BAB IV

44
77 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahun 2003 STRANAS 2003 – 2007 diluncurkan sebagai respons terhadap berbagai perubahan, tantangan dan masalah HIV dan AIDS yang semakin besar dan rumit. Tahun 2004 Program penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja diluncurkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan pemberlakuan Kaidah ILO. Untuk meningkatkan penyelenggaraan upaya pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) penyalahgunaan napza ditandatangi Nota Kesepahaman tentang upaya terpadu pencegahan penularan HIV dan AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan NAPZA dengan cara suntik antara Menko Kesra selaku Ketua KPA dan KAPOLRI selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN). Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan AIDS Nasional. Pada Juli 2006 Institusi KPA Nasional diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun

description

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANPada tahun 2003 STRANAS 2003 – 2007 diluncurkan sebagai respons terhadap berbagai perubahan, tantangan dan masalah HIV dan AIDS yang semakin besar dan rumit. Tahun 2004 Program penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja diluncurkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan pemberlakuan Kaidah ILO. Untuk meningkatkan penyelenggaraan upaya pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) penyalahgunaan napza ditandatangi Nota Kesepahaman tentang upaya terpadu pencegahan penularan HIV dan AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan NAPZA dengan cara suntik antara Menko Kesra selaku Ketua KPA dan KAPOLRI selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN).

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

77

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahun 2003 STRANAS 2003 – 2007 diluncurkan sebagai

respons terhadap berbagai perubahan, tantangan dan masalah HIV dan

AIDS yang semakin besar dan rumit. Tahun 2004 Program penanggulangan

HIV dan AIDS di tempat kerja diluncurkan oleh Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi dengan pemberlakuan Kaidah ILO. Untuk meningkatkan

penyelenggaraan upaya pengurangan dampak buruk (Harm Reduction)

penyalahgunaan napza ditandatangi Nota Kesepahaman tentang upaya

terpadu pencegahan penularan HIV dan AIDS dan pemberantasan

penyalahgunaan NAPZA dengan cara suntik antara Menko Kesra selaku

Ketua KPA dan KAPOLRI selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN).

Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan AIDS Nasional.

Pada Juli 2006 Institusi KPA Nasional diperbaharui dengan Peraturan

Presiden Nomor 75 Tahun 2006 (Perpres 75/2006) yang melibatkan lebih

banyak sektor, TNI dan Polri dan masayarakat sipil. Tahun 2006 diakhiri

dengan perhitungan estimasi jumlah sub-populasi rawan terhadap penularan

HIV tahun 2006 sebagai dasar perencanaan mendatang. Seperti yang

diungkapkan oleh Wakil Bupati Enrekang, Nur Hasan, yang juga selaku

ketua pelaksana harian KPA Kab. Enrekang dalam wawancara yang telah

dilakukan, bahwa :

Page 2: BAB IV

78

“KPA Kabupaten merupakan Tim yang dibentuk pemerintah Kabupaten Enrekang sebagai tindak lanjut dari adanya Peraturan Presiden 75 tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Keanggotaannya ada dari unsur pemerintah, unsur kepolisian, unsur tokoh agama dan tokoh adat, juga PMI Cabang Kabupaten Enrekang. Tim ini bertugas terutama dalam hal preventif, jadi kita lebih fokus kepada pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS” (Wawancara, Senin, 4 April 2011,09.12 wita).

Selain itu, eksistensi Tim ini juga dipaparkan oleh Sekretaris KPA

Enrekang , Nurhidayawati, mengatakan bahwa :

“Pemerintah Kabupaten dan Tim KPA ini pada dasarnya tidak bisa dipisahkan, karena titik penggerak dan penanggung jawab Tim itu sendiri adalah Bupati. Jadi jangan melihat Tim KPA Enrekang sebagai tim tersendiri, karena Tim ini adalah bagian dari aktifitas pemerintahan” (Wawancara, 4 April 2011, 13.45 Wita).

Dari penuturan kedua informan tersebut, untuk mengawali pembahasan

ini ditarik sebuah kesimpulan bahwa KPA Enrekang bukan merupakan suatu

Organisasi atau lembaga, melainkan sebuah Tim yang tidak bersifat

independen, karena dibawahi langsung oleh pemerintah Kabupaten

Enrekang. Juga dilihat dari komposisi yang ada dalam keanggotaan tim

sebagian besar memang diisi oleh pejabat dalam lingkup Pemkab Enrekang.

Selain itu Tim ini telah menjadi bagian dari aktifitas pemerintahan dan

kegiatan yang telah dilakukan sebagian besar adalah memfasilitasi jalannya

program kerja dari pemerintah kabupaten menyangkut penanggulangan HIV

dan AIDS di KAbupaten Enrekang. Dalam usaha penanggulangan HIV dan

AIDS.

Page 3: BAB IV

79

4.1. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Daerah ( KPA Kabupaten

Enrekang ) Terhadap Pemberantasan Penyakit (HIV – AIDS) di

Kabupaten Enrekang

KPAD Enrekang dibentuk sesuai Keputusan Bupati Enrekang Nomor

29/Kep/I/2010 sebagai tindak lanjut adanya kebijakan pemerintah dalam

bentuk Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya

peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.

Selain Tugas pokok juga terdapat Objek kegiatan atau indikator kinerja

sebagai unsur yang juga sangat penting untuk dibahas dalam skripsi ini

sebagai hasil dari penelitian. Untuk mencapai tujuan pencegahan dengan

berbagai sasaran maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kelompokan

dalam program –program sebagai berikut :

1. Program peningkatan pelayan konseling dan testing sukarela

Pelayanan konseling dan testing sukarela ditingkatkan jumlah dan

mutunya dengan melibatkan kelompok dukungan sebaya sehingga

mencapai hasil maksimal.

2. Program peningkatan penggunaan kondom pada hubungan seks

berisiko

Peningkatan penggunaan kondom pada setiap hubungan seks

berisiko ditingkatkan untuk mencegah infeksi HIV dan IMS.

Penggunaan kondom perempuan dimungkinkan untuk digunakan pada

Page 4: BAB IV

80

tempat-tempat yang memerlukan. Program mencakup juga Intervensi

Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention = BCI).

3. Program pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik

Pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik untuk

mencegah penularan HIV dilaksanakan secara komprehensif dan

bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan terkait.

Program juga dikaitkan dengan upaya pengurangan kebutuhan napza

suntik bagi penasun. Program diutamakan di seluruh provinsi di Jawa

dan ibu kota seluruh provinsi. Program mencakup juga Intervensi

Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention = BCI).

4. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak

Pencegahan penularan dari ibu HIV positif kepada bayinya

dilaksanakan terutama di daerah epidemi terkonsentrasi dan di

provinsi Papua dan Irian Jaya Barat.

5. Program penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Penderita IMS mempunyai risiko 2-9 kali lebih besar untuk tertular HIV

dibandingkan dengan bukan penderita. Program penanggulangan IMS

meliputi surveilans, penemuan, pengobatan dan pencegahan

ditingkatkan di semua daerah.

6. Program penyediaan darah dan produk darah yang aman

Page 5: BAB IV

81

Penyediaan darah dan produk darah yang aman diupayakan disemua

unit transfusi darah baik yang berada di bawah binaan Palang Merah

Indonesia (PMI) maupun yang berada di rumah sakit pemerintah dan

swasta. Diutamakan di daerah dengan prevalensi tinggi.

7. Program peningkatan kewaspadaan universal

Penerapan kewaspadaan universal harus dilaksanakan dengan benar

oleh petugas dan masyarakat yang lansung terpapar seperti petugas

pelayanan kesehatan, petugas sosial, polisi, penyelenggara jenazah,

petugas lapas dan lainnya. Pengetahuan dan ketrampilan petugas dan

sarana serta prasarana yang diperlukan perlu disediakan dengan

cukup.

8. Program komunikasi publik

Komunikasi publik yang baik akan menurunkan derajat kerentanan

dari kelompok – kelompok rentan. Upaya ini dilakukan melalui

komunikasi, informasi, pendidikan, penyuluhan, tatapmuka,

pengurangan kemiskinan, pembinaan ketahanan keluarga dan

penyetaraan gender dengan menggunakan jalur komunikasi dan

media yang tersedia.

Dari hasil penelitian dan wawancara dari beberapa sumber, maka akan

diuraikan tentang bagaimana pelaksanaan tugas KPA Enrekang dan Objek

Kegiatan sebagai Indikator pelaksanaan tugasnya.

Page 6: BAB IV

82

4.1.1.Mengkooardinasi Perumusan Penyusunan Kebijakan, Strategi,

dan Langkah-Langkah Yang Diperlukan Dalam Rangka

Penanggulangan HIV dan AIDS Sesuai Kebijakan, Strategi, dan

Pedoman Yang Ditetapkan Yang Oleh Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional

Diawali dengan pelaksanaan tugas pada poin pertama ini, yaitu

tentang bagaimana para anggota Tim yang berasal dari beberapa unsur

seperti pemerintah, Kepolisian, PMI, maupun masyarakat bersama-sama

merumuskan langkah-langkah dan memperhatikan pedoman yang

ditetapkan oleh KPA Nasional yang berkaitan usaha pemberantasan

penyakit HIV dan AIDS di Kab. Enrekang nantinya.

Seperti dari uraian salah satu informan, Nur Hasan selaku Ketua

Pelaksan Harian KPA Enrekang yang menuturkan bahwa :

“Sehubungan dengan adanya anggota Tim dari pihak Pemerintah, kepolisian, PMI, dan masyarakat kami mengkordinasikan perumusan strategi dan langka-langkah penenggulangan AIDS sesuai dengan pedoman yang di tetapkan KPA Nasional. Terkait dengan itu ada beberapa saran-saran yang diterima tentang bagaimana membangun pola hubungan dengan pihak kepolisian mengingat masalah HIV erat hubungannya dengan Narkoba, jadi kesimpulannya adalah agar pihak kepolisian dapat menindaklanjuti penyalahgunaan yang ada, karena eksistensi KPA Enrekang sendiri tidak pada penindakan kasus-kasusnya, jadi itu diserahkan kepada pihak kepolisian” (Wawancara 5 April, 13.45 wita).

Page 7: BAB IV

83

Disamping itu, Kepala Bidang Promosi Kesehatan DINKES Kab.

Enrekang Nur Hidayawati juga mengungkapkan bahwa :

“Langkah-langkah yang telah kami lakukan seperti mengadakan telaah-telaah terhadap permasalahan yang berkembang khususnya terkait dengan pemberantasan HIV dan berupaya sedini mungkin untuk melakukan pencegahan-pencegahan dengan merekomendasikan melakukan penyuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMA), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para pembimbing sekolah” (Wawancara 5 April 2011, 10.20 wita).

Di tempat lain, Sekretaris KPA Ishak Iskandar juga menuturkan

bahwa :

“KPA Enrekang selalu melakukan koordinasi dengan KPA Nasional dalam perumusan kebijakan dan kami juga melakukan koordinasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang” (Wawancara 7 April 2011, 10.20 wita).

Apa yang telah diuraikan kedua informan tersebut, saya dapat

memahami bahwa dalam perumusan kebijakan, strategi dan langkah-

langkah dalam pemberantasan AIDS, untuk menunjang berbagai kegiatan

KPA selanjutnya diperoleh dari berbagai saran-saran dari beberapa unsur

yang tergabung dalam keanggotaan Tim ini. Dari pertemuan-pertemuan

yang dilakukan merupakan sarana dalam penanggulangan HIV dan AIDS di

Kab. Enrekang.

Page 8: BAB IV

84

Matriks 4.1

Model Koordinasi Dalam Perumusan Kebijakan dan Strategi

No. Model Koordinasi Keterangan

1 VertikalMelakukan koordinasi dengan KPA Nasional juga dengan

Pemerintah Daerah.

2 Horisontal

InternalMelakukan koordinasi dengan pihak-pihak

yang ikut dalam keanggotaan KPA Enrekang.

Antar

Instansi

Melakukan koordinasi dengan Pemerintah

Daerah, Kepolisian, PMI dan msyarakat.

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

4.1.2. Memimpin, Mengelola, Mengendalikan, Memantau dan

Mengevaluasi Pelaksanaan Penanggulangan HIV - AIDS di

Kabupaten/Kota

Menurut Ketua Pelaksana Harian KPA Enrekang, Nur Hasan

menjelaskan bahwa :

“Saya selalu wakil Bupati Enrekang dan sekaligus sebagai Ketua Pelaksana harian KPA Enrekang harus memimpin dan memantau pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS yang ada di Kecamatan atau Kelurahan, juga memantau perkembangan pemberantasan AIDS di wilayah Kabupaten Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 08.30 Wita).

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang

Muhammad Yamin mengatakan bahwa :

“Dinas kesehatan selalu mengendalikan dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan mengevaluasi kinerja para penyuluh-penyuluh kesehatan yang ada di Kecamatan, kami juga memfasilitasi para

Page 9: BAB IV

85

petugas-petugas kesehatan dengan alat dan obat-obatan yang yang memadai” (Wawancara, 12 April 2011, 10.30 Wita).

Di tempat lain Direktur RS. Umum Massenrempulu mengatakan

bahwa :

“Dari pihak Rumah Sakit Umum Massenrempulu setiap saat memantau pelaksanaan tugas Rumah Sakit/Puskesmas yang ada di Kecamatan/Kelurahan. Kami juga secara berkala memantau dan mengevaluasi kinerja para petugas-petugas Penanggulangan HIV yang ada di Kecamatan” (Wawancara, 11 April 2011, 09.30 Wita).

Secara keseluruhan, pelaksanaannya dalam hal ini KPA memimpin,

mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kinerja para

petugas kesehatan yang ada di Kecamatan telah berjalan sangat baik.

Matriks 4.2

Memimpin, Mengelola, Mengendalikan, Memantau dan Mengevaluasi

Pelaksanaan Penanggulangan AIDS

No

.Uraian Hasil Analisis

(1) (2) (3)

1

Ketua Pelaksana harian KPA

Enrekang harus memimpin dan

memantau pelaksanaan

penanggulangan HIV dan AIDS

Ketua KPA hanya sebatas memantau dan

mengevaluasi jalannya program

pemberantasan HIV/AIDS bersama-sama

dengan pemerintah daerah

2 Penyuluhan kepada masyarakat dan

mengevaluasi kinerja para

Memfasilitasi para petugas-petugas

kesehatan dengan alat dan obat-obatan

Page 10: BAB IV

86

(1) (2) (3)

penyuluh-penyuluh kesehatan yang

ada di Kecamatan, kami juga

memfasilitasi para petugas-petugas

kesehatan

yang yang memadai

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

4.1.3.Menghimpun, Menggerakan, Menyediakan, dan Memanfaatkan

Sumber Daya Yang Berasal Dari Pusat, Daerah, Masyarakat, dan

Bantuan Luar Negeri Secara Efektif dan Efisien Untuk Kegiatan

Penanggulangan HIV - AIDS

Dalam mekanisme menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan

memanfaatkan, fungsi KPA yaitu memfasilitasi para anggota untuk

malakasanakan penanggulangan HIV secara efektif dan efisien. Seperti

yang diuraikan oleh Wakil Bupati Enrekang selaku Ketua Pelaksana Harian

KPAD mengatakan bahwa :

“Kami selaku keanggotan KPA Enrekang sudah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat misalnya obat-obatan untuk daya memperlambat perkembangan virus dan sumber daya yang berasal dari daerah tetapi untuk sumber daya yang berasal dari luar negeri sampai sekarang ini belum ada yang masuk ke Kabupaten Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 13.30 Wita).

Disamping itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupten Enrekang,

Muhammad Yamin juga mengungkapkan bahwa :

Page 11: BAB IV

87

“Kami sangat merespon masalah HIV, di RSUD Massenrempulu telah disediakan pemeriksaan gratis bagi masyarakat yang ingin memeriksakan diri. Tetapi sampai sekarang kami belum melakukan kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap penderita HIV-AIDS, begitu pula dengan organisasi internasional yang peduli terhadap para penderita HIV – AIDS sampai saat ini belum ada kerjasama dengan Pemerintah Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 10.30 Wita).

Secara keseluruhan, pelaksanaannya dalam hal ini seperti pada

pelaksanaan kegiatan yang menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan

memanfaatkan sumber daya baik yang berasal dari pusat maupun daerah

belum maksimal. Walaupun KPA sudah meyediakan pemeriksaan gratis

untuk masyarakat yang mau memeriksakan diri tetapi itu bagian dari

kesehatan gratis, KPA juga belum menjalin kerjasama dengan LSM atau

organisasi yang peduli terhadap HIV-AIDS.

Matriks 4.3Menghimpun, Menggerakan, Menyediakan, dan Memanfaatkan Sumber

Daya Yang Berasal Dari Pusat dan Daerah Secara Efektif dan Efisien

No. Uraian Analisis

1 Melakukan upaya untuk memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat misalnya obat-obatan untuk daya memperlambat perkembangan virus

Pemerintah daerah berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan bantuan yang berasal dari pusat

2 Belum melakukan kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap penderita HIV-AIDS, begitu pula dengan organisasi internasional yang peduli terhadap para penderita HIV – AIDS

Pemerintah daerah belum bisa menghimpun dan menggerakkan masyarakat dan orang yang peduli akan HIV/AIDS

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Page 12: BAB IV

88

4.1.4.Mengkoordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Masing-Masing

Instansi Yang Tergabung Dalam Keanggotaan Komisi

Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota.

Mengenai hubungannya dengan instansi yang tergabung dalam

keanggotaan KPA Enrekang, dalam melaksanakan tugas dan fungsi KPA

sesuai dengan Surat Keputusan Bupati nomor 29/KEP/I/2010 ini memang

tersirat bahwa ada hubungan atau mekanisme kerja antara KPA dengan

SKPD. Untuk mengetahui hubungan yang ada di Kabupaten Enrekang.

Pada kesempatan wawancara dengan pihak Dinas Sosial, Kependudukan, &

Nakertrans, Badan Narkotika Kabupaten Enrekang & PMI Cabang

Kabupaten Enrekang mengenai bagaimana hubungan dan mekanisme kerja

antara Tim KPA Enrekang dengan Unit Kerja tersebut, Nur Hasan,

menjelaskan bahwa :

“Setiap 3 bulan kami selalu mengadakan pertemuan dengan semua instansi yang tergabung dalam keanggotaan KPA Enrekang, hal itu demi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi KPA dan untuk menyusun strategi penanggulangan HIV dan AIDS. Setiap instansi yang tergabung dalam Keanggotaan KPA Enrekang juga menjalankan tugas masing-masing instansi tersebut” (Wawancara, 6 April 2011, 09.30 Wita).

Sementara itu Direktur RS. Umum Massenrempulu mengatakan

bahwa :

Page 13: BAB IV

89

“Dari pihak Rumah Sakit Massenrempulu hanya menerima masyarakat yang ingin memriksakan dirinya, tetapi dalam hal menyatakan seseorang itu positif HIV AIDS atau tidak di Rumah Sakit Massenrempulu tidak memiliki wewenang dan dalam hal itu kami selalu merujuk pasien ke Provinsi dan dari pihak Rumah Sakit juga selalu mengkoordinasikan apabila ada pelaporan masyarakat yang terinfeksi virus HIV” (Wawancara, 11 April 2011, 09.30 Wita).

Disamping itu, Sekertaris PMI Kabupaten Enrekang, Said Muhammad

mengatakan bahwa :

“Di pihak PMI Cabang Enrekang telah melakukan tugasnya dengan baik contohnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan apabila ada yang ingin melakukan donor darah sebelum melakukan donor darah sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan apakah sudah bebas dari virus HIV” (Wawancara, 7 April 2011, 11.00 Wita).

Secara keseluruhan, pelaksanaan koordinasi pada setiap instansi

yang tergabung dalam keanggotaan KPA Enrekang sudah sangat baik di

semua instansi.

Matriks 4.4

Koordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Masing-Masing

Instansi

No. Uraian Hasil Analisis

1 Setiap 3 bulan kami selalu

mengadakan pertemuan dengan

semua instansi yang tergabung

dalam keanggotaan KPA Enrekang

Setiap instansi secara berkala

mengadakan koordinasi demi

kelancaran penanggulangan

HIVAIDS

2 Mengkoordinasikan apabila ada

pelaporan masyarakat yang terinfeksi

virus HIV

Koordinasi antar instansi telah

berjalan sebagaimana mestinya

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Page 14: BAB IV

90

4.1.5. Mengadakan Kerjasama Regional Dalam Rangka Penanggulangan

HIV dan AIDS

Menurut Ketua Pelaksana Harian KPA Enrekang, Nur Hasan

menjelaskan bahwa :

“KPA Enrekang belum mengadakan kerjasama dengan daerah-daerah lain, untuk sekarang ini hanya kerjasama dengan instansi-instansi yang terkait dalam keanggotaan KPA Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 14.30 Wita).

Selain itu, Kepala Bagian Promosi Kesehatan DINKES KAb.

Enrekang, Nurhidayati juga menjelaskan bahwa :

“Sampai saat ini kami dari pihak KPA belum mengadakan kerjasama dengan daerah lain, hal itulah yang menjadi salah satu penghambat pemberantasan HIV – AIDS di Enrekang dan daerah lain karena ada pengidap HIV yang hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain” (Wawancara, 6 April 2011, 14.50 Wita).

Matriks 4.5

Kerjasama Regional Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS

No. Uraian Analisis

1 KPA Enrekang belum mengadakan kerjasama dengan daerah-daerah lain, untuk sekarang ini hanya kerjasama dengan instansi-instansi yang terkait dalam keanggotaan KPAD Enrekang

Pemerintah Kabupaten Enrekang belum mengantisipasi penyebab penyebaran virus HIV dari daerah lain karena sampai saat ini belum mengadakan kerjasama dengan daerah lain, padahal tidak tertutup kemungkinan pengidap AIDS di daerah lain datang dan menetap di Kabupaten Enrekang

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Page 15: BAB IV

91

Jadi dalam tugas mengenai kerjasama regional memang belum

terealisasi namun dukungan terhadap hal tersebut ditindak lanjuti oleh KPA

Enrekang dengan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai HIV -

AIDS. Karena hingga sekarang ini, belum ada pelaksanaan kegiatan yang

berarti mengacu pada poin kelima tugas pokok Tim tersebut.

4.1.6.Menyebarluaskan Informasi Mengenai Upaya Penanggulangan

HIV dan AIDS Kepada Aparat dan Masyarakat

Dalam program penyebarluasan informasi, aspek moralitas dari para

pengidap HIV dan AIDS menjadi kunci dari pencegahan penyebarluasan

HIV - AIDS. Karena, sebaik apapun sistem yang dimiliki, jika moral dari para

penderita pelaksananya tidak akan baik, maka sistem tersebut tidak akan

bisa berjalan secara efektif. Seperi yang di kemukakan Muhammad Yamin

yang mengatakan bahwa :

“Dalam segi penyebarluasan informasi mengenai HIV - AIDS kami telah melaksanakan promosi-promosi kepada aparat dan masyarakat bahkan promosi yang kami lakukan sampai kepelosok-pelosok pedesaan, hal ini di lakukan agar pengetahuan masyarakat akan HIV dan AIDS itu merata tidak hanya di kalangan masyarakat yang ada di perkotaan” (Wawancara, 7 April 2011, 09.10 Wita).

Selain itu, Ketua Pelaksanaan Harian KPA Kab. Enrekang, Bapak Nur

Hasan menjelaskan bahwa :

“KPA telah melakukan sosialisasi bahaya pergaulan bebas akan berakibat pada HIV dan AIDS, juga melakukan promosi mengenai

Page 16: BAB IV

92

pengetahuan mengenai kepada aparat dan masyarakat” (Wawancara, 6 April 2011, 10.20 Wita).

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Kabupaten Enrekang H. Lateng

mengatakan bahwa :

“Temuan kasus HIV/AIDS di Parepare, membuat Enrekang harus lebih meningkatkan kewaspadaan dengan mengambil langkah-langkah preventif. Tugas kami selaku pemerintah melakukan penyuluhan sosialisasi kepada masyarakat dan para pelajar di sekolah melalui tim yang dibentuk pemerintah setempat. Hanya diimbau kepada masyarakat jika berada di Parepare harus waspada, karena kami tidak bisa membendung masyarakat Enrekang yang ke Parepare bisa setiap detik, setiap jam” (Wawancara, 7 April 2011, 08.20 Wita).

Di tempat lain Sekertaris PMI Kabupaten Enrekang, Said Muhammad

mengatakan bahwa :

“Harus ada juga pemahaman kepada masyarakat bahwa orang yang meninggal karena HIV/AIDS itu belum tentu karena hal-hal negatif. Bisa saja tertular karena faktor ketidaksengajaan seperti lewat jarum suntik saat berobat, silet, gunting saat cukur di salon atau media lainnya. Makanya saya imbau supaya peralatan yang digunakan di rumah sakit dan fasilitas umum lainnya selalu disterilkan” (Wawancara, 7 April 2011, 10.00 Wita).

Matriks 4.6

Penyebarluasan Informasi

No Uraian Hasil Analisis

(1) (2) (3)

1 Penyebarluasan informasi mengenai HIV –

AIDS, telah di laksanakan promosi-promosi

kepada aparat dan masyarakat bahkan

Penyebarluasan informasi itu

sangat penting, mengingat

sebagian besar masyarakat belum

Page 17: BAB IV

93

(1) (2) (3)

promosi yang kami lakukan sampai kepelosok-

pelosok pedesaan, agar pengetahuan

masyarakat akan HIV dan AIDS itu merata.

mengetahui secara keseluruhan

apakah AIDS itu.

2 Melakukan sosialisasi bahaya pergaulan

bebas akan berakibat pada HIV dan AIDS,

juga melakukan promosi mengenai

pengetahuan mengenai kepada aparat dan

masyarakat

Sosialisasi bahaya pergaulan

bebas sangat penting di kalangan

remaja, mengingat pergaulan

bebas sangat rentang terjangkit

virus HIV/AIDS

3 Harus ada juga pemahaman kepada

masyarakat bahwa orang yang meninggal

karena HIV/AIDS itu belum tentu karena hal-

hal negatif. Bisa saja tertular karena faktor

ketidaksengajaan seperti lewat jarum suntik

saat berobat, silet, gunting saat cukur di salon

atau media lainnya. Makanya saya imbau

supaya peralatan yang digunakan di rumah

sakit dan fasilitas umum lainnya selalu

disterilkan

Pemahaman kepada masyarakat

bahwa tidak semua orang yang

terjangkit AIDS karena hal yang

negative, karena bisa saja akibat

dari donor darah dll.

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Jadi dalam tugas mengenai penyebarluasan informasi memang telah

terealisasi dengan sangat baik dan dukungan terhadap hal tersebut ditindak

lanjuti oleh KPA Enrekang dengan meningkatkan pemahaman masyarakat

mengenai HIV - AIDS.

Page 18: BAB IV

94

4.1.7. Memfasilitasi Pelaksanaan Tugas-Tugas Camat dan Pemerintahan

Desa/Kelurahan Dalam Penanggulangan HIV dan AIDS

Dalam memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat dan pemrintah

Desa. Menjadi Tugas semua Lapisan masyarakat agar ikut membantu dan

bekerjasama dengan pemerintah dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

Seperi yang di kemukakan Kapolresta Enrekang, Endi Sutendi yang

mengatakan bahwa :

“Dalam percepatan penaggulangan HIV dan AIDS di Enrekang kami dari pihak kepolisian ikut menggerakkan semua Kapolsek dan anggota Kepolisian untuk menanggulangi peredaran narkoba, karna narkoba dan HIV/AIDS yang erat kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba. ini penting, karena masa remaja paling rawan” (Wawancara, 9 April 2011, 10.00 Wita).

Sementara itu Direktur Utama RS. Umum Massenrempulu

mengatakan bahwa :

“Kami telah memfasilitasi semua Rumah Sakit dan puskesmas yang ada di Kecamatan dan Kelurahan tetapi dalam hal tindakan lebih lanjut apabila ada masyarakat yang melapor tentang HIV segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Massenrempulu dalam hal tindak lanjutnya karena kita di Kabupaten Enrekang belum memilikik peralatan yang memadai” (Wawancara, 9 April 2011, 14.00 Wita).

Page 19: BAB IV

95

Matriks 4.7

Memfasilitasi Pelaksanaan Tugas-Tugas Camat dan Pemerintahan

Desa/Kelurahan

No. Uraian Hasil Anlisis

(1) (2) (3)

1 Percepatan penaggulangan HIV

dan AIDS di Enrekang, dari pihak

kepolisian ikut menggerakkan

semua Kapolsek dan anggota

Kepolisian untuk menanggulangi

peredaran narkoba karena erat

kaitannya dengan penyalahgunaan

narkoba

Pemerintah daerah ikut

menggerakkan pihak kepolisian

dalam penanggulangan narkoba

karena sangat rawan terjangkit

virus HIV apalagi di kalangan

remaja.

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Secara keseluruhan, pelaksanaannya dalam hal ini seperti pada

kegiatan memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas camat dan Pemerintahan

Desa/Kelurahan dalam Penanggulangan HIV dan AIDS. Dalam hal

penindakannya akan tetap diserahkan kepada RS. Umum Massenrempulu.

4.1.8.Mendorong Terbentuknya LSM atau Kelompok Peduli HIV dan

AIDS

Dalam mekanisme mendorong terbentuknya LSM atau kelompok

peduli HIV dan AIDS, tugas KPA yaitu masyarakat untuk membentuk suatu

Page 20: BAB IV

96

lembaga yang peduli akan penanggulangan HIV dan AIDS. Seperti yang

diuraikan oleh Ketua Pelaksana Harian KPA Enrekang, Nur Hasan

mengatakan bahwa :

“Kami sangat mengharapkan ada sebuah LSM yang peduli akan HIV dan AIDS. Tetapi sampai sekarang kami belum melakukan kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap penderuta HIV-AIDS, begitu pula dengan organisasi internasional yang peduli terhadap para penderita HIV – AIDS sampai saat ini belum ada kerjasama dengan mereka” (Wawancara, 6 April 2011, 10.30 Wita).

Sementara itu Sekretaris KPA Enrekang, Ishak Iskandar

mengungkapkan bahwa :

“Kami dari pihak KPA Enrekang sudah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat misalnya dokter yang memang ahli pada bidang itu dan sumber daya yang berasal dari daerah tetapi untuk sumber daya yang berasal dari masyarakat sampai sekarang ini belum maksimal karena dalam pelaksaannya belum ada suatu LSM daerah yang peduli akan HIV dan AIDS begitu pula dengan LSM atau organisasi internasional sama sekali belum sampai ke Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 13.30 Wita).

Matriks 4.8

Mendorong Terbentuknya LSM atau Kelompok Peduli AIDS

No. Uraian Hasil Analisis

1. Adanya sebuah LSM yang peduli

akan HIV dan AIDS. Tetapi sampai

sekarang kami belum melakukan

kerjasama dengan LSM yang peduli

terhadap penderuta HIV-AIDS,

begitu pula dengan organisasi

Pemerintah Kabupaten Enrekang

belum maksimal dalam

menanggulangi HIV/AIDS karena

sampai sekarang belum

melakukan kerjasma yang peduli

akan HIV/AIDS baik yang ada di

Page 21: BAB IV

97

internasional yang peduli terhadap

para penderita HIV – AIDS.

daerah maupun organisasi

internasional.

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Secara keseluruhan, pelaksanaannya belum maksimal meskipun

sudah mendorong terbentuknya LSM atau kelompok peduli HIV/AIDS tapi

sampai sekarang belum ada suatu Lembaga yang terbentuk yang peduli

akan HIV dan AIDS.

4.1.9.Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

Penanggulangan HIV - AIDS Serta Menyampaikan Laporan

Secara Berkala dan Berjenjang Kepada Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional.

Dalam program melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

penanggulangan HIV - AIDS serta menyampaikan laporan secara berkala

dan berjenjang kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. KPA yang

ada di daerah secara rutin akan melakukan pelaporan dan evaluasi secara

berkala kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Seperi yang di

kemukakan Nur Hasan yang mengatakan bahwa :

“KPA Enrekang akan menyampaikan pelaporan secara berkala dan berjenjang kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan bukan hanya kepada KPA Nasional kami juga bertanggung jawab kepada pemerintah daerah Kabupaten Enrekang, karena KPA Enrekang tidak bisa dipisahkan dari Pemerintah Kabupaten Enrekang karena pada dasarnya tidak bisa dipisahkan, karena titik penggerak dan penanggung jawab KPA itu sendiri adalah Bapak Bupati. Jadi jangan

Page 22: BAB IV

98

melihat KPA Enrekang sebagai tim tersendiri, karena Tim ini adalah bagian dari aktifitas pemerintahan” (Wawancara, 4 April 2011, 13.45 Wita).

Di tempat lain Kapolresta Kabupaten Enrekang, Endi Sutendi yang

mengatakan bahwa :

“Kami selalu mengontrol kinerja para anggota yang ada di Kecamatan dan Kelurahan, KPA juga selalu melakukan koordinasi kepada KPA Nasional secara berjenjang dan melakukan pelaporan kinerja KPA kabupaten enrekang” (Wawancara, 9 April 2011, 08.40 Wita).

Jadi tugas KPA Enrekang dalam rangka pemberantasan HIV dan AIDS

belum terlaksana dengan baik. Karena hingga sekarang ini, belum ada

pelaksanaan kegiatan yang berarti mengacu pada poin kelima dan poin

kedelapan tugas pokok Tim tersebut.

Tabel 4.9

Melakukan Monitoring dan Evaluasi

No. Uraian Hasil Analisis

1. Menyampaikan pelaporan secara

berkala dan berjenjang kepada

Komisi Penanggulangan AIDS

Nasional dan bukan hanya kepada

KPA Nasional kami juga bertanggung

jawab kepada pemerintah daerah

Kabupaten Enrekang

Secara umum KPA Enrekang selalu

mengontrol dan mengevaluasi

kenerja dalam upaya

penanggulanagn HIV/AIDS juga

secara bertahap melakukan

pelaporan kepada KPA Nasional.

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

Page 23: BAB IV

99

Secara umum, akumulasi pelaksanaan tugas KPA Kabupaten Enrekang

dalam beberapa kegiatan monitoring dan evaluasi telah berjalan

sebagaimana mestinya karena KPA Enrekang secara berkala melaporkan

hasil kegiatannya kepada KPA Nasioanal.

Matriks 4.10

Rekapitulasi Hasil Analisis Akhir Pelaksanaan Kebijakan

Pemerintah Daerah Dalam Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS

No. Uraian Keterangan

1 Mengkooardinasi perumusan penyusunan kebijakan,

strategi, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam

rangka penenggulangan HIV dan AIDS sesuai

kebijakan, strategi, dan pedoman yang ditetapkan

oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

Terlaksana dengan baik

Hal 77

2 Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau

dan mengevaluasi pelaksanaan penaggulangan HIV-

AIDS di Kabupaten/Kota

Terlaksana dengan baik

Hal 78

3 Menghimpun, menggerakan, menyediakan, dan

memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat

dan daerah secara efektif dan efisien

Terlaksana tetapi belum

maksimal

Hal 80

4 Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi masing-

masing instansi

Terlaksana dengan baik

Hal 82

5 Kerjasama regional dalam rangka penanggulangan

HIV danAIDS

Tidak terlaksana

Hal 83

6 Penyebarluasan informasi Terlaksana dengan baik

Hal 85

Page 24: BAB IV

100

7 Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas camat dan

Pemerintahan Desa/Kelurahan

Terlaksana tetapi belum

Maksimal

Hal 88

8 Mendorong terbentuknya LSM atau kelompok peduli

AIDS

Tidak terlaksana

Hal 89

9 Melakukan monitoring dan evaluasi Terlaksana dengan baik

Hal 91

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011

4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pemerintah Daerah

(KPA Kabupaten Enrekang) Dalam Pemberantasan Penyakit ( HIV

– AIDS ) di Kabupaten Enrekang.

Efektifitas dari sebuah program/kebijakan, kegiatan, maupun berbagai

tugas-tugas sejatinya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor

pendukung maupun faktor yang dapat menghambat pencapaian sebuah

hasil. Dalam proses pelaksanaan tugas KPA Enrekang juga tentu

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diuraikan sebagai berikut :

4.2.1 Faktor Pendukung

Ada beberapa unsur yang dapat menjadi faktor pendukung dalam

sebuah organisasi, seperti sumber daya yang dimiliki, struktur organisasi,

komunikasi, komitmen anggota, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang

mendukung pelaksanaan tugas KPA Enrekang yaitu Sumber daya, dalam

hal ini yang dimaksud adalah manusia. Sumber daya manusia adalah

Page 25: BAB IV

101

manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil,

tenaga kerja, pekerja atau karyawan), yang memiliki potensi manusiawi

sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

Keberadaan sumber daya manusia dalam menunjang keberhasilan sebuah

organisasi memiliki posisi yang sangat vital. KPA Enrekang yang terdiri dari

unsur pemerintah, swasat, maupun masyarakat merupakan komposisi yang

baik dalam menopang jalannya tim. Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam

menyusun komponen-komponen KPA Enrekang memiliki alasan terbaik

dalam menempatkan setiap personil yang berkompeten dalam struktur

organisasinya. Seperti yang diungkapkan oleh Nur Hasan, Wakil Bupati

Enrekang yang juga sebagai ketua pelaksana harian KPA Kabupaten

Enrekang, bahwa :

“Saya ingin menegaskan bahwa ada beberapa inovasi-inovasi sosial yang telah dilakukan di Kabupaten Enrekang berkaitan dengan penjabaran program-program penanggulangan HIV/AIDS. Di KPA Enrekang saya menjabat sebagai ketua pelaksana harian, sehingga kalau kapasitas saya sebagai ketua pelaksana harian dan kemudian saya juga adalah Wakil Bupati, maka pencegahan pemberantasan HIV dan AIDS itu bisa kita mulai pada proses perencanaan. Itu adalah strategi yang ditempuh pemerintah Kabupaten Enrekang menjadikan Wakil Bupati sebagai ketua pelaksana harian KPA Enrekang” (Wawancara, 11 April 2011, 09.30 Wita).

Page 26: BAB IV

102

Selain itu Kepala Dinas Kesehatan Enrekang, Muhammad Yamin juga

mengatakan bahwa :

“Penanggulangan HIV dan AIDS di Enrekang di respon dengan sangat baik oleh pemerintah daerah dengan penerbitan Keputusan Bupati No. 489/Kep/XII/2004 tentang Pembentukan Badan Narkotika Kabupaten Enrekang, mengingat bahwa peredaran Narkoba sangat erat kaitannya dengan AIDS karena penggunaan jarum suntik secara bergantian sangat beresiko rentang terjangkit virus HIV” (Wawancara, 09 April 2011, 09.30 Wita).

Kualitas sumber daya Tim KPA dengan kompetensinya masing-

masing merupakan faktor pendukung yang dapat mendorong tercapainya

sasaran organisasi dan pencapaian produktifitas kerja Tim secara

keseluruhan dalam penanganan pemberantasan HIV dan AIDS di

Kabupaten Enrekang.

4.2.2. Faktor Penghambat

Karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang

lain dalam kehidupannya, Komunikasi adalah cara mereka untuk

berinteraksi. Komunikasi merupakan suatu proses yang mana seseorang

atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan

dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungannya dan

orang lain. Faktor komunikasi ini dapat menjadi penghambat dalam

pelaksanaan kebijakan yang ada, tergantung dari para komponen organisasi

bagaimana menjalin interaksi tersebut.

Page 27: BAB IV

103

Wakil Bupati Enrekang, Nur Hasan, dalam wawancara yang telah

dilakukan, mengungkapkan adanya masalah komunikasi di internal KPA

Enrekang, ia mengatakan bahwa :

“...bagi saya Tim ini perlu diharmonisasikan dalam rangka efektifitas pelaksnaannya karena kadang-kadang institusi itu kan misalnya kepolisian, PMI, tidak membangun komunikasi yang baik, ini yang menyulitkan kita untuk melakukan pertemuan dari aspek pelaksanaan kegiatan tim itu, karena kadang-kadang mereka tidak datang untuk melakukan pertemuan dan tidak jelas alasannya. Koordinasi dan komunikasi antara instansi itu yang sangat sulit, apalagi dalam perjalannya. Misalnya ada masalah pada Pemkab terkait dengan kepolisian, kalau tim ini mau bekerja atau melakukan rapat, maka personil dari pihak instansi itu tidak akan datang. Misalnya sekarang ini kita berkasus pada institusinya, dikepolisian, sekarang kapolres tidak pernah datang lagi muncul kalau diundang, dan itu faktanya. Kalau kita lakukan pertemuan mereka tidak datang dengan alasan yang tidak jelas, padahal inikan forum untuk memberikan masukan, dan secara psikis itu mempengaruhi kinerja tim karena apabila sudah muncul subjektifitas, itu akan menjadi hambatan, walaupun bukan dari segi kelembagaannya, tapi personal.” (Wawancara, 10 April 2011, 09.00 wita).

Faktor penghambat dalam pelaksanaan tugas KPA yang lain yaitu

disposisi. Menurut George C.Edward disposisi yaitu watak dan karakteristik

yang dimiliki oleh pelaksana, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis.

Apabila pelaksana memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan. Ketika pelaksana memiliki sikap atau perspektif yang

Page 28: BAB IV

104

berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan

juga menjadi tidak efektif. Seperti yang dikemukakan oleh Ishak Iskandar,

dalam kesempatan wawancara, menyatakan bahwa :

“..pelaksanaan pemberantasan HIV dan AIDS belum terlalu maksimal karena peralatan yang digunakan belum memadai, itu disebabkan karena pemerintah kita belum menjadikan kasus HIV dan AIDS sebagai kejadian yang luar biasa padahal apabila di lihat dari sudut pandang WHO yang mengatakan apabila di suatu daerah ada 1 kasus atau kejadian HIV maka kemungkinan masih ada 100 orang atau mungkin lebih yang terjangkit, dengan asumsi fenomena gunung es” (Wawancara, 14 April 2011, 10.00 wita).

Selanjutnya ia juga menuturkan bahwa :

“Pelaksanaan pemberantasan HIV/AIDS di Kabupaten Enrekang sampai sekarang ini belum maksimal karena belum adanya alokasi dana khusus dari daerah, Pemerintah Kabupaten Enrekang belum menyediakan anggaran khusus untuk pemberantasan HIV/AIDS”. (Wawancara, 14 April 2011, 10.30 wita)

Melihat penjelasan dari informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

dalam pelaksanaan tugas Tim KPA, adanya perilaku-perilaku dari personil

yang mengutamakan subjektifitas, emosional, dan mengutamakan

kepentingan individualnya ketimbang kepentingan kelompok akan

menghambat dan menjadikan tidak efektifnya kinerja Tim KPA Enrekang

nantinya, terlebih lagi dalam kenyataannya bahwa sikap itu ada ditubuh

orang-orang yang berada dilembaga pemerintahan.

Page 29: BAB IV

105

Selain beberapa faktor tersebut, ada juga faktor struktur organisasi

atau Birokrasi. Dalam hal ini didefenisikan sebagai jenis organisasi yang

dirancang untuk menangani tugas-tugas administrasi dalam skala besar

serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis.

Struktur organisasi dalam pembentukan KPA Enrekang dengan beberapa

komponen personil yang tersusun didalamnya merupakan faktor yang dapat

menghambat kinerja Tim dalam hal pencegahan dan pemberantasan HIV

dan AIDS di Enrekang, seperti yang dikemukakan oleh ketua Pelaksana

harian, Nur Hasan:

“…Perkembangan KPA sudah bagus karena aktualisasi KPA dan jaringan kerja sama dengan pusat juga sudah baik. Namun kelemahannya adalah belum adanya LSM atau lembaga yang ada di Enrekang yang khusus peduli akan HIV/AIDS, bahkan organisasi internasional belum ada yang sampai di Enrekang hal itu yang menyebabkan kami belum bisa bekerja secara maksimal”. (Wawancara, 15 April 2011, 10.00 wita)

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor dari belum adanya

kerjasama dengan lembaga yang peduli akan AIDS bisa menjadi

penghambat kinerja Tim, sebab organisasi tim ini belum dibentuk sebagai

lembaga atau institusi yang independen, bahkan belum memiliki sekretariat.

Page 30: BAB IV

106

Selain itu, Nur HIdayawati juga mengungkapkan mengenai berbagai

tantangan yang dihadapi Tim KPA, bahwa :

“Tantangan selanjutnya adalah tindakan-tindakan pencegahan yang kita lakukan lebih rendah intensitasnya dari tindakan-tindakan represif, sedangkan yang diperlukan adalah tindakan pencegahan bukan represif”(Wawancara, 14 april 2011, 13.30 Wita)

Maksudnya, pemerintah dan masyarakat dewasa ini lebih terfokus

pada penindakan kasus HIV, sedangkan yang kita butuhkan sebenarnya

lebih kepada tindakan pencegahan. Tentu saja mencegah daripada

mengobati lebih berguna dan bermanfaat. Itu menyimpulkan bahwa

sebagian faktor penghambat dalam pelaksanaan tugas Tim KPA dalam

meminimalisir penderita HIV dan AIDS adalah intensitas dari tindakan

pencegahan lebih rendah dari apa yang ada di lapangan saat ini, yaitu

kebanyakan tindakan-tindakan represif.

Page 31: BAB IV

107

Matriks 4.11

Rekapitulasi Hasil Analisis Akhir Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pemberantasan HIV-AIDS

Faktor Penghambat Faktor Pendukung

1. Pemerintah dan masyarakat lebih

terfokus pada penindakan kasus

HIV-AIDS

2. Komunikasi yang dibangun antar

tiap-tiap anggota masih relatif sulit.

3. Peralatan yang digunakan belum

memadai.

4. Belum ada LSM yang peduli HIV-

AIDS di Kabupaten Enrekang

1. Penanggulangan HIV dan AIDS di

Enrekang di respon dengan

sangat baik oleh pemerintah

daerah dengan penerbitan

Keputusan Bupati No.

489/Kep/XII/2004 tentang

Pembentukan Badan Narkotika

Kabupaten Enrekang

2. Kualitas sumber daya Tim KPA

Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011