BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Data individu yang digunakan ... Usaha...
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Data individu yang digunakan ... Usaha...
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sistem
Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan Gapoktan PUAP atau
disingkat SIPK-GP 1.13 adalah sistem informasi manajemen untuk pengelolaan
kinerja gapoktan penerima dana PUAP dan penunjang keputusan gapoktan dalam
memilih fokus usaha dari kelompok tani anggotanya. Sistem ini dapat
dioperasikan pada komputer dengan prosesor minimal Pentium 4, 1 GB RAM,
serta memiliki software php, mysql, dan apache. Ketiga software tersebut dapat
diunduh secara gratis dan telah terdapat dalam bentuk paket seperti xampp.
Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama dalam
pelaporan gapoktan yaitu tidak tersedianya data yang memadai dari gapoktan.
Data tersebut berupa data yang terkait dengan kinerja gapoktan yaitu jumlah
penyaluran dana pada masing-masing anggota kelompok tani, data perkembangan
usaha yang dilakukan anggota, tingkat pengembalian oleh anggota atas dana yang
disalurkan, dan nilai penambahan modal/aset gapoktan.
Meskipun tujuan utama dari pembuatan sistem ini untuk operasional
gapoktan dengan user awal penyelia mitra tani atau penyuluh lapangan, tetapi
sistem ini pun dapat dimanfaatkan oleh user lainya sesuai dengan keluaran yang
dihasilkan. Model Seleksi Gapoktan yang menghasilkan keluaran berupa skor
gapoktan berdasarkan data umum gapoktan yang dimasukkan akan digunakan
oleh petugas seleksi gapoktan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan seleksi
gapoktan, selain melakukan seleksi administratif, petugas seleksi pun akan
menggunakan model ini sebagai dasar penetapan lolos-tidaknya gapoktan untuk
menerima dana BLM-PUAP. Data umum gapoktan sampel disajikan pada
Lampiran 9 sampai 11.
Model Wilayah Usaha yang menghasilkan keluaran berupa nilai NPV, IRR,
dan B/C digunakan oleh pengurus gapoktan, penyuluh pendamping, dan/atau
penyelia mitra tani sebagai dasar pertimbangan penentuan fokus usaha gapoktan.
Adapun Model Kinerja Gapoktan menggunakan skala ordinal untuk penilaian.
Masing-masing unsur kinerja yang menghasilkan keluaran berupa skor kinerja
gapoktan, digunakan oleh petugas pada operation room di kantor pusat
Kementerian Pertanian. Sedangkan Model Pengembangan yang menghasilkan
keluaran berupa kesimpulan fokus usaha yang paling menguntungkan bagi
gapoktan digunakan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan/atau
petugas pada BPTP setempat sebagai dasar penetapan fokus usaha gapoktan.
1. Rancangan Sistem Manajemen Dialog
Manajemen dialog atau user interface merupakan bagian utama dari
SIPK-GP 1.13 yang berfungsi sebagai media komunikasi antara pengguna
(user) dengan model. SIPK-GP 1.13 merupakan paket sistem informasi dan
pengambilan keputusan berbasis windows dengan menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Hal ini membuat pengoperasian SIPK-
GP 1.13 menjadi mudah. Media interaksi dengan sistem dilakukan dengan
menggunakan keyboard dan mouse.
27
Menu utama berisi informasi mengenai Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP). Menu ini dimaksudkan untuk
memperkenalkan Program PUAP kepada pengguna yang baru pertama kali
menggunakan atau ingin memperoleh informasi tentang PUAP. Rancangan
menu utama dibuat sederhana dan simple, sehingga pengguna merasa nyaman
dalam menggunakan sistem ini. Menu utama SIPK-GP seperti terlihat pada
Gambar 12.
Gambar 12. Menu utama SIPK-GP 1.13
2. Rancangan Sistem Manajemen Basis Data
a. Data Umum Gapoktan
Data umum gapoktan dimuat dalam sub-menu Data Gapoktan pada
menu Profil Gapoktan. Sub-menu Data Gapoktan terdiri dari data
identitas gapoktan dan data keuangan gapoktan. Pada menu Profil
Gapoktan pun memuat sub menu Data Poktan, Data Anggota Poktan,
Penyaluran, Pinjaman Anggota, Pengembalian Dana Poktan,
Pengembalian Dana Anggota, Potensi Wilayah, dan Potensi Pemasaran.
Data individu anggota kelompok tani digunakan sebagai dasar
perhitungan pada model seleksi gapoktan. Data individu yang digunakan
tersebut terdiri dari data kepemilikan lahan, pengalaman usahatani,
modal awal yang dimiliki, dan usia anggota kelompok tani. Menu Profil
Gapoktan sebagaimana tertuang pada Gambar 13.
28
Gambar 13. Menu profil gapoktan pada SIPK-GP 1.13
b. Data Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha gapoktan ditunjukkan oleh data penyaluran
dana gapoktan, data pengembalian dana gapoktan, dan data penambahan
asset/modal gapoktan. Data-data tersebut terdapat pada sub-menu
Penyaluran Dana Gapoktan, Penyaluran Dana Poktan, Perkembangan
Usaha Gapoktan, Perkembangan Usaha Poktan, dan Laporan Tahunan
Gapoktan pada menu Laporan . Data perkembangan usaha ini digunakan
sebagai dasar untuk menilai kinerja gapoktan pada menu Kinerja
Gapoktan. Sub-menu Penyaluran Dana Gapoktan tertuang pada Gambar
14.
c. Data Potensi Wilayah
Data potensi wilayah merupakan sub-menu pada menu Profil
Gapoktan. Data ini digunakan sebagai dasar atau referensi dalam
penyusunan atau pengisian AHP pada menu Fokus Usaha.
d. Data Potensi Pasar
Data potensi pasar merupakan sub-menu pada menu Profil
Gapoktan. Sebagaimana data potensi wilayah, data ini pun digunakan
sebagai dasar atau referensi dalam penyusunan atau pengisian AHP pada
menu Fokus Usaha.
29
Gambar 14. Sub-menu penyaluran dana gapoktan pada SIPK-GP 1.13
3. Diagram Aliran Data
Diagram aliran data atau data flow diagram (DFD) memperlihatkan
hubungan fungsional dari nilai yang dihitung oleh sistem termasuk nilai
masukan, nilai keluaran, serta tempat penyimpanan internal. Diagram aliran
data adalah gambaran grafis yang memperlihatkan aliran data dari sumbernya
dalam objek kemudian melewati suatu proses yang mentransformasinya ke
tujuan lain (Nugroho dalam Ratih, 2011).
Diagram aliran data terdiri atas empat unsur, yaitu proses, aliran data,
entitas, dan data store. Proses adalah sesuatu yang melakukan transformasi
terhadap data. Setiap proses harus memiliki sedikitnya satu masukan dan satu
keluaran aliran data. Aliran data berguna untuk menghubungkan keluaran dari
suatu objek atau proses yang terjadi pada suatu masukan. Entitas adalah objek
aktif yang mengendalikan aliran data dengan memproduksi atau
mengkonsumsi data. Data store adalah objek pasif dalam diagram aliran data
yang menyimpan data untuk penggunaan lebih lanjut (Nugroho dalam Ratih,
2011).
Diagram konteks atau diagram aliran data level 0 menggambarkan
keseluruhan sistem dengan satu proses berikut sumber dan tujuan data secara
jelas. Masukan data sistem berasal dari gapoktan, kelompok tani, dan pakar.
Entitas gapoktan memberikan input kepada sistem berupa data penyaluran
dana ke kelompok tani, dan data pengembalian dana dari kelompok tani.
Data usahatani utama anggota kelompok, data detail anggota kelompok tani,
data penyaluran dana ke anggota kelompok tani, dan data pengembalian dari
anggota kelompok tani diperoleh dari entitas kelompok tani. Entitas pakar
memberikan input data berupa hasil penilaian sesuai dengan kuesioner AHP.
Diagram aliran data level 0 untuk SIPK-GP 1.13 tersaji pada Gambar 15.
Diagram aliran data level berikutnya disajikan pada bagian Verifikasi Model.
30
Gambar 15. Diagram aliran data level 0 pada SIPK-GP 1.13
4. Use Case Diagram
Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari
suatu sistem. Use case diagram digunakan untuk menggambarkan interaksi
antara pengguna sistem (aktor) dengan kasus (use case) yang disesuaikan
dengan langkah-langkah (scenario) yang telah ditentukan (Purwandari, 2010).
Pada SIPK-GP 1.13 terdapat beberapa use case, salah satunya disajikan pada
Gambar 16.
Gambar 16. Use case diagram perkembangan usaha gapoktan
Gambar 16 menggambarkan use case pada perkembangan usaha
gapoktan, yaitu user gapoktan melakukan login dan sistem melakukan
BPTP
Poktan Gapoktan Pakar
SIPK-GP 1.13
Gapoktan/ PMT/PPL
Pusat/ Auditor
Penyaluran ke poktan dan pengembalian dari
poktan
Usahatani , detail anggota, penyaluran ke anggota, dan pengembalian dari anggota Hasil Penilaian AHP
Analisa usahatani, data penyaluran dan pengembalian, serta laporan perkembangan
usaha
Analisa usahatani, kinerja gapoktan, dan fokus
usaha
Kelayakan gapoktan, analisa usahatani, data penyaluran dan
pengembalian, laporan perkembangan usaha, kinerja gapoktan, serta fokus usaha
login
Verifikasi login
<<include>>
Input data penyaluran
Input data pengembalian
<<extend>>
Pengolahan data
Gapoktan
Gapoktan
Auditor
BPTP
31
verifikasi login; gapoktan melakukan input data penyaluran dan data
pengembalian (bila telah terjadi penyaluran dana); sistem melakukan
pengolahan atas data yang diinput; user lain memanfaatkan keluaran dari
sistem tersebut sesuai dengan kebutuhannya. BPTP dan auditor akan
memanfaatkan hasil pengolahan data berupa penilaian kinerja gapoktan,
sedangkan gapoktan akan memanfaatkan keluaran berupa laporan
perkembangan usaha gapoktan.
B. Verifikasi Model
1. Model Seleksi Gapoktan
Model seleksi gapoktan terdiri dari jaminan ketersediaan lahan
usahatani/sarana, pengalaman usahatani anggota kelompok tani, modal
sendiri yang dimiliki oleh anggota kelompok tani, dan usia anggota kelompok
tani. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang mempengaruhi
tingkat pendapatan penerima bantuan. Skala ordinal dari variabel
ketersediaan lahan usahatani/sarana diubah untuk mengetatkan persyaratan.
Perubahan tersebut yaitu dengan hanya mempertimbangkan persentase
kepemilikan lahan, sedangkan untuk sewa lahan dianggap tidak memiliki
lahan. Secara manual, hasil penilaian variabel untuk seleksi gapoktan pada
Gapoktan Madu Makmur, Bimo Makmur, dan Gapoktan Sumber Makmur
disajikan pada Lampiran 12 sampai Lampiran 14, sedangkan skoring seleksi
gapoktan pada Gapoktan Madu Makmur, Bimo Makmur, dan Gapoktan
Sumber Makmur disajikan pada Tabel 8 sampai Tabel 10. Perhitungan
seleksi gapoktan baik secara manual maupun dalam sistem tidak dapat
dilakukan secara akurat karena data pribadi anggota kelompok yang berhasil
diperoleh dari gapoktan sampel hanya berasal dari beberapa anggota
kelompok tani, tidak berasal dari seluruh anggota kelompok tani.
Tabel 8. Hasil skoring seleksi untuk gapotan Madu Makmur
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa skor Gapoktan Madu Makmur
sebesar 84 atau lebih besar dari ambang batas 80 dan dinyatakan lulus. Skor
Gapoktan Bimo Makmur sesuai Tabel 9 sebesar 92 atau lebih besar dari
ambang batas sebesar 80 dan dinyatakan lulus. Adapun skor untuk Gapoktan
Sumber Makmur sesuai Tabel 10 sebesar 84 atau berada di atas ambang batas
sebesar 80.
No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan
1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 4 160
2 Pengalaman usahatani 30 5 150
3 Modal Sendiri 10 1 10
4 Usia Petani 20 5 100
84 LULUS
SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP
32
Tabel 9. Hasil skoring seleksi untuk gapoktan Bimo Makmur
Tabel 10. Hasil Skoring Seleksi untuk gapoktan Sumber Makmur
Hasil seleksi gapoktan melalui sistem untuk Gapoktan Sumber
Makmur sebagai contoh, disajikan dalam Gambar 17. Berdasarkan Gambar
17 diketahui bahwa hasil perhitungan melalui sistem memberikan kesimpulan
yang sama dengan hasil perhitungan secara manual. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem telah sesuai dan dapat digunakan. Diagram aliran data level 1
pada model seleksi gapoktan disajikan pada Gambar 18.
Gambar 17. Model seleksi gapoktan
No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan
1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 5 200
2 Pengalaman usahatani 30 5 150
3 Modal Sendiri 10 1 10
4 Usia Petani 20 5 100
92 LULUS
SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP
No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan
1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 4 160
2 Pengalaman usahatani 30 5 150
3 Modal Sendiri 10 1 10
4 Usia Petani 20 5 100
84 LULUS
SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP
33
Gambar 18. Diagram aliran data level 1 pada model seleksi gapoktan
2. Model Wilayah Usaha
Model wilayah usaha digunakan untuk menilai kelayakan usaha dari
usahatani yang dilakukan oleh petani anggota. Berdasarkan hasil wawancara
pada tiga gapoktan, diperoleh hasil bahwa usahatani pokok yang dilakukan
anggota petani di tiga gapoktan tersebut dan gapoktan lain pada umumnya
terdiri dari usahatani padi, cabai, dan jagung. Komponen analisa usahatani
yang terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, dan penghasilan
usahatani untuk usahatani padi, cabai, dan jagung disajikan pada Lampiran 15
sampai 17. Hasil perhitungan manual untuk kelayakan usaha dari ketiga
usahatani tersebut disajikan pada Tabel 11 sampai dengan 13.
Pada Tabel 11 diketahui bahwa untuk usahatani padi berturut-turut nilai
NPV, net B/C, dan IRR masing-masing 482.238,82, 1,13, dan 16,81%.
Dengan demikian, berdasarkan ketiga cara analisa tersebut, usahatani padi
layak dilakukan.
Pengelompokkan data
Pusat/ Auditor
Poktan
Detail data usahatani dan detail anggota (usia, status kepemilikan
lahan, pengalaman usahatani, modal awal, dan luas lahan kepemilikan)
Pengolahan data
Kelayakan gapoktan untuk menerima dana BLM-PUAP
Data usia, kepemilikan lahan, pengalaman, modal, dan luas lahan usahatani
34
Tabel. 11. Analisa kelayakan usahatani padi
Tabel 12. Analisa kelayakan usahatani cabai
Pada Tabel 12 diketahui bahwa untuk usahatani cabai berturut-turut nilai
NPV, net B/C, dan IRR masing-masing 2.005.178,63, 1,79, dan 31,29%. Dengan
demikian, berdasarkan ketiga cara analisa tersebut, ushatani cabai layak
dilaksanakan.
Hasil perhitungan manual untuk kelayakan usahatani jagung ditunjukkan
pada Tabel 13. Pada tabel tersebut nilai untuk NPV, net B/C, dan IRR masing-
masing 772.443,85, 1,49, dan 23,73%. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka
usahatani jagung layak dilakukan.
Break event point (BEP) atau titik impas untuk masing-masing jenis
usahatani berdasarkan perhitungan manual berturut-turut, yaitu padi sebesar 1.263
kg, cabai 259 kg, dan jagung sebesar 661 kg. Nilai BEP tersebut didasarkan pada
asumsi harga pasar normal sesuai yang digunakan pada analisa usahatani. Nilai
BEP tersebut akan digunakan pada model pengembangan untuk perhitungan
dengan menggunakan metode comparative performance index (CPI).
DF DF DF
Investasi Pemeliharaan/pengolahan Produksi Total 12% 16% 18%
1 750,000 2,985,300 - 3,735,300 - (3,735,300) 0.892857 (3,335,089.29) 0.862069 (3,220,086.21) 0.847458 (3,165,508.47)
2 485,300 - 485,300 - (485,300) 0.797194 (386,878.19) 0.7431629 (360,656.96) 0.718184 (348,534.90)
3 80,000 - 80,000 - (80,000) 0.71178 (56,942.42) 0.6406577 (51,252.61) 0.608631 (48,690.47)
4 120,000 120,000 6,825,000 6,705,000 0.635518 4,261,148.72 0.5522911 3,703,111.81 0.515789 3,458,364.41
NPV 482,238.82 71,116.03 (104,369.44)
Net B/C 1.13
IRR 16.81%
PV PV
Analisa Kelayakan Usahatani Padi
Penghasilan/B
(Rp)B-C PV
Bulan
ke-
Biaya/C (Rp)
DF DF DF
Investasi Pemeliharaan/pengolahan Produksi Total 12% 30% 32%
1 150,000 2,005,800 - 2,155,800 - (2,155,800) 0.892857 (1,924,821.43) 0.7692308 (1,658,307.69) 0.7575758 (1,633,181.82)
2 377,400 - 377,400 - (377,400) 0.797194 (300,860.97) 0.591716 (223,313.61) 0.573921 (216,597.80)
3 436,000 - 436,000 - (436,000) 0.71178 (310,336.19) 0.4551661 (198,452.44) 0.4347887 (189,567.85)
4 500,000 135,000 635,000 1,843,200 1,208,200 0.635518 767,832.94 0.3501278 423,024.40 0.3293853 397,963.38
5 310,000 135,000 445,000 5,529,600 5,084,600 0.567427 2,885,138.59 0.2693291 1,369,430.61 0.2495344 1,268,782.37
6 90,000 90,000 1,843,200 1,753,200 0.506631 888,225.68 0.2071762 363,221.33 0.1890412 331,426.99
NPV 2,005,178.63 75,602.61 (41,174.73)
Net B/C 1.79
IRR 31.29%
Analisa Kelayakan Usaha Cabai
Bulan
ke-
Biaya/C (Rp) Penghasilan/B
(Rp)B-C PV PV PV
35
Tabel 13. Analisa kelayakan usahatani jagung
Perhitungan kelayakan usaha melalui model wilayah usaha untuk
perhitungan NPV padi, cabai, dan jagung diperoleh hasil berturut-turut
sebesar 482.240, 2.005.180, dan sebesar 772.444 dengan kesimpulan
seluruhnya layak dilakukan. Dengan demikian model yang dibuat untuk
perhitungan NPV dalam sistem, telah sesuai dengan perhitungan secara
manual. Hasil perhitungan NPV padi melalui sistem disajikan pada Gambar
19.
Perhitungan net B/C dalam model wilayah usaha diketahui bahwa nilai
net B/C untuk padi, cabai, dan jagung masing-masing sebesar 1,128; 1,791;
dan 1,490. Dengan demikian model yang dibuat dalam sistem telah sesuai
dengan hasil perhitungan secara manual. Gambar 20 menunjukkan hasil
perhitungan net B/C cabai pada SIPK-GP 1.13.
Gambar 19. Perhitungan NPV padi pada SIPK-GP 1.13
DF DF DF
Investasi Pemeliharaan/pengolahan Produksi Total 12% 38% 39%
1 312,500 1,239,375 - 1,551,875 - (1,551,875) 0.892857 (1,385,602.68) 0.7246377 (1,124,547.10) 0.719424 (1,116,456.83)
2 239,375 - 239,375 - (239,375) 0.797194 (190,828.28) 0.5250998 (125,695.76) 0.517572 (123,893.69)
3 60,000 60,000 3,360,000 3,300,000 0.71178 2,348,874.82 0.3805071 1,255,673.36 0.372354 1,228,767.00
NPV 772,443.85 5,430.50 (11,583.53)
Net B/C 1.49
IRR 38.32%
PV PV
Analisa Kulayakan Usaha Jagung
Penghasilan/B
(Rp)B-C PV
Bulan
ke-
Biaya/C (Rp)
36
Gambar 20. Perhitungan Net B/C cabai pada model usaha di SIPK-GP 1.13
Perhitungan IRR dalam model wilayah usaha untuk padi, cabai, dan
jagung masing-masing sebesar 16,811%, 31,295% dan 38,319%. Dengan
demikian model yang dibuat dalam sistem telah sesuai dengan perhitungan
secara manual. Gambar 21 menunjukkan hasil perhitungan IRR cabai pada
model usaha di SIPK-GP 1.13, sedangkan diagram aliran data level 1 pada
model usaha disajikan pada Gambar 22.
Gambar 21. Perhitungan IRR cabai pada model usaha di SIPK-GP 1.13
37
Gambar 22. Diagram aliran data level 1 pada model wilayah usaha
Analisis sensitivitas ketiga jenis usahatani utama gapoktan dilakukan
dengan skenario sebagai berikut (a) harga benih, pupuk, dan pestisida naik
20% sedang harga jual tetap; (b) biaya produksi tetap sedang harga jual turun
20%; dan (c) biaya produksi dan harga jual tetap sedang jumlah produksi
turun 20%. Hasil perhitungan atas ketiga skenario tersebut pada masing-
masing metode perhitungan kelayakan usaha disajikan pada Tabel 14-16.
Tabel 14. Analisis sensitivitas pada perhitungan NPV
No Jenis
Usahatani Kondisi Awal
Skenario a
Skenario b
Skenario c
1 Padi 482.240 133.314 -385.242 -385.242
2 Cabai 2.005.178,63 1.775.167 956.609 956.609
3 Jagung 772.443,85 695,07 294.127 294.127
Tabel 15. Analisis sensitivitas pada perhitungan IRR
No Jenis
Usahatani Kondisi Awal
Skenario a
Skenario b
Skenario c
1 Padi 16,81 13,27 7,88 7,88
2 Cabai 31,29 28,80 22,16 22,16
3 Jagung 38,32 34,99 22,67 22,67
Pengolahan data
Poktan
Detail data usahatani (biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, dan penghasilan
usahatani)
NPV, IRR, Net B/C, dan BEP serta kesimpulan kelayakan
Gapoktan/ PMT/PPL/ BPTP
Pengelompokkan data
Biaya dan penghasilan bulanan
38
Tabel 16. Analisis sensitivitas pada perhitungan Net B/C
No Jenis
Usahatani Kondisi Awal
Skenario a
Skenario b
Skenario c
1 Padi 1,13 1,03 0,90 0,90
2 Cabai 1,79 1,66 1,38 1,38
3 Jagung 1,49 1,42 1,19 1,19
Berdasarkan Tabel 14-16 diketahui bahwa pada skenario (a) usahatani
cabai dan jagung masih layak dilakukan sedangkan padi dinyatakan tidak
layak menurut analisa IRR karena lebih rendah dari suku bunga bank yang
berlaku, yaitu 14%. Pada skenario (b) dan (c) usahatani padi sudah tidak
layak dilakukan, sedangkan kedua jenis usahatani lainnya masih layak
dilakukan. Dengan demikian padi memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan harga produksi, harga jual, dan penurunan produksi dibandingkan
dengan dua jenis usahatani lainnya.
Analisis sensitivitas terhadap ketiga jenis usahatani utama tersebut,
diketahui bahwa padi mempunyai sensitivitas tertinggi terhadap kenaikan
harga produksi, penurunan harga jual, dan penurunan jumlah produksi sebesar
20%. Hal ini memberi petunjuk kepada kelompok tani/petani anggota yang
melakukan usahatani padi maupun PMT dan PPL agar senantiasa menerapkan
pola pemupukan berimbang, pengendalian hama terpadu, dan penggunaan
benih unggul untuk meningkatkan produksi sehingga dapat mengurangi
dampak dari perubahan harga produksi atau harga jual yang berada diluar
kendali kelompok tani dan/atau petani.
3. Model Kinerja Gapoktan
Model kinerja gapoktan merupakan penilaian terhadap kinerja gapoktan
yang ditandai dengan akumulasi penyaluran dana, jumlah pengembalian
pokok, jumlah pembayaran bunga, dan jumlah penambahan asset/modal
gapoktan. Kinerja ini menunjukkan seberapa besar aktivitas gapoktan
sekaligus menunjukkan efektifitas dari penyaluran dana yang telah diberikan
kepada gapoktan.
Hasil penilaian manual untuk kinerja Gapoktan Madu Makmur, Bimo
Makmur, dan Gapoktan Sumber Makmur disajikan pada Lampiran 18 sampai
20. Sedangkan perhitungan atau skoring manual untuk ketiga gapoktan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 sampai Tabel 19.
Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa skor kinerja untuk gapoktan Madu
Makmur sebesar 88 atau dalam kategori baik. Gapoktan Bimo Makmur
sesuai dengan Tabel 18 memperoleh skor kinerja sebesar 92 atau dalam
kategori sangat baik. Sedangkan untuk Gapoktan Sumber Makmur, sesuai
dengan Tabel 19, skor yang diperoleh 84 atau sama dengan kedua gapoktan
sebelumnya berada dalam kategori baik.
39
Tabel 17. Hasil penilaian kinerja gapoktan Madu Makmur
Tabel 18. Hasil penilaian kinerja gapoktan Bimo Makmur
Tabel 19. Hasil penilaian kinerja gapoktan Sumber Makmur
Penilaian kinerja dengan menggunakan model kinerja pada sistem
untuk Gapoktan Sumber Makmur diperoleh hasil sebesar 84 atau pada
kategori baik, seperti ditunjukkan pada Gambar 23. Dengan demikian model
perhitungan kinerja telah sesuai dengan perhitungan manual. Diagram aliran
data level 1 pada model kinerja gapoktan disajikan pada Gambar 24.
4. Model Pengembangan
Model pengembangan bertujuan untuk menentukan fokus kegiatan
gapoktan yang paling menentukan. Model ini menggunakan proses hierarki
analisis atau AHP sebagai metode penetapan fokus, selain itu pada model
No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan
1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200
2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 5 100
3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 5 100
4 Jumlah penambahan modal/aset 20 2 40
88 BAIK
SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN MADU MAKMUR
No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan
1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200
2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 5 100
3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 5 100
4 Jumlah penambahan modal/aset 20 3 60
92SANGAT
BAIK
SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN BIMO MAKMUR
No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan
1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200
2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 4 80
3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 4 80
4 Jumlah penambahan modal/aset 20 3 60
84 BAIK
SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN SUMBER MAKMUR
40
inipun digunakan metode CPI untuk menentukan jenis usahatani yang paling
menentukan.
Wawancara dilakukan terhadap tiga orang pakar yang terdiri dari
Direktur Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Kementerian Pertanian, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Provinsi DI. Yogyakarta, dan Kepala Sub Direktorat Pembiayaan Agribisnis,
Direktorat Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Kementerian Pertanian. Ketiga orang tersebut dipilih karena pada saat ini
berperan langsung dalam pelaksanaan program PUAP Kementerian
Pertanian. Peran ketiga pakar tersebut berturut-turut sebagai penentu
kebijakan ditingkat pusat, penanggung jawab/koordinator kegiatan ditingkat
provinsi, dan penanggung jawab kegiatan ditingkat pusat.
Gambar 23. Penilaian kinerja Gapoktan Sumber Makmur pada Model
Kinerja di SIPK-GP 1.13
Gambar 24. Diagram aliran data level 1 pada model kinerja gapoktan
Pengolahan data
Gapoktan
Detail penyaluran dan pengembalian dana
Laporan perkembangan usaha
Gapoktan/ PMT/PPL
Pengelompokkan data
Skor kinerja dan kesimpulannya
BPTP/Pusat/ Auditor
Data penyaluran, pengembalian pokok, dan pembayaran bunga
41
Hasil pengolahan AHP dengan menggunakan expert choice diperoleh
hasil sebagaimana tertuang pada Gambar 25. Pengolahan dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan perbaikan terhadap input data dari masing-masing
narasumber yang menghasilkan indeks inkonsistensi lebih dari 0,1, serta
melakukan integrasi untuk skor aktor dan tujuan. Berdasarkan Gambar 25
diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap fokus usaha
gapoktan yaitu potensi pemasaran dengan skor 0,479. Terpilihnya potensi
pemasaran sebagai faktor yang paling berpengaruh menunjukkan bahwa
dalam melakukan usaha agribisnis, faktor tersebut sangat menentukan tingkat
keberhasilan usaha dibanding dengan faktor lainnya, yaitu kelayakan usaha
dan potensi wilayah.
Gambar 25. Hasil perhitungan AHP dengan menggunakan expert choice
Aktor yang paling berpengaruh yaitu pemangku kebijakan (Direktur
Pembiayaan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian
Pertanian) dengan skor 0,376 diikuti oleh ketua gapoktan dengan skor 0,200.
Hal ini menunjukkan bahwa pemangku kebijakan selaku pihak yang pertama
memutuskan gapoktan penerima dana BLM-PUAP mempunyai peranan
penting dalam keberhasilan gapoktan. Selanjutnya, ketua gapoktan selaku
pimpinan atau pengambil kebijakan ditingkat gapoktan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan usahatani
42
anggota gapoktan dan keberhasilan kinerja gapoktan itu sendiri. Apabila kita
mengambil ketua gapoktan sebagai aktor utama, maka tujuan yang akan
menjadi prioritas yaitu peningkatan pendapatan dengan skor 0,417,
sedangkan alternative usahatani terbesar pada usaha simpan pijnam dengan
skor 0,282, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 26 dan 27.
Gambar 26. Prioritas tujuan apabila dipilih ketua gapoktan sebagai aktor
Gambar 27. Prioritas alternatif usahatani untuk actor ketua gapoktan dan
tujuan peningkatan pendapatan
Pada unsur tujuan, prioritas utama yaitu peningkatan lapangan kerja
dengan skor 0,426. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan lapangan kerja
merupakan tujuan utama dari pengembangan usaha agribisnis perdesaan.
Peningkatan lapangan kerja ini akan menimbulkan multiplier effect, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan dan pengembangan kelompok.
Secara keseluruhan, prioritas alternatif usaha gapoktan secara berturut-
turut yaitu simpan pinjam (0,286), usahatani hortikultura (0,243), usahatani
tanaman pangan (0,204), usahatani ternak kecil (0,149), dan usahatani ternak
43
besar (0,118). Akan tetapi, apabila kota khususkan pada tujuan peningkatan
lapangan kerja, maka alternatif tertinggi berada pada usahatani hortikultura
dengan skor sebesar disusul dengan usaha simpan pinjam sebesar 0,238 dan
usahatani tanaman pangan sebesar 0,237.
Gambar 28. Alternatif usahatani pada tujuan peningkatan lapangan kerja
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan AHP maupun CPI,
pada sektor on-farm, alternatif pertama fokus usaha gapoktan yaitu usahatani
hortikultura, dalam hal ini cabai. Sedangkan apabila digabung dengan sektor
off-farm, maka usaha simpan pinjam menjadi pilihan utama. Akan tetapi,
karena pada pelaksanaan usaha simpan pinjam jenis usaha yang dilakukan
anggota sangat variatif, maka pengelolaannnya sebaiknya dipisahkan dari
pengelolaan usaha on-farm.
Hasil analisis ini memberi petunjuk kepada ketua kelompok tani, ketua
gapoktan, PMT, dan/atau PPL untuk menganjurkan anggotanya melakukan
usahatani hortikultura khususnya cabai. Hasil ini pun dapat dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan pengaturan jenis usahatani yang dilakukan anggota,
sehingga tidak serta merta seluruh anggota melakukan usahatani cabai. Hal
ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan harga produk yang
besar pada saat panen raya.
Penetapan fokus usaha dengan metode AHP pada model pengembangan
memberikan fasilitas pemasukan data untuk tiga partisipan dan perhitungan
gabungan sebagaimana fasilitas dalam software expert choice. Sub-sub menu
pada sub menu AHP ini terdiri dari Sub-sub menu Tambah Data yang
memberikan fasilitas pemasukan data goal, faktor, aktor, tujuan, dan
alternatif, Sub-sub menu Perbandingan AHP yang memberikan fasilitas input
data AHP berdasarkan data partisipan, serta Sub-sub menu Daftar AHP yang
menampilkan hasil dari perhitungan AHP. Laman Sub-sub menu pada menu
AHP seperti disajikan pada Gambar 29 sampai Gambar 31. Diagram aliran
data untuk AHP disajikan pada Gambar 32.
44
Gambar 29. Sub-sub menu tambah data AHP pada SIPK-GP 1.13
Perhitungan data masing-masing partisipan telah sesuai dengan yang
dihasilkan oleh expert choice. Sedangkan untuk perhitungan data gabungan,
hasil yang diperoleh tidak sama dengan yang dihasilkan oleh expert choice,
akan tetapi hasil tersebut sama dengan hasil perhitungan secara manual
dengan menggunakan rumus perkalian matriks dalam excel. Selain itu, model
ini belum melakukan perhitungan integrasi untuk skor alternatif terhadap
goal. Seperti halnya expert choice, model ini pun belum melakukan
perhitungan integrasi skor untuk aktor dan tujuan.
Gambar 30. Input perbandingan AHP pada Sub-sub menu Perbandingan AHP
45
Gambar 31. Sub-sub menu daftar AHP pada sub menu AHP di SIPK-GP 1.13
Gambar 32. Diagram aliran data level 1 pada model pengembangan dengan
AHP
46
Hasil penetapan fokus usaha dengan menggunakan metode CPI pada
model pengembangan usaha diperoleh hasil seperti ditunjukan pada Gambar
33. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa cabai merupakan prioritas
utama fokus usaha gapoktan dengan skor sebesar 206,64. Skor hasil
perhitungan dengan menggunakan sistem sama dengan perhitungan secara
manual. Hal ini menunjukkan bahwa sistem telah sesuai dan dapat
dipergunakan. Diagram aliran data level 1 untuk model pengemabgan dengan
CPI disajikan pada Gambar 34.
Gambar 33. Perhitungan CPI pada SIPK-GP 1.13
Gambar 34. Diagram aliran data level 1 pada model pengembangan
dengan CPI
Pengolahan data I
Pengolahan data II
Biaya dan penghasilan bulanan
Gapoktan/ BPTP/PMT/PPL
Poktan
Detail data usahatani (biaya investasi, biaya tetap, biaya variable, dan penghasilan usahatani)
Pengelompokkan data
Nilai NPV, IRR, Net B/C, dan BEP masing-masing jenis usahatani
Skor masing-masing jenis usahatani
47
Penetapan fokus usaha dengan menggunakan metode CPI untuk tiga
jenis usahatani utama yang dilakukan ketiga gapoktan sampel disajikan pada
Tabel 20 dan 21. Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa usahatani yang
paling menguntungkan yaitu usahatani cabai yang termasuk dalam usahatani
hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan fokus usaha gapoktan
dengan menggunakan AHP sejalan dengan penetapan fokus melalui metode
CPI.
Tabel 20. Nilai-nilai analisa kelayakan usaha untuk perhitungan CPI
Tabel 21. Perhitungan CPI untuk tiga jenis usahatani utama gapoktan
C. Evaluasi User
Evaluasi sistem dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah
dikembangkan telah sesuai dengan kebutuhan atau masih memerlukan beberapa
tambahan/perbaikan. Pada pengembangan SIPK-GP 1.13 ini evaluasi dilakukan
oleh auditor yang merupakan salah satu calon user dari sistem. Evaluasi
dilakukan terhadap kecukupan input data dan kecukupan output dari sistem yang
merupakan informasi yang akan digunakan oleh auditor dalam pelaksanaan
tugasnya. Hasil evaluasi tersebut disajikan pada Tabel 22.
Berdasarkan Tabel 22. diketahui pada indikator input, dari 8 orang
responden 7 responden menyatakan setuju atau sangat setuju untuk seluruh sub
indikator yang terdiri dari jenis data yang diinput telah sesuai kebutuhan, proses
input data mudah, dan proses pembaharuan data mudah, sedangkan satu
responden menyatakan cukup setuju pada sub indikator jenis data yang diinput
telah sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitasi dan
konfigurasi input data pada sistem telah cukup memadai atau sesuai dengan
kebutuhan user. Pada indikator output, dari 8 responden, sebanyak 7 responden
menyatakan setuju atau sangat setuju pada seluruh sub indikator output,
sedangkan satu orang responden menyatakan cukup setuju pada sub indikator
No Jenis Usahatani NPV IRR Net B/C BEP
1 Padi 482,239 16.81% 1.13 1,263
2 Cabai 2,005,179 31.29% 1.79 259
3 Jagung 772,444 38.32% 1.49 661
Trend (+) (+) (+) (-)
No Jenis Usahatani NPV IRR Net B/C BEP SKOR Peringkat
1 Padi 100 100 100 20 84 3
2 Cabai 416 186 159 100 207 1
3 Jagung 160 228 132 39 148 2
Bobot 0.2 0.3 0.3 0.2
48
relevansi informasi yang dihasilkan terhadap yang dihasilkan gapoktan dan
akurasi informasi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang
dihasilkan sistem telah sesuai dengan kebutuhan user. Dengan demikian, sistem
yang dikembangkan telah memenuhi kebutuhan user dan siap untuk digunakan.
Tabel 22. Hasil evaluasi sistem oleh calon user
No Indikator Penilaian PENDAPAT RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8
INPUT
1 jenis data yang diinput telah sesuai kebutuhan SS SS SS CS S S SS S
2 proses input data mudah SS SS SS S S S SS S
3 proses perbaruan data mudah SS SS SS S S S SS SS
OUTPUT
4 kelengkapan informasi yang dihasilkan SS S SS S S S S S
5 keandalan informasi yang dihasilkan terhadap informasi yang diharapkan
SS SS SS S S S SS S
6 relevansi informasi yang dihasilkan terhadap yang dihasilkan gapoktan
SS SS SS CS S S S SS
7 akurasi informasi yang dihasilkan SS S SS CS S S SS S
Keterangan: STS = sangat tidak setuju (1); TS = tidak setuju (2); CS = cukup
setuju (3); S = setuju (4); SS = sangat setuju (5)
D. Implikasi Manajemen
Implementasi SIPK-GP 1.13 pada pelaksanaan Program PUAP di
Kementerian Pertanian akan menimbulkan implikasi manajemen mulai dari
tingkat pusat dan provinsi (aspek strategis dan taktis) sampai dengan gapoktan
(aspek teknis), baik pada sisi perencanaan maupun pada pelaksanaan kegiatan.
Sistem ini menghasilkan output yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai level
manajemen pada pelaksanaan kegiatan PUAP. Manual instalasi SIPK-GP 1.13
disajikan pada Lampiran 21.
1. Aspek strategis
Direktorat Pembiayaan Pertanian selaku penanggung jawab kegiatan
dan penentu kebijakan, perlu melakukan beberapa perubahan kebijakan
pelaksanaan kegiatan, yaitu
a. melakukan revisi Pedoman Umum PUAP antara lain dengan melakukan
penambahan persyaratan gapoktan penerima dengan persyaratan teknis
sebagaimana yang digunakan pada model seleksi gapoktan
b. perubahan metode seleksi gapoktan, dengan melakukan input data teknis
(nama anggota, tanggal lahir/usia, luas lahan yang dimiliki, status lahan,
modal awal yang dimiliki, dan jenis usahatani yang dilakukan) gapoktan
calon penerima bantuan kedalam SIPK-GP 1.13 untuk diolah dan hasilnya
diperoleh melalui model seleksi gapoktan, selain melakukan verifikasi
administrasi sebagaimana yang selama ini dilakukan
c. sosialisasi kepada instansi terkait (BPTP provinsi dan dinas lingkup
pertanian) tentang perubahan Pedoman Umum PUAP
d. melakukan penggandaan SIPK-GP 1.13 untuk diujiterapkan pada
beberapa gapoktan penerima BLM-PUAP
49
e. penambahan biaya pengadaan komputer dan printer pada komponen
biaya dalam rencana usaha gapoktan, serta
f. menambahkan materi aplikasi SIPK-GP 1.13 pada pelaksanaan pelatihan
penyelia mitra tani dan gapoktan penerima dana BLM-PUAP
2. Aspek taktis
BPTP selaku koordinator di provinsi bekerja sama dengan dinas terkait
perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut
a. menginstruksikan PMT dan/atau PPL untuk melakukan pendataan atas
biaya-biaya yang dikeluarkan anggota gapoktan dalam melakukan
usahataninya serta penghasilan yang diperoleh anggota gapoktan dari
usahatani yang dilakukannya. Data tersebut digunakan sebagai input pada
model wilayah usaha
b. meningkatkan sosialisasi dan pembinaan kepada gapoktan, khususnya
yang berkaitan dengan tertib administrasi, sehingga data yang diperlukan
oleh sistem selalu tersedia dan dapat diinput tepat waktu
c. melakukan analisa atas komponen-komponen dalam model wilayah
usaha, untuk dilakukan efisiensi biaya usahatani dan mengurangi
kehilangan hasil panen
3. Aspek teknis
Data merupakan hal yang sangat menentukan efektifitas pemanfaatan
sistem, karena apabila data yang diinput tidak benar, akurat, dan lengkap,
maka sistem tidak akan menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan.
PMT/PPL selaku bagian dari manajemen yang langsung berhubungan dengan
gapoktan perlu meningkatkan monitoring dan pembinaan pengelolaan
administrasi keuangan untuk menjamin ketersediaan, keakuratan, dan
ketertiban pencatatan yang dilakukan oleh gapoktan. Dipihak lain, gapoktan
selaku pelaksana utama kegiatan PUAP, perlu menetapkan anggota yang akan
ditugaskan sebagai pengguna sistem.
4. Aspek sosial
SIPK-GP 1.13 melalui model pengembangan, memberi output berupa
prioritas usahatani yang paling layak dilakukan oleh anggota gapoktan.
Model ini memungkinkan gapoktan untuk mengatur atau melakukan
penjadwalan jenis usahatani yang dilakukan oleh anggotanya. Hal ini
memerlukan adanya agenda rutin dari gapoktan untuk melakukan pertemuan
mengenai penjadwalan jenis usahatani yang dilakukan oleh anggotanya,
sehingga masing-masing anggota tidak hanya melakukan satu jenis usahatani,
tetapi beberapa jenis usahatani sesuai dengan prioritasnya dilakukan oleh
anggota secara bergiliran. Hal ini pun menuntut peran PPL untuk aktif
memberikan penyuluhan usahatani kepada anggota terutama yang tidak
terbiasa melakukan berbagai jenis usahatani.