BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini (Prihandoko, 2006: 1). Sejalan dengan kurikulum Matematika KTSP (2006: 416) dijabarkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Johnson dan Rising (1972) dalam Suherman (2003:17) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Jamos dan James (dalam Suherman 2003:16) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan pola berpikir dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Pembelajaran matematika selalu mengaitkan atau menghubungan dengan topik sebelumnya. Heruman (2008:1) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Oleh karena itu, diperlukan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Hakekat Pembelajaran Matematika SD

Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari

ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak

diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan

benar sejak dini (Prihandoko, 2006: 1). Sejalan dengan kurikulum Matematika

KTSP (2006: 416) dijabarkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Johnson dan Rising (1972) dalam Suherman (2003:17) menyatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic,

matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih

berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Jamos dan James (dalam Suherman 2003:16) menyatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan pola berpikir dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari

struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Belajar

matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

hubungan antar konsep dan strukturnya. Pembelajaran matematika selalu

mengaitkan atau menghubungan dengan topik sebelumnya.

Heruman (2008:1) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi

penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga

akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Oleh karena itu, diperlukan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

8

suatu pembelajaran yang bermakna sehingga siswa bukan hanya mengingat materi

pelajaran melainkan dapat memahami materi yang diajarkan.

BSNP (2006:417) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di

Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan, sebagai

berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahannya; b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; c) Memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d)

Mngkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan masalah, e) Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pemaparan para ahli, pembelajaran Matematika di SD

merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi

siswa namun membutuhkan proses pembelajaran yang menyenangkan, karena

pada dasarnya pembelajaran Matematika memiliki subjek yang abstrak sedangkan

siswa Sekolah Dasar berpikir pada objek yang konkret, maka dengan cara belajar

berkelompok diharpakan siswa merasa lebih nyaman dan dapat saling membantu

dalam penguasaan materi.

2.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran Matematika SD

Kompetensi Dasar (KD) dalam buku yang berjudul Panduan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) FKIP UKSW (2014:8) adalah sejumlah kemampuan

yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentusebagai rujukan

penyusunan indicator kompetensi. Kompetensi Dasar merupakan rincian dari

Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar (KD) dapat dijabarkan dalam indicator

pencapaian kompetensi yang kemudian digunakan untuk menentukan tujuan

pembelajaran. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 Kabupaten

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

9

Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika

Kelas V SD Negeri Suruh 02 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun

Pelajaran 2015/2016

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah.

5.1. Mengubah pecahan ke bentuk persen

dan decimal serta sebaliknya

5.2. Menjumlahkan dan mengurangkan

berbagai bentuk pecahan.

5.3. Mengalikan dan membagi berbagai

bentuk pecahan

5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan skala.

6. Memahami sifat-sifat bangun dan

hubungan antar bangun

6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

datar.

6.2. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang

6.3. Menetukan jaring-jaring berbagai

bangun ruang sederhana

6.4. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan

dan simetri

6.5. Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan bangun datar dan bangun

ruang sederhana.

Sumber: SK KD Matematika Kelas V SD

2.1.3 Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika merupakan komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik. Pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar

atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

10

dilakukan oleh seorang sebaga subjek menerima pelajaran, sedangkan mengajar

berorientasi kepada pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi

pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu

kegiatan pada saat terjai interaksi antara guru dengan siswa, serta anata siswa

dengan siswa didalam pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Menurut Corey (2003) dalam Ahmad Susanto (2014:186), pembelajaran

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi

khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam

pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar

yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah bertingkah laku.

Adapun menurut Dimyati (2006) dalam Ahmad Susanto (2014:186),

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,

untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar. Pembelajaran adalah aktivitas guru dalam merancang bahan

pengajar agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa

dapat belajar secara aktif dan bermakna.

Pembelajaran matematika adala suatu proses belajar mengajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkrontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang

baik terhadap materi matematika.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang

mengandung dua jenis kegiatan tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah

belajar dan mengajar. Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu

kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan

siswa, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika

sedang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa

bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

11

belajar secara efektif. Pembelajarn yang efektif adalah pembelajaran yang mampu

melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari

segi proses dan dari segi hasil. Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peseta didik

telibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran,

disamping menunjukan semangat belajar yang tinggi, dan percaya diri sendiri.

Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif aoabila terjadi perubahan

tingkah laku ke arah yang positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

2.1.4 Tujuan Pendidikan Matematika SD

Tujuan pendidikan matematika yang dimaksud adalah tujuan secara umum

mengapa matematika diajarkan diberbagai jenjang sekolah. Selain itu juga

dikemukakan tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai oeleh suatu

institusi atau sekolah melalui kurikulum yang ditetapkan. Dalam Garis-garis Besar

Program Pengajaran (GBPP) matematika yang dewasa ini dipakai dikemukakan

bahwa :

Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan

pendidikan umum adalah :

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latian

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

efektif dan efisien

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Sedang dalam GBPP matematika yang khusus untuk pendidikan dasar yang

dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran matematika di

Sekolah Dasar adalah :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keteramapilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

12

2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan matematika

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar

lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

2.1.5 Tujuan Pembelajaran Matematika SD

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar adalah

agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga,

dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar

dalam penerapan matematika.

Menurut Depdiknas (2001:9) dalam Ahmad Susanto (2015:189)

kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar

sebagai berikut:

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian

beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

2. Menentukan sifat dan unsure berbagai bangun datar dan bangun ruang

sederhana termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.

3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koordinat.

4. Menggunakan pengukuran satuan kesetaraan antarsatuan dan penafsiran

pengukuran.

5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,

terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya.

6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan

secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,

sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritme.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

13

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan

dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sifat menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-

hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut,

seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran

yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan

penemuan. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan

pembelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksinya dalam

ingatannya yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau

pemahaman siswa ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

Khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran matematika, proses

pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius.

Hal ini penting, sebab hasil-hasil penelitian masih menunjukan bahwa proses

pembelajaran matematika disekolah dasar masih belum menunjukan hasil yang

memuaskan.

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

2.1.6.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2010:4) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

proses pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dengan struktur yang

heterogen guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan belajar secara

berkelompok diharapkan siswa dapat lebih nyaman dalam belajar dan dapat

menyampaikan pendapat atau pengetahuan mereka dengan lebih leluasa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

14

Isjoni (2011:14) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif yaitu

pembelajaran dengan strategi kelompok dengan anggota kelompok yang kecil

dengan kemampuan yang berbeda-beda, dimana setiap anggota kelompok

bertanggung jawab atas anggota lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Dengan adanya tingkat kemampuan yang berbeda-beda diharapkan

siswa dapat saling membantu dan membagi pemahaman mereka dengan siswa

lainnya. Dengan demikian kemampuan setiap anggota kelompok dapat sama dan

tidak ada yang tertinggal.

Didukung oleh Anita Lie (2005:12), pembelajaran kooperatif merupakan

suatu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik

untuk bekerjasama dengan sesame dalam tugas-tugas yang terstruktur, dalam

system ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut adanya

kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan peserta didik yang berbeda satu

dengan yang lain dan diharapkan setiap individu dalam kelompok dapat saling

bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guna mencapai tujuan

pembelajaran. (widyantini,2006).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menekankan adanya kelompok-kelompok belajar yang heterogen dan setiap

kelompok bekerjasama saling membantu dalam menyelesaikan tugas untuk

mencapai tujuan bersama. Kelompok-kelompok belajar tersebut diberi tugas

dengan tujuan agar setiap anggota dapat bekerjasama dan saling membantu antar

sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. Dengan demikiann

pembelajaran kooperatif dapat menunjang sebuah pembelajaran dengan beraneka

ragam materi ajar yang ada di sekolah khususnya Matematika.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) pembelajaran kooperatif memiliki fokus

tujuan yang hendak dipakai, tujuan tersebut antara lain :

1. Hasil belajar akademik

Dalam sebuah pembelajaran memiliki tujuan umum dan tujuan utama

yakni guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berbagai metode

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

15

pembelajaran dibuat dan diterapkan guna mencapai tujuan tersebut. Dengan

pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat belajar dengan nyaman sehingga

materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Dengan

pemahaman terkait materi ajar, siswa dapat menyelesaikan persoalan yang

diberikan dan dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Pembelajaran

kooperatif menerapkan belajar kelompok, di dalam belajar kelompok peserta

didik dapat saling menolong satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling menghargai satu

dengan yang lain dengan adanya kegiatan saling membantu untuk mencapai

tujuan. Kelompok yang dibentuk dalam pembelajaran kooperatif adalah kelompok

dengan anggota yang berbeda-beda. Tidak hanya tingkat kecerdasan yang berbeda

melainkan dapat juga berbeda dalam agama, suku, ras, dan lain sebagainya.

Dengan beraneka ragam perbedaan siswa dapat saling membantu sehingga dapat

tercipta persahabatan yang baik dan timbul sikap saling menghargai.

3. Pengembangan Ketrampilan social

Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dalam kelompok dibentuk untuk

saling menghargai. Timbulnya sikap saling menghargai akan memunculkan

ketrampilan-ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial yang timbul dari pembelajaran

kooperatif diantaranya siswa dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan baik.

Hal ini dikarenakan siswa merasakan situasi dan kondisi yang sama serta

menghadapi permasalaham yang sama sehingga di dalam kelompok siswa harus

saling bekerja sama untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan serta

mencapai tujuan yang ditetapkan secara bersama.

2.1.6.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative, Integrated, Reading

and Composition)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative, Integrated,

Reading and Composition)

Model pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang

mendorong siswa untuk berani mengungkapkan gagasan/ temuannya sendiri,

mendorong siswa untuk berpikir alternative, model pembelajaran CIRC ini

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

16

awalnya digunakan dalam kelas-kelas bahasa, namun dalam perkembangannya

dapat diadopsi dalam pembelajaran matematika.

b. langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Suprijono, Agus (2012:130) Mengemukakan langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC ( Cooperative, Integrated, Reading and

Composition) adalah sebagai berikut :

1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping yang ditulis pada lembar

kertas.

4. Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil diskusi kelompok.

5. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.

6. Penutup.

Tahapan-tahapan Dalam Model Pembelajaran CIRC

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC terdiri dari beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. Pengenalan Konsep

Pada fase ini, guru mulai mengenalkan suatu konsep atau istilah

baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan

bisa didapat dari keterangan guru, buku paket atau media lainnya.

2. Eksplorasi dan Aplikasi

Tahap ini memberi peluang pada siswa untuk mengungkap

pengetahuan awal, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan

fenomena yang mereka alami denganbimbingan guru. Hal ini menyebabkan

terjadinya konflik kognitif sehingga mereka akan berusaha melakukan

pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasi. Pada dasarnya,

tujuan fase ini adalah untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa

serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan

memulai dari hal yang konkret. Selama proses ini, siswa belajar melalui

tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi mereka sendiri dalam situasi baru yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

17

masih berhubungan, dan hal ini terbukti sangat efektif untuk mengiring siswa

merancang eksperimen serta demonstrasi untuk diujikan.

3. Publikasi

Pada fase ini, siswa mampu mengomunikasikan hasil temuan-temuan

serta membuktikan dan meragakan materi yang dibahas. Penemuan dapat

bersifat sesuatu yang baru atau sekadar membuktikan hasil pengamatan. Siswa

dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk

diketahui oleh teman-teman sekelas. Dalam hal ini, siswa harus siap member

dan menerima kritik atau saran untuk saling memperkuat argument.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Tipe CIRC (Cooperative, Integrated,

Reading and Composition)

Kelebihan metode pembelajaran CIRC yaitu :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan

tingkat perkembangan anak.

2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat dan

kebutuhan siswa.

3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil

belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama.

4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan ketrampilan

berpikir siswa.

5. Pembelajaran terpadu menyajikan kagiatan yang bersifat pragmatis

(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui

dalam lingkungan siswa.

6. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa

ke arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.

7. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan interaksi

sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek

terhadap gagasan orang lain.

8. Membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan dan

aspirasi guru dalam mengajar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

18

d. Kekurangan Metode Pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading

and Composition)

Dominasi dari siswa yang pandai dan cenderung lebih aktif dalam kegiatan

belajar. Guru tidak dapat memastikan semua siswa telah memahami masalah

yang diberikan karena siswa bekerja dalam kelompok secara utuh, selain itu

pengelolaan suasana kelas dan waktu menjadi kendala karena siswa bekerja

dalam kelompok secara utuh suasana kelas cenderung gaduh dan membutuhkan

waktu yang cukup lama untuk bekerja dalam kelompok.

2.1.7 Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan tipe CIRC

Matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit, bahkan ada yang

mengatakan sangat menyeramkan. Tidak hanya dari anak SD namun sampai ke

perguruan tinggi pun masih ada yang merasa takut dengan matematika. Cara

mengajar guru juga sangatlah mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa guru

masih mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu hanya

dengan ceramah, tanya jawab dengan siswa dan pemberian tugas saja. Jika guru

hanya mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional saja tanpa

menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan menarik, hal ini

akan menyebabkan siswa menjadi bosan dan tidak tertarik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran yang inovatif sangat

diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran

matematika adalah model CIRC (Cooperative, Integrated, Reading and

Composition). Dalam model pembelajaran ini dapat merangsang keaktifan dan

kreatifitas siswa. Siswa dapat berpikir sendiri tentang materi yang telah

diberikan, kemudian dapat bertukar pikiran dengan teman

sekelompoknya.selanjutnya siswa dapat mempresentasikan hasil diskusinya

didepan kelas. Pembelajaran dengan menggunakan model CIRC (Cooperative,

Integrated, Reading and Composition) dirasa sangat cocok diterapkan dalam

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

19

mata pelajaran matematika. Hal ini karenakan dengan menggunakan model

CIRC (Cooperative, Integrated, Reading and Composition)dapat menciptakan

pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan keaktifan siswa, sehingga dapat

menjadikan matematika menjadi pelajaran yang tidak lagi sulit dan

membosankan. Dengan menggunakan model CIRC (Cooperative, Integrated,

Reading and Composition)dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.8 Hasil Belajar Matematika di SD

2.1.8.1 Pengertian Belajar

Istilah belajar bukanlah suatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas,

namun dalam pembahasan belajara ini masing-masing ahli memiliki pemahaman

dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-masing kita

sudah sangat memahami apa yang dimaksud dengan belajar tersebut.

Menurut R.Gagne (1989) dalam Ahmad Susanto (2015:1), belajar dapat

didefinisi sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai

suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu Gagne juga menekankan bahwa belajar

sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau ketrampilan melalui intruksi.

Intruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang

pendidik atau guru.

Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4) dalam

Ahmad Susanto (2015:3), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku

pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain

dan individu dengan lingkungannya.

Sementara menurut E.R.Hilgrad (1962) dalam Ahmad Susanto (2015:3),

belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan

yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan

pengalaman.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

20

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam

keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman, dan pengetahuan baru,

sehingga memungkinkan seseorang terjadi perubahan perilaku yang relatif tetap

baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

2.1.8.2 Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang

makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan

belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas

oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) dalam Ahmad Susanto (2015:5) yang

menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

2.1.8.3 Hasil Belajar Matematika

Dalam penelitiannya, Sumarno dkk.(1999) dalam Ahmad Susanto

(2015:191) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa sekolah dasar

belum memuaskan, juga adanya kesulitan yang dihadapi guru dalam mengajarkan

matematika. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjadi (2000)

mengemukakan bahwa daya serap rata-rata siswa sekolah dasar untuk mata

pelajaran matematika hanya sebesar 42%.

2.1.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang

sedang belajar. Ada tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu:

1) Faktor jasmaniah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

21

a. Factor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

b. Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah

buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-

lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat

belajarnya juga terganggu.

2) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor ini adalah : intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan

dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern yang

berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010:60) dikelompokan menjadi

3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar, dan tugas rumah.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

22

3) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar yaitu berupa kegiatan siswa

dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat.

2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran CIRC ini pernah dikaji

oleh Sukarto (2014) dengan judul “Penerapan Strategi CIRC Terhadap

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Dan Operasi Hitung Siswa Kelas V

SD N Kedungwinong 01 Tahun Pelajaran 2013/2014” Hasil dari Penelitian diatas

menunjukkan bahwa pada Sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh rata-rata hasil

belajar kemandirian siswa masih rendah yaitu 6 dari 18 siswa rata-rata 33%. Dan

rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 11 dari 18 siswa sebesar 61%. Dan rata-

rata pada siklus II meningkat lagi menjadi 16 dari 18 siswa sebesar 88%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC

dapat memperbaiki proses pembelajaran, hal ini didukung dengan meningkatnya

kemandirian siswa dan hasil belajar bahasa dan matematika siswa kelas V SD

Negeri Kedungwinong 01 Tahun ajaran 2013/2014 pada materi menulis karangan

dan operasi hitung. Kemudian Penelitian yang kedua yang menggunakan model

pembelajajaran CIRC ini adalah Surestiani, Ari (2014) dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran CIRC Dengan Bantuan Media Konkret Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sd Negeri 1 Denbantas Kecamatan

Tabanan” Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pada sebelum penelitian,

rata-rata hasil belajar siswa sebesar 47,00. Dilihat dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) sebesar 60, hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hasil

penelitian ini menunjukkan rata-rata persentase hasil belajar pada siklus I sebesar

68,00% dengan kategori sedang, rata-rata persentase hasil belajar pada siklus II

sebesar 82,17% dengan kategori tinggi. Terjadi peningkatan hasil belajar dari

siklus I ke siklus II sebesar 14,50%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Denbantas Kecamatan Tabanan. Maka

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

23

penelitian ini mengacupada penelitiam diatas, akan dilakukan penelitian tindakan

kelas, yaitu dengan melakukan penelitian yang bertemakan Penerapan Metode

Pembelajaran Cooperative Learning Type CIRC(Cooperative, Integrated, Reading

And Composition) Untuk Meningkatkan Hasilbelajar Matematika Siswa Kelas 5

SD Negeri Suruh 02 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran

2015/2016.

Adapun persamaan dan perbedaan dari hasil penelitian yang relevan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu, sebagai berikut:

a. Persamaan dari hasil penelitian relevan 1 dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti:

1. Model yang digunakan sama yaitu model pembelajaran CIRC

(Cooperative, Integrated, Reading And Composition) .

2. Mata pelajaran yang digunakan sama yaitu Matematika.

3. Kelas yang digunakan sama yaitu kelas V.

4. Jenis penelitian yang dilakukan sama yaitu menggunakan tindakan

kelas.

Perbedaan dari hasil penelitian relevan 1 dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti:

1. SK dan KD

2. Semester dan tahun ajaran

b. Persamaan dari hasil yang relevan 2 dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti:

1. Model yang digunakan sama model pembelajaran CIRC

2. Sama-sama menggunakan jenis penelitian tindakan kelas.

3. Mata pelajaran yang digunakan sama yaitu Matematika

Perbedaan dari hasil yang relevan 2 dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti:

1. Kelas yang digunakan berbeda yaitu kelas IV sedangkan peneliti

menggunakan kelas V.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

24

2.2 Kerangka Berpikir

Kesadaran pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari harus

ditumbuhkan karena dalam setiap periode kehidupan tak lepas dari matematika.

Anggapan bahwa matematika itu pelajaran yang sulit merupakan tantangan bagi

guru dalam mengajar. Seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan

pembelajaran agar mudah dipahami dan menyenangkan. Pembelajaran yang

dilakukan harus sesuai dengan perkembangan kognitif siswa sehingga anggapan

bahwa matematika sebagai pelajaran yang sulit akan terhapus karena pelajaran

matematika sesungguhnya sangat baik dan bermanfaat bagi siswa dalam

kehidupan. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan aktif

guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Proses

pembelajaran akan bermakna apabila siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan

mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda (secara

heterogen) agar siswa dapat bekerjasama dan berbagi tanggung jawab dalam

kelompoknya untuk menyelesaikan suatu masalah. Metode pembelajaran

Cooperative Learning tipe CIRC merupakan salah satu model pembelajaran yang

mengikutsertakan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Model

pembelajaran ini melatih siswa berkomunikasi, bekerja sama dan saling

membantu. Siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan diri dalam

kelompoknya. Sehingga model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan dan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

25

Maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

SK 5 KD 5.3 dan 5.4 Matematika kelas V Semester II

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika di SD dengan

Menerapkan Metode Cooperative Learning type CIRC

Kondisi Awal

Tindakan

Guru dalam

pembelajaran

menggunakan metode

ceramah

Guru mengajar

menggunakan metode

Cooperative Learning

Tipe CIRC: Membentuk

Kelompok, memberikan

Wacana, Menemukan

ide pokok serta memberi

tanggapan, Presentasi,

Evaluasi

Hasil belajar siswa

belum mencapai

KKM ≥ 66

Siklus 1 hasil belajar

meningkat, mendekati

KKM tetapi masih

belum tuntas

Siklus II

menggunakan metode

pembelajaran CIRC

hasil belajar

meningkat dan tuntas

Kondisi Akhir Melalui pembelajaran CIRC (Cooperative,

Integrated, Reading and Composition) hasil belajar

dalam pembelajaran matematika 80% siswa

meningkat dan tuntas ≥ 66

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10951/3/T1_292012164_BAB II...matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari

26

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC

(Cooperative, Integrated, Reading and Composition) dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 Kabupaten Semarang

Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.