BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf ·...

53
80 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1. Sejarah Objek Penelitian Sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini Kantor Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat bertempat di Jalan Soekarno-Hatta no. 528 Bandung yang sebelumnya berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 37 Bandung. Guna memantapkan pelaksanaan fungsi Dinas serta pengaturan lebih lanjut dari Peraturan Daerah mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat, diatur pula mengenai Cabang Dinas yaitu sebagaimana tercantum dalam SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 125/SK.1045/HUK/82 tanggal 29 Juli 1982 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Cabang Dinas di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Barat . Cabang Dinas ini terdapat di setiap Kabupaten/ Kota yang berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis operasional bidang pendapatan daerah dilingkungan Dinas. Seiring dengan adanya kebijakan dari Gubernur bahwa di lingkungan Dinas tidak ada lagi Cabang Dinas, maka pada tahun 2002 dibentuk Unit Pelayanan Pendapatan Daerah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 65 tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat tanggal 2 Desember 2002.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf ·...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

80

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Kondisi Penelitian

4.1.1. Sejarah Objek Penelitian

Sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini Kantor Dinas Pendapatan

Provinsi Jawa Barat bertempat di Jalan Soekarno-Hatta no. 528 Bandung yang

sebelumnya berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 37 Bandung. Guna memantapkan

pelaksanaan fungsi Dinas serta pengaturan lebih lanjut dari Peraturan Daerah

mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Jawa Barat, diatur pula mengenai Cabang Dinas yaitu sebagaimana tercantum

dalam SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No.

125/SK.1045/HUK/82 tanggal 29 Juli 1982 tentang pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Cabang Dinas di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah

Propinsi Jawa Barat .

Cabang Dinas ini terdapat di setiap Kabupaten/ Kota yang berkedudukan

sebagai unsur pelaksana teknis operasional bidang pendapatan daerah

dilingkungan Dinas. Seiring dengan adanya kebijakan dari Gubernur bahwa di

lingkungan Dinas tidak ada lagi Cabang Dinas, maka pada tahun 2002 dibentuk

Unit Pelayanan Pendapatan Daerah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa

Barat No. 65 tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada

Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat

tanggal 2 Desember 2002.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

81

Di dalam perjalanannya Unit Pelayanan Pendapatan di lingkungan Dinas

Pendapaan Provinsi Jawa Barat berkembang menjadi 33 UPPD yang tersebar di

Kabupaten/ Kota yang ada di Jawa Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur

nomor 39 tahun 2010 dan dirubah pada tahun 2011 menjadi Peraturan Gubernur

Nomor 17 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi

Jawa Barat dan nama unit pelaksana teknis Dinas di lingkungan Dispenda

Provinsi Jawa Barat pun berubah yang semula Unit Pelayanan Pendapatan Daerah

menjadi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Wilayah yang tersebar di 34

wilayah kerja yang ada di Jawa Barat. Sala satu Cabang Pelayanan Dinas

Pendapatan yang ada di Kota Bandung adalah Cabang Pelayanan Dinas

Pendapatan Provinsi Wilayah Kota bandung II Kawaluyaan yang penulis jadikan

tempat penelitian.

4.1.2 Visi dan Misi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

a. Visi

“Terwujudnya Pelayanan Prima sebagai Bukti Pengabdian kepada

Masyarakat.”

b. Misi

1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat

2. Meningkatkan Keamanan dan Keselamatan Pemilik Kendaraan

Bermotor

3. Meningkatkan Pendapatan Daerah dan Negara.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

82

4.1.3 Etika, Janji, Moto Pelayanan Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

a. Etika Pelayanan:

1. Rapi

2. Aman

3. Memuaskan

4. Amanah

5. Humanis

b. Janji Pelayanan:

1. Pasti Waktu

2. Pasti Harga

3. Pasti Kualitas

4. Transparansi dan Non Diskriminasi

c. Moto: “Kepuasaan Wajib Pajak adalah Prioritas Pelayanan Kami”

4.1.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Cabang Pelayanan Dinas

Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 17 Tahun 2011

a. Kedudukan

Unsur pelaksana teknis pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat

b. Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang Pendapatan Daerah

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

83

c. Fungsi

1. Penyelenggara pengkajian bahan petunjuk teknis di bidang Pendapatan

Daerah

2. Penyelenggara Pelayanan umum di bidang Pendapatan Daerah

4.1.5 Lokasi dan Wilayah Pelayanan Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

a. Kecamatan Regol

b. Kecamatan Lengkong

c. Kecamatan Kiara Condong

d. Kecamatan Batungunggal

e. Kecamatan Cidadap

f. Kecamatan Bandung Wetan

g. Kecamatan Sumur Bandung

h. Kecamatan Cibeunying Kaler

i. Kecamatan Cibeunying Kidul

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

84

4.1.6 Struktur Organisasi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Peta Jabatan dan Distribusi PNS Cabang Pelayanan Dinas Pendapat

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Tahun 2013

KEPALA CABANG

Drs. H. Dadang Warsono, M.Si.

NIP. 19590214 198103 1 005

Gambar 4.1

Struktur Organisasi

SUB BAGIAN TATA USAHA

Sri Endrayanie, S.IP, M.Si

NIP. 19630813 199003 2 006 JABATAN FUNGSIONAL

PELAKSANA:

1. Hj. Marliana

2. Irma Yulia, SE.,MM

3. M. Yayan Yuliawan,S.IP

4. Sufian Nur Rakhmat,S.IP.,M.Si

5. Achmad Barkah, SE

6. Yanto

7. Lilis Yutikasari

8. Kusmulyana, SE

SEKSI PENDATAAN DAN

PENETAPAN

Hj. Imas Ratnawangsih, SE., MM

NIP. 19591024 197811 2 001

SEKSI PENERIMAAN DAN

PENAGIHAN

Hj. Neneng Ratna Komala, SE., MM

NIP. 19630529 198603 2 002

PELAKSANA:

1. Hj. Yati Suryati, SE

2. Pepi Puspita S, SE

3. Hj. Rd. Miranti R, SE

4. Nurhayati, SE

5. Asep Saputra, SE

6. Yusuf Krisna Hari, SE

7. Masdar Helmi, SE

8. Rudi

9. Gugi Gustaman

PELAKSANA

1. Febi Febriadi, S.Sos

2. Sutarno

3. Yofa Faryosti, SH

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

85

4.1.7 Tata Kerja Fungsi Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Tata kerja Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan adalah sebagai berikut:

1. Kepala Cabang

a. Tugas Pokok:

Memimpin, mengkoordinasi, membina dan mengendalikan

pelaksana kegiatan tugas pokok Cabang Pelayanan Dinas

Pendapatan;

b. Fungsi:

1) Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelayanan

umum pemungutan pendapatan daerah; dan

2) Penyelenggaraan pelayanan umum pemungutan pendapatan

daerah.

c. Rincian Tugas:

1) Menyelenggarakan perumusan program kerja CPDP;

2) Menyelenggarakan koordinasi, memimpin, pembinaan dan

pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi CPDP;

3) Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pelayanan

pengendalian, evaluasi, pelaporan dan koordinasi pendapatan

daerah;

4) Menyelenggarakan pelayanan pendapatan daerah;

5) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

86

6) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

d. Tugas Kuasa Pengguna Anggaran:

Melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

a. Tugas Pokok:

Melaksanakan pengelolaan data dan informasi, penyusunan rencana

program pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian dan

umum.

b. Fungsi:

1) Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program,

pengendalian dan pelaporan;

2) Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi, kepegawaian dan

umum; dan

3) Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan.

c. Rincian Tugas

1) Melaksanakan penyusunan program kerja CPDP dan Subbagian

Tata Usaha;

2) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

3) Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan;

4) Melaksanakan rekonsiliasi potensi dan pendapatan daerah;

5) Melaksanakan pengelolaan umum dan perlengkapan;

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

87

6) Melaksanakan pengelolaan tata naskah dinas dan kearsipan;

7) Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan;

8) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

9) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan program kerja CPDP dan

kegiatan Subbagian Tata Usaha;

d. Rincian Tugas PPTK:

1) Mengendalikan pelaksana kegiatan.

2) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada

Pengguna Anggaran melalui Pengguna Anggaran.

3) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran

pelaksanaan kegiatan.

3. Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan

a. Tugas Pokok:

Melaksanakan pelayanan umum Penerimaan dan Penagihan PKB/

BBN-KB, PAP dan RPKD.

b. Fungsi

1) Penyusunan bahan petunjuk teknis pelayanan umum Penerimaan

dan Penagihan PKB/ BBN-KB, PAP dan RKPD; dan

2) Pelaksanaan pelayanan umum Penerimaan dan Penagihan PKB/

BBN-KB, PAP, dan RKPD.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

88

c. Rincian Tugas

1) Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Penerimaan dan

Penagihan;

2) Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis Pelayanan

Penerimaan dan Penagihan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,

Retribusi Daerah, dan lain-lain PAD yang sah;

3) Melaksanakan pelayanan penerimaan dan penagihan serta

keberatan dan banding PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP, Retribusi

Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;

4) Melaksanakan koordinasi pengendalian evaluasi pelaporan

penerimaan dan penagihan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,

Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;

5) Melaksanakan penyuluhan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,

Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;

6) Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

kebijakan teknis operasional;

7) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

8) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya;

4.Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan

a. Tugas Pokok:

Melaksanakan pelayanan umum Pendataan dan Penetapan PKB/

BBN-KB.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

89

b. Fungsi:

1) Penyusunan bahan petunjuk teknis pelayanan umum Pendataan

dan Penetapan PKB/ BBN-KB.

2) Pelaksanaan pelayanan umum Pendataan dan Penetapan PKB/

BBN-KB.

c.Rincian Tugas:

1) Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Pendataan dan

Penetapan;

2) Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis Pelayanan

Pendataan dan Penetapan PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,

Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;

3) Melaksanakan koordinasi pembinaan, pengendalian, evaluasi,

pembukuan dan pelaporan pendataan dan penetapan PKB, BBN-

KB, PBBKB, PAP, Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang

sah;

4) Melaksanakan pelayanan pendataan, pendaftaran, dan penetapan

serta keberatan dan banding PKB, BBN-KB, PBBKB, PAP,

Retribusi Daerah, serta lain-lain PAD yang sah;

5) Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

6) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya;

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

90

4.1.8 Keadaan Pegawai Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Pegawai merupakan Sumber Daya Manusia yang memegang peranan

penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi. Tanpa adanya pegawai

dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, maka tujuan tidak akan dapat

tercapai secara efektif dan efisien.

Berikut ini akan dikemukakan gambaran umum keadaan pegawai di

Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II

Kawaluyaan berdasarkan kedudukan, tugas dan fungsi yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1

Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

No Jabatan Jumlah

1. Kepala Cabang 1

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1

3. Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan 1

4. Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan 1

5. Staff/ Pelaksana 20

Jumlah 24

Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Kota Bandung II Kawaluyaan.

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar

pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Kota Bandung II Kawaluyaan merupakan unsur staff atau pelaksana dengan

jumlah 24 orang.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

91

Selanjutnya akan dikemukakan keadaan pegawai berdasarkan golongan

atau ruang yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2

Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Berdasarkan Golongan atau Ruang

No. Golongan atau Ruang Jumlah

1. Pembina Tingkat I (IV/b) 1 orang

2. Pembina (IV/a) 1 orang

3. Penata Tingkat I (III/d) 1 orang

4. Penata (III/c) 3 orang

5. Penata Muda Tingkat I (III/b) 8 orang

6. Penata Muda (III /a) 7 orang

7. Pengatur Tingkat I (II/d) -

8. Pengatur (II/c) 1 orang

9. Pengatur (II/b) 1 orang

10. Pengatur (II/a) 1 orang

Jumlah 24 orang

Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Kota Bandung II Kawaluyaan 2013.

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar

pegawai Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota

Bandung II Kawaluyaan merupakan golongan III/b yaitu sebanyak 8 orang.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

92

Keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Pasca Sarjana 6 orang

2. Sarjana 12 orang

3 Diploma 3 orang

4. SMA 3 orang

5. SMP -

Jumlah 24 orang

Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan 2013.

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar

pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Kota Bandung II Kawaluyaan berpendidikan Sarjana yaitu sebanyak 12 orang.

Keadaan pegawai berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Keadaan Pegawai Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 13 orang

2. Perempuan 11 orang

Jumlah 24 orang

Sumber : Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Kota Bandung II Kawaluyaan 2013

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

93

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui sebagian besar pegawai

Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II

Kawaluyaan merupakan Laki-laki yaitu sebanyak 13 orang.

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.2.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas ditujukan untuk mengukur ketepatan instrumen yang

digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan

mengkorelasikan masing-masing skor pada item dengan skor total. Teknik analisis

yang digunakan adalah koefisien korelasi Pearson Product Moment, yaitu:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ { ∑ ∑

Untuk mengetahui koefisien korelasi r dikatakan valid atau tidak valid

dilakukan dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Pengujian

menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah

sebagai berikut:

a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan valid).

b. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan tidak valid).

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

94

Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total.

Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada

signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data n-2 = 41, maka didapat r tabel

sebesar 0.301 (terlampir). Berikut ini dapat dilihat hasil dari perhitungan validitas

untuk keseluruhan butir pernyataan.

Tabel 4.5

Uji Validitas Variabel Koordinasi (X)

Prediktor No

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

(Variabel X)

Koordinasi

1 0.553 0.301 Valid

2 0.358 0.301 Valid

3 0.330 0.301 Valid

4 0.474 0.301 Valid

5 0.793 0.301 Valid

6 0.651 0.301 Valid

7 0.550 0.301 Valid

8 0.405 0.301 Valid

9 0.673 0.301 Valid

10 0.790 0.301 Valid

11 0.683 0.301 Valid

12 0.749 0.301 Valid

13 0.574 0.301 Valid

14 0.707 0.301 Valid

15 0.614 0.301 Valid

16 0.578 0.301 Valid

Sumber: data hasil penelitian 2013

Berdasarkan pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa setiap item pernyataan

r hitung lebih besar dari r tabel (rhitung > r tabel), sehingga semua instrumen

koordinasi dinyatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

95

Tabel 4.6

Uji Validitas Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)

Prediktor No

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

(Variabel Y)

Efektivitas

Pelayanan

17 0.647 0.301 Valid

18 0.750 0.301 Valid

19 0.620 0.301 Valid

20 0.772 0.301 Valid

21 0.717 0.301 Valid

22 0.485 0.301 Valid

Sumber: data hasil penelitian 2013

Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas diketahui bahwa setiap item pernyataan

r hitung lebih besar dari r tabel (rhitung > r tabel), sehingga semua instrumen

efektivitas pelayanan dinyatakan valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian.

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

pengukuran tersebut diulang. Ada beberapa metode pengujian reliabilitas

diantaranya metode tes ulang, formula belah dua dari Spearman-Brown, Formula

Rulon, Formula Flanagan, Cronbach’s Alpha, Metode Formula KR-20, KR-21,

dan Metode Anova Hoyt.

Untuk mengetahui nilai reliabilitas maka penulis mencari nilai r terlebih

dahulu dengan menggunkan rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment.

Adapun nilai pembanding untuk reliabilitas adalah 0,7. Mudjarad Kuncoro

menyatakan jika nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,7 maka dapat dijadikan

sebagai alat penelitian, sebaliknya jika kurang dari 0,7 maka variabel atau alat

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

96

ukur tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur, karena tidak handal. Berikut

ini tabel hasil uji reliabilitas angket penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.7

Uji Reliabilitas Variabel Koordinasi (X)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan Program SPSS 20.0., 2013

Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,750 yang

bermakna bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan

reliabel karena apabila dibandingkan dengan batas minimum realibilitas yakni 0,7

variabel-variabel tersebut lebih besar dari 0,7 sehingga variabel-variabel tersebut

dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengukur koordinasi.

Tabel 4.8

Uji Reliabilitas Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.765 7

Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,765 dengan

menggunakan batasan 0,7. Maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen

penelitian dalam efektivitas pelayanan tersebut Reliabel.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.750 17

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

97

Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah

terdapat pengaruh positif dan signifikan dari koordinasi antar instansi terhadap

efektivitas pelayanan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) pada

Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II

Kawaluyaan.

4.3 Gambaran Mengenai Tanggapan Responden pada Variabel Penelitian

Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan

angket yang berisi pernyataan yang diperoleh dari hasil observasi dan angket

penelitian secara tertutup yang disebar kepada 43 pegawai Cabang Pelayana Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan yang menjadi

responden dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari penyebaran angket

kemudian ditabulasikan dalam bentuk frekuensi dan dipersentasekan serta

dianalisis berdasarkan persentase yang diperoleh (terlampir).

4.3.1 Tanggapan Responden mengenai Variabel Koordinasi

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi berikut ini

penulis akan menguraikan masing-masing indikator, dalam penelitian ini skor

setiap indikator diperoleh dari hasil tanggapan responden.

1. Tanggapan Responden Mengenai Kesatuan Tindakan

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar

instansi dilihat dari dimensi kesatuan tindakan, dalam penelitian ini skor untuk

dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi kesatuan tindakan

dioperasionalkan kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

98

Tanggapan responden terhadap kesatuan tindakan, dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut ini :

Tabel 4.9

Tanggapan Responden Mengenai Kesatuan Tindakan (X1)

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

1 13 30 0 0 0 185

2 7 36 0 0 0 179

3 7 35 1 0 0 178

4 7 36 0 0 0 179

Total 170 548 3 0 0 721

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi kesatuan tindakan, dihitung

sebagai berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden

= 1 x 4 x 43

= 172

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden

= 5 x 4 x 43

= 860

Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum

= 860 – 172

= 688

Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6

Jumlah jenjang 5

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

99

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, skor yang diperoleh adalah 721. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

172 309.6 447.2 584.8 722.4 860

Rendah Tinggi

721

Gambar 4.2

Garis Kontinum Pelaksanaan KesatuanTindakan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa kesatuan tindakan memperoleh nilai sebesar 721 yang

terletak antara rentang 584.8 dan 722.4, dengan demikian berada pada garis

kontinum yang berkategori tinggi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai

yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa kesatuan tindakan

dalam koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah

ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Maka dapat disimpulkan bahwa pada

Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II

Kawaluyaan secara keseluruhan melaksanakan kesatuan tindakan yang baik.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

100

2. Tanggapan Responden Mengenai Komunikasi

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar

instansi dilihat dari dimensi komunikasi, dalam penelitian ini skor untuk dimensi

diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi komunikasi dioperasionalkan

kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden. Tanggapan

responden terhadap komunikasi, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Mengenai Komunikasi (X2)

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

5 24 15 4 0 0 192

6 14 18 10 1 0 174

7 10 17 16 0 0 166

8 15 27 1 0 0 186

Total 315 308 93 2 0 718

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi komunikasi, dihitung sebagai

berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden

= 1 x 4 x 43

= 172

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden

= 5 x 4 x 43

= 860

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

101

Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum

= 860 – 172

= 688

Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6

Jumlah jenjang 5

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, skor yang diperoleh adalah 718. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

172 309.6 447.2 584.8 722.4 860

Rendah Tinggi

718

Gambar 4.3

Garis Kontinum Pelaksanaan Komunikasi

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.10 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa komunikasi memperoleh nilai sebesar 718 yang terletak

antara rentang 584.8 dan 722.4, dengan demikian berada pada garis kontinum

yang berkategori tinggi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai

yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa komunikasi dalam

koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

102

Maka dapat disimpulkan bahwa pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan secara keseluruhan

melaksanakan komunikasi yang baik.

3. Tanggapan Responden Mengenai Pembagian Kerja

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar

instansi dilihat dari dimensi pembagian kerja, dalam penelitian ini skor untuk

dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi pembagian kerja

dioperasionalkan kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden.

Tanggapan responden terhadap pembagian kerja, dapat dilihat pada tabel 4.11

berikut:

Tabel 4.11

Tanggapan Responden Mengenai Pembagian Kerja (X3)

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

9 24 18 1 0 0 195

10 22 18 3 0 0 191

11 9 31 3 0 0 178

12 22 18 3 0 0 191

Total 385 340 30 0 0 755

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi pembagian kerja, dihitung

sebagai berikut:

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

103

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden

= 1 x 4 x 43

= 172

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden

= 5 x 4 x 43

= 860

Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum

= 860 – 172

= 688

Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6

Jumlah jenjang 5

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, skor yang diperoleh adalah 755. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

172 309.6 447.2 584.8 722.4 860

Rendah Tinggi

755

Gambar 4.4

Garis Kontinum Pelaksanaan Pembagian Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.11 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa pembagian kerja memperoleh nilai sebesar 755 yang

terletak antara rentang 722.4 dan 860, dengan demikian berada pada garis

kontinum yang berkategori sangat tinggi.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

104

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai

yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa pembagian kerja

dalam koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan secara keseluruhan

melaksanakan pembagian kerja yang sangat baik.

4. Tanggapan Responden Mengenai Disiplin

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai koordinasi antar

instansi dilihat dari dimensi disiplin, dalam penelitian ini skor untuk dimensi

diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi disiplin dioperasionalkan

kedalam 4 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden. Tanggapan

responden terhadap disiplin, dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Tanggapan Responden Mengenai Disiplin (X4)

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

13 8 32 3 0 0 177

14 11 28 4 0 0 179

15 14 22 6 1 0 178

16 8 33 2 0 0 178

Total 205 460 45 2 712

Sumber: data hasil penelitian 2013

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

105

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 4 item pernyataan yang termasuk dimensi disiplin, dihitung sebagai berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden

= 1 x 4 x 43

= 172

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden

= 5 x 4 x 43

= 860

Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum

= 860 – 172

= 688

Jarak Interval = Interval = 688 = 137.6

Jumlah jenjang 5

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, skor yang diperoleh adalah 712. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

172 309.6 447.2 584.8 722.4 860

Rendah Tinggi

712

Gambar 4.5

Garis Kontinum Pelaksanaan Disiplin

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

106

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa disiplin memperoleh nilai sebesar 712 yang terletak antara

rentang 584.8 dan 722.4, dengan demikian berada pada garis kontinum yang

berkategori tinggi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pihak pegawai

yaitu urusan kepegawaian Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan menyatakan bahwa disiplin dalam

koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap) sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan secara keseluruhan

melaksanakan disiplin yang baik.

Adapun setelah mengetahui skor dari keempat dimensi, skor-skor dari

setiap dimensi diakumulasikan untuk mengetahui skor keseluruhan dan kategori

dari tanggapan responden terhadap keempat dimensi, seperti tersaji pada Tabel

4.13 halaman berikutnya :

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

107

Tabel 4.13

Tanggapan Responden Mengenai Koordinasi (X)

n=43

No item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

1 13 30 0 0 0 185

2 7 36 0 0 0 179

3 7 35 1 0 0 178

4 7 36 0 0 0 179

5 24 15 4 0 0 192

6 14 18 10 1 0 174

7 10 17 16 0 0 166

8 15 27 1 0 0 186

9 24 18 1 0 0 195

10 22 18 3 0 0 191

11 9 31 3 0 0 178

12 22 18 3 0 0 191

13 8 32 3 0 0 177

14 11 28 4 0 0 179

15 14 22 6 1 0 178

16 8 33 2 0 0 178

Total 1075 1656 171 4 0 2906

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 16 item pernyataan yang termasuk dimensi koordinasi, dihitung sebagai

berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden

= 1 x 16 x 43

= 688

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

108

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden

= 5 x 16 x 43

= 3440

Interval = Nilai index maximum – Nilai index min

= 3440 – 688

= 2752

Jarak Interval = Interval = 2752 = 550.4

Jumlah jenjang 5

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, skor yang diperoleh adalah 2906. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

688 1238.4 1788.8 2339.2 2889.6 3440

Rendah Tinggi

2906

Gambar 4.6

Garis Kontinum Pelaksanaan Koordinasi

Secara keseluruhan, koordinasi antar instansi dalam pelayanan SAMSAT

(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) pada Cabang Pelayanan Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan mendapatkan

skor 2906 yang terletak antara rentang 2889.6 dan 3440, dengan demikian berada

pada garis interval yang berkategori sangat tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa

pegawai sudah mengimplementasikan koordinasi dengan sangat baik dalam

pelayanan SAMSAT pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

109

4.3.2 Tanggapan Responden mengenai Variabel Efektivitas Pelayanan

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai erfektivitas pelayanan

berikut ini penulis akan menguraikan masing-masing indikator, dalam penelitian

ini skor setiap indikator diperoleh dari hasil tanggapan responden.

1. Tanggapan Responden Mengenai Kejelasan dan Kepastian

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai efektivitas pelayanan

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) dilihat dari dimensi

kejelasan dan kepatian dalam penelitian ini skor untuk dimensi diperoleh dari

hasil tanggapan responden. Dimensi kejelasan dan kepastian dioperasionalkan

kedalam 2 item pernyataan dengan jawaban dari 43 responden. Tanggapan

responden terhadap kejelasan dan kepastian, dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut

ini :

Tabel 4.14

Tanggapan Responden Mengenai Kejelasan dan Kepastian

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

17 6 36 1 0 0 177

18 9 31 3 0 0 178

Total 75 268 12 0 0 355

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 2 item pernyataan yang termasuk dimensi kejelasan dan kepastian, dihitung

sebagai berikut:

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

110

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden

= 1 x 2 x 43

= 86

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden

= 5 x 2 x 43

= 430

Interval = Nilai index maximum – Nilai index minimum

= 430 – 86

= 344

Jarak Interval = Interval = 344 = 68.8

Jumlah jenjang 5

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, skor yang diperoleh adalah 355. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

86 154.8 223.6 292.4 361.2 430

Rendah Tinggi

355

Gambar 4.7

Garis Kontinum Pelaksanaan Kejelasan dan Kepastian

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.14 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa kejelasan dan kepastian memperoleh nilai sebesar 355

yang terletak antara rentang 292.4 dan 361.2, dengan demikian berada pada garis

kontinum yang berkategori tinggi.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

111

2. Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan dan Kesederhanaan

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai efektivitas pelayanan

dilihat dari dimensi kemudahan dan kesederhanaan, dalam penelitian ini skor

untuk dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi kemudahan dan

kesederhanaan dioperasionalkan kedalam 2 item pernyataan dengan jawaban dari

43 responden. Tanggapan responden terhadap kemudahan dan kesederhanaan,

dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan dan

Kesederhanaan

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

19 5 35 2 1 0 173

20 9 29 4 1 0 175

Total 70 256 18 4 0 348

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 2 item pernyataan yang termasuk dimensi kemudahan dan kesederhanaan,

dihitung sebagai berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden

= 1 x 2 x 43

= 86

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden

= 5 x 2 x 43

= 430

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

112

Interval = nilai index maximum – nilai index minimum

= 430 – 86

= 344

Jarak Interval = interval = 344 = 68.8

jumlah jenjang 5

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, skor yang diperoleh adalah 348. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

86 154.8 223.6 292.4 361.2 430

Rendah Tinggi

348

Gambar 4.8

Garis Kontinum Pelaksanaan Kemudahan dan Kesederhanaan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa pembagian kerja memperoleh nilai sebesar 348 yang

terletak antara rentang 292.4 dan 361.2, dengan demikian berada pada garis

kontinum yang berkategori tinggi.

3. Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan dan Kecepatan

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai efektivitas pelayanan

dilihat dari dimensi ketepatan dan kecepatan, dalam penelitian ini skor untuk

dimensi diperoleh dari hasil tanggapan responden. Dimensi ketepatan dan

kecepatan dioperasionalkan kedalam 2 item pernyataan dengan jawaban dari 43

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

113

responden. Tanggapan responden terhadap kecepatan dan ketepatan, dapat dilihat

pada tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16

Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan dan Kecepatan

n = 43

No Item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

21 15 21 7 0 0 180

22 11 31 1 0 0 182

Total 130 208 24 0 0 362

Sumber: Data Hasil Penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 2 item pernyataan yang termasuk dimensi kecepatan dan ketepatan, dihitung

sebagai berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x responden

= 1 x 2 x 43

= 86

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x responden

= 5 x 2 x 43

= 430

Interval = nilai index maximum – nilai index minimum

= 430 – 86

= 344

Jarak Interval = interval = 344 = 68.8

jumlah jenjang 5

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

114

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, skor yang diperoleh adalah 362. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

86 154.8 223.6 292.4 361.2 430

Rendah Tinggi

362

Gambar 4.9

Garis Kontinum Pelaksanaan Ketepatan dan Kecepatan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16 dan garis kontinum di atas

dapat diketahui bahwa ketepatan dan kecepatan memperoleh nilai sebesar 362

yang terletak antara rentang 361.2 dan 430, dengan demikian berada pada garis

kontinum yang berkategori sangat tinggi.

Adapun setelah mengetahui skor dari ketiga dimensi, skor-skor dari setiap

dimensi diakumulasikan untuk mengetahui skor keseluruhan dan kategori dari

tanggapan responden terhadap ketiga dimensi, seperti tersaji pada Tabel 4.17 pada

halaman berikutnya:

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

115

Tabel 4.17

Tanggapan Responden Mengenai Efektivitas Pelayanan (Y)

n=43

No item

Alternatif Jawaban

Total 5 4 3 2 1

17 6 36 1 0 0 177

18 9 31 3 0 0 178

19 5 35 2 1 0 173

20 9 29 4 1 0 175

21 15 21 7 0 0 180

22 11 31 1 0 0 182

Total 275 732 54 4 0 1065

Sumber: data hasil penelitian 2013

Untuk menyajikan garis kontinum (interval) yang menunjukkan kategori

Sangat Rendah (SR), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi) dan Sangat Tinggi (ST),

untuk 6 item pernyataan yang termasuk dimensi efektivitas pelayanan, dihitung

sebagai berikut:

Nilai index minimum = skor minimum x jumlah pernyataan x Responden

= 1 x 6 x 43

= 258

Nilai index maximum = skor maximum x jumlah pernyataan x Responden

= 5 x 6 x 43

= 1290

Interval = nilai index maximum – nilai index min

= 1290 – 258

= 1032

Jarak Interval = interval = 1032 = 206.4

jumlah jenjang 5

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

116

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, skor yang diperoleh adalah 1065. Secara

kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

Skor Minimum Skor Maximum

Sangat Rendah Sedang Sangat Tinggi

258 464.4 670.8 877.2 1083.6 1290

Rendah Tinggi

1065

Gambar 4.10

Garis Kontinum Pelaksanaan Efektivitas Pelayanan

Secara keseluruhan, efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap) pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan mendapatkan skor 1065 yang

terletak antara rentang 877.2 dan 1083.6, dengan demikian berada pada garis

interval yang berkategori tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa pegawai sudah

mengimplementasikan efektivitas pelayanan SAMSAT pada Cabang Pelayanan

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan dengan

baik.

4.4 Uji Asumsi Klasik

Persyaratan untuk bisa menggunakan persamaan regresi linier berganda adalah

terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang efisien dan

tidak bias BLUE dari satu persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat

terkecil, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui model regresi yang

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

117

dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik. Uji asumsi klasik sendiri

meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas dan Uji Heteroskedastisitas.

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang

harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara

normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan

mengikuti bentuk distribusi normal. Uji normalitas bias dilakukan dengan

“Normal P-P Plot”.

Pada normal P-P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat

histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

118

Untuk menganalisis datanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS

20.0 2013

Gambar 4.11

Histogram Uji Normalitas

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram

dan mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah

merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.

4.4.2 Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Jika variabel

independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Untuk

mendeteksi adanya multikolinieritas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor

(VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10,

tidak terjadi multikolinieritas.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

119

Untuk analisisnya dengan SPSS bias dilihat dari hasil output pada tabel

“Coefficient” sebagai berikut:

Tabel 4.18

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS

20.0 2013

Data hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF < 10 ini

berarti tidak terjadi multikolonieritas. Dan dapat disimpulkan bahwa uji

multikolonieritas terpenuhi.

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu

mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu

keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain

berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi

menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 19.276 4.475 4.308 .000

KESATUAN

TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045 .725 1.379

KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452 .597 1.675

PEMBAGIAN

KERJA .395 .216 .350 1.831 .075 .458 2.181

DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045 .615 1.627

a. Dependent Variable:

EFEKTIVITAS PELAYANAN

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

120

Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier,

yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut

homokedastisitas.

Untuk mendetekasi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan

melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratir (bergelombang , melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika ada pola yang jelas , serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas .

Untuk menganalisis datanya kita lihat pada gambar “Scatterplot” pada

output data pada halaman berikutnya.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

121

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Asumsi Klasik Menggunakan Program SPSS

20.0 2013

Gambar 4.12

Histogram Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 dan sumbu Y.

4. 5 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen yaitu

koordinasi antar instansi (kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan

disiplin) dengan variabel dependen yaitu Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap). Apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel

dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

122

Setelah dilakukan transformasi skala pengukuran data selanjutnya dihitung

data input dalam perhitungann analisis regresi. Data input dalam perhitungan

analisis regresi diperoleh dari skor total pembagian kerja (X1), komunikasi (X2),

pembagian kerja (X3) disiplin (X4) dan efektivitas pelayanan (Y). Koefisien

regresi unuk model yang diteliti berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat pada

tabel 4.18 berikut ini:

Tabel 4.19

Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000

KESATUAN

TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045

KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452

PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075

DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045

a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

Sumber: data hasil pengolahan menggunakan SPSS 20.0 2013

Dari koefisien regresi yang diperoleh dapat dibentuk persamaan regresinya

sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4

Y’ = 19.276 + (-0.630X1) + 0.134X2 + 0.395X3+ 0.416X4

Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 19.276, artinya Efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap) dalam skala interval adalah sebesar

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

123

19.276 jika tidak ada variabel kesatuan tindakan (X1), komunikasi (X2),

pembagian kerja (X3) dan disiplin (X4).

b. Koefisien regresi sebesar -0.630 artinya bahwa setiap penurunan atau

pengurangan pelaksanaan kesatuan tindakan dalam koordinasi antar instansi

sebesar satu satuan dalam skala interval akan meningkatkan efektivitas

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) -0.630

satuan.

c. Koefisien regresi sebesar 0.134 artinya bahwa setiap peningkatan atau

penambahan pelaksanaan komunikasi dalam dalam koordinasi antar instansi

sebesar satu satuan dalam skala interval akan meningkatkan efektivitas

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) 0.134

satuan.

d. Koefisien regresi sebesar 0.395 artinya bahwa setiap peningkatan atau

penambahan pelaksanaan pembagian kerja dalam koordinasi antar instansi

sebesar satu satuan dalam skala interval akan meningkatkan efektivitas

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) 0.395

satuan.

e. Koefisien regresi sebesar 0.416 artinya bahwa setiap peningkatan atau

penambahan disiplin dalam koordinasi antar instansi sebesar satu satuan dalam

skala interval akan meningkatkan efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap) 0.416 satuan.

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

124

Jadi dapat disimpulkan koefisien regresi disini bertanda positif, dan dapat

diartikan bahwa terjadi pengaruh positif dari kesatuan tindakan, komunikasi,

pembagian kerja dan disiplin terhadap efektivitas pelayanan Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap (SAMSAT), pengaruh positif ini serta dapat diartikan

bahwa semakin baik kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan disiplin

maka efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap) juga akan meningkat, begitupun sebaliknya.

Untuk menunjukkan lebih jelas bahwa semua variabel yang penulis teliti

terdapat pola hubungan, maka peneliti menyajikan grafik histogram yang

dihasilkan dari output dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 seperti

gambar berikut :

Gambar 4.13

Histogram

Dari gambar di atas, terlihat gambaran hubungan antara kesatuan tindakan,

komunikasi, pembagian kerja dan disiplin dalam koordinasi antar instansi

terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap). Dari gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

125

kecenderungan semakin tinggi kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja

dan disiplin dalam koordinasi antar instansi, maka akan semakin meningkat

efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) pada

Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II

Kawaluyaan.

4.6 Uji Verifikatif

1. Pengaruh Kesatuan Tindakan terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT

(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap)

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent

kesatuan tindakan (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap) (Y), maka dilakukan analisis berdasarkan pada hasil analisis regresi output

yang disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.20

Koefisien Regresi Kesatuan Tindakan

Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000

KESATUAN

TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045

KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452

PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075

DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045

a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

126

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya

pengaruh kesatuan tindakan dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan

tabel diperoleh t hitung sebesar -2.070. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2

= 5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi

(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai

t hitung < t tabel ( -2.070 < 1.682) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara kesatuan tindakan

terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap) .

2. Pengaruh Komunikasi terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap)

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent

komunikasi (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap),

maka dilakukan analisis berdasarkan pada hasil analisis regresi output yang

disajikan pada halaman berikutnya.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

127

Tabel 4.21

Koefisien Regresi Komunikasi

Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya

pengaruh komunikasi dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan

tabel diperoleh t hitung sebesar 0.759. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2 =

5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi

(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai

t hitung < t tabel (0.759 < 1.682) maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi dalam

koordinasi antar instansi terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap).

3. Pengaruh Pembagian Kerja terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT

(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap)

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable independent

pembagian kerja (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000

KESATUAN

TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045

KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452

PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075

DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045

a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

128

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), maka

dilakukan analisis berdasarkan pada hasil analisis regresi output yang disajikan

sebagai berikut :

Tabel 4.22

Koefisien Regresi Pembagian Kerja

Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya

pengaruh pembagian kerja dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas

pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan

tabel diperoleh t hitung sebesar 1.831. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2 =

5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi

(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai

t hitung > t tabel (1.831 > 1.682) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara pembagian kerja dalam

koordinasi antar instansi terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap).

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000

KESATUAN

TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045

KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452

PEMBAGIAN

KERJA .395 .216 .350 1.831 .075

DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045

a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

129

4. Pengaruh Disiplin terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap)

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable independent

disiplin (X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelayanan

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), maka dilakukan analisis

berdasarkan pada hasil analisis regresi output yang disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.23

Koefisien Regresi Disiplin

Sumber : hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa besarnya

pengaruh disiplin dalam koordinasi antar instansi terhadap efektivitas pelayanan

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap). Berdasarkan tabel

diperoleh t hitung sebesar 2.071. Tabel distribusi t dicari pada = 10% : 2 = 5%

(uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan df (43-2) = 41. Dengan pengujian 2 sisi

(signifikansi = 0,05) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1.682. Oleh karena nilai

t hitung > t tabel (2.071 > 1.682) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 19.276 4.475 4.308 .000

KESATUAN

TINDAKAN -.630 .304 -.314 -2.070 .045

KOMUNIKASI .134 .177 .127 .759 .452

PEMBAGIAN KERJA .395 .216 .350 1.831 .075

DISIPLIN .416 .201 .341 2.071 .045

a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

130

secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin dalam koordinasi

antar instansi terhadap efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap).

5. Pengaruh Kesatuan tindakan, Komunikasi, Pembagian kerja dan Disiplin

terhadap Efektivitas Pelayanan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

(SAMSAT)

Untuk mengetahui apakah variabel independen (kesatuan tindakan,

komunikasi, pembagian kerja dan disiplin) terhadap Efektivitas Pelayanan

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), maka dilakukan analisis

berdasarkan pada hasil analisis regresi output diketahui nilai F yang disajikan

sebagai berikut :

Tabel 4.24

Hasil Uji F

Sumber : pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F hitung unuk model regresi yang

digunakan sebesar 5.465. Untuk menentukan F tabel Dengan menggunakan

tingkat keyakinan 95%, = 5%, df1 (5–1) = 4, dan df2 (43-2) = 41, hasil

diperoleh untuk F tabel sebesar 3.226 (terlampir).

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 72.919 4 18.230 5.465 .001b

Residual 126.756 38 3.336

Total 199.674 42

a. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

b. Predictors: (Constant), DISIPLIN, KESATUAN TINDAKAN, KOMUNIKASI, PEMBAGIAN

KERJA

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

131

Nilai F hitung > F tabel ( 5.465 > 3.226), maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Karena F hitung > F tabel (5.465 > 3.226), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

yang signifikan antara kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan

disiplin secara simultan terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap)

4.7 Analisis Determinasi

Analisis determinasi adalah untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh

kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan disiplin terhadap Efektivitas

Pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) dalam

presentase.

Dari hasil analisis regresi, dapat dilihat pada output moddel summary dan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.25

Koefisien Determinasi Variabel X1, X2, X3, X4 terhadap Y

Sumber : pengolahan data menggunakan program SPSS 20.0, 2013

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0.604 atau (60.4%).

Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen

(kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja, disiplin) terhadap variabel

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .604a .365 .298 1.826

a. Predictors: (Constant), DISIPLIN, KESATUAN TINDAKAN,

KOMUNIKASI, PEMBAGIAN KERJA

b. Dependent Variable: EFEKTIVITAS PELAYANAN

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Kondisi Penelitian 4.1.1 ...digilib.uinsgd.ac.id/470/5/5_bab4.pdf · Sejarah Objek Penelitian ... b. Kecamatan Lengkong c. Kecamatan Kiara Condong d.

132

dependen yaitu efektivitas pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal

Satu Atap) sebesar 60.4%. Atau variasi variabel independen yang digunakan

dalam dimensi (kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja dan disiplin)

mampu menjelaskan sebesar 60.4% variasi variabel dependen variabel dependen

yaitu efektivitas pelayanan. Sedangkan sisanya sebesar 39.6% dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

Tabel 4.26

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Determinansi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Kurang dari 4% Rendah sekali, lemah sekali

5% - 16% Rendah tetapi pasti

17% - 49% Cukup berarti

50% - 81% Tinggi, kuat

Lebih dari 81% Sangat tinggi, kuat sekali

(Sumber: Sugiyono, 2007: 257)

Dari tabel 4.25 di atas jelas terlihat bahwa nilai koefisien determinansi

yang telah dihitung sebesar 60.4% masuk dalam kriteria pengaruh yang tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh yang tinggi dari Koordinasi

Antar Instansi terhadap Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap). Hal ini menunjukkan koordinasi memiliki peran yang

tinggi dalam Efektivitas Pelayanan SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal

Satu Atap).