BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150510/2008/150110080200_4_2026.pdfdan...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150510/2008/150110080200_4_2026.pdfdan...
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal
yang berpengaruh selama penelitian. Pengamatan ini meliputi data curah hujan,
temperatur, dan kelembapan selama percobaan, serangan hama penyakit, serta
analisis vegetasi sebelum percobaan.
4.1.1 Data Curah Hujan, Temperatur, dan Kelembapan Udara Selama
Percobaan
Percobaan berlangsung pada bulan Maret sampai dengan Mei Tahun 2012.
Rata-rata curah hujan bulan Maret yaitu 176,0 mm, bulan April yaitu 363,7 mm, dan
bulan Mei yaitu 310,0 mm. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata curah
hujan dapat dikatakan cukup tinggi.
Temperatur udara terendah selama percobaan adalah 22oC pada bulan Mei
sedangkan suhu udara tertinggi adalah 25,15oC pada bulan Maret. Kelembapan udara
rata-rata selama percobaan adalah 93-94 %. Data curah hujan, suhu udara, dan
kelembapan terdapat pada Lampiran 4.
24
4.1.2 Analisis Vegetasi Sebelum Percobaan
Pengamatan analisis vegetasi berguna untuk mengetahui ada tidaknya
pergeseran komposisi setiap spesies gulma pada suatu areal. Keadaan komposisi
gulma diamati dengan menggunakan Nilai Jumlah Dominansi (NJD) yang dilakukan
sebelum percobaan. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) berguna untuk
menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma
lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies
gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies gulma lainnya.
Tabel 1. Komposisi Gulma Sebelum Percobaan
No
Spesies gulma
NJD* (%)
Daun Lebar
1 Alternanthera philoxeroides 23,46
2 Hedyotis corymbosa 11,86
3 Synedrella nodiflora 5,99
4 Commelina difusa 4,50
Teki
1 Cyperus iria 9,52
2 Fimbristylis miliacea 3,00
Rumput
1 Cynodon dactylon 26,7
2 Digitaria ciliaris 11,93
3 Eleusine indica 3,00
Ket : * = Nisbah Jumlah Dominan
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebelum percobaan berlangsung terdapat 9 jenis
gulma yang mendominasi lahan yang digunakan untuk pertanaman kubis bunga yaitu
4 spesies gulma daun lebar, 2 spesies gulma teki, dan 3 spesies gulma rumput.
25
Spesies-spesies gulma yang dominan adalah spesies gulma rumput yaitu Cynodon
dactylon (Gambar 8) dengan NJD sebesar 26,7 %, spesies gulma daun lebar yaitu
Alternanthera philoxeroides (Gambar 9) dengan NJD sebesar 23,46 %, dan spesies
gulma teki yaitu Cyperus iria (Gambar 10) dengan NJD sebesar 9,52%. Perhitungan
analisis vegetasi selengkapnya pada Lampiran 5.
Dominansi gulma rumput sebelum percobaan disebabkan gulma rumput
merupakan tumbuhan berjalur fotosintesis C4 lebih efisien dalam menggunakan air
dan cahaya sehingga kecepatan tumbuhnya tinggi. Selain itu perbedaan kemampuan
dalam berkompetisi menyebabkan terjadinya dominansi suatu tanaman terhadap
tanaman yang lain (Naylor, 2002). Adapun spesies-spesies gulma baru yang tumbuh
dilahan setelah percobaan diantaranya spesies gulma daun lebar yaitu Eclypta alba,
Ludwigia perennis, Amaranthus spinosus, Rorippa indica dan spesies gulma rumput
yaitu Leptochloa cynensis. Adanya spesies gulma baru disebabkan oleh pengolahan
tanah yang menyebabkan biji-biji gulma di dalam tanah muncul ke permukaan tanah
dan berkecambah.
4.1.3 Serangan Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang selama penelitian adalah ulat daun (Plutella
xylostella), ulat grayak (Spodoptera litura) dan belalang. Ulat daun (Plutela
xylostela) menyerang tanaman kubis bunga pada umur 21 HST. Larva ulat daun
menggerek daun dan memakan jaringan daun sebelah bawah dengan meninggalkan
lapisan epidermis bagian atas daun. Kerusakan dicirikan dengan adanya bercak-
26
bercak berwarna putih yang tidak teratur yang lama kelamaan menjadi lubang pada
serangan yang berat daunnya hingga tinggal kerangka saja. Serangan ulat ini hanya 1-
3% tergolong rata terdapat pada setiap plot sehingga pengendaliannya hanya dengan
memetik daun yang terserang. Serangan ulat daun (Plutella xylostela) dapat dilihat
pada Gambar 11.
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama krop kubis
yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas. Ulat ini menyerang
tanaman kubis bunga pada fase generatif yaitu pada umur ± 35 HST menggerogoti
krop kubis bunga. Ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 12. Serangan ulat ini
tergolong rata pada setiap perlakuan dengan intensitas serangannya hanya 1-3%
sehingga pengendaliannya hanya dengan mengambil ulat yang terdapat pada tanaman
tersebut lalu dimatikan. Serangan ulat grayak pada krop kubis dapat dilihat pada
Gambar 13. Begitu juga dengan hama belalang, hama ini memakan daun dari bagian
tepi daun, namun serangannya hanya pada sedikit tanaman kubis bunga. Intensitas
serangannya hanya 1-3% pada percobaan ini sehingga pengendaliannya dengan
diambil lalu dimatikan. Serangan belalang dapa dilihat pada Gambar 14.
Penyakit yang ditemui pada tanaman selama percobaan adalah busuk hitam
pada daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Penyakit ini
menyerang tanaman kubis bunga pada fase generatif yaitu pada umur ± 35 HST
Gejala serangannya ditandai dengan bercak coklat kehitam-hitaman pada daun,
batang, tangkai bunga maupun krop kubis bunga yang diserang. Gejala khas pada
daun yaitu tampak warna kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf “V” dan
27
kemudian mengering. Intensitas serangan penyakit ini hanya 1-3%, rata pada setiap
perlakuan sehingga pengendaliannya dengan memetik daun kubis bunga yang
terserang penyakit tersebut.
4.2 Pengamatan Utama
4.2.1 Kondisi Umum Pertanaman Kubis Bunga
Keseragaman tumbuh bibit kubis bunga yang digunakan relatif tinggi.
Pertumbuhan bibit kubis bunga relatif tinggi dan seragam sampai umur 14 hari,
setelah itu mulai terlihat adanya perbedaan pertumbuhan tanaman kubis bunga.
Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh kehadiran gulma diantara tanaman kubis
bunga yang bersaing dalam memanfaatkan faktor pertumbuhan seperti tempat
tumbuh, air, cahaya, dan unsur hara, sehingga pada saat tanaman kubis bunga
berumur 14 hari setelah tanam (HST) dikatakan sebagai periode kritis bagi kubis
bunga).
Pada umur 28-30 hari setelah tanam merupakan fase vegetatif maksimum
kubis bunga dimana organ pertumbuhan seperti daun, akar, dan batang berada dalam
pertumbuhan yang maksimal sehingga terbentuk kanopi pada lahan pertanaman dan
menutupi gulma-gulma yang tumbuh bersama tanaman kubis yang menyebabkan
menurunnya persaingan antara keduanya. Selain itu pada umur tersebut, merupakan
fase awal generatif pada tanaman kubis bunga yang ditandai dengan munculnya krop
kubis bunga. Pada umur 45-47 hari, tanaman kubis bunga memasuki fase panen yang
ditandai dengan krop bunga yang telah padat dan mencapai ukuran maksimum.
28
4.2.2 Pengamatan Gulma
4.2.2.1 Bobot Kering Gulma Rumput
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma
dan bebas gulma terhadap bobot kering gulma rumput pada semua umur pengamatan.
Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Rata-rata Bobot Kering Gulma Rumput (gr/0,25m2)
akibat pengaruh
perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan
Perlakuan
Umur Pengamatan
14 HST 28 HST 42 HST
W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 b 0.00 b
W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.27 a 0.00 b 0.00 b
W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.27 a 0.00 b 0.00 b
W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.28 a 5.27 a 0.00 b
W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.30 a 6.73 a 0.00 b
W6 (Bergulma 0-panen) 0.27 a 7.80 a 17.45 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.00 b 3.03 a 15.62 a
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.16 a 15.80 a
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 0.09 b 14.60 b
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 b 1.23 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 b 0.30 b
W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 b 0.00 b
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Pada umur 14 HST sampai 42 HST pada perlakuan bergulma sepanjang masa
pertanaman mengalami kenaikan bobot kering. Hal ini disebabkan perlakuan gulma
yang tidak disiangi sehingga keberadaan gulma yang semakin lama menyebabkan
29
populasi gulma meningkat dan bobot kering gulma bertambah. Menurut Zimdhal
(2007) pada masa vegetatif gulma dimana gulma dengan mudah menyerap unsur hara
yang menjadi bagian pokok tanaman sehingga terakumulasi dalam bobot kering
gulma rumput yang semakin tinggi. Data dan hasil analisis statistik bobot kering
gulma rumput pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 6.
4.2.2.2 Bobot Kering Gulma Daun lebar
Hasil analisis lanjut bobot kering gulma daun lebar dengan menggunakan uji
gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil analisis
data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma
terhadap bobot kering gulma daun lebar pada umur 14 , 28 dan 42 HST .
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang paling besar terjadi kalau
habitat pertumbuhan akar dan karakteristik daunnya sama. Dalam hal ini persamaan
yang dimiliki kubis bunga dengan gulma berdaun lebar antara lain sama-sama
tergolong dikotil yang mempunyai perakaran yang agak dalam dan sama-sama
mempunyai susunan daun yang horizontal. Selain itu, gulma daun lebar dan tanaman
kubis bunga merupakan tanaman C3.
30
Tabel 3. Rata-rata Bobot Kering Gulma Daun Lebar (gr/0,25m2)
akibat pengaruh
perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan
Perlakuan
Umur Pengamatan
14 HST 28 HST 42 HST
W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 c 0.00 c
W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.21 a 0.00 c 0.00 c
W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.22 a 0.00 c 0.00 c
W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.18 a 4.60 a 0.00 c
W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.18 a 4.74 a 0.00 c
W6 (Bergulma 0-panen) 0.16 a 4.72 a 9.27 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.00 b 3.90 a 7.43 a
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.53 a 5.65 a
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 1.74 b 2.30 b
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 c 1.67 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 c 0.08 c
W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 c 0.00 c
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Menurut Muzik (1970) apabila ada spesies tumbuhan mempunyai sifat dan
habitat yang sama maka kecenderungan akan terjadi persaingan. Hal-hal tersebut
yang menyebabkan tetap terjadi pengaruh yang nyata antara gulma daun lebar dan
tanaman kubis bunga pada setiap umur pengamatan akibat persaingan antar keduanya
yang terus-menerus. Data dan hasil analisis statistik bobot kering gulma daun lebar
pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
31
4.2.2.3 Bobot Kering Gulma Teki
Data dan hasil analisis statistik bobot kering gulma teki pada 14 HST, 28
HST, dan 42 HST dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil analisis data
menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap
bobot kering gulma teki pada semua umur pengamatan. Hasil analisis lanjut dengan
menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Bobot Kering Gulma Teki (gr/0,25 m2)
akibat pengaruh perlakuan
bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Pada umur 28 HST , perlakuan W7, W8, dan W9 memberikan bobot kering
gulma yang berbeda-beda dimana pada perlakuan bebas gulma lebih lama
memberikan bobot kering yang semakin kecil. Hal ini disebabkan semakin lama umur
Perlakuan
Umur Pengamatan
14 HST 28 HST 42 HST
W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 e 0.00 c
W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.62 a 0.00 e 0.00 c
W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.62 a 0.00 e 0.00 c
W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.63 a 7.43 a 0.00 c
W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.65 a 7.93 a 0.00 c
W6 (Bergulma 0-panen) 0.61 a 7.62 a 24.40 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.07 b 5.68 b 23.63 a
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.81 c 22.57 a
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 1.93 d 18.70 a
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 e 12.13 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 e 0.13 c
W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 e 0.00 c
32
tanaman, maka akan membentuk kanopi yang menaungi lahan sekitarnya.
Pembentukan kanopi tanaman yang cepat dapat mempengaruhi tumbuh-tumbuhan
dibawahnya yang secara tidak langsung mengurangi pertumbuhan gulma (Mercado,
1979). Hal ini dikarenakan gulma teki dan kubis bunga memiliki kemampuan
kompetisi yang sama-sama tinggi.
Gulma teki digolongkan sebagai gulma jahat (noxious weed) dengan ciri-ciri
tingkat persaingan tinggi meskipun populasinya rendah, efisien dalam perbanyakan
diri baik melalui biji yang melimpah maupun dengan perbanyakan vegetatif, mudah
menyebar dan mempunyai masa dormansi yang lama, sehingga sukar dikendalikan
(Moenandir,1988), sedangkan kubis bunga diduga mengeluarkan senyawa alelopati
yang menghambat pertumbuhan gulma teki karena terjadi persaingan antar keduanya.
4.2.2.4 Bobot Kering Gulma Total
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma
dan bebas gulma terhadap bobot kering gulma total pada semua umur pengamatan.
Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%
dapat dilihat pada Tabel 5.
Kenaikan dan penuruan bobot kering gulma pada setiap umur pengamatan
yaitu perlakuan W2,W3,W4,W5, hal ini disebabkan karena pergantian periode dari
bergulma menjadi periode bebas gulma. Ada juga beberapa perlakuan yaitu W7, W8,
W9,W10 mengalami kenaikan bobot kering karena pergantian periode dari bebas
gulma menjadi bergulma.
33
Tabel 5. Rata-rata Bobot Kering Gulma Total (gr/0,25m2)
akibat pengaruh perlakuan
bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Bobot kering gulma total merupakan hasil penimbunan dari hasil asimilasi
CO2 sepanjang masa pertumbuhan, karena asimilasi CO2 merupakan hasil penyerapan
energi matahari dan akibat radiasi matahari, maka faktor utama yang mempengaruhi
berat kering total adalah radiasi matahari yang diabsorbsi dan efisiensi pemanfaatan
energi tersebut untuk fiksasi CO2 (Gardner, 1991 dalam Thorp dan Tian, 2004).
Terjadinya pengaruh yang nyata terhadap bobot kering total gulma pada
semua umur pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan gulma dan kubis bunga
saling mempengaruhi sepanjang masa tanam. Gulma sama halnya seperti tanaman
Perlakuan
Umur Pengamatan
14 HST 28 HST 42 HST
W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.00 b 0.00 d 0.00 c
W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.38 a 0.00 d 0.00 c
W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.44 a 0.00 d 0.00 c
W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.36 a 4.60 a 0.00 c
W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.51 a 6.47 a 0.00 c
W6 (Bergulma 0-panen) 0.28 a 6.71 a 17.04 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.02 b 4.20 b 15.56 a
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.00 b 3.50 b 14.67 a
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.00 b 1.26 c 11.87 a
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.00 b 0.00 d 5.01 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.00 b 0.00 d 0.17 c
W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.00 b 0.00 d 0.00 c
34
yang lain memerlukan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Gulma
maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhann dan
perkembangan yang normal yaitu unsur hara,cahaya, ruang tumbuh dan CO2.
Persaingan terjadi bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak
tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya (Zimdhal, 1980, Rahayu, 2002).
Namun pada dasarnya, kemampuan gulma menekan pertumbuhan tanaman budidaya
sangat ditentukan oleh jenisnya, kepadatan dan lamanya gulma tumbuh di
pertanaman. Ketiga faktor tersebut menentukan derajat persaingan gulma dalam
memperoleh sumber daya yang tersedia (Hidayati, 2009). Data dan hasil analisis
statistik bobot kering gulma total pada 14 HST, 28 HST, dan 42 HST selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.2.3 Pengamatan Tanaman Kubis Bunga
4.2.3.1 Tinggi Tanaman
Data dan hasil analisis statistik tinggi tanaman pada 7 HST, 14 HST, 21 HST,
28 HST, dan 35 HST dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis lanjut dengan
menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan
bebas gulma terhadap tinggi tanaman hanya pada umur 21 HST. Pada umur 7 sampai
14 HST masih dalam awal pertumbuhan tanaman dimana belum terjadi kompetisi
yang signifikan, Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Chokkar et al ., 1999)
35
bahwa pada awal pertumbuhan kehadiran gulma belum mempengaruhi pertumbuhan,
karena kompetisi yang terjadi masih rendah.
Tabel 6.Rata-rata Tinggi Tanaman Kubis Bunga (cm) akibat pengaruh perlakuan
bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan
Perlakuan
Umur Pengamatan HST
7 14 21 28 35
W1 (Bergulma 0-7 HST) 6.89 a 12.94 a 18.44 a 24.28 a 30.00 a
W2 (Bergulma 0-14 HST) 6.56 a 12.66 a 18.61 a 24.78 a 30.00 a
W3 (Bergulma 0-21 HST) 6.56 a 13.89 a 14.78 c 23.28 a 30.17 a
W4 (Bergulma 0-28 HST) 6.28 a 12.17 a 14.69 c 20.39 a 29.89 a
W5 (Bergulma 0-35 HST) 6.78 a 12.83 a 14.50 c 20.50 a 28.89 a
W6 (Bergulma 0-panen) 6.67 a 13.22 a 13.90 c 18.94 a 24.83 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 6.67 a 13.83 a 14.89 c 21.95 a 30.28 a
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 7.33 a 11.89 a 15.61 c 24.44 a 29.78 a
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 6.83 a 13.61 a 17.67 b 24.72 a 31.17 a
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 7.17 a 13.43 a 18.89 a 24.16 a 30.33 a
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 7.67 a 14.33 a 19.44 a 25.61 a 30.55 a
W12 (Bebas gulma 0- panen) 7.00 a 15.00 a 20.28 a 27.00 a 32.33 a
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Pada umur 21 HST merupakan periode kritis kubis bunga gulma sehingga
sangat dipengaruhi oleh keberadaan gulma. Hal ini menunjukkan bahwa periode kritis
36
menurunkan hasil secara nyata pada tinggi tanaman kubis bunga. Keberadaan gulma
mengakibatkan terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh
faktor tumbuh, yaitu cahaya, air, unsur hara dan ruang tumbuh.Tinggi tanaman
dipengaruhi oleh penerimaan cahaya (Agustiani 2002). Penerimaan cahaya akan
berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada
proses fotosintesis. Semakin banyak cahaya yang diserap semakin banyak fotosinat
yang diakumulasikan sehingga pertambahan tinggi tanaman akan semakin baik.
Perlakuan bebas gulma yang lebih lama yaitu W1, W2, W10, W11, W12 memberikan
tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan seluruh perlakuan lainnya.
Hal tersebut disebabkan oleh tanaman yang lebih tinggi mempunyai
keuntungan pada tumbuhan yang lebih pendek. Hal ini terjadi bila satu tanaman
menaungi tanaman lain karena kondisi pertumbuhannya yang saling berdesakan,
sehingga cahaya yang diterima oleh bagian yang ternaungi menjadi lebih kurang
optimal untuk tumbuh. Keberadaan gulma membuat tanaman ternaungi oleh tanaman
kubis lain dan gulma sehingga penerimaan cahaya matahari terhambat. Ketersediaan
sarana tumbuh berpengaruh terhadap tingkat akumulasi fotosintat (Moenandir, 1988).
Pada umur 35 HST sudah tidak lagi dalam fase periode kritis karena tanaman
kubis bunga memasuki fase generatif dimana tidak lagi terjadi pertumbuhan dalam
organ vegetatif dan tanaman kubis bunga sudah dalam ketersediaan unsur, air dan
cahaya sudah maksimal dan tidak berpengaruh lagi terhadap keberadaan gulma.
Selain itu tanaman tidak lagi melakukan pertumbuhan vegetatif karena pada umur
tersebut sudah ditandai munculnya krop kubis bunga.
37
4.2.3.2 Indeks Luas Daun (ILD)
Data dan hasil analisis statistik indeks luas daun dapat dilihat pada Lampiran
14. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata
5% dapat dilihat pada Tabel 7. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi
pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap indeks luas daun. Indeks
luas daun (ILD) adalah rasio luas daun dengan luas tanah yang dibawahnya oleh
naungan daun tersebut. ILD mencerminkan efisiensi penangkapan energi matahari
dan akumulasi fotosintat selama pertumbuhan tanaman.
Tabel 7.Rata-rata Indeks Luas Daun Kubis Bunga (m2) akibat pengaruh perlakuan
bergulma dan bebas gulma pada umur pengamatan 30 HST
Perlakuan Rata-rata
W1 (Bergulma 0-7 HST) 0.76 b
W2 (Bergulma 0-14 HST) 0.74 b
W3 (Bergulma 0-21 HST) 0.63 c
W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.54 d
W5 (Bergulma 0-35 HST) 0.51 d
W6 (Bergulma 0-panen) 0.42 d
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 0.62 c
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 0.67 c
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 0.67 c
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.74 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.72 b
W12 (Bebas gulma 0- panen) 0.95 a
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Pengambilan tanaman sample dilakukan pada 30 HST saat fase vegetatif
maksimum yang ditandai dengan munculnya krop kubis bunga. Pada perlakuan W4,
38
W5, W6 memiliki ILD yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal
ini dikarenakan keberadaan gulma lebih lama pada pertanaman mengakibatkan
populasi gulma pada sekitar tanaman kubis bunga semakin banyak menyebabkan
intersepsi cahaya terhambat dalam tanaman kubis bunga,
Daun mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman
terutama dalam penyerapan radiasi sinar matahari dan tempat proses fotosintesis,
dimana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan
mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Sehingga secara keseluruhan kadar
cahaya yang diaksepsi menjadi sangat kurang. Hal inilah dalam perisitiwa persaingan
yang dapat mengganggu kelancaran berpoduksi tinggi. Selain itu, sifat penting yang
harus dimiliki tanaman budidaya untuk dapat berkompetisi dengan gulma adalah
ekspansi daun yang cepat pada tajuk yang tinggi letaknya, mempunyai daun dengan
ukuran yang besar untuk mengurangi pengaruh pantulan cahaya, karena pantulan
cahaya yang sampai ke bagian bawah tajuk memiliki kualitas dan intensitas rendah
(Trenbath, 2002). Pada umur 30 HST adalah fase vegetatif maksimum pada tanaman
kubis bunga sehingga indeks luas daun yang lebih kecil merupakan akumulasi
pertambahan luas daun yang terhambat akibat penaungan (Moenandir,1988).
4.2.3.3 Bobot Kering Tanaman
Data dan hasil analisis statistik bobot kering tanaman pada 14 HST, 28 HST,
dan 42 HST dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil analisis data menunjukkan
bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma dan bebas gulma terhadap bobot kering
39
tanaman pada 28 dan 42 HST, namun pada umur 14 HST tidak memberikan pengaruh
yang nyata. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada
taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 8.
Pada umur 28 HST merupakan akhir periode kritis kubis bunga terhadap
keberadaan gulma mengakibatkan pada perlakuan yang masih bergulma pada periode
tersebut (W3,W4,W5,W6) memberikan hasil bobot kering tanaman terendah
dibanding perlakuan lainnya.
Tabel 8. Rata-rata Bobot Kering Tanaman Kubis Bunga (gr) akibat pengaruh
perlakuan bergulma dan bebas gulma pada berbagai umur pengamatan
Perlakuan
Umur Pengamatan
14 HST 28 HST 42 HST
W1 (Bergulma 0-7 HST) 1.16 a 26.80 a 36.07 a
W2 (Bergulma 0-14 HST) 1.16 a 26.07 a 36.13 a
W3 (Bergulma 0-21 HST) 1.12 a 23.53 b 40.10 a
W4 (Bergulma 0-28 HST) 0.99 a 23.17 b 40.20 a
W5 (Bergulma 0-35 HST) 1.34 a 23.10 b 26.83 a
W6 (Bergulma 0-panen) 0.91 a 20.63 b 23.77 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 1.09 a 27.67 a 26.73 a
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 1.09 a 27.23 a 26.57 a
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 1.16 a 26.70 a 40.47 b
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 0.94 a 28.73 a 41.17 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 0.65 a 29.53 a 36.23 b
W12 (Bebas gulma 0- panen) 1.08 a 31.37 a 38.90 b
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
40
Kehadiran gulma yang semakin lama pada periode kritis menyebabkan
persaingan gulma dan tanaman kubis bunga semakin lama diakibatkan oleh kurang
tersedianya faktor tumbuh bagi keduanya. Hal ini menyebabkan penyerapan faktor
tumbuh khususnya unsur hara dan cahaya untuk fotosintat tidak maksimal sehingga
fotosintesis juga tidak maksimal. Bobot kering tanaman mencerminkan efisiensi
penangkapan energi matahari dan akumulasi fotosintat selama pertumbuhan tanaman.
Selain itu, tanaman kubis bunga berada dalam fase vegetatif dimana ketersediaan
sarana tumbuh berpengaruh terhadap tingkat akumulasi fotosintat, dengan adanya
kehadiran gulma yang semakin lama maka persaingan antara tanaman dengan gulma
akan mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga karbohidrat yang
dihasilkan untuk perkembangan gulma akan mengakibatkan berkurangnya laju
fotosintesis sehingga karbohidrat yang dihasilkan untuk perkembangan bobot kering
juga berkurang. (Harjadi,1979).
Pada umur 42 HST, bobot kering mengalami kenaikan hal ini karena semakin
tua umur tanaman maka akumulasi bahan kering juga semakin meningkat, sebagai
akibat bertambahnya hasil fotosintesis yang dapat dimanfaatkan. Pada perlakuan W9,
W10, W11, W12 memberikan bobot kering tertinggi pada perlakuan lainnya, hal ini
karena periode bebas gulma yang semakin panjang mengindikasikan persaingan
antara tanaman kubis bunga dan gulma terhadap ruang tumbuh,cahaya, unsur hara, air
semakin rendah sehingga hasil fotosintesis digunakan untuk respirasi dan asimilasi
berjalan dapat dihasilkan secara optimal. Fotosintat yang digunakan untuk
41
pertumbuhan jaringan tanaman dimana jaringan tanaman yang berkembang dengan
baik akan diikuti dengan penambahan bobot kering tanaman.
4.2.3.4 Bobot Segar Krop Kubis Bunga
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan bergulma
dan bebas gulma terhadap bobot krop kubis bunga. Hasil analisis lanjut dengan
menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 9.
Bobot kubis bunga dipengaruhi oleh perlakuan bebas gulma dan bergulma. Perlakuan
qqwaW1,W2, W11, dan W12 memberikan hasil bobot yang lebih tinggi dibanding
perlakuan lainnya.
Tabel 9. Rata-rata Bobot Krop kubis bunga (kg/plot) akibat pengaruh
perlakuan bergulma dan bebas gulma
Perlakuan Rata-rata
W1 (Bergulma 0-7 HST) 152.94 c
W2 (Bergulma 0-14 HST) 158.17 c
W3 (Bergulma 0-21 HST) 137.63 b
W4 (Bergulma 0-28 HST) 110.65 b
W5 (Bergulma 0-35 HST) 96.14 a
W6 (Bergulma 0-panen) 85.77 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 121.61 b
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 124.35 b
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 126.55 b
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 134.67 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 141.39 c
W12 (Bebas gulma 0- panen) 165.09 c
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
42
Tingginya bobot krop kubis bunga menunjukkan bahwa semakin periode lama
periode bebas gulma maka semakin tinggi bobot krop kubis bunga yang dihasilkan,
hal ini sesuai dengan pendapat Radosevich dan Holt (1997), bahwa tanaman yang
terbebas dari persaingan dengan gulma akan tumbuh dan berproduksi secara
maksimal. Di sisi lain, perlakuan bergulma sepanjang musim tanam memberikan
bobot segar kubis bunga terendah. Hal ini karena kehadiran gulma dapat menjadi
pesaing bagi tanaman dalam hal pengambilan unsur hara, air, dan cahaya.
Perbandingan krop kubis bunga akibat perlakuan bergulma dan bebas gulma
sepanjang masa tanaman pada Gambar 16.
Tanaman kubis bunga sangat membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang
banyak, karena nitrogen sebagai penyusun protein dan protein adalah penyusun sel.
Oleh karena itu, unsur inilah yang paling banyak dipakai pada fase vegetatif untuk
pertumbuhan daun, batang, dan akar. Pada saat itu, gulma juga mengalami fase yang
sama akibatnya gulma menjadi pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Unsur
nitrogen merupakan unsur yang sangat diperebutkan dalam peristiwa persaingan.
Gulma dapat menyerap nitrogen hingga dua kali daya serap tanaman (Fadhly, 2004).
Populasi gulma yang jarang berpengaruh terhadap ketersediaan fotosintat yang cukup
bagi kubis bunga sehingga laju fotosintesis tidak terhambat dan terus bertambah.
Fotosintat tersebut ditranslokasikan ke bagian krop kubis bunga, sehingga bobot krop
kubis bunga meningkat. Data dan hasil analisis statistik bobot krop kubis bunga
selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
43
4.2.3.5 Diameter Krop Kubis Bunga
Data dan hasil analisis statistik diameter krop kubis bunga dapat dilihat pada
Lampiran 14. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengaruh perlakuan
bergulma dan bebas gulma terhadap diameter krop kubis bunga. Hasil analisis lanjut
dengan menggunakan uji gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Diameter Krop kubis bunga (cm) akibat pengaruh perlakuan
bergulma dan bebas gulma
Keterangan :
- Nilai rata-rata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Scott-Knott pada taraf nyata 5%
- HST = Hari Setelah Tanam
Perlakuan W3,W4,W7,W8,W9,W10 menunjukkan diameter lebih kecil
daripada perlakuan W1,W2,W12. Penurunan diameter krop kubis bunga tersebut
disebabkan pada perlakuan bergulma dengan periode bergulma lebih dari 14 hari
merupakan fase periode kritis kubis bunga terhadap gulma.
Perlakuan Rata-rata
W1 (Bergulma 0-7 HST) 10.05 c
W2 (Bergulma 0-14 HST) 10.37 c
W3 (Bergulma 0-21 HST) 9.37 b
W4 (Bergulma 0-28 HST) 8.91 b
W5 (Bergulma 0-35 HST) 8.87 a
W6 (Bergulma 0-panen) 8.20 a
W7 (Bebas gulma 0-7 HST) 9.84 b
W8 (Bebas gulma 0-14 HST) 9.28 b
W9 (Bebas gulma 0-21HST) 9.20 b
W10 (Bebas gulma 0-28 HST) 9.90 b
W11 (Bebas gulma 0-35 HST) 10.02 c
W12 (Bebas gulma 0- panen) 10.47 c
44
Dalam periode kritis, kubis bunga yang masih dalam fase vegetatif akan
membutuhkan unsur hara, air, dan cahaya untuk pertumbuhan komponen
pertumbuhan seperti daun, akar, batang, begitu juga dengan gulma yang memenuhi
kebutuhan yang sama untuk proses pertumbuhannya mengakibatkan persaingan pun
terjadi. Persaingan tersebut menyebabkan tersendatnya kubis bunga dalam
penyerapan bahan fotosintat untuk pertumbuhan komponen. Hal ini sejalan dengan
Nieuwhof (1969) mengemukakan bahwa besarnya krop kubis bunga dipengaruhi
oleh jumlah daun luar dan ukuran luas. Jumlah daun dan ukuran luas daun merupakan
komponen pertumbuhan. Makin banyak jumlah daun , makin besar diameter krop
kubis bunga karena fotosintat yang dihasilkan oleh daun-daun tersebut
ditranslokasikan ke bagian krop kubis bunga. Semakin luas permukaan daun berarti
semakin sedikit stomata sehingga energi matahari yang didapat semakin rendah,
difusi CO2 dan transpirasi menurun menyebabkan absorpsi unsur hara dan air
menurun pula.
Jadi diameter kubis bunga akan bertambah terus sesuai dengan fotosintat yang
dihasilkan daun, namun bila fotosintat berkurang maka pertambahan ukuran diameter
pun terhambat akibatnya diameter kubis bunga pada perlakuan periode bergulma saat
periode kritis berlangsung lebih kecil daripada perlakuan bebas gulma saat periode
kritis berlangsung
45
4.2.3.6 Periode Kritis Kubis Bunga Terhadap Kehadiran Gulma
Berdasarkan bobot kubis bunga diperoleh grafik pola penurunan dan kenaikan
bobot krop kubis bunga karena persaingan dengan gulma yang disajikan pada
Gambar 6. Pola penurunan bobot krop kubis bunga sesuai dengan persamaan regresi
y= -2,240x + 178.4 dengan koefisien korelasi (R2) 0,934, diperoleh koordinat titik
belok penurunan bobot krop kubis bunga karena perlakuan bergulma ialah pada titik
(14;0). Pola kenaikan bobot krop kubis bunga sesuai dengan persamaan regresi y=
1,129x + 110.2 dengan koefisien korelasi (R2) 0,835, diperoleh koordinat titik belok
kenaikan bobor krop kubis bunga karena perlakuan bebas gulma ialah pada titik
(28;0), dan titik potong garis linear diperoleh pada koordinat (21;0).
Gambar 17. Grafik Bobot Kubis Bunga dan Tanaman Akibat Perlakuan Bergulma
dan Bebas Gulma
y= 1,1209x +110,2 R2= 0,835
y= -2.2405x + 178.44 R2 = 0,9436
46
Dengan demikian periode kritis kubis bunga terjadi pada 14-28 HST. Dengan
titik kritis tanaman kubis bunga terhadap persaingan dengan gulma pada umur 21
HST. Hal ini sesuai dengan Moenandir (1993) bahwa pada umumnya kompetisi
gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 1/4 - 1/3 pertama dari umur
pertanaman. Selain itu, pada umur 14 – 28 HST merupakan fase vegetatif kubis
bunga. Tanaman kubis bunga merupakan tanaman yang memiliki fase vegetatif yang
lebih dominan daripada fase generatif. Tanaman kubis bunga membutuhkan nitrogen
yang cukup besar dibandingkan dengan unsur esensial lainnya. Nitrogen merupakan
salah satu unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif. Disisi
lain, gulma merupakan pesaing bagi tanaman kubis bunga dalam memperoleh hara
karena gulma dapat menyerap nitrogen hingga dua kali saya serap tanaman budidaya
namun faktor tumbuh yang lain seperti air, cahaya, dan ruang tumbuh juga
mempengaruhi.
Menurut Black (1978), tanggapan tanaman terhadap nitrogen dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan antara lain tersedianya cahaya yang berperan dalm
mengontrol laju transpirasi sehingga berpengaruh terhadap serapan dan hara. Hal ini
diduga mengakibatkan periode kritis pada tanaman kubis bunga terjadi. Periode kritis
adalah periode dimana tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap kehadiran
gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak
dilakukan maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada periode kritis tanaman dan
gulma akan saling bersaing mencari kebutuhan unsur hara, cahaya dan air untuk
kelangsungan hidupnya. Cahaya, air dan nutrisi, disebutkan sebagai unsur-unsur
47
utama yang selalu diperebutkan. Peristiwa perebutan unsur-unsur tersebut dapat
terjadi apabila unsur yang diperebutkan itu berada dalam jumlah yang terbatas atau
dibawah kebutuhan masing-masing. Persaingan antara dua tumbuhan dapat terjadi
bila tumbuh-tumbuhan tersebut berdekatan sehingga akan terjadi interaksi.
4.2.3.7 Kehilangan Hasil Kubis Bunga Akibat Persaingan dengan Gulma
Kehilangan hasil akibat kehadiran gulma dapat dilihat pada Tabel 11.
Kehilangan hasil tertinggi didapatkan pada perlakuan bergulma sepanjang masa
tanam sebesar 48,05%. Gulma dapat menurunkan produksi tanaman akibat
persaingan dalam memanfaatkan sarana tumbuh yaitu air, unsur hara, cahaya CO2,
dan tempat tumbuh (Sastroutomo, 1998).
Tabel 11. Kehilangan Hasil Tanaman Kubis Bunga Akibat Persaingan dengan Gulma
Perlakuan
Persentase
(%)
W1 : Bergulma 0 - 7 HST 7.36
W2 : Bergulma 0 - 14 HST 4.19
W3 : Bergulma 0 - 21 HST 16.63
W4 : Bergulma 0 - 28 HST 32.98
W5 : Bergulma 0 - 35 HST 41.77
W6 : Bergulma 0 – panen 48.05
W7 : Bebas gulma 0- 7 HST 26.34
W8 : Bebas gulma 0 - 14 HST 24.68
W9 : Bebas gulma 0 - 21 HST 23.34
W 10: Bebas gulma 0 - 28 HST 18.43
W 11 : Bebas gulma 0 - 35 HST 14.36
W 12 : Bebas gulma 0 – panen 0
Keterangan :
- HST = Hari Setelah Tanam
48
Smith (1983) dalam Eprim (2006) mengemukakan bahwa efek persaingan
gulma yang biasanya terjadi adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh adanya
persaingan gulma dengan tanaman budidaya. Seringkali unsur hara atau beberapa
faktor tumbuh lainnya bersifat terbatas sehingga menyebabkan tingkat persaingan
tanaman dan gulma semakin tinggi. Apabila kehilangan hasil akibat gulma dapat
ditekan, maka kehilangan produksi suatu tanaman akibat persaingan gulma dapat
diselamatkan. Kehilangan hasil bergantung pada jenis gulma, kepadatan, lama
persaingan, dan senyawa alelopati yang dikeluarkan gulma. Pada perlakuan
kehilangan hasil panen akibat persaingan dengan gulma dapat dikurangi sampai
dengan kurang dari 5% dengan cara melakukan pengendalian gulma pada saat
periode kritis. Perhitungan kehilangan hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 15.