BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak...

101
BAB II PEMBAHASAAN Langkah awal untuk membedah nilai sebuah karya sastra terutama guritan adalah mengetahui unsur strukturnya terlebih dahulu. Membedah struktur menjadi sangat penting sebagai langkah pertama pemaknaan guritan. Analisis struktural yang digunakan untuk membedah sepuluh gurtitan karya Widodo Basuki dalam antologi guritan Medhitasi Alang-Alang karya Widodo Basuki adalah analisis struktural dinamik. Teeuw dalam Pradopo (2012:209) mengatakan bahwa strukturalisme dinamik adalah analisis struktural yang digabungkan dengan semiotik. Kutipan pada setiap cuplikan guritan dibubuhkan untuk mempermudah pembahasan. Kutipan terletak di akhir baris dengan skema judul guritan, kemudian tanda baca koma (,), angka arab, tanda baca koma (,) dan angka arab yang kesemuanya diletakan dalam kurung. Angka arab pertama menunjukan bait kesekian dari guritan, sedangkan angka arab kedua merupakan penanda baris kesekian dalam bait guritan. A. Struktur yang Membangun Kesepuluh Guritan dalam Antologi Guritan Medhitasi Alanag-Alang karya Widodo Basuki Richard mengatakan bahwa adanya hakikat puisi adalah untuk menggantikan bentuk fisik puisi. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Ada tiga aspek dalam hakikat puisi, yaitu fungsi seni atau fungsi estetik, kedua fungsi kepandaian dan ketiga ekspresi tidak langsung. 45

Transcript of BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak...

Page 1: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

45

BAB II

PEMBAHASAAN

Langkah awal untuk membedah nilai sebuah karya sastra terutama guritan

adalah mengetahui unsur strukturnya terlebih dahulu. Membedah struktur menjadi

sangat penting sebagai langkah pertama pemaknaan guritan. Analisis struktural

yang digunakan untuk membedah sepuluh gurtitan karya Widodo Basuki dalam

antologi guritan Medhitasi Alang-Alang karya Widodo Basuki adalah analisis

struktural dinamik. Teeuw dalam Pradopo (2012:209) mengatakan bahwa

strukturalisme dinamik adalah analisis struktural yang digabungkan dengan

semiotik.

Kutipan pada setiap cuplikan guritan dibubuhkan untuk mempermudah

pembahasan. Kutipan terletak di akhir baris dengan skema judul guritan,

kemudian tanda baca koma (,), angka arab, tanda baca koma (,) dan angka arab

yang kesemuanya diletakan dalam kurung. Angka arab pertama menunjukan bait

kesekian dari guritan, sedangkan angka arab kedua merupakan penanda baris

kesekian dalam bait guritan.

A. Struktur yang Membangun Kesepuluh Guritan dalam Antologi Guritan

Medhitasi Alanag-Alang karya Widodo Basuki

Richard mengatakan bahwa adanya hakikat puisi adalah untuk menggantikan

bentuk fisik puisi. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu

disebut puisi. Ada tiga aspek dalam hakikat puisi, yaitu fungsi seni atau fungsi

estetik, kedua fungsi kepandaian dan ketiga ekspresi tidak langsung.

45

Page 2: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

46

Ketidaklangsungan ekspresi menurut Riffaterre ada tiga hal, yaitu penggantian

arti(displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning) dan

penciptaan arti (creating of meaning) (Pradopo, 1995:318).

1. Penggantian Arti (Displacing of Meaning)

a. Metafora

Metafora adalah perbandingan yang mengimplisit sesuatu atau

mengarahkan pikiran kepada sesuatu yang memiliki kesejajaran makna

(Riffaterre dalam Pradopo, 1995 :212). Hal tersebut ditemukan pada bait-

bait kesepeluh guritan sebagai berikut :

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

kelir manjilma jagad(DM, 1, 5)

njumputi kama tumiba (DM, 2, 3)

dikemuli wewayangan (DM, 2, 5)

Terjemahan:

kelir menjadi semesta

mengambil cinta terjatuh

diselimuti bayangan

Pada guritan Dongeng Mistis menjelaskan jagad sebagai pusat

perhatian atau keseluruhan dari pertunjukan wayang bukan jagad alam

semesta. Begitu juga dengan mengambil, bukan berarti mengambil cinta

namun menumbuhkan rasa cinta sedangkan diselimuti, bukan berarti

diselimuti dengan kain tetapi diselimuti dengan penuh rasa cinta.

Page 3: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

47

2) Cengkir Gading ‘Cengkir Gading’

Kutipaan:

kanggo mbukak langit lan bumi (CG, 1, 5)

kanggo urubing dahana (CG, 1, 11)

Terjemahan:

untuk membuka langit dan bumi

untuk menyalanya api

Metafora dalam guritan Cengkir Gading terdapat pada bait kesatu

baris kelima, dan bait kedua baris kesebelas. Membuka bukan bearti

membuka pintu langit dan bumi tetapi membuka atau mengawali

kehidupan yang baru, begitu juga dengan menyalanya api bukan berarti

api yang dinyalakan dengan korek api tetapi cahaya atau kesuksesnya

untuk kehidupan yang akan datang.

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

ginulung tinalenan sahadat rosul (MGS, 1, 2)

godhong suruh dadi tumbak (MGS, 1, 4)

Terjemahan:

digulung diikat sahadat rosul

daun suruh menjadi tombak

Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan

pada bait kesatu baris kedua dan baris keempat. Tinalenan tinali berarti

ditali, diikat dengan tali atau benang bukan diikat dengan kata sahadat

rosul. Begitu juga dengan tombak, bukan berarti tombak alat yang

digunakan untuk membunuh (hewan) tetapi yang dimaksudkan adalah

daun suruh yang dilempar seperti melempar tombak.

Page 4: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

48

4) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

tancepna maneh swiwi-swiwiku (TM, 1, 1)

kinemulan pinjung kluwung malengkung (TM, 2, 2)

Terjemahan:

tancapakan lagi sayap-sayapku

berselimutan tapih pelangi melengkung

Pada guritan di atas metafora ditunjukan pada bait pertama baris

kesatu sayap-sayapku bukan berarti sayap untuk terbang tetapi harapan-

harapan yang diharapkan. Pada bait kedua baris kedua kluwung berarti

pelangi.

5) Ziarah ‘Ziarah’

Kutipan:

pinangka rabuk watu nisanmu (Zr, 1, 2)

ana lagu gumonthang (Zr, 1, 3)

Terjemahan:

sebagai pupuk batu nisanmu

ada lagu mengumandang

Pada guritan Ziarah metafora ditunjukan pada bait pertama baris

kedua dan baris ketiga. Pupuk, yang dimakusdkan adalah bunga tabur

bukan pupuk untuk tanaman. Baris ketiga lagu, yang dimaksud adalah

doa, jadi yang berkumanadang adalah doa bukan lagu-lagu yang

dinyanyikan pada umumnya.

Page 5: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

49

6) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

Enggal rebuten popok-popok wewe (TLN, 4, 1)

Terjemahan:

segera rebutlah popok-popok wewe

Pada guritan Tembang Lemah Ngare popok-popok bukan arti

sebenarnya popok yang digunakan untuk bayi tetapi popok-popok wewe

merupakan rejeki yang akan didapat.

7) Panen ‘Panen’

Kutipan:

butuh tresna (Pn, 2, 4)

Terjemahan:

butuh cinta

Metafora dalam guritan Panen terdapat pada bait kedua baris

keempat, cinta bukan bearti cinta anatara kekasih tetapi cinta untuk

merawat tanaman agar tumbuh dengan subur.

Berdasarkan dari penjelasan yang dipaparkan di atas dapat

disimpulkan bahwa guritan Widodo Basuki dalam antologi guritan

Medhitasi Alang-Alang cenderung menggunakan sesuatu yang berkaitan

dengan perbandingan yang mengimplisit dengan kesejajaran makna dan

ditunjukan dengan abstrak untuk mengungkapkan metafora dalam

guritanya, seperti diselimuti, diikat, popok-popok wewe, tombak dan lain

sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa penyair sangat memperhatikan kata

Page 6: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

50

demi kata untuk meperbandingkan kesejajaran makna untuk memperkuat

gambaran nilai budaya lokal jawa yang ada dimasyarakat.

b. Metonimia

Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang menggantikan nama

sesuatu dengan sesuatu yang lain karena ada kesamaan pada keduanya

(Riffaterre 1978:49). Penggunaan Metonimia dalam guritan akan membuat

lebih indah dan hidup serta menghasilkan imajinasi yang nyata. Metonimia

dalam sepuluh guritan karya Widodo Basuki adalah sebagai berikut:

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

adam lan babu kawa campur dewa-dewa (DM, 2, 2)

njumputi kama tumiba (DM, 2, 3)

Terjemahan:

adam dan kaum hawa campur dewa-dewa

mengambil cinta terjatuh

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat pada guritan

Dongeng Mistis. Kata dewa-dewa dapat mengantikan roh-roh leluhur

yang ada pada pertunjukan wayang. Kata kama dapat menggantikan

perasaan cinta.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

wis pecah wujude cengkir gadhing (CG, 1, 1)

saka kene tumetese banyu suci (CG, 1, 3)

Terjemahan:

sudah pecah bentuknya cengkir gadhing

dari sini menetesnya air suci

Page 7: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

51

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat pada

guritanCengkir Gading . Kata cengkir gadhing mengantikan simbol

sesaji dalam upacara adat. Kata banyu suci menggantikan kehidupan

yang baru akan dimulai.

3) Medhitasi Gdhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

dhadhung awuk ambruk sinuduk (MGS, 2, 1)

Terjemahan:

dhadhung awuk jatuh tersungkur

Metonimia yang terdapat pada guritan Medhitasi Gdhing Suruh

yaitu kata dhadhung awuk menggantikan nama dari musuh jaka tingkir.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

pari sawuli iki tetep sumimpen ing senthong tengah (GPS, 1, 1)

dak emi-emi pindha dewi sri (GPS, 1, 2)

tumancep ing tanah bawera (GPS, 1, 6)

Terjemahan:

padi seikat ini tetap tersimpan di kamar tengah

di sayang-sayang bagai dewi sri

tertancap di tanah luas

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat dalam

Guritan Pari Sawuli. Kata senthong menggantikan kamar khusus untuk

menyimpan hasil panen. Kata dewi sri menggantikan padi-padi yang

tertanam di sawah. Kata bawera menggantikan tanah yang luas dan

terang.

Page 8: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

52

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

munggah grayah-grayah pucuk plaza (TM, 3, 2)

andhok ing kentuky, disko sewengi natas (TM, 3, 3)

Terjemahan:

naik merangkak-rangkak pucuk plaza

berhenti di kentuky, disko semalam suntuk

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat dalam

guritan Tancepna Maneh. Kata plaza menggantikan pohon-pohon yang

tinggi. Kata kentuky mengantikan masakan ayam goreng yang dilumuri

dengan tepung. Kata disko menggantikan musik-musik keras dijaman

modernisasi untuk berjoget.

6) Ziarah ‘Ziarah’

Kutipan:

kejepit nisan iki (Zr, 2, 2)

Terjemahan:

terjepit nisan ini

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat pada guritan

Ziarah. Kata nisan menggantikan batu-batu yang diletakan diatas

kuburan.

7) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

ngluberake pangaksama (Ry, 1, 8)

lampu-lampu blencong kekencaran (Ry, 2, 5)

Page 9: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

53

Terjemahan:

mengeluarkan permintaan maaf

lampu-lampu blencong terang benderang

Metonimia yang terdapat dalam guritan Riyayan yaitu kata

pangaksama menggantikan permintaan maaf dari kesalahan-kesalahan

yang dilakukan baik sengaja maupun tidak. Kata blencong menggantikan

lampu jaman dahulu yang terbuat dari kaleng dan sumbu.

8) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1’

Kutipan:

yagene kudu ora suwala (MAA, 4, 2)

Terjemahan:

kenapa harus tidak bangga

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat dalam

guritan Medhitasi Alang-Alang. Kata suwala menggnatikan rasa bangga

bahwa orang biasa bisa menghadap dewa.

9) Panen ‘Panen’

Kutipan:

kang wenang ani-ani ulenan pari (Pn, 3, 4)

Terjemahan:

yang bisa ani-ani segenggam padi

Kutipan di atas menunjukan metonimia yang terdapat pada guritan

Panen. Kata ani-ani mengantikan alat pemotong padi pada jaman dahulu.

Page 10: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

54

Metonimia dalam guritan karya Widodo Basuki pada antologi guritan

Medhitasi Alang-Alang merupakan lambang pengganti dari objek tertentu.

Kata kiasannya mewujudkan penggantian arti dari objek tertentu pula, yang

dimaksudkan untuk memperindah guritan karena tidak langsung menembak

makna terhadap objek.

2. Penyimpangan Arti (Distoring of Meaning)

a. Ambiguitas

Ambiguitas adalah keraguu-raguan atau ketidakpastian dalam

menafsirkan makna kata atau ungkapan dalam karya sastra karena adanya

beberapa kemugkinan (Panuti, 1990:50). Guritan menggunakan bahasa

konotasi untuk menimbulkan kesan indah dan membuat pembaca memiliki

pengimajian terhadap apa yang dibacanya. Oleh karena itu, setiap pembaca

memiliki pengimajian atau interprestasi masing-masing. Pemaknaan dalam

guritan terkadang muncul keambiguan karena kata dalam guritan memiliki

tafsir ganda. Ambiguitas dalam sepuluh guritan karya Widodo Basuki

adalah sebagai berikut:

1) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

saka kene tumetese banyu suci (CG, 1, 3)

Terjemahan:

dari sini menetesnya air suci

Kutipan di atas menunjukan ambiguitas yang terdapat pada guritan

Cengkir Gadhing. Kata banyu suci memiliki makna ambigu, banyu suci

dapat diartikan kehidupan baru, namun juga dapat diartikan air suci yang

Page 11: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

55

digunakan untuk beribadah atau biasanya air yang digunakan untuk

berwudhu yang belum terkena kotorana apapun.

2) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

dak emi-emi pindha dewi sri (GPS, 1, 2)

ing tembe dadia pusaka (GPS, 1, 5)

kringet kotos, dhadha gilap (GPS, 2, 15)

Terjemahan:

tak sayang-sayang bagai dewi sri

yang nanti jadilah senjata

kringat bercucuran, dhadha berkilau

Guritan Pari Sawuli terdapat makna ambigu. Kata dewi sri dapat

diartikan bidadari, namun juga dapat diartikan sebagai nama lain padi

yang sejak dahulu para petani menyebutnya sebagai dewi sri. Kata

pusaka dapat diartikan senjata, namun juga dapat diartikan padi sebagai

cadangan makan setelah memanen padi itu selesai. Kata kringet kotos

dapat diartikan kringat yang bercucuran yang keluar dari tubuh, namun

juga dapat diartikan sebagai hasil kerja keras dari petani.

3) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

tancepna maneh swiwi-swiwiku (TM, 1, 1)

munggah grayah-grayah pucuk plaza (TM, 3, 2)

Terjemahan:

tancapkan lagi sayap-sayapku

naik merangkak-rangkak pucuk plaza

Page 12: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

56

Pada guritan Tancepna Maneh kata swiwi-swiwiku memiliki

makna ambigu. Swiwi-swiwiku dapat diartikan sayap yang digunakan

untuk terbang, namun juga dapat diartikan sebagai harapan-harapan yang

baru yang ingin melestarikan kbudayaan lama. Kata pucuk plaza

memiliki makna ambigu. Pucuk plaza dapat diartikan sebagai lapangan

yang dibangun sangat luas, namun juga dapat diartikan pohon-pohon

yang tumbuh tinggi.

4) Ziarah ‘Ziarah’

Kutipan:

pinangka rabuk watu nisanmu (Zr, 1, 2)

ana lagu gumonthang (Zr, 1, 3)

Terjemahan:

sebagai pupuk batu nisanmu

ada lagu berkumandang

Pada guritan Ziarah, kata rabuk memiliki makna ambigu. Rabuk

dapat diartikan sebagai pupuk tanaman, namun juga dapat diartikan

menaburkan bunga yang digunakan sebagai perlengkapan ziarah. Kata

lagu memiliki makna ambigu. Lagu dapat diartikan lagu-lagu yang

dinayayikan oleh para penyanyi, namun dapat juga diartikan doa yaang

dipeuntukan pada orang yang sudah meninggal.

5) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

nancepake benang leluhur (Ry, 1, 3)

urip bareng ombak-ombak (Ry, 1, 5)

mbalekake balung-balung rapuh (Ry, 3, 2)

Terjemahan:

Page 13: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

57

menancapkan benang leluhur

hidup bersama ombak-ombak

mengembalikan tulang-tulang rapuh

Guritan Riyayan, kata benang leluhur memiliki makna ambigu.

Benang leluhur dapat diartikan tali benang yang kecil, namun juga dapat

diartikan hubungan darah persaudaran dengan para leluhurnya. Kata

ombak-ombak memiliki makna ambigu. Ombak-ombak dapat diartikan

gelombang tinggi dilaut, namun dapat juga diartikan masalah-masalah

yang datang dalam kehidupan sehari-hari. Kata tulang-tulang rapuh

memilki makna ambigu. Tlang-tulang rapuh dapat diartikan krangka

manusia, namun juga dapat diartikan kesalahan-kesalahan manusia yang

diperbuat.

6) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

Gumerite lawang gubug iki (TLN, 1, 1)

Terjemahan:

berderitnya pintu gubug ini

Pada guritan Tembang Lemah Ngare terdapat makna ambiguitas.

Kata gubug dapat diartikan rumah-rumahan kecil yang berada ditengah

sawah atau ladang sebagai tempat berteduh para pekerja, namun dapat

diartikan juga rumah sebagai tempat tinngal sehari-hari.

7) Panen ‘Panen’

Kutipan:

sawise direwangi pindha adus kringet (Pn, 1, 1)

butuh tresna (Pn, 2, 4)

Page 14: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

58

Terjemahan:

sesudah didiperjuangkan seperti mandi keringat

butuh cinta

Pada guritan Panen kata pindha adus kringet memiliki makna

ambigu. Pindha adus kringet dapat diartikan seluruh tubuh penuh

dengan keluarnya keringat, namun juga dapat diartikan melakukan kerja

keras yang luar biasa. Kata butuh tresna memiliki makna ambigu. Butuh

tresna dapat diartikan cinta kasih sayang terhadap orang yang dikagumi,

namun juga dapat diartikan butuh perawatan supaya tanaman bisa

tumbuh sumbur dan mendapatkan hasil yang melimpah ketika dipanen.

Pada kesepuluh guritan karya Widodo Basuki dalam antologi guritan

Medhitasi Alang-Aang, tiga diantaranya tidak terdapat ambiguitas, yakni

Dongeng Mistis, Medhitasi Godhong Suruh dan Medhitasi Alang-Alang.

Ambiguitas dalam guritan karya Widodo Basuki didominasi oleh

penggunaan kiasan metafora. Hal tersebut menyebabkan makna ganda atau

ambigu pada pemaknaan guritan.

b. Kontradiksi

Kontradiksi adalah salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan

menggunakan pertentangan atau secara berlawanan. Kontradiksi dalam

guritan dimaksudkan untuk memperindah guritan. Dalam hal ini kontradiksi

berupa makna yang berlawanan yang digunakan bersamaan. Kontradiksi

Page 15: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

59

dalam guritan karya Widodo Basuki dalam antologi guritan Medhitasi

Alang-Alang adalah sebagai berikut:

1) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

kanggo bukak langit lan bumi (CG, 1, 5)

kanggo madhai tumetese donga (CG, 2, 10)

kanggo urubing dahana (CG, 2, 11)

Terjemahan:

untuk membuka langit dan bumi

untuk wadah menetesnya doa

untuk menyalanya api

Kutipan di atas menunjukan kontradiksi yang terdapat dalam guritan

Cengkir Gadhing. Kata langit lan bumi menunjukan berlawanan yang

menggambarkan kehidupan yang berada di atas dan kehidupan yang ada

dibawah. Kata tumetese dengan urubing berlawanan menetesnya lebih ke

makna air sedangkan urubing lebih ke makna api namun tetap

dipersatukan sebagai pelengkap.

2) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

selembar godhong suruh (MGS, 1, 1)

ginulung tinalenan sahadat rosul (MGS, 1, 2)

Terjemahan:

satu lembar daun suruh

tergulung tertali sahadat rosul

Page 16: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

60

Pada guritan Medhitasi Godhong Suruh, selmbar dan ginulung

adalah dua hal yang berlawanan. Selembar dalam keadaan yang terbuka

dan ginulung dalam keadaan yang tertutup.

3) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

Panggone ngelak lan ngelih (GPS, 2, 8)

Pamandenge pindho landhepe glathi (GPS, 2, 16)

Nanging krasa adhem mrebaweni (GPS, 2, 17)

Terjemahan:

tempatnya haus dan lapar

penglihatanya seperti tajamnya pisau

tetapi terasa dingin berwibawa

Guritan Pari Sawuli, ngelak dan ngelih adalah dual hal yang

berlawanan. Keadaan merasa haus karena kurang minum berlawanan

dengan keadaan merasa lapar karena beluma cukup makan. Kata

landhepe glati dan adhem dua hal yang berbeda. Menggambarkan

penglihatan yang tajam berlawanan penglihatan yang dingin, namun tetap

didipersatukan sebagai pelengkap.

4) Tancepna Maneh ‘Tancapakan Lagi’

Kutipan:

ing kana ana kringet lan luh (TM, 3, 4)

karaokene katrem kekidungan (TM, 3, 5)

tembang megatruh (TM, 3, 6)

Terjemahan:

di sana ada keringat dan air mata

karaokenya betah berdendangan

tembang megatruh

Page 17: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

61

Kontradiksi pada guritan Tancepna Maneh terdapat pada kata

kringet dan luh. Kata kringet dan luh merupakan dua hal yang

berlawanan. Keluar ketika melakukan pekerjaan yang membutuhakan

tenaga lebih dari biasanya berlawanan dengan keluar ketika merasa sedih

ataupun senang. Kata karaoke berlawanan dengan tembang. Lagu yang

dinyayikan biasanya lagu-lagu yang dinyanyikan pada umumnya pada

masa kini berlawanan dengan tembang dinyanyikan dalam pembelajaran

atau acara-acara tertentu.

5) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

ngrahapi nyamikan, wedang gula jawa (Rr, 1, 7)

Terjemahan:

memakan cemilan, minuman gula jawa

Kutipan diatas menunjukan kontradiksi dalam guritan Riyayan. Kata

ngrahapi dan wedang adalah dual hal yang berlawanan yaitu makan dan

minum.

6) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

minangka paseksen, wengi lan sore (TLN, 1, 2)

srengenge mbirat ngelak lan ngelih (TLN, 1, 7)

Terjemahan:

sebagai saksi, malam dan sore

matahari membersihkan haus dan lapar

Pada kutipan di atas menunjukan kontradiksi dalam guritan

Tembang Lemah Ngare. Kata wengi dan sore adalah dua hal yang

Page 18: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

62

berlawanan. Keadaan malam yang gelap berlawanan dengan keadaan

sore hari yang masih terang. Kata ngelak dan ngelih dua hal yang

berlawanan yaitu keadaan haus karena kurang minum berlawanan dengan

keadaan lapar karena belum cukup makan.

7) Panen ‘Panen’

Kutipan:

Ngono simbah aweh sesorah (Pn, 2, 1)

Kang nandur wenang ngundhuh, ndhuk! (Pn, 2, 6)

Terjemahan:

begitu simbah memberi nasehat

yang menanam berhak memanen, ndhuk!

Kontradiksi ditunjukan pada kata simbah dan ndhuk. Simbah dan

ndhuk adalah dua hal yang berlawanan yaitu orang yang sudah tua

berlawanan dengan orang yang masih muda, namun dipersatukan untuk

saling melengkapi.

Pada kesepuluh guritan karya Widodo Basuki dalam guritan

Medhitasi Alang-Alang, tiga diantaranya tidak terdapat kontradiksi, yakni

guritan Dongeng Mistis, Ziarah dan Nalika Bendhe Tnabuh. Kontradiksi

menimbulkan ketidakselarasan makna, akan tetapi disis lain kontradiksi

menimbulkan keindahan tersendiri dalam pembacaan sehingga guritan

menjadi lebih menarik.

c. Nonsense

Nonsense adalah bentuk-bentuk kata yang secara linguistik tidak

mempunyai arti, sebab tidak terdapat pada kosa kata, karena hanya berupa

rangkaian bunyi yang tidak terdapat dalam kamus. Akan tetapi dalam puisi

Page 19: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

63

mempunyai makna sesuai arti sastra berdasarkan konvensi sastra (Pradopo,

1995:219). Nonsense dalam guritan mampu menimbulkan asonansi-

asonansi tertentu, menimbulkan arti dua segi, suasana aneh, suasana ghaib,

maupun suasana lucu dan lain sebagainya.

Nonsense yang terdapat dalam sepuluh guritan karya Widodo

Basuki adalah sebagai berikut:

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

hong, sepisan dadi (DM, 1, 4)

Terjemahan:

hong, pertama jadi

Kutipan di atas menunjukan nonsense dalam guritan Dongeng

Mistis. Kata hong merupakan bunyi ketika orang melakukan ritual

tertentu dalam pembacaan mantra yang bertujuan memberi suasana

mistis pada pembacaan guritan tersebut.

2) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

cahyane bang ketebang (MGS, 2, 1)

Terjemahan:

cahayanya terlihat sedikit

Nonsense dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada

kata bang. Kata bang merupakan bentuk nonsense. Kata tersebut

menunjukan untuk mempertegas adanya sedikit cahaya yang terlihat dari

kejahuan.

Page 20: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

64

3) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

Munggah grayah-grayah pucuk plaza (TM, 3, 2)

Terjemahan:

naik merangkak-rangkak

Kutipan di diatas menunjukan nonsense dalam guritan Tancepna

Maneh. Kata grayah-grayah merupakan bentuk kata yang tidak memiliki

arti, namun secara estetis puitis memiliki makna menguatkan terhadap

kata kerja yang diikuti yaitu munggah sehingga bermakna merangkak-

rangkak.

Nonsense merupakan kata atau rangkaian kata yang di dalam kamus

tidak tercantum maknanya (tidak memiliki makna leksikal). Akan tetapi,

terkadang dapat dimaknai secara lebih mendalam. Hal ini menimbulkan

makna lain yang justru menguntungkan karena menimbulkan estetika bunyi

pada guritan. Nonsense juga berupa kata yang secara leksikal tidak terdapat

di dalam kamus akan tetapi dapat memberi kesan yang ekspresif yang

sangat indah. Dari sepuluh guritan karya Widodo Basuki, tujuh diantaranya

tidak ditemukan nonsense, yakni pada guritan Cengkir Gadhing, Guritan

Pari Sawuli, Ziarah, Riyayan, Medhitasi Alang-Alang 1, Tembang Lemah

Ngare dan Panen.

Page 21: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

65

3. Penciptaan Arti (Creating of Meaning)

a. Rima

Rima adalah perulangan bunyi dan salah satu yang membedakan

puisi dengan prosa. Bentuk perulangan bunyi yang berturut-turut dan

menimbulkan orkestra bunyi yang indah. Untuk mengulanginya penyair

juga mempertimbangkan lambang bunyi. Rima dalam sepuluh guritan karya

Widodo Basuki bersifat bebas tidak terkait dengan metrum rima seperti rima

terus (aaaa), rima berpasang (aabb), rima bersilang (abab), rima berpeluk

(abba), dan rima putus (aaab atau abac).

a) Rima Bait

Rima bait adalah pengulangan bunyi pada bait puisi yang bertujuan

sebagai irama sebuah puisi. Penyair menggunakan permaunan diksi agar

tercipta keindahan bunyi dalam guritan. Rima bait dalam bahasa Jawa biasa

disebut purwakanthi. Rima bait dalam masing-masing guritan karya

Widodo Basuki dalam antologi guritan Medhitasi Alang-Alang sebagai

berikut :

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

adam lan babu kawa campur dewa-dewa (DM, 2, 2)

njumputi kama tumiba (DM, 2, 3)

Terjemahan:

adam dan kaum hawa bercampur dewa-dewa

mengambili cinta yang jatuh

Page 22: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

66

Rima dalam baris di atas nampak pada kata dewa-dewa dan

tumiba. Kedua kata tersebut berakiran bunyi a. Keseragaman vokal a

pada akhir baris membuat pembacaam guritan menjadi indah.

Kutipan:

wong jawa (DM, 3, 1)

senengane dolanan nyawa (DM, 3,2)

Terjemahan:

orang jawa

senangnya bermain nyawa

Kata jawa dan nyawa memiliki kesamaan bunyi a pada baris akhir.

Hal ini yang menimbulkan orkestrasi dan keindahan bunyi pada guritan.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

wis pecah wujude cengkir gadhing (CG, 1, 1)

saka pikiran wening, dimen eling (CG, 1, 2)

Terjemahan:

sudah pecah bentuknya cengkir gadhing

dari pikiran jernih, supaya ingat

Guritan di atas terdapat Rima dalam baris nampak pada kata

gadhing dan eling. Kedua kata tersebut berakhiran bunyi ng. Kesamaan

bunyi ini menimbulkan orkestrasi dan keselarasan bunyi yang indah.

Kutipan:

disesep-sesep banyune (CG, 2, 5)

diklamuti putih daginge(CG, 2, 6)

Terjemahan:

dihisap-hisap airnya

dijilati putih dagingnya

Page 23: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

67

Kata banyune dan daginge memiliki kesamaan bunyi e pada akhir

baris. Kesamaan bunyi ini menimbulkan orkestrasi dan keselarasan bunyi

yang indah.

Kutipan:

manjing jroning dhadha (CG, 2, 8)

manjing jroning jiwa (CG, 2, 9)

kanggo madhai tumetese donga (CG. 2, 10)

kanggo urubing dahana (CG, 2, 11)

Terjemahan:

masuk dalam dada

masuk dalam jiwa

untuk wadah menetasnya doa

untuk menyalanya api

Kata dhadha, jiwa, donga, dan dahana. Keempat kata tersebut

berakhiran bunyi a. Keseragaman vokal a pada akhir baris membuat

pembacaan guritan menjadi indah. Sehingga menimbulkan rima baris

yang harmonis.

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

kembang mayang binukak (MGS, 1, 3)

godhong suruh dadi tumbak (MGS, 1, 4)

wekasan manjing pungkasan (MGS, 1, 5)

pungkasan manjung wekasan (MGS, 1, 6)

Terjemahan:

kembang mayang terbuka

daun suruh menjadi tombak

akhir menjadi akhiran

akhiran menjadi akhir

Kata binukak dan tumbak pada bait satu baris pertama dan kedua

memiliki kesamaan bunyi ak pada akhir baris. Pada bait pertama baris

Page 24: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

68

kestiga dan keempat kata pungkasan dan wekasan memiliki akhiran an

pada akhir baris. Keseragaman bunyi ak dan an pada akhir baris

menimbulkan orkestrasi bunyi dan membuat pembacaan menjadi indah.

Kutipan:

godhong suruh gilang-gumilang (MGS, 2, 2)

cahyane bang ketebang (MGS, 2, 3)

Terjemahan:

daun suruh bersinar benderang

cahayanya sedikit terlihat

Rima dalam baris di atas nampak pada kata gumilang dan

ketebang. Kata tersebut berakhiran bunyi ng. Keseragaman bunyi ng

pada akhir baris menimbulkan orkestra bunyi dan membuat pembacaan

menjadi indah.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

ing tembe dadia pusaka (GPS, 1, 5)

tumancep ing tanah bawera (GPS, 1, 6)

Terjemahan:

yang nanti jadilah senjata

tertancap di tanah luas

Guritan di atas rima nampak pada kata pusaka dan bawera. Kata-

kata tersebut berakhiran bunyi a. Keseragaman bunyi a pada akhir baris

membuat pembacaan guritan menjadi indah.

Kutipan:

rinengga ocehe manuk sesautan (GPS, 2, 5)

nepusi tembang kebegjan (GPS, 2, 6)

iki bumi kinasih, dasih! (GPS, 2, 7)

nggone ngelak lan ngelih (GPS, 2, 8)

Page 25: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

69

pamong tani ing tengah sawah (GPS, 2, 12)

nggemeni tanduran garbis lan blewah (GPS, 2, 13)

pamandenge pindha landhepe glathi (GPS, 2, 16)

nanging krasa adhem mrebewani (GPS, 2, 17)

Terjemahan:

menunggu kicauan burung bersautan

mengukur bunga keberuntungan

ini bumi kasih sayang, teman!

tempatnya haus dan lapar

hanya petani di tengah sawah

merawat tanaman labu dan blewah

penglihatanya bagai tajamnya pisau

tetapi terasa dingin berwibawa

Rima dalam baris diatas nampak pada kata sesautan dan kebegjan

yang berakhiran an. Kata dasih dan ngelih yang berakhiran ih. Kata

sawah dan blewah yang berakhiran ah. Kata glathi dan mrebewani

berakhiran i. Keseragaman bunyi an, ih, ah, dan i pada akhir baris

membuat pembacaan guritan menjadi indah.

Kutipan:

tangan-tangan prakosa nyulap lemah ngare (GPS, 3, 1)

ing tembe dadi panggonan sumendhe (GPS, 3, 2)

kalamun lungkrah ing wayah sore (GPS, 3, 3)

Terjemahan:

tangan-tangan perkasa mengubah tanah pegunungan

yang nanti menjadi tempat beristirahat

ketika lelah di waktu sore

Kata ngare, sumendhe, dan sorepada guritan di atasseirama. Ketiga

kata-kata tersebut berakhiran bunyi e. Keseragaman vokal e pada akhir

baris menimbulkan orkestrasi buni dan membuat pembacaan menjadi

indah.

Kutipan:

Page 26: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

70

tetep dak pundhi dak aji-aji (GPS, 4, 2)

kanthi tresna suci (GPS, 4, 3)

dimen bisa kanggo seksi (GPS, 4, 4)

Terjemahan:

tetap ku angkat dan sayang-sayang

dengan cinta suci

agar bisa untuk saksi

Guritan di atas nampak rima baris pada kata aji-aji, suci, dan seksi.

Kata-kata tersebut berakhiran bunyi i. Keseragaman vokal i pada akhir

baris menimbulkan orkestrasi bunyi dan pembacaan menjadi indah.

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

isih nelesi gorokan (TM, 2, 4)

kareben bocah-bocah bali tetembangan (TM, 2, 5)

Terjemahan:

masih membasahi tenggorokan

maunya anak-anak kembali bernyanyi

Baris guritan di atas terdapat rima yang nampak pada kata gorokan

dan tetembangan. Kata-kata tersebut berakhiran bunyi an. Keseragaman

bunyi an pada akhir baris menimbulkan orkestrasi bunyi dan membuat

pembacaan menjadi indah.

Kutipan:

aja kok sengguh jaman iki (TM, 4, 1)

isih kaya wingi, adhi (TM, 4, 2)

sisane gendhing pacul gowang (TM, 4, 6)

bakal ngangkangi awang-awang (TM, 4, 7)

Terjemahan:

jangan kok kira jaman sekarang ini

masaih seperti kemarin, adhi

sisanya lagu cangkul patah

Page 27: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

71

akan melangkahi awang-awang

Rima dalam baris atas nampak pada kata iki dan adhi di akhir

baris. Kata gowang dan awang-awang diakhir baris. Kata-kata tersebut

berakhiran vokal i dan ng pada akhir baris yang menimbulkan orkestrasi

bunyi dan membuat pembacaan menjadi indah.

6) Ziarah ‘Ziarah’

Kutipan:

kejepit nisan iki (Zr, 2, 2)

nadyan ora dak ranti (Zr, 2, 3)

Terjemahan:

terjepit nisan ini

walaupun tidak ku nanti

Tampak rima dalam baris di atas nampak pada iki dan ranti di

akhir baris. Kata-kata tersebut berakhiran bunyi i. Keseragaman buni

vokal i pada akhir baris menimbulkan orkestrasi bunyi dan membuat

pembacaan menjadi indah.

7) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

mgrahapi nyamikan, wedang gula jawa (Ry, 1, 7)

ngluberake pangaksama (Ry, 1, 8)

Terjemahan:

memakan camilan, minum gulang jawa

mengungkapkan permohonan maaf

Pada kata jawa dan pangaksama di akhir baris. Kedua kata tersebut

berakhiran a. Keseragaman vokal a pada akhir baris menimbulkan

orkestrasi bunyi dan membuat pembacaan menjadi indah.

Page 28: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

72

8) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1’

Kutipan:

: aku basukarna, (MMA1, 1, 8)

anake ibu kunthi nalibrata (MAA1, 1, 9)

sing ditemu kusir adhirata (MAA1, 1, 10)

apa isih kurang anggonmu munasika? (MAA, 1, 11)

Terjemahan:

:saya basukarna

anaknya ibu kunthi nalibrata

yang di temukan kusir adhirata

apa masih kurang apa yang kau perbuat?

Pada guritan di atas rima dalam baris di atas nampak pada kata

basukarna, nalibrata, adhirata dan munasika pada akhir baris. Kata-kata

tersebut berakhiran bunyi a. Keseragaman vokal a pada akhir baris

menimbulkan orkestra bunyi dan membuat pembacaan menjadi indah.

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

minagka paseksen wengi lan sore (TLN, 1, 2)

omah dadi swargane (TLN, 1, 3)

Terjemahan:

sebagai saksi, malam dan sore

rumah menjadi surganya

Rima dalam baris di atas nampak pada kata sore dan swargane.

Kata-kata tersebut berakhiran bunyi e. Keseragaman vokal e pada akhir

baris menimbulkan orkestrasi bunyi dan membuat pembacaan menjadi

indah.

Kutipan:

sinambi nyawang laron lumebu geni (TLN, 2, 3)

apa ati wis mlebu bui? (TLN, 2, 4)

Page 29: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

73

Terjemahan:

sambil memandang laron memasuki api

apa hati sudah masuk penjara?

Rima dalam baris di atas nampak pada kata geni dan bui. Kata-kata

tersebut berakhiran bunyi i. Keseragaman vokal i pada akhir baris

menimbulkan orkestrasi bunyi dan membuat pembacaan menjadi indah.

Kutipan:

sesuk ana kidung gumonthang (TLN, 3, 2)

bedhug-bedhug ditabuh ndhrandhang (TLN, 3, 3)

Terjemahan:

besuk ada lagu berkumandang

gong-gong dibukul berdendangan

Kata gumonthang dan ndhrandang memiliki kesamaan di akhir

bunyi ng. Kesamaan bunyi sengau ng ini menimbulkan orkestrasi dan

keselarasan bunyi yang indah.

Kutipan:

enggal rebuten popok-popok wewe (TLN, 4, 1)

kanggo nyulap sabrang gawe (TLN, 4, 2)

Terjemahan:

cepat rebutlah popok-popok wewe

untuk mengubah tepi pekerjaan

Rima dalam bari di atas nampak pada kata wewe dan gawe di akhir

baris. Kata-kata tersebut memiliki kesamaan bunyi e di akhir baris.

Keseragaman vokal e pada akhir baris menimbulkan orkestrasi bunyi dan

membuat pembacaan menjadi indah.

Page 30: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

74

10) Panen ‘Panen’

Kutipan:

ngono simbah aweh sesorah (Pn, 2, 1)

ora mung manungsa butuh panggulawenthah (Pn, 2, 2)

nanging tanduran uga tinitah (Pn, 2, 3)

Terjemahan:

begitu simbah memberi nasihat

tidak hanya manusia butuh perawatan

tetapi tanaman juga butuh

Pada guritan Panen di atas rima baris nampak pada kata sesorah,

panggulawenthah, dan tinitah di akhir baris. Ketiga kata tersebut

memiliki kesamaan bunyi ah pada akhir baris. Keseragaman bunyi ah

pada akhir baris menimbulkan orkestrasi bunyi dan membuat pembacaan

menjadi indah.

Rima merupakan pengulangan bunyi yang sama secara berturut-

turut. Permainan rima akan menimbulkan keindahan irama musikalitas atau

harmonisasi guritan. Rima bait dalam sepuluh guritan karya Widodo Basuki

didominasi rima yang terletak di akhir baris. Mayoritas rima berbunyi a, i, ,

ng dan an.

b) Rima Antarbait

Rima bait adalah pengulangan bunyi pada bait puisi antar bait yang satu

dengan bait yang lain. Menimbulkan keselarasan bunyi dan keindahan

ketika guritan dibacakaan. Dalam bahasa Jawa, rima antarbait ini disebut

purwakanthi lumaksita, Rima antarbait dalam masing-masing sepuluh

guritan karya Widodo Basuki adalah sebagai berikut :

Page 31: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

75

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

ingpungkasane gamelan talu (DM, 1, 1)

dupa kemelun dadi daging (DM, 1,2)

ukara dadi roh (DM, 1, 3)

hong, sepisan dadi (DM, 1, 4)

kelir manjelma jagad (1DM, 1, 5)

blencong dadi srengenge (DM, 1, 6)

ingngisore janur malengkung (DM, 2, 1)

adam lan babu kawa campur dewa-dewa (DM, 2, 2)

njumputi kamatumiba (DM, 2, 3)

dibungkusi kulit (DM, 2, 4)

dikemuli wewayangan (DM, 2, 5)

wongjawa (DM, 3, 1)

senengane dolanan nyawa (DM, 3,2)

Terjemahan:

di akir gamelan ditabuh

kemenyan berasap menjadi daging

kalimat menjadi roh

hong, pertama menjadi

kelir menjilma semseta

blencong menjadi matahari

di bawahnya janur melengkung

adam dan kaum hawa bercampur dewa-dewa

mengambili cinta yang jatuh

terbungkus kulit

berslimut bayangan

orang jawa

senangnya bermain nyawa

Pada guritan di atas rima antarbait di atas ditunjukan oleh terdapat

pengulangan vokal a dan bunyi ng yang terletak pada akhir kata.

Pengulangan bunyi a dan ng tersebut terletak di akhir baris membentuk

keselarasan dalam guritan.

Page 32: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

76

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

wis pecah wujude cengkir gadhing (CG, 1, 1)

saka pikiran wening, dimen eling (CG, 1, 2)

saka kene tumetese banyu suci (CG, 1.,3)

bisa kanggo tamba ngelak salawase (CG, 1, 4)

kanggo mbukak langit lan bumi (CG, 1,5)

ing wit klapa gadhing iku ndhisik (CG, 2, 1)

bocah-bocah penekan, plurutan (CG, 2, 2)

nggogrokake dhompolane, mbiyaki tapas-tapase (CG, 2, 3)

cengkir gadhingdienggo dolanan (CG, 2, 4)

disesep-sesep banyune (CG, 2, 5)

diklamuti putih daginge(CG, 2, 6)

sing tininggalmung kari bathok sepasang (CG, 2, 7)

manjingjroning dhadha (CG, 2, 8)

manjingjroning jiwa (CG, 2, 9)

kanggo madhai tumetese donga (CG. 2, 10)

kanggourubing dahana (CG, 2, 11)

Terjemahan:

sudah pecah bentuknya cengkir gadhing

dari pikiran jernih, supaya ingat

dari sini menetesnya air suci

bisa untuk obat haus selamanya

untuk membuka langit dan bumi

di pohon kelapa gadhing itu dulu

anak-anak panjatan, prosotan

menjatuhkan buah, membuka tapas-tapasnya

cengkir gadhing untuk bermain

dihisap-hisap airnya

dijilati putih dagingnya

yang tertinggal hanya saja tempurung sepasang

masuk dalam dada

masuk dalam jiwa

untuk wadah menetasnya doa

untuk menyalanya api

Guritan Cengkir Gadhing rima antarbait di atas nampak pada kata

gadhing, eling, kanggo, nggogrokake, dienggo, ing, sing, daginge,

sepasang, manjing, jroning dan urubing. Kata-kata tersebut memilki

Page 33: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

77

bunyi ng. Pengulangan bunyi ng menambahkan keindahan bunyi pada

guritan.

3) Medhitasi Godong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

salembar godhong suruh (MGS, 1, 1)

ginulung tinalenan sahadat rosul (MGS, 1, 2)

kembangmayang binukak (MGS, 1, 3)

godhong suruh dadi tumbak (MGS, 1, 4)

wekasan manjing pungkasan(MGS, 1, 5)

pungkasanmanjung wekasan (MGS, 1, 6)

dhadhung awuk ambruk sinuduk (MGS, 2, 1)

godhong suruh gilang-gumilang (MGS, 2, 2)

cahyane bangketebang (MGS, 2, 3)

Terjemahan:

satu lembar daun suruh

tergulung tertali sahadat rosul

kembang mayang terbuka

daun suruh menjadi tombak

akhir menjadi akhiran

akhiran menjadi akhir

dhadhung awuk ambruk sinuduk

daun suruh bersinar benderang

cahayanya sedikit terlihat

Rima antarbait nampak pada kata godhong, ginulung, kembang

mayang, manjing, dhadhung, gilang-gumilang, dan bang ketebang. Kata-

kata tersebut berakhiran bunyi ng. Pengulangan bunyi ng menimbulkan

keindahan bunyi pada guritan.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

pari sawuli iki critane katresnan jati (GPS, 2, 1)

wujud bumiku tlatah kang subur (GPS, 2, 2)

gemah ripah low jinawi (GPS, 2, 3)

linabur birune samodra (GPS, 2, 4)

Page 34: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

78

rinengga ocehe manuk sesautan (GPS, 2, 5)

nepusi tembang kebegjan(GPS, 2, 6)

iki bumi kinasih, dasih! (GPS, 2, 7)

panggone ngelak lan ngelih (GPS, 2, 8)

sapaora melik citrane ibu (GPS, 2, 9)

kang tuhu tresna marang putrane? (GPS, 2, 10)

delengen, (GPS, 2, 11)

among tani ing tengahsawah (GPS, 2,12)

nggemeni tanduran garbis lan blewah (GPS, 2, 13)

otot-otote prakosa, kulite werna cemani (GPS, 2, 14)

‘kringet kotos, dhadha nggilap (GPS, 2, 15)

pamandenge pindha landhepe glathi (GPS, 2, 16)

nanging krasa adhem mrebewani (GPS, 2, 17)

sapa sing ora kepranan ngrasakake sumilire angin, (GPS, 2, 18)

sinambi leledhang ing ngisor trembesi? (GPS, 2, 19)

iki bumi pertiwi, mitraku (GPS, 2, 20)

sing tansahawehasih asaah lan asuh (GPS, 2, 21)

kinalungan slendhange para hapsari (GPS, 2, 22)

tangan-tangan prakosa nyulap lemah ngare (GPS, 3, 1)

ing tembe dadi panggonan sumendhe (GPS, 3, 2)

kalamun lungkrah ing wayah sore (GPS, 3, 3)

saben dina terus makarya (GPS, 3, 4)

kanthi ati sumeleh (GPS, 3, 5)

lega, lila, legawa (GPS, 3, 6)

nyawijekake rasa syukur ing ngrasa-Ne (GPS, 3, 7)

pari sawuli kang sumimpen ing senthong tengah (GPS, 4, 1)

tetep dak pundhi dak aji-aji (GPS, 4, 2)

kanthi tresna suci (GPS, 4, 3)

dimen bisa kanggo seksi (GPS, 4, 4)

iki warisan tembang pungkasan: (GPS, 4, 5)

apa sliramu uga rumangsa handarbeni, mitraku? (GPS, 4, 6)

Terjemahan:

padi seikat ini ceritanya kecintaan diri

bwntuk bumiku tempat yang subur

gemah ripah loh jinawi

bersatu birunya samudra

menunggu kicauan burung bersautan

mengukur bunga keburuntungan

ini bumi kasih sayang, teman!

tempatnya haus dan lapar

siapa tidak memiliki gambaran ibu

yang nyata cinta terhadap putranya?

lihatlah,

hanya petani di tengah sawah

Page 35: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

79

merawat tanaman labu dan blewah

otot-ototnya perkasa, kulitnya warna hitam

keringat bercucuran, dada mengkilat

penglihatanya bagai tajamnya pisau

tetapi terasa dingin berwibawa

siapa yang tidak ingin merasakan sumilinya angon,

sambil santai di bawah trembesi?

ini bumi pertiwi, temanku

yang selalu memberi kasih, kekuatan dan ketenagan

berkalung selendangnya para bidadari

tangan-tangan perkasa mengubah tanah pegunungan

yang nanti menjadi tempat beristirahat

ketika lelah di waktu sore

setiap hari harus bekerja

sampai hati pasrah

lega, rela, ikhlas

menjadikan rasa syukur di hadap-Nya

padi seikat yang tersimpan d kamar tengah

tetap ku angkat dan sayang-sayang

dengan cinta suci

agar bisa untuk saksi

ini warisan lagur terakhir:

apa dirimu juga merasa memiliki, temanku

Terlihat bahwa setiap bait dalam guritan berjudul Guritan Pari

Sawuli terdapat pengulangan bunyi vokal a dan bunyi berakhiran h yang

menimbulkan bunyi merdu dan berirama.

5) Tancepna Maneh ‘Tancepna Maneh’

Kutipan:

tancepna maneh swiwi-swiwiku (TM, 3, 1)

munggah grayah-grayah pucuk plaza (TM, 3, 2)

andhok ing kentuky, disko sewengi natas (TM, 3, 3)

ing kana ana kringet lan luh (TM, 3, 4)

karaokene katrem kekidungan (TM, 3, 5)

tembang megatruh (TM, 3, 6)

aja kok sengguh jaman iki (TM, 4, 1)

isih kaya wingi, adhi (TM, 4, 2)

kabeh wis owah, kabeh wis gingsir (TM, 4, 3)

legakna atimu, lang ngasoakang taneg (TM, 4, 4)

sinambi rengeng-rengeng (TM, 4, 5)

Page 36: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

80

sisane gendhing pacul gowang (TM, 4, 6)

bakal ngangkangiawang-awang (TM, 4, 7)

Terjemahan:

tancapkan lagi sayap-sayapku

naik merangkak-rangkak ujung pohon

berhenti di kentuky, disko semalam suntuk

disana ada kringat dan air mata

karaokenya betah berdendangan

lagu megatruh

jangan kok kira jaman sekarang ini

masaih seperti kemarin, adhi

semua sudah berubah, semua sudah sirna

legakan hatimu, dan beristirahatlah yang puas

sambil bersenandung

sisanya lagu cangkul patah

akan melangkahi awang-awang

Terlihat bahwa setiap bait dalam guritan berjudul Tancepna Maneh

ini terdapat pengulangan bunyi sengau ng yang menimbulkan bunyi

merdu dan berirama.

6) Ziarah ‘Ziarah’

Kutipan:

dak tandur wangine kembang mlathi (Zr, 1, 1)

pinangka rabuk watu nisanmu (Zr, 1, 2)

ana lagu gumonthang (Zr, 1, 3)

mbarengi runtuhe kembang semboja (Zr, 1, 4)

siji mbaka siji (Zr, 1, 5)

tanpa dak rasa srengengeku bakal angslup (Zr, 2, 1)

kejepit nisan iki (Zr, 2, 2)

nadyan ora dak ranti (Zr, 2, 3)

Terjemahan:

ku tanam harumnya bunga melati

sebagai pupuk batu nisanmu

ada lagu berkumandang

bersamaan jatuhnya bunga kamboja

satu per satu

Page 37: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

81

tanpa ku rasa matahariku akan terbenam

terjepit nisan ini

walaupun tidak ku nanti

Rima antarbait terlihat dalam guritan berjudul Ziarah ini terdapat

pengulangan bunyi a diakhir baris. Bunyi vokal a diakhir kata-kata

menimbulkan bunyi merdu dan berirama.

7) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

ing padesan dadi pasren amiwiti jangkah kapisan (Ry, 2, 1)

gamelan talu bola-bali (Ry, 2, 2)

tinabuh tanpa wekasan (Ry, 2, 3)

manise kembang gula jawa, apura ingapura (Ry, 2, 4)

lampu-lampu blencong kekencaran (Ry, 2, 5)

riyayan ing padesan (Ry, 3, 1)

mbalekake balung-balung rapuh (Ry, 3, 2)

sawise dadi sanggan ing paran (Ry, 3, 3)

Terjemahan:

di desa menjadi tempat mengawali langkah pertama

gamelan talu terus berbunyi

dipukul tanpa akhir

manisnya bunga gula jawa, maaf sedalam-dalamnya

lampu-lampu blencong bersinar

lebaran di desa

mengembalikan tulang-tulang rapuh

sesudah menjadi beban di perantauan

Pada guritan di atas terlihat bahwa setiap bait dalam guritan berjudul

Riyayan ini terdapat pengulangan bunyi an yang menimbulkan bunyi

merdu dan berirama.

8) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1’

Kutipan:

sapa sing wani urip ing kene (MAA1, 1, 1)

nantang srengenge (MAA1, 1, 2)

Page 38: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

82

ing puthuk ngenthak-enthak (MAA1, 1, 3)

bayi sing metu saka kuping kae (MAA1, 1, 4)

gumlethak, (MAA1, 1, 5)

tinandhu alang-alang (MAA1, 1, 6)

kabeh kala tinantang (MAA, 1, 7)

: aku basukarna, (MAA, 1, 8)

anake ibu kunthi nalibrata (MAA, 1, 9)

sing ditemu kusir adhirata (MAA1, 1, 10)

apa isih kurang anggonmu munasika? (MAA1, 1, 12)

dhalange gumuyu lakak-lakak (MAA, 2, 1)

: karna, si bocah pidak pedarakan (MAA1, 2, 2)

dadi senopati mungsuh arjuna? (MAA1, 2, 3)

menthang gendhewa-gendhewa adhep-adhepan (MAA1, 3, 1)

ing perang baratayuda (MAA1, 3, 2)

karna tetep dadi paraga kalah mungsuh arjuna (MAA1, 3, 3)

angruwat papanistha wae (MAA1, 4, 1)

yagene kudu ora suwala (MAA1, 4, 2)

karo sing bisa njamu dewa-dewa (MAA1, 4, 3)

Terjemahan:

siapa yang berani hidup di sini

menantang matahari

di gunung yang sangat luas

bayi yang keluar dari kuping itu

tergeletak,

terhalang alang-alang

semua dijerat di tantang

:saya basukarna

anaknya ibu kunthi nalibrata

yang di temukan kusir adhirata

apa masih kurang apa yang kau perbuat?

dhalangnya tersenyum terbahak-bahak

: karna, si anak dari desa

menjadi senopati melawan arjuna?

menantang gagah berani berhadapan

di perang baratayuda

karna tetap menjadi pelaku kalah melawan arjuna

membersihkan tempat buruk

kenapa harus tidak bangga

kepada yang bisa menyambut dewa-dewa

Page 39: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

83

Pada guritan Medhitasi Alang-Alang 1 terlihat bahwa antar bait

terdapat pengulangan bunyi sengau ng yang menimbulkan bunyi merdu

dan berirama.

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

gumerite lawang gubug iki (TLN, 1, 1)

minagka paseksen wengi lan sore (TLN, 1, 2)

omah dadi swargane (TLN, 1, 3)

langit lan bumi durung kinunci (TLN, 1, 4)

emprit gantil neba ing sawah (TLN, 1, 5)

mapag dina paring sesulih (TLN, 1, 6)

srengenge mbirat ngelak lang ngelih (TLN, 1, 7)

nganam klasa ing mburitan (TLN, 2, 1)

milahi lan melahi jangka jumangkah (TLN, 2, 2)

sinambi nyawang laron lumebu geni (TLN, 2, 3)

apa ati wis mlebu bui? (TLN, 2, 4)

lesung jumengglung asung pawarta (TLN, 3, 1)

sesuk ana kidung gumonthang (TLN, 3, 2)

bedhug-bedhug ditabuh ndhrandhang (TLN, 3, 3)

Terjemahan:

berderitnya pintu gubug ini

sebagai saksi, malam dan sore

rumah menjadi surganya

langi dan bumi belum terkunci

emprit gantil jatuh di sawah

menjemput hari memberi pengganti

matahari terang haus dan lapar

menganyam tikar di belakang

memisah dan memilih jangka langkahnya

sambil memandang laron memasuki api

apa hati sudah masuk penjara?

lesung jumengglung memberi berita

besuk ada lagu berkumandang

gong-gong dibukul berdendangan

Page 40: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

84

Guritan berjudul Tembang Lemah Ngare ini terdapat pengulangan

bunyi sengau ng yang menimbulkan bunyi merdu dan berirama.

Sehingga bunyi yang ditimbulkan sangatlah harmonis.

10) Panen ‘Panen’

Kutipan:

sawise direwangi pindha adus kringet (Pn, 1, 1)

anggone ngupakara tanduran iki (Pn, 1, 2)

wis samesthine ing pungkase mangsa (Pn, 1, 3)

bakal panen (Pn, 1, 4)

-wong temen bakal tinemu, ndhuk! (Pn, 1, 5)

ngono simbah aweh sesorah (Pn, 2, 1)

ora mung manungsa butuh panggulawenthah (Pn, 2, 2)

nanging tanduran uga tinitah (Pn, 2, 3)

butuh tresna (Pn, 2, 4)

butuh asih (Pn, 2, 5)

-kang nandur wenang ngundhuh, ndhuk! (Pn, 2, 6)

semono uga atimu kang wissumadiya (Pn, 3, 1)

dadi pasren lan uritaneguritan (Pn, 3, 2)

wis sasesthine sliramu dhewe (Pn, 3, 3)

kang wenang ani-ani ulenan pari (Pn, 3, 4)

sinubya suka sukur maring allah (Pn, 3, 5)

aja wedi marang kang bakal anjrah rayah (Pn, 3, 6)

jalaran ing kono ana wewadi (Pn, 3, 7)

bakal tumurune berkah (Pn, 3, 8)

Terjemahan:

sesudah berjuang bagai mandi keringat’

dimana membedakan tanaman ini’

sudah semestinya di akhir musim’

akan panen’

-orang serius akan menemukan, nak!

begitu simbah memberi nasihat’

tidak hanya manusia butuh perawatan’

tetapi tanaman juga butuh’

butuh cinta’

butuh kasih’

-yang menanam berhak panen, nak!’

Page 41: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

85

begitu juga hatimu yang sudah punya niat’

menjadi taman indah dan cerita

sudah semestinya dirimu sendir

yang berhak ani-ani seikat padi

‘... suka syukur kepada allah

‘jangan takut kepada yang akan merebut paksa

‘karena di sana ada rahasia

akan turunya berkah

Rima setiap bait dalam guritan berjudul Panen di atas ini terdapat

pengulangan bunyi i yang menimbulkan bunyi merdu dan berirama.

Bunyi dalam puisi adalah hal yang penting untuk menggambarkan

suasana dalam puisi. Oleh karena itu pembaca puisi harus benar-benar

memperhatikan pengucapan kata-demi kata dalam puisi. Rima antarbait

memiliki struktur bunyi yang hampir sama dengan rima bait. Banyak

pengulangan kata dan bunyi yang sama antara satu dengan yang lainny.

Rima antarbait yang terdapat pada sepuluh guritan karya Widodo

Basuki menciptakan keindahan, keselarasan, keharmonisan bunyi dan

suasana. Hal ini membuat guritan menjadi lebih hidup. Pemilihan diksi

beserta perulangan bunyinya menimbulkan keindahan dalam guritan

tersebut sehingga menyebabkan pembaca terhanyut dan tertarik untuk

membaca guritan.

b. Homologues

Homolog adalah keseimbangan atau kesejajaran arti antara bait

dengan bait, antar baris dengan baris atau antara baris-baris dengan bait-

bait. Homolog berfungsi untuk menimbulkan orkestrasi dan irama yang

menyebabkan liris. Homolog dalam sepuluh guritan karya Widodo Basuki

adalah sebagai berikut :

Page 42: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

86

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

ing pungkase gamelan talu (DM, 1, 1)

dupa kemelun dadi daging (DM, 1, 2)

ukara dadi roh (DM, 1, 3)

hong, sepisan dadi (DM, 1, 4)

kelir manjilma jagad (DM, 1, 5)

blencong dadi srengenge (DM, 1, 6)

ing ngisore janur malengkung (DM, 2, 1)

adam lan babu kawa campur dewa-dewa (DM, 2, 2)

njumputi kama tumiba (DM, 2, 3)

dibungkusi kulit (DM, 2, 4)

dikemuli wewayangan (DM, 2, 5)

Terjemahan:

di akir gamelan pertunjukan wayang

kemenyan berasap menjadi daging

kalimat menjadi roh

hong, pertama jadi

kelir berubah semesta

blencong menjadi matahari

di bawahnya janur melengkung

adam dan kaum hawa bercampur dewa-dewa

mengambili cinta yang jatuh

terbungkus kulit

berslimut bayangan

Bait guritan di atas menjelaskan pertunjukan wayang. Bait kedua

memperjelas bahwa kelir menggambarkan seperti alam semesta. Mantra

yang dibacakan seolah-olah menjadikan kehidupan yang baru. Kedua bait

tersebut terkait dan saling mengikat maknanya.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

wis pecah wujude cengkir gadhing (CG, 1, 2)

saka pikiran wening, dimen eling (CG, 1, 2)

saka kene tumetese banyu suci (CG, 1, 3)

bisa kanggo tamba ngelak salawase (CG, 1, 4)

Page 43: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

87

kanggo bukak langit lan bumi (CG, 1, 5)

ing wit klapa gadhing iku ndhisik (CG, 2, 1)

bocah-bocah penekan, plurutan (CG, 2, 2)

nggogrokake dhompolanane, mbiyki tapas-tapase (CG, 2, 3)

cengkir gadhing dienggo dolanan (CG, 2, 4)

disesep-sesep banyune (CG, 2, 4)

diklamuti putih daginge (CG, 2, 5)

sing tininggal kari bathok sepasang (CG, 2, 6)

Terjemahan:

sudah pecah wujudnya cengkir gadhing

dari pikiran jernih, supaya ingat

dari sini menetesnya air suci

bisa berguna obat haus selamanya

berguna membuka langi dan bumi

di pohon kelapa gadhing itu dahulu

anak-anak panjatan, dan prosotan

menjatuhkan buahnya, membuka tapas-tapasnya

cengkir gadhing digunakan bermain

dihisap-hisap airnya

yang tertinggal hanya tempurung sepasang

Pada kutiapan di atas guritan Cengkir Gading menunjukan adanya

homolog . pada bait kesatu menggambarkan bagaimana cengkir gadhing

disimbolkan mempunyai manfaat kehidupan dalam upacara tradisi dan

diikuti bait kedua menggambarkan pada jaman dahulu hanya sebagai

sarana permainan anak-anak dan tidak mempunyai manfaat. Hal ini

menunjukan pada guritan Cengkir Gadhing terdapat homolog yang

mengakibatkan pengkatan makna antar bait dan bait

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

selembar godhong suruh (MGS, 1, 1)

ginulung tinalenan sahadat rosul (MGS, 1, 2)

kembang mayang binukak (MGS, 1, 3)

godhong suruh dadi tumbak (MGS, 1, 4)

wekasan manjing pungkasan (MGS, 1, 5)

Page 44: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

88

pungkasan manjing wekasan (MGS, 1, 6)

Terjemahan:

satu lembar daun suruh

tergulung tertali sahadat rosul

kembang mayang terbuka

daun suruh menjadi tumbak

akir masuk akiran

akiran masuk akir

Pada guritan Medhitasi Godhong Suruh pada kutiapan bait di atas

menjelaskan bahwa godhong suruh dan kembar mayang sebagai simbol

kerserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam kehidupan pernikahan.

Bait tersebut saling terkait dan mengikat untuk menjelaskan dalam

upacara adat terdapat makna tertentu.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

pari sawuli iki tetep sumimpen ing senthong tengah (GPS, 1, 1)

dak emi-emi pindha dewi sri (GPS, 1, 2)

dak dama-dama pindho raden sadana (GPS, 1, 3)

ing tembe bisaa amaregi (GPS, 1, 4)

ing tembe dadia pusaka(GPS, 1, 5)

tumancep ing tanah bawera (GPS, 1, 6)

thukul ngrmbaka mekrok kembange (GPS, 1, 7)

dadi sawijining generasi (GPS, 1, 8)

pari sawuli iki critane katresnan jati (GPS, 2, 1)

wujud bumiku tlatah kang subur (GPS, 2, 2)

gemah ripah loh jinawi (GPS, 2, 3)

linabur birune samodra (GPS, 2. 4)

rinengga ocehe manuk sesautan (GPS, 2, 5

nepusi tembang kabegjan (GPS, 2, 6)

iki bumi kinasih, dasih! (GPS, 2, 7)

Terjemahan:

padi seikat ini tetap tersimpan di kamar tengah

disayang-sayang seperti dewi sri

dimanja-manja seperti raden sadana

yang nanti jadilah mengenyangkan

Page 45: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

89

yang nanti jadilah senjata

tertancap di tanah luas

tumbuh subur mekar bunganya

padi seikat ini ceritanya kecintaan diri

bentuk bumiku tempat yang subur

gemah ripah loh jinawi

bercampur birunya samudra

menunggu kicauan burung bersautan

mengukur lagu keberuntungan

ini bumi tercinta, teman!

Guritan Pari Sawuli simetri ditunjukan pada bait satu yang

dilanjutan bait kedua bahwa seikat padi menjadikan harapan yang sangat

besar yang bisa dijadikan senjata untuk kehidupan yang akan datang

untuk menahan rasa lapar dan sebagai persedianmakanan. Begitupula

bumi pertiwi yang digambarkan tempat yang subur dan menghasilkan

sumber daya alam yang melimpah. Sehingga menunjukan adanya ikatan

makna antar bait.

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

tancepna maneh swiwi-wiwiku (TM, 3, 1)

munggah grayah-grayah pucuk plaza (TM, 3, 2)

andhok ing kuntuky, disko sewengi natas (TM, 3, 3)

ing kana ana kringet lan luh (TM, 3, 4)

karaokene katrem kekidungan (TM, 3, 5)

tembang megatruh (TM, 3, 6)

aja kok sengguh jaman iki (TM. 4, 1)

isih kaya wingi, adhi (TM, 4, 2)

kabeh wis owah, kabeh wis gingsir (TM, 4, 3)

legakna atimu, lan ngasoa kang taneg (TM, 4, 4)

sinambi rengeng-rengeng (TM, 4, 5)

sisane gendhing pacul gowang (TM, 4, 6)

bakal ngangkangi awang-awang (TM, 4, 7)

Terjemahan:

tancapkan lagi sayap-sayapku

Page 46: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

90

naik merangkak-rangkak ujung plaza

berhenti di kuntuky, disko semalam suntuk

di sana ada kringat dan air mata

karaokenya betah berdendangan

lagu megatruh

jangan dikira jaman sekarang

masih seperti kemarin, adik

semuah sudah berubah, semua sudah sirna

legakan hatimu, dan istirahatlah yang puas

sambil bersenandung

sisanya lagu cangkul patah

akan melangkahi awang-awang

Guritan Tancepna Maneh homolog terdapat antar bait dan bait,

baris dan baris. Bait ketiga menggambarkan keadaan jaman sekarang

yang dipenuhi dengan kemodernan berbanding terbalik dengan jaman

dahulu, karena pada jaman sekarang sudah jarang ditemukan kebudayaan

yang pernah ada.

6) Ziarah ‘Ziarah’

Kutipan:

dak tandur wangine kembang melathi (Zr, 1, 1)

pinagka rabuk watu nisanmu (Zr, 1, 2)

ana lagu gumonthang (Zr, 1, 3)

mbarengi runtuhe kembang semboja (Zr, 1, 4)

siji mbaka siji (Zr, 1, 5)

Terjemahan:

ku tanam wanginya bunga melati

sebagai pupuk batu nisanmu

ada lagu berkumandang

bersamaan gugurnya bunga kemboja

satu per satu

Homolog yang terdapat pada guritan Ziarah yang mengikat makna

bahwa bunga melati sebagai simbol untuk doa terhadap leluhur begitu

Page 47: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

91

pula lagu diibaratakan sebagai pujian-pujian doa sebagaimana ziarah

yang dilakukan kebanyakan orang lainnya.

7) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

riyayan ing ing padesan saben taun (ry, 1, 1)

kembang mekar maneh sandhuwure kubur (Ry, 1, 2)

nancepake gegantilane benang leluhur (Ry, 1, 3)

ndhedher wiji karosan (Ry, 1, 4)

urip bareng ombak-ombak (Ry, 1, 5)

urip kembul bojana bareng sanak (Ry, 1, 6)

ngrahapi nyamikan, wedang gula jawa (Ry, 1, 7)

ngluberake pangaksama (Ry, 1, 8)

Terjemahan:

lebaran di pedesaan setiap tahun

bunga mekar kembali diatasnya makam

menancapkan penerus benang leluhur

membukak biji kekuatan

hidup bersama ombak-ombak

hidup berbagi pesta bersama keluarga

memakan camilan, minum gula jawa

mengungkapkan permohonan maaf

Kutiapan bait di atas terdapat homolog yang menimbulkan makna

antarbait saling terkait dan mengikat bahwa setiap tahun bunga

bermekaran membuka kekuatn dan hidup bersama ombak-ombak begitu

pula manusia ketika lebaran membuka pintu hati dan saling memaafkan

dari kesalahan-kesalahan dan kemudian berbahagia bersama. Melakukan

pesta bersama dengan sanak keluarga dan saling memaafkan.

8) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1’

Kutipan:

menthang gendhewa-gendhewa adhep-adhepan (MAA1, 3, 1)

ing perang baratayuda (MAA1, 3, 2)

karna tetep dadi paraga kalah mungsuh arjuna (MAA1, 3, 3)

Page 48: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

92

angruwat papanistha wae (MAA1, 4, 1)

yagene kudu ora suwala (MAA1, 4, 2)

karo sing bisa njamu dewa-dewa (MAA1, 4, 3)

Terjemahan:

menantang gagah berani berhadapan

di perang baratayuda

karna tetap menjadi pelaku kalah melawan arjuna

membersihkan tempat buruk

kenapa harus tidak bangga

kepada yang bisa menyambut dewa-dewa

Pada guritan di atas dijelaskan bahwa basukarna seseorang yang

biasa namun yang sebenarnya anak dewi yang kekuatanya tak kalah

dengan arjuna.

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

gumurite lawang gubug iki (TLN, 1, 1)

minangka paseksen, wengi lan sore (TLN, 1, 2)

omah dadi swargane (TLN, 1, 3)

langit lan bumi durung kinunci (TLN, 1, 4)

emprit gantil neba ing sawah (TLN, 1, 5)

mapag dina paring sesulih (TLN, 1, 6)

srengenge mbirat ngelak lan ngelih (TLN, 1, 7)

enggal rebuten popok-popok wewe (TLN, 4, 1)

kanggo nyulap sabrang gawe (TLN, 4, 2)

Terjemahan:

berderitnya gubug ini

sebagai saksi, malam dan sore

rumah menjadi surganya

langit dan bumi belum terkunci

emprit gantil jatuh di sawah

menjemput hari memberi pengganti

matahari bersinar haus dan lapar

cepat rebutlah popok-popok wewe

untuk mengubah tepi pekerjaan

Page 49: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

93

Kutiapan bait di atas menjelaskan bahwa sebuah gubug menjadi

saksi atas kerja kerasnya seseorang yang hidup di desa dan berharap akan

adanya perubahan begitu pula rebuten popok-popok wewe menunjukan

untuk bekerja keras untuk merebut atau mencari rejeki untuk perubahan

yang akan datang. Kedua bait tersebut saling berkait dan mengikat

makna.

10) Panen ‘Panen’

Kutipan:

sawise direwangi pindho adus kringet (Pn, 1, 1)

anggone ngupakara tanduran iki (Pn, 1, 2)

wis samesthine ing pungkase mangsa (Pn, 1, 3)

bakal panen (Pn, 1, 4)

-wong temen bakal tinemu, ndhuk! (Pn, 1, 5)

ngono simbah aweh sesorah (Pn 2, 1)

ora mung manungsa butuh panggulawenthah (Pn, 2, 2)

nanging tanduran uga tinitah (Pn, 2, 3)

butuh tresna (Pn, 2, 4)

butuh asih (Pn, 2, 5)

-kang nandur wenang ngundhuh, ndhuk! (Pn, 2, 6)

Terjemahan:

sesudah berjuang seperti mandi keringat

dimana memilah tanaman inI

sudah semestinya di akhir musim

akan panen

-orang serius akan menemukan, nak!

begitu simbah memberi nasehat

tidakk hanya manusia butuh kasihsayang

butuh cinta

butuh kasih sayang

-yang menanam berhak panen, nak!

Pada guritan Panen pada kutiapan bait di atas menjelaskan makna

bahwa tidak hanya manusia yang butuh perawatan kasih dan sayang

supaya tumbuh dengan baik begitu pula dengan tanaman juga butuh

Page 50: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

94

perawatan dengan kasih sayang supaya panen yang memuaskan. Kedua

bait tersebut saling terkait dan mengikat.

Kesepuluh guritan Widodo Basuki secara keseluruhan homolog

yang terdapat guritan tersebut berupa pemenggalan dari baris satu ke baris

yang lain. setiap baris saling menguatkan makna yang akan diungkapkan

dalam guritan sehingga membentuk keselarasan makna yang liris.

c. Enjambemen

Enjambemen adalah pemutusan kalimat untuk ditekan pada baris

berikutnya. Enjambemen dalam puisi bertujuan untuk memberi tekanan

makna pada kalimat tersebut. Pemutusan kalimat ini juga bertujuan agar

memudahkan membaca dalam memahami makna serta untuk mencapai satu

kesatuan makna dalam tiap kelompok kata pada tiap barisnya. Enjambemen

dalam sepuluh guritan karya Widodo Basuki adalah sebagai berikut :

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

hong, sepisan dadi (DM, 1, 4)

kelir manjelma jagad (DM, 1, 5)

Terjemahan:

hong, pertama menjdi

kelir menjilma semseta

Kata dadi dipenggal untuk memberikan penekanan pada kata kelir

yang artinya kelir diibaratkan alam semesta atau pusat kehidupan

manusia.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

Page 51: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

95

ing wit klapa gadhing iku ndhisik (CG, 2, 1)

bocah-bocah penekan, plurutan (CG, 2, 2)

Terjemahan:

di pohon kelapa gadhing itu dulu

anak-anak panjatan, prosotan

Pemenggalan kata ndhisik dan bocah-bocah memperjelas hubungan

bahwa ketika masih kecil atau jaman dahulu pohon kelapa hanya untuk

dipakai untuk bermain.

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhtasi Daun Suruh’

Kutipan:

godhong suruh gilang-gumilang (MGS, 2, 2)

cahyane bang ketebang (MGS, 2, 3)

Terjemahan:

daun suruh bersinar benderang

cahayanya sedikit terlihat

Kata gilang-gumilang dipenggal untuk memberikan penekanan

pada kata cahyane yang artinya adanya cahaya yang terang benderang

untuk kehidupan yang akan datang.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

tumancep ing tanah bawera (GPS, 1, 6)

thukul ngrembaka mekrok kembange (GPS, 1, 7)

dadi sawijining generasi (GPS, 1, 8)

Terjemahan:

tertancap di tanah luas

tumbuh subur mekar bunganya

menjadi salah satu generasi

Page 52: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

96

Kata bawera dipenggal untuk memberikan penekanan pada kata

thukul yang artinya tumbuh ditanah yang luas dan menjadikan harapan

untuk hidup.

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

aja kok sengguh jaman iki (TM, 4, 1)

isih kaya wingi, adhi (TM, 4, 2)

Terjemahan:

jangan kau kira jaman sekarang ini

masaih seperti kemarin, adhi

Pemenggalan iki dan isih memperjelas hubungan bahwa jaman

sekarang jangan dibandingkan seperti jaman dahulu yang masih memiliki

kebudayaan yang masih terjaga.

6) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

gumerite lawang gubug iki (TLN, 1, 1)

minagka paseksen wengi lan sore (TLN, 1, 2)

Terjemahan:

berderitnya pintu gubug ini

sebagai saksi, malam dan sore

Pemenggalan kata iki bertujuan untuk memberikan penekanan pada

kata minangka. Hal ini menciptakan arti pintu rumah menjadi saksi atas

kehidupan yang ada di tanah pegunungan.

7) Panen ‘Panen’

Kutipan:

anggone ngupakara tanduran iki (Pn, 1, 2)

wis samesthine ing pungkase mangsa (Pn, 1, 3)

Page 53: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

97

bakal panen (Pn, 1, 4)

Terjemahan:

dimana membedakan tanaman ini

sudah semestinya di akhir musim

akan panen

Kata iki dipenggal untuk memberikan penekanan pada kata wis

yang menunjukan dalam menjalankan hidup akan ada saatnya di akhir

nanti ada hasilnya yang akan didapat oleh setiap manusia.

d. Tipografi

Tipografi adalah pembedaan yang penting antara puisi dan prosa.

Dalam puisi, peran tipografi sangat berpengaruh dalam pembangunan

makna. Tipografi pada guritan karya Widodo Basuki dapat dilihat sebagai

berikut :

a) Judul

Penulisan judul pada guritan karya Widodo Basuki dalam Antologi

Guritan Medhitasi Alang-Alang menggunakan huruf kapital semua dengan

dicetak tebal dan miring. Diketik dengan mesin komputer dengan ukuran

huruf yang lebih besar daripada huruf dalam bait dan baris guritan. Tata

letak judul dengan format align text left atau rata kiri.

b) Pembaitan

Guritan dengan bait paling sedikit yakni hanya terdiri dari 2 bait

yaitu guritan berjudul Cengkir Gadhing, Medhitasi Godhong Suruh, dan

Ziarah. Guritan Dongeng Mistis, Riyayan dan Panen terdiri dari 3 bait.

Guritan Guritan Pari Sawuli, Medhitasi Alang-Alang 1 dan Tembang

Page 54: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

98

Lemah Ngare terdiri dari 4 bait. Guritan Tancepna Maneh terdiri dari 5

bait.

Widodo Basuki memperlihatkan kebebasan dalam berekspresi

dengan membuat guritan dengan jumalah bait yang tidak menentu, bebas

dan tidak terikat dengan metrum. Secara keseluruhan guritan karya Widodo

Basuki mempunyai bait-bait yang relatif sedikit, yakni 2 sampai 3 bait

namun juga terdapat bait antara 4 sampai 5 bait.

c) Jumlah Baris

Pada guritan Dongeng Mistis jumlah baris pada bait pertama 5,

bait kedua 5, bait ketiga 2. Guritan Cengkir Gadhing jumlah baris pada bait

pertama 5, bait kedua 6. Guritan Medhitasi Godhong Suruh jumlah baris

bait pertama 6, bait kedua 3. Pada guritan, Guritan Pari Sawuli jumlah

baris pada bait pertama 8, bait kedua 22, bait ketiga 7, bait keempat 6.

Guritan Tancepna Maneh jumlah baris pada bait pertama 5, bait kedua 5,

bait ketiga 6, bait keempat 7, bait kelima 3.

Jumlah baris padaguritan Ziarah pada bait pertama 5, bait kedua 3.

Guritan Riyayan jumlah baris pada bait pertama 8, bait kedua 5, bait ketiga

3. Guritan Medhitasi Alang-Alang 1 jumlah baris pada bait pertama 11, bait

kedua 3, bait ketiga 3, bait keempat 3. Guritan TembangLemah Ngare

jumlah baris pada bait pertama 7, bait kedua 4, bait ketiga 3, bait keempat

2. Pada guritan Panen jumlah baris pada bait pertama 5, bait kedua 6, bait

ketiga 8.

Keseluruhan guritan karya Widodo Basuki tidak memiliki aturan

tertentu dalam pembarisan atau bisa dikatakan bermetrum bebas. Untuk

Page 55: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

99

memudahkan mengidentifikasi baris, kalimat yang diteruskan tidak

dihitung dalam baris sebelumya tetapi dihitung dalam bari berbeda.

Beberapa bait terdapat kutipan-kutipan seperti mantra dan percakapan yang

tidak dihitung dalam jumlah baris. Rata-rata guritan karya Widodo Basuki

memlliki jumlah baris yang pendek.

d) Pemakaian Huruf

Pemakaian huruf pada sepuluh guritan karya Widodo Basuki

dalam Antologi Guritan Medhitasi Alang-Alang mayoritas menggunakan

huruf kecil. Tidak ada pemakaian huruf kapital pada awal guritan begitu

pula tidak adanya pemakaian huruf kapital pada awal bait.

Dlihat dari keseluruhan guritan dapat diketahui bahwa gaya

penulisan Widodo Basuki bersifat bebas, tidak terikat oleh aturan dalam

pemakaian huruf kapital dan sebagainya. Cara penulisan seperti ini tidak

membuat pembaca jenuh dalam pembacaan guritan, dimana menjadi

pembeda penulisan karya beliau yang berbentuk guritan dengan prosa.

e) Pemakaian Tanda Baca

Widodo Basuki masih menggunakan tanda baca dalam guritan karyanya.

Berbagai tanda baca seperti koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda

hubung (-), dan tanda titik dua ( : ). Tanda baca yang digunakan oleh

Widodo Basuki dapat dilihat sebagai berikut :

1) Dongeng mistis ‘Dongeng Mistis’

Kutipan:

hong, sepisan dadi (DM, 1, 4)

adam lan babu kawa campur dewa-dewa (DM, 2, 2)

Page 56: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

100

Terjemahan:

hong, pertama menjdi

adam dan kaum hawa bercampur dewa-dewa

Tanda baca yang digunakan dalam guritan Dongeng Mistis adalah

tanda koma (,) dan tanda hubung (-). Tanda koma menunjukan pemisah

atau jeda untuk menekankan kata selanjutnya, sedangkan tanda hubung

untuk pengulangan kata.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Kutipan:

bocah-bocah penekan, plurutan (CG, 2, 2)

nggogrokake dhompolane, mbiyaki tapas-tapase (CG, 2, 3)

Terjemahan:

anak-anak panjatan, prosotan

menjatuhkan buah, membuka tapas-tapasnya

Kutipan di atas terdapat tanda baca yang digunakan dalam guritan

Cengkir Gadhing adalah tanda koma (,) dan tanda hubung (-). Tanda

koma menunjukan pemisah atau jeda untuk menekankan kata

selanjutnya, sedangkan tanda hubung untuk pengulangan kata.

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Kutipan:

godhong suruh gilang-gumilang (MGS, 2, 2)

Terjemahan:

daun suruh terang-benderang

Guritan Medhitasi Godhong Sirih tanda baca yang digunakan

adalah tanda baca hubung (-) yang berfungsi untukpengulangan kata.

Page 57: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

101

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Kutipan:

dak emi-emi pindha dewi sri (GPS, 1, 2)

dak dama-dama pindho raden sadana (GPS, 1, 3)

iki bumi kinasih, dasih! (GPS, 2, 7)

sinambi leledhang ing ngisor trembesi? (GPS, 2, 19)

Terjemahan:

ku sayang-sayang bagai dewi sri

dimanja-manja bagai raden sadana

ini bumi kasih sayang, teman!

yang nyata cinta terhadap putranya?

Tanda baca yang digunakan dalam Guritan Pari Sawuli adalah

tanda hubung (-), koma (,), tanda seru (!) dan tanda tanya (?). Tanda

hubung berfungsi untuk pengulangan kata, tanda koma menunjukan

pemisahan atau jeda untuk menekankan kata selanjutnya, tanda seru

berfungsi untuk menujukan perasaan atau suara tinggi dan sering

menandai akhir suatu kalimat dan tanda tanya digunakan untuk

menandakan akhir kalimat pada kalimat pertanyaan.

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Kutipan:

tancepna maneh swiwi-swiwiku (TM, 1, 1)

lumantar sumilire angin(TM, 1, 5)

:cempe-cempe

kabeh wis owah, kabeh wis gingsir (TM, 4, 3)

legakna atimu, lang ngasoa kang taneg (TM, 4, 4

Terjemahan:

tancapkan lagi sayap-sayapku

lewat sumilirnya angin

:cempe-cempe

Page 58: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

102

semua sudah berubah, semua sudah sirna

legakan hatimu, dan beristirahatlah yang puas

Tanda baca yang digunakan dalam guritan Tancepna Maneh

adalah tanda hubung (-), titik dua ( : ) dan koma (,). Tanda hubung untuk

perulangan kata, titik dua berguna untuk memberi bukti dan penjelasan

dan tanda koma berfungsi untuk menunjukan pemisahan atau jeda untuk

menekankan kata selanjutnya.

6) Riyayan ‘Lebaran’

Kutipan:

urip bareng ombak-ombak (Ry, 1, 5)

mgrahapi nyamikan, wedang gula jawa (Ry, 1, 7)

Terjemahan:

hidup bersama ombak-ombak

memakan camilan, minum gulang jawa

Pada kutipan di atas tanda baca yang digunakan dalam guritan

Riyayan adalah tanda hubung (-) dan tanda koma (,). Tanda hubung

untuk perulangan kata, sedangkan tanda koma menunjukan pemisah atau

jeda untuk menekankan kata selanjutnya.

7) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1l’

Kutipan:

gumlethak, (MAA1, 1, 5)

tinandhu alang-alang (MAA1, 1, 6)

: aku basukarna, (MAA1, 1, 8)

apa isih kurang anggonmu munasika? (MAA1, 1, 11)

Terjemahan:

tergeletak,

terhalang alang-alang

:saya basukarna

Page 59: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

103

apa masih kurang apa yang kau perbuat?

Terdapat tanda baca yang digunakan dalam guritan Medhitasi

Alang-Alang 1 adalah tanda koma (,), tanda hubung (-), titik dua ( : ) dan

tanda tanya (?). Tanda koma menunjukan pemisah atau jeda untuk

penekanan kata selanjutnya, tanda seru digunakan untuk menujukan

perasaan atau suara tinggi dan sering menandai akhir suatu kalimat, tanda

hubung untuk perulangan kata, titik dua untuk memberi bukti dan

penjelasan dan tanda tanya untuk menandakan akhir kalimat pada kalimat

pertanyaan.

8) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Kutipan:

apa ati wis mlebu bui? (TLN, 2, 4)

enggal rebuten popok-popok wewe (TLN, 4, 1)

kanggo nyulap sabrang gawe (TLN, 4, 2)

:gendhuk, enggal turua kang taneg

sawise iku,

wong tuamu ajarana mlaku.

Terjemahan:

apa hati sudah masuk penjara?

cepat rebutlah popok-popok wewe

untuk mengubah tepi pekerjaan

:nak, cepat tidurlah yang puas

sesudah itu,

orang tuamu ajarilah berjalan.

Pada kutipan tersebut tanda baca yang digunakan dalam guritan

Tembang Lemah Ngare adalah tanda tanya (?), tanda hubung (-), titik dua

( : ), koma (,) dan tanda titik (.). Tanda tanya untuk menandakan akhir

kalimat pada kalimat pertanyaan, tanda hubung untuk perulangan kata,

Page 60: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

104

titik dua untuk memberi bukti dan penjelasan, tanda koma untuk

menunjukan pemisahan atau jeda untuk menekankan kata selanjutnya

dan tanda titik untuk menandakan akhir kalimat.

9) Panen ‘Panen’

Kutipan:

kang wenang ani-ani ulenan pari (Pn, 3, 4)

Terjemahan:

yang berhak ani-ani seikat padi

Tanda baca yag digunakan dalam guritan Panen adala tanda baca

hubung (-) yang berfungsi untuk perulangan kata.

Dari pembahasan pemakaian tanda baca dalam guritan karya

Widodo Basuki dapat dapat disimpulkan bahwa tanda baca yang digunakan

masih sesuai fungsi yang semestinya. Tanda hubung digunakan untuk

pengulangan kata, tanda koma untuk memberikan jeda, tanda seru untuk

penekanan nada yang lebih tinggi, titik dua untuk memberi bukti dan

penjelasan, tanda tanya menandakan akhir kalimat pada kalimat pertanyaan

dan tanda titik untuk mengakhiri guritan. Hanya terdapat satu guritan yang

tidak terdapat tanda baca yaitu guritan Ziarah.

4. Matriks, Model dan Varian

Untuk membuka sajak supaya dapat dipahami, dalam konkretisasi puisi

haruslah dicari matriks atau kata kuncinya. Kata-kata kunci adalah kata yang

menjadi kunci penafsiran sajak yang dikonkretisasikan. Matriks-matriks yang

terdapat dalam sepuluh guritan karya Widodo Basuki sebagai berikut:

Page 61: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

105

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

ing pungkasane gamelan talu

dupa kemelun dadi daging

ukara dadi roh

hong, sepisan dadi

kelir manjelma jagad

blencong dadi srengenge

ing ngisore janur malengkung

adam lan babu kawa campur dewa-dewa

njumputi kama tumiba

dibungkusi kulit

dikemuli wewayangan

wong jawa

senengane dolanan nyawa

Matriks pada guritan Dongeng Mistis adalah ‘gambaran

pertunjukan wayang’ dan merupakan gambaran kehidupan manusia di

dunia ini.matriks ini ditransformasikan menjadi model gamelan talu, dupa

kemelun, kelir manjelma jagad, blencong dadi srengenge, dan janur

melengkung.

Varian-varian pada guritan Dongeng Mistis yaitu (1) pertunjukan

wayang dimulai dengan memukul gamelan yng disebut gamelan talu, (2)

pertunjukan wayang menggunakan dupa atau menyan yang dipercaya

sebagai penghubung dengan makhluk ghaib, (3) orang jawa

menggambarkan pertunjukan wayang sebagai gambaran kehidupan di

dunia.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

wis pecah wujude cengkir gadhing

saka pikiran wening, dimen eling

saka kene tumetese banyu suci

bisa kanggo tamba ngelak salawase

kanggo mbukak langit lan bumi

Page 62: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

106

ing wit klapa gadhing iku ndhisik

bocah-bocah penekan, plurutan

nggogrokake dhompolane, mbiyaki tapas-tapase

cengkir gadhing dienggo dolanan

disesep-sesep banyune

diklamuti putih daginge

sing tininggal mung kari bathok sepasang

manjing jroning dhadha

manjing jroning jiwa

kanggo madhai tumetese donga

kanggo urubing dahana

Matriks pada guritan Cengkir Gadhing adalah ‘fungsi cengkir

gadhing’ dan ‘gambaran anak muda yang masih polos’, kemudian model

ditransformasikan menjadi model pada guritan Cengkir Gadhing yaitu wis

pecah wujude cengkir gadhing, pikiran wening, banyu suci, wit klapa

gadhing, bocah-bocah penekan, plurutan, diklamuti putih daginge dan

cengkir gadhing dienggo dolanan’

Varian-varian pada guritan Cengkir Gadhing yaitu (1) cengkir

gadhing yang digambarkan sebagai pikiran yang jernih, polos dan berani

seperti anak muda yang masih memiliki sifat seperti tersebut. (2) cengkir

gadhing yang sekarang ini masih di gunakan sebagai pelengkap upacara

adat yang di maknai sebagai pikiran yang polos akan mampu membawa

kehidupan yang akan datang menjadi lebih baik, (3) menceritakan cengkir

gadhing dahulunya hanya sebagai tempat atau sarana bermain anak-anak

namun di kembangkan menjadi perlengkapan upacara yang di maknai

sebagai wujud kejernihan atau kepolosan pikirian seseorang.

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Sirih’

salembar godhong suruh

ginulung tinalenan sahadat rosul

kembang mayang binukak

godhong suruh dadi tumbak

Page 63: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

107

wekasan manjing pungkasan

pungkasan manjung wekasan

dhadhung awuk ambruk sinuduk

godhong suruh gilang-gumilang

cahyane bang ketebang

Matriks pada guritan Medhitasi Godhong Suruh adalah ‘simbol

yang digunakan dalam sebuah upacara adat’. Model pada guritan di atas

yaitu salembar godhong suruh, kembang mayang, godhong suruh dadi

tumbak, dan cahyane.

Varian pada guritan Medhitasi Godhong Suruh yaitu (1) daun

suruh yang diikat dengan benang ibiratanya hubungan yang sangat erat

dalam pernikahan, (2) daun suruh sebagai tumbak yang menggambarkan

bahwa hubungan akan terjalin selamanya yang akir menjadi akir dan

sebaliknya.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

pari sawuli iki tetep sumimpen ing senthong tengah

dak emi-emi pindha dewi sri

dak dama-dama pindho raden sadana

ing tembe bisaa amaregi

ing tembe dadia pusaka

tumancep ing tanah bawera

thukul ngrembaka mekrok kembange

dadi sawijining generasi

pari sawuli iki critane katresnan jati

wujud bumiku tlatah kang subur

gemah ripah low jinawi

linabur birune samodra

rinengga ocehe manuk sesautan

nepusi tembang kebegjan

iki bumi kinasih, dasih!

panggone ngelak lan ngelih

sapa ora melik citrane ibu

kang tuhu tresna marang putrane?

delengen,

among tani ing tengah sawah

Page 64: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

108

nggemeni tanduran garbis lan blewah

otot-otote prakosa, kulite werna cemani

‘kringet kotos, dhadha nggilap

pamandenge pindha landhepe glathi

nanging krasa adhem mrebewani

sapa sing ora kepranan ngrasakake sumilire angin,

sinambi leledhang ing ngisor trembesi?

iki bumi pertiwi, mitraku

sing tansah aweh asih asaah lan asuh

kinalungan slendhange para hapsari

tangan-tangan prakosa nyulap lemah ngare

ing tembe dadi panggonan sumendhe

kalamun lungkrah ing wayah sore

saben dina terus makarya

kanthi ati sumeleh

lega, lila, legawa

nyawijekake rasa syukur ing ngrasa-Ne

pari sawuli kang sumimpen ing senthong tengah

tetep dak pundhi dak aji-aji

kanthi tresna suci

dimen bisa kanggo seksi

iki warisan tembang pungkasan:

apa sliramu uga rumangsa handarbeni, mitraku

Matriks pada Guritan Pari Sawuli adalah padi ‘harapan seorang

petani’ dan ‘kerja keras seorang petani’. Matriks ini di transformasikan

menjadi model yaitu: pari sawuli tetep sumimpen ing senthong, dak emi-

emi pindho dewi sri, otot prakoso,kringet kotos dan pemandange landep

pindho glathi.

Varian-varian pada Guritan Pari Sawuli yaitu (1) petani selalu

berharap akan tumbuh subur tanamanya agar bisa menghidupi anak-

anaknya kedepanya, maka dari itu petani selalu menyimpan dengan baik

hasil panenya di dalam senthong atau kamar tengah. (2) para petani selalu

bekerja keras merawat padi yang di tanamnya di sawah dengan penuh

cinta kasih sayang, selalu berusaha supaya padinya mendapatkan hasi

Page 65: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

109

panen yang memuaskan dengan merawat dengan cara atau langkah yang di

lakukan petani.

5) Tancepna Maneh ‘Tancapakan Lagi’

tancepna maneh swiwi-swiwiku

nganggo pucuking glathi

ing plataran katresnanmu

kareben bocah-bocah bali lelagon

lumantar sumilire angin

:cempe-cempe

undangna barat gedhe

tak opahi duduh tape

yen kurang goleka dhewe

heee...

tancepna maneh swiwi-swiwiku

kinemulan pinjung kluwung malengkung

nalika grimis riwis-riwis

isih nelesi gorokan

kareben bocah-bocah bali tetembangan

: uda celak kali banjir

iwak cethak padha minggir

mbah sakiyem nandur cipir

rambatane kayu dhondhong

mbah, jembutmu kobong

heee...

tancepna maneh swiwi-swiwiku

munggah grayah-grayah pucuk plaza

andhok ing kentuky, disko sewengi natas

ing kana ana kringet lan luh

karaokene katrem kekidungan

tembang megatruh

aja kok sengguh jaman iki

isih kaya wingi, adhi

kabeh wis owah, kabeh wis gingsir

legakna atimu, lang ngasoa kang taneg

sinambi rengeng-rengeng

sisane gendhing pacul gowang

bakal ngangkangi awang-awang

tancepna maneh swiwi-swiwiku

kareben aku bisa mabur ngawiyat

nadyan getih bali tumetes

Page 66: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

110

Matriks pada guritan Tancepna Maneh adalah ‘harapan

melestarikan nilai budaya’. Matriks kemudian di transformasikan menjadi

model di antaranya: tancepna maneh swiwi-swiwiku, bocah-bocah bali

lelagon, pucuk plaza, dan mabur ngawiyat.

Varian-varian atau model pada guritan Tancepna Maneh yaitu (1)

tancapkan lagi sayap-sayap yang di maksudkan harapan untuk mengenal

kembali budaya lama untuk diingat kembali untuk di lestarikan dan di

perkenalkan kepada anak-anak jaman sekarang, (2) anak-anak supaya bisa

mengenal macam budaya yang dulu pernah ada.

6) Ziarah ‘Ziarah’

dak tandur wangine kembang mlathi

pinangka rabuk watu nisanmu

ana lagu gumonthang

mbarengi runtuhe kembang semboja

siji mbaka siji

tanpa dak rasa srengengeku bakal angslup

kejepit nisan iki

nadyan ora dak ranti

Matriks pada guritan Ziarah adalah ‘kebiasan berziarah’ dan

‘selalu ingat kematian’. Matriks di transformasikan menjadi model yaitu

kembang melathi, rabuk watu nisanmu, kembang semboja dan kejepit

nisan iki

Varian-varian pada guritan Ziarah yaitu (1) ziarah merupakan

kebiasaan masyarakat jawa untuk melakukan ziarah atau sering disebut

nyekar, (2) ziarah sebagai simbol untuk mengingat nenek moyang dan

selalu mengingat bahwa setiap manusia akan mati.

Page 67: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

111

7) Riyayan ‘Lebaran’

riyayan ing ing padesan saben taun

kembang mekar maneh sandhuwure kubur

nancepake gegantilane benang leluhur

ndhedher wiji karosan

urip bareng ombak-ombak

urip kembul bojana bareng sanak

mgrahapi nyamikan, wedang gula jawa

ngluberake pangaksama

ing padesan dadi pasren amiwiti jangkah kapisan

gamelan talu bola-bali

tinabuh tanpa wekasan

manise kembang gula jawa, apura ingapura

lampu-lampu blencong kekencaran

riyayan ing padesan

mbalekake balung-balung rapuh

sawise dadi sanggan ing paran

Matriks pada guritan Riyayan adalah ‘tradisi leberan’ dan ‘saling

memaafkan antar sesama’. Model pada guritan tersebut yaitu urip bareng

ombak-ombak, urip kembul bojana, ing padesan, manise kembang gula

jawa dan lampu-lampu blencong.

Varian-varian pada guritan Riyayan yaitu (1) lebaran di desa selalu

di laksanakan penuh dengan kemeriahan dengan lamu-lampu blencong

yang bercahaya, (2) lebaran di desa di rayakan dengan makan bersama-

sama, (3) setelah makan-makan bersama, di laksanakan saling maaf

memaafkan antar keluarga, saudara, tetanga dengan tetangga.

8) Medhitasi Alang-Alang 1‘Medhitasi Alang-Alang 1’

sapa sing wani urip ing kene

nantang srengenge

ing puthuk ngenthak-enthak

bayi sing metu saka kuping kae

gumlethak,

tinandhu alang-alang

kabeh kala tinantang

Page 68: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

112

: aku basukarna,

anake ibu kunthi nalibrata

sing ditemu kusir adhirata

apa isih kurang anggonmu munasika?

dhalange gumuyu lakak-lakak

: karna, si bocah pidak pedarakan

dadi senopati mungsuh arjuna?

menthang gendhewa-gendhewa adhep-adhepan

ing perang baratayuda

karna tetep dadi paraga kalah mungsuh arjuna

angruwat papanistha wae

yagene kudu ora suwala

karo sing bisa njamu dewa-dewa

Matriks pada guritan Medhitasi Alang-Alang 1 adalah ‘gambaran

cerita basukarna’. Matriks yang di transformasikan menjadi model, di

antaranya sebagai berikut: nantang srengenge, bayi sing metu saka kuping,

anake ibu kunti, ditemu kusir adhibrata, dhalange gumuyu, dadi senopati

mungsuh arjuna dan bisa njamu dewa-dewa.

Varian-varian pada guritan Medhitasi Alang-Alang 1 yaitu (1)

basukarna merupakan seorang kesatria anak pertama dari dewi kunti yang

memiliki keberanian yang sangat luar biasa, tidak pernah takut atas

kastanya dan mencintai kelarganya. (2) basukarna seorang yang penuh

kesederhanaan meskipun berasal dari desa tidak pernah merasa keci hati

namun justru menunjukan kepercayaan dirinya.

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

gumerite lawang gubug iki

minagka paseksen wengi lan sore

omah dadi swargane

langit lan bumi durung kinunci

emprit gantil neba ing sawah

mapag dina paring sesulih

srengenge mbirat ngelak lang ngelih

Page 69: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

113

nganam klasa ing mburitan

milahi lan melahi jangka jumangkah

sinambi nyawang laron lumebu geni

apa ati wis mlebu bui?

lesung jumengglung asung pawarta

sesuk ana kidung gumonthang

bedhug-bedhug ditabuh ndhrandhang

enggal rebuten popok-popok wewe

kanggo nyulap sabrang gawe

:gendhuk, enggal turua kang taneg

sawise iku,

wong tuamu ajarana mlaku.

Matriks pada guritan Tembang Lemah Ngare ‘adalah ‘orang desa

dalam mencari rejeki’ dan ‘harapan orang tua di desa kepada anak-

anaknya’. Model pada guritan tersebut yaitu: gumerite lawang gubug iki,

omah dadi swargane, emprit gantil neba ing sawah, nganam klasa ing

buritan, dan rebuten popok-popok wewe.

Varian-varian pada guritan Tembang Lemah Ngare yaitu (1)

orang-orang tua di desa selalu berharap anak-anaknya mendapatkan

kehidupan yang lebih baik, (2) anak-anak yang mempunyai latar belakang

petani di tuntut untuk bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya.

10) Panen ‘Panen’

sawise direwangi pindha adus kringet

anggone ngupakara tanduran iki

wis samesthine ing pungkase mangsa

bakal panen

-wong temen bakal tinemu, ndhuk!

ngono simbah aweh sesorah

ora mung manungsa butuh panggulawenthah

nanging tanduran uga tinitah

butuh tresna

butuh asih

-kang nandur wenang ngundhuh, ndhuk!

Page 70: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

114

semono uga atimu kang wis sumadiya

dadi pasren lan uritane guritan

wis sasesthine sliramu dhewe

kang wenang ani-ani ulenan pari

sinubya suka sukur maring allah

aja wedi marang kang bakal anjrah rayah

jalaran ing kono ana wewadi

bakal tumurune berkah

Matriks pada guritan Panen adalah ‘kerja keras dan ikhlas akan

mendapatkan hasil yang memuaskan’. Model dalam guritan di atas adalah

ngupakara tanduraniki, bakal panen, butuh tresna, butuh kasih, kang

nandur wenang ngundhuh dan kang wenang ani-ani ulenan pari.

Varian-varian pada guritan Panen yaitu (1) hasil yang di peroleh

dari kerja keras hasilnya akan memuaskan juga, (2) lakukan pekerjaan

dengan rasa sayang dan cinta kasih, (3) jangan takut terhadap orang yang

akan merebut keberhasilanmu.

5. Keterkaitan Antar Unsur Guritan

a. Tema

Tema merupakan ide atau gagasan pokok yang mendasar dalam sebuah

karya sastra yang menjadi ide pokok dalam suatu karya tertentu. Tema

memberi kekuatan dan menegaskan kebersangkutan kejadian-kejadian yang

sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang

paling umum. Sepuluh guritan karya Widodo Basuki mempunyai tema yang

sama yaitu kebudayaan masyarakat khususnya kebudayaan lokal yang terdapat

di Jawa.

Keseluruhan pembahasan tentang struktur guritan-guritan diatas, baik

struktur fisik maupun struktur batin kiranya dapat memberi gambaran kepada

Page 71: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

115

kita tentang kepiawaian Widodo Basuki dalam mengungkapkan perasaannya

lewat karya-karyanya itu.

b. Bunyi

Bunyi dalam puisi atau guritan berserta estetik, merupakan unsur guritan

untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi erat hubungannya

dengan anasir-anasir musik, misalnya lagu, melodi, irama, dan sebagainya.

Dalam guritan, kombinasi bunyi terdapat dalam rima. Bunyi di samping hiasan

dalam guritan, juga mempunyai tugas yang lebih penting lagi, yaitu untuk

memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan

yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya.

Sepuluh guritan karya Widodo Basuki mempunyai kombinasi bunyi-bunyi

vokal (asonansi): a,e,i,o,u, bunyi liquida: r,l, dan bunyi sengau: m,n,ng yang

menimbulkan bunyi merdu dan berirama (efoni). Bunyi yang merdu dapat

mendukung suasana yang gembira dan bahagia. Sebaliknya, kombinasi bunyi

yang tidak merdu, parau, penuh bunyi k,p,t,s yang disebut kakofoni

(cacophony). Dengan demikian, unsur bunyi dapat memperdalam arti,

memperjelas tanggapan, dan memperdalam perasaan.

c. Kata

Satuan arti yang menentukan struktur formal linguistik karya sastra adalah

kata. Keterkaitan antarunsur sepuluh guritan karya Widodo Basuki yang

termasuk dalam kata meliputi penggunaan majas metafora dan metonimia,

ambiguitas, kontradiksi, nonsense, rima, homolog. Kata menyususn semua

aspek tersebut dalam gritan, saling terkait, dan saling mendukung antara satu

dengan yang lainnya.

Page 72: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

116

Kata juga mendukung dalam penciptaan suasana guritan mengingat bahwa

asal bunyi adalah kata. Jadi, semua unsur dalam guritan itu saling terkait untuk

membentuk satu makna yang hendak diciptakan dalam guritan

B. Makna Kesepuluh Guritan dalam Antologi Guritan Medhitasi Alang-

Alang karya Widodo Basuki

Untuk konkretisasi makna puisi dapat diusahakan dengan pembacaan

heuristik dan retroaktif atau hermeneutik. Pada mulanya sajak dibaca secara

heuristik, kemudian dibaca ulang (retroaktif) secara hermeneutik.

a. Pembacaan Heuristik

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Pertunjukan di akir gamelan talu (sudah) berdendang, kemenyan

(mulai) berasap menyatu menjadi daging (hidup),kalimat doa menjadi

roh (jiwa) , kata hong, (yang ) pertama (sudah) menjdi, kelir menjilma

(berubah) jadialam semseta, lampu blencong (dian) menjadi matahari

(yang telah bersinar). (Bait Pertama)

Ketika di bawahnya janur (yang) melengkung, adam dan (para)

kaum hawa bercampur (dengan) dewa-dewa, (untuk) mengambil rasa

cinta yang (telah) jatuh (pergi), (yang) terbungkus (dengan) kulit, (dan)

berslimut (oleh) bayangan (yang datang). (Bait Kedua)

(orang) orang jawa (disana), senangnya bermain (dengan) nyawa

(hidup). (Bait Ketiga)

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Sudah (mulai) pecah bentuknya (wujud) cengkir gadhing (kelapa

muda berwarna kuning), (menjadikan) dari pikiran (yang) jernih (atau

Page 73: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

117

bersih), supaya (selalu) ingat dengan yang di atas, (dan) dari sini (pula)

menetesnya air suci (kebenaran), (yang )bisa untuk (menjadi) obat

(orang-orang) haus (bermasalah) sekarang atau selamanya, (berguna)

untuk membuka langit dan bumi (kesuksesan yang akan datang). (Bait

Pertama)

Pada jaman dahulu di pohon kelapa gadhing itu (banyak), anak-

anak (yang) panjatan, (dan) prosotan dipohon itu, (tetapi) menjatuhkan

buah (yang tumbuh) yang masih kecil-kecil, (mengambil dan) membuka

tapas-tapasnya, (dari) cengkir gadhing untuk bermain (anak-anak),

(buahnya) dihisap-hisap (sehingga) airnya (keluar), (kemudian) dijilati

putih dagingnya, yang tertinggal hanya tempurungnya saja, (semua

sudah) masuk (di) dalam dada, (dan) masuk (di) dalam jiwa, untuk wadah

(atau tempat) munculnnya doa, (sebagai) menyalanya api (untuk

penerangan hidup). (Bait Kedua)

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Suruh’

Satu lembar daun suruh, (yang) tergulung (dan) tertali dengan

benang (atau) sahadat rosul, (sedangkan) kembang mayang (yang sudah)

tersedia (dan) terbuka, (ibarat) daun suruh menjadi ( seperti) tombak

senjata, (yang) akhir (akan) menjadi ayang terakir, begitupula

akhiran menjadi akhir (dalam menjalankan hidup). (Bait Pertama)

Dhadhung awuk (sudah) jatuh tersungkur sudah terkalahkan, daun

suruh (menjadi) bersinar benderang, cahayanya sudah mulai terlihat

(untuk menerangi hari esok). (Bait Kedua)

Page 74: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

118

4) Guritan Pari Sawuli‘Puisi Padi Seikat’

Seikat padi ini tetap (dan selalu) tersimpan di kamar (bagian)

tengah, (selalu) di hemat bagai (kan) dewi sri, di rawat dengan ikhlas

bagai(kan) raden sadana, yang nanti (nya) bisa mengenyangkan, yang

nanti menjadi senjata, (tumbuh) tertancap di tanah (yang) luas, tumbuh

(sangat) subur (dan) mekar bunganya, menjadi salah satu (harapan)

generasi (turunan berikutnya). (Bait Pertama)

Seikat padi ini (seperti) ceritanya kecintaan diri (terhadap tanaman

padi), (merupakan) bentuk bumi pertiwi(sebagai) tempat yang subur

(dan), gemah ripah loh jinawi, (seperti) birunya samudra, (sembari)

menunggu kicauan burung (yang) bersautan, berharap (bagai) bunga

keburuntungan, ini (lah) bumi (ku) yang penuh kasih sayang, teman!,

(disini) tempatnya (orang) haus dan lapar, siapa tidak memiliki gambaran

(seperti) yang dikatakan ibu, (kasih sayang) yang nyata cinta (nya)

terhadap para putranya?, (maka) lihatlah,hanya (para) petani di tengah

sawah, (bertahan) merawat tanaman labu dan blewah, (melihat) otot-

ototnya (yang) perkasa, (dan) kulitnya (ber) warna hitam (legam),

(membuat) keringat bercucuran (keluar), dada (nya) mengkilat, (serta)

penglihatanya bagai (kan) tajamnya pisau, (akan) tetapi terasa dingin

(dan) berwibawa, siapa yang tidak ingin merasakan sumilinya angin

(suasana disawah),sambil beristirhat di bawah (pohon) trembesi, ini

(wujud) bumi pertiwi (ku), yang selalu memberi cinta (dan) kasih,

kekuatan dan ketenagan, (serta) berkalung (keindahan) selendangnya

para bidadari. (Bait Kedua)

Page 75: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

119

Geraktangan-tangan (pak tani) sangat perkasa mengubah tanah

(yang ada di) pegunungan, yang nanti (akan) menjadi tempat beristirahat

(para petani), ketika (badan) lelah di waktu sore, setiap hari harus bekerja

sampai hati (terasa) pasrah (dan lelah), lega, rela (dan) ikhlas, (hal ini)

menjadikan (kita) menguncap rasa syukur di hadap-Nya. (Bait Ketiga)

Seikat padi yang tersimpan di kamar (bagian) tengah, tetap aku

jaga (keberadannya) dan (di) sayang-sayang (di hemat padinya), dengan

(rasa) cinta (yang) suci, agar bisa untuk saksi, (sebagian) ini warisan

yang terakir, apakah dirimu juga merasa memiliki?. (Bait Keempat)

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Ketika ingin menancapkan lagi sayap-sayapku (harapan-harapan),

(dengan) menggunakan ujung pisau, (ditancapkan) di halaman tercinta,

maunya anak-anak (berkeinginan) kembali bernyanyian (lagu yang sudah

hilang), lewat lagu (mantra) melalui perantara sumilirnya angin (agar

tersampaikan). (Bait Pertama)

Saat kembali menancapkan sayap-sayapku (yang), berslimutan

tapih (jarik) (berwarna) pelangi (membentuk) lengkungan, (kemudian)

ketika hujan rintik-rintik (turun), (dan) membasahi tenggorokan (yang

haus), maunya anak-anak (berkeinginan) kembali bernyanyi (mantra)

pengundang angin. (Bait Kedua)

Sayap-sayap (telah) ditancapkan lagi, (supaya tidak) naik (dengan)

merangkak-rangkak (sampai) di ujung pohon (yang tinggi), (agar tidak )

berhenti di (tempat) makan kentuky (masakan ayam), (dan) disko (musik

disko) semalam suntuk (larut malam), justru disana ada kringat dan air

Page 76: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

120

mata (bercucuran), (meskipun) karaokenya sampai pagi (dengan) lagu

megatruh “(tembang jawa). (Bait Ketiga)

Jangan (di) kira jaman sekarang ini, masaih seperti kemarin (jaman

dahulu), Para adhi atau adik (generasi muda), semua sudah berubah

(seiring berkembangnya jaman), semua (budaya) sudah sirna, legakan

(dan pasrahkan) rasa yang ada di hatimu, dan beristirahatlah yang puas,

sambil bersenandung (bernyanyi), sisanya lagu yang tak penting (dan)

tidak perlu, (semua) akan melangkahi (tinggi ke) awang-awang (langit).

(Bait Keempat)

Tancapkan lagi sayap-sayapku (harapanku), (semua) inginya aku

(penyair) hanya bisa (ingin) terbang(tinggi) ke awang-awang, walaupun

darah (kerja keras) kembali bercucuran(dilakukan). (Bait Kelima)

6) Ziarah ‘Ziarah’

Menanam (menabur) harumnya bunga melati, sebagai pupuk (doa)

batu nisanmu(dosa, ada lagu (doa-doa) berkumandang (menyeru),

(dengan) bersamaan jatuhnya bunga kamboja (yang ada di makam),

(jatuh) satu per satu (ke tanah). (Bait Pertama)

Ttanpa ku rasa matahariku akan terbenam, (dan) terjepit nisan ini,

walaupun tidak aku nanti (dan ku ingin). (Bait Kedua)

7) Riyayan ‘Lebaran’

Lebaran (yang) ada dipedesaan (dilaksanakan) setiap tahun,

(seperti) bunga (kamboja yang) mekar diatasnya makam, (mulai)

membukak pintu kekuatan (baru), hidup bersama masalah-masalah 9yang

telah lalu), hidup (bersama)merayakan(hari besar) pesta bersama

Page 77: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

121

keluarga (besar), memakan camilan (yang ada), (dan) minum (minuman)

gula jawa, (sesudah) mengungkapkan saling memaafkan. (Bait Pertama)

(Lebaran) di desa menjadi tempat (yang) mengawali langkah

pertama, (seperti) gamelan talu terus berbunyi, (yang) dipukul tanpa

berhenti, (dan) manisnya bunga gula jawa (sebagai), (tanda) maaf

sedalam-dalamnya, (seperti) lampu-lampu blencong bersinar (kembali

tanpa dosa). (Bait Kedua)

(perayaan) lebaran di desa, (ibarat) mengembalikan tulang-tulang

rapuh (dosa-dosa yang telah lalu), sesudah menjadi beban (hidup)selama

tidak bertemu. (Bait Ketiga)

8) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1’

Siapa (orang-orang) yang berani hidup di sini (dunia) ,menantang

matahari (masalah), di gunung (daerah) yang sangat luas, bayi yang (

ceritanya) keluar dari kuping itu, (terbaring) tergeletak, terhalang alang-

alang, semua dijerat (dan) di tantang, :saya basukarna, anaknya ibu

kunthi nalibrata, yang di temukan (oleh) kusir adhirata, apa masih kurang

apa yang kau perbuat (nulibrata)? (Bait Pertama)

Dhalangnya (menunjukan) ekspresi tersenyum terbahak-bahak

(menunjukan hal yang heran), : karna, si anak dari desa (basukarna),

(mampu) menjadi senopati (dan) melawan arjuna (dipertanyakan). (Bait

Kedua)

Menantang (dengan penuh) gagah berani (saling) berhadapan, di

perang (besar) baratayuda, karna (pasrah) tetap menjadi pelaku (orang)

kalah (mengalah) melawan arjuna (adiknya). (Bait Ketiga)

Page 78: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

122

Membersihkan (dari) tempat (yang dianggap) buruk, kenapa harus tidak

bangga (terhadap kemampuan sendiri), kepada (karna) yang bisa

menyambut dewa-dewa. (Bait Keempat)

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

(bunyi) berderitnya pintu (yang ada di) gubug ini, sebagai saksi

(dimana), (suasana) malam dan (suasana) sore, (di) rumah menjadi

(seperti) surganya, (sedangkan) langit dan bumi belum (tertutup dan)

terkunci,(burung) emprit gantil (telah) jatuh di (tengah) sawah,

menjemput hari (esok) memberi pengganti (harapan), matahari (bersinar)

terang (dan) mengobati haus dan lapar (yang terasa). (Bait Pertama)

(bekerja) menganyam tikar di belakang (rumah), memisah dan

memilih (kemana) jangka langkahnya (untuk) dibawa, sambil

memandang (hewan serangga) laron memasuki (lubang) api, pertanyaan

(muncul) apa (kah) hati sudah (seperti) masuk penjara (mati)?. (Bait

Kedua)

Ibarat (lagu) lesung jumengglung (akan) memberi berita, (ketika)

besuk ada lagu berkumandang (yang) terdengar, (dan) gong-gong (akan)

dipukul berdendangan. (Bait Ketiga)

(Maka) cepat (bangun)dan rebutlah popok-popok wewe (rejeki),

untuk mengubah (segala)hal pekerjaan, (maka) para anak-anak

bersungguh-sungguhlah untuk mengubah masa depan. (Bait Keempat)

10) Panen ‘Panen’

(Semua) sesudah berjuang bagai (kan) mandi keringat (yang

bercucuran), dimana (kita) membedakan tanaman ini, sudah semestinya

Page 79: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

123

di akhir musim, akan (mendapatkan) panen, (seperti) orang (yang) serius

akan menemukan (hasil) nak!. (Bait Pertama)

Begitu (lah) simbah memberi nasihat (kepada) keturunanya, tidak

hanya manusia (yang) butuh pemelihara (makanan), tetapi tanaman juga

butuh, (di mana) butuh cinta, (dan) butuh kasih (sayang), (ibarat) yang

menanam berhak panen. (Bait Kedua)

Begitu juga hatimu yang sudah punya niat, (untuk), menjadi

tanaman indah (hasil sukses) dan cerita ini, sudah semestinya dirimu

sendiri, yang berhak ani-ani seikat padi, niat (yang) suka syukur kepada

allah, (maka) jangan takut kepada yang akan merebut (secara) paksa,

karena di sana ada rahasia (cara), akan (adanya) turunya berkah

(melimpah).(Bait Ketiga)

b. Pembacaan Hermeneutik

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Pada pertunjukan wayang gamelan talu yang sebagai pertanda

dimulainya pertunjukan wayang. Ketika di akir gamelan talu pertunjukan

dalam pertunjukan wayang, kemenyan dihidupkan dan ritual dimulai.

Ibaratnya asap kemenyan berubah menjadi daging dan roh. Kata hong,

merupakan simol dimana mantra mulai diucapkan dan seketika menjadi

berubah, kelir wayang diibaratkan alam semesta, dan lampu blencong

diibratkan matahari yang menerangi. (Bait Pertama)

Pertunjukan wayang menggunakan janur yang dibentuk

melengkung yang berguna untuk menandakan diadakan acara besar.

Perempuan dan laki-laki bercampur dengan para dewa atau penguasa.

Page 80: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

124

Mengembalikan cinta yang telah hilang, ibaratnya terbungkus dengan

kulit dan seperti berselimut bayangan. (Bait Kedua)

Orang-orang jawa biasa melakukan tradisi itu sebelum pertunjukan

wayang, dan orang jawa suka bermain yang berhubungan dengan nyawa.

(Bait Ketiga)

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Pada bait pertama ini cengkir gadhing di gambarkan sebagai

pelengkap dalam tradisi upacara adat di jawa masih menggunakan kelapa

muda yang berwarna kuning atau disebut cengkir gadhing. hal itu

diibaratkan cengkir gadhing sudah mulai pecah atau terbelah. Generasi

muda diibaratkan memiliki pemikiran yang masih jernih dan mennjadi

tempat harapan masa depan. Sebagai generasi yang menggantikan untuk

mencari nafkah dan untuk menjadikan generasi yang lebih baik

kedepanya. (Bait Pertama)

Jaman dahulu di gambarkan pohon kelapa gadhing hanya untuk

tempat bermain anak-anak, sebagai tempat untuk mencari buahnya untuk

dimakan dan tapas atau plepahnya hanya digunakan untuk bermain anak-

anak. Buah kelapanya dimanfaatkan untuk dimakan putih dagingnya dan

airnya untuk diminum. Tempurungnya ditinggal begitu saja dan

digunakan untuk tempat air dan menyalanya api. (Bait Kedua)

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Medhitasi Daun Sirih’

Menggambarkan fungsi dari satu lembar daun sirih yang digunakan

dalam upacara tradisi digulung dan ditali dengan benang agar tidak lepas

ikatan kebersamanya. Selain daun suruh yang diikat digunakan pula

Page 81: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

125

kembang mayang yang diibaratkan sepasang kekasih atau sepasang

suami istri. Daun suruh dilempar dari pasangan satu ke pasangan lain.

Ibarat yang akhir menjadi akhir begitu sebaliknya. (Bait Pertama)

Menggambarkan Dhadhung awuk yang tak lain murid Jaka Tingkir

yang kalah dengan mudah hanya dengan sahadat rosul dan kebenaranlah

yang akan menang. (Bait Kedua)

4) Gurita Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Orang jawa biasanya menyimpan padi dalam senthong atau

jeromah. Disimpan dengan aman dihemat dan dijaga untuk persedian

makan dan digunakan sebagai senjata (kebutuhan yang lain seperti

disumbangkan atau dijual). Padi biasanya ditanam di tanah yang sangat

luas dan lebar dan selalu tumbuh subur dan menjadi generasi atau sebagai

persedian untuk makan keluarganya. (Bait Pertama)

Diibaratkan seperti ikatan padi ini ibaratnya sebagai wujud

kecintaan diri manusia terhadap bumi pertiwi. Sebagai wujud bumi yang

tumbuh subur dan makmur, gemah ripah loh jinawi. Sama luasnya

dengan samudra yang biru, sambil menunggu keberuntungan hasil

panenya pak tani mendengarkan kicauan burung yang bersautan.

Pikiranya mengatakan bahwa ini bumi yang penuh dengan kasih sayang,

tempat dimana ada rasa haus dan lapar, ibaratnya seperti kasih sayang

antara ibu dan anak. Sekarang harus melihat pak tani yang ada disawah

merawat labu dan blewah dengan rasa sayang dengan otot-ototnya yang

perkasa, kulitnya yang menjadi hitam legam, keringat yang bercucuran,

serta penglihatnya yang tajam tapi berwibawa. Pak tani juga igin istirahat

Page 82: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

126

merasakan angin yang sejuk dan duduk di bawah pohon trembesi. Bumi

pertiwi yang telah memberi kasih sayang, kekuatan dan ketengan. (Bait

Kedua)

Tangan-tangan perkasa pak tani mengubah tanah pegunungan

menjadi tanah penuh harapan, yang menjadi tempat beristirahat di waktu

sore hari. Pak tani setiap hari bekerja tak pernah kenal rasa lelah. Bekerja

dengan tulus ikhlas, rela dan pasrah yang menjadikanya tetap selalu

bersyukur pada sang pencipta. (Bait Ketiga)

Puisi padi seikat ini akan selalu tersimpan di kamar tengah dan

selalu dijaga penuh rasa cinta yang suci agar menjadi saksi inilah warisan

terakir yang ku (pak tani) miliki, yang lain juga bisa merasa ikut

memiliki. (Bait Keempat)

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Tancapkan lagi sayap-sayap harapanku (penyair) menggunkan

ujung pisau namun dengan penuh rasah cintamu agar anak-anak bisa

kembali menyanyikan lagu (lagu atau mantra jaman dahulu yang

dipercaya bisa mendatangkan angin), lewat sumilirnya angin. (Bait

Pertama)

Tancapkan lagi sayap-sayap harapan yang penuh warna spserti

terbalut oleh pelangi. Ketika hujan rintik-rintik turun dan membasahi

tenggorokan yang kering dan anak-anak maunya kembali bernyanyian

(mantra). (Bait Kedua)

Tanamlah harapan-harapanku (penyair) lagi meskipun dengan

susah payah untuk mewujudkanya. Sekarang yang ada musik disko

Page 83: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

127

dinyalakan semalam suntuk meskipun ada air mata dan keringat. Karaoke

yang semalam suntuk sejatinya membawa lagu kesedihan. (Bait Ketiga)

Jangan kau (generasi muda) kira jaman sekarang masih seperti

kemarin (jaman dahulu), semua sudah seiring berkembangnya jaman.

Maka, relakan hatimu dan beristirahatlah dengan puas sambil bernyanyi-

nyanyi sampai terbuai dan terbang ke awang-awang. (Bait Keempat)

Tanamlah harapn-harapkanku (penyair) agar bisa kembali seperti

dulu meskipun harus rela bekerja keras. (Bait Kelima)

6) Ziarah ‘Ziarah’

Bunga melati sebai bunga tabur karena baunya yang wangi

membasahi makam pertanda peziarah telah datang mendoakan. Ada doa

yang terucap sebagai permohonan ampun, dan seiringnya bunga kamboja

berguguran satu persatu di atas makam. (Bait Pertama)

Tanpa dirasa masaku (penyair) juga akan habis ibarat matahari

akan terbenam. Begitu pula diriku akan terjepit dengan batu-batu nisan

ini, meskipun aku tak menantikanya. (Bait kedua)

7) Riyayan ‘Lebaran’

Lebaran yang ada dipedesaan ibarat musim bunga bunga yang

sedang bermekaran. Membuka pintu hati bersama rasa yang mengelora di

dalam jiwa. Memberi kebahagian berkumpul dengan sanak saudara,

makan bersama dengan hidangan-hidangan yang banyak dan saling

memaafkan. (Bait Pertama)

Page 84: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

128

Lebaran di desa ,erupakan langkah awal seperti bunyi gamelan talu

yang tidak berakir, saling memaafkan dan lampu-lampu blencong (dian)

menyala terang. (Bait Kedua)

Lebaran didesa mengembalikan rasa lelah dan rasa bersalah ketika

masih ada di tempat jauh atau perantauan. (Bait Ketiga)

8) Medhitasi Alang-Alang 1 ‘Medhitasi Alang-Alang 1’

Tidak ada orang yang berani yang melawan matahari pada cerita

jaman dahulu, pada pegunungan yang sangat luas terdapat bayi yang

konon asal dan lahirnya melalui kuping seorang dewi cantik dari

nulibrata, bayinya tergeletak seperti alang-alang, namun ketika besar

anak itu menjadi anak yang gagah berani tidak punya rasa takut, semua

ditantang meskipun hanya ditemukan seorang kusir tetap berani seperti

kesatria. (Bait Pertama)

Pada pertunjukan wayang seorang dalangpun tak aka percaya akan

hal ini, bawasanya karna hanya seorang anak kusir dari desa akan

menjadi senopati dan akan mampu melawan arjuna kesatra sejati. ( Bait

Kedua)

Basukarna menantang arjuna penuh dengan keberanian, dengan

gagah berani dan saling berhadap-hadapan, keduanya sangat kuat, namun

akhirnya karna tetaplah kalah karena takidrnya untuk melawan arjuna

yang tak ain adalah adiknya sendiri. (Bait Ketiga)

Jangan pernah mengganggap hal-hal yang buruk menjadi tak

berarti, kenapa tidak percaya diri bahwa dirinylah menjadi orang yang di

Page 85: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

129

banggakan dan bisa menyambut dewa-dewa dalam hidupnya. (Bait

Keempat)

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Peguungan’

Bunyi pintu yang ada digubug atau rumah ibaranya menjadi saksi

malam dan sore, rumah menjadi tempat seperti surga. Harapan yang luas

bagaikan langit dan bumi masih terbuka lebar yang akan memberi

harapan untuk menggantikan masa yang kelam menjadi lebih baik seperti

matahari yang bersinar. (Bait Pertama)

Bekerja hanya menganyam tikar yang dilakukan dibelakang rmah

terkadang sambil membayangkan apakah sudah tidak ad harapan lagi.

(Bait Kedua)

Gong sudah mulai berdenadang ibaratnya sudah saatnya untuk

menyambut esok yang akan memberi harapan baru. (Bait Ketiga)

Rebutlah rejeki-rejeki yang ada, untuk mengubah pekerjaan yang

kelam, dan menyambut harapan baru, menyambut pekerjaan baru serta

membahagiakan orang tuamu. (Bait Keempat)

10) Panen ‘Panen’

Ketika orang sudah bekerja keras, sebagaimana telah memilah dan

memilih pekerjaan yang benar, maka di akhir nanti akan mendapatkan

hasilnya. (Bait Pertama)

Orang tua mengatakan tidak hanya manusia saja yang butuh cinta

dan kasih sayang tetapi semua hal juga butuh, maka yang menanam

kebaikan akan mendapatkan hasilnya. (Bait Kedua)

Page 86: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

130

Begitupula aanak muda yang sudah punya niat baik akan mendapat

kebaikan pula. Diri sendiri yang akan merasakan hasilnya. Selalu

bersyukur kepada Tuhan. Jangan pernah takt kepada orang yang akan

merebut hasilmu (generasi muda), karena Tuhan tahu mana yang baik

dan mana yang buruk, maka berkah akan selalu didapatkan. (Bait

Ketiga)

C. Nilai Budaya Jawa beserta Relevansinya dalam Guritan Medhitasi Alang-

Alang Karya Widodo Basuki

Pengarang menciptakan karya sastra tidak serta merta. Pengarang

mempuyai maksud dan tujuan tertentu yang hendak disampaikan melalui karya

sastranya. Begitu juga dengan Widodo Basuki, beliau hendak menyampaikan

pesan-pesan tertentu melalui guritan karya-karyanya. Kesepuluh guritan karya

Widodo Basuki memuat pesan-pesan nilai budaya jawa sebagai berikut:

1) Dongeng Mistis ‘Dongeng Mistis’

Dongeng Mistis adalah cerita rakyat yang dianggap tidak benar-

benar terjadi hanya beruapa khayalan semata yang terjadi pada masa

lampau yang melukiskan pelajaran moral dan berbau misteri atau ghaib.

Secara filosofi , dongeng mistis menggambarkan tradisi ata cara-cara

yang dilakukan dalam pertunjukan wayang kulit. Sperti membakar

kemenyan yang dimaksudkan untuk mendapatkan kelancaran dan tidak

mendapatkan halangan apapun dalam melaksanakan pertunjukan

wayang.

Wayang kulit merupakan salah satu budaya yang masih sering

dipertunjukan dalam masyarakat jawa, bahkan wayang kulit juga sering

Page 87: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

131

dipertunjukan dalam acara tertentu atau sebagai syarat untuk melakkan

tradisi di suatu daerah. Pertunjukan wayang tidak semudah yang

dibayangkan ada tradisi dan tata cara tertentu yang sudah pakem sebagai

syarat untuk dilaksanakan pertunjukan tersebut. Gambaran seperti ini

terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

ing pungkasane gamelan talu

dupa kemelun dadi daging

ukara dadi roh

hong, sepisan dadi

kelir manjelma jagad

blencong dadi srengenge

Widodo basuki melalui guritan Dongeng Mistis menyampaikan

nilai-nilai budaya yang digambarkan secara rinci, mulai dari gamelan talu

(dalam pertunjukan wayang gamelan talu sebagai pertanda dimulainya

pertunjukan wayang), kemudian kemenyan yang dibakar dan diibartkan

asapnya seakan-akan telah menyatu dalam jiwa, kelir (layar dalam

pertunjukan wayang) diibartkan alam semesta dan lampu blencong

(lampu yang digantung dalam pertunjukan wayang). Semua hal itu

merupakan perlengkapan dan syarat yang ditunjukan dalam pementasan

wayang kulit.

Relevansi budaya wayang kulit sampai saat ini masih sering

terlihat di masyarakat Jawa, bahkan dalam memperingati hari besar

masyarakat masih menggunakan pertunjukan wayang kulit sebagai

pertunjukan yang pantas ditonton dan harus dilestarikan. bukan hanya di

pertunjukan di hari-hari besar saja wayang kulit masih dipentaskan

seperti acara sebagai berikut: hajatan mantu, khitanan, malam satu suro,

Page 88: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

132

rasulan dan hari-hari lain yang diperingati dengan diadakanya

pertunjukan wayang. Maka bisa dibilang wayang kulit sampai saat ini

masih eksis dalam masyarakat jawa dan merupakan budaya yang

mempunyai nilai filosofi yang tinggi.

2) Cengkir Gadhing ‘Cengkir Gadhing’

Cengkir gadhing, cengkir adalah buah kelapa yag masih muda

sedangkan gadhing adalah berwarna kuning, jadi cengkir gadhing

merupakan buah kelapa muda yang berwarna kuning. Buah kelapa ini

biasa digunakan sebagai pelengkap uba rampeatau perlengkapan dalam

suatu upacara adat atau tradisi tertentu. Cengkir gadhing dalam guritan

ini digambarkan sebagai simbol anak muda ang polos.

Pemaknaaan Jawa dalam guritan Cengkir Gadhing adalah wujud

budaya yang dilakukan dalam tradisi mitoni atau tingkepan. Cengkir

gading dimaknai sebagai sebuah simbol bahwa kaum muda atau

pasangan tersebut adalah sebuah cengkir yang bentuknya bulat, jujur apa

adanya, suci, semangatnya tinggi, polos belum terimbas oleh pamrih

yang bisa membuat satu semangat tidak lagi bulat. Gambaran seperti ini

terdapat pada kutipan sebagai berikut.

Kutipan:

wis pecah wujude cengkir gadhing

saka pikiran wening, dimen eling

saka kene tumetese banyu suci

bisa kanggo tamba ngelak salawase

kanggo mbukak langit lan bumi

ing wit klapa gadhing iku ndhisik bocah-bocah penekan, plurutan

nggogrokake dhompolane, mbiyaki tapas-tapase

cengkir gadhing dienggo dolanan

disesep-sesep banyune

Page 89: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

133

diklamuti putih daginge

Guritan Cengkir Gadhing mengandung nilai budaya tentang

cengkir gadhing sendiri yang digunakan sebagai perlengkapan untuk

upacara tradisi seperti mitoni dan tingkepan yang mempunyai makna

tersendiri. Widodo Basuki juga menggambarkan dalam guritanya

bawasanya cengkir gadhing yang diibaratkan kaum muda atau pasangan

muda yang masih polos, suci, jujur dan mempunyai tekad yang bulat dan

dalam guritan digambarkan pohon kelapa yang dahulu hanya sebagai

tempat bermain anak-anak dan buahnya hanya dimakan dan airnya

diminum. Setelah besar nanti kaum muda akan menjadi harapan-harapan

bangsa sebagai penerus masa depan yang digambarkan bahwa cengkir

gadhing sudah pecah, yang mempunyai pikiran jernih dan menjadi

harapan orang tuanya, untuk membuka masa depan yang lebih cerah.

Sekarang ini budaya menggunakan cengkir gadhing sebagai

pelengkap upacara adat masih sering terlihat dalap upacara adat seperti

mitoni, tingkepan atau pernikahan. Umumnya di Jawa khususnya Jawa

Tengah masih banyak yang melestarikan budaya ini. Meskipun dianggap

kuno, namun budaya ini unik dan khas Jawa yang harus dilestarikan agar

tetap terjaga nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya.

3) Medhitasi Godhong Suruh ‘Meditasi Daun Sirih’

Medhitasi Godhong Sirih dalam bahasa Indonesia meditasi

mempunyai arti pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu.

Godhong suruh berarti daun sirih, merupakan daun yang digunakan

untuk hal-hal kesehatan. Masyarkat Jawa mempunyai pandangan lain

Page 90: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

134

mengenai daun sirih tidak hanya untuk hal kesehatan saja, namun

dianggap mempunyai makna magis dalam penggunanya sebagai

pelengkap sesaji dalam upacara pernikahan.

Widodo Basuki melalui guritan Medhitasi Godhong Suruh

menggambarkan daun sirih sebagai pelengkap tradisi dalam upacara

perkawinan yang biasa digunakan ketika acara balang gantal. Daun sirih

yang yang digulung dan diikat dengan benang kemudian dilempar dari

pengantin pria ke pengantin perempuan dan sebaliknya. Gambaran

seperti ini terdapat pada kutipan sebagai berikut:

Kutipan:

salembar godhong suruh

ginulung tinalenan sahadat rosul

kembang mayang binukak

godhong suruh dadi tumbak

wekasan manjing pungkasan

pungkasan manjung wekasan

Widodo Basuki mengatakan bahwa daun sirih yang tertali dengan

benang kemudian saling di balang (dilempar), pengantin laki-laki

melempar ke dada pengantin perempuan dan pengantin perempuan

melempar gantal ke paha laki-laki. Benang yang mengikat daun sirih itu

ibarat sahadat rasul yang digunakan sebagai doa supaya keduanya saling

memahami sampai akhir nanti.

Relevansi mengenai upacara tradisi ini sampai saat ini masih tetap

terjaga dengan baik, bahkan masyarakat jawa pada umumnya masih

melakukan upacara balang gantal ini saat upacara pengantin yang

dipercaya memiliki magis dan dapat mempengaruhi hubungan antara

kedua pengantin. Selain di Jawa Tengah upacara yang menggunakan

Page 91: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

135

daun sirih ini juga masih digunakan di daerah jawa Timuan. Sehingga

upacara tradisi pengantin yang menggunakan daun sirih ini masih

dibilang eksis sampi saat sekarang ini.

4) Guritan Pari Sawuli ‘Puisi Padi Seikat’

Guritan Pari Sawuli adalah puisi atau tulisan dan pari sawuli

merupakan seikat padi yang diibaratkan dari hasil petani. Secara filosofi

guritan pari sawuli kisah yang digambarkan perjuangan petani untuk

menghasilkan padi-padi atau hasil tanamanya yang akan memberikan

harapan-harapan untuk keluarganya atau generasi berikutnya.

Petani adalah salah satu sosok yang menggambarkan dari

kehidupan para petani didesanya. Bertani bukanlah pekerjan yang

mudah. Para petani sangat mencintai pekerjaanya bagaikan menyayangi

seperti anaknya sendiri. Bertani lebih memeras tenaga fisik daripada

pikiran. Bekerja keras tidak merasa lelah meskipun kepanasan, dan

kehujanan. Hasil dari tanamanya selalu menjadi harapan-harapanya.

Para petani biasa menyimpan hasil panenya di dalam kamar tengah

atau sering disebut masyarakat jawa sebagai (senthonng). Para petani

menanam tanamanya di tanah yang luas, dan petani menganggap tanah

yang ditanami itu merupakan tanah yang sangat dicintainya, tanah yang

subur, makmur dan melimpah. Para petani sangat menjaga bumi pertiwi

ini, mereka bekerja penuh dengan tenaga yang kuat tidak peduli dengan

warna kulitnya menjadi hitam, keringat bercucuran, dan pandangan

matanya sangat tajam karena kepanasan tetapi tetap bertahan ditengah

Page 92: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

136

sawah dan tetap optimis untuk mendapatkan hasil panen tanamanya yang

melimpah.

Widodo Basuki melalui guritan tersebut, menyampaikan kebiasan-

kebiasan para petani khususnya petani Jawa yang selalu bekerja penuh

dengan rasa cinta dan kasih sayang terhadap tanah dan tanaman yang

dimilikinya. Para petani memiliki tanah yang luas dan bisanya digunakan

untuk bertani dan kebiasaan ini terjadi secara turun temurun. Hasil panen

padi merupakan hasil dimana tempat bumi pertiwi yang dicintainya

sangat tumbuh subur dan makmur. Memberi harapan-harapanya untuk

generasi berikutnya. Para petani dengan otot perkasanya merawat

tanaman-tanamanya dengan penuh kecintaan. Para petani juga berharap

untuk menikmati hasil-hasil tanamanya.

Widodo Basuki juga menggambarkan para petani dengan tangan-

tangan perkasanya mengubah tanah yang luas menjadi tanah yang penuh

dengan tanaman-tanaman yang menghasilkan seperti blewah, labu dan

padi. Hasil panenya menjadi hidangan yang diinginkan setiap sore, untuk

memuaskan rasa haus dan lapar. Para petani setiap hari bekerja sampai

hati merasa pasrah, tetapi tetap merasa ikhlas, lega dan rela untuk

mengucapakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka (para

petani) selalu akan menyimpan dan merawat padi-padi hasil panenya

dengan baik dan penuh kasih sayang dan akan selalu disimpan di kamar

tengah supaya menjadi saksi, bahwa ini sebagai warisan yang terakhir

dimiliki dan merasa memiliki dan tetap selalu menjaga.

Page 93: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

137

Relevansi nilai budaya lokal jawa pada Guritan Pari Sawuli ini

sangat terlihat dari kebiasaan-kebiasan para petani jaman dahulu dan

sekarang masih memiliki kebiasan yang sama. Merawat tanaman dengan

penuh rasa cinta dan kasih sayang supaya mendapatkan hasil yang

memberikan harapan untuk masa depan, untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Sekarang ini juga masih terdapat para petani yang bekerja di

tengah sawah hingga setiap hari dan selalu terkena terik matahari, otot,

tangan yang perkasa menjadi kekuatnya. Perbedaanya hanya petani

sekarang dibantu denganmesin-mesin canggih dan jaman dahulu masih

menggunakan tenaga manusia sepenuhnya. Para petani sekarang juga

masih terbiasa menyimpan hasil panen padinya di dalam kamar tengah

atau yang biasa disebut senthong. Sehingga kebiasaan-kebiasan petani

dahulu sekarang juga masih dilakukan oleh petani yang tinggal didesa-

desa yang terdapat tanah yang luas dan ditanami padi.

5) Tancepna Maneh ‘Tancapkan Lagi’

Tancepna Maneh dalam bahasa Indonesia adalah tancapkan lagi,

menancapkan apa yang sudah terlepas dari tempatnya. Secara filosofi,

tancepna maneh menggambarkan bahwa nilai-nlai budaya yang telah

hilang untuk dikembalikan atau ditanam kembali pada anak-anak muda

sekarang ini. Nilai yang ada pada budaya supaya tidak hilang begitu saja

maka diharapakan anak-anak muda supaya menanam kembali nilai

budaya di masa sekarang dan tidak tergantikan oleh jaman modern.

Widodo Basuki melalui guritan Tancepna Maneh menggambarkan

beliau berkenginginan anak-anak harus kembali bisa bali tetembangan

Page 94: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

138

yang dimaksudkan kembali meemiliki rasa untuk melestarikan nilai-nilai

budaya yang telah hilang. Widodo Basuki dalam guritanya mengutipkan

lagu yang mengandung nilai magis yang dahulu dipercaya untuk

memanggil angin ketika anak-anak jaman dahulu bermain layang-layang.

Sehingga penyair berkeinginan nilai seperti itu dilestarikan kembali

supaya tidak hilang dan tergerus oleh jaman modern, akan tetapi jaman

sekarang sudah berbeda dengan jaman dahulu. Musik yang sekarang

lebih dikenal musik diskon dan anak-anak sekarang lebih suka karaoke

hingga larut malam. Mantra-mantra yang seperti digambarkan dlam

guritan Tancepna Maneh sudah hilang. Gambaran seperti ini terdapat

pada kutipan sebagai berikut.

Kutipan:

tancepna maneh swiwi-swiwiku

nganggo pucuking glathi

ing plataran katresnanmu

bocah-bocah bali lelagon

lumantar sumilire angin

:cempe-cempe

undangna barat gedhe

tak opahi duduh tape

yen kurang goleka dhewe

heee...

Widodo basuki mengatakan kepada generasi muda bahwa jaman

sekarang sudah berubah. Semua sudah pasrah untuk mengingatkan

bahwa nilai-nila moral jaman dahulu sudah tidak ada lagi dijaman

sekarang ingin.namun beliau tetap berkengingin kuat untuk melestarikan

nilai budaya ini meskipun dengan usaha yang sangat keras, hanya untuk

menancapkan lagi atau melestarikan lagi nilai-nilai budaya.

Page 95: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

139

Dilihat dari nilai-nilai yang terdapat dalam guritan Tancepna

Maneh, dapat direlevansikan jaman sekarang sudah sangat berbeda

dengan jaman dahulu. Anak-anak yang bermain sudah tidak mengerti

mantra-mantra yang dianggap dapat mendatangkan angin yang ada anak-

anak sekarang lebih mengenal permainan yang berbau alat-alat canggih

seperti gedget yang berisikan game. Bahkan anak-anak yang tumbuh dan

tinggal di desapun sudah jarang yang mengetahui mantra-mantra seperti

itu, sehingga dapat dibilang nilai budaya mantra lagu pemanggil angin

ketika bermain anak-anak ini sampai sekarang ini sudah tidak nampak

atauk eksis lagi di jaman sekarang.

6) Ziarah ‘Ziarah’

Ziarah dalam bahasa Indonesia adalah salah satu praktik sebagian

besar umat beragama yang memiliki makna moral yang penting. Kadang-

kadang ziarah dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagi

keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tujuanya adalah untuk

mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri. Orang yang

melakukan perjalanan ini disebut peziarah. Masyarakat Jawa menyebut

ziarah dengan istilah nyekar yang bisanya dilakukan oleh anak-anak

keturunan nenek moyang yang sudah meninggal. Ziarah dilalukan setiap

kali memperingati hari kematian seseorang. Ketika ziarah biasanya

membawa bunga setaman seperti melati. Bunga melati dianggap bunga

yang suci, maka sebagi simbol untuk menyucikan diri yang disertai doa-

doa untuk menghapus dosa-dosa yang orang-orang terdahulu meninggal.

Orang Jawa biasanya mengguakan kemenyan sebagai sarana, bahwa asap

Page 96: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

140

dari kemenyan sebagai perantara doa yang akan ditujukan kepada Dewa

atau Tuhan, meskipun kebanyakan menganggap hanyalh mitos.

Widodo Basuki melalui guritan Ziarah menggambarkan berziarah

menggunakan bunga melati sebagai pupuk atau sebagai tanda telah

mendoakan keluarga yang meninggal beserta mengirimkan doa-doa ang

terucap dari bibir. Bertambah khusyuk doanya seiring jatuhnya bunga

kamboja yang biasa tumbuh dimakam-makam, jatuh satu per satu.

Mengingatkan bahwa nantinya yang hidup akan mati meskipun tidak

dinanti-nati.

Dilihat dari nilai-nilai budaya relevansi yang terdapat dalam ziarah

masih sering dilakukan oleh banyak orang, di desa maupun dikota.

Ziarah dianggap sebagai salah satu cara untuk mendoakan orang terdekat,

keluarga, atau nenek moyang yang sudah dahulu meninggal. Masyarakat

Jawa biasa melakukan ziarah dalam waktu-waktu atau hari-har tertentu.

Ziarah masih sanagat relevan sampai sekarang ini meskipun sekarang

banyak yang berpikir mendoakan oarang yang sudah meninggal dengan

berdoa setelah sembahyang, tapi tak sedikit pula yang masih melakukan

ziarah ke pemakaman. Namun tradisi inilah yang harus tetap dijaga.

7) Riyayan ‘Lebaran’

Riyayan adalah sebuat masyarakat Jawa dalam melaksanakan hari

besar umat islam yaitu lebaran. Riyayan atau lebaran dalam bahasa

Indonesia adalah nama lain dari Hari Raya umat Islam, baik hari raya

Idul Fitri maupun hari Raya Idhul Adha yang dirayakan setiap tahun atau

setiap bulan Syawal setelah sebulan umat Muslim melaksanakan puasa di

Page 97: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

141

bulan Ramadan. Namun masyarakat Jawa memiliki tradisi sendiri,

kebiasaan orang Jawa ketika lebaran adalah setelah shalat Id selesai

semua orang saling berkunjung dari rumah satu kerumah yang lain. selain

itu dirumah-rumah selalu disediakan makanan khas daerah masing-

masing yang hanya dibuat dan dihidangkan ketika lebaran saja. Banyak

saudara-saudara yang pulang dari perantauan untuk berkempul dengan

keluarga besar.

Widodo Basuki melalui guritan Riyayan ini melukiskan dan

menyampaikan tradisi atau kebiasaan lebaran yang dilakukan di desanya.

Masyarakat desa terbiasa merayakan lebaran yang menganggap sebagai

hari sucinya kembali pada diri sendiri, karena setiap orang yang pergi

jauh untuk mencari nafkah pulang ke desa untuk merayakan lebaran

bersama. Selain itu orang-orang juga saling menumpahkan rasa bersalah,

rasa yang tidak baik untuk saling dimaafkan. Biasanya dilakukan dengan

cara datang dari anak ke orang tua, keluarga ke keluarga, rumah ke

rumah, kampung ke kampung bahkan dari kota ke kota hanya untuk

mengembalikan untuk menghadirkan jiwa yang suci dihari yang suci

juga. Hidangan yang disuguhkan selalu menjadi ciri khas sendiri dalam

perayaan bersamaan saling maaf-maafan.

Relevansi dalam tradisi dan kebiasaan lebaran ini masih sangat

terlihat jelas dan sama saat sekarang ini. Tradisi seperti itu masih

dilestarikan hingga saat ini khususnya dalam masyarakat Jawa yang

sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi lebaran yang masih dianggap

sangat penting dan wajib untuk dilakukan, jika semua itu tidak dilakukan

Page 98: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

142

berasa seperti tidak lengkap atau tidak merasa lega di dalam hatinya.

Meskipun tradisi lebaran ini selain dimasyarakat Jawa juga dilakukan,

namun tak sekental seperti di masyarakat yang kebanyakan dilakukan

penuh dengan nilai dan tradisi budaya. Pada dasarnya tradisi ini masih

eksis sampai saat ini di desa maupun di kota.

8) Nalika Bendhe Tinabuh ‘Ketika Gong Dipukul’

Widodo Basuki melalui penggambaran atau lukisanguritan Nalika

Bendhe Tinabuh meyampaikan bawasanya anak-anak generasi sekarang

sudah memulai dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.

Sehingga kebenaran yang akan di apat digambarkan dengan takir

plonthangangambar arume kembang yang berarti bisa bersyukur jika

bisa mendapatkan keadilan yang layak. Takir plonthang sendiri secara

filosofi memiliki arti sebagi wujud rasa syukur apa yang di dapat ketika

Bimasena memenangkan peperangan melawan musuhnya, maka jika

anak-anak muda sekarang mampu memiliki keadilan dan mampu berbuat

kebaikan meskipun harus melewati perjuanagn yang keras dan berat.

Relevansi pada masa sekarang mengenai perlambang tentang takir

plonthang yang sebagai simbol rasa syukur atas kemenang suatu

peperangan atau kerja keras sudah mulai jarang terlihat di masa sekarang

ini. Hanya saja takir digunakan sebagai pelengkap dalam tradisi tirakatan

atau yang biasa disebut kondangan, yang masih menggunakan takir

sebagai wujud rasa syukur atas kemenanganya.

Page 99: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

143

9) Tembang Lemah Ngare ‘Lagu Tanah Pegunungan’

Tembang lemah ngare merupakan bahasa jawa yang memiliki arti

lagu tanah pegunungan . Secara filosofi, tembang lemah ngare adalah

harapan orang tua yang ada di desa terhadap anaknya untuk mendapatkan

masa depan yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Semua orang

tua mengharapkan atau berharap kepada anaknya untuk memberi

kesenangan di masa tua nanti. Orang tua di desa biasa melakukan

pekerjan yang dilakukan dibelakang rumah sambil berbicara dalam hati,

bahwa anaknya nanti akan menjadi tumpuan hidupnya, maka para orang

tua harus bekerja keras untuk menyekolahkan, untuk memberi makan

dengan cukup. Sehingga ketika mendapat rejeki nanti anaknya

diharapkan dapat membalas budi orang tuanya.

Widodo Basuki menggambarkan melalui guritan Tembang Lemah

Ngare menyampaikan gendhuk yang dimaksud adalah anak-anak dari

orang tua di desa untuk merebut popok-popok wewe, yang dimaksud

adalah rejeki-rejeki yang akan datang sebagai balas budi terhadap orang

tuanya setelah apa yang diperjuangkan orang tua untuk menghidupi para

anak-anaknya. Merubah masa depan menjadi lebih baik bukanlah perkara

yang mudah, maka para orang tua sejak anaknya kecil sampai dewasa

memiliki harapan yang besar kepada anaknya supaya nakanya dapat

memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang

harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Popok-popok

wewelah yang akan merubah masa depan mereka semua.popok-popok

wewe dianggap rejeki

Page 100: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

144

Masa sekarang ini masih banyak yang memiliki pola pikir yang

seperti itu, bahwa orang tua selalu mengharapkan anaknya untuk menjadi

tumpuan hidup yang akan datang dan berharap untuk mengubah

hidupnya di masa depan. Hal ini masih sangat sering terlihat di masa

sekarang ini bahkan di seluruh dunia orang tua masih memiliki pola pikir

yang sama seperti orang-orang tua jaman dahulu yang hidup di desa.

Namun orang tua jaman sekarang sudah mulai jarang menyebut rejeki

melimpah dengan istilah popok-popok wewe. Popok-popok wewe dalam

masyarakat Jawa menganggap bahwa itu merupakan rejeki yang banyak.

10) Panen ‘Panen’

Panen adalah bahasa Jawa yang memiliki arti memetik hasil dari

taam-tanman yang berjumlah banyak. Secara filosofi, panen memiliki

arti dimana orang yang bekerja keras itu nantinya akan mendapatkan

hasilnya. Orang yang melakukan pekerjaan yang baik maka hasilnya

akan baik, sedangkan orang yang mengerjakan sesuatu dengan buruk

maka yang dihasilkan akan buruk juga.

Widodo basuki melalui guritan Panen menyampaikan bahwa

perkataan orang tua yang mengenai hasil kerja keras tidak akan merubah

hasil yang didapatkan. Pepatah mengatakan kang nandur weanag

ngundhuh, ndhuk, hal ini menunjukan orang tua selalu mempunyai pola

pikir yang mana untuk menasehati anak-anaknya atau generasi muda,

bahwa orang yang bekerja keras melakukan pekerjaanya, dengan tulus

dan iklhas, penuh cinta dan kasih sayang serta selalu bersyukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa maka hasil yang memuaskan juga tidak perlu

Page 101: BAB II PEMBAHASAAN - abstrak.uns.ac.id · digulung diikat sahadat rosul daun suruh menjadi tombak Metafora dalam guritan Medhitasi Godhong Suruh ditunjukan pada bait kesatu baris

145

takut terhadap orang-orang yang akan merebut, karena Tuhan sudah

menyiapkan berkah yang baik.

Pola pikir seperti ini masih sering diterapakan anak-anak yang di

desa dimana harus bekerja keras dengan menggunakan hati yang penuh

iklhas dan penuh cinta dan kasih sayank maka hasilnya juga akan

memuaskan hati pula. Pada dasarnya masa sekarang di jaman modern ini

masih banyak yang memiliki pola pikir yang seperti itu, dan masih

nampak bahkan meyakinan bahwa orang yang bekrja keras itu nantinya

akan mendapatkan hasil yang setara juga. Masyarakat Jawa sendiri

meyakini terhadap Tuhan bawasnya orang-orang yang berusaha dengan

keras maka akan mendapatkan hasilnya. Pola pikir seperti ini masih

sangat berhubungan sejak dulu sampai sekarang.