adalah melaksanakan prosedur yang sudah
direncanakan sebagai berikut:
1. Pertemuan 1
Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, kemudian
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya materi yang belum dipahami.
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik betapa penting dan
bermanfaatnya materi ini, yang kemudian memberikan apersepsi.
Pada kegiatan inti dengan menerapkan langkah-langkah metode
pembelajaran CIRC, guru membagi siswa menjadi sembilan kelompok
yang terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan akademik yang heterogen.
45
Guru membagi LKS pada tiap kelompok sesuai dengan topik
pembelajaran, dan menjelaskan materi pembelajaran yang berkaitan
dengan mengenalkan arti perkalian dan pembagian pecahan dan operasi
perkalian berbagai bentuk pecahan. Selanjutnya guru meminta siswa
menyelesaikan tugas berupa soal-soal pada lembar tugas siswa (LTS)
sebagai lembar jawaban yang sudah disediakan untuk masing-masing
kelompok.
Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide
pokok serta memberi tanggapan terhadap materi yang diberikan selama
diskusi kelompok. Guru mengamati kerja setiap kelompok kemudian guru
meminta ketua kelompok membagi tugas dalam kelompok siapa yang
membaca tugas (reading), mengidentifikasi yang ditanyakan, siapa yang
mencatat apa yang diketahui dalam tugasnya. Semua anggota kelompok
merancang penyelesaian tugas (integrasi), lalu mengkomposisikan dan
mendiskusikan hasil temuan dari masing-masing anggota kelompok
sehingga menjadi penyelesaian yang utuh mengenai tugas yang diberikan.
Guru mengamati diskusi kelompok dan memberikan bantuan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan.
Selanjutnya guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan kemudian guru
meminta kelompok lain untuk menanggapi dan memberikan koreksi dari
jawaban kelompok lain dan dilanjutkan guru mengkonfirmasi hasil diskusi
kelompok dan memberikan perhargaan pada kelompok dengan pujian dan
tepuk tangan.
Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi dan
meyimpulkan hasil pembelajaran pada materi yang telah dipelajari dengan
tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan cara
menunjuk siswa secara acak untuk mengemukakan pendapatnya mengenai
pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara berkelompok.
Kemudian guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan
salam. Pada siklus I, siswa cenderung masih pasif dan menyerahkan
46
penyelesaian jawaban kepada temannya yang dianggap pandai dalam
kelompok tersebut.
2. Pertemuan II
Dalam pertemuan II ini, dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari
pertemuan I dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Proses pelaksanaan
pertemuan II ini sama seperti dalam proses pertemuan I dengan
menambahkan evaluasi.
Pada saat evaluasi, guru membagi lembar soal evaluasi dan siswa
mengerjakan soal evaluasi. Guru mengawasi jalannya evaluasi
pembelajaran, setelah selesai siswa mengumpulkan tes evaluasi.
Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi untuk
meyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memancing siswa melalui tanya
jawab. Siswa ditunjuk secara acak untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara
berkelompok. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa pertanyaan
sebagai umpan penguasaan materi. Kemudian guru mengakhiri pelajaran
dan mengucapkan salam penutup.
c. Observasi
Hasil tindakan pembelajaran Siklus I berupa hasil lembar observasi
pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru dan siswa.
Untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC ( Cooperative, Integrative, Reading and Composition), peneliti
menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi ini dilakukan oleh
observer bersama peneliti pada pertemuan I dan II.
a) Pengamatan terhadap siswa
Pada pertemuan I siklus I, pembagian kelompok belum berjalan
dengan baik kemudian saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa
siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok. Siswa yang sudah
47
terbentuk dalam satu tim tidak menjamin dapat membuat semua anggota
kelompok dapat aktif tetapi kenyataannya masih ada siswa yang tidak
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru masih
banyak yang mengandalkan hail pekerjaan teman yang dianggap mampu.
Mereka enggan mengerjakan tugas itu karena kurangnya pemahaman akan
materi ajar. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan
kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Dari pertemuan I hingga pertemuan
II pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif
dalam pembelajaran. Namun pembelajaran matematika kompetensi dasar
mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan dengan pembelajaran
kooperatif tipe CIRC pada siklus I belum optimal dikarenakan siswa
belum terbiasa dengan belajar secara berkelompok jadi siswa yang paling
mampu yang mendominasi dalam mengerjakan tugas berkelompok dan
masih ada siswa yang kurang berpartisipasi dan kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran.
b) Pengamatan Terhadap Guru
Selain dilakukannnya pengamatan terhadap kegiatan siswa, juga
diberikan penilaian dari pengamatan terhadap guru yang dituangkan dalam
lembar observasi guru. Pada siklus I pertemuan I pembelajaran yang
dilakukan oleh guru masih belum optimal tentang penyampaian tujuan
pembelajaran belum disampaikan, guru masih kurang mengarahkan dan
membimbing dalam kegiatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan guru
masih merasa canggung saat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC karena biasanya guru mengajar dengan memberikan ceramah dan
selanjutnya pemberian tugas. Akan tetapi pada pertemuan II sudah lebih
baik daripada awal menerapkan pembelajaran CIRC.
Melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan diakhir pertemuan maka
peneliti bersama dengan guru dapat saling berdiskusi dalam membahas
kekurangan dan langkah apa yang harus dilakukan untuk materi
selanjutnya.
48
Dari data yang diperoleh melalui ibservasi terhadap siswa maupun
guru maka dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC pada kelas V siklus I sudah cukup baik. Adapun kekurangan atau
kendala yang dihadapi akan diperbaiki dan dapat dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dari
pertemuan I dan II. Pada siklus I dibahas kekurangan dan kendala yang
ada dan berfungsi untuk perencanaan di siklus berikutnya melalui diskusi
dengan guru kelas. Kegiatan refleksi dilakukan dengan membahas hasil
analisis data dari observasi dan nilai yang diperoleh siswa melalui tes
evaluasi pada siklus I. Hasil dari refleksi dijadikan acuan perbaikan dan
perencanaan pada siklus II, sehingga indikator kinerja hasil belajar
matematika yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai.
Berdasarkan hasil tindakan kelas, penerapan pembelajaran
kooperatif tipe CIRC sudah baik sesuai dengan langkah-langkah yang
terdapat pada indikator pencapaian pembelajaran. Hasil refleksi pada
pengamatan secara keseluruhan pada proses pembelajaran siklus I sebagai
berikut:
1. Kelebihan
a. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin
bertambah.
b. Siswa lebih berminat dalam mengikuti pelajaran matematika.
c. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatkan
dibandingkan sebelum tindakan.
2. Kekurangan
a. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Beberapa siswa masih takut dalam menyampaikan pendapat,
mengajukan pertanyaan dan merespon pertanyaan dari guru.
49
c. Masih terdapat siswa yang menggantungkan pekerjaan teman, dan
siswa yang dianggap mampu lebih mendominasi dalam kegiatan
kelompok.
3. Perbaikan dalam mengatasi kekurangan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran sebelum menjelaskan materi.
b. Melatih siswa untuk menemukan sendiri atau menggali
pengetahuan yang dimilikinya dengan lebih kritiis dalam
menanggapi pendapat.
c. Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi seharusnya dapat
memberikan penjelasan pada teman yang kurang paham, sehingga
dalam satu kelompok dapat bekerjasama dengan baik.
4.4 Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus II dilaksanakan dua
kali pertemuan dengan kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam
masalah perbandingan dan skala. Alokasi waktu tiap pertemuan yaitu (2x35
menit) pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016,
pertemuan kedua pada tanggal 21 April 2016, dengan rincian sebagai
berikut:
a. Tahap Perencanaan
Seperti yang diungkapkan dalam poin refleksi di atas tentang
kekurangan pada siklus I, maka perencanaan pada siklus II dilakukan hal
berikut:
1. Peneliti sebagai guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dalam diskusi kelompok, yaitu siswa
dapat menjelaskan arti perbandingan pecahan dengan benar, siswa
dapat menggunakan perbandingan untuk menentukan skala dengan
tepat dan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan menggunakan
perbandingan dan skala dengan benar.
50
2. Untuk menghilangkan ketakutan siswa mengemukakan pendapat,
maka guru menunjuk siswa yang masih takut dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan kepada siswa tersebut agar siswa dapat merespon
pertanyaan.
3. Untuk mengatasi siswa yang masih menggantungkan temannya, maka
guru mengganti kelompok diskusi yang semula berdasarkan tempat
duduk menjadi keragaman nilai. Tiap kelompok terdiri dari siswa yang
bernilai bagus hingga kurang.
Pada siklus II, sebelum melakukan pembelajaran maka perlu
dipersiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sama
halnya dengan siklus I, siklus II dilakukan melalui 2 pertemuan yang
setiap pertemuan dilakukan persiapan yakni meninjau ulang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dirancang sebelumnya. Perencanaan
perbaikan yang telah dibuat dikaji ulang, sehingga pembelajaran pada
siklus II ini meliputi kegiatan mempersiapkan RPP, lembar observasi,
dan LKS yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah perencanaan tersusun dengan baik, maka tindakan
selanjutnya adalah melaksanakan prosedur sebagai berikut:
1. Pertemuan I
Dalam pelaksanaan pertemuan pertama siklus II, guru
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, kemudian
menyampaikan materi pokok apa yang akan dibahas dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan model pembelajaran CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) yang akan diterapkan,
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya materi yang belum dipahami,
serta memberikan motivasi kepada peserta didik betapa penting dan
bermanfaatnya materi ini, kemudian memberikan apersepsi.
51
Pada kegiatan inti menerapkan langkah-langkah metode
pembelajaran CIRC. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
yang terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan akademik yang heterogen.
Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran yaitu dengan
memberikan LKS pada tiap kelompok. Selanjutnya guru meminta siswa
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan menjelaskan arti
perbandingan dan menggunakan perbandingan untuk menentukan skala
pada lembar tugas siswa (LTS) yang sudah disediakan secara kelompok.
Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide
pokok serta memberi tanggapan terhadap materi yang diberikan. Guru
mengamati kerja setiap kelompok dan guru meminta ketua kelompok
membagi tugas dalam kelompok siapa yang membaca tugas (reading),
mengidentifikasi yang ditanyakan, siapa yang mencatat apa yang diketahui
dalam tugasnya dan semua anggota kelompok merancang penyelesaian
tugas (integrasi), lalu mengkomposisikan dan mendiskusikan hasil temuan
dari masing-masing anggota kelompok sehingga menjadi penyelesaian
yang utuh mengenai tugas yang diberikan. Guru mengamati diskusi
kelompok dan memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi yang telah dilaksanakan dan guru meminta kelompok lain
untuk menanggapi dan memberikan koreksi dari jawaban kelompok lain.
Guru mengkonfirmasi hasil diskusi kelompok dan memberikan perhargaan
pada kelompok dengan pujian dan tepuk tangan.
Siswa dan guru melakukan refleksi dan meyimpulkan hasil
pembelajaran pada materi yang telah dipelajari dengan tanya jawab dengan
siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan cara menunjuk siswa
secara acak untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pengalaman
belajar selama menyelesaikan tugas secara berkelompok. Kemudian guru
mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
52
2. Pertemuan II
Dalam pertemuan II, dilaksanakan langkah-langkah pembelajaran
yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada
kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, kemudian menyampaikan
materi pokok apa yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading
and Composition) yang akan diterapkan, Siswa diberikan kesempatan
untuk bertanya materi yang belum dipahami, serta memberikan motivasi
kepada peserta didik betapa penting dan bermanfaatnya materi ini,
kemudian memberikan apersepsi.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah metode
pembelajaran CIRC dengan cara yang sama seperti pada pertemuan I.
perbedaan pada pertemuan II ini tugas soal-soal melakukan operasi hitung
dengan menggunakan perbandingan dan skala pada lembar tugas siswa
(LTS) yang sudah disediakan secara kelompok.
Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide
pokok serta memberi tanggapan terhadap materi yang diberikan. Guru
mengamati kerja setiap kelompok kemudian guru meminta ketua
kelompok membagi tugas dalam kelompok siapa yang membaca tugas
(reading), mengidentifikasi yang ditanyakan, siapa yang mencatat apa
yang diketahui dalam tugasnya dan semua anggota kelompok merancang
penyelesaian tugas (integrasi), lalu mengkomposisikan dan mendiskusikan
hasil temuan dari masing-masing anggota kelompok sehingga menjadi
penyelesaian yang utuh mengenai tugas yang diberikan.
Guru mengamati diskusi kelompok dan memberikan bantuan
kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Selanjutnya guru menunjuk
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah
dilaksanakan dan kelompok lain menanggapi serta memberikan koreksi
dari jawaban kelompok yang presentasi. Guru mengkonfirmasi hasil
diskusi kelompok dan memberikan perhargaan pada kelompok dengan
53
pujian dan tepuk tangan. Kemudian guru membagi lembar soal evaluasi
dan siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru mengawasi jalannya evaluasi
pembelajaran, setelah selesai siswa mengumpulkan tes evaluasi.
Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi dan
meyimpulkan hasil pembelajaran pada materi yang telah dipelajari.
Melalui tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari,
guru menunjuk siswa secara acak untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara
berkelompok. Pelajaran diakhiri dengan mengucapkan salam penutup.
c. Observasi
Hasil tindakan pembelajaran Siklus II berupa hasil lembar
observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru
dan siswa. Peneliti menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi
dilakukan oleh observer bersama peneliti pada pertemuan I dan II.
a) Pengamatan terhadap siswa
Melalui observasi siklus II dapat diketahui kesiapan siswa dalam
belajar, ketertarikan siswa, keterlibatan siswa dan kerja sama antar
anggota sudah optimal. Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih
baik lagi artinya mengalami peningkatan dari siklus I. Dengan
bimbingan guru, siswa lebih dapat melakukan tugasnya karena guru
selalu memantau perkembangan siswanya. Selain itu pemberian
reward juga menumbuhkan sikap saling bersaing secara positif dengan
yang lain mendaptakn reward berupa bintang, pujian dan tepuk tangan,
hal tersebut dapat membuat siswa tertarik dalam belajar.
b) Pengamatan Terhadap Guru
Seperti halnya observasi terhadap siswa, guru pun juga diamati
mengenai cara mengajar diantaranya kesesuaian praktik mengajar
dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap materi ajar.
Dalam pengamatan terhadap guru ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan diantaranya aspek mengenai penyampaian materi ajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Pada
54
siklus II, proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena
guru telah dapat menguasai kelas dan menyesuaikan pembelajaran
kooperatif tipe CIRC sehingga siswa dapat berperan aktif selama
proses pembelajaran berlangsung.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali
pengetahuan yang dimilkinya, sehingga guru sudah tidak terlihat
dominan saat dikleas. Guru selalu memberi pengarahan kepada siswa
saat mengerjakan tugas.
Dengan demikian siklus II dapat berjalan dengan maksimal dan
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan
indikator kerja yang telah ditetapkan.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan siklus II dari pertemuan I dan II maka
selanjutnya diadakan refleksi dari kegiatan dalam proses pembelajaran.
Hasil refleksi diambil dari hasil observasi dan soal evaluasi yang
dilaksanakan pada siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan
perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan proses pembelajaran
sudah sesuai dengan indicator kerja. Berdasarkan lembar observasi
siswa pada siklus II ini siswa terlibat aktif dalam mengikuti
pembelajaran dan saling membantu saat bekerja kelompok sehingga
memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga hasil belajar siswa
meningkat dari siklus I. Sehingga tidak diperlukan tindakan selanjutnya.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pembahasan Pra Siklus
Kondisi awal hasil nilai ulangan yang dilakukan oleh guru sebelum
penelitian, menunjukkan sebagian besar nilai siswa (53 %) belum/tidak tuntas.
Sedangkan range nilai terendah 40 dan tertinggi 100, menunjukkan kesenjangan
nilai yang besar.
55
Tabel 4.1
Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra Siklus Siswa Kelas V
SD Negeri Suruh 02
KKM = 66 Frekuensi
(siswa)
Persentase (%) Keterangan
< 66 18 53 Tidak Tuntas
≥ 66 16 47 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 68
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Sumber: analisis data penelitian
Dari tabel di atas, hasil belajar sebagai kondisi awal siswa dapat disajikan
dalam bentuk diagram berikut ini:
Gambar 4.1
Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra
Siklus Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Suruh
02
Metode pembelajaran yang dilakukan guru menggunakan metode
ceramah. Dalam pengamatan selama penelitian terlihat beberapa siswa kurang
bersemangat mengikuti pembelajaran matematika. Suasana pembelajaran
56
berlangsung dengan kaku dan beberapa siswa diam. Hal ini tampak dari muka
siswa yang diam/bengong, mengerutkan alis mata dan tanpa ada pertanyaan dari
siswa ke guru. Ini mencerminkan kondisi siswa yang kurang santai selama
mengikuti pembelajaran matematika, sehingga mata pelajaran matematika
mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini dimungkinkan dengan
metode ceramah, sebagian besar konsentrasi belajar siswa kurang fokus pada
pelajaran matematika.
Siswa mengeluh dalam mengikuti pelajaran matematika yang dirasa
membosankan, membingungkan dan tidak menarik. Terutama bila siswa
dihadapkan dengan soal pemecahan masalah, maka sebagian siswa mengalami
kesulitan. Siswa kurang memahami makna setiap kalimat yang ada, kurang
mampu merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kurang
mampu menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Suruh 02 rendah,
sehingga permasalahan tersebut harus diatasi agar tidak berdampak pada bagian
lain dalam pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah. Karena dalam proses
belajar mengajar siswa hanya mau bertanya pada teman sebangku secara berbisik-
bisik. Ini menunjukkan bahwa siswa malu bertanya pada guru, tetapi tidak malu
bertanya pada teman. Sedangkan pada saat istirahat banyak siswa yang
bergerombol dan bermain bersama yang tidak membahas pelajaran matematika
yang diajarkan guru.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa
terhadapa materi. Variasi guru dalam keterampilan mengajar kurang menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif. Penggunaan metode konvensional (ceramah
satu arah) secara terus menerus akan terasa monoton yang mengakibatkan
pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Siswa merasa jenuh dan pasif selama
pembelajaran. Transformasi ilmupun terjadi kurang maksimal, karena
pembelajaran berpusat pada guru sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif.
57
4.5.2 Pembahasan Siklus I
Data hasil belajar matematika dalam tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Siklus I Siswa Kelas
V SD Negeri Suruh 02
KKM = 66 Frekuensi
(siswa)
Persentase
(%)
Keterangan
< 66 11 32 Tidak Tuntas
≥ 66 23 68 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 68
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Sumber: Analisis Data Penelitian
Dari tabel di atas, hasil belajar siklus I siswa dapat disajiakan dalam
bentuk diagram berikut ini:
Gambar 4.2
Diagram Persentase Ketuntasan Nilai Belajar Matematika Siklus I
Siswa Kelas V SD Negeri Suruh 02
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus
I menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa. Sebanyak 23 siswa (68%)
58
dinyatakan tuntas belajar karena memperoleh nilai di atas KKM (>66). Sedangkan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 (32%) orang. Artinya sebanyak 7 siswa
(21%) dapat meningkatkan nilai hasil belajar. Ini menunjukkan siswa mulai
memahami melakukan operasi hitung pecahan dalam campuran. Dengan demikian
penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh terhadap kenaikan
hasil belajar siswa.
4.5.3 Pembahasan Siklus II
Data hasil belajar matematika tersaji tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Siklus II Siswa kelas
V SD Negeri Suruh 02
KKM = 66 Frekuensi
(siswa)
Persentase
(%)
Keterangan
< 66 5 15 Tidak Tuntas
≥ 66 29 85 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 74
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 55
Sumber: Analisis Data Penelitian
Dari tabel diatas, hasil belajar siklus II siswa dapat disajiakan dalam
bentuk diagram berikut ini:
59
Gambar 4.3
Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II
Siswa Kelas V SD Negeri Suruh 02
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus
II terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 29
siswa (85%). Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan lagi sebanyak 6 siswa
menjadi tuntas. Sebanyak 5 siswa (4 laki-laki dan 1 perempuan) dinyatakan tidak
tuntas belajar karena memperoleh di bawah KKM (˂66). Pada Siklus II telah
mengalami perubahan dibandingkan pada siklus I, yaitu terjadi peningkatan nilai
rata-rata siswa. Pada siklus II nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata siswa
mencapai 74, walau nilai tertinggi turun menjadi 90.
Dari hasil pengamatan diketahui, bahwa sebanyak 5 siswa pada siklus II
tetap tidak mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan antara lain:
Ternyata ada empat siswa laki-laki yang tidak tuntas pada siklus II adalah
mereka yang duduk berdekatan. Pada saat pembelajaran (guru menerangkan),
siswa tersebut terlihat tidak memperhatikan dan berbicara dengan teman
sebangku dan sekitarnya.
Seorang siswa perempuan yang tidak tuntas tersebut kurang memperhatikan
pembelajaran matematika dari guru. Hal ini diakuinya bahwa ia kurang suka
terhadap pelajaran matematika dan menyenangi pelajaran Bahasa Jawa.
Sebagian besar siswa tersebut pada jam pelajaran matematika seringkali izin
keluar sehingga tidak mengikuti pelajaran secara penuh.
60
Beberapa siswa tersebut ada yang pernah tidak naik kelas, sehingga nilai hasil
pelajaran lain juga relatif rendah.
Keberadaan keharmonisan dan kesibukan orangtua secara tidak langsung
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hampir semua siswa yang tidak tuntas
tersebut, keterlibatan orangtua kurang mendampingi dalam belajar anaknya.
Sebagian dari siswa yang tidak tuntas tersebut, orangtuanya ada yang tinggal
bersama bapaknya karena ibunya bekerja di luar negeri dan ada yang ibunya
bekerja berjualan sementara bapaknya berjudi.
4.6 Perbandingan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada tiap tahapan disajikan
dalam tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Perbandingan Nilai Ketuntasan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Nilai
KKM= 66
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Ketera
ngan
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
1 ˂ 66 18 53 11 32 5 15 Tidak
Tuntas
2 ≥ 66 16 47 23 68 29 85 Tuntas
Jumlah 34 100 34 100 34 100
Rata-rata 68 69 74
Nilai Tertinggi 100 90 90
Nilai Terendah 40 50 55
Sumber: Analisis Data Penelitian
Pencapaian hasil belajar 34 siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II
disajikan dalam diagram batang di bawah ini.
61
Gambar 4.4
Diagram Persentase Perbandingan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar
Matematika pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dari diagram di atas terlihat bahwa jumlah ketuntasan nilai siswa
meningkat, walaupun pada siklus I dan siklus II masih ada siswa yang berada di
bawah KKM. Peningkatan nilai terutama pada siswa yang pada tahap pra siklus
berada di bawah KKM. Bahkan ada siswa yang semula mendapatkan nilai 40
dapat meningkat pesat mencapai nilai 70 di siklus I dan 80 pada tes siklus kedua.
Hal ini membuktikan bahwa model CIRC mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, maka secara keseluruhan model
pembelajaran CIRC berpengaruh (signifikan) terhadap peningkatan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika. Penelitian tindakan ini difokuskan pada
upaya perbaikan untuk meningkatkan nilai ketuntasan hasil belajar matematika
siswa kelas V SDN Suruh 02. Model pembelajaran ini menuntut siswa dapat
meningkatkan cara berfikir untuk memecahkan soal-soal pembelajaran
matematika.
Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I, ada peningkatam hasil belajar
antara hasil belajar siklus I dengan kondisi awal. Sebanyak 11 siswa dinyatakan
tidak tuntas belajar karena memperoleh nilai di bawah KKM (˂66). Sedangkan
yang tuntas sebanyak 23 siswa. Dengan hasil ini, menunjukkan siswa mengalami
62
sedikit peningkatan kemampuan melakukan operasi hitung pecahan dalam
perbandingan. Sedangkan pada Siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
Masih ada 5 siswa yang dinyatakan tidak tuntas karena memperoleh nilai di
bawah (˂66), dan sebanyak 29 siswa telah mencapai nilai ketuntasan.
Dalam pembelajaran metode CIRC, siswa belajar secara berkelompok
dapat mengoptimalkan kerja sama siswa dalam kelompok. Siswa diminta
mempresentasikan hasil penyelesaiaannya di depan kelas dan siswa lain memberi
komentar atau tanggapan. Namun demikian masih terjadi keaktifan siswa yang
lebih pandai menguasai proses diskusi kelompok, sehingga siswa yang kurang
cepat menangkap materi cenderung pasif.
Dominasi guru dalam pembelajaran dengan model Cooperative Integrative
Reading and Competition (CIRC) menjadi berkurang, dan mengutamakan siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru berusaha mengoptimalkan interaksi antar
siswa atau antara siswa dengan guru melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Pada
akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Kerjasama antar siswa terlihat dalam diskusi kelompok dan saat
mempresentasikan hasil kerja. Siklus I dan siklus II bertujuan memperbaiki dan
lebih mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi. Perbaikan
tersebut agar siswa untuk mampu memahami materi selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa diminta guru untuk memperhatikan siswa lain yang sedang
presentasi. Sebagai umpan balik diskusi, siswa agar memberikan komentar
terhadap hasil presentasi temannya. Guru juga memberikan reward/penguatan
kepada siswa, melalui tepuk tangan dan kalimat pujian, serta memberikan bintang
kepada siswa yang menjawab benar dalam presentasi kelompok.
Hasil refleksi dari guru kelas, mengakui bahwa ternyata pembelajaran
model CIRC menarik perhatian siswa mengikuti mata pelajaran. Siswa terlihat
serius mendengarkan guru dan siswa berkonsentrasi memahami materi yang
diajarkan guru. Biasanya ada saja siswa yang tidak bersemangat ketika guru
menerangkan, yang ditunjukkan oleh sikap siswa yang mengantuk, berbicara
dengan temannya atau beralasan ke belakang. Perubahan motivasi siswa untuk
63
belajar terlihat dari hasil nilai tes yang meningkat, walau masih ada yang di bawah
KKM tetapi dilihat dari perolehan nilai siswa tersebut meningkat dengan baik.
Setidaknya CIRC mampu merubah motivasi belajar siswa menjadi responsif,
sehingga pembelajaran ilmu pengetahuan menjadi lebih bermakna.
Melalui presentasi dan diskusi, perhatian guru dan siswa terfokus pada
materi pembelajaran tersebut. Motivasi belajar siswa meningkat, terlihat dari
peningkatan siswa yang serius mendengarkan dan bersemangat. Siswa
memperhatikan presentasi dan mau memberikan komentar terhadap hasil
presentasi tersebut. Dalam pembelajaran pada siklus I dan II, siswa menjadi
berani terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan turut serta menyelesaikan materi
menjadi lebih baik. Dengan demikian penerapan model CIRC setidaknya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang terwujud dari nilai ketuntasan.