BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di Kota Metro tahun 2014 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, yang beralamat di Jalan A.R. Prawiranegara No. 66, Kota Metro, Provinsi Lampung. Pengumpulan data diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara langsung dengan mendatangi lokasi Wajib Pajak Badan berada, serta melalui perantara media pendukung lainnya, seperti e-mail. Adapun proses pendistribusian hingga pengembalian kuesioner kepada Wajib Pajak Badan dilakukan selama kurang lebih 2 minggu, yaitu mulai tanggal 25 Februari 2015 sampai dengan 07 Maret 2015. Kuesioner yang disebarkan kepada masing-masing responden sebanyak 90 buah, terutama yang bergerak di bidang usaha perdagangan, keuangan, jasa, dan lain-lain. Berikut ini deskripsi tabel distribusi penyebaran kuesioner pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Metro: Tabel 4.1 Data Pendistribusian Kuesioner No. Bidang Usaha Kuesioner yang Dikirim Kuesioner yang Kembali 1. Perdagangan 40 39 2. Keuangan 18 17 3. Jasa 25 25 4. Lain-lain 7 7 Jumlah 90 88 Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015 Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 buah, sedangkan jumlah yang kembali adalah sebanyak 88 buah atau 97,78%. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 2 buah atau

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di

Kota Metro tahun 2014 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, yang beralamat di Jalan

A.R. Prawiranegara No. 66, Kota Metro, Provinsi Lampung. Pengumpulan data diperoleh

melalui penyebaran kuesioner secara langsung dengan mendatangi lokasi Wajib Pajak Badan

berada, serta melalui perantara media pendukung lainnya, seperti e-mail.

Adapun proses pendistribusian hingga pengembalian kuesioner kepada Wajib Pajak

Badan dilakukan selama kurang lebih 2 minggu, yaitu mulai tanggal 25 Februari 2015 sampai

dengan 07 Maret 2015. Kuesioner yang disebarkan kepada masing-masing responden

sebanyak 90 buah, terutama yang bergerak di bidang usaha perdagangan, keuangan, jasa, dan

lain-lain. Berikut ini deskripsi tabel distribusi penyebaran kuesioner pada perusahaan yang

terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Metro:

Tabel 4.1

Data Pendistribusian Kuesioner

No. Bidang Usaha Kuesioner yang

Dikirim Kuesioner yang

Kembali

1. Perdagangan 40 39

2. Keuangan 18 17

3. Jasa 25 25

4. Lain-lain 7 7

Jumlah 90 88

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015 Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 buah, sedangkan jumlah yang kembali adalah

sebanyak 88 buah atau 97,78%. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 2 buah atau

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

2,22%. Kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 88 buah atau 97,78%. Gambaran

mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Data Sampel Penelitian

No. Keterangan WP Badan Presentase (%)

1. Jumlah kuesioner yang disebar 90 100%

2. Jumlah kuesioner yang kembali 88 97,78%

3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 2 2,22%

4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 88 97,78%

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

4.1.2 Karakteristik Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan perusahaan yang

bekerja di bagian staff keuangan atau administrasi yang bertanggungjawab mengelola

perpajakan, yaitu pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di wilayah Kota

Metro. Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Data Statistik Responden

Kategori Keterangan Frekuensi Presentase (%)

Bidang Usaha Perdagangan Keuangan Jasa Lain-lain

39 17 25 7

44,32% 19,32% 28,41% 7,95%

Jumlah 88 100%

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

56 32

63,64% 36,36%

Jumlah 88 100%

Bersambung ke halaman berikutnya

Usia 20 – 24 tahun 25 – 29 tahun 30 – 34 tahun >35 tahun

16 23 28 21

18,18% 26,14% 31,82% 23,86%

Jumlah 88 100%

Pendidikan Terakhir

SMA/SMK DIII

26 19

29,55% 21,59%

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

SI Lain-lain

38 5

43,18% 5,68%

Jumlah 88 100%

Pengalaman Kerja

1 – 2 tahun 3 – 4 tahun 5 – 6 tahun > 7 tahun

21 27 25 15

23,86% 30,68% 28,41% 17,05%

Jumlah 88 100%

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Tabel diatas menunjukkan gambaran karakter responden berdasarkan bidang usaha,

jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pengalaman kerja. Adapun deskripsinya akan

dijelaskan dalam gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 4.1

Data Statistik Responden Berdasarkan Bidang Usaha

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 39 responden atau

sebesar 44,32% didominasi oleh bidang usaha di sektor perdagangan, sedangkan sebanyak 17

responden atau sebesar 19,32% melakukan usaha di sektor keuangan. Selanjutnya sebanyak

25 responden atau sebesar 28,41% melakukan usaha di sektor jasa, dan sisanya sebanyak 7

responden atau sebesar 7,95% dengan bidang usaha lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa

Wajib Pajak Badan yang ada di sektor perdagangan lebih termotivasi terhadap upaya

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Perdagangan Keuangan Jasa Lain-lain

Frekuensi

Presentase (%)

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

perencanaan pajak dibandingkan sektor usaha lainnya, karena mayoritas segala aktivitasnya

selalu berhubungan dengan perpajakan.

Gambar 4.2

Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin

laki-laki adalah sebanyak 56 orang atau sebesar 63,64%, sedangkan responden yang berjenis

kelamin perempuan adalah sebanyak 32 orang atau sebesar 36,36%. Hal ini menggambarkan

bahwa yang paling banyak terlibat dalam upaya perencanaan pajak pada perusahaan lebih

didominasi oleh karyawan laki-laki dibandingkan perempuan.

Gambar 4.3

Data Statistik Responden Berdasarkan Usia

0

10

20

30

40

50

60

70

Laki-laki Perempuan

Frekuensi

Presentase (%)

0

5

10

15

20

25

30

35

20 - 24 th 25 - 29 th 30 - 34 th > 35 th

Frekuensi

Presentase (%)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan gambar 4.3 diatas menunjukkan responden yang memiliki usia antara 20-

24 tahun adalah sebanyak 16 orang atau sebesar 18,18%, responden yang memiliki usia antara

25-29 tahun sebanyak 23 orang atau sebesar 26,14%, sedangkan responden yang memiliki

usia antara 30-34 tahun sebanyak 28 orang atau sebesar 31,82%, dan sisanya responden yang

memiliki usia lebih dari 35 tahun adalah sebanyak 21 orang atau sebesar 23,86%.

Gambar 4.4

Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015 Berdasarkan gambar 4.4 diatas menunjukkan bahwa responden yang melakukan

perencanaan pajak pada perusahaan dengan pendidikan terakhirnya SMA/SMK adalah

sebanyak 26 orang atau sebesar 29,55%, responden yang berpendidikan terakhir sebagai DIII

sebanyak 19 orang atau sebesar 21,59%. Selanjutnya, responden yang berpendidikan terakhir

sebagai SI berjumlah sebanyak 38 orang atau sebesar 43,18%, sedangkan sisanya responden

yang berpendidikan terakhir lain-lain sebanyak 5 orang atau sebesar 5,68%.

Gambar 4.5

Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

0

10

20

30

40

50

SMA/SMK DIII SI Lain-lain

Frekuensi

Presentase (%)

0

5

10

15

20

25

30

35

1 - 2 th 3 - 4 th 5 - 6 th >7 th

Frekuensi

Presentase (%)

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa responden dengan pengalaman

kerja selama 1-2 tahun adalah sebanyak 21 orang atau sebesar 23,86%, responden dengan

pengalaman kerja selama 3-4 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 30,68%, responden yang

mempunyai pengalaman kerja selama 5-6 tahun berjumlah sebanyak 25 orang atau sebesar

28,41%, dan sisanya responden yang mempunyai pengalaman kerja lebih dari 7 tahun adalah

sebanyak 15 orang atau sebesar 17,05%.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian yang utama dan demografi responden, serta bertujuan untuk

menguji seberapa besar nilai mean, standar deviasi, serta nilai minimum dan maksimum,

sehingga dapat diketahui seberapa besar keakuratan data dan penyimpangan pada data

tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diuji secara statistik deskriptif seperti

terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kebijakan Perpajakan 88 13 34 27.68 3.061

Administrasi Perpajakan 88 18 37 30.59 3.548

Loopholes 88 11 27 19.93 3.440

Tarif Pajak 88 9 19 15.17 2.075

Kesadaran Wajib Pajak 88 12 34 27.00 3.311

Pemeriksaan Pajak 88 13 28 21.91 2.899

Penerapan Tax Planning 88 16 39 29.68 3.882

Valid N (listwise) 88

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dideskripsikan bahwa pada variabel Kebijakan

Perpajakan jawaban minimum responden adalah sebesar 13 dan maksimum sebesar 34,

dengan rata-rata total (mean) sebesar 27,68 dan standar deviasi sebesar 3,061. Variabel

Administrasi Perpajakan jawaban minimum responden adalah sebesar 18 dan maksimum

sebesar 37, dengan rata-rata total (mean) sebesar 30,59 dan standar deviasi sebesar 3,548.

Variabel Loopholesjawaban minimum responden adalah sebesar 11 dan maksimum sebesar

27, dengan rata-rata total (mean) sebesar 19,93 dan standar deviasi sebesar 3,440. Variabel

Tarif Pajak jawaban minimum responden adalah sebesar 9 dan maksimum 19, dengan rata-rata

total (mean) sebesar 15,17 dan standar deviasi sebesar 2,075. Variabel Kesadaran Wajib Pajak

jawaban minimum responden adalah sebesar 12 dan maksimum sebesar 34, dengan rata-rata

total (mean) sebesar 27,00 dan standar deviasi 3,311. Variabel Pemeriksaan Pajak jawaban

minimum responden adalah sebesar 13 dan maksimum sebesar 28, dengan rata-rata total

(mean) sebesar 21,91 dan standar deviasi sebesar 2,899. Sedangkan pada variabel Penerapan

Tax Planning jawaban minimum responden adalah sebesar 16 dan maksimum sebesar 39,

dengan rata-rata total (mean) sebesar 29,68 dan standar deviasi sebesar 3,882.

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data

a) Uji Validitas

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau rhitung dari nilai

jawaban tiap responden untuk setiap butir pernyataan, lalu dibandingkan dengan rtabel. Adapun

nilai rtabel sebesar 0,2096 yang dihitung dari degree of freedom (df) = n-2, dimana n adalah

jumlah sampel/responden. Maka, dengan jumlah responden sebesar 88, dapat dihitung

besarnya df = 88-2 = 86, pada tingkat signifikansi 0,05 yaitu didapat nilai rtabel sebesar 0,2096.

Sedangkan nilai rhitung dapat diketahui pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Menurut

Imam Ghazali (2009, 49), setiap item pernyataan dikatakan valid apabila angka korelasional

yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan rtabel.

Berikut merupakan tabel hasil uji validitas data dalam penelitian ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas

No. Item

Pernyataan

Corrected Item-

Total Correlation Nilai rtabel Kriteria

1. KBP1 0,292 0,2096 Valid

2. KBP3 0,314 0,2096 Valid

3. KBP4 0,595 0,2096 Valid

4. KBP5 0,497 0,2096 Valid

5. KBP6 0,569 0,2096 Valid

6. KBP7 0,495 0,2096 Valid

7. KBP8 0,448 0,2096 Valid

8. ADM1 0,339 0,2096 Valid

9. ADM2 0,544 0,2096 Valid

10. ADM3 0,546 0,2096 Valid

11. ADM4 0,458 0,2096 Valid

12. ADM5 0,339 0,2096 Valid

13. ADM6 0,338 0,2096 Valid

14. ADM7 0,455 0,2096 Valid

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

No. Item

Pernyataan

Corrected Item-

Total Correlation Nilai rtabel Kriteria

1. KBP1 0,292 0,2096 Valid

2. KBP3 0,314 0,2096 Valid

3. KBP4 0,595 0,2096 Valid

4. KBP5 0,497 0,2096 Valid

5. KBP6 0,569 0,2096 Valid

6. KBP7 0,495 0,2096 Valid

7. KBP8 0,448 0,2096 Valid

15. ADM8 0,411 0,2096 Valid

16. LHP1 0,448 0,2096 Valid

17. LHP2 0,624 0,2096 Valid

18. LHP3 0,604 0,2096 Valid

19. LHP4 0,313 0,2096 Valid

20. LHP5 0,297 0,2096 Valid

21. LHP6 0,392 0,2096 Valid

22. TP2 0,311 0,2096 Valid

23. TP3 0,496 0,2096 Valid

24. TP4 0,500 0,2096 Valid

25. TP5 0,331 0,2096 Valid

Bersambung ke halaman berikutnya

26. KSP1 0,420 0,2096 Valid

27. KSP2 0,464 0,2096 Valid

28. KSP3 0,583 0,2096 Valid

29. KSP4 0,454 0,2096 Valid

30. KSP5 0,353 0,2096 Valid

31. KSP6 0,385 0,2096 Valid

32. KSP7 0,464 0,2096 Valid

33. PMP1 0,521 0,2096 Valid

34. PMP2 0,578 0,2096 Valid

35. PMP3 0,459 0,2096 Valid

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

36. PMP4 0,285 0,2096 Valid

37. PMP5 0,276 0,2096 Valid

38. PMP6 0,454 0,2096 Valid

39. TXP1 0,543 0,2096 Valid

40. TXP2 0,449 0,2096 Valid

41. TXP3 0,316 0,2096 Valid

42. TXP4 0,557 0,2096 Valid

43. TXP5 0,455 0,2096 Valid

44. TXP6 0,467 0,2096 Valid

45. TXP7 0,415 0,2096 Valid

46. TXP8 0,494 0,2096 Valid

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan hasil pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan

variabel penelitian yang diajukan kepada responden telah memenuhi kriteria valid, karena

memiliki nilai rhitung> nilai rtabel.

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan

validitasnya. Uji reliabilitas ini digunakan untuk mengukur bahwa butir pernyataan dalam

variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang

konsisten meskipun diuji berkali-kali. Uji reliabilitas variabel penelitian dilakukan dengan

menggunakan ukuran koefisien Cronbach’s Alpha, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel

atau mempunyai keandalan yang ringgi apabila nilai koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari

0,60 (Ghazali, 2009: 48). Hasil pengujian reliabilitas data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel

Penelitian

Cronbach's

Alpha

Batas

Reliabilitas Kriteria

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

No. Variabel

Penelitian

Cronbach's

Alpha

Batas

Reliabilitas Kriteria

1. Kebijakan Perpajakan (X1) 0,725 0,60 Reliabel

2. Administrasi Perpajakan (X2) 0,713 0,60 Reliabel

3. Loopholes (X3) 0,716 0,60 Reliabel

4. Tarif Pajak (X4) 0,707 0,60 Reliabel

5. Kesadaran Wajib Pajak (X5) 0,719 0,60 Reliabel

6. Pemeriksaan Pajak (X6) 0,713 0,60 Reliabel

7. Penerapan Tax Planning (Y) 0,728 0,60 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan tiap

variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dalam instrumen penelitian ini

telah memuhi kriteria reliabel yang tinggi, karena mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih besar

dari 0,60. Hal ini juga menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan

mampu memperoleh data yang stabil atau konsisten, yang berarti apabila pernyataan tersebut

diajukan kembali, maka akan diperoleh jawaban responden yang relatif sama dengan jawaban

sebelumnya.

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis

a) Uji Korelasi Rank Spearman

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan koefisien korelasi

Rank Spearman (rs). Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih

variabel independen dengan variabel dependen dengan skala data yang berbentuk ordinal.

Adapun hasil uji koefisien korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen

dengan variabel dependen dapat ditampilkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji Korelasi Variabel Kebijakan Perpajakan (X1)

Correlations

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kebijakan

Perpajakan

Penerapan Tax

Planning

Spearman's rho Kebijakan

Perpajakan

Correlation Coefficient 1.000 .064

Sig. (2-tailed) . .551

N 88 88

Penerapan Tax

Planning

Correlation Coefficient .064 1.000

Sig. (2-tailed) .551 .

N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, nilai koefisien korelasi (rs) untuk variabel kebijakan

perpajakan adalah sebesar 0,064. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang sangat lemah

antara kebijakan perpajakan dengan penerapan tax planning. Sedangkan arah hubungan

adalah positif, artinya semakin rendah tingkat pemahaman manajemen perusahaan tentang

kebijakan perpajakan, maka akan semakin rendah pula motivasi manajemen perusahaan untuk

menerapkan tax planning, begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.8

Hasil Uji Korelasi Variabel Administrasi Perpajakan (X2)

Correlations

Administrasi

Perpajakan

Penerapan Tax

Planning

Spearman's rho Administrasi

Perpajakan

Correlation Coefficient 1.000 .293**

Sig. (2-tailed) . .006

N 88 88

Penerapan Tax

Planning

Correlation Coefficient .293** 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .

N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, nilai koefisien korelasi (rs) untuk variabel administrasi

perpajakan adalah sebesar 0,293. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang lemah antara

administrasi perpajakan dengan penerapan tax planning. Sedangkan arah hubungan adalah

positif, artinya semakin baik administrasi perpajakan yang dilakukan manajemen dalam

membayar kewajiban pajaknya serta untuk menghindari adanya sanksi administrasi maupun

sanksi pidana, maka semakin baik pula manajemen perusahaan menerapkan tax planning,

begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.9

Hasil Uji Korelasi Variabel Loopholes (X3)

Correlations

Loopholes

Penerapan Tax

Planning

Spearman's rho Loopholes Correlation Coefficient 1.000 .339**

Sig. (2-tailed) . .001

Bersambung ke halaman berikutnya

N 88 88

Penerapan Tax

Planning

Correlation Coefficient .339** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, nilai koefisien korelasi (rs) untuk variabel loopholes adalah

sebesar 0,339. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang lemah antara loopholes dengan

penerapan tax planning. Sedangkan arah hubungan adalah positif, artinya semakin banyak

celah-celah (loopholes) yang terdapat dalam ketentuan dan peraturan perpajakan yang dapat

dimanfaatkan untuk meminimalkan beban pajak terutangnya, maka semakin tinggi pula

kesempatan manajemen perusahaan untuk merencanakan pajaknya dengan baik, begitu pula

sebaliknya.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Tabel 4.10

Hasil Uji Korelasi Variabel Tarif Pajak (X4)

Correlations

Tarif Pajak

Penerapan Tax

Planning

Spearman's rho Tarif Pajak Correlation Coefficient 1.000 .398**

Sig. (2-tailed) . .000

N 88 88

Penerapan Tax

Planning

Correlation Coefficient .398** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, nilai koefisien korelasi (rs) untuk variabel tarif pajak

adalah sebesar 0,398. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang lemah antara tarif pajak

dengan penerapan tax planning. Sedangkan arah hubungan adalah positif, artinya semakin

tinggi tingkat presentase tarif pajak yang dikenakan atas suatu objek pajak, maka akan semakin

tinggi pula jumlah pajak terutang yang harus dibayar oleh perusahaan sebagai Wajib Pajak

Badan, sehingga akan memberikan motivasi atau kesempatan kepada manajemen perusahaan

untuk dapat melakukan penerapan tax planning dengan baik, begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.11

Hasil Uji Korelasi Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X5)

Correlations

Kesadaran Wajib

Pajak

Penerapan Tax

Planning

Spearman's rho Kesadaran Wajib

Pajak

Correlation Coefficient 1.000 .406**

Sig. (2-tailed) . .000

N 88 88

Penerapan Tax Correlation Coefficient .406** 1.000

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Planning Sig. (2-tailed) .000 .

N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, nilai koefisien korelasi (rs) untuk variabel kesadaran

Wajib Pajak adalah sebesar 0,406. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang tidak terlalu kuat

antara kesadaran Wajib Pajak dengan penerapan tax planning. Sedangkan arah hubungan

adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak terhadap arti,

fungsi dan peranan pajak, maka akan semakin tinggi motivasi yang dimiliki manajemen

perusahaan untuk melakukan perencanaan pajaknya dengan baik, begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.12

Hasil Uji Korelasi Variabel Pemeriksaan Pajak (X6)

Correlations

Pemeriksaan

Pajak

Penerapan Tax

Planning

Spearman's rho Pemeriksaan

Pajak

Correlation Coefficient 1.000 .475**

Sig. (2-tailed) . .000

N 88 88

Penerapan Tax

Planning

Correlation Coefficient .475** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 88 88

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data primer yang diolah, Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, nilai koefisien korelasi (rs) untuk variabel pemeriksaan

pajak adalah sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang hampir mendekati kuat

antara pemeriksaan pajak dengan penerapan tax planning. Sedangkan arah hubungan adalah

positif, artinya semakin tinggi kemungkinan resiko terdeteksinya kecurangan melalui

pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak (fiskus), maka akan semakin tinggi pula

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan perencanaan pajaknya dengan baik, begitu

pula sebaliknya.

b) Uji Statistik t

Uji signifikansi dengan statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Kriteria

pengujian yang digunakan adalah membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel yang diuji

berdasarkan tingkat signifikansi 0,05 dan uji 2 pihakdengan derajat kebebasan (df) =n – 2

atau88 – 2 = 86 (n adalah jumlah sampel yang digunakan), sehingga dari tabel statistik t

diperoleh nilai ttabel sebesar 1,987. Apabila nilai thitung ≀ nilai ttabel atau nilai probabilitas > nilai

signifikansi, maka hipotesis ditolak, sedangkan apabila nilai thitung> nilai ttabel atau nilai

probabilitas ≀ nilai signifikansi, maka hipotesis diterima. Adapun hasil uji hipotesis

penelitianuntuk masing-masing variabel independen dapat diketahui dengan menghitung nilai t

secara manual, berikut persamaannya:

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

Keterangan:

t : Nilai probabilitas

rs : Koefisien korelasi masing-masing variabel independen

n : Banyaknya sampel/responden

Hasil Uji Hipotesis 1:

Terdapat hubungan antara Kebijakan Perpajakan dengan Penerapan Tax Planning

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

= 0,064 88βˆ’2

1βˆ’ (0,064)2=

0,593

0,998= 0,594

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada perhitungan diatas, variabel Kebijakan

Perpajakan mempunyai nilai thitung<ttabel (0,594 < 1,987) serta pada tabel 4.7 menunjukkan

tingkat signifikansi > 0,05 (0,551 > 0,05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara

variabel Kebijakan Perpajakan (X1) dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan

kata lain hipotesis penelitian H1 ditolak.

Hasil Uji Hipotesis 2:

Terdapat hubungan antara Administrasi Perpajakan dengan Penerapan Tax Planning

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

= 0,293 88βˆ’2

1βˆ’ (0,293)2=

2,717

0,956= 2,842

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada perhitungan diatas, variabel Administrasi

Perpajakan mempunyai nilai thitung>ttabel (2,842 > 1,987) serta pada tabel 4.8 menunjukkan

tingkat signifikansi < 0,05 (0,006 < 0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara

variabel Administrasi Perpajakan (X2) dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau

dengan kata lain hipotesis penelitian H2diterima.

Hasil Uji Hipotesis 3:

Terdapat hubungan antara Loopholes dengan Penerapan Tax Planning

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

= 0,339 88βˆ’2

1βˆ’ (0,339)2=

3,144

0,941= 3,341

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada perhitungan diatas, variabel Loopholes

mempunyai nilai thitung>ttabel (3,341 > 1,987) serta pada tabel 4.9 menunjukkan tingkat

signifikansi < 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

variabel Loopholes (X3) dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain

hipotesis penelitian H3diterima.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Hasil Uji Hipotesis 4:

Terdapat hubungan antara Tarif Pajak dengan Penerapan Tax Planning

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

= 0,398 88βˆ’2

1βˆ’ (0,398)2=

3,691

0,918= 4,021

Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada perhitungan diatas, variabel Tarif Pajak

mempunyai nilai thitung>ttabel (4,021 > 1,987) serta pada tabel 4.10 menunjukkan tingkat

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara variabel Tarif

Pajak (X4) dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain hipotesis

penelitian H4diterima.

Hasil Uji Hipotesis 5:

Terdapat hubungan antara Kesadaran Wajib Pajak dengan Penerapan Tax Planning

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

= 0,406 88βˆ’2

1βˆ’ (0,406)2=

3,765

0,914= 4,119

Hasil uji hipotesis 5 dapat dilihat pada perhitungan diatas, variabel Kesadaran Wajib

Pajak mempunyai nilai thitung>ttabel (4,119 > 1,987) serta pada tabel 4.11 menunjukkan tingkat

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara variabel

Kesadaran Wajib Pajak (X5) dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata

lain hipotesis penelitian H6diterima.

Hasil Uji Hipotesis 6:

Terdapat hubungan antara Pemeriksaan Pajak dengan Penerapan Tax Planning

t = rs π‘›βˆ’2

1βˆ’ rs2

= 0,475 88βˆ’2

1βˆ’ (0,475)2=

4,405

0,880= 5,006

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Hasil uji hipotesis 6 dapat dilihat pada perhitungan diatas, variabel Pemeriksaan Pajak

mempunyai nilai thitung>ttabel (5,006 > 1,987) serta pada tabel 4.12 menunjukkan tingkat

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

variabel Pemeriksaan Pajak (X6) dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan

kata lain hipotesis penelitian H6diterima.

4.3 Pembahasan

a) Hubungan Kebijakan Perpajakan dengan Penerapan Tax Planning

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel Kebijakan Perpajakan

mempunyai nilai thitung<ttabel (0,594 < 1,987) dengan tingkat signifikansi > 0,05 (0,551 > 0,05). Hal

ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel Kebijakan Perpajakan (X1) dengan

variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain hipotesis penelitian H1 ditolak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian relevan sebelumnya yang dilakukan oleh

Marfuah (2010) dan Ida Hamadah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara Kebijakan Perpajakan terhadap Penerapan Tax Planning pada

perusahaan. Hal ini dikarenakan bahwa sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia

dilandasi oleh sistem Self Assesment System, dimana Wajib Pajak diberikan wewenang untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutang yang harus disetorkan.

Sistem Self Assesment dapat terlaksana dengan baik apabila Wajib Pajak dapat memahami

peraturan perpajakan dan mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan. Hasil suatu tax planning yang diterapkan oleh perusahaan bisa

dikatakan baik atau tidak yaitu tergantung dengan apa yang mereka lakukan, apakah selama

pelaksanaan mengikuti aturan yang berlaku atau cenderung menentang dengan melakukan hal-

hal yang tidak diperbolehkan dalam Undang-Undang yang mengarah kepada tindakan

penggelapan pajak (tax evasion). Hal tersebut cukup beralasan, karena dengan diberikannya

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

wewenang kepada Wajib Pajak untuk mengatur dan mengelola sendiri kewajiban

perpajakannya malah memicu Wajib Pajak untuk meminimalkan jumlah pajak terutangnya.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Mangoting (2013) yang

mengatakan bahwa Kebijakan Perpajakan mempunyai pengaruh positif, yaitu semakin tinggi

pengetahuan manajemen perusahaan tentang alternatif yang digunakan dalam Kebijakan

Perpajakan, maka semakin tinggi pula motivasi manajemen melakukan Penerapan Tax

Planning. Kemungkinan lain dikarenakan kebijakan perpajakan merupakan sesuatu yang sudah

diatur sedemikian rupa menurut peraturan perpajakan yang sulit untuk ditentang, sehingga

Wajib Pajak cenderung patuh dan taat aturan dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.

b) Hubungan Administrasi Perpajakan dengan Penerapan Tax Planning

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel Administrasi

Perpajakan mempunyai nilai thitung>ttabel (2,842 > 1,987) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,006

< 0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara variabel Administrasi Perpajakan (X2)

dengan variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian

H2diterima.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh Ida

Hamadah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Administrasi Perpajakan terhadap Penerapan Tax Planning pada perusahaan. Administrasi

pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan

yang direncanakan. Hal yang mendorong perusahaan melakukan tax planning dengan baik

adalah agar terhindar dari sanksi, baik administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran

yang berbeda antara aparat pajak (fiskus) dengan Wajib Pajak, sebagai akibat dari begitu

luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih dirasa belum

efektif. Namun, penelitian ini sejalan dengan sebelumnya yang dilakukan oleh Marfuah (2010)

dan Yenni Mangoting (2013), yang memperoleh hasil bahwa Administrasi Perpajakan

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerapan Tax Planning, artinya manajemen

perusahaan melakukan dan mengatur administrasi pajak dengan baik agar dapat terhindar dari

sanksi denda yang mungkin akan menimbulkan pemborosan dana perusahaan, misalnya

dengan membayar dan melaporkan SPT baik Masa maupun Tahunan secara benar dan tepat

waktu, atau mengadakan pembukuan perusahaan sesuai dengan kondisi kegiatan usaha yang

sebenarnya.

c) HubunganLoopholesdengan Penerapan Tax Planning

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel Loopholes mempunyai

nilai thitung>ttabel (3,341 > 1,987) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel Loopholes (X3) dengan variabel

Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain hipotesis penelitian H3diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian relevan sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Ida Hamadah (2010), yang menyatakan bahwa Loopholesberpengaruh secara

signifikan terhadap Penerapan Tax Planning. Namun, penelitian ini menunjukkan hasil yang

berbeda dengan Marfuah (2010). Loopholes berpengaruh dikarenakan tax planning merupakan

suatu upaya atau proses yang mendeteksi kelemahan teoritis serta memanfaatkan hal-hal yang

belum diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Loopholes atau

peluang-peluang dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil atau bahkan tidak

membayar sama sekali atas suatu income tertentu. Dalam menerapkan tax planning inilah

Wajib Pajak Badan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam undang-undang, sehingga

dapat membayar pajak yang lebih rendah secara legal guna meminimalisir cashflow

perusahaan. Hubungan yang terjadi antara Loopholes dengan Penerapan Tax Planning

menunjukkan arah positif, yang berarti semakin banyak peluang-peluang (loopholes) yang

terdapat dalam undang-undang pajak, maka akan semakin tinggi kesempatan manajemen

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

perusahaan untuk merencanakan kewajiban perpajakannya dengan baik, demikian pula

sebaliknya.

d) Hubungan Tarif Pajak dengan Penerapan Tax Planning

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel Tarif Pajak mempunyai

nilai thitung>ttabel (4,021 > 1,987) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel Tarif Pajak (X4) dengan variabel

Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain hipotesis penelitian H4diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian relevan sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Ida Hamadah (2010), yang sama-sama menyatakan bahwa Tarif Pajak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Penerapan Tax Planning. Namun, hasil

penelitian ini bertentangan dengan Marfuah (2010), yang menyimpulkan tidak terdapat

pengaruh signifikan antara Tarif Pajak terhadap Penerapan Tax Planning. Tarif Pajak

berpengaruh dikarenakan besarnya pajak yang dikenakan tergantung pada besarnya

penghasilan perusahaan sebagai DPP dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Adapun

penetapan tarif pajak harus berdasar prinsip keadilan, misalnya Wajib Pajak Badan yang

memiliki penghasilan yang sama harus disesuaikan pula dengan pengenaan tarif pajak yang

sama. Jika dihubungkan dengan teori motivasi (Hilgard dan Atkinson, 1979) maka Wajib Pajak

akan membuat motivasi penilaiannya sendiri terhadap tarif pajak yang berlaku. Jika mereka

merasa tarif pajak yang berlaku terlalu tinggi, maka akan berbanding lurus dengan Penerapan

Tax Planning. Hubungan antara Tarif Pajak terhadap Penerapan Tax Planning menunjukkan

arah positif, yang artinya semakin tinggi tarif yang dikenakan atas suatu objek pajak, maka

semakin besar tingkat perencanaan pajak yang dilakukan manajemen perusahaan agar sebisa

mungkin dikenakan tarif pajak yang rendah.

e) Hubungan Kesadaran Wajib Pajak dengan Penerapan Tax Planning

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel Kesadaran Wajib Pajak

mempunyai nilai thitung>ttabel (4,119 > 1,987) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal

ini berarti bahwa terdapat hubungan antara variabel Kesadaran Wajib Pajak (X5) dengan

variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain bahwa hipotesis penelitian

H5diterima.

Menurut Padila dan Prior (2004: 94), menyatakan bahwa kesadaran merupakan suatu

proses belajar dari pengalaman dan pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan

keyakinan diri untuk mendorong dilakukannya suatu tindakan. Kesadaran perpajakan

berkonsekuensi logis untuk para Wajib Pajak agar mereka rela memberikan kontribusi dana

untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat

waktu dan tepat jumlah. Berdasarkan hasil penelitian, kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Dengan

kesadaran perpajakan yang tinggi, maka akan mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam

menjalankan kewajibannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

kesadaran yang dimiliki, maka semakin tinggi pula motivasi Wajib Pajak untuk melakukan tax

planning dengan baik. Meskipun bagi mereka pajak seringkali dianggap sebagai beban, namun

kesadaran dalam hal ini dapat dilihat dari penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang

dilakukan Wajib Pajak timbul dikarenakan tanpa adanya paksaan dari pihak aparat pajak

(fiskus), melainkan adanya dorongan atas kesadaran yang mereka miliki akan pentingnya

fungsi dan peranan pajak bagi masyarakat, teurutama dalam mendukung program

pembangunan Nasional.

f) HubunganPemeriksaan Pajakdengan Penerapan Tax Planning

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel Pemeriksaan Pajak

mempunyai nilai thitung>ttabel (5,006 > 1,987) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Hal

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ummetro.ac.idrepository.ummetro.ac.id/files/mhs/451b7c971196d638c3358cd5e694b814.pdfBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel Pemeriksaan Pajak (X6) dengan

variabel Penerapan Tax Planning (Y), atau dengan kata lain hipotesis H6diterima.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma Suryani

(2013) tentang β€œPersepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”, yang

menyatakan bahwa variabel kemungkinan resiko terdeteksinya kecurangan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak. Hal itu dikarenakan ketika

Wajib Pajak menganggap bahwa presentase kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui

pemeriksaan pajak yang dilakukan tinggi, maka mereka akan cenderung untuk patuh terhadap

aturan perpajakan, dalam hal ini berarti tidak melakukan penggelapan pajak. Pemeriksaan

merupakan hal yang harus dilakukan oleh aparat pajak untuk mendeteksi adanya kecurangan

yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, seperti pelaporan keuangan

fiktif atau tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh

aparat pajak dimaksudkan agar Wajib Pajak dapat melaksanakan tanggung jawab yang telah

diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Indra Kusumawati,

2005: 15). Wajib Pajak merasa takut apabila ketika dilakukan pemeriksaan dan ternyata terbukti

melakukan tindakan kecurangan, maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar denda

akan jauh lebih besar daripada jumlah pajak yang seharusnya mereka bayar. Dalam penelitian

ini, adanya hubungan yang positif antara Pemeriksaan Pajak terhadap Penerapan Tax Planning

menunjukkan bahwa semakin tinggi kemungkinan dilakukan pemeriksaan atas terdeteksinya

kecurangan, maka akan semakin memberikan motivasi bagi manajemen perusahaan untuk

melakukan tax planning dengan baik.