BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kondisi Eksisting …repository.unika.ac.id/15420/5/12.12.0032 Steven...
-
Upload
nguyenmien -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kondisi Eksisting …repository.unika.ac.id/15420/5/12.12.0032 Steven...
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
39 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Kondisi Eksisting Bandara Ahmad Yani.
Bandara Ahmad Yani ditetapkan untuk melayani rute penerbangan dari luar
negeri maupun dalam negeri dengan fasilitas atau prasarana yang ada.
Kondisi eksisting prasarana yang secara langsung melayani penerbangan
tersebut adalah sisi udara pada Bandara Internasional Ahmad Yani yang
meliputi, landasan pacu (Runway), Landasan Hubung (Taxiway), dan Apron.
1. Kondisi eksisting sisi udara Ahmad Yani
1. Runway
Runway yang terdapat pada Bandara Internasional Ahmad Yani
Semarang memiliki dimensi dengan panjang 2.620 meter dan lebar 45
meter. Dalam proyek pengembangan Bandara Internasional Ahmad
Yani, masih menggunakan runway yang lama.
2. Taxiway
Taxiway yang terdapat pada Bandara Internasional Ahmad Yani
Semarang berjumlah dua, Taxiway A dan Taxiway B dengan dimensi
yang berbeda. Taxiway A dengan panjang 140 meter dan lebar 45
meter. Taxiway B dengan panjang 75 meter dan lebar 23 meter.
Perkerasan pada taxiway bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
menggunakan perkerasan lentur. Berikut susunan perkerasan taxiway
pada bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1 Lapisan Perkerasan Taxiway Ahmad Yani Lapisan Perkerasan Bahan Tebal (cm)
Surface Course Aspalt cement 8
Base Course Tanah + pasir + semen 5% 15
Subbase Course Tanah + pasir + semen 8% 25
Tebal Total 48
Sumber: PT. Adhiyasa Desicon, 2015
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
40 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
3. Apron
Apron lama yang tedapat pada Bandara Internasional Ahmad Yani
Semarang dengan luas 29.008 m2
untuk menampung 6 pesawat nerrow
body atau pesawat berbadan sedang. Dalam konstruksi Apron baru
Pengembangan bandara Internasional Ahmad Yani dengan luas
72.525 m2 untuk menampung 12 pesawat yang merupakan 10 pesawat
nerrow body (pesawat berbadan sedang) dan 2 wide body (pesawat
berbadan lebar). Perkerasan pada apron bandara Internasional Ahmad
Yani Semarang menggunakan perkerasan kaku. Berikut susunan
perkerasan apron pada bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
Tabel 4.2 Lapisan Perkerasan Apron Ahmad Yani Lapisan Perkerasan Bahan Tebal (cm)
Slab beton Beton K400 46
Lantai kerja Beton K100 10
Subbase Course Kerikil + pasir + semen 5% 23
Tebal Total 79
Sumber: PT. Adhiyasa Desicon, 2015
Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 diatas digambarkan susunan struktur
perkerasan taxiway dan apron berikut:
Gambar 4.1 Susunan struktur Perkerasan taxiway dan apron Sumber: PT. Adhiyasa Desicon, 2015
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
41 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
2. Kondisi penerbangan Bandara Ahmad Yani
Berdasarkan data pergerakan pesawat yang di ambil di lapangan pada
Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menunjukan perkembangan
volume pergerakan pesawat dan jumlah penumpang pada Bandar Udara
Ahmad Yani Semarang yang sangat signifikan. Data yang diambil
beberapa tahun terakhir dari tahun 2007 hingga 2015, terjadi peningkatan
pertahun. Berikut ini tabel perkembangan jumlah pesawat tabel 4.3 dan
perkembangan jumlah penumpang di bandar Udara Internasional Ahmad
Yani Semarang tabel 4.4. Gambar 4.2 menunjukan grafik perkembangan
jumlah pesawat dan gambar 4.3 menunjukan grafik perkembangan jumlah
penumpang. Berikut tabel:
Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Pesawat di Bandara Internasional Ahmad
Yani Semarang
Tahun 2007 – 2015
No Tahun PESAWAT
Datang Berangkat
1 2007 11.296 11.278
2 2008 9.565 9.555
3 2009 10.279 10.274
4 2010 11.145 11.141
5 2011 12.940 12.918
6 2012 16.476 16.442
7 2013 16.948 16.948
8 2014 26.184 26.209
9 2015 28.515 28.574
Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I
Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015
Tabel 4.4. Perkembangan Jumlah penumpang di Bandara Internasional
Ahmad Yani Semarang Tahun 2007 – 2015
No Tahun PENUMAPANG
Datang Berangkat
1 2007 824.738 807.442
2 2008 719.280 691.226
3 2009 840.114 812.569
4 2010 1.022.612 996.357
5 2011 1.227.307 1.206.011
6 2012 1.523.714 1.482.202
7 2013 1.656.371 1.637.810
8 2014 1.748.649 1.720.707
9 2015 1.850.568 1.822.501
Sumber: PT. Persero Angkasa Pura I
Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
42 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Gambar 4.2. Perkembangan Jumlah Pesawat di Bandara Internasional
Ahmad Yani Semarang Tahun 2007 – 2015 Sumber: PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,
2015
Gambar 4.3. Perkembangan Jumlah Penumpang di Bandara Internasional
Ahmad Yani Semarang Tahun 2007 – 2015 Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,
2015
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ju
mla
h P
esa
wa
t (U
nit
)
Tahun (2007-2015)
Kedatangan Pesawat Keberangkatan pesawat
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ju
mla
h p
en
um
pa
nn
g (
Ora
ng
)
Tahun ( 2007-2015)
Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
43 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang mulai beroperasi pada jam
enam pagi hingga sekitar jam 10 malam dalam 7 hari. Dalam bandara
Internasional Ahmad Yani terdapat kurang lebih 27 pesawat yang
beroperasi, antara itu pesawat komersil maupun pesawat milik militer
Angkatan Udara. Berikut tabel 4.5 adalah daftar pergerakan pesawat
campuran di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dari tahun
2007 hingga 2015, antara lain pesawat militer dan pesawat komersil.
Tabel 4.5 Pergerakan pesawat campuran tahunan pada Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang ( 2007-2015)
No Jenis
Pesawat
Tahun Pergerakan Pesawat
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 ATR42 267 - - 33 - - - - -
2 ATR72 - - - 512 1313 1558 1759 2407 -
3 A319 50 750 752 1009 214 45 -
4 A320 42 529 661 200 1026 1407 1554 1319
5 B732 1929 1484 1588 1518 2146 1966 368 19 11
6 B733 2578 2424 2129 1235 432 235 118 211 231
7 B734 1054 1053 1779 1517 431 229 159 401 391
8 B735 553 617 476 176 353 432 1677 1511 1327
9 B737 197 - - - - - - - -
10 B737-400 611 - - - - - - - -
11 B738 - - 1300 2696 3239 3291 3730 4836
12 B739 - - - 255 1657 2827 3372 3236 2715
13 BAe146 - 436 78 40 - - - -
14 C172 145 159 338 411 520 1590 1327 23 2285
15 C208 495 - - 7 23 164 367 108
16 C212 228 126 112 141 56 82 61 283 290
17 C402 66 102 112 163 5 11 211
18 CJR1000 - - - - 7 403 669 693
19 DHC5 6 - - - - - - - 26
20 F100 78 - 5 - - - - - 14
21 F27 130 - - - - - - - -
22 F28 106 - - - - - - - -
23 F50 11 - 58 - - 99 - - -
24 MD82 293 - - 167 41 - - - -
25 MD80 - - - 41 - - - - -
26 MD90 - - - 20 69 - - - -
27 RJ100 - - 106 - - - - - -
Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,
2015
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
44 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Dari tabel 4.3 dan 4.4 terjadi peningkatan jumlah penumpang serta
peningkatan pesawat yang beroperasi membuat Bandara Internasional
Ahmad Yani Semarang tidak dapat melayani dengan baik karena kondisi
eksisting pada bandara tidak bisa menampung peningkatan jumlah
pesawat yang terjadi. Peningkatan yang terjadi menjadi permasalahan
yang mendesak Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang agar
mendesain apron yang baru dengan kapasitas yang lebih besar agar bisa
beroperasi dengan baik. Berikut ini adalah analisa pada konstruksi
Apron baru.
4.2 Analisa desain struktur perkerasan
Penentuan tebal perkerasan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
menggunakan dua metode yaitu FAA dan LCN dengan tahap yang berbeda
beda.
Dalam hasil analisa perbandingan tebal perkerasan apron menggunakan dua
metode yaitu FAA dan LCN. Berikut analisa dengan masing masing dari
kedua metode tersebut yaitu :
4.2.1 Perencanaan lapisan perkerasan dengan metode FAA (Federation
Aviation Administration).
Perencanaan lapisan perkerasan pada apron dengan metode FAA
(Federation Aviation Administration) dilakukan dengan beberapa langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan pesawat rencana.
Dalam menentukan pesawat rencana berdasarkan pesawat yang angka
operasi paling besar pada Bandara Internasional Ahmad Yani
Semarang. Berdasarkan tabel 4.5 pergerakan pesawat tahun 2015 yang
dirangkum menjadi tabel 4.6 hanya diambil pesawat komersil. Tabel
4.6 menunjukan pesawat boeing 738 yang merupakan pesawat yang
angka operasi paling besar pada Bandara Internasional Ahmad Yani
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
45 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Semarang. Boeing B738 sebagai pesawat rencana. Berikut tabel 4.6
menunjukan Boeing B738 sebagai pesawat rencana.
Tabel 4.6 Jumlah seluruh pergerakan pesawat Tahunan (2015)
No Jenis Pesawat Jumlah pergerakan pesawat
(2015)
1 A320 1.319
2 B732 11
3 B733 231
4 B734 391
5 B735 1.327
6 B738 4.836
7 B739 2.715
8 C172 2.285
9 C208 108
10 C212 290
11 C402 211
12 CJR1000 693
Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,
2015
2. Konversi tiap tipe roda pendaratan ( R2 )
Setiap jenis pesawat yang beroperasi di bandara Internasional Ahmad
Yani Semarang memiliki tipe roda pendaratan yang berbeda beda.
Setiap tipe roda pendaratan harus dikonversikan mengikuti tipe roda
pendaratan pesawat rencana atau pesawat boeing B738. Pesawat
rencana boeing B738 memiliki tipe roda pendaratan dual wheel. Dalam
Tabel 4.7 karakteristik pesawat dan tabel 4.8 adalah hasil analisa
konversi tipe roda pendaratan utama semua pesawat yang beroperasi di
Bandara Internasional Ahmad Yani ke pesawat rencana.
Tabel 4.7 Karakteristik Pesawat
No Jenis Pesawat Maximum Take
Off Weight ( lbs ) Tipe roda
1 A320 172.500 Dual Wheel
2 B732 115.500 Dual Wheel
3 B733 139.500 Dual Wheel
4 B734 150.000 Dual Wheel
5 B735 116.000 Dual Wheel
6 B738 172.500 Dual Wheel
7 B739 187.679 Dual Wheel
8 C172 2.454 Single Wheel
9 C208 8.752 Single Wheel 10 C212 17.637 Single Wheel
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
46 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
No Jenis Pesawat Maximum Take
Off Weight ( lbs ) Tipe roda
11 C402 6.305 Single Wheel 12 CRJ1000 86.468 Single Wheel
(Sumber: PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,
2015)
Tabel 4.8 Konversi tipe roda pendaratan No
Jenis
Pesawat Tipe Roda
Tipe Roda
Konversi
Pergerakan
tahunan
2015
Faktor
Konversi
Pergerakan
Konversi ( R2 )
1 A320 Dual Wheel Dual Wheel 1.319 1 1.319
2 B732 Dual Wheel Dual Wheel 11 1 11
3 B733 Dual Wheel Dual Wheel 231 1 231
4 B734 Dual Wheel Dual Wheel 391 1 391
5 B735 Dual Wheel Dual Wheel 1.327 1 1.327
6 B738 Dual Wheel Dual Wheel 4.836 1 4.836
7 B739 Dual Wheel Dual Wheel 2.715 1 2.715
8 C172 Single Wheel Dual Wheel 2.285 0,8 1.828
9 C208 Single Wheel Dual Wheel 108 0,8 86
10 C212 Single Wheel Dual Wheel 290 0,8 232
11 C402 Single Wheel Dual Wheel 211 0,8 169
12 CRJ1000 Dual Wheel Dual Wheel 693 1 693
Sumber : PT. Persero Angkasa Pura I Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, 2015
3. Menentukan beban roda pesawat W1 dan W2.
Beban roda pesawat rencana (W1) dan beban roda pesawat campuran
(W2) dapat dihitung dengan persamaan (2.1). Beban roda yang dihitung
sebagai berikut :
a. Beban roda Pesawat rencana yang dipilih adalah B738.
W1=
x 0.95 x MTOW pesawat rencana.
W1=
x 0.95 x 172.500
W1= 40.969 lb
b. Beban roda Pesawat campuran A320
W2=
x 0.95 x MTOW pesawat campuran.
W2=
x 0.95 x 172.500
W2= 40.969 lb
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
47 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
c. Beban roda Pesawat campuran B733
W2=
x 0.95 x MTOW pesawat campura.
W2=
x 0.95 x 115.500
W2= 27.431 lb
4. Mencari Equivalent Annual Departure
Nilai Equivalent Annual Departure terhadap pesawat rencana dengan
persamaan 2.2 Berikut perhitungan Equivalent Annual Departure :
a. Equivalent Annual Departure pesawat terhadap pesawat rencana
B738
Log R1= Log R2 (
)
½
LogR1 = (Log 4.836) x (
) ½ = 3,684
R1 = 103,684
= 4.835
b. Equivalent Annual Departure pesawat campuran A320
Log R1= Log R2 (
)
½
LogR1 = (Log 1.319) x (
) ½ = 3,120
R1 = 103,120
= 1.319
c. Equivalent Annual Departure pesawat campuran B732
Log R1= Log R2 (
)
½
LogR1 = (Log 11) x (
) ½ = 0,852
R1 = 100,852
= 7
Dalam perhitungan beban pesawat udara dan equivalent annual
departure diatas diambil hanya tiga contoh, semua perhitungan beban
pesawat udara dan equivalent annual departure dirangkum ke dalam
tabel 4.9 sehingga menghasilkan R1.
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
48 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Tabel 4.9 Seluruh perhitungan hasil R1
No Jenis
pesawat
Dual Gear
departure
( R2 )
Wheel load
pesawat campuran
( W2 )
Wheel load
pesawat rencana
( W1 )
Equivalent
Annual
Departure ( R1 )
1 A320 1.319 40.969 40.969 1.319
2 B732 11 27.431 40.969 7
3 B733 231 33.131 40.969 134
4 B734 391 35.625 40.969 261
5 B735 1.327 27.550 40.969 364
6 B738 4.836 40.969 40.969 4.836
7 B739 2.715 44.574 40.969 3.816
8 C172 1.828 1.166 40.969 4
9 C208 86,4 4.157 40.969 4
10 C212 232 83.775 40.969 2.413
11 C402 168,8 2.995 40.969 4
12 CRJ1000 693 41.072 40.969 699
TOTAL R1 13.861
Sumber: Perhitungan sendiri, 2016
5. Menentukan tebal desain perkerasan dengan kurva.
Dalam menentukan tebal desain perkerasan didapatkan dari korelasi
beberapa hasil, dalam konstruksi apron Bandara Internasional Ahmad
Yani Semarang menggunakan pelat beton dengan mutu K.350 dan nilai
CBR 6%. berikut perhitungan dari Concrete flexural strength dan
Modulus of subgrade reaction dalam persamaan 2.3 dan 2.4.
a. Menghitung Concrete Flexural Strength :
- Kuat tekan fc’ = 0,83 x 350 = 290,5 kg/cm2
= 290,5 kg/cm2 x 14,22334 = 4131,8 psi
- Flexural Strength = 9√fc’
= 9 √4131,8 psi
= 579 psi.
b. Menghitung Modulus of Subgrade Reaction :
k = [
]0,7788
, k dalam pci
k = [
]
0,7788
k = 94,96 pci
Dari semua hasil yang ada, selanjutnya akan diplotkan ke grafik
perencanaan perkerasan kaku metode FAA. Berikut grafik perencanaan
perkerasan kaku dual wheel gear metode FAA dalam gambar 4.4.
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
49 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Gambar 4.4. Grafik perencanaan perkerasan Kaku dual wheel gear metode
FAA Sumber : Basuki, 1986
Pada gambar 4.4 grafik perencanaan perkerasan kaku dual wheel gear
metode FAA dengan jenis pesawat B738 sebagai pesawat rencana dapat
dilihat bahwa flexural strength adalah sebesar 579 psi ditarik garis
horizontal sehingga menyinggung nilai modulus of subgrade reaction
sebesar 94,96 pci, kemudian ditarik garis vertikal sehingga
menyinggung nilai MTOW dari pesawat rencana sebesar 172.500 lbs,
lalu ditarik lagi garis horizontal sehingga menyinggung garis jumlah
Annual Departure sehingga menghasilkan tebal slab beton sebesar 19
in atau 48,26 cm.
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
50 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
4.2.2 Pembesian pada Apron untuk Metode FAA
Pembesian pada apron ada macam macam antara lain adalah wiremesh,
tie bar, dowel yang terdapat dalam suatu luas perkerasan beton. Tulangan
wiremesh awalnya adalah hasil dari besi polos yang dikonversikan atau
sebagai pengganti besi polos. Berikut tahap perhitungan tulangan
wiremesh serta penulangan yang lain.
1. Perhitungan tulangan wiremesh
Sebelum mengetahui tipe tulangan wiremesh yang akan digunakan
pada Bandara Ahmad Yani metode FAA, terlebih dahulu mendesain
luas besi tulangan batangan, setelah mengetahui lalu dikonversikan
menjadi besi wiremesh.
a. Desain rencana tulangan batangan
Dalam mendesain luas tulangan yang diperlukan dalam besi
batangan maupun wiremesh diambil lebar penampang beton 1
meter dikalikan tebal beton dalam satuan inchi. Berikut
perhitungan penulangan besi batangan:
As = 0,05% x luas penampang lintang beton
= 0,0005 x 100 cm x 48,26 cm
= 0,0005 x (
x
)
= 0,374 in2.
Dari perhitungan diatas As yang didapatkan akan mengetahui jarak
dan nomor tulangan yang akan digunakan. Berikut tabel 4.10 untuk
mengetahui jarak dan nomor tulangan.
Tabel 4.10 Luas tulangan dalam pelat ( in2)
JARAK
( in )
NOMOR TULANGAN
3 4 5 6 7 8 9 10 11
3 0,44 0,78 1,23 1,77 2,40 3,14 4,00 5,06 6,25
3,5 0,38 0,67 1,05 1,51 2,06 2,69 3,43 4,34 5,36
4 0,33 0,59 0,92 1,32 1,80 2,36 3,00 3,80 4,68
4,5 0,29 0,52 0,82 1,18 1,60 2,09 2,67 3,37 4,17
5 0,26 0,47 0,74 1,06 1,44 1,88 2,40 3,04 3,75
5,5 0,24 0,43 0,67 0,96 1,31 1,71 2,18 2,76 3,41
JARAK NOMOR TULANGAN
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
51 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
( in ) 3 4 5 6 7 8 9 10 11
6 0,22 0,39 0,61 0,88 1,20 1,57 2,00 2,53 3,12
6,5 0,20 0,36 0,57 0,82 1,11 1,45 1,85 2,34 2,89
7 0,19 0,34 0,53 0,76 1,03 1,35 1,71 2,17 2,68
7,5 0,18 0,31 0,49 0,71 0,96 1,26 1,60 2,02 2,50
8 0,17 0,29 0,46 0,66 0,90 1,18 1,50 1,98 2,34
9 0,15 0,26 0,41 0,59 0,80 1,05 1,33 1,69 2,08
10 0,13 0,24 0,37 0,53 0,72 0,94 1,20 1,52 1,87
12 0,11 0,20 0,31 0,44 0,60 0,78 1,00 1,27 1,56
Sumber: Jack C. Mc Cormac, 2003
As hasil perhitungan adalah 0,374 in2
dibulatkan ke atas hingga As
yang diambil dari tabel adalah 0,39. Dari tabel diatas menunjukan
tulangan nomor 4 dengan jarak 6 inchi atau 15 cm. Tulangan
nomor 4 dengan diameter 0,5 inchi.
b. Menghitung luas tulangan batangan
Sebelum konversi ke wiremesh terlebih dahulu menghitung luas
tulangan batangan nomor 4. Diameter dari tulangan nomor 4 adalah
0,5 inchi dikonversikan ke satuan milimeter dengan faktor
perkalian 25,4 . Diameter tulangan 0,5 inchi dikali 25,4 agar dapat
satuan milimeter . Berikut perhitungan luas tulangan batangan atau
As batangan:
As batangan = (
x 3,14 x D
2 ) x
= 0,25 x 3,14 x ((0,5 x 25,4)2) x 6,6 mm
2
= 835,64 mm2
c. Cari luas besi wiremesh yang dibutuhkan
Berikut perhitungan luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan atau
As butuh dengan hasil As batangan dikali perbandingan antara
mutu besi polos dengan mutu besi wiremesh yaitu fyd dengan fyw
sebagai beikut:
As butuh = As batangan x (
)
= 835,64 mm x (
)
= 668,5 mm2
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
52 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
d. Cari luas besi wiremesh.
Tahap ini mencari luas besi wiremesh agar dibandingkan dengan
As besi wiremesh yang dibutuhkan. Berikut perhitungan dengan
mencoba coba:
Luas wiremesh M12 = (
x 3,14 x D
2 ) x
= ( 0,25 x 3,14 x 122 ) x 6,6 mm
= 746 mm2
Dari hasil diatas menunjukan luas wiremesh M12 lebih besar dari
luas wiremesh yang dibutuhkan. Jadi dalam penulangan pada apron
bandara Internasional Ahmad Yani menggunakan besi wiremesh
M12 dengan spesfikasi pada tabel 4.11 dan gambar wiremesh M12
pada gambar 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.11 Spesifikasi wiremesh M12 Wiremesh Diameter (cm) Spasi (cm) Ukuran (m) Tipe
M12 1,2 15 x 15 2,1 x 5,4 Lembar
Sumber: PT. Union, 2015
Gambar 4.5 Wiremesh M12
Sumber: PT. Union, 2015
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
53 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
2. Pembesian tie bar
Dalam mendapatkan jarak tie bar, luas tulangan tie bar serta panjang
tie bar dengan korelasi antara tebal perkerasan (inchi), lebar jalur
menggunakan dengan satuan feet diplotkan ke grafik pembesian tie
bar berikut dalam gambar 4.6:
Gambar 4.6 Grafik rencana pembesian tie bar (Sumber: Basuki, 1986)
Dari hasil grafik diatas menunjukan korelasi antara tebal perkerasan
19 inchi (48,26 cm) dengan tebal plat 18,8 feet (575 cm) menghasil
kan: tie bar dengan diameter 7/8 inchi (2,2 cm), panjang 34 inchi (86
cm) dan jarak antara tie bar 33 inchi (83 cm).
3. Pembesian dowel
Dalam menentukan jarak dan ukuran dowel dari tebal slab beton pada
apron dalam satuan inchi atau centimeter. Berikut tabel 4.12
menunjukan diameter, panjang serta jarak pemasangan dowel:
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
54 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Tabel 4.12 Dimensi dan Jarak dowel Tebal Slab beton Diameter Panjang Jarak
6-7 in (15-18 cm) ¾ in (20 mm) 18 in (46 cm) 12 in (31 cm)
8-12 in ( 21-31 cm) 1 in (25 mm) 19 in (46 cm) 12 in (31 cm)
13-16 in (33-41 cm) 1 ¼ in (30mm) 19 in (51 cm) 15 in (38 cm)
17-20 in (43-51 cm) 1 ½ in(40 mm) 20 in (51 cm) 18 in (46 cm)
21-24 n (54-61 cm) 2 in (50 mm) 24 in (61 cm) 18 in (46 cm)
Sumber: Basuki, 1986
Hasil dari tabel 4.12, dengan tebal perkerasan slab beton 48,26
menghasilkan dowel dengan diameter 1 ½ in (40 mm), panjang dowel
20 in (51 cm) dan jarak dowel 18 in (46 cm).
Dari hasil tabel 4.12 menunjukan diameter dowel untuk metode FAA
adalah 40 mm atau D40 diganti dengan tulangan D36, dikarenakan
diameter tulangan paling besar di pasaran adalah D36. Berikut
perhitungan untuk kebutuhan dowel dalam slab dan perubahan
tulangan dari D40 ke D36:
Kebutuhan dowel dalam slab beton
Untuk mengetahui kebutuhan dowel dalam slab adalah lebar pelat
dibagi jarak pemasangan dowel. Dalam apron terdapat dua slab
yaitu, slab A dengan luas 5,75m x 5,75m dan slab B dengan luas
7,5m x 7,5m. Berikut perhitungan kebutuhan dowel dalam slab
beton:
Slab A = Lebar pelat / jarak pasang dowel
= 575 cm / 46 cm
= 12 dowel.
Slab B = Lebar pelat / jarak pasang dowel
= 750 cm / 46
= 16 dowel.
Berikut perhitungan perubahan diameter dowel:
Pelat A = ((D40 – D36) * 12 dowel ) / D36
= (( 40 mm – 36 mm ) * 12 ) / 36 mm
= 48 mm / 36 mm
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
55 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
= 1.33 buah besi dibulatkan ke atas adalah 2 besi.
Pelat B = (D40 – D36) * 16 dowel ) / D36
= (( 40 mm – 36 mm ) * 16 ) / 36 mm
= 64 mm / 36 mm
= 1,77 buah besi dibulatkan ke atas menjadi 2 besi
Dari hasil diatas kebutuhan dowel dalam slab A menjadi 14 dowel
dan slab B menjadi 18 dowel dikarenakan perubahan diameter
dowel dari D40 ke D36. Dari perubahan diameter dowel, jarak
pemasangan menjadi 41 cm.
4. Joint Sealant
Untuk menentukan lebar dan dalam joint untuk pengisian bahan
sealant pada joint. Untuk menentukan lebar dan dalam joint, dalam
slab beton apron atau jarak antar joint adalah 7,5 meter dan 5,75
meter. Diambil jarak antar joint yang paling besar yaitu 7,5 meter.
Berikut tabel 4.13 untuk menentukan lebar dan dalam lubang joint:
Tabel 4.13 Lebar dan dalam joint. Jarak Joint Lebar joint Dalam Joint
20 feet ¼ inchi ½ inchi
25 feet 3/8 inchi ½ inchi
30 feet 3/8 inchi ½ inchi
40 feet ½ inchi ½ inchi
50 feet 5/8 inchi 5/8 inchi
60 feet ¾ inchi ¾ inchi
Sumber: Basuki, 1986
Hasil diatas menunjukan lebar joint 3/8 (9 mm) inchi dan dalam joint
½ inchi (12,7 mm) dari jarak antara joint 7,5 meter dikonversikan ke
feet jadi 24,606 feet dibulatkan menjadi 25 feet.
4.2.3 Volume pekerjaan konstruksi apron untuk metode FAA
Sebelum mengetahui anggaran biaya slab beton dari apron untuk metode
FAA terlebih dahulu perlu mengetahui volume perkerjaan dari apron.
Dalam menghitung volume pekerjaan mulai dari tebal slab beton, jumlah
wiremesh, dowel dan tie bar dalam slab. Berikut tabel 4.14 volume
pekerjaan slab apron metdode FAA:
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
56 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Tabel 4.14 Volume pekerjaan slab apron metode FAA
NO JENIS PEKERJAAN VOLUME
PEKERJAAN SLAB APRON
Pekerjaan Slab Beton k-350
Volume slab beton FAA
= h x l x p
= 0,482 x 551,5 m x 131,5m
= 34.955 m3
Wiremesh M12
= Luas Apron / Luas Wiremesh
= (551,5m x 131,5m) x (2,1m x 5,4m)
= 72.522 m2 / 11,34m
2
= 6.396 lembar wiremesh
Tie bar D22-86 cm
= n tie bar x p tie bar
= 11.534 buah x 0,86 m
= 9.919 m x berat besi D22
= 9.919 m x 2,98 kg/m
= 29.558 kg + 3%
= 30.444 kg
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
57 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Dowel D36-51 cm
= n dowel x p dowel
= 22.508 buah x 0,51 m
= 11.479 m x berat besi D36
= 11.479 m x 7,99 kg/m
= 91.717 kg + 3%
= 94.468 kg
Keterangan :
- h = kedalaman, m
- p = panjang, m - l = lebar, m
- n = jumlah
Rencana Anggaran Biaya untuk metode FAA
Rencana anggaran biaya adalah rancangan biaya dari suatu konstruksi.
Untuk mendapaktkan anggaran rencana atau anggaran kira kira dari suatu
konstruksi dengan hasil dari volume pekerjaan dikalikan harga satuan
pekerjaan atau disingkat HSP. Harga bahan di pasaran yang dikumpulkan
dalam suatu daftar yang dinamakan Hsp atau harga satuan pekerjaan.
Berikut tabel dan tabel untuk menunjukan harga pekerjaan konstruksi
apron untuk metode FAA
Tabel 4.15 Anggaran biaya metode FAA
NO Jenis Pekerjaan Vol.
Pekerjaan
Sat.
pekerjaan
Harga satuan
pekerjaan Harga Pekerjaan
PEKERJAAN BETON
1. Membuat beton mutu K-350 34.995 m3 Rp. 993.000,00 Rp. 34.750.035.000,00
2. Pekerjaan pemasangan wiremesh M12 6.396 lembar Rp. 1.247.000,00 Rp. 7.975.812.000,00
3. Pekerjaan pemasangan Tie bar 30.444 kg Rp. 10,700 Rp. 325.750.900,00
4. Pekerjaan pemasangan Dowel 94.468 kg Rp. 13,000 Rp. 1.228.084.000,00
TOTAL Rp. 44.279.681.900,00
Hasil anggaran biaya untuk konstruksi apron metode FAA sebesar
Rp 44.279.681.900,00 ( Empat puluh empat miliar, dua ratus tujuh puluh
sembilan juta, enam ratus delapan puluh satu ribu, sembilan ratus rupiah).
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
58 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
4.2.4 Perencanaan lapisan perkerasan dengan metode LCN (Load
Classification Number)
Perencanaan lapisan tebal perkerasan kaku menggunakan metode LCN
(Load classification number), dengan beberapa langkah berikut:
1. Menentukan Gear Load pesawat.
Gear load pesawat dihitung 95% beban diberikan kepada main gear
atau roda pendaratan utama sedangkan 5% pada nose gear atau roda
depan. Berdasarkan data pergerakan menunjukan pesawat rencana
dengan MTOW 172.500 dengan konfigurasi roda dual wheel. Sehingga
nilai yang didapat sebagai berikut:
Gear loads = 95% x MTOW pesawat rencana.
= 0,95 x 172.500
= 163.875 lbs
2. Menentukan kontak area ban.
Nilai kontak area ban didapatkan dari cara membagi gear loads dengan
besarnya tire pressure pesawat B-738. Dari perhitungan sebelumnya
didapat gear load sebesar 163.875 lbs. Tire pressure pesawat B-738
adalah 213. Sehingga didapat:
A =
= 769,367 inchi
2
3. Menentukan nilai RF ( Reduction factor ).
Untuk mendapatkan nilai reduction factor diperoleh dari langkah
perhitungan sebelumnya yaitu kontak area ban dengan nilai 769,367 in2
dan jarak antara roda pesawat B738 adalah 31 in dengan hasil gambar
4.7 menunjukan reduction factor adalah 1,38.
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
59 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Gambar 4.7 Grafik reduction factor
Sumber : Basuki, 1986
4. Menentukan nilai ESWL
Nilai ESWL didapatkan dari beban total pada main gear dibagi
reduction factor. Nilai reduction factor adalah 1,38. ESWL dihitung
menggunakan persamaan berikut :
ESWL =
=
= 118.750 lbs
5. Menentukan Nilai LCN dan LCG.
Dengan menghubungkan nilai ESWL dengan tekanan roda pesawat ke
dalam grafik LCN ( Load classification number ) akan mendapatkan
nilai LCN dan nilai LCG ( Load classification group ). Grafik berikut
menunjukan nilai LCN dan nilai LCG dengan hasil sebelumnya
meggunakan pesawat tipe B738 dengan tire pressure 120 dan nilai
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
60 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
ESWL adalah 118.750. Hasil dari grafik dibawah menunjukan nilai
LCN pada pesawat B738 adalah 115 dan LCG I.
Gambar. 4.8 Grafik Nilai LCN dan LCG. Sumber: Basuki,1986
6. Menentukan tebal perkerasan dengan grafik LCN.
Dalam menentukan tebal perkerasan dengan LCN menggunakan hasil
yang sudah ada antara lain : Pesawat B738 dikategorikan sebagai LCG I
dan pada bandara Internasional Ahmad Yani memiliki flexural strength
sebesar 579 psi. Flexural strength yang akan diplotkan dalam grafik
LCN harus dikonversikan dalam satuan kg/cm2 dengan nilai konversi
0,0703. Jadi flexural strength hasil konversi adalah 40,70 kg/cm2.
Tebal perkerasan dengan grafik LCN pada gambar 4.9 menunjukan
tebal perkerasan dengan metode LCN adalah 400 mm atau 40 cm.
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
61 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Gambar 4.9 Grafik perencanaan tebal perkerasan metode LCN
Sumber: Basuki, 1986
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
62 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
4.2.5 Pembesian pada apron untuk metode LCN
Berikut tahap perhitungan tulangan wiremesh serta penulangan yang lain
untuk metode LCN:
1. Perhitungan tulangan wiremesh untuk metode LCN:
a. Desain rencana tulangan batangan
Dalam mendesain luas tulangan yang diperlukan dalam besi
batangan maupun wiremesh diambil lebar penampang beton 1
meter dikalikan tebal beton dalam satuan inchi. Berikut
perhitungan penulangan besi batangan:
As = 0,05% x luas penampang lintang beton
= 0,0005 x 100 cm x 40 cm
= 0,0005 x (
x
)
= 0,31 in2.
Dari perhitungan diatas As yang didapatkan akan mengetahui jarak
dan nomor tulangan yang akan digunakan. Berikut tabel 4.16 untuk
mengetahui jarak dan nomor tulangan.
Tabel 4.16 Luas tulangan dalam pelat ( in2)
JARAK
( in )
NOMOR TULANGAN
3 4 5 6 7 8 9 10 11
3 0,44 0,78 1,23 1,77 2,40 3,14 4,00 5,06 6,25
3,5 0,38 0,67 1,05 1,51 2,06 2,69 3,43 4,34 5,36
4 0,33 0,59 0,92 1,32 1,80 2,36 3,00 3,80 4,68
4,5 0,29 0,52 0,82 1,18 1,60 2,09 2,67 3,37 4,17
5 0,26 0,47 0,74 1,06 1,44 1,88 2,40 3,04 3,75
5,5 0,24 0,43 0,67 0,96 1,31 1,71 2,18 2,76 3,41
6 0,22 0,39 0,61 0,88 1,20 1,57 2,00 2,53 3,12
6,5 0,20 0,36 0,57 0,82 1,11 1,45 1,85 2,34 2,89
7 0,19 0,34 0,53 0,76 1,03 1,35 1,71 2,17 2,68
7,5 0,18 0,31 0,49 0,71 0,96 1,26 1,60 2,02 2,50
8 0,17 0,29 0,46 0,66 0,90 1,18 1,50 1,98 2,34
9 0,15 0,26 0,41 0,59 0,80 1,05 1,33 1,69 2,08
10 0,13 0,24 0,37 0,53 0,72 0,94 1,20 1,52 1,87
12 0,11 0,20 0,31 0,44 0,60 0,78 1,00 1,27 1,56
Sumber: Jack C. Mc Cormac, 2003
As hasil perhitungan adalah 0,31 in2. Dari tabel diatas menunjukan
tulangan nomor 4 dengan jarak 7,5 inci atau 190 mm.
b. Menghitung luas tulangan batangan
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
63 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Sebelum konversi ke wiremesh terlebih dahulu menghitung luas
tulangan batangan nomor 4. Diameter dari tulangan nomor 4 adalah
0,5 inchi dikonversikan ke satuan milimeter dengan faktor
perkalian 25,4 . Diameter tulangan 0,5 inci dikali 25,4 agar dapat
satuan milimeter . Berikut perhitungan luas tulangan batangan atau
As batangan:
As batangan = (
x 3,14 x D
2 ) x
= 0,25 x 3,14 x ((0,5 x 25,4)2) x 5,26 mm
2
= 666 mm2
c. Cari luas besi wiremesh yang dibutuhkan
Berikut perhitungan luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan atau
As butuh dengan hasil As batangan dikali perbandingan antara
mutu besi polos dengan mutu besi wiremesh yaitu fyd dengan fyw
sebagai beikut:
As butuh = As batangan x (
)
= 666 mm x (
)
= 532,8 mm2
d. Cari luas besi wiremesh
Tahap ini mencari luas besi wiremesh agar dibandingkan dengan
As besi wiremesh yang dibutuhkan. Berikut perhitungan dengan
mencoba coba:
Luas wiremesh M11 = (
x 3,14 x D
2 ) x
= ( 0,25 x 3,14 x 112 ) x 6,6 mm
= 627 mm2
Dari hasil diatas menunjukan luas wiremesh M11 lebih besar dari
luas wiremesh yang dibutuhkan. Jadi dalam penulangan pada apron
Bandara Internasional Ahmad Yani metode LCN menggunakan
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
64 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
besi wiremesh M11 dalam tabel 4.17 dan spesfikasi dalam gambar
4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.17 Spesifikasi wiremesh M11 Wire mesh Diameter (cm) Spasi (cm) Ukuran (m) Tipe
M11 1,1 15 x 15 2,1 x 5,4 Lembar
(Sumber: PT. Union, 2015)
Gambar 4.10 Wiremesh M11
Sumber: PT. Union, 2015
2. Pembesian tie bar
Dalam mendapatkan jarak tie bar, luas tulangan tie bar serta panjang
tie bar dengan korelasi antara tebal perkerasan (inchi), lebar jalur
menggunakan satuan feet diplotkan ke grafik berikut dalam gambar
4.11:
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
65 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Gambar 4.11 Grafik pembesian tie bar Sumber: Basuki, 1986
Dari hasil grafik diatas menunjukan Korelasi antara tebal perkerasan
15,7 inchi (40 cm) dengan tebal plat 18,8 feet (575 cm) menghasil
kan: tie bar dengan diameter 3/4 inchi (1,9 cm), panjang 30 inchi
(76,2 cm) dan jarak antara tie bar 25 inchi (63,3 cm).
3. Pembesian dowel
Dalam menentukan jarak dan ukuran dowel dari tebal slab beton
metode LCN pada apron dalam satuan inchi atau centimeter. Berikut
tabel 4.18 menunjukan diameter, panjang serta jarak pemasangan
dowel:
Tabel 4.18 Dimensi dan Jarak dowel
Sumber: Basuki, 1986
Tebal Slab beton Diameter Panjang Jarak
6-7 in (15-18 cm) ¾ in (20 mm) 18 in (46 cm) 12 in (31 cm)
8-12 in ( 21-31 cm) 1 in (25 mm) 19 in (46 cm) 12 in (31 cm)
13-16 in (33-41 cm) 1 ¼ in (30mm) 19 in (51 cm) 15 in (38 cm)
17-20 in (43-51 cm) 1 ½ in(40 mm) 20 in (51 cm) 18 in (46 cm)
21-24 in (54-61 cm) 2 in (50 mm) 24 in (61 cm) 18 in (46 cm)
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
66 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Dari tabel diatas dengan tebal slab pada apron 15,7 inchi atau 40 cm
mendapatkan hasil besi dowel yang digunakan dalam slab beton
dengan diameter 1 ¼ in (30 mm), Panjang dowel 20 in (51 cm) dan
jarak antara dowel 15 in (38 cm).
Diameter dowel untuk metode LCN adalah 30 mm atau D30 diganti
dengan dowel D32, dikarenakan diameter tulangan D30 tidak ada.
Berikut perhitungan untuk kebutuhan dowel dalam slab beton dan
perubahan tulangan dari D30 ke D32:
Kebutuhan dowel dalam slab beton.
Berikut perhitungan kebutuhan dowel dalam plat:
Slab A = Lebar pelat / jarak pasang dowel
= 575 cm / 38 cm.
= 15 dowel.
Slab B = Lebar pelat / jarak pasang dowel
= 750 cm / 38 cm.
= 19 dowel.
Berikut perhitungan perubahan diameter dowel:
Slab A = ((D32 – D30) * 15 dowel ) / D32
= (( 30 mm – 32 mm ) * 15 ) / 32 mm
= 30 mm / 32 mm.
= 0,93 buah besi dibulatkan ke atas adalah 1 besi.
Slab B = (D32 – D30) * 19 dowel ) / D32
= (( 32 mm – 30 mm ) * 19 ) / 32 mm
= 38 mm / 32 mm.
= 1.18 buah besi dibulatkan ke bawah adalah 1
besi.
Dari hasil di atas kebutuhan dowel dalam slab A dan slab B
dikurangi satu buah dowel dalam pelat dikarenakan perubahan
diameter dowel, dari diameter kecil ke diameter besar atau dari D30
ke D32. Dari perubahan diameter dowel, jarak pemasangan dowel
berubah menjadi 41 cm.
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
67 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
4. Joint sealant
Lebar dan dalam lubang joint yang didapatkan untuk metode LCN
adalah sama dengan hasil dari metode FAA dikarenakan jarak antar
joint yang sama dan menghasilkan lebar dan dalam joint yang sama.
Hasil untuk metode LCN dengan lebar joint 3/8 inchi dan dalam joint
½ inchi.
Tabel 4.19 Lebar dan dalam joint. Jarak Joint Lebar joint Dalam Joint
20 feet ¼ inchi ½ inchi
25 feet 3/8 inchi ½ inchi
30 feet 3/8 inchi ½ inchi
40 feet ½ inchi ½ inchi
50 feet 5/8 inchi 5/8 inchi
60 feet ¾ inchi ¾ inchi
Sumber: Basuki, 1986
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
68 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
4.2.6 Volume pekerjaan Konstruksi Apron untuk metode LCN
Sebelum mengetahui anggaran biaya slab beton dari apron untuk metode
LCN terlebih dahulu perlu mengetahui volume perkerjaan dari apron.
Dalam menghitung volume pekerjaan mulai dari tebal slab beton, jumlah
wiremesh, dowel dan tie bar dalam slab. Berikut tabel 4.20 volume
pekerjaan slab apron metdode LCN:
Tabel 4.20 Volume pekerjaan Untuk metode LCN
NO JENIS PEKERJAAN VOLUME
PEKERJAAN SLAB APRON
Pekerjaan Slab Beton k-350
Volume slab beton LCN
= h x l x p
= 0,4 x 551,5 m x 131,5m
= 29.008 m3
Wiremesh M11
= Luas Apron / Luas Wiremesh
= (551,5m x 131,5m) x (2,1m x 5,4m)
= 72.522 m2 / 11,34 m
2
= 6396 lembar wire mesh
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
69 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Tie bar D19-76,2 cm
= Jumlah tie bar x panjang tie bar
= 15.330 buah x 0,762 m
= 11.681 m x berat besi D19
= 11.681 m x 2,23 kg/m
= 26.048 kg + 3%
= 26.829 kg
Dowel D32 - 51 cm
= Jumlah dowel x panjang dowel
= 22.508 buah x 0,51 m
= 11.479 m x berat besi D32
= 11.479 m x 6,313 kg/m
= 72.466 kg + 3%
= 74.640 kg
Rencana Anggaran Biaya untuk metode LCN
Berikut tabel 4.21 yang menunjukan anggaran biaya Untuk metode LCN:
Tabel 4.21 Anggaran biaya metode LCN
NO Jenis Pekerjaan Vol.
Pekerjaan
Sat.
pekerjaan
Harga satuan
pekerjaan Harga Pekerjaan
PEKERJAAN BETON
1. Membuat beton mutu K-350 29.008 m3 Rp. 993.000,00 Rp. 28.804.994.000,00
2. Pekerjaan pemasangan wiremesh M11 6.396 lembar Rp. 945.000,00 Rp. 6.044.220.000,00
3. Pekerjaan pemasangan Tie bar 26.829 kg Rp. 10.700,00 Rp. 281.688.000,00
4. Pekerjaan pemasangan Dowel 74.640 kg Rp. 13.000,00 Rp. 826.049.000,00
JUMLAH Rp. 36.106.554.300,00
Hasil yang diperoleh Tabel 4.21 anggaran biaya untuk desain tebal
perkerasan metode LCN adalah sebesar Rp. 36.106.554.300,00 ( Tiga puluh
enam miliar, seratus enam juta, lima ratus lima puluh empat, tiga ratus
rupiah). Perbedaan anggaran biaya yang diperoleh dari kedua metode FAA
dan LCN cukup besar yaitu kurang lebih Rp. 8.173.127.600,00 ( Delapan
miliar seratus tujuh puluh juta, tiga ratus dua puluh tujuh ribu, enam ratus
rupiah).
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
70 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
4.3 Pembahasan keseluruhan dari metode FAA dan metode LCN
Tabel 4.22 Perbandingan metode FAA dan LCN
NO KETERANGAN METODE FAA METODE LCN
1 Metode
-Tahap perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan
Grafik.
- Gear Load atau beban pesawat
dibagi ke setiap roda pendaratan.
- Tahap perhitungan dengan
menggunakan persamaan dan
Grafik.
- Gear load atau roda pendaratan
dibagi ke kontak area ban.
2
Tebal
perkerasan Slab
beton
- Dalam menentukan tebal
perkerasan menggunakan pesawat
B738 sebagai pesawat rencana.
- Hasil tebal perkerasan slab beton
19 inci atau 48,26 cm.
- Dalam menentukan tebal
perkerasan menggunakan pesawat
B738 sebagai pesawat rencana.
- Hasil tebal perkerasan slab beton
15,7 inci atau 40 cm.
3 Pembesian
- Tebal slab beton 48,26 cm
menghasilkan pembesian sebagai
berikut:
- Wiremesh M12
- Tie bar : Tebal slab beton 19
inchi menghasilkan tie bar
dengan diameter 2,2 cm, panjang
86 cm dan jarak 83 cm.
- Dowel: Dengan diameter 3,6 cm,
panjang 51 cm dan jarak 41 cm.
- Joint sealant dengan jarak antara
joint 7,5 m, menghasilkan lebar
joint 3/8 inchi dan dalam joint ½
inchi.
- Tebal slab beton 40 cm
menghasilkan pembesian sebagai
berikut:
- Wiremesh M11
- Tie bar : Tebal slab beton 15,7
inchi menghasilkan tie bar
dengan diameter 1,9 cm, panjang
76,6 cm dan jarak 63,3 cm.
- Dowel: Dengan diameter 3,2 cm,
panjang 51 cm dan jarak 41 cm.
- Joint sealant dengan jarak antara
joint 7,5 m, menghasilkan lebar
joint 3/8 inchi dan dalam joint ½
inchi.
4 Anggaran Biaya
- Volume slab beton k-350
= 34.955 m3.
- Jumlah wiremesh yang
dibutuhkan: 6.396 lembar.
- Tie bar D22 = 30.444 kg.
- Dowel D36 = 94.468 kg.
- Anggaran biaya sebesar:
Rp 44.279.681.900,00 (Empat
puluh empat miliar, dua ratus
tujuh puluh sembilan juta, enam
ratus delapan puluh satu ribu,
sembilan ratus rupiah).
- Volume slab beton k-350
= 29.008 m3.
- Jumlah wiremesh yang
dibutuhkan: 6.396 lembar.
- Tie bar D19 = 26.829 kg.
- Dowel D32 = 74.640 kg.
- Anggaran biaya sebesar:
Rp. 36.106.554.300,00 (Tiga
puluh enam miliar, seratus enam
juta, lima ratus lima puluh empat
ribu, tiga ratus rupiah).
Steven Novenio G. Rangdi 12.12.0032
71 Tugas Akhir
Analisis Perancangan Tebal Perkerasan Apron Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang dengan Metode FAA, LCN
Analisa perancangan tebal perkerasan apron Bandara Internasional Ahmad
Yani Semarang menggunakan metode FAA dan metode LCN, dengan
kebutuhan data pesawat yang sama dan tahap perhitungan yang berbeda
sehingga hasil yang di peroleh juga berbeda.
Jika dibandingkan analisa dari kedua metode antara metode FAA dan metode
LCN, bahwa analisa perancangan tebal perkerasan apron dengan metode
LCN memiliki tingkat ketelitian kurang maksimal dilihat dari dalam
menentukan roda pendaratan utama atau gear loads hanya dibagi pada kontak
area ban. Sementara dengan menggunakan metode FAA dalam menentukan
roda pendaratan utama atau gear load dengan membagi beban pesawat ke
setiap roda pendaratan.
Dari tahap kedua metode antara metode LCN dan metode FAA yang berbeda,
mulai dari menentukan roda pendaratan utama serta tahap yang menghasilkan
tebal perkerasan slab beton yang berbeda Dari hasil perhitungan desain tebal
perkerasan menggunakan metode FAA dan LCN memiliki hasil yang berbeda
dibandingkan dengan tebal perkerasan konstruksi apron pada Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang yang baru. Hasil tebal perkerasan
metode FAA dengan tebal 19 inchi atau 48,26 cm, metode LCN dengan tebal
15,7 inchi atau 40 cm, dibandingkan tebal perkerasan Bandara Internasional
Ahmad Yani memiliki tebal perkerasan slab beton 46 cm. Perbandingan tebal
perkerasan dengan metode FAA lebih tebal dibandingkan metode LCN dan
tebal perkerasan pada apron baru Bandara Internasional Ahmad Yani. Jadi
analisa tebal perkerasan apron dengan dua metode yang berbeda kita dapat
melihat perbedaan dari tebal perkerasan.
Untuk anggaran biaya dari kedua metode memiliki selisih yang sangat besar
yaitu kurang lebih RP. 8.173.127.600,00 ( Delapan miliar seratus tujuh puluh
tiga juta, seratus dua puluh tujuh ribu, enam ratus rupiah).