BAB IV DATA PENELITIANrepository.unika.ac.id/17430/5/14.A2.0010 ANTONIUS... · tampilan sera yang...

28
79 BAB IV DATA PENELITIAN 4.1 DATA UMUM PENELITIAN Penelitian terkait dengan konservasi furnitur berlanggam Gothic difokuskan untuk mendapatkan data terkait dengan aktivitas perawatan yang telah dilakukan oleh petugas. Aktifitas terkait dengan kegiatan perawatan menjadi menarik untuk diteliti karena keberadaan furnitur asli yang sebagian besar telah berumur lebih dari 100 tahun hingga saat ini kondisinya masih tetap terjaga keutuhannya. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan furnitur mengalami perubahan kondisi yang disebabkan karena furnitur digunakan untuk mendukung kegiatan peribadatan di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang. Lokasi penelitian merupakan tempat ibadah umat Katolik berupa bangunan gereja dengan nama Gereja Katolik Santo Yusuf di Jl. Ronggowarsito Semarang. Bangunan gereja ini masih berada di Kawasan Kota Lama Semarang (Semarang Old City) dan masih memiliki nilai sejarah yang tinggi. Gambaran lebih jelas tentang lokasi Gereja Katolik Santo Yusuf dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Gambar 4.1 Denah Gereja Santo Yusuf Ronggowarsito, Semarang. Sumber: www.wikimapia.org

Transcript of BAB IV DATA PENELITIANrepository.unika.ac.id/17430/5/14.A2.0010 ANTONIUS... · tampilan sera yang...

79

BAB IV

DATA PENELITIAN

4.1 DATA UMUM PENELITIAN

Penelitian terkait dengan konservasi furnitur berlanggam Gothic

difokuskan untuk mendapatkan data terkait dengan aktivitas perawatan yang telah

dilakukan oleh petugas. Aktifitas terkait dengan kegiatan perawatan menjadi

menarik untuk diteliti karena keberadaan furnitur asli yang sebagian besar telah

berumur lebih dari 100 tahun hingga saat ini kondisinya masih tetap terjaga

keutuhannya. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan furnitur mengalami

perubahan kondisi yang disebabkan karena furnitur digunakan untuk mendukung

kegiatan peribadatan di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Lokasi penelitian merupakan tempat ibadah umat Katolik berupa bangunan

gereja dengan nama Gereja Katolik Santo Yusuf di Jl. Ronggowarsito Semarang.

Bangunan gereja ini masih berada di Kawasan Kota Lama Semarang (Semarang

Old City) dan masih memiliki nilai sejarah yang tinggi. Gambaran lebih jelas

tentang lokasi Gereja Katolik Santo Yusuf dapat dilihat dalam gambar di bawah

ini.

Gambar 4.1 Denah Gereja Santo Yusuf Ronggowarsito, Semarang.

Sumber: www.wikimapia.org

80

Gambar 4.2 Denah Gereja Santo Yusuf Ronggowarsito, Semarang.

Sumber: www.wikimapia.org

Gambar 4.3 Denah Gereja Katolik Santo Yusuf Ronggowarsito, Semarang.

Sumber: www.wikimapia.org

81

Gambar 4.4 Tampak Muka Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/File:Exterior,_Gedangan_Church,_2014-06-18.jpg

Gambar 4.5 Tampak Samping Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

82

Gambar 4.6 Tampak Samping Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.7 Tampak Samping Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

83

Gambar 4.8 Interior Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 28 Juni 2016

Gambar 4.9 Tabernakel Altar Mimbar Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 28 Juni 2016

Sebagian besar Gereja Katolik di Indonesia memiliki karyawan yang

bertugas untuk merawat fasilitas dan mempersiapkan kelengkapan untuk kegiatan

peribadatan. Karyawan tersebut sering disebut dengan istilah Koster

atau Sacristan. Peneliti memilih Koster atau Sacristan sebagai informan yang

akan memberikan informasi terkait dengan kegiatan perawatan yang telah

dilakukan terhadap furnitur. Pada umumnya proses penerimaan karyawan sebagai

Koster atau Sacristan tidak membutuhkan persyaratan khusus tentang kemampuan

teknis perawatan maupun pemahaman terkait dengan kegiatan konservasi.

Pengalaman sehari-hari seorang Koster atau Sacristan yang membentuk

pengetahuan dan pemahaman terkait dengan perawatan khususnya dalam bidang

perawatan furnitur.

84

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Koster atau Sacristan

diperoleh informasi dan data perawatan furnitur sebagai berikut

Tabel 4.1. Data frekuensi perawatan furnitur.

Sumber: Data Wawancara dengan Koster

Tabel 4.2. Data faktivitas perawatan furnitur.

Sumber: Data Wawancara dengan Koster

85

Tabel 4.3 Data jumlah dan jenis kerusakan furnitur.

Sumber: Data Observasi Peneliti

Aktivitas peribadatan/Misa yang rutin harian dan mingguan yang

dilakukan di Gereja santo Yusuf Semarang dengan jadwal sebagai berikut:

a. Misa Pagi Harian Senin pada pukul 05.30 WIB.

b. Misa Pagi Harian Selasa pada pukul 05.30 WIB.

c. Misa Pagi Harian Rabu pada pukul 05.30 WIB.

d. Misa Pagi Harian Kamis pada pukul 05.30 WIB.

e. Misa Pagi Harian Jumat pada pukul 05.30 WIB.

f. Misa Pagi Harian Sabtu pada pukul 05.30 WIB.

g. Misa PD Karismatik setiap hari Senin pada pukul 17.00 WIB.

h. Misa Sabtu Sore pada pukul 17.00 WIB.

i. Misa Minggu Pagi 1 pada pukul 05.30 WIB.

j. Misa Minggu Pagi 2 pada pukul 07.00 WIB.

k. Misa Minggu Pagi 3 pada pukul 08.30 WIB.

l. Misa Minggu Sore 1 pada pukul 16.30 WIB.

m. Misa Minggu Sore 2 pada pukul 18.00 WIB.

Berdasarkan data jadwal kegiatan Misa di atas dalam satu minggu terdapat 13 kali

Misa, bila dalam setahun ada 52 minggu maka kegiatan misa harian dan

mingguan dalam satu tahun sebanyak 676 kali.

86

Aktivitas peribadatan/Misa yang rutin bulanan yang dilakukan di Gereja

santo Yusuf Semarang dengan jadwal sebagai berikut:

a. Misa Jumat Pertama Pagi pada pukul 05.30 WIB.

b. Misa Jumat Pertama Sore pada pukul 17.00 WIB.

c. Novena Jumat Pertama Sore pada pukul 17.30 WIB.

Berdasarkan data jadwal kegiatan Misa di atas dalam satu minggu terdapat 3 kali

Misa, bila dalam setahun ada 12 bulan maka kegiatan misa bulanan dalam satu

tahun sebanyak 36 kali.

Selain jadwal Misa harian dan mingguan, terdapat beberapa kegiatan

tahunan yang diselenggarakan di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang yaitu:

a. Misa Rabu Abu

b. Misa Kamis Putih

c. Misa Jumat Agung

d. Misa Sabtu Paskah

e. Misa Minggu Paskah

f. Misa Pentakosta

g. Misa Malam Natal Natal

h. Misa Natal Minggu

i. Misa Tahun Baru Masehi

j. Misa Tahun Baru China/Imlek

Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang juga digunakan untuk kegiatan tematik

lainnya seperti Misa Pemberkatan Perkawinan.

Berdasarkan wawancara dengan Koster, Pastor atau Romo memiliki peran

yang sangat kuat dalam memutuskan kebijakan di lingkup Gereja Santo Yusuf

Gedangan. Beberapa keputusan Pastor atau Romo yang disampaikan oleh Koster

antara lain:

a. Pembongkaran Mimbar pada tahun 1972.

b. Pembangunan Aula Bintang Laut pada tahun 1986 oleh Romo Anton

Mulder, SJ.

87

c. Pemugaran Total Gereja Santo Yusuf Semarang pada tahun 1991 sampai

dengan 1992 oleh Romo Anton Mulder, SJ.

d. Penggantian Kosen Kayu pada tahun 2002 oleh Romo Anton Mulder, SJ.

e. Perbaikan Gereja Santo Yusuf Semarang, Bangunan Pasturan dan Pustaka

Ronggo pada tahun 2017 oleh Romo Maryono, SJ.

4.2 DATA BAHAN BAKU KAYU

Berdasarkan pengamatan visual yang dilakukan peneliti dan informasi

yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan Pastor Leonardo Smith, SJ

diperoleh informasi bahwa bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan

furnitur adalah Kayu Oak dan Kayu Jati.

Kayu Oak merupakan kayu yang bukan berasal dari Indonesia, namun

kayu-kayu tersebut dibawa oleh kapal-kapal milik Belanda ke Indonesia. Kapal

Belanda membawa barang dagangan dari Indonesia berupa rempah-rempah,

sedangkan pada saat kembali ke Indonesia kapal tersebut membawa muatan agar

perjalanan kapal menjadi stabil. Barang-barang yang dibawa ke Indonesia antara

lain bahan makanan yang berasal dari Belanda dan bahan bangunan. Bahan

bangunan yang dibawa antara lain batu bata, ubin, kayu. Jenis kayu yang dibawa

adalah Oak yang pertumbuhannya berada di Eropa dan Amerika.

Kayu Jati merupakan kayu yang banyak tumbuh di Indonesia,

pertumbuhannya tersebar di hampir seluruh daerah di pulau Jawa, Selawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Lampung. Kayu

Jati banyak dipilih sebagai bahan utama pembuatan furnitur karena memilikan

tampilan sera yang bagus dan memiliki tingkat keawetan yang baik.

Berdasarkan data observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti

diperoleh gambaran visual jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku

pembuat furnitur di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang dalam beberapa

Gambar 4.10 sampai 4.13.

88

Gambar 4.10 Tampilan permukaan Kayu Oak.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.11 Tampilan permukaan Kayu Oak.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

89

Gambar 4.12 Tampilan permukaan Kayu Jati.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.13 Tampilan permukaan Kayu Jati.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

90

4.3 DATA FURNITUR

Objek penelitian yang akan diteliti adalah furnitur yang sampai sekarang

masih digunakan di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang. Furnitur yang

dijadikan sebagai objek penelitian adalah Tabernakel, Altar, Mimbar, Kursi

Sedilia dan Bangku Umat.

Pembahasan meliputi bahan yang digunakan, konstruksi, jenis finishing

yang dipakai. Selain itu penulis mencoba menggali terkait perlakuan manusia

terhadap furnitur tersebut. Penjelasan lebih lengkap terkait dengan furnitur yang

dijadikan sebagai objek penelitan dipaparkan dalam penjelasan berikut ini.

4.3.1 TABERNAKEL

Definisi Tabernakel secara umum merupakan sebuah lemari atau kotak

penyimpanan, khusus untuk menyimpan Sakramen yang telah disucikan: tubuh,

darah, jiwa dan keilahian Yesus Kristus, dalam bentuk roti dan anggur, yang

digunakan dalam ritus komuni suci.

Dimana perabot pada era Gothic, sebagian besar dari perabotannya berisi

lukisan yang menggambarkan subjek agama, yang biasanya ditempatkan dibagian

kedua sisi altar, serta pada mimbar pada sisi perabot lainnya. Selain itu bentukan

pointed arch (lengkungan menyudut) juga menjadi ornamen yang dipakai pada

furnitur.

91

Gambar 4.14 Tabernakel di Gereja Santo Yusuf Ronggowarsito, Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 30 Mei 2017

Gambar 4.15 Tabernakel di Gereja Santo Yusuf Ronggowarsito, Semarang.

Sumber: Buku Peringatan 125 tahun Gereja Gedangan

Tabernakel tersebut terlihat masih kuat dan bagus bila diamati dari kondisi bahan

baku, konstruksi dan finishing furnitur.

92

4.3.2 ALTAR

Altar asli dengan menggunakan langgan Gothic yang ada di gereja

Gedangan dipasang pada tahun 1880 dan altar tersebut dibuat di kota Duesseldorf,

Jerman. Altar yang asli saat ini tidak digunakan lagi sebagai altar untuk perayaan

Ekaristi, namun digunakan sebagai Altar Sakramen Mahakudus. Penempatan

Altar Asli berada di belakang Altar yang saat ini digunakan. Meskipun umur

Altar hingga tahun 2017 sudah mencapai lebih dari 136 tahun, kondisi altar masih

bagus.

Dalam tahap perkembangan Gereja Gedangan, panitia membuat Altar

Baru yang masih dipakai hingga saat ini. Bentuk dan langgam yang digunakan

pada altar baru lebih menggunakan langgam modern dan sederhana. Bahan utama

altar baru menggunakan kayu jati lokal yang ada di sekitar Jawa Tengah.

Guna mendapatkan gambaran lebih jelas terkait dengan Altar yang terdapat di

Gereja Gedangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.16 Altar Asli di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 21 Agustus 2016

93

Gambar 4.17 Altar Baru di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 21 Agustus 2016

Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang memiliki 2 buah Altar yang kondisi

fisiknya masih terlihat baik. Altar tersebut terlihat masih kuat dan bagus bila

diamati dari kondisi bahan baku, konstruksi dan finishing furnitur.

4.3.3 MIMBAR

Mimbar yang terdapat di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang terletak

pada area altar. Mimbar terbuat dari bahan solidwood atau kayu masif jenis Jati.

Terdapat 2 buah Mimbar yang terletak di bagian depan Altar pada sisi kanan dan

kiri, keduanya terlihat masih dalam kondisi baik.

94

Gambar 4.18 Mimbar di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

4.3.4 KURSI SEDILIA

Kursi Sedilia yang digunakan di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang

terletak di dekat Tabernakel. Kursi Sedilia terbuat dari bahan solidwood atau kayu

masif jenis Jati.

Gambar 4.19 Kursi Sedilia di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

95

Tampilan visual Kursi Sedilia ketika peneliti melakukan observasi dalam kondisi

baik dimana tidak terdapat kerusakan pada bahan dan konstruksi. Pada umumnya

kursi yang memiliki dudukan dengan anyaman rotan mempunyai kelemahan pada

bagian anyaman rotan. Permukan finishing Kursi Sedilia mengalami perubahan

tampilan menjadi agak kusam karena pengaruh pemakaian dan waktu.

4.3.5 BANGKU UMAT

Bangku Umat yang digunakan berbentuk bangku memanjang dengan

kapasitas 6 sampai 8 orang. Bangku Umat terbuat dari bahan solidwood atau kayu

masif jenis Jati dan Oak. Bangku Umat yang terdapat di Gereja Katolik Santo

Yusuf Semarang dengan mengadopsi langgam Gothic dimana terdapat ornamen

dari bentukan alam, yaitu : tumbuhan, bentukan daun yang digunakan, yaitu

seperti bentuk daun berdaun tiga dan bergabung dengan corckets

(memproyeksikan hiasan berbentuk daun) untuk membentuk gaya baru.

Gambar 4.20 Penyusunan Bangku Umat di Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: http://elsaonline.com/wp-content/uploads/2014/04/Sejarah-Gereja-Gedangan-

6.jpg

96

Gambar 4.21 Penyusunan Bangku Umat di Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 21 Agustus 2016

Gambar 4.22 Penyusunan Bangku Umat di Gereja Katolik Santo Yusuf.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 21 Agustus 2016

Bangku umat yang terdapat di Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang

terdiri dari beberapa desain dan ukuran. Ornamen ukiran yang terdapat pada

bangku umat terdiri dari beberapa jenis. Tampilan desain bangku gereja dan

ornamen ukiran dapat dilihat dalam beberapa gambar dokumentasi yang dibuat

oleh peneliti.

97

Gambar 4.23 Tampak Samping Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.24 Tampak Samping Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

98

Gambar 4.25 Tampak Samping Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.26 Tampak Samping Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

99

Gambar 4.27 Ornamen ukiran pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.28 Ornamen ukiran pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

100

Gambar 4.29 Ornamen ukiran pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.30 Ornamen ukiran pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

101

Beberapa Bangku Umat mengalami kerusakan ringan hingga sedang,

kerusakan paling banyak dijumpai pada permukaan finishing. Kerusakan lain

yang ditemukan adalah patahan atau terlepasnya sebagian komponen ukiran.

Gambaran lebih detail terkait dengan kerusakan yang terdapat pada bangku umat

dapat dilihat dari beberapa dokumentasi gambar berikut.

Gambar 4.31 Kerusakan permukaan finishing pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Gambar 4.32 Kerusakan permukaan finishing pada tonggak kaki Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

102

Gambar 4.33 Kerusakan permukaan finishing pada bagian dudukan Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Gambar 4.34 Kerusakan permukaan finishing pada bagian dudukan Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

103

Gambar 4.35 Kerusakan permukaan finishing pada bagian dudukan Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.36 Kerusakan permukaan finishing pada bagian ambang atas Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

104

Gambar 4.37 Kerusakan permukaan finishing pada bagian ambang atas Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 10 Juli 2017

Gambar 4.38 Kerusakan permukaan finishing pada bagian ambang atas Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

105

Gambar 4.39 Kerusakan permukaan finishing pada bagian ambang bawah Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

Gambar 4.40 Kerusakan permukaan finishing pada bagian ambang bawah Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017

106

Gambar 4.41 Kerusakan permukaan finishing pada bagian ambang bawah Bangku Umat.

Sumber: Dokumentasi Peneliti 22 Maret 2017