BAB IV
-
Upload
syifafillah -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of BAB IV
77
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahun 2003 STRANAS 2003 – 2007 diluncurkan sebagai
respons terhadap berbagai perubahan, tantangan dan masalah HIV dan
AIDS yang semakin besar dan rumit. Tahun 2004 Program penanggulangan
HIV dan AIDS di tempat kerja diluncurkan oleh Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dengan pemberlakuan Kaidah ILO. Untuk meningkatkan
penyelenggaraan upaya pengurangan dampak buruk (Harm Reduction)
penyalahgunaan napza ditandatangi Nota Kesepahaman tentang upaya
terpadu pencegahan penularan HIV dan AIDS dan pemberantasan
penyalahgunaan NAPZA dengan cara suntik antara Menko Kesra selaku
Ketua KPA dan KAPOLRI selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN).
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan AIDS Nasional.
Pada Juli 2006 Institusi KPA Nasional diperbaharui dengan Peraturan
Presiden Nomor 75 Tahun 2006 (Perpres 75/2006) yang melibatkan lebih
banyak sektor, TNI dan Polri dan masayarakat sipil. Tahun 2006 diakhiri
dengan perhitungan estimasi jumlah sub-populasi rawan terhadap penularan
HIV tahun 2006 sebagai dasar perencanaan mendatang. Seperti yang
diungkapkan oleh Wakil Bupati Enrekang, Nur Hasan, yang juga selaku
ketua pelaksana harian KPA Kab. Enrekang dalam wawancara yang telah
dilakukan, bahwa :
78
“KPA Kabupaten merupakan Tim yang dibentuk pemerintah Kabupaten Enrekang sebagai tindak lanjut dari adanya Peraturan Presiden 75 tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Keanggotaannya ada dari unsur pemerintah, unsur kepolisian, unsur tokoh agama dan tokoh adat, juga PMI Cabang Kabupaten Enrekang. Tim ini bertugas terutama dalam hal preventif, jadi kita lebih fokus kepada pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS” (Wawancara, Senin, 4 April 2011,09.12 wita).
Selain itu, eksistensi Tim ini juga dipaparkan oleh Sekretaris KPA
Enrekang , Nurhidayawati, mengatakan bahwa :
“Pemerintah Kabupaten dan Tim KPA ini pada dasarnya tidak bisa dipisahkan, karena titik penggerak dan penanggung jawab Tim itu sendiri adalah Bupati. Jadi jangan melihat Tim KPA Enrekang sebagai tim tersendiri, karena Tim ini adalah bagian dari aktifitas pemerintahan” (Wawancara, 4 April 2011, 13.45 Wita).
Dari penuturan kedua informan tersebut, untuk mengawali pembahasan
ini ditarik sebuah kesimpulan bahwa KPA Enrekang bukan merupakan suatu
Organisasi atau lembaga, melainkan sebuah Tim yang tidak bersifat
independen, karena dibawahi langsung oleh pemerintah Kabupaten
Enrekang. Juga dilihat dari komposisi yang ada dalam keanggotaan tim
sebagian besar memang diisi oleh pejabat dalam lingkup Pemkab Enrekang.
Selain itu Tim ini telah menjadi bagian dari aktifitas pemerintahan dan
kegiatan yang telah dilakukan sebagian besar adalah memfasilitasi jalannya
program kerja dari pemerintah kabupaten menyangkut penanggulangan HIV
dan AIDS di KAbupaten Enrekang. Dalam usaha penanggulangan HIV dan
AIDS.
79
4.1. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Daerah ( KPA Kabupaten
Enrekang ) Terhadap Pemberantasan Penyakit (HIV – AIDS) di
Kabupaten Enrekang
KPAD Enrekang dibentuk sesuai Keputusan Bupati Enrekang Nomor
29/Kep/I/2010 sebagai tindak lanjut adanya kebijakan pemerintah dalam
bentuk Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya
peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.
Selain Tugas pokok juga terdapat Objek kegiatan atau indikator kinerja
sebagai unsur yang juga sangat penting untuk dibahas dalam skripsi ini
sebagai hasil dari penelitian. Untuk mencapai tujuan pencegahan dengan
berbagai sasaran maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kelompokan
dalam program –program sebagai berikut :
1. Program peningkatan pelayan konseling dan testing sukarela
Pelayanan konseling dan testing sukarela ditingkatkan jumlah dan
mutunya dengan melibatkan kelompok dukungan sebaya sehingga
mencapai hasil maksimal.
2. Program peningkatan penggunaan kondom pada hubungan seks
berisiko
Peningkatan penggunaan kondom pada setiap hubungan seks
berisiko ditingkatkan untuk mencegah infeksi HIV dan IMS.
Penggunaan kondom perempuan dimungkinkan untuk digunakan pada
80
tempat-tempat yang memerlukan. Program mencakup juga Intervensi
Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention = BCI).
3. Program pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik
Pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik untuk
mencegah penularan HIV dilaksanakan secara komprehensif dan
bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan terkait.
Program juga dikaitkan dengan upaya pengurangan kebutuhan napza
suntik bagi penasun. Program diutamakan di seluruh provinsi di Jawa
dan ibu kota seluruh provinsi. Program mencakup juga Intervensi
Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention = BCI).
4. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
Pencegahan penularan dari ibu HIV positif kepada bayinya
dilaksanakan terutama di daerah epidemi terkonsentrasi dan di
provinsi Papua dan Irian Jaya Barat.
5. Program penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penderita IMS mempunyai risiko 2-9 kali lebih besar untuk tertular HIV
dibandingkan dengan bukan penderita. Program penanggulangan IMS
meliputi surveilans, penemuan, pengobatan dan pencegahan
ditingkatkan di semua daerah.
6. Program penyediaan darah dan produk darah yang aman
81
Penyediaan darah dan produk darah yang aman diupayakan disemua
unit transfusi darah baik yang berada di bawah binaan Palang Merah
Indonesia (PMI) maupun yang berada di rumah sakit pemerintah dan
swasta. Diutamakan di daerah dengan prevalensi tinggi.
7. Program peningkatan kewaspadaan universal
Penerapan kewaspadaan universal harus dilaksanakan dengan benar
oleh petugas dan masyarakat yang lansung terpapar seperti petugas
pelayanan kesehatan, petugas sosial, polisi, penyelenggara jenazah,
petugas lapas dan lainnya. Pengetahuan dan ketrampilan petugas dan
sarana serta prasarana yang diperlukan perlu disediakan dengan
cukup.
8. Program komunikasi publik
Komunikasi publik yang baik akan menurunkan derajat kerentanan
dari kelompok – kelompok rentan. Upaya ini dilakukan melalui
komunikasi, informasi, pendidikan, penyuluhan, tatapmuka,
pengurangan kemiskinan, pembinaan ketahanan keluarga dan
penyetaraan gender dengan menggunakan jalur komunikasi dan
media yang tersedia.
Dari hasil penelitian dan wawancara dari beberapa sumber, maka akan
diuraikan tentang bagaimana pelaksanaan tugas KPA Enrekang dan Objek
Kegiatan sebagai Indikator pelaksanaan tugasnya.
82
4.1.1.Mengkooardinasi Perumusan Penyusunan Kebijakan, Strategi,
dan Langkah-Langkah Yang Diperlukan Dalam Rangka
Penanggulangan HIV dan AIDS Sesuai Kebijakan, Strategi, dan
Pedoman Yang Ditetapkan Yang Oleh Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional
Diawali dengan pelaksanaan tugas pada poin pertama ini, yaitu
tentang bagaimana para anggota Tim yang berasal dari beberapa unsur
seperti pemerintah, Kepolisian, PMI, maupun masyarakat bersama-sama
merumuskan langkah-langkah dan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh KPA Nasional yang berkaitan usaha pemberantasan
penyakit HIV dan AIDS di Kab. Enrekang nantinya.
Seperti dari uraian salah satu informan, Nur Hasan selaku Ketua
Pelaksan Harian KPA Enrekang yang menuturkan bahwa :
“Sehubungan dengan adanya anggota Tim dari pihak Pemerintah, kepolisian, PMI, dan masyarakat kami mengkordinasikan perumusan strategi dan langka-langkah penenggulangan AIDS sesuai dengan pedoman yang di tetapkan KPA Nasional. Terkait dengan itu ada beberapa saran-saran yang diterima tentang bagaimana membangun pola hubungan dengan pihak kepolisian mengingat masalah HIV erat hubungannya dengan Narkoba, jadi kesimpulannya adalah agar pihak kepolisian dapat menindaklanjuti penyalahgunaan yang ada, karena eksistensi KPA Enrekang sendiri tidak pada penindakan kasus-kasusnya, jadi itu diserahkan kepada pihak kepolisian” (Wawancara 5 April, 13.45 wita).
83
Disamping itu, Kepala Bidang Promosi Kesehatan DINKES Kab.
Enrekang Nur Hidayawati juga mengungkapkan bahwa :
“Langkah-langkah yang telah kami lakukan seperti mengadakan telaah-telaah terhadap permasalahan yang berkembang khususnya terkait dengan pemberantasan HIV dan berupaya sedini mungkin untuk melakukan pencegahan-pencegahan dengan merekomendasikan melakukan penyuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMA), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para pembimbing sekolah” (Wawancara 5 April 2011, 10.20 wita).
Di tempat lain, Sekretaris KPA Ishak Iskandar juga menuturkan
bahwa :
“KPA Enrekang selalu melakukan koordinasi dengan KPA Nasional dalam perumusan kebijakan dan kami juga melakukan koordinasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang” (Wawancara 7 April 2011, 10.20 wita).
Apa yang telah diuraikan kedua informan tersebut, saya dapat
memahami bahwa dalam perumusan kebijakan, strategi dan langkah-
langkah dalam pemberantasan AIDS, untuk menunjang berbagai kegiatan
KPA selanjutnya diperoleh dari berbagai saran-saran dari beberapa unsur
yang tergabung dalam keanggotaan Tim ini. Dari pertemuan-pertemuan
yang dilakukan merupakan sarana dalam penanggulangan HIV dan AIDS di
Kab. Enrekang.
84
Matriks 4.1
Model Koordinasi Dalam Perumusan Kebijakan dan Strategi
No. Model Koordinasi Keterangan
1 VertikalMelakukan koordinasi dengan KPA Nasional juga dengan
Pemerintah Daerah.
2 Horisontal
InternalMelakukan koordinasi dengan pihak-pihak
yang ikut dalam keanggotaan KPA Enrekang.
Antar
Instansi
Melakukan koordinasi dengan Pemerintah
Daerah, Kepolisian, PMI dan msyarakat.
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
4.1.2. Memimpin, Mengelola, Mengendalikan, Memantau dan
Mengevaluasi Pelaksanaan Penanggulangan HIV - AIDS di
Kabupaten/Kota
Menurut Ketua Pelaksana Harian KPA Enrekang, Nur Hasan
menjelaskan bahwa :
“Saya selalu wakil Bupati Enrekang dan sekaligus sebagai Ketua Pelaksana harian KPA Enrekang harus memimpin dan memantau pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS yang ada di Kecamatan atau Kelurahan, juga memantau perkembangan pemberantasan AIDS di wilayah Kabupaten Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 08.30 Wita).
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang
Muhammad Yamin mengatakan bahwa :
“Dinas kesehatan selalu mengendalikan dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan mengevaluasi kinerja para penyuluh-penyuluh kesehatan yang ada di Kecamatan, kami juga memfasilitasi para
85
petugas-petugas kesehatan dengan alat dan obat-obatan yang yang memadai” (Wawancara, 12 April 2011, 10.30 Wita).
Di tempat lain Direktur RS. Umum Massenrempulu mengatakan
bahwa :
“Dari pihak Rumah Sakit Umum Massenrempulu setiap saat memantau pelaksanaan tugas Rumah Sakit/Puskesmas yang ada di Kecamatan/Kelurahan. Kami juga secara berkala memantau dan mengevaluasi kinerja para petugas-petugas Penanggulangan HIV yang ada di Kecamatan” (Wawancara, 11 April 2011, 09.30 Wita).
Secara keseluruhan, pelaksanaannya dalam hal ini KPA memimpin,
mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kinerja para
petugas kesehatan yang ada di Kecamatan telah berjalan sangat baik.
Matriks 4.2
Memimpin, Mengelola, Mengendalikan, Memantau dan Mengevaluasi
Pelaksanaan Penanggulangan AIDS
No
.Uraian Hasil Analisis
(1) (2) (3)
1
Ketua Pelaksana harian KPA
Enrekang harus memimpin dan
memantau pelaksanaan
penanggulangan HIV dan AIDS
Ketua KPA hanya sebatas memantau dan
mengevaluasi jalannya program
pemberantasan HIV/AIDS bersama-sama
dengan pemerintah daerah
2 Penyuluhan kepada masyarakat dan
mengevaluasi kinerja para
Memfasilitasi para petugas-petugas
kesehatan dengan alat dan obat-obatan
86
(1) (2) (3)
penyuluh-penyuluh kesehatan yang
ada di Kecamatan, kami juga
memfasilitasi para petugas-petugas
kesehatan
yang yang memadai
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
4.1.3.Menghimpun, Menggerakan, Menyediakan, dan Memanfaatkan
Sumber Daya Yang Berasal Dari Pusat, Daerah, Masyarakat, dan
Bantuan Luar Negeri Secara Efektif dan Efisien Untuk Kegiatan
Penanggulangan HIV - AIDS
Dalam mekanisme menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan
memanfaatkan, fungsi KPA yaitu memfasilitasi para anggota untuk
malakasanakan penanggulangan HIV secara efektif dan efisien. Seperti
yang diuraikan oleh Wakil Bupati Enrekang selaku Ketua Pelaksana Harian
KPAD mengatakan bahwa :
“Kami selaku keanggotan KPA Enrekang sudah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat misalnya obat-obatan untuk daya memperlambat perkembangan virus dan sumber daya yang berasal dari daerah tetapi untuk sumber daya yang berasal dari luar negeri sampai sekarang ini belum ada yang masuk ke Kabupaten Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 13.30 Wita).
Disamping itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupten Enrekang,
Muhammad Yamin juga mengungkapkan bahwa :
87
“Kami sangat merespon masalah HIV, di RSUD Massenrempulu telah disediakan pemeriksaan gratis bagi masyarakat yang ingin memeriksakan diri. Tetapi sampai sekarang kami belum melakukan kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap penderita HIV-AIDS, begitu pula dengan organisasi internasional yang peduli terhadap para penderita HIV – AIDS sampai saat ini belum ada kerjasama dengan Pemerintah Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 10.30 Wita).
Secara keseluruhan, pelaksanaannya dalam hal ini seperti pada
pelaksanaan kegiatan yang menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan
memanfaatkan sumber daya baik yang berasal dari pusat maupun daerah
belum maksimal. Walaupun KPA sudah meyediakan pemeriksaan gratis
untuk masyarakat yang mau memeriksakan diri tetapi itu bagian dari
kesehatan gratis, KPA juga belum menjalin kerjasama dengan LSM atau
organisasi yang peduli terhadap HIV-AIDS.
Matriks 4.3Menghimpun, Menggerakan, Menyediakan, dan Memanfaatkan Sumber
Daya Yang Berasal Dari Pusat dan Daerah Secara Efektif dan Efisien
No. Uraian Analisis
1 Melakukan upaya untuk memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat misalnya obat-obatan untuk daya memperlambat perkembangan virus
Pemerintah daerah berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan bantuan yang berasal dari pusat
2 Belum melakukan kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap penderita HIV-AIDS, begitu pula dengan organisasi internasional yang peduli terhadap para penderita HIV – AIDS
Pemerintah daerah belum bisa menghimpun dan menggerakkan masyarakat dan orang yang peduli akan HIV/AIDS
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
88
4.1.4.Mengkoordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Masing-Masing
Instansi Yang Tergabung Dalam Keanggotaan Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota.
Mengenai hubungannya dengan instansi yang tergabung dalam
keanggotaan KPA Enrekang, dalam melaksanakan tugas dan fungsi KPA
sesuai dengan Surat Keputusan Bupati nomor 29/KEP/I/2010 ini memang
tersirat bahwa ada hubungan atau mekanisme kerja antara KPA dengan
SKPD. Untuk mengetahui hubungan yang ada di Kabupaten Enrekang.
Pada kesempatan wawancara dengan pihak Dinas Sosial, Kependudukan, &
Nakertrans, Badan Narkotika Kabupaten Enrekang & PMI Cabang
Kabupaten Enrekang mengenai bagaimana hubungan dan mekanisme kerja
antara Tim KPA Enrekang dengan Unit Kerja tersebut, Nur Hasan,
menjelaskan bahwa :
“Setiap 3 bulan kami selalu mengadakan pertemuan dengan semua instansi yang tergabung dalam keanggotaan KPA Enrekang, hal itu demi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi KPA dan untuk menyusun strategi penanggulangan HIV dan AIDS. Setiap instansi yang tergabung dalam Keanggotaan KPA Enrekang juga menjalankan tugas masing-masing instansi tersebut” (Wawancara, 6 April 2011, 09.30 Wita).
Sementara itu Direktur RS. Umum Massenrempulu mengatakan
bahwa :
89
“Dari pihak Rumah Sakit Massenrempulu hanya menerima masyarakat yang ingin memriksakan dirinya, tetapi dalam hal menyatakan seseorang itu positif HIV AIDS atau tidak di Rumah Sakit Massenrempulu tidak memiliki wewenang dan dalam hal itu kami selalu merujuk pasien ke Provinsi dan dari pihak Rumah Sakit juga selalu mengkoordinasikan apabila ada pelaporan masyarakat yang terinfeksi virus HIV” (Wawancara, 11 April 2011, 09.30 Wita).
Disamping itu, Sekertaris PMI Kabupaten Enrekang, Said Muhammad
mengatakan bahwa :
“Di pihak PMI Cabang Enrekang telah melakukan tugasnya dengan baik contohnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan apabila ada yang ingin melakukan donor darah sebelum melakukan donor darah sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan apakah sudah bebas dari virus HIV” (Wawancara, 7 April 2011, 11.00 Wita).
Secara keseluruhan, pelaksanaan koordinasi pada setiap instansi
yang tergabung dalam keanggotaan KPA Enrekang sudah sangat baik di
semua instansi.
Matriks 4.4
Koordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Masing-Masing
Instansi
No. Uraian Hasil Analisis
1 Setiap 3 bulan kami selalu
mengadakan pertemuan dengan
semua instansi yang tergabung
dalam keanggotaan KPA Enrekang
Setiap instansi secara berkala
mengadakan koordinasi demi
kelancaran penanggulangan
HIVAIDS
2 Mengkoordinasikan apabila ada
pelaporan masyarakat yang terinfeksi
virus HIV
Koordinasi antar instansi telah
berjalan sebagaimana mestinya
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
90
4.1.5. Mengadakan Kerjasama Regional Dalam Rangka Penanggulangan
HIV dan AIDS
Menurut Ketua Pelaksana Harian KPA Enrekang, Nur Hasan
menjelaskan bahwa :
“KPA Enrekang belum mengadakan kerjasama dengan daerah-daerah lain, untuk sekarang ini hanya kerjasama dengan instansi-instansi yang terkait dalam keanggotaan KPA Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 14.30 Wita).
Selain itu, Kepala Bagian Promosi Kesehatan DINKES KAb.
Enrekang, Nurhidayati juga menjelaskan bahwa :
“Sampai saat ini kami dari pihak KPA belum mengadakan kerjasama dengan daerah lain, hal itulah yang menjadi salah satu penghambat pemberantasan HIV – AIDS di Enrekang dan daerah lain karena ada pengidap HIV yang hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain” (Wawancara, 6 April 2011, 14.50 Wita).
Matriks 4.5
Kerjasama Regional Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS
No. Uraian Analisis
1 KPA Enrekang belum mengadakan kerjasama dengan daerah-daerah lain, untuk sekarang ini hanya kerjasama dengan instansi-instansi yang terkait dalam keanggotaan KPAD Enrekang
Pemerintah Kabupaten Enrekang belum mengantisipasi penyebab penyebaran virus HIV dari daerah lain karena sampai saat ini belum mengadakan kerjasama dengan daerah lain, padahal tidak tertutup kemungkinan pengidap AIDS di daerah lain datang dan menetap di Kabupaten Enrekang
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
91
Jadi dalam tugas mengenai kerjasama regional memang belum
terealisasi namun dukungan terhadap hal tersebut ditindak lanjuti oleh KPA
Enrekang dengan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai HIV -
AIDS. Karena hingga sekarang ini, belum ada pelaksanaan kegiatan yang
berarti mengacu pada poin kelima tugas pokok Tim tersebut.
4.1.6.Menyebarluaskan Informasi Mengenai Upaya Penanggulangan
HIV dan AIDS Kepada Aparat dan Masyarakat
Dalam program penyebarluasan informasi, aspek moralitas dari para
pengidap HIV dan AIDS menjadi kunci dari pencegahan penyebarluasan
HIV - AIDS. Karena, sebaik apapun sistem yang dimiliki, jika moral dari para
penderita pelaksananya tidak akan baik, maka sistem tersebut tidak akan
bisa berjalan secara efektif. Seperi yang di kemukakan Muhammad Yamin
yang mengatakan bahwa :
“Dalam segi penyebarluasan informasi mengenai HIV - AIDS kami telah melaksanakan promosi-promosi kepada aparat dan masyarakat bahkan promosi yang kami lakukan sampai kepelosok-pelosok pedesaan, hal ini di lakukan agar pengetahuan masyarakat akan HIV dan AIDS itu merata tidak hanya di kalangan masyarakat yang ada di perkotaan” (Wawancara, 7 April 2011, 09.10 Wita).
Selain itu, Ketua Pelaksanaan Harian KPA Kab. Enrekang, Bapak Nur
Hasan menjelaskan bahwa :
“KPA telah melakukan sosialisasi bahaya pergaulan bebas akan berakibat pada HIV dan AIDS, juga melakukan promosi mengenai
92
pengetahuan mengenai kepada aparat dan masyarakat” (Wawancara, 6 April 2011, 10.20 Wita).
Sementara itu Kepala Dinas Sosial Kabupaten Enrekang H. Lateng
mengatakan bahwa :
“Temuan kasus HIV/AIDS di Parepare, membuat Enrekang harus lebih meningkatkan kewaspadaan dengan mengambil langkah-langkah preventif. Tugas kami selaku pemerintah melakukan penyuluhan sosialisasi kepada masyarakat dan para pelajar di sekolah melalui tim yang dibentuk pemerintah setempat. Hanya diimbau kepada masyarakat jika berada di Parepare harus waspada, karena kami tidak bisa membendung masyarakat Enrekang yang ke Parepare bisa setiap detik, setiap jam” (Wawancara, 7 April 2011, 08.20 Wita).
Di tempat lain Sekertaris PMI Kabupaten Enrekang, Said Muhammad
mengatakan bahwa :
“Harus ada juga pemahaman kepada masyarakat bahwa orang yang meninggal karena HIV/AIDS itu belum tentu karena hal-hal negatif. Bisa saja tertular karena faktor ketidaksengajaan seperti lewat jarum suntik saat berobat, silet, gunting saat cukur di salon atau media lainnya. Makanya saya imbau supaya peralatan yang digunakan di rumah sakit dan fasilitas umum lainnya selalu disterilkan” (Wawancara, 7 April 2011, 10.00 Wita).
Matriks 4.6
Penyebarluasan Informasi
No Uraian Hasil Analisis
(1) (2) (3)
1 Penyebarluasan informasi mengenai HIV –
AIDS, telah di laksanakan promosi-promosi
kepada aparat dan masyarakat bahkan
Penyebarluasan informasi itu
sangat penting, mengingat
sebagian besar masyarakat belum
93
(1) (2) (3)
promosi yang kami lakukan sampai kepelosok-
pelosok pedesaan, agar pengetahuan
masyarakat akan HIV dan AIDS itu merata.
mengetahui secara keseluruhan
apakah AIDS itu.
2 Melakukan sosialisasi bahaya pergaulan
bebas akan berakibat pada HIV dan AIDS,
juga melakukan promosi mengenai
pengetahuan mengenai kepada aparat dan
masyarakat
Sosialisasi bahaya pergaulan
bebas sangat penting di kalangan
remaja, mengingat pergaulan
bebas sangat rentang terjangkit
virus HIV/AIDS
3 Harus ada juga pemahaman kepada
masyarakat bahwa orang yang meninggal
karena HIV/AIDS itu belum tentu karena hal-
hal negatif. Bisa saja tertular karena faktor
ketidaksengajaan seperti lewat jarum suntik
saat berobat, silet, gunting saat cukur di salon
atau media lainnya. Makanya saya imbau
supaya peralatan yang digunakan di rumah
sakit dan fasilitas umum lainnya selalu
disterilkan
Pemahaman kepada masyarakat
bahwa tidak semua orang yang
terjangkit AIDS karena hal yang
negative, karena bisa saja akibat
dari donor darah dll.
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
Jadi dalam tugas mengenai penyebarluasan informasi memang telah
terealisasi dengan sangat baik dan dukungan terhadap hal tersebut ditindak
lanjuti oleh KPA Enrekang dengan meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai HIV - AIDS.
94
4.1.7. Memfasilitasi Pelaksanaan Tugas-Tugas Camat dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan Dalam Penanggulangan HIV dan AIDS
Dalam memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat dan pemrintah
Desa. Menjadi Tugas semua Lapisan masyarakat agar ikut membantu dan
bekerjasama dengan pemerintah dalam penanggulangan HIV dan AIDS.
Seperi yang di kemukakan Kapolresta Enrekang, Endi Sutendi yang
mengatakan bahwa :
“Dalam percepatan penaggulangan HIV dan AIDS di Enrekang kami dari pihak kepolisian ikut menggerakkan semua Kapolsek dan anggota Kepolisian untuk menanggulangi peredaran narkoba, karna narkoba dan HIV/AIDS yang erat kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba. ini penting, karena masa remaja paling rawan” (Wawancara, 9 April 2011, 10.00 Wita).
Sementara itu Direktur Utama RS. Umum Massenrempulu
mengatakan bahwa :
“Kami telah memfasilitasi semua Rumah Sakit dan puskesmas yang ada di Kecamatan dan Kelurahan tetapi dalam hal tindakan lebih lanjut apabila ada masyarakat yang melapor tentang HIV segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Massenrempulu dalam hal tindak lanjutnya karena kita di Kabupaten Enrekang belum memilikik peralatan yang memadai” (Wawancara, 9 April 2011, 14.00 Wita).
95
Matriks 4.7
Memfasilitasi Pelaksanaan Tugas-Tugas Camat dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan
No. Uraian Hasil Anlisis
(1) (2) (3)
1 Percepatan penaggulangan HIV
dan AIDS di Enrekang, dari pihak
kepolisian ikut menggerakkan
semua Kapolsek dan anggota
Kepolisian untuk menanggulangi
peredaran narkoba karena erat
kaitannya dengan penyalahgunaan
narkoba
Pemerintah daerah ikut
menggerakkan pihak kepolisian
dalam penanggulangan narkoba
karena sangat rawan terjangkit
virus HIV apalagi di kalangan
remaja.
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
Secara keseluruhan, pelaksanaannya dalam hal ini seperti pada
kegiatan memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas camat dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan dalam Penanggulangan HIV dan AIDS. Dalam hal
penindakannya akan tetap diserahkan kepada RS. Umum Massenrempulu.
4.1.8.Mendorong Terbentuknya LSM atau Kelompok Peduli HIV dan
AIDS
Dalam mekanisme mendorong terbentuknya LSM atau kelompok
peduli HIV dan AIDS, tugas KPA yaitu masyarakat untuk membentuk suatu
96
lembaga yang peduli akan penanggulangan HIV dan AIDS. Seperti yang
diuraikan oleh Ketua Pelaksana Harian KPA Enrekang, Nur Hasan
mengatakan bahwa :
“Kami sangat mengharapkan ada sebuah LSM yang peduli akan HIV dan AIDS. Tetapi sampai sekarang kami belum melakukan kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap penderuta HIV-AIDS, begitu pula dengan organisasi internasional yang peduli terhadap para penderita HIV – AIDS sampai saat ini belum ada kerjasama dengan mereka” (Wawancara, 6 April 2011, 10.30 Wita).
Sementara itu Sekretaris KPA Enrekang, Ishak Iskandar
mengungkapkan bahwa :
“Kami dari pihak KPA Enrekang sudah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat misalnya dokter yang memang ahli pada bidang itu dan sumber daya yang berasal dari daerah tetapi untuk sumber daya yang berasal dari masyarakat sampai sekarang ini belum maksimal karena dalam pelaksaannya belum ada suatu LSM daerah yang peduli akan HIV dan AIDS begitu pula dengan LSM atau organisasi internasional sama sekali belum sampai ke Enrekang” (Wawancara, 6 April 2011, 13.30 Wita).
Matriks 4.8
Mendorong Terbentuknya LSM atau Kelompok Peduli AIDS
No. Uraian Hasil Analisis
1. Adanya sebuah LSM yang peduli
akan HIV dan AIDS. Tetapi sampai
sekarang kami belum melakukan
kerjasama dengan LSM yang peduli
terhadap penderuta HIV-AIDS,
begitu pula dengan organisasi
Pemerintah Kabupaten Enrekang
belum maksimal dalam
menanggulangi HIV/AIDS karena
sampai sekarang belum
melakukan kerjasma yang peduli
akan HIV/AIDS baik yang ada di
97
internasional yang peduli terhadap
para penderita HIV – AIDS.
daerah maupun organisasi
internasional.
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
Secara keseluruhan, pelaksanaannya belum maksimal meskipun
sudah mendorong terbentuknya LSM atau kelompok peduli HIV/AIDS tapi
sampai sekarang belum ada suatu Lembaga yang terbentuk yang peduli
akan HIV dan AIDS.
4.1.9.Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Penanggulangan HIV - AIDS Serta Menyampaikan Laporan
Secara Berkala dan Berjenjang Kepada Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional.
Dalam program melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penanggulangan HIV - AIDS serta menyampaikan laporan secara berkala
dan berjenjang kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. KPA yang
ada di daerah secara rutin akan melakukan pelaporan dan evaluasi secara
berkala kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Seperi yang di
kemukakan Nur Hasan yang mengatakan bahwa :
“KPA Enrekang akan menyampaikan pelaporan secara berkala dan berjenjang kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan bukan hanya kepada KPA Nasional kami juga bertanggung jawab kepada pemerintah daerah Kabupaten Enrekang, karena KPA Enrekang tidak bisa dipisahkan dari Pemerintah Kabupaten Enrekang karena pada dasarnya tidak bisa dipisahkan, karena titik penggerak dan penanggung jawab KPA itu sendiri adalah Bapak Bupati. Jadi jangan
98
melihat KPA Enrekang sebagai tim tersendiri, karena Tim ini adalah bagian dari aktifitas pemerintahan” (Wawancara, 4 April 2011, 13.45 Wita).
Di tempat lain Kapolresta Kabupaten Enrekang, Endi Sutendi yang
mengatakan bahwa :
“Kami selalu mengontrol kinerja para anggota yang ada di Kecamatan dan Kelurahan, KPA juga selalu melakukan koordinasi kepada KPA Nasional secara berjenjang dan melakukan pelaporan kinerja KPA kabupaten enrekang” (Wawancara, 9 April 2011, 08.40 Wita).
Jadi tugas KPA Enrekang dalam rangka pemberantasan HIV dan AIDS
belum terlaksana dengan baik. Karena hingga sekarang ini, belum ada
pelaksanaan kegiatan yang berarti mengacu pada poin kelima dan poin
kedelapan tugas pokok Tim tersebut.
Tabel 4.9
Melakukan Monitoring dan Evaluasi
No. Uraian Hasil Analisis
1. Menyampaikan pelaporan secara
berkala dan berjenjang kepada
Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional dan bukan hanya kepada
KPA Nasional kami juga bertanggung
jawab kepada pemerintah daerah
Kabupaten Enrekang
Secara umum KPA Enrekang selalu
mengontrol dan mengevaluasi
kenerja dalam upaya
penanggulanagn HIV/AIDS juga
secara bertahap melakukan
pelaporan kepada KPA Nasional.
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
99
Secara umum, akumulasi pelaksanaan tugas KPA Kabupaten Enrekang
dalam beberapa kegiatan monitoring dan evaluasi telah berjalan
sebagaimana mestinya karena KPA Enrekang secara berkala melaporkan
hasil kegiatannya kepada KPA Nasioanal.
Matriks 4.10
Rekapitulasi Hasil Analisis Akhir Pelaksanaan Kebijakan
Pemerintah Daerah Dalam Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS
No. Uraian Keterangan
1 Mengkooardinasi perumusan penyusunan kebijakan,
strategi, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam
rangka penenggulangan HIV dan AIDS sesuai
kebijakan, strategi, dan pedoman yang ditetapkan
oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Terlaksana dengan baik
Hal 77
2 Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau
dan mengevaluasi pelaksanaan penaggulangan HIV-
AIDS di Kabupaten/Kota
Terlaksana dengan baik
Hal 78
3 Menghimpun, menggerakan, menyediakan, dan
memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat
dan daerah secara efektif dan efisien
Terlaksana tetapi belum
maksimal
Hal 80
4 Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi masing-
masing instansi
Terlaksana dengan baik
Hal 82
5 Kerjasama regional dalam rangka penanggulangan
HIV danAIDS
Tidak terlaksana
Hal 83
6 Penyebarluasan informasi Terlaksana dengan baik
Hal 85
100
7 Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas camat dan
Pemerintahan Desa/Kelurahan
Terlaksana tetapi belum
Maksimal
Hal 88
8 Mendorong terbentuknya LSM atau kelompok peduli
AIDS
Tidak terlaksana
Hal 89
9 Melakukan monitoring dan evaluasi Terlaksana dengan baik
Hal 91
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011
4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pemerintah Daerah
(KPA Kabupaten Enrekang) Dalam Pemberantasan Penyakit ( HIV
– AIDS ) di Kabupaten Enrekang.
Efektifitas dari sebuah program/kebijakan, kegiatan, maupun berbagai
tugas-tugas sejatinya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor
pendukung maupun faktor yang dapat menghambat pencapaian sebuah
hasil. Dalam proses pelaksanaan tugas KPA Enrekang juga tentu
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diuraikan sebagai berikut :
4.2.1 Faktor Pendukung
Ada beberapa unsur yang dapat menjadi faktor pendukung dalam
sebuah organisasi, seperti sumber daya yang dimiliki, struktur organisasi,
komunikasi, komitmen anggota, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang
mendukung pelaksanaan tugas KPA Enrekang yaitu Sumber daya, dalam
hal ini yang dimaksud adalah manusia. Sumber daya manusia adalah
101
manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil,
tenaga kerja, pekerja atau karyawan), yang memiliki potensi manusiawi
sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
Keberadaan sumber daya manusia dalam menunjang keberhasilan sebuah
organisasi memiliki posisi yang sangat vital. KPA Enrekang yang terdiri dari
unsur pemerintah, swasat, maupun masyarakat merupakan komposisi yang
baik dalam menopang jalannya tim. Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam
menyusun komponen-komponen KPA Enrekang memiliki alasan terbaik
dalam menempatkan setiap personil yang berkompeten dalam struktur
organisasinya. Seperti yang diungkapkan oleh Nur Hasan, Wakil Bupati
Enrekang yang juga sebagai ketua pelaksana harian KPA Kabupaten
Enrekang, bahwa :
“Saya ingin menegaskan bahwa ada beberapa inovasi-inovasi sosial yang telah dilakukan di Kabupaten Enrekang berkaitan dengan penjabaran program-program penanggulangan HIV/AIDS. Di KPA Enrekang saya menjabat sebagai ketua pelaksana harian, sehingga kalau kapasitas saya sebagai ketua pelaksana harian dan kemudian saya juga adalah Wakil Bupati, maka pencegahan pemberantasan HIV dan AIDS itu bisa kita mulai pada proses perencanaan. Itu adalah strategi yang ditempuh pemerintah Kabupaten Enrekang menjadikan Wakil Bupati sebagai ketua pelaksana harian KPA Enrekang” (Wawancara, 11 April 2011, 09.30 Wita).
102
Selain itu Kepala Dinas Kesehatan Enrekang, Muhammad Yamin juga
mengatakan bahwa :
“Penanggulangan HIV dan AIDS di Enrekang di respon dengan sangat baik oleh pemerintah daerah dengan penerbitan Keputusan Bupati No. 489/Kep/XII/2004 tentang Pembentukan Badan Narkotika Kabupaten Enrekang, mengingat bahwa peredaran Narkoba sangat erat kaitannya dengan AIDS karena penggunaan jarum suntik secara bergantian sangat beresiko rentang terjangkit virus HIV” (Wawancara, 09 April 2011, 09.30 Wita).
Kualitas sumber daya Tim KPA dengan kompetensinya masing-
masing merupakan faktor pendukung yang dapat mendorong tercapainya
sasaran organisasi dan pencapaian produktifitas kerja Tim secara
keseluruhan dalam penanganan pemberantasan HIV dan AIDS di
Kabupaten Enrekang.
4.2.2. Faktor Penghambat
Karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya, Komunikasi adalah cara mereka untuk
berinteraksi. Komunikasi merupakan suatu proses yang mana seseorang
atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan
dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungannya dan
orang lain. Faktor komunikasi ini dapat menjadi penghambat dalam
pelaksanaan kebijakan yang ada, tergantung dari para komponen organisasi
bagaimana menjalin interaksi tersebut.
103
Wakil Bupati Enrekang, Nur Hasan, dalam wawancara yang telah
dilakukan, mengungkapkan adanya masalah komunikasi di internal KPA
Enrekang, ia mengatakan bahwa :
“...bagi saya Tim ini perlu diharmonisasikan dalam rangka efektifitas pelaksnaannya karena kadang-kadang institusi itu kan misalnya kepolisian, PMI, tidak membangun komunikasi yang baik, ini yang menyulitkan kita untuk melakukan pertemuan dari aspek pelaksanaan kegiatan tim itu, karena kadang-kadang mereka tidak datang untuk melakukan pertemuan dan tidak jelas alasannya. Koordinasi dan komunikasi antara instansi itu yang sangat sulit, apalagi dalam perjalannya. Misalnya ada masalah pada Pemkab terkait dengan kepolisian, kalau tim ini mau bekerja atau melakukan rapat, maka personil dari pihak instansi itu tidak akan datang. Misalnya sekarang ini kita berkasus pada institusinya, dikepolisian, sekarang kapolres tidak pernah datang lagi muncul kalau diundang, dan itu faktanya. Kalau kita lakukan pertemuan mereka tidak datang dengan alasan yang tidak jelas, padahal inikan forum untuk memberikan masukan, dan secara psikis itu mempengaruhi kinerja tim karena apabila sudah muncul subjektifitas, itu akan menjadi hambatan, walaupun bukan dari segi kelembagaannya, tapi personal.” (Wawancara, 10 April 2011, 09.00 wita).
Faktor penghambat dalam pelaksanaan tugas KPA yang lain yaitu
disposisi. Menurut George C.Edward disposisi yaitu watak dan karakteristik
yang dimiliki oleh pelaksana, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis.
Apabila pelaksana memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika pelaksana memiliki sikap atau perspektif yang
104
berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan
juga menjadi tidak efektif. Seperti yang dikemukakan oleh Ishak Iskandar,
dalam kesempatan wawancara, menyatakan bahwa :
“..pelaksanaan pemberantasan HIV dan AIDS belum terlalu maksimal karena peralatan yang digunakan belum memadai, itu disebabkan karena pemerintah kita belum menjadikan kasus HIV dan AIDS sebagai kejadian yang luar biasa padahal apabila di lihat dari sudut pandang WHO yang mengatakan apabila di suatu daerah ada 1 kasus atau kejadian HIV maka kemungkinan masih ada 100 orang atau mungkin lebih yang terjangkit, dengan asumsi fenomena gunung es” (Wawancara, 14 April 2011, 10.00 wita).
Selanjutnya ia juga menuturkan bahwa :
“Pelaksanaan pemberantasan HIV/AIDS di Kabupaten Enrekang sampai sekarang ini belum maksimal karena belum adanya alokasi dana khusus dari daerah, Pemerintah Kabupaten Enrekang belum menyediakan anggaran khusus untuk pemberantasan HIV/AIDS”. (Wawancara, 14 April 2011, 10.30 wita)
Melihat penjelasan dari informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan tugas Tim KPA, adanya perilaku-perilaku dari personil
yang mengutamakan subjektifitas, emosional, dan mengutamakan
kepentingan individualnya ketimbang kepentingan kelompok akan
menghambat dan menjadikan tidak efektifnya kinerja Tim KPA Enrekang
nantinya, terlebih lagi dalam kenyataannya bahwa sikap itu ada ditubuh
orang-orang yang berada dilembaga pemerintahan.
105
Selain beberapa faktor tersebut, ada juga faktor struktur organisasi
atau Birokrasi. Dalam hal ini didefenisikan sebagai jenis organisasi yang
dirancang untuk menangani tugas-tugas administrasi dalam skala besar
serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis.
Struktur organisasi dalam pembentukan KPA Enrekang dengan beberapa
komponen personil yang tersusun didalamnya merupakan faktor yang dapat
menghambat kinerja Tim dalam hal pencegahan dan pemberantasan HIV
dan AIDS di Enrekang, seperti yang dikemukakan oleh ketua Pelaksana
harian, Nur Hasan:
“…Perkembangan KPA sudah bagus karena aktualisasi KPA dan jaringan kerja sama dengan pusat juga sudah baik. Namun kelemahannya adalah belum adanya LSM atau lembaga yang ada di Enrekang yang khusus peduli akan HIV/AIDS, bahkan organisasi internasional belum ada yang sampai di Enrekang hal itu yang menyebabkan kami belum bisa bekerja secara maksimal”. (Wawancara, 15 April 2011, 10.00 wita)
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor dari belum adanya
kerjasama dengan lembaga yang peduli akan AIDS bisa menjadi
penghambat kinerja Tim, sebab organisasi tim ini belum dibentuk sebagai
lembaga atau institusi yang independen, bahkan belum memiliki sekretariat.
106
Selain itu, Nur HIdayawati juga mengungkapkan mengenai berbagai
tantangan yang dihadapi Tim KPA, bahwa :
“Tantangan selanjutnya adalah tindakan-tindakan pencegahan yang kita lakukan lebih rendah intensitasnya dari tindakan-tindakan represif, sedangkan yang diperlukan adalah tindakan pencegahan bukan represif”(Wawancara, 14 april 2011, 13.30 Wita)
Maksudnya, pemerintah dan masyarakat dewasa ini lebih terfokus
pada penindakan kasus HIV, sedangkan yang kita butuhkan sebenarnya
lebih kepada tindakan pencegahan. Tentu saja mencegah daripada
mengobati lebih berguna dan bermanfaat. Itu menyimpulkan bahwa
sebagian faktor penghambat dalam pelaksanaan tugas Tim KPA dalam
meminimalisir penderita HIV dan AIDS adalah intensitas dari tindakan
pencegahan lebih rendah dari apa yang ada di lapangan saat ini, yaitu
kebanyakan tindakan-tindakan represif.
107
Matriks 4.11
Rekapitulasi Hasil Analisis Akhir Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pemberantasan HIV-AIDS
Faktor Penghambat Faktor Pendukung
1. Pemerintah dan masyarakat lebih
terfokus pada penindakan kasus
HIV-AIDS
2. Komunikasi yang dibangun antar
tiap-tiap anggota masih relatif sulit.
3. Peralatan yang digunakan belum
memadai.
4. Belum ada LSM yang peduli HIV-
AIDS di Kabupaten Enrekang
1. Penanggulangan HIV dan AIDS di
Enrekang di respon dengan
sangat baik oleh pemerintah
daerah dengan penerbitan
Keputusan Bupati No.
489/Kep/XII/2004 tentang
Pembentukan Badan Narkotika
Kabupaten Enrekang
2. Kualitas sumber daya Tim KPA
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2011