BAB IV

14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran RSPAD Gatot Soebroto RSPAD Gatot Soebroto ditkesad terletak di jalan Abdul Rahman Saleh No. 24, Jakarta Pusat. Dahulu RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit Belanda dengan nama Groot Militaire hospital welterveden. Pada tanggal 8 Maret 1942, RSPAD Gatot Soebroto menjadi rumah sakit militer angkatan darat Jepang dengan nama rikugen byoin. Kemudian setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, rumah sakit ini dikuasai oleh tentara KNIL dan namanya diubah menjadi militaire geneeskundige dienst yang dikenal dengan nama “leger hospital Batavia”. Pada tanggal 26 Juli tahun 1950, rumah sakit ini diserahkan kepada Djawatan Kesehatan Angkatan Darat menjadi rumah sakit tentara pusat. Peristiwa ini selanjutnya dijadikan sebagai hari peringatan hari jadi RSPAD Gatot Soebroto. Untuk mengingat jasa-jasantuk mengingat jasa-jasa kepada Letnan Jenderal Gatot Soebroto yang memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi kebanggan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit angkatan darat maka dipakailah nama Gatot Soebroto sebagai nama belakang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ini. 53

description

skripsi

Transcript of BAB IV

61

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Gambaran RSPAD Gatot SoebrotoRSPAD Gatot Soebroto ditkesad terletak di jalan Abdul Rahman Saleh No. 24, Jakarta Pusat. Dahulu RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit Belanda dengan nama Groot Militaire hospital welterveden.Pada tanggal 8 Maret 1942, RSPAD Gatot Soebroto menjadi rumah sakit militer angkatan darat Jepang dengan nama rikugen byoin. Kemudian setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, rumah sakit ini dikuasai oleh tentara KNIL dan namanya diubah menjadi militaire geneeskundige dienst yang dikenal dengan nama leger hospital Batavia.Pada tanggal 26 Juli tahun 1950, rumah sakit ini diserahkan kepada Djawatan Kesehatan Angkatan Darat menjadi rumah sakit tentara pusat. Peristiwa ini selanjutnya dijadikan sebagai hari peringatan hari jadi RSPAD Gatot Soebroto.Untuk mengingat jasa-jasantuk mengingat jasa-jasa kepada Letnan Jenderal Gatot Soebroto yang memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi kebanggan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit angkatan darat maka dipakailah nama Gatot Soebroto sebagai nama belakang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ini.Saat ini RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tingkat satu dan menjadi rujukan tertinggi di jajaran TNI yang memberikan perawatan kesehatan untuk prajurit TNI, PNS, dan masyarakat umum.

IV.2. Hasil PenelitianIV.2.1. Analisis UnivariatAnalisis ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel-variabel yang akan di teliti. Analisis univariat yang akan di lakukan adalah usia, jenis kelamin, IMT dan pasien PJK dengan diabetes.Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah pasien di poli jantung RSPAD Gatot Soebroto yang terdiagnosis PJK dengan riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2. Kemudian pasien diminta data tentang usia dan di ambil data tekanan darah, tinggi badan dan berat badan. Untuk berat badan dan tinggi badan di hitung nilai IMT.a. UsiaDari total 30 sampel yang diteliti, kelompok pasien dengan usia 60 tahun sebanyak 21 sampel (70%). Seperti pada tabel berikut:

Tabel 8. Frekuensi Usia SampelUsiaN%

60 tahun2170

Total30100

b. Jenis KelaminDari total 30 sampel yang diteliti, kelompok pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 sampel (50%) dan kelompok pasien dengan usia perempuan sebanyak 15 sampel (50%). Seperti pada tabel berikut:

Tabel 9. Frekuensi Jenis Kelamin SampelJenis KelaminN%

Laki-laki1550

Perempuan1550

Total30100

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)Dari total 30 sampel yang diteliti, kelompok pasien dengan IMT 25 sebanyak 15 sampel (50%). Seperti pada tabel berikut:

Tabel 10. Frekuensi IMT SampelIndeks Massa Tubuh (IMT)N%

(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara usia terhadap tekanan arteri rata-rata pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2.

Tabel 12. Perbedaan Tekanan Arteri Rata-Rata pada Pasien PJK dengan Riwayat DM Tipe 2 Usia < 60 Tahun dan Usia 60 TahunKelompokRerata Tekanan Arteri Rata-Rata (mmHg)Standard DeviasiPerbedaan Rerata (mmHg)Nilai P

< 60 tahun92,055616,635896,101590,253

60 tahun98,157111,39915

Grafik 1. Perbedaan Tekanan Arteri Rata-Rata pada Pasien PJK dengan Riwayat DM Tipe 2 Usia < 60 Tahun dan Usia 60 Tahun

b. Perbedaan rerata tekanan arteri rata-rata berdasarkan jenis kelamin pada pasien jantung PJK dengan riwayat DM tipe 2.Terdapat perbedaan rerata tekanan arteri rata-rata berdasarkan jenis kelamin sebesar 3,34667 mmHg tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna. Hasil analisis uji t tidak berpasangan didapatkan nilai p = 0,497. Nilai p > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin terhadap tekanan arteri rata-rata pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2.

Tabel 13. Perbedaan Tekanan Arteri Rata-Rata pada Pasien PJK dengan Riwayat DM Tipe 2 Pasien Jenis Kelamin Laki-Laki dengan Pasien Jenis Kelamin PerempuanKelompokRerata Tekanan Arteri Rata-Rata (mmHg)Standard DeviasiPerbedaan Rerata (mmHg)Nilai P

Laki-laki94,653312,249483,346670,497

Perempuan98,000014,29955

Grafik 2. Perbedaan Tekanan Arteri Rata-Rata pada Pasien PJK dengan Riwayat DM Tipe 2 Pasien Laki-laki dengan pasien Perempuanc. Perbedaan rerata tekanan arteri rata-rata berdasarkan indeks massa tubuh pada pasien jantung PJK dengan riwayat DM tipe 2.Terdapat perbedaan rerata tekanan arteri rata-rata berdasarkan usia sebesar 6,10159 mmHg tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna. Hasil analisis uji t tidak berpasangan didapatkan nilai p = 0,817. Nilai p > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap tekanan arteri rata-rata pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2.

Tabel 14. Perbedaan Tekanan Arteri Rata-Rata pada Pasien PJK dengan Riwayat DM Tipe 2 Pasien IMT < 25 dengan Pasien IMT 25KelompokRerata Tekanan Arteri Rata-Rata (mmHg)Standard DeviasiPerbedaan Rerata (mmHg)Nilai P

IMT < 2595,993312,914526,101590,817

IMT 2596,660013,91057

Grafik 3. Perbedaan Tekanan Arteri Rata-Rata pada Pasien PJK dengan Riwayat DM Tipe 2 Pasien IMT 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakana tekanan arteri rata-rata berdasarkan usia pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2. Hal ini dapat disebabkan karena rata-rata pasien PJK di RSPAD merupakan pasien yang sudah lama berobat di RSPAD Gatot Soebroto dan rutin berobat sehingga tekanan arteri rata-rata nilainya normal.

IV.3.2. Perbedaan jenis kelamin dengan tekanan arteri rata-rata pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2Pada perempuan usia pramenopause mempunyai massa ventrikel kiri rendah, sehingga afterload jantung pada wanita lebih rendah. Ini disebabkan karena tekanan darah arteri pada perempuan lebih rendah, komplians aorta lebih besar dan rata pasien RSPAD Gatot Soebroto ditemukan Kemampuan untuk meningkatkan mekanisme vasodialtasi. Perbedaan ini disebabkan oleh efek dari hormon estrogen, sehingga menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan pramenopause. Setelah menopause, tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Pada perempuan dengan usia lebih tua, penyakit iskemia mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan laki-laki (Mohrman & Heller, 2010).Sama seperti dibahas sebelumnya, Tetapi pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda, yaitu hasil penelitian ini mempunyai nilai p = 0,497 yang berarti nilai p > 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakana tekanan arteri rata-rata berdasarkan jenis kelamin pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2. Hal ini dapat disebabkan karena rata-rata pasien PJK di RSPAD merupakan pasien yang sudah lama berobat di RSPAD Gatot Soebroto dan rutin berobat sehingga tekanan arteri rata-rata pasien RSPAD Gatot Soebroto ditemukan nilainya normal.

IV.3.3. Perbedaan IMT dengan tekanan arteri rata-rata pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2IMT juga mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan berat badan dapat menyebabkan peningkatan volume darah dan viskositas cairan, menyebabkan natriusresis dan dapat mengakibatkan peningkatan reabsorpsi sodium di tubulus ginjal yang berperan meningkatkan tekanan darah. Adiposit juga mengeluarkan angiotensinogen yang merupakan prekursor dari angiotensin. Diketahui juga perempuan mempunyai peningkatan lemak tubuh lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Gurven et al, 2012).Tetapi pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda, yaitu hasil penelitian ini mempunyai nilai p = 0,817 yang berarti nilai p > 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakana tekanan arteri rata-rata berdasarkan IMT pada pasien PJK dengan riwayat DM tipe 2. Hal ini dapat disebabkan karena rata-rata pasien PJK di RSPAD merupakan pasien yang sudah lama berobat di RSPAD Gatot Soebroto dan rutin berobat sehingga tekanan arteri rata-rata pasien RSPAD Gatot Soebroto ditemukan nilainya normal.

IV.4. Keterbatasan PenelitianTekanan darah diperngaruhi oleh beberapa hal tetapi pada penelitian ini hanya diteliti sebanyak tiga variabel saja. Pada pelaksanaan penelitian ini ditemukan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri rata-rata pasien yang dihitung berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pasien.a. Pasien yang berada di Poli Jantung RSPAD Gatot Soebroto banyak yang merupakan pasien yang sudah lama berobat, sehingga pasien sudah diberikan obat-obatan yang dapat menormalkan tekanan darah.b. Pasien yang datang ke Poli Jantung RSPAD banyak yang merupakan pasien rutin berobat. Saat pengambilan data ada beberapa sampel yang sudah lama tidak berobat ke RSPAD sehingga tekanan darahnya meningkat.c. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah seperti pekerjaan, aktivitas fisik dan pola makan dan pengobatan pasien tidak di teliti pada penelitian ini. Sehingga faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai tekanan darah pada penelitian ini.

53