BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

21
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 dengan jumlah siswa 34 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Hasil penelitian tindakan kelas, menyajikan data-data pelaksanaan tahapan pada tiap-tiap siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, yang diuraikan sebagai berikut : 4.2 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Tahapan pra siklus ini merupakan kondisi awal, yaitu sebelum diberikannya tindakan kelas oleh peneliti terhadap mata pelajaran matematika di Kelas V. Hasil belajar siswa berdasarkan data hasil ulangan harian matematika masih banyak yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Maksimal), sehingga perlu ditingkatkan. Nilai ketuntasan (KKM) mata pelajaran matematika kelas V adalah ≥ 66. Hasil belajar siswa pada pra siklus, terdapat 18 siswa (53%) mendapatkan nilai yang tidak tuntas. Sedangkan siswa yang tuntas lebih sedikit berjumlah 16 siswa (47%). Hal ini diakui oleh beberapa siswa bahwa mata pelajaran matematika lebih sulit dibandingkan mata pelajaran lain, karena pemahaman yang abstrak menyulitkan siswa membayangkan berfikir dengan logika. Dari kegelisahan siswa tersebut, maka dilakukan uji coba tindakan kelas model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam dua siklus. 4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus I Dalam pelaksanaan Siklus I, guru menyampaikan tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam materi operasi hitung pecahan. Proses pelaksanaan Siklus I dalam dua kali pertemuan. Pertemuan I dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016 dan pertemuan II dilakukan

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN...

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan

Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 dengan jumlah siswa

34 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Hasil penelitian tindakan kelas, menyajikan data-data pelaksanaan tahapan

pada tiap-tiap siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, yang

diuraikan sebagai berikut :

4.2 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)

Tahapan pra siklus ini merupakan kondisi awal, yaitu sebelum

diberikannya tindakan kelas oleh peneliti terhadap mata pelajaran matematika di

Kelas V. Hasil belajar siswa berdasarkan data hasil ulangan harian matematika

masih banyak yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Maksimal),

sehingga perlu ditingkatkan. Nilai ketuntasan (KKM) mata pelajaran matematika

kelas V adalah ≥ 66.

Hasil belajar siswa pada pra siklus, terdapat 18 siswa (53%) mendapatkan

nilai yang tidak tuntas. Sedangkan siswa yang tuntas lebih sedikit berjumlah 16

siswa (47%). Hal ini diakui oleh beberapa siswa bahwa mata pelajaran

matematika lebih sulit dibandingkan mata pelajaran lain, karena pemahaman yang

abstrak menyulitkan siswa membayangkan berfikir dengan logika. Dari

kegelisahan siswa tersebut, maka dilakukan uji coba tindakan kelas model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam dua siklus.

4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Dalam pelaksanaan Siklus I, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam materi operasi

hitung pecahan. Proses pelaksanaan Siklus I dalam dua kali pertemuan. Pertemuan

I dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 April 2016 dan pertemuan II dilakukan

44

pada hari Kamis tanggal 14 April 2016. Adapun tahapan pada siklus I seperti

berikut:

a. Tahap Perencanaan

Persiapan sebelum penelitian dengan berkunjung ke SD Negeri

Suruh 02 menyerahkan surat perijinan. Selanjutnya menemui guru kelas 5

untuk berkonsultasi mengenai materi pembelajaran yang akan digunakan

sebagai penelitian serta waktu pelaksanaan penelitian. Bersama dengan

guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Penelitian yang langkahnya

disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

Sesuai dengan kompetensi dasar (KD) pembelajaran matematika

SD pada bagian pembelajaran di Standar Kompetensi tentang

“Menggunakan Pecahan dalam Pemecahan Masalah” maka RPP siklus 1

dilakukan dua kali pertemuan yang khusus membahas “mengalikan dan

membagi berbagai bentuk pecahan”. Penyampaian materi menggunakan

penerapan pembelajaran kooperatif CIRC, dan pada akhir pembelajaran

pertemuan kedua dilakukan evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan

Tindakan selanjutnya adalah melaksanakan prosedur yang sudah

direncanakan sebagai berikut:

1. Pertemuan 1

Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melaksanakan

langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti

dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, kemudian

Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya materi yang belum dipahami.

Guru memberikan motivasi kepada peserta didik betapa penting dan

bermanfaatnya materi ini, yang kemudian memberikan apersepsi.

Pada kegiatan inti dengan menerapkan langkah-langkah metode

pembelajaran CIRC, guru membagi siswa menjadi sembilan kelompok

yang terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan akademik yang heterogen.

45

Guru membagi LKS pada tiap kelompok sesuai dengan topik

pembelajaran, dan menjelaskan materi pembelajaran yang berkaitan

dengan mengenalkan arti perkalian dan pembagian pecahan dan operasi

perkalian berbagai bentuk pecahan. Selanjutnya guru meminta siswa

menyelesaikan tugas berupa soal-soal pada lembar tugas siswa (LTS)

sebagai lembar jawaban yang sudah disediakan untuk masing-masing

kelompok.

Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide

pokok serta memberi tanggapan terhadap materi yang diberikan selama

diskusi kelompok. Guru mengamati kerja setiap kelompok kemudian guru

meminta ketua kelompok membagi tugas dalam kelompok siapa yang

membaca tugas (reading), mengidentifikasi yang ditanyakan, siapa yang

mencatat apa yang diketahui dalam tugasnya. Semua anggota kelompok

merancang penyelesaian tugas (integrasi), lalu mengkomposisikan dan

mendiskusikan hasil temuan dari masing-masing anggota kelompok

sehingga menjadi penyelesaian yang utuh mengenai tugas yang diberikan.

Guru mengamati diskusi kelompok dan memberikan bantuan kepada

kelompok yang mengalami kesulitan.

Selanjutnya guru menunjuk perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan kemudian guru

meminta kelompok lain untuk menanggapi dan memberikan koreksi dari

jawaban kelompok lain dan dilanjutkan guru mengkonfirmasi hasil diskusi

kelompok dan memberikan perhargaan pada kelompok dengan pujian dan

tepuk tangan.

Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi dan

meyimpulkan hasil pembelajaran pada materi yang telah dipelajari dengan

tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan cara

menunjuk siswa secara acak untuk mengemukakan pendapatnya mengenai

pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara berkelompok.

Kemudian guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan

salam. Pada siklus I, siswa cenderung masih pasif dan menyerahkan

46

penyelesaian jawaban kepada temannya yang dianggap pandai dalam

kelompok tersebut.

2. Pertemuan II

Dalam pertemuan II ini, dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari

pertemuan I dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Proses pelaksanaan

pertemuan II ini sama seperti dalam proses pertemuan I dengan

menambahkan evaluasi.

Pada saat evaluasi, guru membagi lembar soal evaluasi dan siswa

mengerjakan soal evaluasi. Guru mengawasi jalannya evaluasi

pembelajaran, setelah selesai siswa mengumpulkan tes evaluasi.

Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi untuk

meyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memancing siswa melalui tanya

jawab. Siswa ditunjuk secara acak untuk mengemukakan pendapatnya

mengenai pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara

berkelompok. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa pertanyaan

sebagai umpan penguasaan materi. Kemudian guru mengakhiri pelajaran

dan mengucapkan salam penutup.

c. Observasi

Hasil tindakan pembelajaran Siklus I berupa hasil lembar observasi

pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru dan siswa.

Untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

CIRC ( Cooperative, Integrative, Reading and Composition), peneliti

menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi ini dilakukan oleh

observer bersama peneliti pada pertemuan I dan II.

a) Pengamatan terhadap siswa

Pada pertemuan I siklus I, pembagian kelompok belum berjalan

dengan baik kemudian saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa

siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok. Siswa yang sudah

47

terbentuk dalam satu tim tidak menjamin dapat membuat semua anggota

kelompok dapat aktif tetapi kenyataannya masih ada siswa yang tidak

memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.

Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru masih

banyak yang mengandalkan hail pekerjaan teman yang dianggap mampu.

Mereka enggan mengerjakan tugas itu karena kurangnya pemahaman akan

materi ajar. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan

kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Dari pertemuan I hingga pertemuan

II pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif

dalam pembelajaran. Namun pembelajaran matematika kompetensi dasar

mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan dengan pembelajaran

kooperatif tipe CIRC pada siklus I belum optimal dikarenakan siswa

belum terbiasa dengan belajar secara berkelompok jadi siswa yang paling

mampu yang mendominasi dalam mengerjakan tugas berkelompok dan

masih ada siswa yang kurang berpartisipasi dan kurang terlibat aktif dalam

pembelajaran.

b) Pengamatan Terhadap Guru

Selain dilakukannnya pengamatan terhadap kegiatan siswa, juga

diberikan penilaian dari pengamatan terhadap guru yang dituangkan dalam

lembar observasi guru. Pada siklus I pertemuan I pembelajaran yang

dilakukan oleh guru masih belum optimal tentang penyampaian tujuan

pembelajaran belum disampaikan, guru masih kurang mengarahkan dan

membimbing dalam kegiatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan guru

masih merasa canggung saat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

CIRC karena biasanya guru mengajar dengan memberikan ceramah dan

selanjutnya pemberian tugas. Akan tetapi pada pertemuan II sudah lebih

baik daripada awal menerapkan pembelajaran CIRC.

Melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan diakhir pertemuan maka

peneliti bersama dengan guru dapat saling berdiskusi dalam membahas

kekurangan dan langkah apa yang harus dilakukan untuk materi

selanjutnya.

48

Dari data yang diperoleh melalui ibservasi terhadap siswa maupun

guru maka dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe

CIRC pada kelas V siklus I sudah cukup baik. Adapun kekurangan atau

kendala yang dihadapi akan diperbaiki dan dapat dilanjutkan pada siklus

berikutnya.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dari

pertemuan I dan II. Pada siklus I dibahas kekurangan dan kendala yang

ada dan berfungsi untuk perencanaan di siklus berikutnya melalui diskusi

dengan guru kelas. Kegiatan refleksi dilakukan dengan membahas hasil

analisis data dari observasi dan nilai yang diperoleh siswa melalui tes

evaluasi pada siklus I. Hasil dari refleksi dijadikan acuan perbaikan dan

perencanaan pada siklus II, sehingga indikator kinerja hasil belajar

matematika yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai.

Berdasarkan hasil tindakan kelas, penerapan pembelajaran

kooperatif tipe CIRC sudah baik sesuai dengan langkah-langkah yang

terdapat pada indikator pencapaian pembelajaran. Hasil refleksi pada

pengamatan secara keseluruhan pada proses pembelajaran siklus I sebagai

berikut:

1. Kelebihan

a. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin

bertambah.

b. Siswa lebih berminat dalam mengikuti pelajaran matematika.

c. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatkan

dibandingkan sebelum tindakan.

2. Kekurangan

a. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

b. Beberapa siswa masih takut dalam menyampaikan pendapat,

mengajukan pertanyaan dan merespon pertanyaan dari guru.

49

c. Masih terdapat siswa yang menggantungkan pekerjaan teman, dan

siswa yang dianggap mampu lebih mendominasi dalam kegiatan

kelompok.

3. Perbaikan dalam mengatasi kekurangan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran sebelum menjelaskan materi.

b. Melatih siswa untuk menemukan sendiri atau menggali

pengetahuan yang dimilikinya dengan lebih kritiis dalam

menanggapi pendapat.

c. Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi seharusnya dapat

memberikan penjelasan pada teman yang kurang paham, sehingga

dalam satu kelompok dapat bekerjasama dengan baik.

4.4 Pelaksanaan Penelitian Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus II dilaksanakan dua

kali pertemuan dengan kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam

masalah perbandingan dan skala. Alokasi waktu tiap pertemuan yaitu (2x35

menit) pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016,

pertemuan kedua pada tanggal 21 April 2016, dengan rincian sebagai

berikut:

a. Tahap Perencanaan

Seperti yang diungkapkan dalam poin refleksi di atas tentang

kekurangan pada siklus I, maka perencanaan pada siklus II dilakukan hal

berikut:

1. Peneliti sebagai guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dalam diskusi kelompok, yaitu siswa

dapat menjelaskan arti perbandingan pecahan dengan benar, siswa

dapat menggunakan perbandingan untuk menentukan skala dengan

tepat dan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan menggunakan

perbandingan dan skala dengan benar.

50

2. Untuk menghilangkan ketakutan siswa mengemukakan pendapat,

maka guru menunjuk siswa yang masih takut dengan cara memberikan

beberapa pertanyaan kepada siswa tersebut agar siswa dapat merespon

pertanyaan.

3. Untuk mengatasi siswa yang masih menggantungkan temannya, maka

guru mengganti kelompok diskusi yang semula berdasarkan tempat

duduk menjadi keragaman nilai. Tiap kelompok terdiri dari siswa yang

bernilai bagus hingga kurang.

Pada siklus II, sebelum melakukan pembelajaran maka perlu

dipersiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sama

halnya dengan siklus I, siklus II dilakukan melalui 2 pertemuan yang

setiap pertemuan dilakukan persiapan yakni meninjau ulang Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang dirancang sebelumnya. Perencanaan

perbaikan yang telah dibuat dikaji ulang, sehingga pembelajaran pada

siklus II ini meliputi kegiatan mempersiapkan RPP, lembar observasi,

dan LKS yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah perencanaan tersusun dengan baik, maka tindakan

selanjutnya adalah melaksanakan prosedur sebagai berikut:

1. Pertemuan I

Dalam pelaksanaan pertemuan pertama siklus II, guru

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Pada kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, kemudian

menyampaikan materi pokok apa yang akan dibahas dan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan model pembelajaran CIRC

(Cooperative Integrated Reading and Composition) yang akan diterapkan,

Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya materi yang belum dipahami,

serta memberikan motivasi kepada peserta didik betapa penting dan

bermanfaatnya materi ini, kemudian memberikan apersepsi.

51

Pada kegiatan inti menerapkan langkah-langkah metode

pembelajaran CIRC. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok

yang terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan akademik yang heterogen.

Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran yaitu dengan

memberikan LKS pada tiap kelompok. Selanjutnya guru meminta siswa

menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan menjelaskan arti

perbandingan dan menggunakan perbandingan untuk menentukan skala

pada lembar tugas siswa (LTS) yang sudah disediakan secara kelompok.

Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide

pokok serta memberi tanggapan terhadap materi yang diberikan. Guru

mengamati kerja setiap kelompok dan guru meminta ketua kelompok

membagi tugas dalam kelompok siapa yang membaca tugas (reading),

mengidentifikasi yang ditanyakan, siapa yang mencatat apa yang diketahui

dalam tugasnya dan semua anggota kelompok merancang penyelesaian

tugas (integrasi), lalu mengkomposisikan dan mendiskusikan hasil temuan

dari masing-masing anggota kelompok sehingga menjadi penyelesaian

yang utuh mengenai tugas yang diberikan. Guru mengamati diskusi

kelompok dan memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami

kesulitan. Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi yang telah dilaksanakan dan guru meminta kelompok lain

untuk menanggapi dan memberikan koreksi dari jawaban kelompok lain.

Guru mengkonfirmasi hasil diskusi kelompok dan memberikan perhargaan

pada kelompok dengan pujian dan tepuk tangan.

Siswa dan guru melakukan refleksi dan meyimpulkan hasil

pembelajaran pada materi yang telah dipelajari dengan tanya jawab dengan

siswa tentang materi yang telah dipelajari dengan cara menunjuk siswa

secara acak untuk mengemukakan pendapatnya mengenai pengalaman

belajar selama menyelesaikan tugas secara berkelompok. Kemudian guru

mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.

52

2. Pertemuan II

Dalam pertemuan II, dilaksanakan langkah-langkah pembelajaran

yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada

kegiatan awal guru mengkondisikan kelas, kemudian menyampaikan

materi pokok apa yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

and Composition) yang akan diterapkan, Siswa diberikan kesempatan

untuk bertanya materi yang belum dipahami, serta memberikan motivasi

kepada peserta didik betapa penting dan bermanfaatnya materi ini,

kemudian memberikan apersepsi.

Pada kegiatan inti, guru menerapkan langkah-langkah metode

pembelajaran CIRC dengan cara yang sama seperti pada pertemuan I.

perbedaan pada pertemuan II ini tugas soal-soal melakukan operasi hitung

dengan menggunakan perbandingan dan skala pada lembar tugas siswa

(LTS) yang sudah disediakan secara kelompok.

Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide

pokok serta memberi tanggapan terhadap materi yang diberikan. Guru

mengamati kerja setiap kelompok kemudian guru meminta ketua

kelompok membagi tugas dalam kelompok siapa yang membaca tugas

(reading), mengidentifikasi yang ditanyakan, siapa yang mencatat apa

yang diketahui dalam tugasnya dan semua anggota kelompok merancang

penyelesaian tugas (integrasi), lalu mengkomposisikan dan mendiskusikan

hasil temuan dari masing-masing anggota kelompok sehingga menjadi

penyelesaian yang utuh mengenai tugas yang diberikan.

Guru mengamati diskusi kelompok dan memberikan bantuan

kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Selanjutnya guru menunjuk

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah

dilaksanakan dan kelompok lain menanggapi serta memberikan koreksi

dari jawaban kelompok yang presentasi. Guru mengkonfirmasi hasil

diskusi kelompok dan memberikan perhargaan pada kelompok dengan

53

pujian dan tepuk tangan. Kemudian guru membagi lembar soal evaluasi

dan siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru mengawasi jalannya evaluasi

pembelajaran, setelah selesai siswa mengumpulkan tes evaluasi.

Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi dan

meyimpulkan hasil pembelajaran pada materi yang telah dipelajari.

Melalui tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari,

guru menunjuk siswa secara acak untuk mengemukakan pendapatnya

mengenai pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara

berkelompok. Pelajaran diakhiri dengan mengucapkan salam penutup.

c. Observasi

Hasil tindakan pembelajaran Siklus II berupa hasil lembar

observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru

dan siswa. Peneliti menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi

dilakukan oleh observer bersama peneliti pada pertemuan I dan II.

a) Pengamatan terhadap siswa

Melalui observasi siklus II dapat diketahui kesiapan siswa dalam

belajar, ketertarikan siswa, keterlibatan siswa dan kerja sama antar

anggota sudah optimal. Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih

baik lagi artinya mengalami peningkatan dari siklus I. Dengan

bimbingan guru, siswa lebih dapat melakukan tugasnya karena guru

selalu memantau perkembangan siswanya. Selain itu pemberian

reward juga menumbuhkan sikap saling bersaing secara positif dengan

yang lain mendaptakn reward berupa bintang, pujian dan tepuk tangan,

hal tersebut dapat membuat siswa tertarik dalam belajar.

b) Pengamatan Terhadap Guru

Seperti halnya observasi terhadap siswa, guru pun juga diamati

mengenai cara mengajar diantaranya kesesuaian praktik mengajar

dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap materi ajar.

Dalam pengamatan terhadap guru ada beberapa aspek yang harus

diperhatikan diantaranya aspek mengenai penyampaian materi ajar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Pada

54

siklus II, proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena

guru telah dapat menguasai kelas dan menyesuaikan pembelajaran

kooperatif tipe CIRC sehingga siswa dapat berperan aktif selama

proses pembelajaran berlangsung.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali

pengetahuan yang dimilkinya, sehingga guru sudah tidak terlihat

dominan saat dikleas. Guru selalu memberi pengarahan kepada siswa

saat mengerjakan tugas.

Dengan demikian siklus II dapat berjalan dengan maksimal dan

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan

indikator kerja yang telah ditetapkan.

d. Refleksi

Setelah melaksanakan siklus II dari pertemuan I dan II maka

selanjutnya diadakan refleksi dari kegiatan dalam proses pembelajaran.

Hasil refleksi diambil dari hasil observasi dan soal evaluasi yang

dilaksanakan pada siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan

perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan proses pembelajaran

sudah sesuai dengan indicator kerja. Berdasarkan lembar observasi

siswa pada siklus II ini siswa terlibat aktif dalam mengikuti

pembelajaran dan saling membantu saat bekerja kelompok sehingga

memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga hasil belajar siswa

meningkat dari siklus I. Sehingga tidak diperlukan tindakan selanjutnya.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pembahasan Pra Siklus

Kondisi awal hasil nilai ulangan yang dilakukan oleh guru sebelum

penelitian, menunjukkan sebagian besar nilai siswa (53 %) belum/tidak tuntas.

Sedangkan range nilai terendah 40 dan tertinggi 100, menunjukkan kesenjangan

nilai yang besar.

55

Tabel 4.1

Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra Siklus Siswa Kelas V

SD Negeri Suruh 02

KKM = 66 Frekuensi

(siswa)

Persentase (%) Keterangan

< 66 18 53 Tidak Tuntas

≥ 66 16 47 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 68

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 40

Sumber: analisis data penelitian

Dari tabel di atas, hasil belajar sebagai kondisi awal siswa dapat disajikan

dalam bentuk diagram berikut ini:

Gambar 4.1

Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra

Siklus Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Suruh

02

Metode pembelajaran yang dilakukan guru menggunakan metode

ceramah. Dalam pengamatan selama penelitian terlihat beberapa siswa kurang

bersemangat mengikuti pembelajaran matematika. Suasana pembelajaran

56

berlangsung dengan kaku dan beberapa siswa diam. Hal ini tampak dari muka

siswa yang diam/bengong, mengerutkan alis mata dan tanpa ada pertanyaan dari

siswa ke guru. Ini mencerminkan kondisi siswa yang kurang santai selama

mengikuti pembelajaran matematika, sehingga mata pelajaran matematika

mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini dimungkinkan dengan

metode ceramah, sebagian besar konsentrasi belajar siswa kurang fokus pada

pelajaran matematika.

Siswa mengeluh dalam mengikuti pelajaran matematika yang dirasa

membosankan, membingungkan dan tidak menarik. Terutama bila siswa

dihadapkan dengan soal pemecahan masalah, maka sebagian siswa mengalami

kesulitan. Siswa kurang memahami makna setiap kalimat yang ada, kurang

mampu merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kurang

mampu menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk

menyelesaikan masalah.

Berdasarkan data hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Suruh 02 rendah,

sehingga permasalahan tersebut harus diatasi agar tidak berdampak pada bagian

lain dalam pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah. Karena dalam proses

belajar mengajar siswa hanya mau bertanya pada teman sebangku secara berbisik-

bisik. Ini menunjukkan bahwa siswa malu bertanya pada guru, tetapi tidak malu

bertanya pada teman. Sedangkan pada saat istirahat banyak siswa yang

bergerombol dan bermain bersama yang tidak membahas pelajaran matematika

yang diajarkan guru.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa

terhadapa materi. Variasi guru dalam keterampilan mengajar kurang menciptakan

suasana pembelajaran yang kondusif. Penggunaan metode konvensional (ceramah

satu arah) secara terus menerus akan terasa monoton yang mengakibatkan

pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Siswa merasa jenuh dan pasif selama

pembelajaran. Transformasi ilmupun terjadi kurang maksimal, karena

pembelajaran berpusat pada guru sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif.

57

4.5.2 Pembahasan Siklus I

Data hasil belajar matematika dalam tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Siklus I Siswa Kelas

V SD Negeri Suruh 02

KKM = 66 Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Keterangan

< 66 11 32 Tidak Tuntas

≥ 66 23 68 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 68

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 50

Sumber: Analisis Data Penelitian

Dari tabel di atas, hasil belajar siklus I siswa dapat disajiakan dalam

bentuk diagram berikut ini:

Gambar 4.2

Diagram Persentase Ketuntasan Nilai Belajar Matematika Siklus I

Siswa Kelas V SD Negeri Suruh 02

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus

I menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa. Sebanyak 23 siswa (68%)

58

dinyatakan tuntas belajar karena memperoleh nilai di atas KKM (>66). Sedangkan

siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 (32%) orang. Artinya sebanyak 7 siswa

(21%) dapat meningkatkan nilai hasil belajar. Ini menunjukkan siswa mulai

memahami melakukan operasi hitung pecahan dalam campuran. Dengan demikian

penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh terhadap kenaikan

hasil belajar siswa.

4.5.3 Pembahasan Siklus II

Data hasil belajar matematika tersaji tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Nilai Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Siklus II Siswa kelas

V SD Negeri Suruh 02

KKM = 66 Frekuensi

(siswa)

Persentase

(%)

Keterangan

< 66 5 15 Tidak Tuntas

≥ 66 29 85 Tuntas

Jumlah 34 100

Rata-rata 74

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 55

Sumber: Analisis Data Penelitian

Dari tabel diatas, hasil belajar siklus II siswa dapat disajiakan dalam

bentuk diagram berikut ini:

59

Gambar 4.3

Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II

Siswa Kelas V SD Negeri Suruh 02

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus

II terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 29

siswa (85%). Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan lagi sebanyak 6 siswa

menjadi tuntas. Sebanyak 5 siswa (4 laki-laki dan 1 perempuan) dinyatakan tidak

tuntas belajar karena memperoleh di bawah KKM (˂66). Pada Siklus II telah

mengalami perubahan dibandingkan pada siklus I, yaitu terjadi peningkatan nilai

rata-rata siswa. Pada siklus II nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata siswa

mencapai 74, walau nilai tertinggi turun menjadi 90.

Dari hasil pengamatan diketahui, bahwa sebanyak 5 siswa pada siklus II

tetap tidak mencapai ketuntasan. Hal ini disebabkan antara lain:

Ternyata ada empat siswa laki-laki yang tidak tuntas pada siklus II adalah

mereka yang duduk berdekatan. Pada saat pembelajaran (guru menerangkan),

siswa tersebut terlihat tidak memperhatikan dan berbicara dengan teman

sebangku dan sekitarnya.

Seorang siswa perempuan yang tidak tuntas tersebut kurang memperhatikan

pembelajaran matematika dari guru. Hal ini diakuinya bahwa ia kurang suka

terhadap pelajaran matematika dan menyenangi pelajaran Bahasa Jawa.

Sebagian besar siswa tersebut pada jam pelajaran matematika seringkali izin

keluar sehingga tidak mengikuti pelajaran secara penuh.

60

Beberapa siswa tersebut ada yang pernah tidak naik kelas, sehingga nilai hasil

pelajaran lain juga relatif rendah.

Keberadaan keharmonisan dan kesibukan orangtua secara tidak langsung

mempengaruhi hasil belajar siswa. Hampir semua siswa yang tidak tuntas

tersebut, keterlibatan orangtua kurang mendampingi dalam belajar anaknya.

Sebagian dari siswa yang tidak tuntas tersebut, orangtuanya ada yang tinggal

bersama bapaknya karena ibunya bekerja di luar negeri dan ada yang ibunya

bekerja berjualan sementara bapaknya berjudi.

4.6 Perbandingan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II

Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada tiap tahapan disajikan

dalam tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Perbandingan Nilai Ketuntasan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Nilai

KKM= 66

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Ketera

ngan

Jumlah

Siswa

Persen

(%)

Jumlah

Siswa

Persen

(%)

Jumlah

Siswa

Persen

(%)

1 ˂ 66 18 53 11 32 5 15 Tidak

Tuntas

2 ≥ 66 16 47 23 68 29 85 Tuntas

Jumlah 34 100 34 100 34 100

Rata-rata 68 69 74

Nilai Tertinggi 100 90 90

Nilai Terendah 40 50 55

Sumber: Analisis Data Penelitian

Pencapaian hasil belajar 34 siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II

disajikan dalam diagram batang di bawah ini.

61

Gambar 4.4

Diagram Persentase Perbandingan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar

Matematika pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Dari diagram di atas terlihat bahwa jumlah ketuntasan nilai siswa

meningkat, walaupun pada siklus I dan siklus II masih ada siswa yang berada di

bawah KKM. Peningkatan nilai terutama pada siswa yang pada tahap pra siklus

berada di bawah KKM. Bahkan ada siswa yang semula mendapatkan nilai 40

dapat meningkat pesat mencapai nilai 70 di siklus I dan 80 pada tes siklus kedua.

Hal ini membuktikan bahwa model CIRC mampu meningkatkan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, maka secara keseluruhan model

pembelajaran CIRC berpengaruh (signifikan) terhadap peningkatan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran matematika. Penelitian tindakan ini difokuskan pada

upaya perbaikan untuk meningkatkan nilai ketuntasan hasil belajar matematika

siswa kelas V SDN Suruh 02. Model pembelajaran ini menuntut siswa dapat

meningkatkan cara berfikir untuk memecahkan soal-soal pembelajaran

matematika.

Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I, ada peningkatam hasil belajar

antara hasil belajar siklus I dengan kondisi awal. Sebanyak 11 siswa dinyatakan

tidak tuntas belajar karena memperoleh nilai di bawah KKM (˂66). Sedangkan

yang tuntas sebanyak 23 siswa. Dengan hasil ini, menunjukkan siswa mengalami

62

sedikit peningkatan kemampuan melakukan operasi hitung pecahan dalam

perbandingan. Sedangkan pada Siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Masih ada 5 siswa yang dinyatakan tidak tuntas karena memperoleh nilai di

bawah (˂66), dan sebanyak 29 siswa telah mencapai nilai ketuntasan.

Dalam pembelajaran metode CIRC, siswa belajar secara berkelompok

dapat mengoptimalkan kerja sama siswa dalam kelompok. Siswa diminta

mempresentasikan hasil penyelesaiaannya di depan kelas dan siswa lain memberi

komentar atau tanggapan. Namun demikian masih terjadi keaktifan siswa yang

lebih pandai menguasai proses diskusi kelompok, sehingga siswa yang kurang

cepat menangkap materi cenderung pasif.

Dominasi guru dalam pembelajaran dengan model Cooperative Integrative

Reading and Competition (CIRC) menjadi berkurang, dan mengutamakan siswa

terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru berusaha mengoptimalkan interaksi antar

siswa atau antara siswa dengan guru melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Pada

akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Kerjasama antar siswa terlihat dalam diskusi kelompok dan saat

mempresentasikan hasil kerja. Siklus I dan siklus II bertujuan memperbaiki dan

lebih mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi. Perbaikan

tersebut agar siswa untuk mampu memahami materi selama proses pembelajaran

berlangsung. Siswa diminta guru untuk memperhatikan siswa lain yang sedang

presentasi. Sebagai umpan balik diskusi, siswa agar memberikan komentar

terhadap hasil presentasi temannya. Guru juga memberikan reward/penguatan

kepada siswa, melalui tepuk tangan dan kalimat pujian, serta memberikan bintang

kepada siswa yang menjawab benar dalam presentasi kelompok.

Hasil refleksi dari guru kelas, mengakui bahwa ternyata pembelajaran

model CIRC menarik perhatian siswa mengikuti mata pelajaran. Siswa terlihat

serius mendengarkan guru dan siswa berkonsentrasi memahami materi yang

diajarkan guru. Biasanya ada saja siswa yang tidak bersemangat ketika guru

menerangkan, yang ditunjukkan oleh sikap siswa yang mengantuk, berbicara

dengan temannya atau beralasan ke belakang. Perubahan motivasi siswa untuk

63

belajar terlihat dari hasil nilai tes yang meningkat, walau masih ada yang di bawah

KKM tetapi dilihat dari perolehan nilai siswa tersebut meningkat dengan baik.

Setidaknya CIRC mampu merubah motivasi belajar siswa menjadi responsif,

sehingga pembelajaran ilmu pengetahuan menjadi lebih bermakna.

Melalui presentasi dan diskusi, perhatian guru dan siswa terfokus pada

materi pembelajaran tersebut. Motivasi belajar siswa meningkat, terlihat dari

peningkatan siswa yang serius mendengarkan dan bersemangat. Siswa

memperhatikan presentasi dan mau memberikan komentar terhadap hasil

presentasi tersebut. Dalam pembelajaran pada siklus I dan II, siswa menjadi

berani terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan turut serta menyelesaikan materi

menjadi lebih baik. Dengan demikian penerapan model CIRC setidaknya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yang terwujud dari nilai ketuntasan.