IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1...

22
34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 Analisis tanah Berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 1), tanah percobaan ini tergolong kedalam jenis tanah Inceptisol (inceptum) bertekstur liat dimana tanah ini memiliki kandungan pasir 5%, debu 33% dan liat 62%. Kemasaman tanah di lahan percobaan ini tergolong agak masam dengan nilai kemasaman/pH tanahnya yaitu 6,2 dan kejenuhan basa yang rendah yaitu sekitar 31,5%. Tingkat ketersediaan unsur hara sebelum percobaan pada tanah ini dapat digambarkan dengan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang yaitu 21,9 cmol kg -1 . KTK tanah dapat didefinisikan sebagai jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid bermuatan negatif (Hanafiah, 2007). Bila KTK tanah tinggi, maka kapasitas tanah untuk menjerap ion-ion hara semakin tinggi karena tanah menyerap unsur hara dalam bentuk ion. Hasil analisis lainnya yaitu kadar C-organik tergolong rendah 1,25%, N- total rendah 0,14 %, dan rasio C/N nya sedang. Rasio C/N pada tanah termasuk kriteria yang sedang karena mempunyai nilai 12. Rasio C/N menunjukkan perbandingan karbon dan nitrogen dalam tanah untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme perombak bahan organik. Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 7. Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan

Transcript of IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1...

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Penunjang

4.1.1 Analisis tanah

Berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 1), tanah percobaan ini

tergolong kedalam jenis tanah Inceptisol (inceptum) bertekstur liat dimana tanah

ini memiliki kandungan pasir 5%, debu 33% dan liat 62%. Kemasaman tanah di

lahan percobaan ini tergolong agak masam dengan nilai kemasaman/pH tanahnya

yaitu 6,2 dan kejenuhan basa yang rendah yaitu sekitar 31,5%.

Tingkat ketersediaan unsur hara sebelum percobaan pada tanah ini dapat

digambarkan dengan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang yaitu 21,9

cmol kg-1

. KTK tanah dapat didefinisikan sebagai jumlah total kation yang dapat

dipertukarkan pada permukaan koloid bermuatan negatif (Hanafiah, 2007). Bila

KTK tanah tinggi, maka kapasitas tanah untuk menjerap ion-ion hara semakin

tinggi karena tanah menyerap unsur hara dalam bentuk ion.

Hasil analisis lainnya yaitu kadar C-organik tergolong rendah 1,25%, N-

total rendah 0,14 %, dan rasio C/N nya sedang. Rasio C/N pada tanah termasuk

kriteria yang sedang karena mempunyai nilai 12. Rasio C/N menunjukkan

perbandingan karbon dan nitrogen dalam tanah untuk membantu pertumbuhan

mikroorganisme perombak bahan organik.

Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya

antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas

untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

35

warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan

kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK,

1990). Berdasarkan data hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tanah yang

digunakan untuk percobaan ini telah masuk ke dalam kriteria tanah yang cocok

bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi.

4.1.2 Data curah hujan

Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman

pangan. Menurut Kartasapoetra (1993), hal ini disebabkan air sebagai pengangkut

unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan kebagian-bagian lainnya.

Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang kemudian

proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60%.

Data curah hujan selama percobaan menunjukkan bulan Juli-Oktober

merupakan bulan kering dengan intensitas curah hujan 14-110 mm/bulan. Jumlah

hujan harian pada bulan Juli dan September hanya 1 hari, bulan Agustus tidak ada,

dan pada bulan Oktober sebanyak 9 hari. Curah hujan ini sebenarnya kurang ideal

untuk pertanaman padi, tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa

panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan

berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distibusi selama 4 bulan. Sedangkan

curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500 - 2000 mm (AAK, 1990).

tetapi ketersediaan air di lapangan masih dapat terpenuhi karena pengairan di

lahan percobaan ini cukup baik karena lokasi percobaan menggunakan pengairan

irigasi.

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

36

Selain itu beberapa penelitian menjelaskan bahwa penggenangan pada

tanaman padi tidak terlalu efektif dan efisien. Hasil penelitian Juliardi dan Ade

Ruskandar (2006) menunjukkan sejak tanam sampai memasuki fase bunting tidak

membutuhkan air banyak, demikian pula setelah pengisian bulir. Sehingga 15

hari sebelum panen, padi tidak roboh dan ditinjau dari aspek pemberian air

memang tidak lagi dibutuhkan. Pengairan secara macak-macak (tidak digenang)

juga dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan perakaran padi serta

meningkatkan populasi dan keanekaragaman hayati (Simarmata dan Yuwariah,

2007). Data curah hujan selama percobaan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Gambar 5. Pengairan Secara Macak-Macak (Dokumentasi : Junjun Juniawan Arifin, 2011)

4.1.3 Data serangan hama dan penyakit selama percobaan

Hama-hama yang menyerang tanaman padi selama percobaan antara lain

keong mas (Pomacea canaliculata), penggerek batang putih (Scirpophaga

innotata Wlk.) dan tikus (Rattus argentiventer).

Keong mas (Pomacea canaliculata) meletakkan telur pada bagian batang

tanaman padi, hama ini menyerang tanaman pada umur 3 MST atau ketika lahan

percobaan masih tergenang air. Serangan yang ditimbulkan oleh hama keong mas

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

37

ini belum dianggap membahayakan karena intensitas serangannya masih dalam

taraf yang tidak merugikan sekitar 4 % tetapi tetap dilakukan pengendalian

dengan cara di ambil kemudian dikumpulkan dan dibuang. Hama lain yang

menyerang pertanaman di lahan percobaan adalah penggerek batang putih

(Scirpophaga innotata Wlk) dengan gejala serangan daun-daun akan menjadi mati

atau lebih dikenal dengan istilah sundep, sedangkan pada fase generatif timbulnya

kematian malai atau disebut beluk. Secara keseluruhan gejala serangan hama ini

masih relatif rendah di bawah 5 %.

Pada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana disekitar

tanaman padi terdapat bekas gigitan tikus dan terdapat banyak malai produktif

yang tergeletak dengan bekas gigitan di pangkal malai. Hama ini cukup

mengganggu walaupun intensitas serangan masih relatif rendah yaitu sekitar 7%,

tetapi dikhawatirkan serangan akan meluas sehingga dilakukan pengendalian

secara kimiawi dengan penggunakan Decis 25 EC sebaga pestisida.

Penggunaannya dicampurkan dengan gabah kemudian diletakkan disekitar lahan

percobaan dengan tujuan agar hama tikus memakan pestisida tersebut kemudian

mati.

4.1.4 Data gulma yang tumbuh selama percobaan

Gulma-gulma yang tumbuh selama percobaan yaitu Monochoria vaginalis

(Burrn. F) atau eceng leutik, dengan ciri – ciri mempunyai akar serabut,

berimpang pendek, tumbuh tegak. Tanaman muda memiliki daun berbentuk

panjang dan menyempit/kecil, setelah tua daun berbentuk bulat panjang dengan

bagian pangkal seperti jantung, panjang 2-12,5 cm dan lebar 0,5-10 cm, batang

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

38

(a) (b)

berupa tangkai daun, tebal dan memiliki rongga-rongga udara yang berdinding

tipis, bunga pada tanaman ini berjumlah 3-25, terbuka secara serempak, panjang

hiasan bunga 11-15 mm, panjang tangkai bunga 4-25 mm. Gulma lainnya adalah

Oxalis barrelieri (L) atau cacalincingan dengan ciri-ciri akar tunggang (Radix

primaria), batang berbentuk bulat, bercabang, tegak, anak daun berbentuk

jantung terbalik, tangkai daunnya panjang dengan melebar pada pangkalnya

membentuk pelepah, bunga majemuk atau inflorencia. Gulma ini tumbuh sekitar

3 MST saat lahan percobaan masih digenangi air. Pengendalian gulma ini secara

mekanis yaitu gasrok.

Tumbuh juga gulma Echinochloa crus-galli atau jajagoan merupakan

sejenis rumput dengan berbatang bulat, saat masih muda tanaman ini memiliki

ciri-ciri morfologi sama seperti tanaman padi, sehingga cukup sulit untuk

dibedakan. Pengendalian gulma ini sama dengan pengendalian yang dilakukan

pada eceng leutik (Monochoria vaginalis (Burrn. F)) dan calincingan (Oxalis

barrelieri (L)) yaitu digasrok. Pembersihan gulma bertujuan untuk mengurangi

persaingan unsur hara, sehingga tanaman padi dapat tumbuh dengan kecukupan

hara.

Gambar 6. Gulma Yang Tumbuh Di Lahan Percobaan : (a) Oxalis barrelieri (L) (b) Echinochloa crus-galli

(Dokumentasi : Junjun Juniawan Arifin, 2011)

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

39

4.2 Pengamatan Utama

4.2.1 Komponen Pertumbuhan

4.2.1.1 Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada umur

3, 5 dan 7 MST. Data dan analisis statistik pengaruh kombinasi antara dosis pupuk

hayati dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap tinggi tanaman tercantum

pada Lampiran 7, 8, dan 9. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak

Berganda Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati padat dengan dosis

pupuk nitrogen dan fosfor tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST. Hal ini diduga mikroorganisme yang

terkandung pada pupuk hayati belum berkembang dan bekerja secara aktif,

sedangkan untuk pertumbuhannya membutuhkan suplai N yang cukup sehingga N

yang seharusnya diserap oleh tanah digunakan pula oleh mikroorganisme tersebut.

Menurut Tisdale, Nelson, dan Beaton (1990), bahan organik yang mempunyai

nisbah C/N yang tinggi bila dibenamkan ke dalam tanah akan segera mengalami

mineralisasi. Selanjutnya Haryanto dan Idawati (1990) dalam Arafah (2003)

menyatakan bahwa sebagian N-mineral dalam tanah, baik yang berasal dari

pelapukan jerami, N-mineral tanah maupun N-mineral pupuk diimmobilisasi oleh

jasad renik untuk memenuhi kebutuhan unsur N dalam perkembangbiakannya.

Dengan demikian antara tanaman padi dan jasad renik terjadi persaingan dalam

penggunaan nitrogen.

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

40

Tabel 3. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada 3

MST, 5 MST dan 7 MST Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

3 MST 5 MST 7 MST

H0 (Tanpa pupuk) H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K)

H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

32,39 a 34,54 a

34,16 a

35,02 a

32,23 a

34,62 a

35,36 a

53.18 a 58.06 bc

56.19 ab

61.62 c

56.36 ab

56.76 ab

58.80 bc

62.11 a 68.04 bc

65.45 b

70.97 c

65.61 b

65.51 b

68.13 bc

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

PHB= pupuk hayati Biovita

Selanjutnya pada 5 MST terlihat perlakuan H3 (Pupuk hayati Biovita 400

g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi) memberikan pengaruh yang

berbeda nyata dibandingkan perlakuan H0 (tanpa pupuk), H2 (Pupuk hayati

Biovita 400 g/Ha), H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, (¼ dosis

rekomendasi) dan K), dan H5 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, (½

dosis rekomendasi) dan K) tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap perlakuan H1(Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), dan H6 (Pupuk

hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K). Umur 5

MST merupakan fase vegetatif awal pada tanaman padi, pada fase ini unsur hara

N dan P sangat diperlukan guna membantu merangsang pertumbuhan akar

tanaman dan merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun). Bakteri

penambat N yang terkandung dalam pupuk hayati mengikat N yang ada di udara

lalu ditambat di dalam tanah sehingga kebutuhan N untuk tanaman tersedia.

Selain itu, Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang mampu menghasilkan

zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin dan asam indol asetat, sehingga dapat

memacu pertumbuhan akar (Alexander, 1977). Hal tersebut menjelaskan bahwa

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

41

pemberian pupuk hayati juga membantu dalam menyediakan unsur hara yang

dibutuhkan dalam fase pertumbuhan tanaman selain dari asupan unsur hara yang

diperoleh dari pupuk anorganik.

Gambar 7. Tanaman padi 3 MST

(Dokumentasi : Junjun Juniawan Arifin, 2011)

Hasil analisis statistik tinggi tanaman pada 7 MST menunjukan perlakuan

H3 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan perlakuan H0 (tanpa

pupuk), H2 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha), H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha

+ Pupuk N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K), dan H5 (Pupuk hayati Biovita 400

g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis rekomendasi), dan K) tetapi tidak memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan H1(Pupuk N, P, dan K dosis

rekomendasi), dan H6 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis

rekomendasi) , dan K). Hal tersebut menunjukan bahwa selain ketersediaan unsur

hara dari pupuk anorganik, mikroorganisme yang terdapat pada pupuk hayati

masih ada dan aktif dilahan percobaan. Kondisi tanah yang lembab merupakan

kondisi yang ideal untuk pertumbuhan biota tanah, menurut Tualar Simarmata dan

Yuyun Yuwariah (2007) sebagian besar biota tanah bersifat aerob sehingga

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

42

ketersediaan oksigen untuk proses respirasi mutlak diperlukan. Oleh karena itu,

dengan mempertahankan kondisi tanah dalam keadaan lembab akan mendukung

pertumbuhan mikroba maupun fauna tanah. Adanya pergantian suasana oksidasi

dan reduksi dapat mengoptimalkan berbagai reaksi biokimia dalam ekosistem.

Pengamatan tinggi tanaman pada 5 MST dan 7 MST menunjukkan

terdapat pengaruh yang tidak berbeda nyata antara perlakuan H1 (Pupuk N, P, dan

K dosis rekomendasi) dengan perlakuan H2 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha), H4

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N , P (¼ dosis rekomendasi), dan K), H5

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis rekomendasi), dan K), dan

H6 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K).

Ini menunjukan bahwa pemberian pupuk hayati tidak secara langsung

menggantikan kebutuhan unsur hara tanaman yang disuplai oleh pupuk Urea dan

SP-36, sehingga pemberian pupuk anorganik tetap dibutuhkan oleh tanaman untuk

memenuhi unsur hara makro (N dan P). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa

pemberian pupuk hayati padat mampu mengurangi kebutuhan pupuk anorganik

sampai ¼ dosis rekomendasi dimana terlihat bahwa perlakuan H6 yaitu pemberian

Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K

merupakan perlakuan terbaik karena sama efektifnya dengan perlakuan H1 yaitu

Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi.

4.2.1.2 Jumlah anakan

Pengamatan terhadap jumlah anakan dilakukan sebanyak tiga kali pada 3

MST, 5 MST dan 7 MST. Data dan analisis statistik pengaruh kombinasi antara

dosis pupuk hayati dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap jumlah

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

43

anakan tercantum pada Lampiran 11, 12, dan 13. Hasil analisis lanjut dengan

menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada

Tabel 4.

Ttabel 4 memperlihatkan bahwa pada umur 3 MST tidak terdapat

pengaruh yang berbeda nyata dari pemberian pupuk hayati padat dengan dosis

pupuk nitrogen dan fosfor terhadap jumlah anakan. Penyebabnya diduga masih

sama seperti yang terjadi pada pengamatan tinggi tanaman umur 3 MST yaitu

belum efektifnya mikroorganisme yang terkandung pada pupuk hayati dan belum

optimalnya penyerapan unsur hara oleh tanaman padi dikarenakan masa

perkembangan mikroorganisme tersebut.

Tabel 4. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Jumlah Anakan Pada 3 MST, 5 MST dan

7 MST

Perlakuan Jumlah Anakan

3 MST 5 MST 7 MST

H0 (Tanpa pupuk)

H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha) H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K)

H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

6,79 a

8,84 a

7,86 a 10,36 a

7,90 a

8,33 a

8,78 a

15.13 a

18.64 b

16.07 ab 19.19 c

17.45 ab

18.14 b

18.20 b

25.15 a

30.25 b

27.40 ab 31.80 c

28.65 ab

29.10 ab

29.35 ab

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

PHB= pupuk hayati Biovita

Selanjutnya pada 5 MST terlihat perlakuan H3 (Pupuk hayati Biovita 400

g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi) memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, perlakuan H0 (tanpa pupuk)

memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan H2 (Pupuk

hayati Biovita 400 g/Ha) dan H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¼

dosis rekomendasi), dan K), dan perlakuan H1 (Pupuk N, P, dan K dosis

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

44

rekomendasi) tidak berbeda nyata dengan perlakuan H2 (Pupuk hayati Biovita

400 g/Ha), H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¼ dosis

rekomendasi), dan K), H5 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis

rekomendasi), dan K), dan H6 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾

dosis rekomendasi), dan K). sedangkan pada 7 MST hampir sama dengan

pengamatan pada 5 MST, hanya perlakuan H0 tidak memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan H2, H4, H5, dan H6.

Gambar 8. Sampel Anakan Umur 3 MST

(Dokumentasi : Junjun Juniawan Arifin, 2011)

Perkembangan anakan berhubungan dengan pertumbuhan daun, apabila

daun pada buku ke-n telah memanjang maka pada saat itu anakan akan muncul

dari ketiak daun pada buku yang ke-(n-3). Pertumbuhan daun sendiri dipengaruhi

ketersediaan unsur hara N, dimana peranan utama N yaitu merangsang

pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) (Rauf dkk., 2000). Diduga pemberian

pupuk hayati mampu membantu menyuplai kebutuhan N tanaman yang juga

disediakan oleh pupuk anorganik. Kemudian dengan adanya asosiasi tanaman

padi dengan mikroba fungsionil seperti Azospirilium akan memperoleh banyak

keuntungan, antara lain karena adanya suplai:

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

45

- Amonium (NH3) dalam jumlah yang tidak berlebihan atau sesuai

kebutuhan secara terus menerus, sehingga kemungkinan efek negatif

pemberian pupuk buatan takaran tinggi atau defisiensi akibat rendahnya

takaran atau pelindian dapat dihindari;

- Hormon tumbuh seperti auksin, Indole Acetic Acid (IAA) dan gibberelin,

yang diproduksi pada kondisi tertentu. Auksin ini berfungsi memacu

pembentukan akar dan rambut-rambut akar, sehingga daerah serapan akar

terhadap hara seperti N dan P dan air diperluas (Hanafiah, 2007) .

Selain itu, perbandingan sitokinin dan auksin dapat mempengaruhi

perkembangan sel tanaman, dengan perbandingan yang tepat maka sel akan

berdiferensiasi menjadi batang dan daun kuncup, dan akar. Bila sitokinin lebih

banyak dibanding auksin maka tajuk akan berkembang dan akan terbentuk

kuncup, batang, dan daun. Sebaliknya, bila sitokinin lebih rendah dibanding

auksin maka pembentukan akar lebih dipacu dan perkembangan tanaman

terhambat (Cleland, 1995).

Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan adanya penambahan pupuk hayati

selain pemberian Urea, SP 36,Cl saja pada lahan percobaan menyebabkan

tanaman dapat menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan secara optimal.

Seperti yang terlihat pada tabel 4, pada 5 MST dan 7 MST terlihat perlakuan H3

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

memiliki jumlah anakan yang paling tinggi dibanding perlakuan lainnya, sehingga

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

46

bisa disebutkan bahwa perlakuan tersebut merupakan perlakuan terbaik terhadap

jumlah anakan

4.2.1.3 Indeks Luas Daun (ILD)

Pengukuran Indeks Luas Daun (ILD) dilakukan pada saat tanaman

berumur 9 MST atau pada fase vegetatif akhir. Sifat-sifat daun yang dikehendaki

adalah daun yang tumbuhnya tegak, tebal, kecil dan pendek. Luas daun total pada

tiap satuan luas disebut Indeks Luas Daun (ILD). ILD akan mencapai maksimal

kira-kira sebelum berbunga (Manurung dan Ismunadji, 1988). Data dan analisis

statistik pengaruh kombinasi antara dosis pupuk hayati dengan dosis pupuk

nitrogen dan fosfor terhadap Indeks Luas Daun tercantum pada Lampiran 13.

Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf

nyata 5% tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Indeks Luas Daun (ILD)

Perlakuan ILD (Indeks

Luas Daun)

H0 (Tanpa pupuk)

H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K)

H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

2,68 a

3,24 d

3,00 bc

3,28 d

2,90 b

3,20 cd

3,15 cd

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. PHB = pupuk hayati Biovita

Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun

terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman. Laju pertumbuhan tanaman

dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

47

yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju

pertumbuhan tanaman (Gardner et al., 1991).

Perlakuan pemberian pupuk hayati dikombinasikan dengan pupuk nitrogen

dan fosfor menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap indeks luas daun

seperti pada perlakuan H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), H3 (Pupuk

hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), H5 (Pupuk

hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis rekomendasi), dan K), dan H6

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

terhadap perlakuan H0 (tanpa pupuk) dan H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha +

Pupuk N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K). Tetapi tidak ada pengaruh nyata

antara perlakuan H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), H3 (Pupuk hayati

Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), H5 (Pupuk hayati

Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis rekomendasi), dan K), dan H6 (Pupuk

hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K) terhadap

perlakuan H0 (tanpa pupuk) dan H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P

(¼ dosis rekomendasi), dan K).

Pengaruh yang diberikan oleh berbagai perlakuan terhadap indeks luas

daun masih berhubungan dengan salah satu unsur hara yang terdapat di lahan

percobaan yaitu unsur hara N. Menurut Marschner (1996), untuk tanaman padi,

pemupukan N menyebabkan panjang, lebar, dan luas daun bertambah, tetapi tebal

daun menjadi berkurang. Ketersediaan N ini dipenuhi dari pemberian Urea dan

tidak terlepas dari peranan mikroba yang terdapat pada pupuk hayati Biovita.

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

48

Tabel 5 memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk hayati dengan

pengurangan sampai ½ dosis rekomendasi pupuk N dan P menunjukan nilai yang

sama dengan penggunaan pupuk N dan P dosis rekomendasi, artinya perlakuan

H5 memberikan pengaruh terbaik terhadap indeks luas daun.

4.2.2 Komponen Hasil dan Hasil

4.2.2.1 Jumlah malai per rumpun

Jumlah malai per rumpun dihitung secara manual dengan cara memilih

malai yang diberi perlakuan yang sama dan dihitung satu per satu. Data dan

analisis statistik pengaruh kombinasi antara dosis pupuk hayati dengan dosis

pupuk nitrogen dan fosfor terhadap jumlah malai per rumpun tercantum pada

Lampiran 15. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda

Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Jumlah Malai per Rumpun

Perlakuan Jumlah Malai

per Rumpun

H0 (Tanpa pupuk) H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K)

H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

18,05 a 26,30 b

26,40 b

29,45 c

27,23 bc

27,85 bc

28,53 bc

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

PHB= pupuk hayati Biovita

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan H3 (Pupuk hayati Biovita

400 g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi) memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan H0 (tanpa pupuk), H1 (Pupuk N, P, dan K dosis

rekomendasi) dan H2 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha). Namun tidak berbeda

nyata terhadap perlakuan H4 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¼

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

49

dosis rekomendasi), dan K), H5 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½

dosis rekomendasi), dan K), H6 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾

dosis rekomendasi), dan K). Sehingga didapat perlakuan terbaik yaitu perlakuan

H3 karena memiliki jumlah malai lebih banyak dibanding perlakuan lainnya hal

tersebut diduga pemberian pupuk hayati dan pupuk anorganik membantu

perkembangan jumlah anakan maksimum Menurut Atman dan Yardha (2006),

pembentukan jumlah anakan produktif erat kaitannya dengan jumlah anakan

maksimum dimana makin banyak jumlah anakan maksimum maka jumlah anakan

produktif nyata lebih banyak (r=0,96).

Ketersediaan mikroorganisme yang berperan sebagai penambat N, dan

pelarut Fosfat dilahan ditambah pemberian pupuk anorganik (Urea, SP-36,Cl)

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah anakan sehingga malai yang

dihasilkan pun menjadi maksimal. Pada Tabel 6, terlihat kombinasi antara dosis

pupuk hayati dengan pupuk nitrogen dan fosfor memberikan hasil yang baik

terhadap jumlah malai per rumpun pada pertanaman padi.

4.2.2.2 Jumlah gabah isi per malai

Pengamatan terhadap jumlah gabah isi dilakukan pada saat panen, yaitu

dengan cara menghitung jumlah gabah isi dalam satu malai dalam tanaman

sampel. Data dan analisis statistik pengaruh kombinasi antara dosis pupuk hayati

dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap jumlah gabah isi per malai

tercantum pada Lampiran 15. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak

Berganda Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada Tabel 7.

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

50

Secara garis besar kombinasi antara dosis pupuk hayati dengan dosis

pupuk nitrogen dan fosfor tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata,

perlakuan tersebut hanya signifikan terhadap H0 (tanpa pupuk) dan H2 (Pupuk

hayati Biovita 400 g/Ha). Perlakuan dengan pengaruh yang terbaik ditunjukkan

oleh perlakuan H4 karena dengan pengurangan dosis pupuk N dan P sampai ¼

dosis rekomendasi + pupuk hayati Biovita mampu memberikan hasil yang sama

dengan pemupukan N dan P dosis rekomendasi.

Tabel 7. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Jumlah Gabah Isi per Malai

Perlakuan Jumlah Gabah Isi per

Malai

H0 (Tanpa pupuk)

H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K) H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K)

H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

72,00

109,50

90,75

123,75

116,50 106,25

117,00

a

c

b

c

bc c

c

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

PHB= pupuk hayati Biovita

Diduga penyerapan pupuk P oleh tanaman padi cukup optimal sehingga

tanaman mampu menghasilkan gabah isi yang memiliki kualitas baik. Menurut

Hanafiah (2007), unsur P berperan dalam pembentukan biji dan buah, sehingga

para petani menyebut pupuk P sebagai ”pupuk buah”. Fase premordia dan

pembentukan bagian reproduktif tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan

asam nukleat, phytin dan fosfolipid pada periode awal pertumbuhan. Unsur ini

menentukan awal fase pematangan terutama untuk serealia, sehingga jika suplai P

terbatas, tidak saja akan menyebabkan pertumbuhan yang terhambat tetapi juga

kualitas, kuantitas dan waktu panen. Tetapi dilapangan pupuk P sulit tersedia

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

51

karena mudah terikat oleh tanah sehingga adanya mikroba pelarut fosfat sangat

membantu penyediaan unsur P.

Pelarutan fosfat secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut

menghasilkan enzim antara lain enzim fosfatase dan enzim fitase. Fosfatase

merupakan enzim yang akan dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah.

Fosfatase diekskresikan oleh akar tanaman dan mikroorganisme, dan didalam

tanah yang lebih dominan adalah fosfatase yang dihasilkan oleh mikroorganisme.

Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi

bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim

fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-

senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia (Saraswati dkk, 2006).

4.2.2.3 Bobot 1000 butir

Data dan analisis statistik pengaruh kombinasi antara dosis pupuk hayati

dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap bobot 1000 butir tercantum pada

Lampiran 17. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda

Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada Tabel 8.

Hasil analisis statistik memperlihatkan perlakuan dengan hasil yang baik

dibanding perlakuan lainnya yaitu H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), H3

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi), H5

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (½ dosis rekomendasi), dan K), H6

(Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

walaupun perlakuan H1 dan H5 tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap perlakuan H2 (Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha). Hal ini diduga terjadi

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

52

karena Pseudomonas sp.juga mengeluarkan asam-asam organik yang berfungsi

untuk melepaskan P dari fiksasi Fe sehingga dapat membantu dalam menyediakan

P bagi tanaman padi sampai panen terutama dalam pengisisan bulir-bulir padi,

yang pada akhirnya hasil gabah kering giling dapat meningkat (Fitriatin dkk,

2009).

Tabel 8. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Bobot 1000 Butir

Perlakuan Bobot 1000 butir

(gram)

H0 (Tanpa pupuk)

H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K) H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

23,09

24,73

24,07

25,09

23,80

24,84 25,2

a

bc

b

c

ab

bc c

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

PHB= pupuk hayati Biovita

Hasil dari bobot 1000 butir menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati

mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik dimana pengurangan sampai ½

dosis rekomendasi pupuk N dan P sama efektifnya dengan penggunaan dosis

rekomendasi pupuk N dan P. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan H6

dengan hasil 25,2 gram tetapi masih belum mencapai bobot 1000 butir dari

deskripsi varietas ciherang yang seharusnya mencapa 28 gram. Hal tersebut di

duga dipengaruhi oleh ketinggian tempat penelitian yaitu berada di 600 mdpl

sedangkan di deskripsi varietas ini ideal ditanam pada ketinggian tempat 0 – 500

mdpl. Diduga ketinggian tempat ini mempengaruhi suhu lokasi penelitian karena

semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu di tempat tersebut dan

dampak, Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu

kehampaan pada biji (Raharja, 2002).

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

53

4.2.2.4 Bobot gabah per petak

Data dan analisis statistik pengaruh kombinasi antara dosis pupuk hayati

dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap bobot gabah per petak tercantum

pada Lampiran 18. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda

Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Bobot Gabah per Petak

Perlakuan

Bobot

gabah per

petak (Kg)

Bobot gabah

per ha (ton)

H0 (Tanpa pupuk)

H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi) H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K)

H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

3,43 a

4,73 bc

3,65 ab

4,73 bc 4,08 ab

5,03 c

5,25 c

3,26

4,50

3,47

4,50 3,88

4,79

5,00

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

PHB= pupuk hayati Biovita

Pada bobot gabah per petak pun menunjukkan pengaruh kombinasi antara

dosis pupuk hayati dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor yang signifikan dan

perlakuan yang terbaik ditunjukkan oleh perlakuan H5 (Pupuk hayati Biovita 400

g/Ha + Pupuk N dan P (½ dosis rekomendasi)). Hal ini diduga pengurangan

pupuk anorganik P memberikan kesempatan mikroba pelarut fosfat untuk

berkembang. Menurut Fitriatin dkk (2009) adanya P yang tinggi akan

menghambat proses yang melibatkan Mikroba pelarut fosfat dalam transformasi

P. Hal ini didukung oleh pernyataan Lambers et al. (2006) yang menyebutkan

bahwa aktivitas bakteri dalam transformasi P meningkat pada kondisi defisien P.

Hasil penelitian Fitriatin dkk (2008) menunjukkan adanya penurunan aktivitas

bakteri penghasil fosfatase pada medium dengan kandungan P yang tinggi.

Page 21: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

54

Kombinasi antara dosis pupuk hayati dengan dosis pupuk nitrogen dan

fosfor mampu meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil

panen GKG yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan pola petani (pupuk

anorganik saja). Pemberian pupuk hayati Biovita ditambah pupuk N dan P ¾ dosis

rekomendasi memberikan hasil terbaik pada peningkatan hasil panen GKG yaitu

sekitar 5,00 ton/ha tetapi masih belum mencapai hasil yang dideskripsikan yaitu

sekitar 6,00 ton/hektar, diduga penyebabnya masih berhubungan dengan

ketinggian tempat yang kurang ideal.

4.2.2.4 Indeks Panen (IP)

Data indeks panen diperoleh dari perhitungan bobot gabah kering isi

dibagi bobot kering total. Data dan analisis statistik pengaruh kombinasi antara

dosis pupuk hayati dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap indeks panen

tercantum pada Lampiran 19. Hasil analisis lanjut dengan menggunakan Uji Jarak

Berganda Duncan pada taraf nyata 5% tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10 menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata dari

kombinasi antara dosis pupuk hayati dengan dosis pupuk nitrogen dan fosfor

terhadap indeks panen. Ini disebabkan nilai indeks panen dipengaruhi oleh

pengelolaan budidaya tanaman tersebut. Tanaman padi dapat tumbuh sangat

produktif apabila memiliki genotype indeks panen tinggi itu tumbuh dengan

praktek-praktek pengelolaan yang optimal (Raes et al, 2009). Selain dari

pengelolaan, indeks panen juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi

tanah dan suhu. Indeks panen juga dianggap sebagai ukuran keberhasilan biologis

Page 22: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150510/2007/150110070054_4_7042.pdfPada umur 10 MST lahan percobaan diserang hama tikus, dimana

55

tanaman dalam asimilasi fotosintat dan pembentukan komponen hasil (Hay RKM,

1995).

Tabel 10. Pengaruh Kombinasi Antara Dosis Pupuk Hayati Dengan Dosis Pupuk

Nitrogen dan Fosfor Terhadap Indeks Panen

Perlakuan Indeks panen

H0 (Tanpa pupuk)

H1 (Pupuk N, P, dan K dosis rekomendasi)

H2 (PHB 400g/ha)

H3 (PHB 400 g/Ha + N, P, dan K dosis rekomendasi)

H4 (PHB 400 g/Ha + N, P (¼ dosis rekomendasi), dan K)

H5 (PHB 400 g/Ha + N, P (½ dosis rekomendasi), dan K) H6 (PHB 400 g/Ha + N, P (¾ dosis rekomendasi), dan K)

0,44 a

0,49 d

0,45 ab

0,49 d

0,46 abc

0,48 bcd 0,49 cd

Keterangan : Angka rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

PHB= pupuk hayati Biovita

Marri et al (2005), menemukan bahwa indeks panen berkorelasi negatif

dengan tinggi tanaman, tetapi berkorelasi positif dengan jumlah gabah per malai,

jumlah gabah per tanaman, dan bobot gabah. Sabaouri et al (1999) memverifikasi

korelasi negatif indeks panen dengan tinggi tanaman dan korelasi positif dengan

jumlah gabah dan bobot biji per malai. Sehingga diduga nilai indeks panen

tersebut juga dipengaruhi oleh bobot 1000 butir dan bobot gabah per petak.