BAB IV
-
Upload
yunis-alwyssweet-inthe-heart -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of BAB IV
BAB IV
SINTESIS METIL ESTER
4.1. Tujan percobaan
Memahami reaksi pembentukan biodiesel
4.2. tinjauan pustaka
Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil ester dari fatty acid
rantai panjang, yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang.[6]
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat dimana gugus hodroksi (-OH) dari
asam karboksilat digantikan oleh gugus hidroksi (-OR)[4]. Ion karboksilat merupakan
basa lemah dan dapat bertindak sebagai suatu nukleofil[1]. Pembentukan ester atau
erterifikasi dapat terjadi jika asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dan
ditambah sedikit asam mineral sebagai katalis dan reaksinya bolak balik.[4]
Gambar 4.1. Rangkain alat untuk proses esterifikasi[3]
Reaksi esterifikasi adalah:
Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang
dimagsud antara lain:
- Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar.
- Perbandingan zat pereaksi
KOH/NaOH
Katalis
Dikarenakan sifatnya yang reversible, maka salah satu reaktan harus dibuat berlebih
agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.
- Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan
zat yang bereaksi semakin baik sehingga mempercepat reaksi dan reaksi berjalan
sempurna.
- Katalisator
Sifat esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar berjalan lebih cepat[5].
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik
dalam alkohol dn asam karboksilatnya[1].
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholis) adalah tahap konversi dari
triglisakarida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol.
Proses transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas (kekentalan)
minyak, sehingga mendekati nilai viskositas solar. Nilai viskositas yang tinggi akan
menyulikan pemompaan/pemasukan bahan bakar dari angki keruang bahan bakar mesin
dan menyebabkan atomisasi lebih sukar terjadi (Hambali, dkk, 2007).
Reaksi transesterifikasi adalah:
Faktor faktor yang berpengaruh pada reaksi transesterifikasi adalah pengaruh air
dan asam lemak bebas, pengaruh perbandingan molar antara molar alkohol dengan
bahan mentah, jenis alkohol, jenis katalis, dan temperatur[6].
Standar mutu biodiesel telah dikeluarkan dalam bentuk SNI No.04-7182-2006,
melalui keputusan kepala badan standrdisasi Nasional (BSN) Nomor
73/KEP/BSN/2/2006. Standar mutu biodiesel tersebut adalah sebagai berikut :[3].
No Parameter Satuan Nilai Metoda uji
Katalis
NaOH/KOH
1 Massa jenis pada 40 oC kg/m3 850-890 ASTM D
1298
2 Viskositas kinematik pada
40 oC
mm2/s (cSt) 2,3-6,0 ASTM D 445
3 Angka setana - min. 51 ASTM D 613
4 Titik nyala (mangkok
tertutup)
oC min. 100 ASTM D 93
5 Titik kabut oC min. 18 ASTM D
2500
4.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Bentuk : Cair
Titik Beku : 0 oC
Titik Didih : 100 oC
Densitas (air) : 1 g/cm3
B. Indikator Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318 g/mol
Bentuk : Serbuk
Titik didih : 64,5 oC
Titik leleh : -97,8 oC
Titik lebur : 240 oC
Densitas : 0,7915 g/cm3
C. Kalium Hidroksida
Rumus kimia : KOH
Massa molar : 56,11 g/mol
Bentuk : Padatan
Titik didih : 1384 oC
Titik lebur : 380°C
D. Metanol
Rumus Molekul : CH3OH
Berat Molekul : 32 g/mol
Bentuk : Cair
Tekanan Uap : 96 mmHg at 20oC
Tekanan Densitas : 1,11
Titik Didih : 64,6 oC
Titik Beku : -97,8 oC
Densitas : 0,7921 g/cm3
E. Minyak Kelapa Sawit
Bilangan Asam : 209,7 mg KOH/ g
Bilangan Iod : 45 – 62 mg I2/ g
Bilangan Setana : 62
Could Point : 16
Densitas : 0,868 g/ml (15oC)
Kandungan sulfur : < 50 ppm
Nilai Kalori, LHV : 37 – 38 MJ/ kg
Titik nyala : 174
Viskositas kinematik : 5,3 C St
F. Natrium Hidroksida
Berat Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40 g/mol
Bentuk : Kristal
Titik Leleh : 318 oC
Titik Didih : 1390 oC
Densitas : 2,13 g/cm3 (20oC)
4.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- Batangpengaduk
- beakerglas
- botolaquades
- labuleher 3
- Magnetic stirer
- Pipet volume
- Thermometer
- Piknometer
B. Bahan-bahan yang digunakan
- aquades (H2O)
- indikatorfenolftelein (C20H14O4)
- kaliumhidroksida (KOH)
- methanol (CH3OH)
- Minyakkelapasawit
- Natriumhidroksida (NaOH)
4.5. Prosedur Percobaan
1. Uji FFA
Melakukan Uji FFA/angka asam lemak bebas, jika hasil FFA > 2% maka
dilakukan proses esterifikasi sampai bahan baku mempunyai FAA < 2%. Jika
FFA < 2% maka dapat melakukan proses transesterifikasi.
Prosedur pengujian Free Fatty Acid (asam lemak bebas):
- menimbang 20 gram minyak dalam Erlenmeyer
- memasukkan minyak sampai suhu 40°C
- memasukkan methanol 96% sebanyak 50 mL dan 3 tetes indicator PP ke
dalam Erlenmeyer
- mendinginkan larutan sampai suhu ruangan
- menitrasi larutan dengan larutan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna menjadi merah jambu
- mencatat volume titrasi yang dibutuhkan
- menyatakan asam lemak bebas sebagai %FFA
- perhitungan % FFA
% FFA= mL KOH ×Normalitas KOH ×BM asam lemakberat contoh× 1000
×100%
2. Proses Esterifikasi
- memanaskan 1 liter minyak hingga mencapai suhu 60-65 °C
- melakukan 2,25 gram methanol dan 0,05 gram asam sulfat untuk setiap
gram asam lemak bebas dalam minyak. Menvampurka asam sulfat dan
methanol terlebih dahulu kemudian menambahkannya secara perlahan ke
dalam minyak
- melakukan pengadukan dengan magnetic stirrer selama 2 jam
- mendinginkan campuran sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah
methanol-air asam sulfat
- mengukur kembali %FFA.
3. Proses Transesterifikasi
- menimbang 2,5 gram natrium hidroksida dan melarutkan didalam 56,44
gram methanol (1,7616 mol methanol)
- memasukkan 250 gram minyak (0,2936 mol minyak) kedalam labu leher
tiga dan memanaskan minyak sampai suhu 60°C
- kemudian memasukkan larutan natrium hidroksida alkoholik kedalam
minyak dan transesterifikasi dilakukan selama 120 menit disertai dengan
pengadukan
- menghentikan proses setelah waktu reaksi tersebut
- memisahkan lapisan tersebut dengan menggunakan corong pemisah sampai
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan bawah ( gliserol dan methanol) dan lapisan
atas (crude biodesel)
- mencuci kelebihan alkohol dan residu katalis dari crude biodiesel dengan
menggunakan air panas 80-90°C
- pencucian diulang sampai air yang digunakan untuk proses pencucian telah
jernih sehingga diperoleh metil ester yang telah bebas pengotor
- penguapan sisa air pencuci yang ada di metil ester dengan memanaskan
metil.
4. Uji densitas metil ester
- menimbang berat piknometer kosong
- memasukkan metil ester kedalam piknometer
- menimbang piknometer yang telah diisi metil ester
- menghitung densitas metil ester.
4.6 Data Pengamatan
Tabel 4.6.1. Tabel Data Pengamatan Sintesis Metil Ester
No. Perlakuan Pengamatan Kesimpulan
1. Uji FFA
Minyak Larutan I
Lar. I + CH3OH + PP
Larutan 2
Larutan berwarna
kuning keemasan pada
suhu 40 oC
Terbentuk 2 lapisan
pada suhu ruang.
Lapisan atas adalah
metanol dan air, lapisan
bawah berwarna kuning
(minyak).
Larutan2 dititrasi
Larutan 3
Larutan berwarna
merah jambu pada
bagian atas.
Volume titrasi
= 4,1
% FFA
= 0,55 %
2. Transesterifikasi
CH3OH + NaOH
Larutan I
Minyak Larutan 2
Larutan I + Larutan 2
Larutan 3
Larutan 3
Larutan 4
Larutan berwarna putih
keruh.
Larutan berwarna
kuning keemasan pada
suhu 60 oC.
Larutan berwarna
kuning kecoklatan.
Terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas berwarna
kuning keruh dan
lapisan bawah
berwarna coklat tua.
Terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas
metil ester
lapisan bawah
gliserol.
KOH
dipisahkan
Lapisan 4
Larutan V
Lapisan atas berwarna
kuning kekeruhan dan
lapisan bawah
berwarna putih keruh.
Lapisan atas
metil ester dan
lapisan bawah
air.
Diperoleh metil
ester (biodiesel)
sebesar 275mL
3. Uji Densitas Berat piknometer
kosong = 15,15 gr
Berat piknometer
kosong + isi = 36,74 gr
Volume piknometer
= 25 mL
Densitas metil
ester =
0,8636gr/cm3
4.7. Dokumentasi Pengamatan
1. Uji % FFA
Gambar 4.7.1. Minyak goreng Gambar 4.7.2. Minyak + CH3OH + PP
Gambar 4.7.3. Hasil titrasi dengan KOH
Dipisahkan(air panas)
2. Proses Transesterifikasi
Gambar 4.7.4. CH3OH + NaOH Gambar 4.7.5. Minyak Dipanaskan
Gambar 4.7.6. CH3OH + NaOH + minyak Gambar 4.7.7. Pemisahan Minyak Dengan
Gliserol
Gambar
4.7.8. Pencucian Crude Biodiesel Gambar 4.7.10. Hasil biodiesel
dengan air panas
4.8. Perhitungan
1. Menghitung % FFA
%FFA=mL KOH×N KOH×BM Asam LemakBerat Sampel×1000
×100 %
%FFA=mL KOH × N NaOH × BMasam lemakberat sampel×1000
×10 %
2. Menghitung densitas metil ester (biodiesel)
ρ=mv
ρ=(berat picnometer kosong+ isi )−(berat picnometer kosong)
volume
ρ=(36,74 )−(15,15)
25
= 0,8636 gr/cm3
4.9 Persamaan Reaksi
4.10 Pembahasan
1. Menguji % FFA
Untuk menentukan tahap pembentukan biodiesel. Jika % FFA <2% maka
dapat dilakukan proses transesterifikasi tanpa melalui tahap esterifikasi,
sedangkan apabila % FFA > 2% maka harus dilakukan proses esterifikasi
terlebih dahulu untuk menurunkan kadar FFA. % FFA yang didapatkan pada
percobaan ini adalah 0,55% sehingga tahap pembuatan biodiesel dapat
langsung dilakukan proses transesterifikasi.
2. Proses Transesterifikasi
- Transesterifikasi merupakan reaksi dari trigliserida menjadi alkil ester
melalui reaksi dengan alkohol dan menghasilkan produk samping yaitu
gliserol. Fungsi penambahan NaOH pada percobaan ini adalah sebagai
katalisator untuk mempercepat reaksi. Fungsi methanol pada percobaan
ini adalah sebagai reaktan pembentuk biodiesel dan sebagai pelarut NaOH
karena pada proses sintesis metil ester semua bahan harus bebas dari air.
Hal ini disebabkan karena air akan bereaksi dengan katalis (NaOH)
katalis
NaOH/KOH
sehinggaa jumlah katalis akan berkurang dan juga dapat menyebabkan
terjadinya reaksi penyabunan pada sintesis metil ester.
- Pada praktikum ini, proses transesterifikasi dilakukan pada temperatur 60 oC (titik didih methanol sekitar 65 oC). Hal ini dikarenakan methanol akan
menguap pada temperatur diatas 65 oC sehingga akan mengurangi jumlah
dari methanol tersebut. Proses pemisahan dilakukan untuk memisahkan
gliserol dengan metil ester. Pencucian dan pemanasan dilakukan untuk
menghilangkan sisa gliserol dan methanol yang berlebih pada crude
biodiesel untuk didapatkan biodiesel. Dilakukan selama 3 kali karena jilka
dilakukan terlalu banyak dikhawatirkan metil ester akan teremulsi menjadi
lemak.
3. Uji Densitas Metil Ester
Pada praktikum ini didapatkan nilai densitas metil ester sebesar 0,86 gr/cm3.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang mana nilai densitas metil adalah 0,84-
0,89 g/cm3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari
percobaan ini adalah metil ester (biodiesel) adalah benar.
1.11. Kesimpulan
Biodiesel dapat dibentuk melalui reaksi esterifikasi dan transesterifikasi. Reaksi
esterifikasi dilakukan jika hasil %FFA > 2%, sedangkan reaksi transesterifikasi
dilakukan jika hasil %FFA < 2%. Dalam praktikum kali ini didapatkan volume
biodiesel/ metil ester sebesar 275mL.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.
Erlangga: Jakarta
Nurul Hikmah, Maharani. 2010. “Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari Minyak
Dedak Dan Methanol Dengan Proses Esterifikasi Dan Transesterifikasi”. Universitas
Diponegoro:Semarang. Diakses tanggal 11/25/2014
II, Chapter. 2011. “Tinjauan Pustaka”. Universitas Sumatra Utara:Sumatra Utara.
Diakses pada tanggal 11/25/2014
Respository. 2011. “Optimalisasi Reaksi Esterifikasi Asam Asetat Dengan 1-heksena,
Sebagai Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan Etanol”. UIN Jakarta:Jakarta. Diakses
pada tanggal 11/25/2014
Pustaka, Tinjauan. 2010. “Biodiesel”. Universitas Indonesia:Jakarta