BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...Toko Material: -Penjualan Material -Dagang 32 ±1000 ±1000 ±100 14...

28
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Profil Informan Informan dalam penelitian ini adalah pengusaha etnis Tionghoa yang sudah lama berkecimpung di bidang usahanya serta memiliki pengalaman berusaha sehingga dikenal luas di wilayah Boyolali serta informan tersebut memahami filosofi bisnis etnis Tionghoa yang bisa diketahui saat proses wawancara dimana informan bisa menjelaskan dan mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat orang pengusaha etnis Tionghoa yang telah diwawancarai dalam penelitian berkenaan dengan masalah yang diteliti dimana profil informan bisa dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Tabel Profil Informan Sumber: Data diolah, 2016 Profil informan menjelaskan tentang jenis kelamin, usia, tempat, tanggal lahir dan cerita singkat mengenai kehidupan informan. Setelah mengetahui tentang profil informan, peneliti menggali informasi tentang profil usaha masing- masing informan yang bisa dilihat pada tabel berikut: Kode Jenis Kelamin Usia (Tahun) Tempat Lahir Tanggal Lahir KI 1 Laki-laki 56 Pangkalan Bun 4 April 1960 KI 2 Laki-laki 29 Surakarta 20 April 1987 KI 3 Perempuan 53 Malang 28 September 1963 KI 4 Laki-laki 60 Boyolali 23 April 1956

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...Toko Material: -Penjualan Material -Dagang 32 ±1000 ±1000 ±100 14...

  • 19

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Diskripsi Profil Informan

    Informan dalam penelitian ini adalah

    pengusaha etnis Tionghoa yang sudah lama berkecimpung di bidang usahanya serta memiliki

    pengalaman berusaha sehingga dikenal luas di wilayah Boyolali serta informan tersebut memahami filosofi bisnis etnis Tionghoa yang

    bisa diketahui saat proses wawancara dimana informan bisa menjelaskan dan mengaplikasikan

    di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat orang pengusaha etnis Tionghoa yang telah diwawancarai dalam penelitian berkenaan

    dengan masalah yang diteliti dimana profil informan bisa dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.1

    Tabel Profil Informan

    Sumber: Data diolah, 2016

    Profil informan menjelaskan tentang jenis

    kelamin, usia, tempat, tanggal lahir dan cerita

    singkat mengenai kehidupan informan. Setelah mengetahui tentang profil informan, peneliti menggali informasi tentang profil usaha masing-

    masing informan yang bisa dilihat pada tabel berikut:

    Kode

    Jenis

    Kelamin

    Usia

    (Tahun)

    Tempat

    Lahir

    Tanggal Lahir

    KI 1 Laki-laki 56 Pangkalan Bun

    4 April 1960

    KI 2 Laki-laki 29 Surakarta 20 April 1987

    KI 3 Perempuan 53 Malang 28 September

    1963

    KI 4 Laki-laki 60 Boyolali 23 April 1956

  • 20

    Tabel 4.2

    Tabel Profil Usaha

    Kode

    Kegiatan Usaha

    Jenis Usaha

    Lama

    Usaha (Tahun)

    Modal

    Usaha (Juta)

    Omzet/

    bulan (Juta)

    Laba/

    bulan (Juta)

    Jumlah

    Karyawan (Orang)

    KI 1

    Bengkel Motor: -Penjualan Sparepart -Service Motor

    -Dagang

    -Jasa

    16

    ±250

    ±50

    ±300

    ±50

    ±60

    ±15

    4

    4

    KI 2

    Konter HP:

    -Penjualan HP -Penjualan Aksesoris

    -Server Pulsa

    dan Perdana

    -Service HP

    -Dagang -Dagang

    -Dagang

    -Jasa

    9

    ±200 ±100

    ±150

    ±50

    ±400 ±60

    ±3000

    ±50

    ±30 ±30

    ±50

    ±15

    6 10

    30

    4

    KI 3

    Penjahit:

    -Jasa Jahit Halusan

    -Jasa

    25

    ±100

    ±50

    ±30

    11

    KI 4

    Toko Material:

    -Penjualan Material

    -Dagang

    32

    ±1000

    ±1000

    ±100

    14

    Sumber: Data diolah, 2016

  • 21

    Key Informan 1 (KI 1) merupakan

    informan pertama yang peneliti wawancarai. K1 lahir di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada

    tanggal 4 April 1960. Sejak kecil beliau mengikuti ayahnya berpindah-pindah disekitar pulau jawa karena bekerja sebagai tentara. Saat setelah

    menikah, beliau memutuskan untuk menetap dan tinggal di Boyolali membangun keluarga.

    Saat pertama menikah, beliau bekerja sebagai sopir “omprengan” pada tahun 80an. setelah sekian lama akhirnya bisa membeli lima

    angkutan sendiri, dan pada tahun 90an bisa memiliki belasan angkutan. Pada krisis 1998,

    bisnis angkutannya bangkrut dan pada akhirnya membuka toko sparepart dan service motor pada tahun 2000.

    Alasan membuka toko sparepart dan service ini dikarenakan background keahlian sebelumnya mekanik saat sekolah dan bisa memperbaiki angkutan sendiri jika ada

    kerusakan. Selain itu dana yang digunakan untuk membuka usaha pertama kali tidak cukup jika membuka sparepart mobil. Modal pertama kali saat membuka usaha ± 100 jutaan dengan status lokasi usaha kontrak, sumber dana ini

    didapat dari menjual seluruh angkutan yang ada. Awal mula buka usaha pasar yang dituju langsung user atau pemakai. Seiringnya berjalannya waktu, banyak saingan antara usaha sejenis yang bermodal kecil juga buka usaha

    tersebut maka semenjak tahun 2012 pasar usaha ini fokus pada penjualan partai atau suplaier yang memasoki sparepart di penjual kecil di Boyolali, selain penjualan partai juga masih membuka penjualan langsung ke pemakai.

    Toko sparepart dan service motor ini berlokasi di Boyolali dengan jam buka pukul 09.00 – 16.00 WIB. Usaha mempunyai empat

  • 22

    karyawan di penjualan sparepart dengan gaji harian dan empat teknisi dibagian service dengan sistem bagi hasil 70% untuk teknisi dan 30% untuk pemilik. Untuk sekarang ini modal usaha keseluruhan jika dinominalkan oleh KI 1 ±

    300jutaan dengan status lokasi usaha sekarang ini sudah menjadi hak milik. Dengan keuntungan bersih perbulan lebih dari 75 juta.

    Key Informan 2 (KI 2), lahir di Surakarta

    pada tanggal 20 April 1987. Ia sudah dari kecil berdomisili di Boyolali. Ia bersekolah di SD Kanisius Boyolali. Saat SMP, ia disekolahkan di

    SMP Regina Pacis Solo. Awal masuk SMP dia termasuk anak yang pintar yang mendapat

    ranking di kelas, tetapi karena jauh dari pantauan orang tua dan pergaulan yang kurang baik maka pada akhirnya sempat tidak lulus

    SMP. Akhirnya dipindahkan ke SMP Widya Wacana dan lulus. SMA berada di Boyolali. Saat SMA belum sampai satu semester, dia tidak mau

    melanjutkan sekolah dikarenakan terlalu banyak aturan disekolah. Saat SMA dia sudah

    mempunyai usaha sampingan yaitu jualan pulsa dan HP bekas di teman-temannya atau disebut konter berjalan. Hal ini juga yang memperkuat

    alasan, dia tidak mau sekolah karena sudah merasa enak kalau memegang uang. Setelah tidak sekolah, dia mulai mebuka usaha dengan

    temannya dengan join tempat usaha. Usahanya mulai berkembang dan cukup mempunyai nama,

    akhirnya meminta dibukakan toko kecil berukuran 4x4 meter di rumahnya semenjak

    tahun 2007 sampai sekarang. Awal membuka usaha diperkirakan modal belasan juta yang didapat dari keuntungan usaha yang sudah

    didapat sebelumnya. Konter handphone (HP) ini, sekarang ini

    menjadi konter HP terbesar dan terlengkap di

  • 23

    Boyolali. Luas bangunan sekarang diperbesar kurang lebih 10x20 meter dengan berbagai bidang usaha baik server pulsa, penjualan aksesoris, perdana, handphone, service dan semua seputar HP. Saat ini konter ini memiliki

    sepuluh orang karyawan dibagian aksesoris HP, enam karyawan dibagian penjualan HP, sepuluh karyawan di bagian deposit dan penjualan pulsa,

    delapan karyawan dibagian admin server, empat karyawan di bagian service HP dan belasan sales

    marketing kelilingan deposit pulsa di Boyolali dan sekitarnya. Sistem kerja adalah shift dengan jam kerja toko 08.00 – 21.00 WIB. Selain itu juga

    terdapat empat cabang lain yaitu dua cabang di swalayan daerah Boyolali dan tempat usaha

    lainnya di Ampel dan Kartasura. Untuk sekarang ini diperkirakan modal yang digunakan ± 500juta dengan keuntungan bersih lebih dari 125jt

    perbulan.

    Key Informan 3 (KI 3) lahir di Malang

    pada tanggal 28 September 1963. Pada saat menempuh pendidikan SLTA, beliau pindah di

    Boyolali. Tidak lama setelah lulus sekolah, beliau langsung menikah. Setelah menikah, beliau menjalani kursus ketrampilan menjahit dan

    akhirnya membuka usaha menjahit seorang diri dirumah dengan pelanggan tetangga-tetangganya.

    Berawal dari mulut ke mulut, pelanggan bertambah banyak dan akhirnya mempekerjakan beberapa karyawan. Hingga pada sekarang ini

    sudah memiliki karyawan sebelas orang yang terbagi menjadi dua tugas yaitu delapan orang

    menjahit dan tiga orang membuat pola beserta KI 3 sendiri.

    Usaha yang dijalankan KI 3 ini adalah

    penjahit halusan yang bertempat usaha di Boyolali yang buka pada hari Senin sampai Sabtu pukul 08.30 – 16.30 WIB. Penjahit halusan

  • 24

    berbeda dengan penjahit konveksi. Didalam penjahit halusan, pelanggan datang sendiri serta mengukur dan meminta model sebagaimana yang

    diinginkan sedangkan penjahit konveksi cenderung sudah ada ukuran dan model yang telah ada sebelumnya. Pelanggan beliau berasal

    dari karyawan kantoran, PNS, dan keluarga yang mempunyai hajatan. Menurut beliau, usaha

    tersebut terbesar di Boyolali jika dilihat dari jumlah karyawan yang dipekerjakan. Modal usaha pertama kali membuka usaha ini hanya

    bermodal sebuah mesin jahit, tetapi sekarang ini beliau sudah memiliki belasan mesin jahit,

    perlengkapan menjahit bahkan sudah mempunyai tempat usaha sendiri yang diperkirakan nominalnya lebih dari 100juta

    diluar tempat usaha. Penghasilan bersih usaha perbulan diperkirakan lebih dari 30juta.

    Key Informan 4 (KI 4) adalah informan

    terakhir dalam penelitian ini. KI 4 lahir di

    Boyolali pada tanggan 23 April 1956. Beliau dari kecil hingga sekarang ini tinggal di Boyolali. Usaha beliau adalah toko bangunan yang

    menjual material bangunan. Toko beliau sudah berdiri sekitar 32 tahun yang lalu dimana dari

    awal sampai sekarang toko tersebut berada disekitar pasar Boyolali. Pemilihan tempat di dekat pasar didasarkan pada waktu itu pusat

    berdagangan hanya ada disekitar pasar sehingga apabila ingin laku harus mendekati keramaian. Toko ini buka pada hari senin sampai sabtu dari

    pukul 08.00 sampai 16.00 dengan memiliki empat belas karyawan dimana terbagi menjadi

    enam orang bagian toko, empat orang bagian gudang dan empat orang bagian antar pesanan.

    Toko material ini bisa dikatakan yang

    pertama di Boyolali dan masih eksis sampai sekarang ditengah persaingan bisnis yang ada.

  • 25

    Pelanggan dari usaha ini adalah orang individu yang sedang membangun rumah dan sebagian pengembang perumahan. Pembayarannya selain

    tunai juga bisa secara kredit tetapi hanya pada orang-orang tertentu yang dirasa bisa dipercaya. Sistim kredit ini diberlakukan karena biasanya

    orang-orang tersebut mengambil bahan dan diberi nota dahulu dan biasanya pembayaran

    dikemudian hari bisa seminggu sekali, sebulan sekali, bahkan bisa tiga bulan sekali saat rumah tersebut baru selesei. Untuk total modal pada

    saat ini lebih 1 milyar sudah masuk disini yang terdiri dari persediaan material dan alat

    transportasi yaitu 1 truk dan 1 pick up. Dengan keuntungan kira-kira 100jutaan perbulan. Meskipun dana piutang juga besar, dikarenakan

    untuk nominal-nominal transaksi besar biasanya berbentuk kredit.

    4.2 Diskripsi Profil Investasi

    Setelah mengetahui profil singkat informan

    dan usahanya, peneliti ingin menggali tentang investasi apa saja yang sudah pernah dilakukan masing-masing informan. Dimana hasilnya bisa

    dilihat di tabel berikut :

  • 26

    Tabel 4.3 Tabel Profil Investasi

    Sumber: Data diolah, 2016

    Dari penjelasan informan, dapat diketahui jenis investasi yang dilakukan terbagi menjadi dua macam yaitu yang berkenaan dengan usaha

    dan tidak berkenaan dengan usaha. Setiap informan melakukan investasi dalam sektor

    usaha yaitu tempat lokasi berusaha, untuk KI 3 dan KI 4 memiliki tempat usaha yang terpisah dari rumah tempat tinggalnya, KI 1 memilih

    tempat usaha yang gabung dengan rumah atau rumah dan toko (ruko), sedangkan KI 2 tempat

    usaha berada dibagian depan jalan dan rumah ada dibagian belakang toko. Setiap informan melakukan investasi di peralatan usaha yang

    berbeda-beda sesuai jenis usaha yang digelutinya seperti yang bisa dilihat di tabel diatas. Selain tempat usaha dan peralatan usaha yang dimiliki

    setiap informan, diketahui bahwa khusus untuk

    Kode

    Macam-macam Investasi yang dimilik

    Berkenaan dengan

    usaha

    Tidak berkenaan

    dengan usaha

    KI 1

    a. Bangunan Ruko b. Peralatan Service

    Motor

    a. Deposito Bank

    Daerah.

    b. Investasi Tanah

    KI 2

    a. Tempat Usaha Toko. b. Peralatan Server Pulsa

    dan Service HP. c. Tempat Cabang Baru.

    a. Tanah dan

    Bangunan Tempat

    Tinggal. b. Deposito Bank

    Swasta

    KI 3

    a. Tempat Usaha Jahit.

    b. Peralatan Mesin Jahit

    a. Tanah dan

    Bangunan Tempat

    Tinggal.

    b. Deposito Bank Daerah.

    c. Emas Perhiasan

    KI 4

    a. Tempat Usaha Toko.

    b. Gudang Material.

    c. Peralatan atau Mesin

    Pengolah Material. d. Truk dan Pickup.

    a. Tanah dan

    Bangunan Tempat

    Tinggal.

    b. Deposito Bank

    Daerah.

  • 27

    KI 2 mempunyai beberapa cabang lokasi tempat usaha meliputi di Kartasura, Ampel dan beberapa lokasi di swalayan yang ada di sekitar Boyolali.

    Untuk KI 4 mempunyai lokasi gudang guna menyimpan material dan truk besar serta pickup digunakan untuk mengantar material.

    Dari penelitian ini terungkap bahwa informan KI 1 dan KI 3 yang memiliki usaha lebih

    lama, mereka sudah tidak terlalu banyak melakukan investasi di usaha yang digeluti

    untuk sekarang ini. Hal ini dikarenakan usaha tersebut sudah mempunyai pasar tersendiri yang sudah dibangun sejak puluhan tahun yang lalu.

    Untuk KI 2 yang memiliki usaha yang terbilang belum lama, ia masih melakukan investasi yang sangat besar di sektor usaha sekarang ini

    dikarenakan untuk memperbanyak alat-alat, stok barang yang dijual, penambahan karyawan

    bahkan pembukaan beberapa cabang guna memperluas pasar. Disisi lain faktor usia juga mempengaruhi tentang intensitas investasi yang

    dilakukan. Usia yang relatif masih muda, melihat masa depannya masih panjang sehingga sering memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

    Sedangkan usia yang sudah cukup tua yang lebih suka menikmati hidupnya dan lebih nyaman

    menjalani apapun yang sudah ada sehingga mereka sudah tidak berfikir untuk melakukan investasi besar-besaran. Terdapat hal yang

    berbeda pada KI 4, meskipun terbilang berumur KI 4 sekarang ini gencar investasi pada usahanya

    dengan mempunyai rencana untuk memperbesar gudangnya dan memperbanyak modal guna memperbanyak persediaan bahan material, hal

    ini dilakukan karena pembangunan di Boyolali sedang berkembang pesat dan kebutuhan akan bahan material terus melonjak.

    Terdapat hal menarik saat ditanya soal investasi yang telah dilakukan informan, selain

  • 28

    jawaban yang ada di tabel diatas diketahui semua informan menjawab persediaan barang dagang sebagai salah satu contoh investasi. Dari

    hal tersebut diketahui bahwa informan belum bisa membedakan pasti antara penganggaran modal dimana pemanfaatan lebih dari satu tahun

    atau modal kerja dimana pemanfaatannya kurang dari satu tahun. Sehingga saat

    wawancara, peneliti harus menjelaskan lebih detail akan hal tersebut.

    Sedangkan investasi tidak berkenaan

    dengan kegiatan usaha bisa dilihat dari sisi sektor keuangan, Semua informan diketahui

    memiliki deposito. Mereka melakukan investasi dalam bentuk deposito dikarenakan adanya kelebihan dana diluar kebutuhan dana untuk

    operasional usahanya. Terdapat perbedaan dalam menanamkan deposito di masing-masing informan. Untuk KI 1, KI 3 dan KI 4

    menanamkan dananya di Bank Daerah yaitu BPD Boyolali sedangkan untuk KI 2 melakukan

    kegiatan deposit di bank swasta BCA dan Mandiri.

    Meskipun KI 1, KI 3 dan KI 4 memilih

    melakukan deposito di Bank Daerah tetapi mereka tetap memiliki rekening di bank swasta

    seperti KI 1 dan KI 4 di BCA dan KI 3 di BRI. Pemilihan Bank Daerah tersebut dikarenakan bunga deposito yang lebih tinggi yaitu 9.5%.

    Peneliti selanjutnya juga bertanya apakah tidak takut risikonya juga tinggi jika di Bank Daerah, tetapi kedua informan ini menjawab hal yang

    hampir sama yaitu mereka percaya dana yang dimasukkan akan aman karena sudah lama

    menjadi nasabah dan tidak pernah terjadi apa-apa selain itu juga ada jaminan dari pemerintah daerah jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

    disisi lain juga mereka sudah menjadi nasabah sudah lama yaitu sejak lama pertama merintis

  • 29

    usaha. Selain itu ada hal menarik yang dijelaskan oleh informan, bahwa mereka mempunyai suatu komunitas sesama etnis

    Tionghoa di Boyolali biasanya dari teman-teman gereja dikarenakan etnis Tionghoa di boyolali relatif sedikit dan kebanyakan dalam satu gereja

    yang sama yaitu Bethel. Komunitas ini dijadikan sarana sharing informasi apapun, salah satunya

    soal deposito di bank daerah ini. Sehingga etnis Tionghoa di Boyolali cenderung memilih Bank Daerah untuk kegiatan deposito dikarenakan

    masukan sesama etnis Tionghoa. Sedangkan untuk KI 2 diketahui tidak

    memiliki rekening di Bank Daerah tetapi ia memiliki semua rekening bank nasional lainnya baik BCA, Mandiri, BII, BRI, Danamon, BNI, dll.

    Hal ini dikarenakan untuk transaksi deposit pulsa yang dijalankan bisa melalui transfer antar bank sehingga ia memberikan fasilitas yang

    lengkap di bank-bank yang downline miliki. Tetapi untuk deposito KI 2 hanya mempunyai

    deposito di Bank BCA dan Mandiri dikarenakan di kedua bank ini sering terjadi transaksi dalam operasional usaha yang nominal cukup besar

    yaitu ratusan juta setiap harinya. Selain itu juga KI 2 sudah menjadi nasabah prioritas di kedua

    bank tersebut. Sehingga pemilihan melakukan kegiatan deposito di BCA dan Mandiri tersebut dikarenakan akses atau kemudahan yang diberi

    kedua bank tersebut lebih daripada bank lain. Sedangkan saat peneliti tanya apakah faktor bunga deposito mempengaruhi dalam pemilihan,

    ternyata tidak terlalu berpengaruh karena ia memindahkan uang di deposito per tiga bulanan.

    Akses yang paling utama, karena nanti kalau sudah dana cair per tiga bulan pasti dana tersebut digunakan untuk hal lainnya. Peneliti

    terakhir bertanya apakah investasi di sektor keuangan yang dimiliki hanya deposito, tidak ada

  • 30

    yang lain seperti saham dan sebagainya. Diketahui keempat informan hanya memiliki deposito, bahkan mereka tidak tahu menahu

    bagaimana cara kerja investasi saham. Investasi yang tidak berkenaan dengan

    kegiatan usaha bisa dilihat dalam investasi

    sektor riil yang dilakukan. Keempat informan memilih investasi yang sama yaitu memiliki

    tempat tinggal. Tetapi ada juga investasi lain yang dilakukan selain itu serperti pada KI 1 menjelaskan bahwa sekarang ini beliau lebih

    sering investasi tanah. Menurut beliau investasi tanah dirasa memiliki risiko yang kecil jika

    sedangkan peluang keuntungannya sangat besar, ditambah lagi perekonomian di Boyolali yang sedang tumbuh jadi kalau mau investasi yang

    paling bagus sekarang di tanah. Saat ditanya soal sumber dana yang digunakan investasi tanah, KI 1 menjelaskan hanya menggunakan uang dari

    hasil keuntungan usaha sparepartnya yang sudah berjalan puluhan tahun selain itu juga

    keuntungan dari jual beli tanah yang ada. Beliau juga menjelaskan tidak berani melakukan peminjaman di bank, dikarenak tidak mau

    seperti terkejar-kejar hutang dan tidak mau usaha sparepart yang sudah ada ini nanti kena dampak dari peminjaman hutang.

    Investasi yang berbeda dilakukan oleh KI 3. Dikarenakan beliau wanita maka lebih suka

    melakukan investasi dalam bentuk emas atau perhiasan. Hal ini dikarenakan selain melakukan

    investasi, emas atau perhiasan juga bisa dipakai dalam keseharian. Sehingga ada dua keuntungan yang bisa didapat. Sedangkan untuk KI 2

    mengaku tidak memiliki atau berfikiran dalam waktu dekat ini investasi sektor riil karena

    tenaga, waktu dan dana masih terkuras dalam pengembangan usaha yang ada sekarang ini. Hal hampir senada diutarakan KI 4 yang juga fokus

  • 31

    investasi pada usahanya, hal ini dikarenakan kebutuhan akan bahan material yang tambah besar, sehingga sekarang fokus pada mencukupi

    permintaan itu dahulu.

    4.3 Analisis Penelitan

    Setelah mendapatkan hasil wawancara dari informan, selanjutnya peneliti melakukan

    analisis dan menjelaskan secara terperinci sebagai berikut :

    4.3.1 Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa Didalam penelitian ini, peneliti

    pertama-tama ingin menggali pemahaman informan tentang filosofi bisnis etnis Tionghoa yang meliputi cuan, cengli dan

    cincai. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah menanyakan apa arti yang terlintas pertama kali jika peneliti

    menyebutkan kata cuan, cengli dan cincai (Top of mind) dimana hasilnya bisa dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.4 Tabel Top of Mind

    Pemahaman Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

    Kode

    Top of Mind Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

    Cuan Cengli Cincai

    KI 1

    Laba

    Jujur,

    Terpercaya

    Jangan "Saklek",

    Jangan Kaku, Monoton

    KI 2

    Laba

    Terpercaya

    Yang penting tidak

    rugi

    KI 3

    Laba

    Kepercayaan

    Sikap saling bantu

    / dermawan

    KI 4

    Laba

    Fair / adil

    Bisa memaklumi

    keadaan

    Sumber: Data diolah, 2016

  • 32

    Hal pertama kali yang terlintas dari kata cuan, keempat informan menjawab hal yang sama yaitu keuntungan/laba/

    profit. Sedangkan saat diajukan kata cengli, yang terlintas dipikiran informan adalah

    kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan keadilan. Tetapi ada hal yang menarik saat peneliti ajukan kata cincai. Saat kata cincai

    diajukan peneliti, keempat informan dalam menjawab tidak selancar saat ditanya arti

    kata cuan dan cengli sebelumnya. Keempat informan seperti berfikir kata yang tepat yang mewakili kata cincai. Hal ini terbukti

    dengan jawaban informan tentang cincai yang beragam. Informan pertama, KI 1 saat diajukan kata cincai menjawab demikian,

    “jangan “saklek”, jangan kaku”. Informan kedua yaitu KI 2 menjelaskan cincai

    dengan arti “yang penting sama-sama jalan”. Informan ketiga, KI 3 menjelaskan cincai dengan kata “saling bantu”. Sedangkan informan terakhir KI 4 menjelaskan cincai dengan kata “bisa memaklumi keadaan”. Berdasarkan top of mind masing-masing informan kata cuan, cengli dan cincai diketahui jawaban yang beragam, yang harus digali lagi apakah

    maksud kata tersebut mempunyai kesamaan pemahaman atau tidak.

    Setelah mengetahui top of mind dari masing-masing filosofi bisnis etnis Tionghoa. Selanjutnya peneliti ingin

    menggali lagi apa maksud top of mind tersebut. Keseluruhan informan menjawab

    hal yang sama saat ditanyai maksud arti cuan yaitu keuntungan, keuntungan disini dijelaskan oleh keseluruhan informan

    berupa profit atau materi atau uang seperti apa yang dikemukakan oleh KI 1 sebagai

  • 33

    berikut “Kalau cuan semua orang sudah tau ya soal keuntungan atau duitlah”. Jawaban tersebut peneliti gali terus dengan menanyakan apakah ada arti atau penjelasan lainnya dari kata cuan, semua

    informan seperti agak kesusahan dalam menjelaskan arti lain dari cuan dan pada akhirnya hanya menjelaskan hal sekitar

    apa yang sudah dijelaskan tersebut. Peneliti masih kurang puas dan

    menanyakan apakah mempunyai banyak pelanggan, mempunyai nama baik, mempunyai banyak relasi merupakan

    sebuah keuntungan dalam usaha. Dan apakah hal ini termasuk dalam cuan?

    Respons dari keseluruhan informan seperti baru mengetahui bahwa cuan tidak hanya pada profit atau uang. Hal ini seperti

    disampaikan KI 2 yaitu “ya bisa dikatakan keuntungan juga berarti, termasuk cuan juga berarti itu”.

    Filosofi bisnis yang kedua adalah cengli. Top of mind yang terbentuk dari cengli adalah kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan keadilan. Penjelasan dari

    keempat informan ini saling berhubungan, arti kejujuran disini seperti yang dijelaskan oleh KI 1 bahwa “kalau orang mau jualan harus jujur, apa yang dijual kualitasnya harus sesuai yang diomongkan jangan sampai pelanggan seperti ditipu”. Keadilan disini dimaksudkan KI 4 bahwa “orang hidup harus fair/adil, misal orang sudah bekerja keras untuk kita ya harus kita hargai sesuai apa yang dia kerjakan, kalau orang salah juga harus kita tegur jadi adil”. Kejujuran dan keadilan ini merupakan

    bagian dari integritas dan kredibelitas seorang etnis Tionghoa sehingga nantinya

  • 34

    bisa dipercaya dan terpercaya. Sehingga orang dalam berbisnis itu harus cengli, harus bisa dipercaya oleh semua

    stakeholder. Penjelasan diatas merupakan satu kesatuan yang mendasari orang itu cengli seperti yang diungkapkan oleh KI 1,

    “kalau cengli yang om pahami, orang itu harus jujur, berkualitas dan bisa dipercaya”.

    Filosofi terakhir adalah cincai. Top of

    mind dari cincai dijawab beragam dari masing-masing informan. Dari KI 1 tadi menyebutkan bahwa cincai itu “jangan “saklek”, jangan kaku”.Hal ini hampir sama seperti yang dikemukakan oleh KI 4 yaitu

    “bisa memaklumi keadaan”. Setelah peneliti gali lebih lanjut dari kedua informan ini

    ternyata dijelaskan kalau membuka usaha harus fleksibel / tidak kaku/ memaklumi keadaan terhadap perubahan dan keadaan

    baik perubahan waktu dan zaman serta keadaan sosial karena kalau kaku tidak bisa menyesuaikan keadaan bakal susah

    sendiri. Hal ini beliau contohkan dengan pengalaman dahulu sampai sekarang

    tentang keadaan etnis Tionghoa di Boyolali seperti yang diutarakan KI 1 berikut:

    “yang jelas yang om rasain disini kan etnis minoritas gak bisa saklek disini. Kalau misal kita keras/kaku nanti pasti ada yang seneng buat-buat masalah dalam usaha. Suka tidak suka kita harus pahami kita numpang disini, jadi harus pintar-pintar atur suasana dengan

    masyarakat asli sini.”

    Jadi cincai yang beliau maksud janganlah kaku, pintar-pintar membaca

    keadaan dan membawa suasana saat bersosialisasi dengan sekitar dikarenakan etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas

  • 35

    di Boyolali sehingga usaha bisa berjalan dengan lancar. Selain itu beliau juga menjelaskan perubahan pergerakan bisnis

    karena perubahan waktu, pesaing, dan sebagainya. Seperti yang usaha beliau lakukan yaitu dari yang awalnya hanya

    melakukan penjualan langsung ke konsumen sekarang ditambah menjadi

    penyuplai sparepart, hal ini ditempuh karena dalam menajalankan usaha tidak

    boleh kaku. Karena kalau kaku sekarang ini pasti akan menurun dan bangkrut.

    Sedangkan top of mind cincai menurut KI 2 adalah “yang penting sama-sama jalan”. Maksud arti kata tersebut ia jelaskan seperti ini :

    “Meskipun disini harga agak tinggi, tapi kalau ada pembeli yang suka nawar masih aku kasih potongan juga. Yang penting dia beli, barangku keluar. Untung dikit gak papa. Daripada cuannya dikasih ke konter lainnya

    mending buat aku aja.”

    KI 2 menjelaskan bahwa target konsumen dari usahanya adalah masyarakat mengengah keatas sehingga

    dia menerapkan harga yang relatif lebih mahal dibanding konter kecil lainnya.

    tetapi jika ada yang menawar harga sering kali ia kasih potongan yang penting barang laku terjual. Prinsip dia selama tidak ada

    yang dirugikan, tidak jadi masalah yang penting sama-sama jalan.

    KI 3 menjelaskan sekilas makna cincai dengan kata “saling menolong. Saling bantu” ini dijelaskan lebih mendetail seperti yang diutarakan berikut :

  • 36

    “Cincai atau saling bantu ini tante pegang teguh, ini prinsip hidup tante sih. Hidup didunia ini ya harus saling bantu karena dulu tante pas pertama jadi orang “kere” disini juga sering dibantu orang sampai jadi begini, makanya harus tante balas bantu orang juga. Kalau dihubungkan sama usaha jahitan ini, tadi misal karyawan sini udah gak kerja sini tapi saya tetep tawarin kerjaan yang dibawah kerumah itu kalau mau. Ini juga anak-anak deket sini juga banyak yang cari ilmu disini,tante terima karena biasanya anak lulusan sma susah dapat kerjaan,

    apalagi banyak juga cuman lulusan smp. Keluarganya miskin,anak-anak ini kerja juga bantu keluarganya. Saya dulu juga pernah

    merasakan miskin soalnya.”

    4.3.2 Pertimbangan Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

    Setelah mengetahui pemahaman filosofi bisnis dan keputusan investasi dari informan, selanjutnya peneliti ingin

    mengetahui apa penggunaan filosofi bisnis etnis Tiongha dijadikan sebagai

    pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Apakah penerapan filosofi cuan, cengli dan cincai digunakan sebagai

    pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Filosofi pertama yang ditanyakan peneliti adalah filosofi cuan diartikan

    sebagai keuntungan yang berhubungan dengan materi. Filosofi cuan ini merupakan

    pertimbangan dalam membuat keputusan investasi yang sangat penting seperti yang dikemukakan oleh KI 3 berikut:

    “Cuan itu kan keuntungan, jadi kalau mau mengambil keputusan dalam investasi harus hitung-hitungan. Untung rugi dihitung masak-masak kalau lebih banyak untungnya baru diambil keputusan itu”.

  • 37

    Keseluruhan informan menjelaskan hal yang sama yaitu dalam membuat keputusan investasi hal yang harus

    diperhatikan adalah cuan, mereka tidak mau melakukan investasi jika tidak menghasilkan cuan. Dan jika ada beberapa

    alternatif investasi maka yang diutamakan adalah yang menghasilkan cuan terbesar

    seperti yang diutarakan KI 1 berikut:

    “Kalau om invest di usaha om sekarang ini ya

    mungkin gak ada variasinya. Gara-gara tau invest tanah lebih menguntungkan ya boleh

    lah om coba.”

    Tetapi pada situasi-situasi tertentu tidak hanya cuan yang dicari terus

    menerus, terkadang juga ada pertimbangan-pertimbangan lain yang

    diperhatikan yang berhubungan dengan filosofi lainnya seperti cincai yaitu dermawan contohnya meskipun mencari

    cuan tetapi juga membantu orang yang kesusahan. Seperti yang dikemukakan oleh KI 1 berikut:

    “Dalam situasi-situasi tertentu om tidak melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu tetangga yang orang pasar ada yang sedang kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang ditugaskan cari nasabah dipasar. Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar. Mau gak mau harus kembalikan dana para nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh dana cepat, tapi om juga gak beli semurah-

    murahnya. Malah om pikir kasih harga lebih itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka, Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi pusat kota tanah yang om beli dulu karena kabupaten pindah”

  • 38

    Filosofi kedua yang ditanyakan adalah cengli yang dipahami sebagai kejujuran dan keadilan yang mengarah ke

    integritas dan kredibelitas yang nantinya membentuk kepercayaan. Kepercayaan ini sangat dipegang teguh oleh etnis Tionghoa

    dalam melakukan kegiatan usaha maupun investasinya. Dari penuturan informan,

    dapat diketahui bahwa kepercayaan ini berhubungan terhadap pihak lain. Dikalangan etnis Tionghoa dikenal dengan

    istilah hopeng (teman baik) dimana hopeng ini sangat dipengaruhi dari cengli atau

    kepercayaan. Hal ini seperti apa yang terjadi pada pemilihan investasi sektor keuangan berupa deposito dimana deposito

    yang dipilih oleh K1, K3 dan K4 sama-sama memilih deposit di bank daerah. K1, K3 dan K4 diketahui merupakan teman baik

    sesama etnis Tionghoa di Boyolali dan merupakan jemaat di gereja yang sama.

    Setidaknya seminggu sekali mereka berkumpul menjadi satu meskipun dalam acara komsel, selain beribadah di acara

    tersebut juga dijadikan share informasi mengenai hal-hal lainnya salah satunya

    informasi soal deposito tersebut dimana dari informasi tersebut mayoritas dalam kelompok komsel tersebut melakukan

    deposito di bank yang sama yaitu bank daerah. Seperti yang dijelaskan oleh KI 3

    berikut :

    “kita sesama etnis Tionghoa di Boyolali harus

    memiliki hopeng (teman baik) dan cengli (bisa dipercaya) makanya kita kompak disini, paling tidak seminggu sekali kumpul-kumpul meskipun acara komsel gereja dimana sebagai tempat sharing dan bertukar informasi dalam bentuk apapun salah

    satunya dalam usaha maupun bank tadi”.

  • 39

    Hopeng atau teman baik tidak selalu harus se-etnis dengan etnis Tionghoa, hopeng disini lebih mengarah pada

    kejujuran, fair, integritas maupun kredibelitas yang berasal dari pengalaman terhadap orang tersebut atau orang lain

    sehingga nantinya bisa dipercaya dan dijadikan hopeng. Seperti yang di

    sampaikan oleh K1 :

    “Om, pertama kali mau investasi tanah ragu-

    ragu awalnya. Memang tau kalau keuntungannya besar, tapi kurang tau mengawalinya. Waktu itu om coba cari-cari informasi, sampai ketemu temen om ini. Temen om ini meskipun bukan dari etnis Tionghoa, tapi om percaya sama dia. Dia sudah lama kerja di bidang perumahan di Boyolali, jadi sudah punya pengalaman soal hal itu. Sampai sekarang pun, om kadang-kadang masih minta nasihatnya kalau ada tanah yang mau om beli, prospeknya bagaimana buat pertimbangan jadi dibeli

    atau tidak ”.

    Filosofi ketiga adalah cincai yang

    diartikan dengan keluwesan dan tidak kaku dengan keadaan. Cincai juga bisa diartikan sikap dermawan. Keadaan

    lingkungan yang terus berubah-ubah maka penerapan filosofi cincai sangat penting dalam keputusan investasi. Menurut KI 1

    dalam mengambil keputusan investasi tidak selalu hanya didasarkan pada cuan

    semata, melainkan ada nilai-nilai lain yang bisa dipakai dalam mengambil keputusan tersebut seperti yang dikemukakan berikut:

  • 40

    “Dalam situasi-situasi tertentu om tidak melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu tetangga yang orang pasar ada yang sedang kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang ditugaskan cari nasabah dipasar. Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar. Mau gak mau harus kembalikan dana para nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh dana cepat, tapi om juga gak beli semurah-murahnya. Malah om pikir kasih harga lebih itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir

    cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka, Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi pusat kota tanah yang om beli dulu karena

    kabupaten pindah”

    Sehingga diketahui bahwa cincai merupakan salah satu pertimbangan dalam

    melakukan keputusan investasi selain melihat cuan semata. Sikap saling membantu dan toleransi terhadap sesama ini dipegang

    teguh oleh KI 1 dengan alasan bahwa beliau hidup sudah berumur dan selama ini sudah

    terpenuhi semua kebutuhan yang ada tinggal berdampak dan membantu sesama yang perlu ditingkatkan sehingga dalam

    menjalankan aktifitasnya beliau tidak hanya memikirkan cuan semata. Tetapi beliau jelaskan juga perbedaan antara berinvestasi

    atau memberikan bantuan. Jika berinvestasi tetap pertimbangan cuan harus tetap ada,

    baru cincai bisa dimasukkan kedalamnya. Sedangkan kalau beramal atau memberi bantuan murni harus cincai yang ada, jangan

    ada unsur mencari cuan ada didalamnya. Setelah diketahui bahwa filosofi bisnis

    etnis Tionghoa ini digunakan sebagai

    pertimbangan keputusan investasi, selanjutnya peneliti ingin mengetahui antara

    cuan, cincai dan cengli mana skala prioritas

  • 41

    yang digunakan pertama kali dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil skala prioritas yang dipilih informan dapat dilihat

    di tabel berikut :

    Tabel 4.5

    Tabel Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis

    dalam Pengambilan Keputusan Investasi

    Sumber: Data diolah, 2016

    Untuk prioritas pertama, keempat

    informan sepakat bahwa cuan merupakan

    pertimbangan prioritas yang digunakan pertama kali dalam membuat keputusan

    investasi. Hal ini dilakukan karena tidak ada yang mau dalam melakukan investasi tidak memperoleh keuntungan seperti yang

    diutarakan oleh KI 2 berikut :

    “Cuan sih yang pertama, cuan itu prinsip utama kalau mau investasi. Mana ada mau investasi atau yang jualan rugi. Ya harus

    untung. Tapi ya jangan kejar untung terus.”

    Tetapi terdapat hal yang menarik setelah pemilihan cuan, untuk KI 2 dan KI

    4 memilih cengli sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih cincai. KI 2 dan KI 4 berpendapat

    bahwa cengli ini merupakan upaya untuk meyakinkan bahwa benar-benar cuan itu bisa didapat nantinya. Upaya ini dilakukan

    karena informan takut akan risiko dari

    Kode

    Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis

    dalam Pengambilan Keputusan

    Investasi

    Pertama Kedua Ketiga

    KI 1 Cuan Cincai Cengli

    KI 2 Cuan Cengli Cincai

    KI 3 Cuan Cincai Cengli

    KI 4 Cuan Cengli Cincai

  • 42

    investasi tersebut dimana dilihat dari ketidakyakinan informasi dari kondisi yang berubah-ubah sehingga sangat perlu

    informan diyakinkan dengan pihak-pihak yang bisa dipercaya yaitu yang memiliki sikap kejujuran, fair, integritas dan kredibelitas. Seperti yang dikemukakan oleh KI 2 berikut :

    “Pertama kali aku buka server pulsa sendiri itu kan dari rekomendasi temenku yang dari

    Surabaya, sama-sama main di pulsa. Dia kasih saran buka sendiri saja karena lebih menguntungkan dan tidak seribet yang saya pikirkan diawal, ya aku percaya saja karena udah udah temen dari SMP. Jadi aku ikut saja dan memang bener lebih

    menguntungkan dan tidak ribet.”

    Sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih prioritas kedua adalah cincai. Cincai disini

    dimaksud dengan kepedulian terhadap sesama. Cincai dipilih setelah cuan karena dalam investasi tidak boleh hanya

    mementingkan harta semata, selain itu harus juga memikirkan sekitarnya karena orang hidup tidak hanya mencari materi

    saja. Hal ini dijelaskan oleh KI 1 berikut :

    “Kalau investas cari untung juga jangan banyak-banyak, kalau bisa sekalian bantu orang. Karena orang hidup kan mati juga gak

    bawa harta.”

    Selain itu, terdapat hal menarik yang

    dikemukakan informan, bahwa meskipun informan bisa memprioritaskan cuan, cincai maupun cengli sebagai

    pertimbangan dalam membuat keputusan investasi tetapi keempat responden berpendapat ketiga filosofi ini merupakan

    satu kesatuan yang harus ada dalam keputusan investasi dan tidak bisa

  • 43

    meniadakan salah satu diantara filosofi tersebut.

    4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang

    diuraikan diatas diketahui bahwa keempat

    informan memiliki pemahaman yang sama tentang investasi yaitu mengeluarkan sejumlah

    dana dan akan mendapatkan keuntungan dikemudian hari. Sehingga diketahui bahwa investasi berhubungan dengan dua aspek yaitu

    sumber dana yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapat. Pemahaman ini sama seperti yang

    dikemukakan menurut Tandelilin (2001) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan

    tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Penerapan investasi yang dilakukan pun beraneka ragam seperti dalam

    bidang usaha terdapat persediaan barang dagang, peralatan dan tempat usaha, selain itu

    mereka juga berinvestasi jenis deposito, tanah bahkan emas. Hal ini sesuai dengan Haming dan Basalamah (2003) yang menjelaskan

    investasi merupakan pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah,

    rumah, mobil dan sebagainya), pengadaan barang modal atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang

    lebih besar di masa yang akan datang. Dari penjelasan apa dan bagaimana investasi yang dilakukan etnis Tionghoa bisa diketahui bahwa

    mereka paham tentang investasi. Dilihat dari filosofi bisnis, bisa diketahui

    bahwa informan memahami cuan hanya dilihat sebagai keuntungan atau profit semata. Padahal makna cuan menurut Thoe (2008) menjelaskan

    bahwa dalam arti luas cuan jangan dipandang sebagai uang saja, namun mengacu pada

  • 44

    kondisi yang bermanfaat, apapun itu bentuknya. Cuan merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi, hal ini

    dikarenakan tidak ada yang mau rugi dalam melakukan investasi. Tetapi jika ada beberapa alternatif investasi, cuan yang terbesar yang

    dijadikan pertimbangn pertama dalam pemilihan alternatif investasi tersebut. Setelah diketahui

    keuntungan apa yang didapat, baru berfikir tentang risiko, pendanaan dan bagaimana cara menjalankan investasi tersebut.

    Filosofi yang kedua adalah cengli. Cengli disini dipahami dengan kepercayaan yang bisa

    diketahui dari pengalaman akan sikap-sikap yang terbentuk selama ini. Sikap ini meliputi kejujuran dan sikap fair sehingga terbentuk integritas dan kredibelitas. Hal ini serupa apa yang dijelaskan oleh Seng (2013) yaitu sikap

    cengli menjadikan dirinya pribadi yang berkarakter yang memiliki integritas dan kredibel. Cengli sendiri dalam keputusan

    investasi tidak berdiri sendiri, cengli disini berhubungan dengan filosofi lainnya yaitu hopeng atau teman baik. Sehingga dalam

    memilih teman baik pasti harus ada cengli agar orang tersebut bisa dipercaya sehingga akhirnya

    bisa meyakinkan dengan memberikan informasi-informasi yang relevan dalam pertimbangan mengambil keputusan suatu investasi yang ada.

    Filosofi cincai memiliki arti yang sangat luas, hal ini bisa dilihat dari jawaban informan

    yang beranekaragam tetapi peneliti menarik kesimpulan yang sama yaitu cincai mengajarkan agar tidak kaku, menjadi fleksibel dan bisa

    kompromi (Thoe, 2008). Cincai sendiri bisa diartikan dengan sikap dermawan, saling bantu dan toleransi terhadap sesama. cincai disini

    mengajarkan kita bahwa memang ada pertimbangan formal yaitu cuan dan cengli

  • 45

    dalam keputusan investasi, tetapi selain itu juga harus dijunjung nilai-nilai lain yang ada yaitu cincai merupakan toleransi terhadap sesama.

    Pertimbangan cincai sangat penting karena orang hidup tidak hanya mengejar kekayaan semata melainkan juga bisa berdampak dan

    membantu sesama. Ketiga filosofi bisnis yang dipegang teguh

    oleh etnis Tionghoa yaitu cuan, cengli dan cincai digunakana sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Filosofi ini tidak

    bisa berdiri sendiri atau meniadakan filosofi lainnya. Keseluruhan filosofi merupakan satu

    kesatuan yang harus digunakan secara bersama-sama. Cincai dan cengli merupakan pertimbangan formal dalam keputusan investasi

    tetapi harus ada nilai-nilai cincai yang mendasari keputusan investasi sehingga investasi yang dilakukan bisa berdampak luas

    dan tidak merugikan orang lain. Filosofi bisnis cuan, cincai, cengli

    merupakan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Diantara ketiga filosofi ini diketahui prioritas pertama dalam pengambilan keputusan

    investasi adalah filosofi cuan. Cuan merupakan pertimbangan pertama, hal ini dikarenakan

    semua orang tidak mau rugi dalam berinvestasi. Cuan juga digunakan sebagai pertimbangan pertama apakah investasi itu diterima atau

    tidak. Setelah cuan pertimbangan selanjutnya sebagian informan ada yang memprioritaskan cengli. Hal ini dikarenakan cengli yang

    meyakinkan bahwa cuan yang nantinya didapat itu benar adanya sehingga perlu informasi-

    informasi yang relevan yang bisa diketahui dari hopeng atau teman baik yang cengli atau bisa dipercaya. Tetapi sebagian informan juga ada

    yang berpendapat prioritas kedua adalah cincai. Pertimbangan formal cuan dan merupakan

  • 46

    pertimbangan wajib yang harus ada dalam keputusan investasi tetapi perlu dilengkapi dengan cincai atau toleransi sehingga investasi

    yang diambil tidak hanya menjadi keserakahan semata. Perbedaan prioritas kedua antara cengli maupun cuan ini disebabkan pandangan

    masing-masing individu, jika orang tersebut lebih besar berjiwa sosial maka akan cenderung

    memilih cincai dan sebaliknya. Tetapi hal ini juga dilihat situasi kondisi saat kejadian sebenarnya saat ingin melakukan investasi.