BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi...

39
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis, Luas dan Batas Wilayah Kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra memiliki tiga gugusan pulau-pulau kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Gili dalam bahasa Sasak berarti pulau. Penamaan Gili Matra merupakan singkatan dari ketiga pulau tersebut (Meno, Air dan Trawangan). Dalam Dinas Pariwisata kawasan ini juga dikenal dengan nama singkatan lain yaitu Gili Tramena (Trawangan, Meno dan Air). Secara geografis, kawasan TWP Gili Matra berada pada posisi 8 o 20- 8 o 23LS dan 116 o 00-116 o 08BT. Kawasan ini memiliki total luas 2.954 ha yang terdiri dari luas daratan Gili Air ± 175 ha dengan keliling pulau ± 5 km, Gili Meno ± 150 ha dengan keliling pulau ± 4 km dan Gili Trawangan ± 340 ha dengan keliling ± 7,5 km. Batas-Batas wilayah dari TWP Gili Matra adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Selat Lombok Sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Sire Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pemenang Barat dan Desa Malaka Sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa Secara administratif, kawasan TWP Gili Matra berada di wilayah Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Kabupaten Lombok Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat berdasarkan Udang- Undang Nomor 26 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara. Karena belum terlalu lama mengalami pemekaran, saat ini dinas-dinas pemerintah yang berada di Lombok Utara masih tergabung-gabung. Bidang Kelautan dan Perikanan merupakan bagian dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan setiap bidang dipimpin oleh Kepala Bidang.

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi...

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis, Luas dan Batas Wilayah

Kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra memiliki tiga gugusan

pulau-pulau kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Gili dalam

bahasa Sasak berarti pulau. Penamaan Gili Matra merupakan singkatan dari ketiga

pulau tersebut (Meno, Air dan Trawangan). Dalam Dinas Pariwisata kawasan ini

juga dikenal dengan nama singkatan lain yaitu Gili Tramena (Trawangan, Meno

dan Air).

Secara geografis, kawasan TWP Gili Matra berada pada posisi 8o20’- 8

o23’

LS dan 116o00’-116

o08’BT. Kawasan ini memiliki total luas 2.954 ha yang terdiri

dari luas daratan Gili Air ± 175 ha dengan keliling pulau ± 5 km, Gili Meno ± 150

ha dengan keliling pulau ± 4 km dan Gili Trawangan ± 340 ha dengan keliling ±

7,5 km. Batas-Batas wilayah dari TWP Gili Matra adalah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Lombok

Sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Sire

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pemenang Barat dan Desa Malaka

Sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa

Secara administratif, kawasan TWP Gili Matra berada di wilayah Desa Gili

Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Kabupaten Lombok

Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat berdasarkan Udang-

Undang Nomor 26 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara.

Karena belum terlalu lama mengalami pemekaran, saat ini dinas-dinas pemerintah

yang berada di Lombok Utara masih tergabung-gabung. Bidang Kelautan dan

Perikanan merupakan bagian dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara. Dinas dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas dan setiap bidang dipimpin oleh Kepala Bidang.

31

Desa Gili Indah memiliki tiga dusun dimana masing-masing gili merupakan

dusun-dusun tersebut. Setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun yang

bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Dusun sebagai unsur pelaksana tugas

Kepala Desa mempunyai tugas membantu melaksanakan tugas-tugas operasional

Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.1.2 Iklim

TWP Gili Matra memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan

dan kemarau. Suhu udara di kawasan ini berkisar antara 20o-32

oC. Periode basah

dengan curah hujan 200 mm/bulan umumnya terjadi pada bulan Desember hingga

Februari sedangkan periode kering dengan curah hujan di bawah 10 mm/bulan

terjadi pada bulan Agustus dan September. Curah hujan tertinggi terjadi pada

bulan Januari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September.

Angin musim merupakan komponen angin yang paling dominan. Selama

musim barat angin bertiup dari arah barat laut dengan kecepatan maksimum 35

knot yang terjadi antara bulan Januari dan Februari. Pada musim timur angin

bertiup dari arah timur dengan kecepatan maksimum 15 knot yang terjadi antara

bulan Juni dan September. Selain angin musim kawasan ini juga dipengaruhi oleh

angin akibat cyclone di Samudera Hindia yang berkembang di wilayah Nusa

Tenggara Barat dan Australia.

4.1.3 Geologi dan Topografi

Keadaan geologi di ketiga gili memiliki pembentukan yang sama dengan

daratan Pulau Lombok bagian barat. Keadaan tanah terdiri dari tanah coklat

dengan bahan induk endapan pasir.

Gili Air dan Gili Meno memiliki topografi permukaan tanah yang datar

dengan ketinggian hampir sejajar dengan permukaan laut. Gili Trawangan pada

bagian tengah ke arah tenggara topografinya berbukit dengan ketinggian ± 70 m

di atas permukaan laut.

32

4.1.4 Hidrologi dan Oseanografi

Air tanah yang dimanfaatkan di ketiga gili berupa air resapan hujan.

Umumnya air tanah yang berkadar garam rendah berada di tengah pulau. Air

tawar yang digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-sehari, kecuali

untuk minum, dapat bersumber dari sumur gali dengan rata-rata kedalaman 5-10

meter. Sedangkan kebutuhan air konsumsi masyarakat memakai air pam yang

disuplai menggunakan kapal khusus pengangkut air yang beroperasi 2 sampai 3

kali sehari sesuai kebutuhan. Masing-masing gili memiliki dua buah kapal

pengangkut air. Khusus pada Gili Trawangan terdapat sebuah perusahaan

desalinasi air laut milik swasta yang ikut mensuplai kebutuhan air tawar untuk

mendukung aktivitas pariwisata di Gili Trawangan yang lebih padat daripada Gili

Meno dan Gili Air.

Kondisi oseanografi di kawasan ini pantainya berpasir putih dengan

kedalaman perairan antara 1-3 meter pada batas 20 meter. Kedalaman 20 meter

terdapat pada jarak sekitar 40 meter dari pantai. Kecepatan arus rata-rata 0,25

m/detik dengan kecepatan tertinggi mencapai ± 0,40 m/detik pada bulan

Desember dan Januari disertai gelombang tertinggi rata-rata 1 meter. Adapun

kualitas air untuk parameter fisika dan kimia pada kedalaman 10 meterdi ketiga

gili disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Kondisi Kualitas Air di Gili Air, Meno dan Trawangan pada

Kedalaman Perairan 10 Meter

No. Parameter Kawasan

Air Meno Trawangan

1 Suhu perairan (oC) 27 25.5 25.9

2 Salinitas (o/oo) 35 34 34

3 Oksigen terlarut (mg/l) 6.38 6.43 6.85

4 pH 7.86 7.76 7.69

5 Nitrat 0.136 ppm 0.133 ppm 0.235 ppm

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

33

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun

2004, baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,

energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya di dalam air laut. Berdasarkan tabel di atas dan

mengacu pada baku mutu air laut untuk wisata bahari (Tabel 14.) maka kualitas

perairan di ketiga gili kawasan TWP Gili Matra dapat digunakan untuk kegiatan

wisata.

Tabel 14. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari

No. Parameter Baku Mutu

1 Suhu perairan (oC) Alami

3(c)

2 Salinitas (o/oo) Alami

3(e)

3 Oksigen terlarut (mg/l) > 5

4 pH 7-8.5

5 Nitrat 8 ppm

Sumber: Keputusan MenteriNegara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari

Keterangan:

Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,

malam, dan musim).

c : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami.

e : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata

musiman.

4.1.5 Demografi

a) Jumlah Penduduk

Desa Gili Indah pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk sebanyak

3.694 jiwadengan 969 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari jumlah laki-laki

sebanyak 1.870 orang dan perempuan sebanyak 1.824 orang (Profil Desa Gili

Indah 2012). Persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah berdasarkan jenis

kelaminnya dapat dilihat pada Gambar 2.

34

Gambar 2. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah

berdasarkan Jenis Kelamin

b) Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Gili Indahmerupakan tamatan SD (33,64%).

Hanya sebagian kecil penduduk saja yang pernah melanjutkan pendidikan hingga

sarjana/diploma (1,27%). Rincian tingkat pendidikan penduduk Desa Gili Indah

disajikan pada Tabel 15. dan Persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah

menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 15. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Tingkat

Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (orang)

1. Belum Sekolah 362

2. Tidak Pernah Sekolah 152

3. Tidak Tamat SD 237

4. Tamat SD 1.243

5. Tamat SMP 831

6. Tamat SMA 786

7. Tamat Sarajana/Diploma 47

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sumber daya manusia yang

ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat

kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang

akan mempengaruhi pola pikir dan sikap. Meskipun faktor lingkungan dan

kebiasaan juga berperan namun pendidikan tetap penting dalam pembentukan

karakter seseorang dalam melakukan maupun mengatasi suatu permasalahan yang

timbul (Handayani 2011).

50,62% 49,38% Laki-Laki

Perempuan

35

Gambar 3. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah

berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Gili Indah yang pada umumnya cukup

rendah dapat berdampak terhadap pola pikir yang sederhana dan kurangnya

keterampilan yang dimiliki. Tetapi berdasarkan observasi di lapangan, tingginya

interaksi sosial penduduk dengan wisatawan asing setidaknya memberikan efek

postif terhadap kemampuan dan keberanian masyarakat, baik tua maupun muda,

untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.

c) Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh penduduk Desa Gili Indah cukup

bervariasi. Aktivitas pariwisata yang padat di Gili Matra menjadikan sebagian

besar penduduknya bekerja sebagai karyawan swasta (44,23%) dengan menjadi

pegawai di penginapan atau restoran, instruktur selam dan pemandu wisata.

Profesi masyarakat yang paling rendah adalah pengrajin (0,70%). Berdasarkan

observasi di lapangan, kawasan TWP Gili Matra juga tidak memiliki bentuk

cinderamata atau kerajinan yang khas. Meski berseberangan dengan Bali,

kemungkinan jiwa seni masyarakat penduduk Desa Gili Indah memang tidak

terlalu tinggi.

9,79% 4,11%

7,39%

33,64%

23,30% 21,27%

1,27% 0,00%5,00%

10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%35,00%40,00%

Tingkat Pendidikan

36

Rincian mata pencaharian penduduk Desa Gili Indah disajikan pada Tabel

16. dan Persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah menurut tingkat

pendidikannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 16. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang)

1. Belum Bekerja 342

2. Petani 65

3. Buruh 87

4. Karyawan Swasta 1.634

5. PNS 28

6. Pengrajin 26

7. Pengusaha/Pedagang 845

8. Pertukangan 167

8. Nelayan 292

9 Jasa Transportasi 208

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Gambar 4. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah

berdasarkan Mata Pencaharian

d) Agama

Sebagian besar penduduk Desa Gili Indah menganut agama Islam. Oleh

karena itu, meski TWP Gili Matra merupakan kawasan pariwisata yang banyak

dikunjungi oleh wisatawan asing tetapi nilai-nilai Islam di desa ini masih terjaga

9,25%

1,75% 2,35%

44,23%

0,75% 0,70%

22,87%

4,52% 7,90% 5,63%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

Mata Pencaharian

37

dengan baik. Rincian agama penduduk Desa Gili Indah disajikan pada Tabel 17.

dan persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah menurut tingkat pendidikannya

dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 17. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Penduduk (orang)

1. Islam 3.665

2. Kristen 5

3. Katolik -

4. Hindu 3

5. Budha 21

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Gambar 5. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah

berdasarkan Agama

4.1.6 Tata Guna Lahan

Desa Gili Indah memiliki bentang luas 675 ha dengan pola pemanfaatan

lahan di ketiga gili hampir sama. Lahan yang terdapat di pinggir pulau terutama

sekitar jetty paling banyak digunaan untuk penyediaan jasa pariwisata dan

akomodasi seperti hotel, cottage, bungalow, cafe, restoran dan warung. Sementara

bagian dalam pulau merupakan pusat pemukiman serta lahan perkebunan

penduduk. Sarana dan prasarana penduduk baik untuk pemerintahan, kesehatan

dan pendidikan juga terdapat di bagian dalam pulau. Rincian tata guna lahan di

Desa Gili Indah disajikan pada Tabel 18. dan Persentase Tata Guna Lahan Desa

Gili Indah disajikan pada Gambar 6.

99,20%

0,13% 0,00% 0,08% 0,56% 0,00%

50,00%

100,00%

150,00%

Islam Kristen Katolik Hindu Budha

Agama

38

Tabel 18. Tata Guna Lahan Desa Gili Indah

No. Pemanfaatan Luas (ha)

1. Pemukiman dan Kebun 438

2. Rawa 4

3. Bangunan Perkantoran dan Sekolah 3

4. Lahan Akomodasi Pariwisata 188

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Gambar 6. Persentase Tata Guna Lahan Desa Gili Indah

Masing-masing gili sudah mempunyai jalan lingkar untuk mengelilingi

pulau walaupun sebagian besar masih berupa jalan tanah/pasir biasa. Hanya Gili

Trawangan saja yang saat ini hampir seluruh bagian jalan lingkarnya sudah

menggunakan batu bata. Di Gili Trawangan juga terdapat sebuah bukit dengan

ketinggian ± 70 meter dari permukaan laut. Kawasan bukit tersebut saat ini masih

merupakan tanah kosong.

Lain halnya dengan Gili Meno, pulau ini memiliki danau air asin seluas ± 3

ha yang dikelilingi oleh hutan mangrove. Danau ini terletak di sebelah barat daya

pulau dan merupakan tempat persinggahan dari berbagai jenis burung migran

yang berasal dari Australia terutama antara bulan Maret dan Mei. Banyaknya

burung migran tersebut kemudian menjadi salah satu alasan dibangunnya Taman

Burung Gili Meno (Meno Bird Park) di pulau tersebut.

64,60%

0,59% 0,44%

27,73%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

Pemukiman dan Kebun Rawa Bangunan Perkantorandan Sekolah

Lahan AkomodasiPariwisata

Tata Guna Lahan

39

4.1.7 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat Gili Matra bersikap terbuka terhadap kegiatan pariwisata.

Mereka melihat pariwisata sebagai peluang dan memanfaatkannya sebagai sumber

pencaharian utama maupun sampingan. Dengan pesatnya perkembangan

pariwisata yang berkembang di TWP Gili Matra, interaksi sosial antara penduduk

sekitar dengan wisatawan pun relatif tinggi. Kondisi tersebut tentunya memberi

kesempatan masuknya budaya asing ke dalam ruang lingkup kehidupan

masyarakat Desa Gili Indah.

Tetapi penerimaan masyarakat terhadap masuknya budaya asing dari

wisatawan mancanegaera bukan berarti tanpa batasan. Dengan mayoritas

penduduknya yang beragama Islam, nilai-nilai kesopanan tetap dijaga. Contohnya

jika di kawasan pantai yang berada di pinggir pulau wisatawan asing dapat

berpakaian terbuka, di bagian dalam pulau, yang merupakan pusat pemukiman

penduduk, setiap wisatawan tetap dianjurkan untuk berpakaian sopan.

Untuk batasan-batasan lain di ketiga gili sedikit berbeda. Gili Trawangan

sebagai pulau dengan kegiatan pariwisata yang paling berkembang, sangat ramai

dengan aktivitas hiburan malam. Pulau ini bahkan memiliki julukan sebagai

“party island” dimana hampir setiap malamnya beberapa cafe dan bar yang

berlokasi di gili tersebut secara bergiliran mengadakan party sebagai hiburan bagi

para wisatawan. Tetapikhusus pada setiap malam Jumat diberlakukan larangan

untuk mengadakan kegiatan party karena pada waktu tersebut masyarakat muslim

Gili Trawangan mengadakan pengajian rutin bersama di Masjid Agung Gili

Trawangan.

Masyarakat Gili Air memiliki penerimaan terhadap budaya barat yang

hampir sama dengan Gili Trawangan, hanya saja berdasarkan wawancara dengan

tokoh setempat, kepala dusun Gili Air terdahulu pernah memberikan batasan

terhadap pembangunan tempat wisata yang dimiliki oleh investor asing sehingga

perkembangan pariwisata di Gili air tidak sepesat di Gili Trawangan. Selain itu

masyarakat bermata pencaharian nelayan di pulau ini juga memiliki jumlah

populasi terbesar dibandingkan kedua pulau lainnya. Jika hanya terdapat 12 orang

40

nelayan di Gili Trawangan dan 48 orang nelayan Gili Meno, jumlah nelayan di

Gili Air mencapai kurang lebih 232 orang. Oleh karena itu masih banyak

penduduk di Gili Air yang fokus terhadap kegiatan perikanan penangkapan ikan.

Lain halnya dengan Gili Trawangan dan Gili Air yang tidak

memperbolehkan kegiatan party di malam Jumat, masyarakat Gili Meno justru

melarang secara penuh adanya kegiatan hiburan malam di pulau tersebut.

Masyarakat Gili Meno lebih menginginkan kondisi pulau mereka lebih dekat

dengan norma-norma Islam. Oleh karena itu, meski perkembangan pariwisata di

pulau ini paling tertinggal tetapi berdasarkan wawancara dengan masyarakat,

mereka justru menginginkan agar kehidupan di Gili Meno tidak berubah seperti

yang saat ini dialami oleh Gili Trawangan.

Norma lain yang menjaga keutuhan masyarakat Gili Matra adalah adanya

kearifan lokal yang disebut sebagai awig-awig. Awig-awig mengatur sumberdaya

alam apa saja yang boleh dieksploitasi dan di kawasan mana saja sumberdaya

alam dapat dieksploitasi (Lampiran 4). Kearifan lokal tersebut didukung dengan

persepsi masyarakat yang sudah cukup baik terhadap nilai-nilai konservasi.

Sehingga pada akhirnya masyarakat pun turut menjaga kelestarian lingkungan

kawasan TWP Gili Matra (KKP 2012).

4.1.8 Aktivitas Wisata

TWP Gili Matra menawarkan berbagai aktivitas wisata yang dapat

dilakukan oleh wisatawan. Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain:

1. Selam

Aktivitas selam merupakan salah satu tujuan utama dari wisatawan yang

berkunjung ke Gili Matra. Menurut informasi dari Dinas Pariwisata Kabupaten

Lombok Utara, 75% wisatawan yang datangke Gili Matra melakukan aktivitas

selam. Untuk lokasi selam, terdapat sekitar 25 divespot (titik selam) yang

tersebar di seluruh kawasan Gili Matra. Beberapa diantaranya yang paling

populer adalah Hidden Reef, Hans Reef, Halik Reef, Andy’s Reef/Shark Point,

Bounty Wreck, Meno Slope, Manta Point dan Meno Wall (KKP 2012).

41

2. Snorkeling

Snorkeling merupakan salah satu aktivitas yang paling digemari oleh

wisatawan. Berbeda dengan selam yang membutuhkan keterampilan khusus,

semua orang dapat melakukan snorkeling. Aktivitas snorkeling dilakukan pada

perairan yang relatif dangkal sehingga pemandangan bawah air dapat dinikmati

dengan jelas. Pada saat snorkeling, kegiatan yang paling menarik adalah

memberi makan ikan. Wisatawan dapat memasukkan roti atau biskuit ke dalam

botol untuk kemudian diberikan kepada ikan-ikan di dalam air. Pada wilayah

pantai yang biasa ramai oleh wisatawan, biasanya ikan-ikan karang yang

berada di lokasi tersebut sudah terbiasa dengan wisatawan dan tidak segan

untuk mendekat.

3. Surfing (Berselancar)

Kegiatan berselancar biasanya dilakukan di sebelah barat Gili Meno yang

memiliki ombak cukup besar atau di sebelah selatan Gili Trawangan. Pada

hari-hari biasa aktivitas ini biasanya tidak begitu ramai. Aktivitas berselancar

baru akan sangat ramai antara bulan Desember dan Januari ketika ombak

tinggi.

4. Glass Bottom Boat

Pemandangan bawah laut juga dapat dinikmati tanpa harus snorkeling ataupun

menyelam. Dengan menggunakan perahu berdasar kaca, wisatawan dapat

melihat dan menikmati pemandangan bawah laut dari atas kapal.

5. Sun Bathing (Berjemur)

Kegiatan berjemur merupakan aktivitas yang umumnya digemari oleh

wisatawan mancanegara. Aktivitas ini dapat dilakukan di sekitar pantai ataupun

di dekat kolam renang yang ada di sekitar tempat penginapan.

6. Photo hunting

Berada di kawasan pantai tentunya akan sangat rugi jika tidak menyempatkan

diri untuk mengabadikan diri dengan kamera. Ketiga gili memiliki

pemandangan yang indah dengan keunikannya masing-masing bagi pecinta

fotografi.

42

7. Wisata Kuliner

Setelah lelah dengan aktivitas wisata sepanjang hari, pengunjung dapat

menyantap berbagai hidangan yang disediakan oleh cafe dan restoran setempat.

Bagi wisatawan yang menginginkan makan malam dengan harga murah, setiap

malamnya Pasar Seni (Art Market) di Gili Trawangan aneka menyediakan

berbagai menu warung makan ala kaki lima.

4.1.9 Sarana dan Prasarana Wisata

Tersedianya fasilitas pariwisata memegang peranan penting di dalam

pengembangan suatu kawasan wisata. Melihat dari jumlah penginapan restoran

dan fasilitas wisata lainnya, kawasan TWP Gili Matra memiliki pembangunan

pariwista yang sangat pesat. Data lengkap sarana dan prasarana wisata di TWP

Gili Matra disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Sarana dan Prasarana Wisata di Kawasan TWP Gili Matra

No. Jenis Sarana dan

Prasarana

Jumlah

Gili Trawangan Gili Meno Gili Air

1. - Hotel bintang - - -

- Hotel melati 127 40 59

- Homestay 99 1 11

2. Restoran, cafe dan

rumah makan 85 30 45

3. Bar 33 - 21

4. Kolam renang 50 1 11

5. Dive shop 19 2 7

6. SPA dan Salon 12 - 2

7. Biro perjalanan wisata 11 2 2

8. Live music & convention 2 - 1

9. Wisata tirta 1 1 -

10. Money changer 3 - 3

11. Art shop 26 2 2

Sumber: Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasidan Informasi Kabupaten

Lombok Utara (2012)

43

4.2 Persepsi Masyarakat terhadap Minawisata KJA di Gili Matra

4.2.1 Persepsi Nelayan

Minawisata KJA (Karamba Jaring Apung) adalah percontohan dari pilot

project program minawisata yang sedang dikembangkan oleh KKP di TWP Gili

Matra saat ini. Pembangunan dan penyediaan pakan awal untuk KJA tersebut

dibiayai oleh pemerintah pusat sementara untuk pengadaan bibit ikan awalnya

dibiayai oleh Bidang Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara. KJA

kemudian diserahkan kepada kelompok nelayan untuk dikelola secara mandiri.

KJA tersebut berada di sebelah selatan Gili Air dan kelompok nelayan yang

mengelolanya untuk saat ini seluruhnya juga merupakan nelayan Gili Air. Namun

kondisi tersebut bukan berarti nelayan Gili Meno dan Gili Trawangan tidak boleh

ikut berpartisipasi. Berdasarkan wawancara, beberapa nelayan Gili Meno pun

pernah menyatakan keinginannya untuk ikut serta. Sayangnya keinginan tersebut

belum direalisasikan dalam partisipasi nyata di lapangan. Kurangnya partisipasi

nelayan bahkan juga terjadi di Gili Air sendiri. Pada awalnya semua nelayan Gili

Air memang menyambut positif keberadaan KJA tersebut tetapi lambat laun satu

per satu nelayan mulai mundur.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap sampel nelayan di Gili

Air, 100% nelayan Gili Air setuju dengan adanya KJA (Gambar 7) tetapi hanya

28,57% saja yang saat ini berpartisipasi (Gambar 8).

Gambar 7. Persepsi Nelayan Gili Air terhadap Keberadaan KJA

Gambar 8. Partisipasi Nelayan Gili Air dalam Kegiatan KJA

100% Setuju

Tidak Setuju

71,43%

28,57% Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi

44

Berdasarkan sensus terhadap 10 orang nelayan di Gili Trawangan, 50%

nelayan setuju dengan adanya KJA (Gambar 9). Sayangnya 100% nelayan Gili

Trawangan tidak ada yang berpartisipasi dalam kegiatan KJA (Gambar 10).

Gambar 9. Persepsi Nelayan Gili Trawangan terhadap Keberadaan KJA

Gambar 10. Partisipasi Nelayan Gili Trawangan dalam kegiatan KJA

Rendahnya partisipasi nelayan diduga akibat dari dua hal. Pertama adalah

sulitnya merubah kebiasaan nelayan yang selama ini dapat langsung memperoleh

ikan dengan cara menangkap ikan di laut kepada kegiatan budidaya yang untuk

mendapatkan hasilnya memerlukan proses dan waktu terlebih dahulu untuk

pembesaran ikan. Pola pikir sebagian nelayan yang masih menganggap bahwa apa

yang mereka kerjakan saat itu harus mendapatkan hasil saat itu juga adalah

tantangan terbesar dalam pengembangan KJA.

Penyebab kedua adalah tidak adanya satu pun nelayan di Gili Matra yang

memiliki latar belakang di bidang budidaya. Tentunya hal ini sangat berpengaruh

apalagi ketika ikan yang dipelihara terjangkit penyakit dan tidak ada yang

mengetahui bagaimana penanganannya. Pada akhirnya ketua kelompok nelayan

mempekerjakan pegawai dari luar yang sudah memiliki keterampilan dalam

budidaya sehingga harapannya seluruh nelayan bisa bersama-sama belajar tentang

cara budidaya. Tetapi hal tersebut ternyata belum efektif untuk meningkatkan

partisipasi aktif dari para nelayan. Bahkan beberapa nelayan justru kurang

sependapat dengan dipekerjakannya pegawai dari luar gili karena tujuan awal saat

50,00%

50,00% Setuju

Tidak Setuju

100% Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi

45

dibangunnya KJA tersebut khusus diperuntukkan kepada masyarakat Gili Matra

saja. Berbagai macam polemik yang terjadi itulah yang menjadikan KJA belum

dapat berjalan secara optimal.

4.2.2 Persepsi Wisatawan

Wisatawan sebagai salah satu komponen terpenting di dalam kegiatan

pariwisata bersikap positif terhadap minawisata KJA. Berdasarkan wawancara

terhadap wisatawan asing dan lokal, seluruhnya masih awam terhadap istilah

minawisata namun setuju dengan keberadaan KJA di Gili Matra (Gambar 11).

Bagi mereka, minawisata adalah suatu hal yang baru dan menarik untuk

dikunjungi. Karena itu mereka mendukung adanya pengembangan dari program

minawisata KJA di Gili Matra, dengan catatan KJA tidak akan menimbulkan

pencemaran seperti yang terjadi di beberapa wilayah lain Indonesia.

Gambar 11. Persepsi Wisatawan terhadap Keberadaan KJA

4.3 Analisis Kesesuaian Minawisata

Analisis kesesuaian minawisata dilakukan untuk mengetahui kesesuaian

berbagai aktifitas minawisata yang ada di Gili Matra dengan mempertimbangkan

kriteria yang disyaratkan. Setiap kegiatan minawisata mempunyai persyaratan

sumberdaya dan lingkungan sesuai dengan objek minawisata yang akan di

kembangkan.

Mengingat luasnya wilayah dan terbatasnya waktu penelitian yang

dilakukan, maka data pembobotan dan skor aktivitas minawisata yang digunakan

dalam penelitian ini memakai data sekunder yang diperoleh dari Kementerian

Kelautan Perikanan tahun 2012. Data tabel lalu dihitung Indeks Kesesuaian

100,00% Setuju

Tidak Setuju

46

Minawisata Baharinya (IKMB) kemudian diklasifikasikan kelas kelayakan

minawisatanya.

4.3.1 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata Pancing

Aktivitas minawisata pancing yang terdapat di kawasan Gili Matra adalah

kegiatan pancing untuk wisata (sport fishing) dan kegiatan pancing produksi. Pada

umumnya minawisata pancing dilakukan oleh nelayan untuk kegiatan pancing

produksi. Hanya sedikit wisatawan yang melakukan kegiatan mancing.

Minawisata pancing dapat dilakukan di seluruh kawasan TWP Gili Matra

selama berada di luar zona wisata yang telah ditentukan dengan kesepakatan

awig-awig (Lampiran 4) dan di luar zona perlindungan. Nelayan pada umumnya

memakai perahu dengan mesin ketinting. Jenis-jenis ikan yang biasa dipancing

antara lain kakap, kerapu, bawal dan ikan karang lainnya. Indeks kesesuaian

minawisata pancing di Gili Matra dapat dilihat pada Tabel 20.

47

Tabel 20. Indeks Kesesuaian Minawisata Pancing di Gili Matra

No. Parameter Kawasan

Bobot Skor Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1. Kelompok jenis

ikan 88 81.5 76 5 3 15 15 15

2. Kecepatan arus

(cm/det) 35 32 32 5 2 10 10 10

3. Tinggi

gelombang (cm) 1-1.5 1-1.5 1-1.5 5 1 5 5 5

4. Kecerahan

perairan (m) >10 >10 >10 3 1 3 3 3

5. Suhu perairan

(oC) 25.5 27 25.9 3 1 3 3 3

6. Salinitas (o/oo) 34 35 34 3 2 6 6 6

7. Kedalaman

perairan (m) 1-20 m 1-20 m 1-20 m 1 3 3 3 3

8.

Jarak dari alur

pelayaran dan

kawasan lain (m)

300-700

m > 500 m > 500 m 1 2 2 3 3

9. Dermaga kecil

(jetty)

ada,

beton dan

kayu

ada, beton

ada, beton

2 2 4 4 4

10. Perahu (boat)

ada,

kayu,

bermotor

ada,

kayu,

bermotor

Ada,

kayu,

bermotor

2 2 4 4 4

Jumlah 55 56 56

IKMB (%) 50,92 51,85 51,85

Evaluasi Kelayakan SB SB SB

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah kelompok jenis ikan, kecepatan arus,

tinggi gelombang, kecerahan perairan, suhu perairan, salinitas, kedalaman

perairan, jarak dari alur pelayaran dan kawasan lain, serta ada tidaknya dan jenis

bahan dermaga kecil dan boat. Berdasarkan hasil di atas, diketahui bahwa ketiga

gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai bersyarat (SB) untuk aktivitas minawisata

pancing karena berada dalam rentang 51-75%. Sementara berdasarkan indeks

kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), lokasi Gili Air dan Gili Trawangan

(51,85%) lebih sesuai dibandingkan dengan Gili Meno (50,92%). Tetapi karena

perbedaan persentasenya tidak begitu jauh maka perbedaan tersebut tidak terlalu

signifikan.

48

Gambar 12. Peta Kesesuaian Wisata Pancing di Gili Matra

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Jika berdasarkan gambar di atas, seluruh wilayah di sekitar Gili Air, Gili

Meno dan Gili Trawangan yang dibatasi oleh warna hijau sebenarnya merupakan

wilayah yang sesuai untuk kegiatan minawisata pancing. Tetapi perlu diperhatikan

kegiatan tersebut tetap hanya boleh dilakukan pada kawasan yang diperbolehkan

dalam awig-awig dan di luar zona inti.

4.3.2 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata KJA

Kegiatan KJA yang berada di sebelah selatan Gili Air adalah konsep

minawisata yang diperkenalkan oleh KKP kepada masyarakat nelayan Gili Matra.

Pengadaan KJA tersebut baik untuk pembangunan dan persediaan pakan awal

sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah pusat. Sementara untuk pengadaan bibit

ikan bawal sebagai bibit awal budidaya difasilitasi oleh DKP Kabupaten Lombok

Utara. KJA diserahkan kepada kelompok nelayan untuk dikelola sendiri sebagai

sarana pembelajaran budidaya dan sebagai salah bentuk bantuan pemerintah

dalam menambah pendapatan nelayan.

49

KJA memiliki 20 jaring budidaya berukuran 4x4 m. Pembangunan dimulai

sejak Agustus 2012 dan saat ini kegiatan budidaya telah berjalan. Ikan yang

dibudidaya adalah jenis kerapu bebek dan bawal. Namun KJA tersebut belum

rampung sepenuhnya. Jika telah selesai, nantinya wisatawan dapat berkunjung ke

KJA tersebut dandapat menikmati langsung wisata kuliner dari hasil budidaya

KJA atau dari aktivitas memancing di sekitar karamba. Sementara ruangan di

dalam KJA dapat dijadikan sebagai salah satu pusat informasi bagi wisatawan

mengenai Gili Matra. Indeks kesesuaian minawisata KJAdi Gili Matra dapat

dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Indeks Kesesuaian Minawisata KJA di Gili Matra

No. Parameter Kawasan

Bobot Skor Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1. Suhu perairan

(oC) 25.5 27 25.9 5 3 15 15 15

2. Salinitas (o/oo) 34 35 34 5 1 5 5 5

3. Kecepatan arus

(cm/det) 35 32 40 4 3 12 12 12

4. Tinggi

gelombang (cm) 1-1.5 1-1.5 1-1.5 4 1 4 4 4

5. Kedalaman air

dari dasar jaring

(m)

5 m 5 m 5 m 4 3 12 12 12

6. Oksigen terlarut

(mg/l) 6.43 6.38 6.85 3 3 9 9 9

7. pH 7.76 7.86 7.69 3 3 9 9 9

8. Nitrat (mg/l) 0.133

ppm

0.136

ppm

0.235

ppm 2 2 4 4 4

9. Phospat (mg/l) - - - - - - - -

10.

Jarak dari alur

pelayaran dan

kawasan lain (m)

300 m 500 m > 500 m 2 4 4 2

Jumlah 74 74 72

IKMB (%) 72,55 72,55 70,59

Evaluasi Kelayakan SB SB SB

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah suhu perairan, salinitas, kecepatan arus,

tinggi gelombang, kedalaman air dari dasar jaring, oksigen terlarut, pH,

kandungan nitrat dan phospat serta jarak dari alur pelayaran dan kawasan lain.

Tetapi untuk kadar phospat saat ini belum dilakukan. Berdasarkan hasil di atas,

50

diketahui bahwa ketiga gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai bersyarat (SB)

untuk aktivitas minawisata KJA karena berada dalam rentang 51-75%. Sementara

berdasarkan indeks kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), lokasi yang lebih

sesuai adalah Gili Air dan Gili Meno (72,55%) dibandingkan dengan Gili

Trawangan (70,59%).

Saat ini hanya ada 1 KJA yang dibuat oleh KKP. Meskipun Gili Air dan Gili

Meno memiliki nilai akhir yang sama, pemilihan lokasi KJA di bagian selatan Gili

Air memiliki beberapa pertimbangan. Secara fisik, Gili Air memiliki kecepatan

arus yang lebih rendah dibandingkan Gili Meno sehingga dianggap lebih sesuai

untuk KJA yang memerlukan air tenang. Selain itu Gili Air adalah pulau dengan

populasi nelayan terbanyak dan KJA ini notabenenya memang untuk dikelola oleh

kelompok nelayan.

Gambar 13. Peta Kesesuaian Wisata KJA di Gili Matra

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

51

Berdasarkan gambar di atas, terdapat dua kelayakan wilayah. Pada bagian

selatan Gili Air dan bagian luar Gili Trawangan (menghadap laut lepas), wilayah

tersebut sesuai bersyarat untuk minawisata KJA. Sementara pada bagian utara dan

barat Gili Air serta bagian Selatan Gili Meno, kelayakan wilayahnya sesuai.

4.3.3 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata Selam

Kegiatan minawisata selam merupakan kegiatan favorit bagi wisatawan di

TWP Gilimatra tetapi memerlukan keterampilan dan peralatan khusus. Kegiatan

menyelam dilakukan untuk melihat ekosistem terumbu karang, ikan karang, dan

biota laut lainya. Indeks kesesuaian minawisata selamdi Gili Matra dapat dilihat

pada Tabel 22.

Tabel 22. Indeks Kesesuaian Minawisata Selam di Gili Matra

No. Parameter Kawasan

Bobot Skor Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1 Suhu perairan

(oC) 25.5 27 25.9 5 2 10 10 10

2 Salinitas (o/oo) 34 35 34 5 3 15 15 15

3 Kecerahan

perairan (m) > 10 > 10 > 10 5 3 15 15 15

4 Kecepatan arus

(cm/det) 35 32 32 5 2 10 10 10

5

Tutupan

komunitas

karang (%)

30.5 35 42 4 2 8 8 8

6 Jenis life form

(sp) 7 8 8 4 2 8 8 8

7 Jenis ikan karang

(sp) 88 81.5 76 3 3 9 9 9

8 Kedalaman

terumbu karang

(m)

1 - 10 m 1 - 10 m 1 - 10 m 3 3 9 9 9

9 Perahu (boat) 13 15 25 2 2 4 4 4

10 Peralatan selam (scuba diving)

2 dive shop

8 dive shop

14 dive shop

2 3 6 6 6

11 Pemandu selam

(buddies) 2 4 10 2 3 6 6 6

Jumlah 100 100 100

IKMB (%) 79,32 79,32 79,32

Evaluasi Kelayakan S S S

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah suhu perairan, salinitas, kecerahan

perairan, kecepatan arus, tutupan komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan

52

karang, kedalaman terumbu karang, perahu serta ketersediaan peralatan selam dan

pemandu selam. Berdasarkan hasil di atas, diketahui bahwa ketiga gili memiliki

evaluasi kelayakan sesuai (S) untuk minawisata selam karena berada dalam

rentang 76-100%. Sementara jika dilihat dari indeks kesesuaian minawisata

baharinya (IKMB), ketiga gili memiliki kondisi yang sama (79,32%).

Terumbu karang pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada kedalaman

1-20 meter karena cahaya masih bisa masuk/tembus sampai ke dasar (Barnes and

Hughes 2004 dalam KKP 2012). Tetapi pada kedalaman 7 meter lebih kondisi

terumbu karang di Gili Matra umumnya sudah rusak dengan kesehatan terumbu

karang dibawah 20% (kategori rusak). Sarana dan prasarana untuk minawisata

selam di Gili Matra sudah lengkap. Di setiap gili terdapat dive shop yang

menyediakan jasa selam dengan instruktur selam berlisensi dive master.

Gambar 14. Peta Kesesuaian Wisata Selam di Gili Matra

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

53

Berdasarkan gambar di atas, seluruh wilayah di sekitar Gili Air, Gili Meno

dan Gili Trawangan yang dibatasi oleh warna hijau merupakan wilayah yang

sesuai untuk kegiatan minawisata selam. Tetapi untuk lokasi selam yang menarik

terdapat setidaknya 25 dive spot (titik selam) yang tersebar di kawasan TWP Gili

Matra.

4.3.4 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata Snorkeling

Kegiatan minawisata snorkeling dilakukan di wilayah perairan dangkal

dengan kedalaman 1-5 m. Kegiatan ini bayak dilakukan baik oleh wisatawan

asing maupun lokal. Dalam aktivitas snorkeling, wisatawan dapat berenang di

pinggir pantai atau menggunakan perahu untuk menuju spot snorkeling. Tingkat

kecerahan perairan di kawasan TWP Gili Matra cukup bagus dengan jarak

pandang > 10 meter. Indeks kesesuaian minawisata snorkeling di Gili Matra dapat

dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Indeks Kesesuaian Minawisata Snorkeling di Gili Matra

No. Parameter Kawasan

Bobot Skor Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1 Kecerahan

perairan (%) > 80 > 80 > 80 5 3 15 15 15

2

Tutupan

komunitas karang

(%)

30.5 35 42 5 1 5 5 5

3 Jenis life form

(sp) 7 8 8 3 2 6 6 6

4 Jenis ikan karang

(sp) 88 81.5 76 3 3 9 9 9

5 Kecepatan arus

(cm/det) 35 32 32 1 1 1 1 1

6

Kedalaman

terumbu karang (m)

1-20 m 1-20 m 1-20 m 1 3 3 3 3

7 Lebar hamparan

datar karang (m) 5-10 m 5-10 m 5-10 m 1 2 2 2 2

Jumlah 41 41 41

IKMB (%) 71,93 71,93 71,93

Evaluasi Kelayakan SB SB SB

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah kecerahan perairan, tutupan komunitas

karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu

54

karang dan lebar hamparan datar karang. Berdasarkan hasil di atas, diketahui

bahwa ketiga gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai bersyarat (SB) untuk

minawisata snorkeling karena berada dalam rentang 51-75%. Sementara jika

dilihat dari indeks kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), ketiga gili memiliki

kondisi yang sama (71,93%).

Gambar 7 . Peta Kesesuaian Wisata Snorkeling di Gili Matra

Gambar 15. Peta Kesesuaian Wisata Snorkeling di Gili Matra

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

4.4 Analisis Daya Dukung Kawasan

Pemanfaatan suatu kawasan untuk kegiatan wisata yang sesuai dengan daya

dukungnya akan sangat berpengaruh bagi keberlanjutan kegiatan tersebut.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Masterplan dan Rancang Bangun

Pulau-Pulau Kecil di Gili Matra, KKP (2012), diketahui bahwa area yang dapat

dikembangkan untuk kegiatan selam di Gili Matra sebesar 42.971,6 m2 dan untuk

snorkeling sebesar 2.544,5 m2

.

55

Dengan mengolah data tersebut kedalam rumus Daya Dukung Kawasan

(DDK), maka diketahui bahwa Taman Wisata Perairan Gili Matra memiliki daya

dukung untuk aktivitas selam sebanyak 172 orang/hari sedangkan daya dukung

untuk aktivitas snorkeling sebanyak 21 orang/hari. Perhitungan nilai DDK

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Selam

DDK = K x LP/LT x Wt/Wp

= 1 x (42.971,6 m2 / 1000 m

2 ) x (8 / 2) = 171,8

= 172 orang

2. Snorkeling

DDK = K x LP/LT x Wt/Wp

= 1 x (2.544,5 m2 / 250 m

2 ) x (6 / 3) = 20,44

= 21 orang

Hasil analisis di atas sangat signifikan dengan kondisi faktual di lapangan.

Berdasarkan observasi, dalam sehari terdapat sekitar 150-200 orang melakukan

aktivitas snorkeling di Gili Trawangan dan 30-50 orang/hari di Gili Air. Hanya

Gili Meno saja yang berkisar sekitar 20 orang/hari.

Sementara untuk kegiatan selam, berdasarkan Hilman (2010) dalam KKP

(2012), dalam sehari terdapat setidaknya 240 orang melakukan aktivitas selam di

Gili Trawangan, 58 orang di Gili Air dan 10 orang di Gili Meno.

4.5 Analisis Finansial Usaha

Analisis terhadap kegiatan usaha perlu dilakukan untuk melihat kondisi

perekonomian di Gili Matra. Dikarenakan minawisata menggabungkan antara

sektor perikanan dan pariwisata maka diperlukan analisis kepada keduanya.

Dalam penelitian ini analisis finansial usaha di sektor perikanan dilakukan

terhadap nelayan. Sedangkan di sektor pariwisata dilakukan terhadap penginapan

dan transportasi boat. Adapun untuk kegiatan usaha yang sudah mencakup sektor

perikanan dan pariwisata dilakukan terhadap penangkaran penyu.

56

4.5.1 Analisis Usaha Nelayan

Analisis terhadap usaha nelayan dilakukan kepada nelayan yang berada di

Gili Air dan Gili Trawangan. Pemilihan tersebut dikarenakan Gili Air merupakan

pulau dengan populasi nelayan terbesar dan merupakan pusat dari kelompok

nelayan sedangkan Gili Trawangan adalah pulau yang pembangunannya jauh

mengedepankan sektor pariwisata dan memiliki populasi nelayan terkecil.

Terdapat setidaknya 232 orang nelayan di Gili Air. Berdasarkan penarikan

jumlah sampel yang telah dijelaskan pada Bab Metode Penelitian, maka dilakukan

analisis terhadap 7 orang nelayan dengan rincian data pada Tabel 24.

Tabel 24. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Gili Air

No. Nama Jenis

Alat Tangkap

Rata-rata

pendapatan/trip

(Rp)

Rata-rata

pengeluaran/trip

(Rp)

1. Wak Jawe Jaring sered, pancing, panah 2.000.000 500.000

2. H. Ismail Jaring sered, pancing 1.500.000 500.000

3. Making Jaring sered, pancing, panah 1.000.000 500.000

4. Wak Jawas Jaring sered, pancing 2000.000 500.000

5. Warobahak Jaring sered, pancing, panah 1.500.000 600.000

6. Wak Sabar Jaring sered 2000.000 500.000

7. Sam Jaring sered 2000.000 500.000

Rata-Rata 1.714.285,71 514.285,714

Keuntungan = TR-TC = 1.714.285,71-514.285,714= Rp 1.200.000

R/C ratio = TR/TC = 1.714.285,71/514.285,714 = 3.33

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan.

Profitabilitas =

=

= 233,33%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku

bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan

usaha menguntungkan.

Sementara untuk nelayan Gili Trawangan terdapat 12 orang populasi

nelayan. Karena jumlah yang sangat sedikit maka pengambilan sampel digunakan

metode sensus. Namun dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti hanya

berhasil menjumpai 10 orang nelayan sehingga di dalam pengolahan datanya

57

hanya dilakukan analisis terhadap 10 orang nelayan tersebut. Rincian data nelayan

Gili Trawangan disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Gili Trawangan

No. Nama Jenis

Alat Tangkap

Rata-rata

pendapatan/trip

(Rp)

Rata-rata

pengeluaran/trip

(Rp)

1. Haerudin Pancing 300.000 200.000

2. Sehak Pancing 250.000 150.000

3. Hasanudin Pancing 150.000 100.000

4. Aker Pancing 250.000 150.000

5. Bahrun Pancing 250.000 150.000

6. Masnun Pancing 300.000 250.000

7. Asmirin Pancing 250.000 150.000

8. Zakaria Pancing 250.000 150.000

9. H. Cakdi Pancing 500.000 250.000

10. Maun Pancing 350.000 250.000

Rata-Rata 285.000 180.000

Keuntungan = TR-TC = 285.000-180.000 = Rp 105.000

R/C ratio = TR/TC = 285.000/180.000 = 1,58

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan.

Profitabilitas =

=

= 58,33%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku

bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan

usaha menguntungkan.

4.5.2 Analisis Usaha Penginapan

Penginapan di Gili Matra terdiri dari cottage, bungalow dan hotel dimana

penginapan-penginapan tersebut menyediakan fasilitas yang berbeda-beda.

Berbagai fasilitas yang ditawarkan meliputi restoran/cafe/bar, penyewaan sepeda,

penyewaan alat snorkeling dan selam, hingga penyediaan jasa perjalanan.

Agar menghindari perbedaan data yang signifikan maka dilakukan analisis

terhadap usaha penginapan yang hanya menyediakan jasa kamar saja. Analisis

finansial dilakukan di Gili Trawangan sebagai pulau dengan sektor pariwisata

58

yang paling berkembang. Rincian data penginapan di Gili Trawangan disajikan

pada Tabel 26.

Tabel 26. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Penginapandi

Gili Trawangan

No. Nama

Rata-rata

pendapatan/bulan

(Rp)

Rata-rata

penngeluaran/bulan

(Rp)

1. Rinjani Losmen 30.000.000 7.500.000

2. Dream Village 30.000.000 8.000.000

3. Villa Unggul 15.000.000 6.000.000

4. Mawar Bungalow 20.000.000 7.000.000

5. Easy Bungalow 30.000.000 7.000.000

6. Tanah Qita 25.000.000 6.500.000

Rata-Rata 20.000.000 7.000.000

Keuntungan = TR-TC = 20.000.000–7.000.000 = Rp 13.000.000

R/C ratio = TR/TC = 20.000.000/7.000.000 = 2,86

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan.

Profitabilitas =

=

= 185,71%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku

bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan

usaha menguntungkan.

4.5.3 Analisis Usaha Kapal Penumpang

Kapal (boat) adalah satu-satunya alat transportasi untuk mencapai lokasi ke

ketiga gili. Untuk itu koperasi menyediakan kapal penumpang (public boat)

sebagai alat transportasi umum dari dermaga Bangsal untuk menuju ke masing-

masing gili dan sebaliknya. Sementara untuk menyeberang dari satu gili ke gili

lainnya, koperasi menyediakan 1 boat khusus yang disebut hopping boat dan

beroperasi dua kali dalam sehari untuk menyeberang ke masing-masing pulau.

Tarif public boat dari pelabuhan bangsal menuju Gili Air, Gili Meno dan

Gili Trawangan masing-masing adalah Rp 8000, Rp 9000 dan Rp 10.000 per

penumpang. Boat akan menunggu hingga terisi 20 orang sebelum berangkat.

Sementara untuk hopping boat ditetapkan tarif 35.000 per orang dengan jumlah

59

penumpang sebanyak 40 orang. Rincian data public boat disajikan pada Tabel 27.

dan Rincian data hopping boat disajikan pada Tabel 28.

Tabel 27. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Public Boat

No. Nama Jurusan

Rata-rata

pendapatan/bulan

(Rp)

Rata-rata

penngeluaran/bulan

(Rp)

1. Wisata Ikhtiar Trawangan 14.400.000 7.020.000

2. Fajar Pagi Trawangan 14.400.000 8.760.000

3. Sari Laut Meno 6.480.000 3.510.000

4. Sinar Pelita Meno 6.750.000 3.510.000

5. Pantai Indah Air 6.000.000 3.510.000

6. Pada Idik Air 5.760.000 3.510.000

Rata-Rata 8.965.000 4.970.000

Keuntungan = TR-TC = 8.965.000-4.970.000 = Rp 3.995.000

R/C ratio = TR/TC = 8.965.00 /4.970.000 = 1,80

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan.

Profitabilitas =

=

= 80,38%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku

bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan

usaha menguntungkan.

Tabel 28. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Hopping Boat

Nama

Rata-rata

pendapatan/bulan

(Rp)

Rata-rata

penngeluaran/bulan

(Rp)

Koperasi Karya Bahari 84.000.000 13.980.000

Keuntungan = TR-TC = 84.000.000-13.980.000= Rp 70.020.000

R/C ratio = TR/TC = 84.000.000/13.980.000= 6,01

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan.

Profitabilitas =

=

= 50,21%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku

bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan

usaha menguntungkan.

60

4.5.4 Analisis Usaha Penangkaran Penyu

Saat ini terdapat satu penangkaran penyu di masing-masing gili. Meskipun

penangkaran penyu merupakan objek wisata yang cukup menarik untuk

dikunjungi oleh wisatawan tetapi kegiatan ini memiliki pengeluaran yang sangat

besar. Pengelola penangkaran penyu yang masih ada saat ini adalah orang-orang

yang memiliki kepedulian sangat tinggi terhadap konservasi khususnya

keberadaan penyu di Gili Matra serta tidak mementingkan keuntungan.

Untuk penelitian mengenai kegiatan usaha ini, peneliti hanya menganalisis

penangkaran penyu yang terdapat di Gili Trawangan. Hal tersebut dikarenakan

kegiatan penangkaran penyu yang berada di Gili Meno mendapatkan gaji/bulan

dari pemerintah sementara untuk penangkaran penyu yang berada di Gili Air

biaya perawatan utamanya diambil dari keuangan resort milik asing tempat

penangkaran penyu tersebut berada. Oleh karena itu, hanya penangkaran penyu di

Gili Matra saja yang benar-benar memperoleh penerimaan dari wisatawan.

Rincian data penangkaran penyu di Gili Trawangan disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Penangkaran Penyu

Nama

Rata-rata

pendapatan/bulan

(Rp)

Rata-rata

penngeluaran/bulan

(Rp)

Turtle Conservation

Gili Trawangan

4.500.000 3.600.000

Keuntungan = TR-TC = 4.500.00–3.600.000= Rp 900.000

R/C ratio = TR/TC = 4.500.000 /3.600.000 = 1,25

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan.

Profitabilitas =

=

= 25%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku

bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan

usaha menguntungkan.

61

4.6 Analisis SWOT

Penentuan rencanan strategi pengelolaan Taman Wisata Peraitan Gili Matra

sebagai kawasan minawisata bahari dilakukan dengan menggunakan analisis

SWOT yang mempelajari atau mengidentifikasi pada kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman kemudian dianalisa untuk menentukan langkah strategis

yang sesuai.

4.6.1 Identifikasi Faktor Internal

a. Kekuatan (Strenghts)

Identifikasi kekuatan yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan

Gili Matra adalah sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan perairan yang baik untuk kegiatan wisata bahari dan wisata

pantai. Gili Matra baik pada Gili Air, Meno, maupun Trawangan memiliki

keindahan alam yang cukup terjaga baik untuk pantai maupun bawah lautnya.

75% pengunjung yang berkunjung ke Gili Matra datang untuk melakukan

aktivitas selam di kawasan ini karena pesona keanekaragaman terumbu karang

dan ikan karangnya.

2. Kearifan lokal yang masih terjaga. Kelebihan kawasan Taman Wisata Perairan

Gili Matra dengan kawasan wisata bahari lain salah satunya dalam bidang

sosial dimana kearifan lokal di gili-gili ini masih terjaga. Meskipun berupa

kawasan wisata, masyarakat yang sebagian besar beragama muslim masih

menjaga nilai-nilai kehidupan beragama. Selain itu adanya awig-awig sebagai

adat istiadat lokal menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap

lingkungannya. Awig-awig mengatur sumberdaya alam apa saja dan kawasan

mana saja yang boleh dieksploitasi. Hal ini didukung kesadaran masyarakat

dalam menjaga lingkungannya.

b. Kelemahan (Weaknesses)

Identifikasi kelemahan yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan

Gili Matra adalah sebagai berikut:

62

1. Masalah sampah sebagai salah satu masalah utama di Gili Trawangan. 5 ton

sampah diproduksi setiap harinya dan saat ini mulai menimbulkan persoalan

dalam pengelolaannya. Penanganan yang dilakukan adalah dengan cara

menimbun dan membakar sampah tetapi upaya tersebut belum optimal.

2. Alat tangkap jaring muroami yang tidak ramah lingkungan jika digunakan

kembali dalam jangka panjang akan merusak seluruh terumbu karang di TWP

Gili Matra.

4.6.2 Identifikasi Faktor Eksternal

a. Peluang (Opportunities)

Identifikasi kelemahan yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan

Gili Matra adalah sebagai berikut:

1. Adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kawasan

Taman Wisata Perairan Gili Matra.

2. Transportasi dan akses ke lokasi yang tidak sulit memudahkan kunjungan

wisatawan baik asing maupun lokal.

3. Adanya promosi wisata yang baik sehingga TWP Gili Matra banyak dikenal

oleh masyarakat Indonesia, tidak seperti beberapa tahun lalu yang sangat

didominasi oleh wisatawan asing.

b. Ancaman (Threats)

Identifikasi ancaman yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan

Gili Matra adalah sebagai berikut:

1. Lemahnya pendanaan pengembangan dari pemerintah daerah sehingga tidak

ada dana untuk melengkapi fasilitas.

2. Belum adanya kesepakatan zonasi menjadikan pemanfaatan wilayah yang ada

belum tertata.

63

4.6.3 Matriks IFE dan EFE

Tingkat kepentingan setiap faktor ditentukan sebagai langkah untuk

menentukan bobot dan rating.Tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal

disajikan pada Tabel 30. dan Tabel 31.

Tabel 29. Tingkat Kepentingan Faktor Internal

Simbol Faktor Kekuatan Tingkat

Kepentingan

S1

Kondisi lingkungan perairan yang baik

untuk kegiatan wisata bahari dan wisata

pantai.

Sangat penting

S2 Kearifan lokal yang masih terjaga. Sangat penting

Simbol Faktor Kelemahan Tingkat

Kepentingan

W1 Masalah sampah sebagai salah satu masalah

utama di Gili Trawangan. Sangat Penting

W2 Alat tangkap jaring muroami yang tidak

ramah lingkungan. Penting

Tabel 30. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

Simbol Faktor Peluang Tingkat

Kepentingan

O1

Adanya kebijakan pemerintah yang

mendukung pengembangan kawasan Taman

Wisata Perairan Gili Matra.

Sangat penting

O2

Transportasi dan akses ke lokasi yang tidak

sulit memudahkan kunjungan wisatawan

baik asing maupun lokal.

Sangat penting

O3

Adanya promosi wisata yang baik sehingga

TWP Gili Matra banyak dikenal oleh

masyarakat Indonesia.

Penting

Simbol Faktor Ancaman Tingkat

Kepentingan

T1

Lemahnya pendanaan pengembangan dari

pemerintah daerah sehingga tidak ada dana

untuk melengkapi fasilitas.

Sangat Penting

T2

Belum adanya kesepakatan zonasi

menjadikan pemanfaatan wilayah yang ada

belum tertata.

Sangat Penting

64

Setelah tingkat kepentingan dari setiap faktor internal dan eksternal

diperoleh kemudian dilakukan penilaian bobot faktor strategis internal dan

eksternal yang disajikan pada Tabel 32. dan Tabel 33.

Tabel 32. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor

Internal

S1 S2 W1 W2 Total Bobot

S1 0 2 2 1 5 0,21

S2 2 0 2 1 5 0,21

W1 2 2 0 1 5 0,21

W2 3 3 3 0 9 0,37

Total 24 1

Tabel 33. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor

Eksternal

O1 O2 O3 T1 T2 Total Bobot

O1 0 1 2 2 1 6 0,12

O2 4 0 4 4 2 14 0,30

O3 2 1 0 4 1 8 0,16

T1 2 1 2 0 1 6 0,12

T2 4 2 4 4 0 14 0,30

Total 48 1

Tahap selanjutnya adalah pembuatan Matriks IFE dan Matriks EFE. Pada

tahap ini bobot dikalikan dengan rating sehingga diperoleh skor.

Tabel 34. Matriks IFE

Simbol Faktor Kekuatan Bobot Rating Skor

S1

Kondisi lingkungan perairan yang

baik untuk kegiatan wisata bahari

dan wisata pantai.

0,30 4 1,20

S2 Kearifan lokal yang masih terjaga. 0,16 4 0,48

Simbol Faktor Kelemahan Bobot Rating Skor

W1 Masalah sampah sebagai salah satu

masalah utama di Gili Trawangan. 0,30 4 1,20

W2 Alat tangkap jaring muroami yang

tidak ramah lingkungan. 0,12 3 0,36

65

Tabel 35. Matriks EFE

Simbol Faktor Peluang Bobot Rating Skor

O1

Adanya kebijakan pemerintah yang

mendukung pengembangan kawasan

Taman Wisata Perairan Gili Matra.

0,16 4 0,64

O2

Transportasi dan akses ke lokasi

yang tidak sulit memudahkan

kunjungan wisatawan baik asing

maupun lokal.

0,22 4 0,88

O3

Adanya promosi wisata yang baik

sehingga TWP Gili Matra banyak

dikenal oleh masyarakat Indonesia.

0,12 3 0,36

Simbol Faktor Ancaman Bobot Rating Skor

T1

Lemahnya pendanaan

pengembangan dari pemerintah

daerah sehingga tidak ada dana

untuk melengkapi fasilitas.

0,22 4 0,88

T2

Belum adanya kesepakatan zonasi

menjadikan pemanfaatan wilayah

yang ada belum tertata.

0,12 4 0,48

4.6.4 Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan

bagaimana peluang dan ancaman (faktor eksternal) yag dihadapi oleh kawasan

Taman Wisata Perairan Gili Matra disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

(faktor internal) yang dimiliki. Dari matriks ini akan dihasilkan rancangan

pengembangan minawisata bahari yang dapat dilakukan di kawasan Taman

Wisata Perairan Gili Matra. Matriks SWOT ditampilkan pada Tabel 36.

66

Tabel 36. Penyusunan Matriks SWOT

IFE

EFE

S

1. Kondisi lingkungan

perairan yang baik untuk

kegiatan wisata bahari

dan wisata pantai.

2. Kearifan lokal yang

masih terjaga.

W

1. Masalah sampah sebagai

salah satu masalah utama

di Gili Trawangan.

2. Alat tangkap jaring

muroami yang tidak

ramah lingkungan

O

1.

1. Adanya kebijakan

pemerintah yang

mendukung

pengembangan

kawasan Taman

Wisata Perairan Gili

Matra.

2. Transportasi dan akses

ke lokasi yang tidak

sulit memudahkan

kunjungan wisatawan

baik asing maupun

lokal

3. Adanya promosi

wisata yang baik

sehingga TWP Gili

Matra banyak dikenal

oleh masyarakat

Indonesia.

Strategi SO

Pengelolaan potensi wisata

baik dalam segi biofisik

maupun budaya masyarakat

disertai peningkatan

kualitas sarana prasarana

dantata ruang yang lebih

baik.

(S1S2O1O2)

Strategi WO

Membuat kebijakan

pemerintah yang pro

terhadap kelestarian

lingkungan disertai

sosialisasi yang rutin

diadakan kepada

masyarakat.

(W1W2O1)

T

1. Lemahnya pendanaan

pengembangan dari

pemerintah daerah

sehingga tidak ada

dana untuk melengkapi

fasilitas.

2. Belum adanya

kesepakatan zonasi

menjadikan

pemanfaatan wilayah

yang ada belum tertata.

Strategi ST

1.

Membuat kesepakatan

nyata antara masyarakat dan

stakeholders guna

perlindungan kawasan

wisata yang didasari dengan

awig-awig sebagai kearifan

lokal masyarakat setempat.

(S1S2T2)

(

Strategi WT

Segera disusunnya zonasi

sehingga pemanfaatan

wilayah pesisir menjadi

berkelanjutan dan

penggunaan alat tangkap

yang tidak ramah

lingkungan dapat

dihentikan.

(W1W2T2)

67

4.6.5 Alternatif Strategi

Alternatif strategi menghasilkan prioritas kebijakan yang akan dipilih dalam

pengelolaan kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra. Analisis alternatif

strategi disajikan pada Tabel 37.

Tabel 37. Perangkingan Alternatif Strategi

Unsur SWOT Keterkaitan Skor Ranking

Strategi SO

Pengelolaan potensi wisata baik

dalam segi biofisik maupun

budaya masyarakat disertai

peningkatan kualitas sarana

prasarana dantata ruang yang

lebih baik.

S1,S2,O1,O2 3,20 I

Strategi ST

Membuat kesepakatan nyata

antara masyarakat dan

stakeholders guna perlindungan

kawasan wisata yang didasari

dengan awig-awig sebagai

kearifan lokal masyarakat

setempat

S1,S2,T2

1,96 IV

Strategi WO

Membuat kebijakan pemerintah

yang pro terhadap kelestarian

lingkungan disertai sosialisasi

yang rutin diadakan kepada

masyarakat.

W1,W2,O1 2,20 II

Strategi WT

Segera disusunnya zonasi

sehingga pemanfaatan wilayah

pesisir menjadi berkelanjutan

dan penggunaan alat tangkap

yang tidak ramah lingkungan

dapat dihentikan.

W1,W2,T2 2,04 III

Berdasarkan perangkingan di atas, maka urutan prioritas di dalam

pengembangan minawisata bahari di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra

adalah sebagai berikut:

68

1. Pengelolaan potensi wisata baik dalam segi biofisik maupun budaya

masyarakat disertai peningkatan kualitas sarana prasarana dantata ruang yang

lebih baik.

2. Membuat kebijakan pemerintah yang pro terhadap kelestarian lingkungan

disertai sosialisasi yang rutin diadakan kepada masyarakat.

3. Segera disusunnya zonasi sehingga pemanfaatan wilayah pesisir menjadi

berkelanjutan dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dapat

dihentikan.

4. Membuat kesepakatan nyata antara masyarakat dan stakeholders guna

perlindungan kawasan wisata yang didasari dengan awig-awig sebagai kearifan

lokal masyarakat setempat.