BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Eksplorasi …digilib.uinsby.ac.id/886/7/Bab...

33
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Eksplorasi Konstruk Sebagaimana telah disinggung pada bab I pembahasan metodologi, bahwa analisis yang digunkan pada penelitian ini adalah dengan analisis faktor konfirmatori (Confirmatory factor Analysis/CFA). Hal ini tentu berbeda dengan analisis faktor eksploratori (Exploratory Factor Analysis/EFA) yang digunakan ketika seseorang ingin menentukan ada berapa faktor yang ingin diukur (ekstraksi) dan menentukan item mana yang mengukur faktor yang mana (rotasi). Sedangkan pada CFA, peneliti yang menentukan ada berapa faktor dan menentukan item mana yang dirancang untuk mengukur faktor yang mana. Oleh karena itu pada CFA kegiatannya adalah menguji hipotesis sesuai dengan penentapan banyaknya faktor maupun struktur faktor tersebut. Artinya disini pada eksplorasi kontruk, peneliti telah menentukan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa dengan tetap berpedoman pada teori-teori pada bab 2 yang kemudian akan dilakukan uji hipotesis pada faktor-faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang ditentukan peneliti pada tahap eksplorasi konstruk adalah: a. Faktor parameter lingkungan masyarakat tempat tinggal b. Faktor parameter kegiatan keagamaan mahasiswa c. Faktor parameter pengaruh media massa (elektronik dan cetak) d. Faktor parameter tingkat pengetahuan agama mahasiswa 4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa diatas kemudian dalam penelitian ini bertindak sebagai laten. Faktor disebut juga variabel laten,

Transcript of BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Eksplorasi …digilib.uinsby.ac.id/886/7/Bab...

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Eksplorasi Konstruk

Sebagaimana telah disinggung pada bab I pembahasan metodologi, bahwa

analisis yang digunkan pada penelitian ini adalah dengan analisis faktor

konfirmatori (Confirmatory factor Analysis/CFA). Hal ini tentu berbeda dengan

analisis faktor eksploratori (Exploratory Factor Analysis/EFA) yang digunakan

ketika seseorang ingin menentukan ada berapa faktor yang ingin diukur (ekstraksi)

dan menentukan item mana yang mengukur faktor yang mana (rotasi). Sedangkan

pada CFA, peneliti yang menentukan ada berapa faktor dan menentukan item mana

yang dirancang untuk mengukur faktor yang mana. Oleh karena itu pada CFA

kegiatannya adalah menguji hipotesis sesuai dengan penentapan banyaknya faktor

maupun struktur faktor tersebut. Artinya disini pada eksplorasi kontruk, peneliti

telah menentukan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa

dengan tetap berpedoman pada teori-teori pada bab 2 yang kemudian akan

dilakukan uji hipotesis pada faktor-faktor tersebut.

Adapun faktor-faktor yang ditentukan peneliti pada tahap eksplorasi konstruk

adalah:

a. Faktor parameter lingkungan masyarakat tempat tinggal

b. Faktor parameter kegiatan keagamaan mahasiswa

c. Faktor parameter pengaruh media massa (elektronik dan cetak)

d. Faktor parameter tingkat pengetahuan agama mahasiswa

4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa diatas kemudian

dalam penelitian ini bertindak sebagai laten. Faktor disebut juga variabel laten,

yakni konstruk yang diciptakan untuk membantu menerangkan perilaku yang

teramati.1 Variabel laten ini mungkin bersifat abstrak, maka penjabarannya perlu

sebuah konstruksi indikator. Namun, sebelum lebih jauh kita membahas konstruksi

indikator yang pembahasannya sudah disajikan pada tahapan konstruksi instrumen,

maka berikut akan disajikan sebuah hasil eksplorasi konstruk 4 dimensi pembentuk

perilaku keberagamaan mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas

software Lisrel versi 8.80 sebagai berikut:

Gambar 2 merupakan eksplorasi konstruk yang diperoleh dengan

memanfaatkan software Lisrel. Adapun gambar 2 memberikan informasi bahwa 4

laten pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa yang secara otomatis oleh

software Lisrel disimbolkan dengan lingkaran berwarna hijau yang kemudian

disebut laten. Arah panah antar laten dengan angka ditengah merupakan bentuk

korelasi yang dimunculkan. Korelasi yang dimaksud bisa berupa nilai t, koefisien,

ataupun standard eror dari laten, tergantung fasilitas apa yang kita gunakan pada

software Lisrel dan dengan tujuan apa.

Selanjutnya, mengingat 4 dimensi ini merupakan dasar bagi tahapan

konstruksi instrumen dan identifikasi instrumen, maka secara langsung oleh

1 F. Kerlinger, The Structure and Content of Social Atitude Referents; A Preliminary Study, (1972),613.

peneliti pada gambar 2 dimunculkan nilai t untuk melihat kelayakannya sebagai

dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya.

Pada Gambar 2 adalah hasil konstruksi yang dilakukan secara kuantitatif

dengan menggunakan program Lisrel versi 8.80. Pada gambar tersebut t-value

tidak ada yang menunjukkan angka merah. Ini mengindikasikan t-value > 1.96

pada korelasi masing-masing laten, dimensi atau parameter yang telah ditentukan

peneliti sebagai penyusun perilaku keberagamaan mahasiswa. Artinya, parameter

yang telah disusun oleh peneliti sebagai pembangun perilaku keberagamaan

mahasiswa sudah menunjukkan signifikansi dan bisa dipergunakan sebagai alat

ukur. Untuk selanjutnya bisa dilakukan tahapan konstruksi instrumen dan

identifikasi instrumen mengingat kelayakannya sebagai alat ukur (t>1.96).

2. Konstruksi Instrumen

Konstruksi instrumen yang dilakukan adalah tetap mengacu pada empat

dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa (parameter lingkungan

masyarakat, parameter kegiatan mahasiswa, parameter pengaruh media massa,

parameter tingkat pengetahuan agama mahasiswa). Secara umum, alur konstruksi

yang dibangun melalui teori-teori dengan mengacu pada 4 dimensi adalah sebagai

berikut.

Gambar 3 diatas memberikan informasi terkait alur konstruksi instrumen

secara kualitatif. Adapun hasil yang telah diperoleh pada konstruksi instrumen

secara kualitatif adalah sebagai berikut:

Tabel 4 diatas merupakan hasil konstruksi isi. Dari hasil konstruksi yang

terlihat pada tabel 4 diatas kemudian dilakukan validasi isi dengan cara meminta

pertimbangan 2 orang ahli (expert judgment), yakni: Dr. Kusaeri, M.Pd dan Dr.

Suparto, M.Pd.

Setelah melakukan validasi isi, kemudian instrumen diujicobakan kepada 600

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Data yang diperoleh dari 600 mahasiswa

selanjutnya diolah secara komputerisasi dengan memasukkannya kedalam exel

untuk di input kedalam software Lisrel versi 8.80 guna kepentingan konstruksi

secara kuantitatif. Adapun hasil konstruksi secara kuantitatif adalah sebagai

berikut:

Gambar 4 Hasil konstruksi instrumen secara kuantitatif

Gambar 4 diatas merupakan hasil konstruksi secara kuantitatif dengan

memanfaatkan software Lisrel versi 8.80. keterangan yang dapat diperoleh dari

gambar 4 diatas adalah:

a. 4 lingkaran berwarna hijau merupakan dimensi pembentuk perilaku

keberagamaan Islam mahasiswa, yang dalam dunia statistik disebut dengan

laten.

b. 27 kotak berwarna abu-abu merupakan aitem-aitem/indikator pembentuk 4

dimensi, yang dalam hal ini kemudian disebut sebagai variabel teramati.

c. Arah panah dari laten menuju variabel teramati merupakan bentuk pengaruh

yang diberikan. Adapun pengaruh yang diberikan bisa menunjukkan tingkat

signifikansi dilihat dari derajat nilai t (t>1.96), bisa menunjukkan tingkat

reliabelitas isi dilihat dari nilai standard koefisien (>0.4), atau menunjukkan

tingkat standard error (>0.6), tergantung fasilitas apa yang dimanfaatkan pada

software Lisrel (estimate, standardized solution, t-value atau modification

indices).

d. Panah kecil yang dimunculkan oleh variabel teramati disebut muatan faktor.

Muatan faktor bisa berupa positif atau negatif.

3. Identifikasi Karakteristik Instrumen

Identifikasi yang dilakukan adalah melihat p-value dengan memanfaatkan

fasilitas t-value yang terdapat pada software Lisrel. Identifikasi ini berguna untuk

mengetahui apakah instrumen sudah benar-benar fit atau belum. Apabila p-value <

0.05, maka data dinyatakan fit. Namun apabila p-value=0.0000, maka instrumen

belum dinyatakan fit. Artinya variabel yang ada mengukur lebih dari satu variabel

dan bersifat multi-dimensional. Berikut gambar yang diperoleh dengan

memanfaatkan fasilitas t-value untuk mengidintifikasi p-value.

Dari gambar 5 diperoleh informasi bahwa pada skala perilaku keberagamaan

mahasiswa terdapat 4 laten (lingkungan masyarakat, kegiatan keagamaan

mahasiswa, parameter efek media, pengetahuan agama mahasiswa) memiliki 27

variabel teramati. Peneliti telah melakukan uji validitas terhadap 4 laten yang ada

dengan menguji apakah 27 variabel teramati yang ada bersifat multi-dimensional,

artinya mengukur lebih dari satu laten/parameter. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan mengukur yang modelnya lebih dari satu faktor diperoleh model

tidak fit dengan Chi square = 3280.83, df= 318, P- value= 0.00000, RMSEA= 0.125

seperti gambar 3 diatas. Apabila diidentifikasi, melihat P-value < 0.05 ini

Gambar 5 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat P-value

mengindikasikan bahwa model tidak fit, 27 variabel teramati yang ada bersifat

multi-dimensional, artinya mengukur lebih dari satu model.

Kemudian peneliti melihat apakah variabel tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah 27 variabel

teramati tersebut perlu didrop, dieliminir atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari variabel teramati. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor pada 27

variabel teramati. Berikut akan kami sajikan dua gambar untuk melihat standar

koefisien dengan memanfaatkan estimate dan melihat nilai t dengan memanfaatkan

t-value yang kedua fasilitas ini terdapat pada software Lisrel versi 8.80.

Gambar 6 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat koefisien

Gambar 7 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat nilai t

Gambar 6 diperoleh dengan memanfaatkan fasilitas estimate dan gambar 7

diperoleh dengan memanfaatkan fasilitas t-value. Gambar 6 dimunculkan untuk

mendapatkan informasi tentang nilai koefisien dan standard eror. Adapaun nilai

koefisien bisa dilihat pada angka yang berada pada tengah panah dari laten menuju

variabel teramati pada gambar 6. Sedangkan, standar eror bisa dilihat pada angka

yang berada pada panah kecil dimasing-masing variabel teramati pada gambar 6.

Gambar 7 dimunculkan untuk melihat nilai t yang ditunjukkan pada angka yang

terdapat pada tengah panah antara laten dengan variabel teramati pada gambar 7.

Nilai koefisien dan nilai t berguna untuk mengidentifikasi apakah 4 dimensi dengan

27 item signifikan dan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Agar proses

identifikasi ini lebih jelas, dari gambar 6 dan 7 akan kami paparkan dalam bentuk

satu tabel sebagaimana berikut:

Dari tabel 5 diperoleh informasi bahwa seluruh variabel teramati signifikan,

kecuali pada variabel teramati no 7. Nilai koefisien sangat rendah (<0.4), sedangkan

standart erornya sangat tinggi (> 0.6) dan nilai t-value < 1.96. Maka nomer item 7

Laten parameter kegiatan keagamaan mahasiswa yang memiliki variabel teramati

ikut-ikutan teman sebaiknya didrop atau dieliminir.

Dari nilai koefisien tidak terdapat variabel teramati yang muatan faktornya

negatif. Artinya, semakin tinggi nilai koefisien, maka semakin tinggi pula nilai

faktor yang di ukur. Akan tetapi terdapat beberapa muatan faktor yang dianggap

sebagai item yang nilai koefisiennya rendah (<0.4) terlepas dari signifikan atau

tidaknya. Yaitu item no 3,7,8,26,27. Artinya item-item tersebut memiliki varian eror

yang cukup besar. Sudah bisa dipastikan apabila nilai koefisiennya rendah sudah

pasti standart erornya akan tinggi (> 0.6).

Pada model pengukuran ini akan dilakukan modifikasi dengan memanfaatkan

fasilitas modification indices yang tersedia pada program Lisrel versi 8.80.

modifikasi ini bagi analisis yang menggunakan first oreder atau pengukuran dengan

satu model berguna untuk mencari dan mendapatkan solusi model yang fit. Adapun

bagi analisis yang menggunakan second order atau pengukuran dengan model lebih

dari satu berguna untuk mengetahui korelasi antar kesalahan, mengetahui apakah

variabel teramati hanya mengukur satu laten, dua laten atau justru perlu didrop atau

dieliminir, karena variabel teramati tidak mengukur laten yang ada. Berikut gambar

hasil analisis model multi-dimensional dengan menggunakan fasilitas modification

indices pada Lisrel versi 8.80.

Gambar 8 Analisi Faktor Konfirmatorik yang dimodifikasi

Pada gambar 8 memberikan informasi bahwa P-value=00000, dan pada model

pengukuran ini juga terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi.

Artinya dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut bersifat multi-dimensional atau

tidak hanya mengukur satu faktor saja.

Sebelas dari 27 item perilaku keberagamaan mahasiswa memiliki banyak

korelasi antar kesalahan pengukuran dan juga tidak mengukur variabel laten yang

ada, yaitu variabel teramati nomor 1,5,7,9,10,18, 20,21,22,24,26 sehingga perlu

didrop dan dinyatakan tidak valid dari 27 item yang terdapat pada perilaku

keberagamaan mahasiswa. Item yang paling baik sesuai dengan urutannya adalah

item nomor 2,3,4,6,8,11,12,13,14,15,16,17,19,23,25,27.

Hasil modifikasi dengan menggunakan fasilitas modification indices yang ada

pada program Lisrel versi 8.80 telah mendapatkan 16 variabel teramati yang valid

dan bisa dijadikan alat ukur perilaku keberagamaan mahasiswa. Disamping itu pada

gambar 8, dengan melihat arah panah yang tertuju pada variabel teramati, kita juga

bisa melihat bahwa variabel teramati ternyata tidak hanya mengukur satu laten saja,

tetapi juga mengukur lebih dari satu laten. Sebagai contoh variabel teramati nomor 2

yang menunjukkan ada dua anak panah dari dua variabel laten berbeda yang tertuju

pada variabel teramati tersebut, yakni valiabel laten kegiatan dan variabel laten

media. Artinya variabel teramati nomor 2 disamping mengukur variabel laten

kegiatan keagamaan mahasiswa juga mengukur parameter efek media bagi

mahasiswa.

B. Pembahasan

1. Eksplorasi Konstruk

Perilaku keberagamaan menjadi variabel2 utama dalam eksplorasi konstruk.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah menggali teori-teori tentang perilaku

keberagamaan. Teori-teori yang dibangun inilah kemudian menjadi pondasi dalam

menentukan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa, disamping

analisis yang digunakan adalah CFA yang kegiatannya menguji hipotetis sesuai

dengan penentapan banyaknya faktor maupun struktur faktor pembentuk variabel

utama tersebut.

Berpedoman pada analisis CFA, maka dari variabel utama kemudian

ditetapkan faktor-faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa, yakni:

lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal mahasiswa, kegiatan keagamaan

mahasiswa, efek media massa, efek pengetahuan agama mahasiswa. Keempat faktor

2 Variabel adalah gejala yang dipersoalkan. Lihat Purwanto, instrumen penelitian sosial dan pendidikan, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2012), 45.

pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa ini kemudian menjadi laten3 dari

variabel utama.

Penetapan 4 laten/dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa

merupakan hasil eksplorasi dari teori maupun pendapat ahli tentang kajian perilaku

pada bab 2. Teori-teori tersebut antar lain: 1) Teori kaum behaviorisme yang

menganggap bahwa perilaku merupakan hasil bentukan dari lingkungan sekitarnya.

Teori kaum behaviorisme ini menjadikan dasar bagi peneliti dalam menetapkan

faktor lingkungan sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal mahasiswa sebagai

laten/dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa. 2) Teori stimulus-

respon yang mengasumsikan bahwa perilaku merupakan hasil bentukan antara

rangsangan (stimulus) terhadap respon, dan teori hipodermic yang mengasumsikan

bahwa media ibarat jarum suntik yang pengaruhnya tidak mampu ditolak bagi

penerimanya. Teori stimulus-respon dan hipodermic ini yang menjadikan dasar

peneliti dalam menetapkan faktor efek media massa sebagai parameter pembentuk

perilaku keberagamaan mahasiswa. 3) Teori kognitif oleh Kohler yang menyatakan

bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dengan cara memberi pengertian (insight).

Teori kognitif oleh Kohler ini menjadikan dasar bagi peneliti dalam menetapkan

pengaruh pengetahuan agama mahasiswa sebagai dimensi/parameter pembentuk

perilaku keberagamaan mahasiswa. dan 4) Teori Sosial oleh Bandura yang

menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk dengan cara menggunakan

model. Teori sosial Bandura ini menjadikan peneliti menetapkan pengaruh kegiatan

keagamaan mahasiswa (kegiatan dalam organisasi keagamaan kampus) sebagai

faktor pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa.

2. Konstruksi Instrumen 3 Laten adalah konstruk yang kita ciptakan untuk membantu menerangkan perilaku yang teramati dan bersifat abstrak. Lihat dalam terjemah F. Kelinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: UGM Press, 1998),1048.

Konstruksi instrumen dilakukan dalam dua tahap, yakni konstruksi isi secara

kualitatif dan konstruksi secara kuantitatif dengan software Lisrel versi 8.80.

Konstruksi secara kualitatif sudah diuraikan sebagaimana diagram alur pada gambar

3 yang terdiri dari: 1. Teori dan Penentuan laten, 2. Definis Konseptual, 3. Definisi

Operasional, 4. Kisi-kisi instrumen, 5. Butir-butir instrumen, 6. Uji coba, dan 7.

Data.

Pertama, Penentuan Laten. Empat laten pembentuk perilaku keberagamaan

mahasiswa menjadi dasar dalam konstruksi instrumen. F. Kerlinger mendefinisikan

laten sebagai suatu konstruk atau entitas yang bersifat hipotetis dan merupakan

variabel yang tak teramati, yang “realitas”nya diasumsikan dari variabel-variabel

atau indikator teramati. Empat laten tersebut dalam penelitian ini adalah 1)

Lingkungan Sosial Keagamaan Tempat Tinggal Mahasiswa 2) Kegiatan Keagamaan

Mahasiswa 3) Parameter Efek Media Massa (Elektronik dan Cetak) dan 4)

Pengetahuan Agama Mahasiswa.

Kedua, penentuan definisi konseptual. Definisi konseptual merupakan

petunjuk yang digunakan noleh peneliti pengumpul data agar tidak kehilangan arah

penelitian. Definisi konseptual adalah definisi dalam konsepsi peneliti mengenai

sebuah variabel. Definisi berada dalam pikiran peneliti (mental image) berdasarkan

pemahamannya terhadap teori.

Ketiaga, Definisi operasional. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam

memahami penelitian, maka variabel-variabel yang dalam penelitian ini diwakili

oleh 4 laten/dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa harus

didefinisikan sejelas mungkin dalam bentuk definisi operasional. Ini berguna untuk

menghindari perbedaan penafsiran antara peneliti dan pengamat/validator.

Komunikasi akan terjadi apabila tidak terjadi kesalahpahaman antara peneliti yang

menyampaikan pesan dengan orang lain yang menerimanya. Menurut Kerlinger,

definisi operasional dapat berupa: 1) Tindakan atau kelakuan yang dapat diamati, 2)

Tindakan untuk mengukur konstruk.

Keempat, Kisi-kisi instrumen merupakan bagian terpenting untuk

memudahkan memahami instrumen. Sering kisi-kisi ini disebut juga indikator atau

butir-butir, maka pembahasan pointer kelima secara tidak langsung kami masukkan

dalam pembahasan ini. 4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa

dalam penelitian ini sudah dioperasionalisasikan menjadi 27 butir. Secara teoritis

butir yang dapat dituliskan untuk mengukur sebuah variabel jumlahnya tak

terhingga. 27 butir-butir instrumen yang akan digunakan untuk mengukur perilaku

keberagamaan mahasiswa merupakan sebagian saja dari populasi butir yang tidak

terhingga.

Keenam, Uji coba. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta

pertimbangan ahli (expert profesional). Orang yang memiliki kompetensi dalam

suatu bidang dapat dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai ketepatan isi butir

instrumen. Pertimbangan juga dapat dimintakan kepada profesional (profesional

judgement).4 Dr. Kusaeri, M.Pd dan Dr. Suparto, M.Pd bertindak sebagai validator

untuk keperluan pengembangan butir-butir instrumen yang representatif dan

pengembangan butir-butir instrumen didasarkan pada perencanaan kisi-kisi.

Setelah 6 tahapan ini dilalui, maka dihasilkan sebuah data/instrumen yang

dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini kemudian

disebarkan kepada subjek coba sebanyak 600 mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya yang terdiri dari, 120 mahasiswa tarbiyah, 120 mahasiswa adab, 120

4 Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012), 125.

mahasiswa dakwah, 120 mahasiswa ushuludin, dan 120 mahasiswa syari’ah yang

kesemuanya sedang duduk di semester 3,5 dan 7.

Data yang diperoleh dari subjek coba sebanyak 600 mahasiswa inilah yang

kemudian menjadi dasar paling penting dalam kosntruksi secara kuantitatif.

Konstruksi secara kuantitatif dimulai dengan memasukkan data yang diperoleh dari

600 subjek coba kedalam format exel sebelum kemudian dilakukan tabulasi dan

analisis menggunakan software Lisrel. Ketepatan dan kecermatan dalam

memasukkan data pada format exel harus diperhatikan, karena hal ini akan

mempengaruhi hasil yang muncul pada diagram jalur yang diperoleh dari Lisrel.

Program Lisrel disusun secara otomatis dan dengan keakuratan yang tinggi.

Lebih jelas, hasil konstruksi secara kuantitatif bisa dilihat pada gambar 4

bagian analisi data. Dari hasil konstruksi secara kuantitatif menggunakan software

Lisrel sebagaimana gambar 4 diperoleh keterangan bahwa:

a. Laten dan variabel teramati secara otomatis dimunculkan secara berbeda.

Laten selalu dimunculkan dengan model lingkaran dan mempunyai warna

hijau, sedangkan variabel teramati dimunculkan dengan model kotak persegi

panjang dan mempunyai warna abu-abu.

b. Arah panah yang ditunjukkan antar laten saling berhubungan merupakan

korelasi antar partial. Semakin tinggi angka yang terdapat pada korelasi antar

partial, maka akan semakin baik instrumen dan semakin layak untuk dijadikan

alat ukur. Artinya, 4 dimensi tidak saling mengukur antar dimensi dan benar-

benar mengukur perilaku keberagamaan Islam mahasiswa.

c. Arah panah dari laten menuju variabel teramati menunjukkan pengaruh,

pengaruh itu dimunculkan dalam bentuk angka yang berada pada tengah

panah. Angka yang muncul akan berbeda sesuai dengan kebutuhan peneliti

dan fasilitas apa yang digunakan. Fungsi dari angka yang berada ditengah

panah antara laten menuju variabel teramati bisa berupa koefisien, signifikan,

ataupun reliabelitas instrumen.

d. Panah dengan angka yang ditunjukkan oleh variabel teramati merupakan

muatan faktor.

Perlu ditegaskan bahwa tahapan konstruksi secara kualitatif maupun secara

kuantitatif ini hanya merupakan konstruksi instrumen. Terlepas dari layak atau

tidaknya instrumen tersebut untuk dijadikan alat ukur, karena tahapan untuk menguji

instrumen tersebut layak dijadikan sebagai alat ukur ada pada tahap identifikasi

instrumen.

Konstruksi instrumen baik secara kualitatif dengan mengacu pada teori tentang

perilaku juga dan meminta pertimbangan ahli maupun konstruksi secara kuantitatif

menggunakan software Lisrel dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Dimensi

lingkungan sosial keagmaan lingkungan tempat tinggal mahasiswa dapat dijabarkan

menjadi 6 indikator, meliputi: a) Ketersediaaan sarana ibadah, b) Ketersediaan

majlis taklim, c) Tingkat keberadaan tempat yang tidak baik, d) Jenis-jenis tempat

yang tidak baik, e) Intensitas masyarakat melaksanakan ibadah wajib, dan f)

Kehadiran masyarakat di masjid dan musolah. 2. Dimensi kegiatan keagamaan

mahasiswa dapat dijabarkan menjadi 8 indikator, meliputi: a) Keterlibatan dalam

ikatan remaja masjid, b) Keterlibatan dalam organisasi keagamaan kampus, c)

Tertarik kualitas/mutu komunitas keagamaan kampus, d) Ikut-ikutan teman dalam

memilih dan mengikuti komunitas keagamaan kampus, e) Mencari hal baru ketika

memilih dan mengikuti komunitas keagamaan kampus, f) Pergaulan dengan

ulama’,ustadz atau orang yang dianggap mengerti agama secara mendalam, g)

Intensitas mengikuti kajian keagamaan, dan h) Keterlibatan aktif dalam diskusi

keagamaan. 3. Dimensi efek media massa (elektronik dan cetak) dapat dijabarkan

menjadi 6 indikator, meliputi: a) Durasi waktu yang digunakan, b) Media yang

digunakan, c) Tingkat pengetahuan individu menggunakan media elektronik, d)

Kemudahan mengakses media, e) Tingkat ketersediaan media, dan f) Jenis yang

diakses. 4. Dimensi pengetahuan agama mahasiswa dapat dijabarkan menjadi 7

indikator, meliputi: a) Jenis pendidikan agama pra-mahasiswa, b) Lama pendidikan

agama pra-mahasiswa, c) Tingkat ketersediaan referensi agama, d) Jenis referensi

agama yang dibaca, e) Intensitas membaca referensi agama, f) Pemahaman dan

pengamalan rukun iman yang 6, dan g) Pemahaman dan pengamalan rukun Islam

yang 5.

3. Identifikasi Karakteristik Instrumen

Identifikasi yang dimaksud adalah mengetahui sejauh mana instrumen itu

layak dijadikan sebagai alat ukur dan memang benar-benar mengukur apa yang ingin

di ukur.

Identifikasi yang dilakukan peneliti terdiri dari tiga tahap. Pertama,

identifikasi kelayakan variabel laten dan variabel teramati. Artinya apakah hanya

satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling berkorelasi (hipotesis uni-

dimensional) yang pengujiannya dengan chi-square. Jika chi-square tidak signifikan

(p>0.05), maka hipotesis tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu

faktor saja (uni-dimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05)

maka hipotesis ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata mengukur lebih

dari satu faktor (multi-dimensional). Kedua, Identifikasi kecocokan goodnes of fit.

Identifikasi ini merupakan analisis terhadap item mana yang menjadi sumber tidak

fit dan harus didrop atau dieliminir. Adapun cara yang dilakukan untuk

pengujiannya dengan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-

masing item dengan menggunakan t-test dengan ketentuan (t<1.96). Jika nilai t lebih

kecil dari 1.96 maka item dinyatakan tidak signifikan dan harus didrop atau

dieliminir. Ketiga, Sebagai kriteria tambahan saja dengan memanfaatkan fasilitas

modification indices untuk melihat korelasi antar partial antar kesalahan pengukuran.

Lebih jelas ketiga tahap ini dipaparkan sebagai berikut:

a. Identifikasi kelayakan dengan melihat nilai chi-square (p-value)

Analisi terhadap 4 dimensi dan 27 item dengan cara pengujian CFA diperoleh

data atau model tidak fit dengan Chi square=3280.83, df=318, P=0.00000,

RMSEA=0.125. Apabila diidentifikasi, melihat P-value<0.05 ini mengindikasikan

bahwa model tidak fit, 4 laten dan 27 variabel teramati yang ada bersifat multi-

dimensional, artinya mengukur lebih dari satu model.

b. Identifikasi kecocokan laten dengan variabel teramati (t-value)

1) Identifikasi kecocokan/uji signifikansi laten

Identifikasi yang dilakukan pada tahap pertama diperoleh p=0.00000. ini

berarti bahwa model bersifat multi-dimensional. Artinya, model mengukur

lebih dari satu variabel. Identifikasi/uji signifikansi laten ini dilakukan untuk

melihat apakah laten yang menjadi sumber tidak fit (t<1.96) yang menjadikan

model bersifat multi dimensional. Berikut diagram jalur pengujian laten

dengan software Lisrel versi 8.80.

Gambar 9 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat t-value laten

Dari gambar 9 diperoleh informasi bahwa terjadi korelasi antar laten.

ini karena p=0.0000 dan disebabkan peneliti menggunakan analisis dengan

first order, yakni mengukur satu model saja. Adapun korelasi yang terjadi

antara laten lingkungan dengan laten kegiatan sebesar 8.52, Laten lingkungan

dengan media sebesar 11.66, Laten lingkungan dengan pengetahuan sebesar

21.45, Laten kegiatan dengan laten efek media sebesar 7.39, Laten kegiatan

dengan laten pengetahuan sebesar 18.87. dan Laten efek media dengan laten

pengetahuan sebesar 12.55. Lebih jelas korelasi antar laten kami sajikan dalam

bentuk tabel untuk melihat sognifikansi 4 laten pembentuk perilaku

keberagamaan mahasiswa.

Tabel 6: Hasil nilai t empat laten pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa.

Keterangan: Signifikan : V (t>1.96), tidak signifikan: X

Dari tabel 6 diperoleh informasi bahwa 4 laten mempunyai nilai t>1.96.

Artinya, laten lingkungan sosial keagamaan tempat tinggal mahasiswa, laten

kegiatan keagamaan mahasiswa, laten efek media massa, dan laten

pengetahuan agama mahasiswa benar-benar layak digunakan sebagai alat ukur

dan tidak saling mengukur antar laten.

2) Identifikasi kecocokan/uji signifikansi variabel teramati

Setelah identifikasi laten dilakukan dan tidak ditemukan nilai t yang tidak

signifikan (t<1.96). maka identifikasi pada tahap ini dilanjutkan dengan

melihat nilai t pada seluruh variabel teramati masing-masing laten dengan

analisis SEM sebagaimana berikut:

a) Lingkungan Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat tinggal

Mahasiswa

Secara umum, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya adalah

pendatang. Sudah barang tentu mahasiswa lebih banyak berinteraksi

dengan lingkungan sosial tempat tinggal mereka. Karena itu, kondisi

tempat tinggal yang terbebas dari hal-hal yang dapat menstimulasi

lahirnya perilaku tidak baik atau melanggar etika agama amat diperlukan.

Agama tidak hanya merupakan kepatuhan personal terhadap Tuhan,

tetapi juga menjadi acuan dan motivator dalam tingkah laku individu

terhadap sesama. Seseorang yang religius tidak hanya ia mempunyai

hubungan baik dengan Tuhan, tapi juga tampak dalam hubungan baiknya

dengan sesama. Kualitas religiusitas dalam hubungannya dengan sesama

dapat dilihat pada kepedulian dengan sesama, kepatuhan pada norma

agama dan sosial, tidak ada permusuhan antar warga, dan tidak ada

pencurian antar warga. Perilaku keberagamaan seseorang berkaitan

dengan adanya modal sosial keagamaan di sekitar mahasiswa tinggal,

seperti adanya kegiatan pengajian/taklim, intensitas kegiatan majlis

taklim, adanya perpustakaan masjid atau perpustakaan umum yang

memiliki berbagai koleksi buku-buku keagamaan, adanya tokoh

agama/ustaz yang peduli dengan pembentukan nilai-nilai keagmaan,

ketersediaan fasilitas ibadah, intensitas masyarakat lingkungan sekitar

dalam melaksanakan ibadah wajib.

Lebih jelas signifikansi seluruh indikator lingkungan sosial keagamaan

tempat tinggal mahasiswa yang diperoleh dengan uji SEM dipaparkan

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 7: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Lingkungan Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat Tinggal Mahasiswa.

VARIABEL Koefi

sien

Standa

rt eror

T-

value

Signifi

kansi

LINGKUNGAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT TEMPAT

TINGGAL MAHASISWA

1. Ketersediaan sarana ibadah

2. Keberadaan majlis taklim

3. Tingkat keberadaan tempat yg tidak baik

4. Jenis tempat yang tidak baik

5. Intensitas melaksanakan ibadah wajib

6. Kehadiran di masjid/musolah

0.57

0.59

0.39

0.46

0.86

0.88

0.68

0.65

0.85

0.79

0.26

0.22

14.38

15.03

9.38

11.38

25.07

26.06

V

V

V

V

V

V

*) Keterangan: koefisien > 0.4, standart eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V

Dari tabel 7 diperoleh informasi bahwa 6 indikator dari laten

lingkungan sosial keagamaan maysarakat tempat tinggal mahasiswa

setelah dilakukan uji menggunakan SEM, nilai koefisien, standart error

dan t-value pada masing-masing variabel teramati menunjukkan nilai yang

signifikan dan benar-benar mengukur laten (t>1.96). Keculai variabel

teramati nomor 3 dengan nilai koefisien lebih kecil dari 0.04, dan variabel

teramati/indikator nomer 5 & 6 dengan standard eror lebih kecil dari 0.6.

terlepas dari baik atau buruknya instrumen, namun tetap signifikan dan

layak digunakan sebagai alat ukur.

b) Kegiatan Keagamaan Mahasiswa

Kegiatan keagamaan mahasiswa yang dimaksud adalah kemampuan

aksesibilitas mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya melalui organisasi

untuk pengembangan potensi diri mereka agar menambah pengetahuan,

kemauan dan kemampuan dalm bersikap dan berperilaku Islami. Dalam

penelitian in yang dijadikan indikator adalah keterlibatan dalam remaja

masjid, keterlibatan dalam organisasi keagamaan, tertarik mutu komunitas

ketika memilih organisasi, hanya ikut-ikutan teman, mencari hal baru,

pergaulan dengan sumber agama, intensitas mengikuti pengajian dan

ketrlibatan aktif dalam diskusi keagamaan.

Bentuk formal dari relasi mahasiswa dengan temannya dapat

diwujudkan dengan ketrlibatan dalam organisasi keagamaan kampus atau

organisasi remaja masjid ditempat tinggal mereka. Pengaruh positif dari

keterlibatan mahasiswa dalam organisasi antara lain dapat

mengembangkan kemampuan penyesuaian diri, kemapuan kerjasama,

melatih tanggung jawab, kemampuan memimpin, menambah wawasan

keagamaan dan meminimalisir dorongan-dorongan negatif.

Lebih jelas signifikansi seluruh indikator kegiatan keagamaan

mahasiswa yang diperoleh dengan uji SEM dipaparkan sebagaimana tabel

berikut.

Tabel 8: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Kegiatan Keagamaan Mahasiswa Menggunakan Uji SEM.

VARIABEL Koefi

sien

Standa

rt eror

T-

value

Signifi

kansi

KEGIATAN KEAGAMAAN MAHASISWA

1. Keterlibatan dalam Ikatan Remaja Masjid

2. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan

3. Tertarik kualitas/mutu komunitas

4. Ikut-ikutan teman

5. Mencari hal baru

0.60

0.75

0.46

0.06

0.15

0.64

0.44

0.79

1.00

0.98

15.55

20.88

11.38

1.36

3.54

V

V

V

X

V

6. Pergaulan dengan ulama’/ustadz

7. Intensitas mengikuti pengajian agama

8. Keterlibatan aktif dlm diskusi keagamaan

0.79

0.91

0.76

0.38

0.17

0.42

22.34

28.00

21.40

V

V

V

*) Keterangan: koefisien > 0.4, standart eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V

Pada tabel 8 diperoleh informasi bahwa hasil konstruksi instrumen

pada laten kegiatan keagamaan mahasiswa secara umum bisa dikatakan

baik. Dari hasil analisis menggunakan SEM menunjukkan nilai pada

masing-masing variabel teramati menunjukkan nilai yang signifikan

terutama pada intensitas mengikuti kajian agama menunjukkan koefisien

sebesar 0.91, pergaulan dengan ulama’/ustadz/sumber agama sebesar 0.79,

dan keterlibatan dalam organisasi keagamaan sebesar 0.75. Namun, pada

variabel teramati ikut-ikutan teman dalam kegiatan keagamaan mahasiswa

menunjukkan koefisien 0.06. Tentu, hal ini akan menjadikan korelasi

kesalahan/standart error memiliki nilai yang cukup tinggi (standard

eror>0.6)dan t-value mengalami penurunan standard signifikan (t-

value<1.96) sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Sebaiknya variabel

teramati dengan muatan faktor ikut-ikutan teman dengan nilai t 1.36

sebaiknya didrop atau dieliminir agar mengurangi korelasi antar kesalahan

dan tentunya variabel teramati tersebut dinyatakan tidak layak sebagi alat

ukur.

c) Efek Media Massa (elektronik dan cetak)

Efek media massa disini berhubungan dengan intensitas mencari

informasi tentang masalah keagamaan keluar dari sistem sosialnya,

berhubungan dengan media massa. Indikator yang dijadikan pengukuran

adalah jumlah waktu yang digunakan, media yang digunakan, tingkat

pengetahuan individu menggunakan media elektronik, kemudahan mengakses

media, tingkat ketersediaan media, dan Jenis yang diakses.

Lebih jelas signifikansi seluruh indikator efek media massa yang

diperoleh dengan uji SEM dipaparkan sebagaimana Tabel berikut.

Tabel 9: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Parameter Efek Media Massa.

VARIABEL Koefisi

en

Standa

rt eror

T-

value

Signifi

kansi

PARAMETER EFEK MEDIA MASSA (elektronik dan cetak)

1. Jumlah waktu yang digunakan

2. Media yang digunakan

3. Tingkat pengetahuan individu menggunakan

media elektronik

4. Kemudahan mengakses media

5. Tingkat ketersediaan media

6. Jenis yang diakses

0.75

0.78

0.71

0.57

0.58

0.37

0.43

0.39

0.50

0.67

0.67

0.87

20.04

21.14

18.49

14.19

14.32

8.56

V

V

V

V

V

V

*) Keterangan: koefisien > 0.4, standart eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V

Dari Tabel 9 diperoleh informasi bahwa hasil konstruksi instrumen pada

laten efek media massa dengan menggunakan analisis uji SEM, menunjukkan

6 variabel teramati dari laten parameter efek media massa keseluruhan bisa

dikatakan layak dan memang benar-benar mengukur laten efek media massa.

Hanya saja pada variabel teramati nomor 6 dengan indikator “jenis yang

diakses” menunjukkan koefisien sebesar 0.37, terlepas dari baik atau buruknya

instrumen tersebut, namun tetap signifikan dan layak dijadikan sebagai alat

ukur.

d) Parameter Pengetahuan Agama Mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya secara garis besar telah memiliki

pengetahuan agama yang cukup. Dari hasil survey kepada 600 mahasiswa,

sebagian besar mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan agama dari

pendidikan formal maupun non-formal, baik sebelum menjadi mahasiswa atau

ketika menempuh studi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Parameter

pengetahuan agama mahasiswa diukur dengan indikator lama pendidikan

agama pra-mahasiswa baik formal maupun non-formal (pesantren), jenis

referensi agama yang dibaca, intensitas membaca referensi agama, tingkat

ketersediaan referensi agama, pengetahuan dan pengamalan rukun Iman dan

Islam.

Lebih jelas signifikansi seluruh indikator pengetahuan agama

mahasiswa yang diperoleh dengan uji SEM dipaparkan sebagaimana Tabel

berikut.

Tabel 10: Hasil Nilai Variabel Teramati dari Laten Parameter Pengetahuan Agama Mahasiswa.

VARIABEL Koefi

sien

Standa

rd eror

T-

value

Signifi

kansi

PARAMETER PENGETAHUAN AGAMA MAHASISWA

1. Jenis pendidikan agama pra-mahasiswa

2. Lama pendidikan agama pra-mahasiswa

3. Tingkat ketersediaan referensi agama

4. Jenis referensi agama yang dibaca

5. Intensitas membaca referensi agama

6. Pengetahuan tentang rukun Iman yg 6

7. Pengetahuan tentang rukun Islam yg 5

0.59

0.59

0.74

0.47

0.71

0.70

0.46

0.65

0.66

0.45

0.78

0.50

0.51

0.79

14.75

14.72

19.95

11.44

18.71

18.30

11.10

V

V

V

V

V

V

V

*) Keterangan: koefisien > 0.4, standard eror > 0.6, t-value > 1.96.signifikan: V

Pada tabel 10 diperoleh informasi bahwa konstruksi instrumen pada

laten parameter pengetahuan agama mahasiswa mendapatkan 7 variabel

teramati. Variabel teramati tersebut setelah dilakukan uji menggunakan SEM,

menunjukkan signifikansi kelayakan sebagai alat ukur dan memang benar-

benar mengukur laten pengetahuan agama mahasiswa.

Lebih jelas 4 dimensi dengan 27 item/variabel teramati dipaparkan

sebagaimana gambar diagram jalur yang diperoleh menggunakan software

Lisrel sebagaimana berikut:

Keterangan: 4 lingkaran yang berwarna hijau disebut laten, 27 kotak yang berwarna abu-abu disebut variabel teramati, arah panah dengan nilai ditengahnyadari laten menuju variabel teramati disebut t-value, dan angka merah menunjukkan nilai t yang tidak signifikan (t<1.96).

Dari gambar 10 diperoleh informasi bahwa dapat disimpulkan 27

variabel teramati dari 4 dimensi pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa

Gambar 10 Analisis Faktor Konfirmatorik melihat t-value

hampir seluruhnya dinyatakan signifikan (t>1.96). Kecuali, variabel teramati

dari laten kegiatan keagamaan mahasiswa yang secara otomatis ditunjukkan

dengan angka merah pada gambar 10 dengan muatan faktor “ikut-ikutan

teman” memiliki nilai yang ditunjukkan oleh uji SEM yang rendah (t<1.96),

sebaiknnya didrop atau dieliminir karena tidak layak dijadikan instrumen.

e) Identifikasi tambahan (modification indices)

Sebuah model dikatan fit/cocok ketika sebuah instrumen benar-benar

mengkur apa yang hendak di ukur. Kecocokan ini ditunjukkan p-value> 0.05

hasil bagan yang diperoleh dari output program Lisrel versi 8.80. Apabila

model masih belum fit (P=0.00000), maka kita bisa memanfaatkan fasilitas

modification indices yang terdapat pada software Lisrel. Fasilitas modification

indices disamping berguna untuk mendapatkan model yang fit juga berguna

untuk mengetahui apakah instrumen benar-benar sudah mengukur apa yang

ingin di ukur, mengukur satu variabel saja, mengukur lebih dari satu variabel,

atau bahkan tidak mengukur variabel yang hendak di ukur.

Lebih jelas hasil identifikasi menggunakan software Lisrel

memanfaatkan fasilitas modification indices untuk mendapatkan model yang

fit (p>0.05) dipaparkan sebagaimana gambar berikut:

Keterangan: 4 lingkaran hijau disebut laten, 16 kotak warna abu-abu disebut variabel teramati yang disimbolkan dengan (ins-n), arah panah dari laten menuju variabel teramati bisa disebut hubunga laten dengan variabel yang bisa berupa koefisien dan nilai t tergantung fasilitas apa yang gunakan pada lisrel, arah panah dari variabel menuju variabel lainnya disebut korelasi antar kesalahan.

Dari gambar 11 diagram jalur yang dihasilkan dengan software Lisrel

dapat diperoleh informasi sebagaimana berikut:

4 laten masih tetap menunjukkan kelayakannya sebagai alat ukur.

Terbukti, setelah dilakukan modification indices 4 laten masih tetap

muncul dan korelasi antar laten tidak menunjukkan angka merah.

Artinya, 4 laten pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa masih

tetap signifikan (t>1.96), layak dijadikan alat ukur, dan benar-benar

mengukur perilaku keberagamaan mahasiswa.

Gambar 11 Analisis Konfirmatori Faktor melihat p-value

Hasil modification indices dengan menggunakan software Lisrel versi

8.80 mendapatkan 16 variabel teramati yang layak dijadika sebagai alat

ukur. Sebelas dari 27 variabel teramati yang menjadi indikator 4 laten

pembentuk perilaku keberagamaan mahasiswa memiliki banyak korelasi

antar kesalahan pengukuran dan juga tidak mengukur variabel laten yang

ada, yaitu variabel teramati nomor 1, 5, 7, 9, 10, 18, 20, 21, 22, 24, 26

sehingga perlu didrop dan dinyatakan tidak valid dari 27 item yang

terdapat pada perilaku keberagamaan mahasiswa. Item yang paling baik

sesuai dengan urutannya adalah item nomor 2, 3, 4, 6, 8, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 19, 23, 25, 27.

Variabel teramati ternyata tidak hanya mengukur satu laten saja, seperti

terlihat pada bagan variabel teramati yang disimbolkan dengan ins-2.

Selain mengukur kegiatan keagamaan mahasiswa juga mengukur

pengetahuan agama mahasiswa, begitu seterusnya.

Korelasi antar kesalahan sangat besar. Ini terlihat dari arah panah dari

variabel teramati yang satu dengan yang lainnya saling menunjukkan

keterkaitan. Seluruh variabel teramati bisa dikatakan mengalami korelasi

antar kesalahan, sebab tidak dilakukan second order yang berfungsi

untuk mengkonfirmasi apakah variabel teramati hanya mengukur laten

atau bisa jadi justru variabel teramati mengukur langsung variabel

utama, yakni perilaku keberagamaan mahasiswa.

P-value tetap tidak akan menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05,

sebab jumlah laten yang di jadikan patokan lebih dari satu. Modifikasi

akan menunjukkan p-value>0.05 ketika dilakukan analisis dengan

second order.