BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Waktu dan Tempat ...digilib.unila.ac.id/6442/89/Bab 4.pdf · 4...
Transcript of BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Waktu dan Tempat ...digilib.unila.ac.id/6442/89/Bab 4.pdf · 4...
41
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian yang mengambil judul “Analisis Seismik dengan
menggunakan Acoustic Impedance (AI), Gradient Impedance (GI), dan
Extended Elastic Impedance (EEI) untuk Karakterisasi Reservoar Batupasir
Paleocene pada lapangan Sasa ” ini dilaksanakan di BP Indonesia. Penelitian
ini dilaksanakan pada awal bulan April 2014 sampai dengan awal bulan Juli
2014,
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Pengolahan data
3
Analisis dan
pembahasan
4 Penyusunan skripsi
4.2 Alat dan Bahan
Perangkat Lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rokdoc,
Hampson Russel 9, dan ARK CLS. Sedangkan data yang menunjang dalam
pelaksanaan Penelitian ini , antara lain sebagai berikut :
1. Data sumur
42
Data sumur yang digunakan pada penelitian ini adalah sumur SDT-2, yang
memiliki kelengkapan data log sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data log yang terdapat pada sumur SDT-2
No Sumur/Log SDT-2
1 Checkshot √
2 Caliper √
3 Densitas √
4 Gamma ray √
5 NPHI √
6 Vp √
7 Vs √
8 AI √
9 SP √
10 Porositas √
11 Resistivitas √
2. Data checkshot
Data ini digunakan untuk melakukan pengikatan antara data sumur dengan
data seismik (Well Seismik Tie) dan mengoreksi log sonic-P.
43
3. Data marker
Data marker digunakan sebagai acuan melakukan picking horizon dan
pengikatan data sumur dan seismik. Data marker yang digunakan yaitu
Top A, Top A-1, dan Base B.
4. Data Horizon
Data horizon digunakan sebagai acuan untuk batas atas dan batas bawah
dari reservoar tersebut.
5. Data core
Data core digunakan untuk menunjukkan dimana posisi channel sand
berdasarkan rock properties nya.
6. Data basemap
Gambar 4.1 Basemap penelitian
7. Data seismik 2D (free noise)
Data seismik 2D ini digunakan dalam proses pembuatan geometri bodi
model, yang nantinya akan menjadi acuan pembuatan model sintetik.
44
8. Data pre-stack seismik dalam bentuk angle gather
Data ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 – Gambar 4.4 yang akan
digunakan untuk analisis AVO dan menentukan kelas anomali AVO nya.
Ada dua jenis pre-stack seismik yang digunakan yaitu pre-stack seismik
sebelum diberikan qf120 dan yang telah diberikan qf120.
Gam
bar
4.2
D
ata
seis
mik
2D
To
p A
To
p A
-1
To
p A
-2
Bas
e-B
SD
T-2
47
4.3 Tahapan Penelitian
4.3.1 Pengolahan Data Tahap 1
Tahapan pengolahan data sumur ini meliputi memasukkan data
log, penurunan data log dari dari data log yang sudah tersedia. Data sumur
yang digunakan, yaitu SDT-2.
1. Memasukkan data log
Memeriksa kelengkapan data sumur yang telah di-input seperti nilai
koordinat, elevasi Kelly Bushing (KB) dan harga nilai-nilai data log
pada sumur SDT-2 (Gambar 4.5), serta mengetahui lokasi sumur pada
basemap(Gambar 4.1).
2. Membuat bodies model
Membuat event-event sesuai dengan data seismik,dan menggambarkan
keberadaan channel dan lobes sand yang didapat dari data core, seperti
yang terlihat pada Gambar 4.6.
3. Memasukkan nilai rock properties berdasarkan data sumur
Nilai rock properties seperti vp, vs, densitas, porositas, dan juga nilai
gamma ray (bukan termasuk rock properties) dimasukkan pada setiap
bodies yang dibuat. Nilai rock properties itu dibuat berdasarkan data
sumur, sehingga didapat bodies seperti pada Gambar 4.7 - Gambar
4.10.
48
Gambar 4.5 Data log pada sumur SDT-2
Gambar 4.6 Bodi model
TOP A-1
TOP A-2
Base B
TOP A-3
Top A
Top A-1
Top A-2
Base B
SDT-2 E W
49
Gambar 4.7 Model Vp
Gambar 4.8 Model Vs
Top A
Top A-1
Top A-2
Base B
Top A-2
Base B
Top A-1
Top A
SDT-2 E W
SDT-2 E W
50
Gambar 4.9 Model Densitas
Gambar 4.10 Model Porositas
Top A-2
Base B
Top A-2
Base B
Top A
Top A-1
Top A
Top A-1
SDT-2 E W
SDT-2 E W
51
4. Membuat model reflectivity dan model impedance
Dari nilai-nilai rock properties, maka dilakukan perhitungan
menggunakan Aki richard term 2, Untuk mendapatkan model
reflectivity berupa zero offset, sintetik near, sintetik mid, dan sintetik
far. Angle yang digunakan masing-masing untuk near, mid, far secara
berturut-turut adalah 5º,20º,40º. Lalu, Melakukan perhitungan rock
properties melalui software Rokdoc, untuk mendapatkan model
impedance berupa model acoustic impedance (AI), shear impedance
(SI), gradient impedance (GI), poisson’s rasio (PR), dan Extended
elastic impedance (EEI).
4.3.2 Pengolahan Data Tahap 2
Adapun tahapan pengolahan 2 ini meliputi intercept-gradient,
inversi sintetik, dan pengolahan EEI. Sebelumnya, data sintetik yang
diolah pada software Rokdoc, dieksport dalam bentuk SEG-Y agar dapat
dibaca pada software HRS 9.
1. Intercept dan gradient
Setelah mendapatkan penampang intercept dan gradient dari data
sintetik yang telah diolah sebelumnya pada software Rokdoc, yaitu
penampang intercept dan penampang gradient.
2. Coloured inversion pada data sintetik
Dalam penelitian ini, penulis melakukan proses inversi cepat atau
sering dikenal dengan proses coloured inversion. Penulis membuat
operator design pada sofware ARK-CLS untuk dapat dibaca sebagai
52
wavelet dan dilakukan konvolusi dengan seismiknya. Seismik yang
digunakan yaitu intercept dan gradient. Inversi intercept untuk
mendapatkan penampang AI dan inversi gradient untuk mendapatkan
penampang GI. Proses coloured inversion untuk mendapatkan
operator design dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12.
Gambar 4.11 Proses pembuatan operator design untuk coloured
inversion pada intercept
Gambar 4.12 Proses pembuatan operator design untuk coloured
inversion pada gradient
53
Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan trace seismik,
lalu menentukan lebar jendela inversi. Selanjutnya, me-load log AI dari
sumur pemodelan. Berdasarkan spektrum data seismik dan data sumur,
spektrum operator dapat dihitung. Parameter yang digunakan untuk
operator design pada intercept ini, adalah :
a. Smoothing operator : 8 Hz
b. Design operator
1. Low cut : 8 Hz
2. High cut : 20 Hz
3. Low cut : 3 Hz
4. High cut : 33 Hz
Setelah mendapatkan operator yang diinginkan, maka operator
tersebut di konvolusi dengan intercept dan gradient, sehingga akan
mendapatkan penampang AI dan GI.
3. Perhitungan EEI
Setelah didapatkan penampang AI (Acoustic Impedance) dan GI
(Gradient Impedance), maka penulis melakukan perhitungan antara AI
dan GI untuk mendapatkan penampang EEI (Extended elastic
impedance). Persamaan yang digunakan pada tahap ini adalah
AI(cosX) x GI(sinX). Sebelumnya, mendapatkan Nilai χ(Chi) dengan
Full
-60 dB
54
melakukan proses crossplot antara AI dan GI, sehingga didapat berapa
nilai sudutnya.
Kemudian membandingkan antara model AI, GI, dan EEI yang
didapat dari perhitungan rock properties dengan model AI, GI, dan EEI
yang didapat dari proses coloured inversion.
4.3.3 Pengolahan Data Tahap 3
Pada tahap ini, penulis mencoba membandingkan hasil pemodelan
AI, GI dan EEI dari perhitungan rock properties dengan pemodelan AI, GI,
dan EEI yang merupakan hasil inversi dari intercept dan gradient.
4.3.4 Pengolahan Data tahap 4
Pengolahan data tahap 3 ini dilakukan pada data real. Data seismik
real yang digunakan adalah data seismik 3D pre-stack(sebelum diberi
qf120 dan sesudah diberi qf120) , akan tetapi hanya pada satu inline saja.
Proses ini dilakukan di Hampson russel software. Data seismik pre-stack
ini telah berupa angle gather, yang memiliki rentang sudut 0º-40º.
Tahapan penelitian tahap 3 ini terdiri dari Pick AVO analysis, atribut
section, well tie seismic, coloured inversion pada real data, dan EEI.
1. Atribute section
Tahapan ini merupakan ekstraksi seismik untuk membentuk
penampang intercept dan penampang gradient. Penampang-
penampang seismik terebut akan digunakan sebagai data input untuk
melakukan well tie seismic, metode inversi AI, GI dan EEI.
55
2. Well tie seismic
Data sumur yang berada dalam domain kedalaman akan diikat
dengan data seismik dalam domain waktu. Adapun untuk merubah
domain sumur tersebut kedalam domain waktu diperlukan data
checkshot untuk mengkoreksi kedalaman target ke domain waktu.
Sehingga kedalaman daerah target pada data seismik akan sesuai
dengan kedalaman pada data sumur.
Pada well tie seismik, diperlukan wavelet untuk membuat seismik
sintetik dari data log. Wavelet yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wavelet ricker dengan dominan frekuensi 22Hz.
3. Pick AVO Analysis
Setelah data angle gather dikeluarkan pada Hampson russel
software , maka dilakukan picking AVO pada daerah kedalaman target
untuk dianalisis kelas anomali batupasirnya. Sebelumnya telah
didapatkan hasil analisis kelas anomali batupasir pada model sintetik
menggunakan software rokdoc dan hampson russel software. Sehingga
pada tahap ini dilakukan validasi antara model sintetik dan real data.
4. Coloured inversion pada real data
Sama halnya dengan proses coloured inversion pada model
sintetik, Penulis membuat operator design pada sofware ARK-CLS
untuk dapat dibaca sebagai wavelet dan dilakukan konvolusi dengan
seismiknya. Seismik yang digunakan yaitu intercept dan gradient.
Inversi intercept untuk mendapatkan penampang AI dan inversi
gradient untuk mendapatkan penampang GI. Berikut proses pemilihan
56
operator untuk inversi, dapat dilihat pada Gambar 4.13 – Gambar
4.17.
Gambar 4.13 Proses pembuatan operator design untuk coloured
inversion pada intercept (IL1728)
Gambar 4.13 menunjukkan proses coloured inversion pada
intercept dari angle gather yang belum diberikan qf120. Sedangkan
Gambar 4.14 menunjukkan proses coloured inversion pada intercept
dari angle gather yang telah diberikan qf120.
Gambar 4.14 Proses pembuatan operator design untuk coloured
inversion pada intercept (IL1728 dengan qf120)
57
Gambar 4.15 Proses pembuatan operator design untuk coloured
inversion pada gradient (IL1728)
Gambar 4.15 menunjukkan proses coloured inversion pada
gradient dari angle gather yang belum diberikan qf120. Sedangkan
Gambar 4.16 menunjukkan proses coloured inversion pada intercept
dari angle gather yang telah diberikan qf120.
Gambar 4.16 Proses pembuatan operator design untuk coloured
inversion pada gradient (IL1728 dengan qf120)
58
Parameter yang digunakan untuk operator design pada intercept
dan gradient (sebelum diberikan qf120) ini, adalah :
a. Smoothing operator : 8 Hz
b. Design operator
1. Low cut : 10 Hz
2. High cut : 15 Hz
3. Low cut : 3 Hz
4. High cut : 35 Hz
Sedangkan, parameter untuk operator design pada intercept dan
gradient (setelah diberikan qf120) ini, adalah :
a. Smoothing operator : 8 Hz
b. Design operator
1. Low cut : 10 Hz
2. High cut : 25 Hz
3. Low cut : 3 Hz
4. High cut : 50 Hz
Full
-60 dB
Full
-60 dB
59
Setelah mendapatkan operator yang diinginkan, maka operator
tersebut di konvolusi dengan intercept dan gradient, sehingga akan
mendapatkan penampang AI dan GI.
5. Extended elastic impedance
Setelah mendapatkan penampang AI dan GI, penulis melakukan
trace math dengan rumus AI(cosχ) x GI(sinχ), untuk mendapatkan
penampang EEI.
4.3.5 Pengolahan Data Tahap 5
Pada tahap ini, penulis mencoba membandingkan hasil pemodelan
AI, GI dan EEI dari real data Pre-stack seismic sebelum dan sesudah
qf120.
60
4.4 Diagram Alir
Gambar 4.17 Diagram alir penelitian
Well Tie Seismik :
Ekstraksi Wavelet
Koreksi Checkshot
Seismogram Sintetik
Picking Horison
Apply to seismic volume
Yes
No
Good respon?
Selesai
Coloured Inversion
AI dan GI
EEI
Building bodies
Angle gather
(Angle Gather
Input Rock Properties Intercept dan Gradient
Data sumur dan Checkshot Data seismik 2D
Mulai
AVO Analysis
Create Synthetic:
Model Reflectivity
(Intercept dan
gradient)
Coloured Inversion
EEI
Export Intercept
dan Gradient ke
HRS 9
Create Synthetic:
Model impedance
(AI dan GI) AI dan GI
Bandingkan
Analisis
Stop
1
2
3
4