BUDIDAYA DAN PANEN - repository.ipb.ac.id · Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha) Waktu...
Embed Size (px)
Transcript of BUDIDAYA DAN PANEN - repository.ipb.ac.id · Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha) Waktu...

BUDIDAYA DAN PANEN
Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi
PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung
Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a),
sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan
tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman
sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar
lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk
selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan
memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk
ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk
kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah
dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan
oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan
pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung
Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha.
(a) (b)
Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah

28
Penanaman Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode
tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu
dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah
ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda
dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode
tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih
dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi
baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum
dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan
Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih
pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh
perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b).
Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT.
Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan
Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam
monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur
dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra
tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby
dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby
dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola
tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman
menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.

29
Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur.
Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan
penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena
tanaman yang tumbuh saling berhimpitan.
Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan
mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam
dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum
tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran
ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum
tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam
diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup,
karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi
(Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist
irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran
kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah.
(a) (b)
Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan
penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan.
Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan
penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation),
sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan
menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan
penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.

30
Jika cuaca panas, pengairan dilakukan tiga kali dalam sehari, sedangkan jika
cuaca mendung atau hujan pengairan dilakukan hanya satu atau dua kali dalam
sehari tergantung kondisi tanah masih basah atau tidak. Mitra tani melakukan
penyiraman tiga kali dalam seminggu. Perbedaan intensitas penyiraman ini
disebabkan oleh perbedaan lokasi penanamannya. PT. Saung Mirwan menanam di
dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanam di lahan luar. Selain dari
penyiraman yang dilakukan oleh mitra tani, kebutuhan air diperoleh dari air hujan
yang masuk ke dalam tanah. Akibatnya intensitas penyiraman mitra tani lebih
rendah dibandingkan penanaman di dalam greenhouse yang dilakukan PT. Saung
Mirwan. Penggunaan greenhouse menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke
dalam tanah di lahan penanaman, sehingga tidak terdapat cadangan air. Oleh
karena itu, penyiraman PT. Saung Mirwan harus dilakukan lebih sering agar
tanaman tidak kekeringan.
Penjarangan tanaman hanya dilakukan oleh PT. Saung Mirwan karena
penanaman langsung mungkin lebih dari satu benih per lubang tanam.
Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST karena pada saat itu sudah
muncul di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah memelihara satu
tanaman pada satu lubang tanam agar tanaman yang dihasilkan sesuai ukuran. Jika
tidak dilakukan penjarangan maka tanaman yang tumbuh akan saling berhimpitan,
sehingga dihasilkan tanaman yang ukurannya lebih kecil. Kegiatan penjarangan
ini bersamaan dengan kegiatan penyulaman. Tanaman yang telah dicabut saat
penjarangan, langsung dipindahkan secara hati-hati ke lubang yang tanamannya
tidak tumbuh atau mati, sehingga tanaman tumbuh secara merata dan seragam.
Kegiatan penjarangan dan penyulaman hanya dilakukan satu kali saat umur 1
MST tersebut. Mitra tani yang kebanyakan menanam dengan metode persemaian
terlebih dahulu tidak melakukan kegiatan penjarangan, karena bibit yang ditanam
hanya satu bibit per lubang tanam.
Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan gulma. Baik
PT. Saung Mirwan maupun mitra tani melakukan kegiatan ini saat tanaman mulai
berumur 2 MST hingga panen. Penyiangan gulma dilakukan 2 kali dalam satu
minggu untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat
petumbuhan tanaman. Setelah dilakukan penyiangan gulma yang pertama

31
dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan yang dilakukan PT. Saung
Mirwan dan mitra tani sama. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea
dengan dosis 500 kg/ha. Perbedaan cara budidaya pakchoi baby yang dilakukan
oleh PT. Saung Mirwan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan
Mitra Tani
Tahapan Budidaya PT. Saung Mirwan Mitra Tani Alat pengolahan tanah Traktor Cangkul Pengolahan tanah Pembalikan tanah Pembalikan tanah Metode penanaman Penanaman langsung Persemaian (pindah tanam 3
MSS) Jarak tanam 10 cm x 10 cm 20 cm x 20 cm Pola penanaman Monokultur Tumpang sari Pupuk dasar TSP (1 ton/ha);
kotoran kambing (8.5 ton/ha); kotoran ayam (4.8 ton/ha)
Ayam+kambing (20.8 ton/ha)
Waktu aplikasi Sebelum tanam Sebelum tanam Cara aplikasi pupuk Diolah dengan tanah;
disebar Diolah dengan tanah
Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha) Waktu aplikasi 2 MST 2 MST Cara aplikasi pupuk Disebar Disebar Penjarangan 1 MST - Penyulaman 1 MST - Penyiangan 2 MST hingga panen 2 MST hingga panen Penyiraman 3 x sehari 3 x seminggu
Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai MST : Minggu Setelah Tanam Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah ulat grayak
(Spodoptera litura). Ulat ini membuat lubang pada daun dan suka bersembunyi di
tempat yang lembab. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan
menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya banyak ulat bersama-sama pindah
dari tanaman yang telah habis daunnya menuju ke tanaman lainnya. Selain itu,
ditemui ulat Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan
menyerang bagian pucuk daun. Hama lain pada tanaman pakchoi baby adalah

32
kutu loncat. Kutu ini menghisap cairan pada pucuk daun yang menggakibatkan
daun menjadi berkerut. Gejala serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Gejala Serangan Ulat Grayak Penyakit yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah semai roboh
(Pythium sp.) dan busuk basah (Erwinia carotovora). Cendawan Pythium
menyerang jaringan tanaman yang mengakibatkan semai akan roboh. Bila
serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah.
Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila temperatur dan
kelembaban udara cukup tinggi. Penyakit busuk basah disebabkan oleh bakteri
Erwinia carotovora. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menjadi lunak,
berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan penyakit akan cepat sekali
menjalar ke seluruh tubuh tanaman.
Gambar 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan
mitra tani pada tanaman pakchoi baby adalah dengan cara penyemprotan pestisida
(Gambar 5). Penyemprotan pestisida pada pakchoi baby di PT. Saung Mirwan
dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Waktu
pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang

33
digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis
pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaanya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pemanenan Pemanenan pakchoi baby yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan
dengan mitra tani tidak berbeda. Keduanya memanen pakchoi baby pada saat
umur tanaman 5 minggu (Gambar 6a). Mitra tani yang melakukan penanaman
dengan metode persemaian terlebih dahulu, melakukan panen saat tanaman
berumur 2 minggu di lapangan. Hal ini dilakukan karena bibit semai yang ditanam
berumur 3 minggu di persemaian, sehingga total umur tanaman pakchoi yang
dipanen 5 minggu.
Waktu pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari. Namun, ada
kemungkinan panen dilakukan pada saat siang hari karena kegiatan panen yang
dilakukan sejak pagi hari belum selesai sehingga tetap dilanjutkan pada siang
harinya. Cara panen yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dengan mitra tani
sama, yaitu dengan memotong tanaman setinggi tanah (Gambar 6b). Alat yang
digunakan untuk memotong adalah pisau. Perbedaan saat panen antara PT. Saung
Mirwan dengan mitra tani adalah perlakuan terhadap tanaman sesaat setelah
panen. Pekerja PT. Saung Mirwan langsung memasukkan hasil panen ke dalam
kontainer plastik setelah dilakukan sortasi dan trimming, sedangkan mitra tani
mengumpulkan hasil panen ke tempat yang teduh terlebih dahulu yang diangkut
menggunakan karung (Gambar 7). Mitra tani juga melakukan trimming di lahan
saat panen dilakukan. Setelah panen selesai dilakukan maka hasil panen siap
diangkut ke divisi pengemasan.
(a) (b)
Gambar 6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby

34
(a) (b)
Gambar 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh
Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya pakchoi baby
lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung
Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara
penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi
karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume
dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.
Budidaya Tomat Cherry Persiapan Bahan Tanam
Benih merupakan salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat,
sehingga dalam pemilihan benih harus dilakukan dengan hati-hati. PT. Saung
Mirwan tidak memproduksi benih tomat cherry yang digunakan dalam setiap
penanamannya melainkan harus mengimpor dari luar negeri. Benih tomat cherry
yang digunakan adalah varietas Cheresita yang merupakan benih hasil produksi
perusahaan De Ruiter dari Belanda. Persentase tumbuh dari benih ini sebesar
85-90 %. Benih ini memiliki keseragaman bentuk, permukaan kulit bersih, tidak
keriput, tidak cacat, warna kulit cerah, daya tumbuh baik, serta bebas dari hama
dan penyakit. Alasan perusahaan memilih benih ini karena buah yang dihasilkan
mempunyai bentuk, rasa, dan warna yang diinginkan konsumen. Selain itu
tanaman yang tumbuh memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga
mampu berproduksi dengan baik.

35
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry
Penanaman tomat cherry dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu
benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Tujuan
penyemaian ini adalah untuk mengurangi risiko rendahnya daya tumbuh benih
jika langsung ditanam di lapangan. Penyemaian dilakukan di lokasi pembibitan
yang atapnya diberi paranet (Gambar 8a). Tujuan pengunaan paranet adalah untuk
mengurangi intensitas sinar matahari pada tanaman muda.
Awalnya benih tomat cherry disemai dalam baki berukuran 40 cm x 25 cm
x 5 cm dengan media arang sekam (Gambar 8b). Arang sekam yang digunakan
sebagai media persemaian ini melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sehingga
medianya halus. Tujuan persemaian dengan menggunakan baki adalah hanya
untuk mengecambahkan benih. Kecambah berumur 9 hari (Gambar 8c),
dipindahkan ke tray ukuran 36 (Gambar 8d) atau pot berdiameter 10 cm. Bibit
tomat berada dalam tray atau pot selama 12 hari. Pemberian larutan nutrisi
dimulai sejak pemindahan kecambah tersebut. Komposisi larutan nutrisi yang
diberikan sama dengan tanaman tomat yang telah ditanam di lapangan, namun
dengan nilai Electric Coductivity (EC) yang lebih rendah karena dilakukan

36
pengenceran 2 kali lipat dari nutrisi tanaman yang diberikan di lapangan
(1:1:600).
Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk pertanaman tomat cherry harus
dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu. Persiapan lahan meliputi pembersihan
dari sisa-sisa tanaman dan arang sekam bekas pertanaman sebelumnya dengan
cara disapu hingga bersih. Setelah lantai bersih kemudian dicuci dengan cara
menyikat lantai agar lumut dan sisa-sisa garam mineral yang melekat dapat
dihilangkan. Kemudian lantai dibilas dengan air bersih menggunakan power
sprayer.
Kondisi lahan yang telah bersih tidak menjamin tanaman tomat cherry
yang akan ditanam dapat terhindar dari serangan bibit penyakit yang tertinggal di
lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sterilisasi lantai. Bahan yang digunakan
untuk sterilisasi lantai adalah formalin dengan konsentrasi 5 cc/l. Sterilisasi
dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan formalin tersebut ke lantai
menggunakan power sprayer. Penyemprotan harus secara merata, dilakukan
dengan berjalan mundur agar lantai yang telah steril tidak terinjak kembali oleh
penyemprot.
Persiapan selanjutnya adalah persiapan media tanam di lahan. Media
tanam yang digunakan untuk tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah
arang sekam. Arang sekam yang digunakan diproduksi sendiri oleh perusahaan di
bagian rumah pembakaran sekam. Sekam mentah yang akan dijadikan arang
sekam diperoleh dengan cara membeli dari penggilingan padi atau tempat-tempat
lain yang menyediakan sekam mentah. Pembelian dilakukan oleh divisi
pengadaan non-sayur. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam
sekitar 100 : 40, yaitu dari 100 karung sekam mentah dapat menghasilkan 40
karung arang sekam. Proses pembakaran di rumah pembakaran sekam dilakukan
mulai pukul 15.00 WIB hingga keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Cara
pembakarannya adalah dengan menyalakan tungku api terlebih dahulu dengan
bantuan kayu bakar di dalamnya. Selanjutnya sekam mentah diletakkan
mengelilingi tungku api secara merata (Gambar 9a) dan proses pembakaran akan

37
selesai keesokan paginya. Sekam yang telah terbakar merata (Gambar 9b) disiram
dengan air agar tidak terjadi abu sekam. Air yang digunakan adalah air yang
berasal dari bawah permukaan karena bebas dari kotoran atau biji-bijian tanaman
yang dapat menyebabkan gulma pada saat pertanaman.
(a) (b)
(c)
Gambar 9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam
Wadah tanam yang digunakan untuk penanaman tomat cherry adalah
polibag. Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 35 cm x 40 cm
yang memiliki daya tampung arang sekam sebanyak 2-2.5 kg. Bagian bawah
polibag diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Sebelum polibag diisi
dengan media terlebih dahulu direndam dalam larutan lysol agar wadah yang
digunakan tersebut steril. Polibag diisi dengan arang sekam sebanyak 2/3 bagian
(Gambar 9c). Polibag yang telah diisi kemudian disusun di lahan dengan jarak
antar baris 120 cm dan jarak dalam baris 50 cm.
Penanaman Penanaman tomat cherry ke polibag dilakukan saat bibit tomat telah
berumur tiga minggu di persemaian (3 MSS). Bibit tomat yang telah siap

38
dipindahkan ke polibag dapat dilihat pada Gambar 10a. Tujuan pindah tanam ini
adalah untuk pembesaran sehingga akan menghasilkan buah yang diharapkan baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Satu hari sebelum tanam, polibag
diletakkan di greenhouse dan disiram dengan larutan pupuk dasar melalui irigasi
tetes. Pemberian pupuk dasar bertujuan agar pada saat tanam media masih basah
sehingga akar bibit tomat tidak mengalami stres kekeringan dan merangsang
pertumbuhan akar agar tumbuh optimal. Komposisi pupuk dasar yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 9.
Pemindahan bibit dari tray harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak perakaran dan batang bibit yang masih muda tersebut. Sebelum bibit
dikeluarkan dari tray, sebaiknya tray disiram terlebih dahulu dengan air agar akar
bibit mudah diangkat dan tidak rusak. Pembuatan lubang tanam pada media arang
sekam dilakukan sebelum bibit dikeluarkan dari tray. Lubang tanam yang dibuat
dengan kedalaman sekitar 5-8 cm. Setelah dikeluarkan, bibit dimasukkan beserta
medianya ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan hati-hati agar batang
dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan sedikit ditekan
agar tanaman berdiri tegak. Jumlah bibit tomat yang ditanam dalam setiap polibag
berjumlah dua bibit. Penanaman dilakukan jika lahan benar-benar telah disiapkan,
yaitu meliputi sanitasi, pemasangan saluran irigasi, dan penyusunan polibag
(Gambar 10b).
(a) (b)
Gambar 10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag

39
Tabel 9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter
Komposisi Jumlah Satuan Stok A HNO3 16 g CaNO3 1 243 g
FeEDTA 7 g
Stok B KH2PO4 170 g KNO3 339 g K2SO4 13 g MgSO4 554 g MnSO4 2 g ZnSO4 1 g Borax 4 g
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tomat cherry yang dilakukan meliputi penyiraman,
pemasangan tali ajir, pewiwilan, penyerbukan bantuan, pemangkasan daun bawah,
dan pemotongan titik tumbuh. Budidaya tomat cherry di PT. Saung Mirwan
dilakukan dengan sistem hidroponik, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak
hanya memberikan air tetapi dengan larutan nutrisi. Komposisi larutan nutrisi
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Komposisi pupuk tersebut dilarutkan
dalam 90 liter air untuk mencukupi kebutuhan selama satu minggu (Gambar 11a).
(a) (b)
Gambar 11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry

40
Tabel 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter
Komposisi Jumlah Satuan Stok A CaNO3 24.8 kg
FeEDTA 175 g
Stok B MgSO4 12.0 kg KNO3 12.6 kg K2SO4 8.6 kg
KH2PO4 4.4 kg Borax 77.0 g
MNSO4 46.0 g ZnSO4 39.0 g
Na2MoO4 3.3 g CuSO4 5.0 g
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Penyiraman dilakukan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation)
(Gambar 11b) sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00,
13.00, dan 15.00 WIB. Namun, penyiraman tersebut juga disesuaikan dengan
kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca panas atau cerah, maka penyiraman dilakukan
sesuai jadwal tersebut. Sebaliknya jika cuaca berawan, maka penyiraman hanya
dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya pukul 07.00 dan 13.00 WIB tergantung
kondisi media. Lamanya waktu penyiraman tergantung dengan banyaknya larutan
nutrisi yang diberikan pada saat penyiraman. Tujuan penyiraman adalah untuk
mempertahankan kondisi ketersediaan air pada media sehingga dapat
mengimbangi transpirasi yang cukup tinggi.
Larutan nutrisi dialirkan dari nutrisi pusat yang bersumber dari tangki
berkapasitas 3 000 l air. Jumlah larutan stok A dan stok B yang dilarutkan dalam
tangki tersebut masing-masing adalah 10 l, sehingga perbandingan antara stok A,
stok B, dan air adalah 1:1:300. Pencampuran larutan stok pada tangki dilakukan
pada saat bersamaan dengan pengisian air agar pencampurannya merata. Larutan
nutrisi akan mengalir dari tangki ke jaringan nutrisi hingga masuk ke lahan
pertanaman di dalam greenhouse. Awalnya larutan nutrisi akan mengalir melalui
pipa primer (HDPE 32 mm) terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke pipa sekunder
(LDPE 13 mm), tetapi sebelumnya larutan akan melalui kran pengontrol yang
berfungsi untuk mengatur volume larutan nutrisi yang sampai ke tanaman. Setelah

41
melalui pipa sekunder, larutan masuk ke pipa tersier (LDPE 5 mm) dan berujung
pada regulation stick (emitter) yang tertancap pada media dalam polibag. Skema
dan lay out jaringan irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.
Jumlah larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman perlu disesuaikan
dengan umurnya. Tanaman tomat muda atau umur 0-2 MST diberi larutan
sebanyak 50-100 ml, umur 2-4 MST sebanyak 150-250 ml, dan tanaman dewasa
atau mulai berbunga sebanyak 250-400 ml pada setiap aplikasinya. Pengukuran
volume yang diperoleh tanaman dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang
diletakkan di samping salah satu polibag yang dijadikan sampel (Gambar 12a).
Emitter pada polibag sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga larutan
nutrisi yang keluar dapat diketahui jumlahnya. Setelah itu larutan nutrisi
dimasukkan kembali ke dalam polibag sampel. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan pada tanaman dewasa diketahui bahwa tanaman mendapatkan larutan
nutrisi sebanyak 400 ml dalam waktu lima menit, sehingga dapat diketahui debit
larutan yang keluar dari emitter yaitu 1.33 ml/detik.
Electrical Conductivity (EC) merupakan kemampuan media
menghantarkan listrik dalam kaitannya dengan penyerapan unsur hara oleh
tanaman. Tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui larutan nutrisi
dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut akan saling berinteraksi membentuk garam-
garam mineral. Pengukuran nilai EC dan pH dilakukan menggunakan EC meter
(Gambar 12b). Nilai EC yang normal untuk tanaman tomat berkisar 1.5-2 mS/m,
sedangkan untuk nilai pH yang normal berkisar antara 5.5-6.5. Pada kondisi
tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan melalui nutrisi secara
optimal, sehingga nilainya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengukuran
nilai EC dan pH pada larutan nutrisi tomat di bidang produksi seharusnya rutin
dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun, pada kenyataannya di lapangan tidak
rutin dilaksanakan.
Pengukuran nilai EC pada media tanaman tomat dilakukan terhadap EC
masuk dan EC keluar. EC masuk merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang
akan diberikan ke tanaman, sedangkan nilai EC keluar merupakan nilai EC dari
larutan nutrisi yang tidak terserap akar tanaman sehingga keluar dari polibag dan
telah melewati media arang sekam. Whipker dan Cavins dalam Arif (2008)

42
menyatakan bahwa nilai EC larutan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi yang tinggi dalam proses budidaya.
Sebaliknya, konsentrasi larutan nutrisi yang terlalu rendah akan menyebabkan
produktivitas tanaman menurun. Oleh karena itu, pada larutan nutrisi dengan nilai
EC yang tinggi perlu dilakukan pengenceran dengan penambahan volume air atau
pengurangan larutan nutrisi pekat. Sebaliknya pada larutan nutrisi dengan nilai EC
rendah perlu dilakukan pengurangan volume air atau penambahan larutan nutrisi
pekat.
(a) (b)
Gambar 12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter
Tomat cherry memiliki pertumbuhan yang bersifat indeterminate, yaitu
pertumbuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, tanaman tomat cherry
memerlukan penyangga agar tanaman tetap dapat tumbuh dengan tegak.
Penyangga yang diberikan pada tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan
berupa tali ajir (Gambar 13). Tali ajir berfungsi untuk mempertahankan tanaman
agar tidak rebah karena kelebihan beban saat berbuah, sehingga buah yang
dihasilkan pun bersih karena tidak menyentuh lantai. Pemasangan tali ajir mulai
dilakukan pada tanaman tomat berumur 2 MST hingga tanaman akan dibongkar.
Tali ajir yang digunakan adalah benang kasur. Cara memasang tali ajir pada
tanaman adalah dengan cara dililitkan pada batang tanaman dari kiri ke kanan.
Tali ajir diikat pada batang dengan simpul hidup agar memudahkan pelepasan tali
pada saat penaikan maupun penurunan tali tersebut. Pada saat tanaman berumur 5,
7, 9, dan 12 MST dilakukan penaikan tali ajir, kemudian saat tanaman berumur 14
MST tali ajir diturunkan kembali dan setiap satu minggu seterusnya hingga panen.
Penaikan tali ajir dimaksudkan agar tanaman dan buah yang terbentuk tidak

43
sampai menyentuh tanah serta memudahkan saat pemeliharaan, sedangkan
penurunan tali ajir dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan dan
pemotongan titik tumbuh.
Gambar 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry
Pewiwilan pada tomat cherry mulai dilakukan saat tanaman berumur
3 MST. Pewiwilan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas air, karena
dapat mempengaruhi produksi buah pada tanaman tomat. Tunas air merupakan
tunas yang bersifat tidak produktif dan banyak tumbuh di ketiak daun
(Gambar 14). Pertumbuhan tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman
terutama pertumbuhan generatif karena sebagian besar hasil fotosintesis diserap
oleh tunas air tersebut. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam seminggu.
Proses penyerbukan yang terjadi pada tanaman tomat cherry dapat
berlangsung secara alami. Namun, penyerbukan tanaman tomat di PT. Saung
Mirwan dibantu dengan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan ini dilakukan
karena pergerakan udara di dalam greenhouse umumnya terbatas dan kehadiran
serangga penyerbuk juga jarang ada karena terisolasi dari udara luar. Jika
penyerbukan bantuan ini tidak dilakukan, maka pembentukan buah sedikit terjadi.
Penyerbukan bantuan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tanaman
dengan menggunakan tongkat yang dilapisi dengan busa agar batang tidak terluka
(Gambar 15). Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari setelah ada cahaya
matahari. Menurut Heddy et al. (1994) intensitas cahaya yang lemah atau suhu
yang rendah pada tanaman tomat mengakibatkan tidak adanya penyerbukan.
Kondisi ini mengubah struktur bunga, antera tidak mau membuka atau pecah pada

44
waktu stigma menerobos cincin antera. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan
pada pukul 09.00 WIB.
Gambar 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang
Gambar 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa
Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap daun bagian bawah yang telah
menguning karena tua, layu, atau terkena penyakit. Kondisi daun yang rimbun
juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan
pemangkasan. Selain itu kegiatan pemangkasan ini dapat mengurangi transpirasi
tanaman dan memudahkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan
daun bawah dimulai setelah tanaman panen pertama kali, yaitu pada daun-daun
yang telah menyentuh lantai setelah penurunan ajir. Jumlah daun yang dipangkas
sebanyak dua pelepah daun atau lebih, namun tidak terlalu banyak karena dapat
mengakibatkan tanaman stres. Tanaman tomat cherry yang belum dan sudah
dipangkas padat dilihat pada Gambar 16.

45
(a) (b)
Gambar 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah
Umur ekonomis tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah
26 minggu. Setelah itu tanaman dibongkar untuk diganti lagi dengan tanaman
yang baru. Sebelum tanaman dibongkar, pemotongan dilakukan pada titik tumbuh
tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhenti dan nutrisi yang
diberikan pada tanaman digunakan untuk pertumbuhan generatif atau
pembentukan dan pematangan buah. Pemotongan ini bertujuan untuk memelihara
buah terakhir pada tanaman agar dapat dipanen mencapai ukuran normal.
Pemotongan titik tumbuh dilakukan tiga minggu sebelum tanaman dibongkar.
Pemotongan titik tumbuh minimal dua pelepah daun di atas buah terakhir
(Gambar 17). Jika masih muncul bunga maka bunga tersebut dibuang, karena
hanya buah terakhir yang dipelihara sampai panen.
Gambar 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang tanaman tomat cherry adalah white fly (Bemisia
tabaci), leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).

46
White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan
menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan.
Hama leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara
membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun
menjadi kering kuningan. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda,
bunga, dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun. Ulat buah
menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga terbentuk lubang.
Gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Gambar 18.
(a) (b
Gambar 18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry
Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry dapat disebabkan oleh
cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas
penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica),
bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit
layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di
persemaian dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian
yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir
berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik
berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabu-
abuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk
lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah
lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman.
Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi

47
lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat
sehingga menyebabkan kematian.
Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah
penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen
dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan
hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya
mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan
berwarna putih seperti lendir.
Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, terdapat
penyakit lain yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara, yaitu busuk ujung buah
(Blossom end rot) akibat defisiensi unsur Ca. Gejala yang ditimbulkan yaitu
terdapat bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi coklat tua. Bercak
tersebut menandakan jaringan yang berada di bawahnya mati, sehingga bagian
tersebut cenderung matang lebih cepat. Pengendalian penyakit Blossom end rot
adalah dengan penyemprotan tanaman menggunakan CaNO3 dengan konsentrasi
5-7 g/l. Pantastico dan Venter (1986) menyatakan bahwa selain pemberian
Ca(NO3)2 untuk mengurangi penyakit ujung buah juga dapat dilakukan dengan
pemberian gips atau penyemprotan CaCl2. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Gejala serangan penyakit
pada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 19.
(a) (b)
Gambar 19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot)

48
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan pada
tanaman tomat cherry adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 20).
Penyemprotan pestisida pada tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dilakukan dua
kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Waktu pelaksanaannya
adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang digunakan terdiri atas
golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang
digunakan, dosis, serta kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Gambar 20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat
Pemanenan Menurut Kader (1990) tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan
komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan
kehilangan hasil yang terjadi rendah. Tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan
biasanya mulai dipanen pada umur 8 MST. Namun, pada saat musim hujan
biasanya umur panen lebih lama yaitu pada 9 MST. Buah yang dipanen saat
berwarna kekuning-kuningan dengan tingkat kemasakan sekitar 80 % (Gambar
21a). Jika buah dipanen pada tingkat kemasakan 90 %, maka buah akan terlalu
lunak pada saat pemasaran.
Pemanenan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung
keadaan buah yang masak di lahan. Biasanya panen dilakukan pada pagi hari
pukul 07.00-09.00 WIB. Cara panen tomat cherry adalah dengan memetik buah
secara hati-hati agar tidak rusak dengan disertakan tangkai atau gagang buahnya
(Gambar 21b). Tujuan pemanenan tomat cherry menggunakan tangkai atau
gagang buah adalah untuk mengindikasikan lama simpan buah di divisi
pengemasan. Tomat cherry yang dipanen dimasukkan ke dalam ember, kemudian

49
dipindahkan ke dalam keranjang untuk pengangkutan ke divisi pengemasan
(Gambar 21c).
(a) (b)
(c)
Gambar 21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna
Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan
Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya tomat cherry
lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung
Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara
penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi
karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume
dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.