Bab IV 2008nfs

20
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Administrasi Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan secara geografis terletak antara 5 0 19’30” – 5 0 36’47” Lintang Selatan (LS) dan antara 119 0 48’30” – 120 0 20’00” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah 819,96 km 2 atau 81.996 hektar dengan batas-batas administrasi sebagai berikut : - Sebelah utara dengan Kabupaten Bone. - Sebelah timur dengan Teluk Bone. - Sebelah selatan dengan Kabupaten Bulukumba. - Sebelah barat dengan Kabupaten Gowa. Kabupaten Sinjai mempunyai 9 (sembilan) kecamatan dengan 61 (enam puluh satu) desa definitif, 13 (tiga belas) kelurahan, 6 (enam) desa/kelurahan persiapan dan 313 (tiga ratus tiga belas) dusun/lingkungan. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sinjai seperti disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 14. Tabel 13. Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Sinjai No Kecamatan Ibukota Luas (km 2 ) Desa/Kel. Persiapan Desa Kelurahan 1. Sinjai Barat Manipi 135,5 - 7 2 2. Sinjai Borong Pasir Putih 67,0 - 7 1 3. Sinjai Selatan Bikeru 132,0 - 10 1 4. Tellu Limpoe Mannanti 147,0 1 9 1 5. Sinjai Timur Mangarabombang 71,9 2 10 1 6. Sinjai Tengah Lappadata 129,7 2 8 1 7. Sinjai Utara Balangnipa 29,6 - - 6 8. Bulupoddo Bulupoddo 99,5 1 6 - 9. Pulau Sembilan Kambung 7,6 - 4 - Jumlah - 820,0 6 61 13 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Transcript of Bab IV 2008nfs

Page 1: Bab IV 2008nfs

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Administrasi Wilayah dan Kependudukan

Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan secara geografis terletak

antara 5019’30” – 5036’47” Lintang Selatan (LS) dan antara 119048’30” –

120020’00” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah 819,96 km2 atau 81.996 hektar

dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :

- Sebelah utara dengan Kabupaten Bone.

- Sebelah timur dengan Teluk Bone.

- Sebelah selatan dengan Kabupaten Bulukumba.

- Sebelah barat dengan Kabupaten Gowa.

Kabupaten Sinjai mempunyai 9 (sembilan) kecamatan dengan 61 (enam

puluh satu) desa definitif, 13 (tiga belas) kelurahan, 6 (enam) desa/kelurahan

persiapan dan 313 (tiga ratus tiga belas) dusun/lingkungan. Pembagian wilayah

administrasi Kabupaten Sinjai seperti disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 14.

Tabel 13. Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Sinjai

No Kecamatan IbukotaLuas(km

2)

Desa/Kel.Persiapan

Desa Kelurahan

1. Sinjai Barat Manipi 135,5 - 7 2

2. Sinjai Borong Pasir Putih 67,0 - 7 1

3. Sinjai Selatan Bikeru 132,0 - 10 1

4. Tellu Limpoe Mannanti 147,0 1 9 1

5. Sinjai Timur Mangarabombang 71,9 2 10 1

6. Sinjai Tengah Lappadata 129,7 2 8 1

7. Sinjai Utara Balangnipa 29,6 - - 6

8. Bulupoddo Bulupoddo 99,5 1 6 -

9. PulauSembilan

Kambung 7,6 - 4 -

Jumlah - 820,0 6 61 13

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Page 2: Bab IV 2008nfs

39

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (2006), jumlah

penduduk yang tercatat di Kabupaten Sinjai pada tahun 2005 secara

keseluruhan adalah 220.430 jiwa yang tersebar di 9 (sembilan) wilayah

kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Wilayah Kecamatan Sinjai

Utara dengan jumlah penduduk sebanyak 38.223 jiwa (17,3%) dan jumlah

penduduk paling sedikit terdapat di Wilayah Kecamatan Pulau Sembilan dengan

jumlah penduduk sebanyak 7.537 jiwa (3,4%).

Gambar 14. Peta Administrasi Kabupaten Sinjai

Page 3: Bab IV 2008nfs

40

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sinjai Utara

sebanyak 1.293 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat

pada Kecamatan Bulupoddo yaitu sebanyak 159 jiwa/km2. Distribusi jumlah

penduduk dan penyebarannya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sinjai

No Kecamatan Luas Wilayah(km2)

JumlahPenduduk

(jiwa)

KepadatanPenduduk(jiwa/km2)

1. Sinjai Barat 135,5 22.840 169

2. Sinjai Borong 67,0 15.984 239

3. Sinjai Selatan 132,0 35.969 273

4. Tellu Limpoe 147,0 31.827 216

5. Sinjai Timur 71,9 28.168 392

6. Sinjai Tengah 129,7 24.106 186

7. Sinjai Utara 29,6 38.223 1.293

8. Bulupoddo 99,5 15.776 159

9. Pulau Sembilan 7,6 7.537 998

Jumlah 820,0 220.430 269

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Kondisi Fisik Wilayah

Iklim

Menurut data Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan dan

Pertambangan Daerah Kabupaten Sinjai (2007) daerah ini termasuk

beriklim subtropis yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan

(pada periode bulan April – Oktober) dan musim kemarau (pada periode

bulan Oktober – April). Selain itu menurut klasifikasi Schmidt dan

Fergusson ada 3 (tiga) tipe iklim di wilayah ini, yaitu tipe iklim B2, C2, D2

dan D3.

Wilayah dengan tipe iklim B2, bulan basahnya berlangsung selama

7 – 9 bulan berturut-turut dan bulan keringnya berlangsung 2 – 4 bulan

sepanjang tahun, penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah

Page 4: Bab IV 2008nfs

41

Kecamatan Sinjai Timur dan Sinjai Selatan. Tipe iklim C2, bulan basahnya

berlangsung antara 5 – 6 bulan dan bulan keringnya berlangsung selama

3 – 5 bulan sepanjang tahun, penyebarannya meliputi sebagian kecil

wilayah Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan dan Sinjai Tengah. Tipe

iklim D2, bulan basahnya berlangsung selama 3 – 4 bulan dan bulan

keringnya berlangsung selama 2 – 3 bulan, penyebarannya meliputi

wilayah bagian tengah Kabupaten Sinjai, yaitu Kecamatan Sinjai Tengah,

Sinjai Selatan dan Sinjai Barat. Tipe iklim D3, bulan basahnya

berlangsung antara 3 – 4 bulan dan bulan keringnya berlangsung 3 – 5

bulan, penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sinjai Barat,

Sinjai Tengah dan Sinjai Selatan.

Kabupaten Sinjai mempunyai curah hujan yang berkisar antara 2.000 –

4.000 mm/tahun dengan hari hujan yang bervariasi antara 100 – 160 hari

hujan/tahun. Curah hujan rata-rata per stasiun pengamatan per tahunnya

disajikan pada Tabel 15 dan Gambar 15.

Tabel 15. Curah Hujan Rata-rata per Stasiun Pengamatan

No Stasiun PengamatanCurah Hujan(mm/tahun)

1. Balakia 2.337,3

2. Palangka 2.801,5

3. Lamatti Riawang 2.345,1

4. Sinjai Kota 2.248,6

5. Appareng Hulu 2.084,5

6. Batu Belerang 2.530,8

Sumber : Dinas Prasarana Daerah Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Page 5: Bab IV 2008nfs

42

Jenis dan Struktur Batuan

Menurut Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan dan Pertambangan

Daerah Kabupaten Sinjai (2007) tataan stratigrafi Kabupaten Sinjai

dikelompokkan menjadi 6 (enam) satuan batuan (urutan tertua ke muda), yaitu :

1. Batuan Gunung Api Formasi Camba (Tmcv) berumur miosen akhir – pliosen

Terdiri atas breksi gunung api, lava, konglomerat dan tufa berbutir halus

hingga lapili, bersisipan batuan sedimen laut berupa batu pasir tufaan, batu

pasir gampingan dan batu lempung yang mengandung sisa tumbuhan.

Gambar 15. Peta Curah Hujan Rata-rata Tahunan

Page 6: Bab IV 2008nfs

43

Bagian bawahnya merupakan lapisan breksi gunung api dan lava yang

berkomposisi andesit dan basal, tufa berlapis baik terdiri dari tufa litik, tufa

kristal dan tufa vitrik. Penyebaran batuan formasi ini menghampar di wilayah

Kecamatan Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, Sinjai Barat dan sebagian Sinjai

Borong.

2. Formasi Walanae (Tmpw) berumur miosen akhir – pliosen

Formasi ini menindih tidak selaras dengan batuan Gunung Api Formasi

Camba. Formasi ini juga tersusun dari perselingan batu pasir, konglomerat,

tufa, dengan sisipan batu lanau, batu lempung, batu gamping, napal dan

lignit, batu pasir berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan

agak kompak, berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak

mengandung kuarsa, tufanya berkisar dari tufa breksi, breksi, tufa lapili, tufa

kristal yang banyak mengandung biotit, konglomerat berkomponen andesit,

trakit dan basal. Penyebarannya meliiputi wilayah Kecamatan Sinjai Timur,

sebagian Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, Sinjai Utara dan Bulupoddo.

3. Batuan Gunung Api Baturappe-Cindako (Tpbv) berumur pliosen akhir

Batuannya terdiri dari lava dan breksi dengan sisipan tufa serta konglomerat.

Penyebarannya di sekitar Manipi Kecamatan Sinjai Barat.

4. Batuan Gunung Api Lompobattang (Qlvc, Qlv, Qlvb) berumur pliosen

Tersusun dari aglomerat, lava, breksi, endapan lahar dan tufa. Batuannya

sebagian besar berkomposisi andesit dan sebagian basal, lavanya ada yang

berlubang dan ada yang berlapis, tufanya berbutir halus-kasar. Tufanya

berlapis dengan ketebalan sekitar 1,5 meter dan diapit oleh batuan breksi

serta aglomerat/konglomerat.

5. Endapan permukaan/satuan aluvium (Qac) berumur holosen

Terdiri dari aluvium pantai (pasir lempung) dan aluvium sungai (bongkah,

kerakal, kerikil, pasir dan lempung). Penyebarannya sebagian kecil pada

wilayah Kecamatan Sinjai Timur dan Sinjai Utara.

Page 7: Bab IV 2008nfs

44

6. Batuan terobosan sejak miosen akhir-pliosen

Batuan ini terdiri dari batuan andesit, menerobos batuan Gunung Api

Formasi Camba; batuan trakit, menerobos batuan Gunung Api Formasi

Camba dan batuan granodiorit, menerobos batuan Gunung Api Formasi

Camba.

Jenis batuan di Kabupaten Sinjai seperti disajikan pada Tabel 16 dan

Gambar 16.

Tabel 16. Jenis Batuan di Kabupaten Sinjai

Luas

No Jenis Batuan Ha %

1. Formasi Walanae 22.440 26,9

2. Endapan Permukaan 5.090 6,1

3. Grano Diorit 500 0,6

4. Bat. G.A. Formasi Camba 16.170 19,4

5. Bat. G.A. Lompobattang 30.450 36,5

6. Bat. G.A. Baturape Cindako 4,660 5,6

7. G.A. Lompobattang (Breksi Lahar) 3.230 3,9

8. Diorit 840 1,0

Jumlah 83.380 100,0

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (diolah), 2006

Ketinggian Wilayah dan Kemiringan Lereng

Menurut data Biro Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (2006), sebagian besar

wilayah Kabupaten Sinjai (45.530 hektar, 55,5%) berada pada ketinggian antara

100 – 500 mdpl kemudian berturut-turut berada pada ketinggian 500 – 1000 mdpl

(17.370 hektar, 21,2%), 25 – 100 mdpl (7.980 hektar, 9,7%), di atas 1000 mdpl

(6.570 hektar, 8,0%) dan di bawah 25 mdpl (4.540 hektar, 5,5%). Ketinggian

wilayah Kabupaten Sinjai disajikan pada Tabel 17.

Page 8: Bab IV 2008nfs

45

Tabel 17. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sinjai

Luas

No Ketinggian (mdpl) Ha %

1. 0 – 25 4.540 5,5

2. 25 – 100 7.980 9,7

3. 100 – 500 45.530 55,5

4. 500 – 1000 17.370 21,2

5. > 1000 6.570 8,0

Jumlah 81.990 100,0

Sumber : Badan Kantor Statistik Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Gambar 16. Peta Geologi Kabupaten Sinjai

Page 9: Bab IV 2008nfs

46

Kemiringan lereng menggambarkan bentuk kedudukan tanah terhadap

bidang datar dinyatakan dalam persen (%). Pembagian topografi (bentuk

wilayah) di Kabupaten Sinjai berdasarkan kemiringan lereng dibagi ke dalam 4

(empat) kelas menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (2006) dan hasil

analisis peta digital, yaitu :

1. Rata sampai hampir rata 0 – 8%;

2. Landai sampai berombak 8 – 15%;

3. Bergelombang sampai bergunung 15 – 40%;

4. Bergunung sampai jurang >40%.

Kemiringan lereng disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 17.

Tabel 18. Kemiringan Lereng di Kabupaten Sinjai

Luas

No Kelas Lereng Ha %

1. 0 - 8% 12.560 15,1

2. 8 - 15% 25.870 31,0

3. 15 - 40% 30.410 36,5

4. >40% 14.540 17,4

Jumlah 83.380 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Sinjai berdasarkan analisis spasial peta

digital tanah terdapat beberapa macam diantaranya asosiasi dari jenis tanah

inseptisol, entisol dan ultisol. Jenis tanah terluas yang ada di Kabupaten Sinjai

adalah dystropepts (52.120 hektar; 63,6%) yang tersebar di beberapa

kecamatan. Sedangkan jenis tanah yang paling sedikit adalah tropudults dengan

luas 2 hektar (0,0002%) yang ada di Kecamatan Tellu Limpoe.

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Sinjai disajikan pada Tabel 19 dan

Gambar 18.

Page 10: Bab IV 2008nfs

47

Tabel 19. Jenis Tanah di Kabupaten Sinjai

Luas

No Jenis Tanah Ha %

1. Dystropepts 53.000 63,6

2. Tropaquepts 1.460 1,7

3. Ustropepts 8.610 10,3

4. Tropopsamments 210 0,3

5. Humitropepts 19.210 23,0

6. Paleudults 870 1,0

7. Tropudults 2 0,002

Jumlah 83.380 100,0

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sinjai(diolah), 2006

Gambar 17 Peta Kelas Lereng Kabupaten Sinjai

Page 11: Bab IV 2008nfs

48

Penggunaan Lahan

Berdasarkan analisis spasial dari peta digital dan peninjauan lapangan,

penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 13 (tiga belas) bentuk penggunaan

lahan seperti disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 19.

Gambar 18. Peta Jenis Tanah di Kabupaten Sinjai

Page 12: Bab IV 2008nfs

49

Tabel 20. Penggunaan Lahan di Kabupaten Sinjai

Luas

No Penggunaan Lahan Ha %

1. Alang-alang 32 0,04

2. Hutan belukar 6.093 7,31

3. Hutan lebat 6.350 7,62

4. Hutan sejenis pinus 286 0,34

5. Kebun campuran 17.440 20,90

6. Makam 70 0,08

7. Perkebunan rakyat 65 0,08

8. Permukiman 4.309 5,17

9. Rumput 228 0,27

10. Sawah 14.026 16,82

11. Semak 406 0,49

12. Tambak 547 0,66

13. Tegalan 33.523 40,22

Jumlah 83.376 100,00

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Pola Arahan Pemanfaatan Ruang

Pola pemanfaatan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Sinjai Tahun 2006 – 2016 terbagi menjadi 2 (dua), yaitu

kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan

yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahnya, kawasan

perlindungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya serta kawasan

rawan bencana. Kawasan budidaya terdiri dari kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan.

Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan di bawahnya

terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan penyangga dan kawasan resapan

air. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan sungai,

kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar danau/waduk/dam. Kawasan

suaka alam dan cagar budaya terdiri dari taman wisata alam dan kawasan cagar

budaya dan ilmu pengetahuan.

Page 13: Bab IV 2008nfs

50

Kawasan budidaya perkotaan diprioritaskan untuk kegiatan pengembangan

kawasan industri yang tidak mengganggu kegiatan di sekitarnya, pengembangan

kawasan perdagangan secara luas dan skala besar, pengembangan kawasan

pemerintahan, kesehatan dan pendidikan, pengembangan kawasan

pergudangan yang mendukung proses aliran barang serta pengembangan

kawasan permukiman.

Gambar 19. Penggunaan Lahan di Kabupaten Sinjai

Sumber :1.Peta Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Skala 1 : 100.0002.BPN Kabuypaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006

Page 14: Bab IV 2008nfs

51

Kawasan budidaya perdesaan diprioritaskan untuk pengembangan

kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan

perkebunan, kawasan peternakan, kawasan pertambangan, kawasan hutan

produksi, kawasan pariwisata, kawasan industri perdesaan dan kawasan

permukiman linier.

Secara garis besar pemanfaatan ruang di Kabupaten Sinjai akan mengikuti

pola sebagai berikut :

1. Permukiman perkotaan dipusatkan di Ibukota Kabupaten dan dikembangkan

di kota-kota kecamatan dengan skala tertentu. Sedangkan permukiman

perdesaan akan berfungsi sebagai pusat pelayanan kawasan perdesaan di

seluruh pusat-pusat kawasan perdesaan yang layak berdasarkan kondisi

fisik dasar alamiah dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup;

2. Perkantoran/pemerintahan dan fungsi pelayanan umum skala kabupaten

dipusatkan di Ibukota Kabupaten;

3. Pertanian lahan basah dan lahan kering dikembangkan di seluruh wilayah

kecamatan kecuali Kecamatan Sinjai Utara dengan proporsi penggunaan

lahan yang sesuai. Pada wilayah dataran tinggi akan didominasi oleh

pertanian lahan kering dan wilayah dataran rendah oleh pertanian lahan

basah dan sebagian kecil pertanian lahan kering;

4. Peternakan kecil dan unggas dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan.

Sedangkan ternak besar diprioritaskan di KecamatanTellu Limpoe, Sinjai

Barat dan Sinjai Borong;

5. Kegiatan pertambangan golongan C dikembangkan di seluruh wilayah

kecamatan sesuai potensi yang ada. Pertambangan golongan A dan B

dikembangkan di Kecamatan Sinjai Utara, Bulupoddo dan Sinjai Timur (batu

bara), Sinjai Tengah dan Sinjai Timur (energi geothermal), Bulupoddo dan

Sinjai Borong (emas) dan Sinjai Timur (minyak bumi) dengan tetap

mempertimbangkan kelestarian lingkungan;

6. Kegiatan perkebunan skala besar dikembangkan di Kecamatan Tellu

Limpoe, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Barat;

7. Pusat kegiatan dan pelayanan perdagangan serta jasa wilayah kabupaten

diprioritaskan untuk dikembangkan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai

Timur. Sedangkan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal tersebar di

seluruh wilayah kecamatan;

8. Kegiatan pelabuhan laut dikembangkan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai

Timur. Bandar udara direkomendasikan ditempatkan di Kecamatan

Bulupoddo;

Page 15: Bab IV 2008nfs

52

9. Pemanfaatan dan arahan kawasan hutan masih tetap mempertahankan

kawasan yang ada saat ini. Kawasan hutan lindung dipertahankan dan

dikembangkan di wilayah Kecamatan Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai

Borong, Sinjai Selatan, Sinjai Timur dan Tellu Limpoe. Sementara itu hutan

produksi akan dikembangkan di Kecamatan Sinjai Barat, Sinjai Tengah,

Sinjai Selatan dan Bulupoddo. Hutan wisata dapat dikembangkan di

Kecamatan Sinjai Tengah (hutan pinus).

Pola pemanfaatan ruang akan disajikan pada Tabel 21 dan Gambar 20.

Tabel 21. Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Sinjai Tahun 2006-2016

Luas

No Pola Pemanfaatan Ruang Ha %

1. Kawasan Lindung 14.480 17,37

2. Hutan Produksi 5.404 6,51

3. Persawahan 12.803 15,36

4. Pertambakan/empang 196 0,24

5. Perkebunan dan Tegalan/Kebun Campuran/Konservasi

43.814 52,51

6. Permukiman dan Fasilitas Penunjangnya 6.678 8,01

Jumlah 83.376 100,00

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Sinjai (diolah), 2006

Bencana Tanah Longsor

Luas wilayah Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan adalah 81.996

hektar. Luas kawasan hutan yang tercatat adalah 18.894 hektar atau sekitar

23,04 persen. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai (2005)

menyebutkan bahwa alih fungsi telah terjadi, baik dari kawasan lindung atau

kawasan budidaya dengan karakteristik menyerupai kawasan lindung menjadi

kawasan budidaya atau penggunaan lain yang tidak menunjang fungsi

konservasi lingkungan hidup. Sebagai contoh, adanya kawasan hutan (lindung

dan produksi terbatas) yang telah diokupasi oleh masyarakat seluas 4.261,5

hektar dari luasan kawasan hutan sebesar 18.894 hektar atau sekitar 22,55

persen. Okupasi yang terjadi ini telah merubah lahan kawasan hutan menjadi

lahan perkebunan, permukiman dan lain-lain. Alih fungsi lahan ini pada lokasi-

lokasi tertentu semakin meningkatkan resiko atau potensi bencana, tidak hanya

Page 16: Bab IV 2008nfs

53

sebatas tanah longsor namun juga banjir di musim penghujan dan kekeringan di

musim kemarau.

Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagai luas kawasan yang berfungsi

lindung dari kawasan hutan dalam suatu wilayah adalah kurang dari 30 persen.

Selain itu lahan kritis yang ada adalah seluas 21.345,42 hektar atau sekitar 26,03

Gambar 20. Peta Rencana Pola Pemanfaatan RuangKabupaten Sinjai Tahun 2006-2016

Page 17: Bab IV 2008nfs

54

persen dari total luas wilayah yang terdiri dari 9.312,87 hektar di dalam kawasan

hutan dan 12.032,55 hektar di luar kawasan hutan.

Bencana tanah longsor di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan

semakin mendapat perhatian sehubungan dengan telah menimbulkan kerugian

besar berupa korban jiwa, kerusakan lingkungan, materi, sarana dan prasarana

penunjang kehidupan manusia dan aktivitasnya. Hal ini telah menyadarkan

berbagai pihak untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam melakukan

kegiatan dalam pembangunan bukan hanya mengejar kesejahteraan secara

ekonomi semata.

Berdasarkan hasil analisis Tim Banjir Bandang BPPT, yang terdiri dari Tim

Ristek bersama LAPAN, BMG, Bakosurtanal dan Jurusan Geologi Universitas

Hasanuddin, curah hujan yang sangat tinggi (di atas 100 mm/hari) di Kabupaten

Sinjai dan sekitarnya yang memicu longsor dan banjir bandang ditambah dengan

adanya konversi penutupan lahan dari tanaman keras ke tanaman coklat, vanili

dan jagung di Daerah Aliran Sungai Kalamisu dan Mangottong, sehingga

mengakibatkan aliran permukaan menjadi tinggi (BPPT, 2007).

Berdasarkan laporan Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi

Penginderaan Jauh (2006), secara topografis Kabupaten Sinjai terletak pada

kaki Gunung Api Lompobattang. Pola-pola aliran cenderung mengikuti arah

kemiringan lereng, berhulu pada lereng atas Gunung Api Lompobattang,

mengalir secara menyebar sampai bermuara di laut (pola radial sentripetal). Di

Kabupaten Sinjai bagian utara, terdapat juga gugusan daerah perbukitan yang

telah mengalami pengikisan (perbukitan denudasional) dengan susunan batuan

berbeda dengan formasi batuan penyusun Gunung Api Lompobattang,

berbatuan sedimen, berumur lebih tua dan telah lebih banyak mengalami

pelapukan yang lanjut, sehingga secara morfologi lebih rentan terhadap bencana

tanah longsor.

Selanjutnya disebutkan juga bahwa kondisi penutupan/penggunaan lahan

di lereng Gunung Api Lompobattang, sejak tahun 2002 sebenarnya telah

mengindikasikan adanya lahan-lahan yang telah terbuka/gundul. Selain itu

Page 18: Bab IV 2008nfs

55

terdapat juga lahan-lahan budidaya (tegalan) yang terletak pada lereng-lereng

bagian atas, sehingga akan menyebabkan lahan menjadi lebih rentan terhadap

bencana tanah longsor.

Laporan ini menyimpulkan bahwa kejadian bencana tanah longsor di

Kabupaten Sinjai lebih disebabkan oleh faktor sebagai berikut :

1. Curah hujan yang relatif lebat (> 100mm/hari).

2. Posisi topografis yang rawan.

3. Kondisi penutupan/penggunaan lahan yang telah banyak terbuka.

Kajian geologi Tim Banjir Bandang BPPT (2007) menyatakan dengan

adanya konversi tutupan lahan dari tanaman keras ke tanaman coklat, vanili dan

jagung di Daerah Aliran Sungai Kalamisu dan Mangottong, yang mengakibatkan

run off dari air hujan menjadi tinggi. Ditinjau dari tipe longsorannya, kejadian

tanah longsor di Kabupaten Sinjai merupakan tipe longsoran translasi

(translational slide). Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

(2007) longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai (Gambar 1).

Selanjutnya Tim Banjir Bandang BPPT (2007) juga menyebutkan bahwa

banyaknya kejadian longsoran di tebing jalan serta banyaknya alur sungai yang

hulunya terdapat di bawah badan jalan, mengakibatkan material longsoran

mudah meluncur ke arah cabang-cabang sungai, kemudian masuk ke Sungai

Kalamisu dan Mangottong. Material longsoran (tanah, batuan, batang pohon dan

material bangunan) terbawa masuk ke dalam 2 (dua) sungai besar itu dan

kemudian terbawa arus menggerus tebing sungai, sehingga terjadi banjir

bandang. Banjir bandang menerjang wilayah yang relatif rendah dan datar yang

menyebabkan timbulnya korban jiwa, harta benda dan bangunan infrastruktur

lainnya. Lokasi bencana tanah longsor di Kabupaten Sinjai pada tanggal 19 – 20

Juni 2006 disajikan pada Tabel 22 dan Gambar 21.

Page 19: Bab IV 2008nfs

56

Tabel 22. Kejadian Tanah Longsor pada Tanggal 19 – 20 Juni 2006

No Kecamatan/DesaPenggunaan

Lahan

CurahHujan

(mm/th)Asal Batuan

KelasLereng

(%)I. Sinjai Borong

Barambang Tegalan 2530 Bat. G.A. FormasiCamba

>40%

Bontokatute Tegalan 2337 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Bontokatute Tegalan 2337 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Biji Nangka Kebun Campuran 2801 Bat. G.A. FormasiCamba

>40%

Batu belerang Tegalan 2530 Bat. G.A. FormasiCamba

>40%

II. Sinjai Tengah

Pattongko Tegalan 2337 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Kompang Hutan Belukar 2337 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Kompang Tegalan 2337 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Saotanre Tegalan 2801 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Baru Tegalan 2554 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Saotengnga Kebun Campuran 2554 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

III. Sinjai Barat

Barania Hutan Lebat 2530 G.A.Lompobattang(Breksi Lahar)

>40%

Gunung Perak Tegalan 2530 Bat. G.A. FormasiCamba

>40%

Botolempangan Hutan Belukar 2337 Bat. G.A.Lompobattang

>40%

Bontosalama Alang-alang 2337 Bat. G.A.Baturape Cindako

>40%

Bontosalama Hutan Lebat 2337 Bat. G.A.Baturape Cindako

>40%

Bontosalama Kebun Campuran 2337 Bat. G.A.Baturape Cindako

>40%

IV. Sinjai Selatan

Polewali Hutan Belukar 2801 Diorit >40%

Sumber : Kantor Pengolahan Data dan Informasi (diolah), 2006

Page 20: Bab IV 2008nfs

57

Gambar 21. Peta Titik Longsor di Kabupaten Sinjai