BAB IV-1 fer
-
Upload
yessipakpahan -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB IV-1 fer
![Page 1: BAB IV-1 fer](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082823/5695d50c1a28ab9b02a3d502/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Fermentasi Minyak Kelapa
Variasi Perlakua
n
Karakter Minyak Kelapa yang Dihasilkan
Warna Minyak Aroma
pH Volume Minyak
yang Dihasilka
n (ml)
Yield (%)
Berat Endapan / Blondo
(g)
Berat Jenis (g/ml)
Sebelum Perlakua
n
Setelah Perlakuan
Enzim Timun Bening
Harum aroma santan
5 4 50 24,39 160,46 0,70
Enzim Salak Coklat Harum
Salak 5 4 - - - -
4.2 Pembahasan
Percobaan menghasilkan minyak kelapa dari kelapa dilakukan dengan dua
variasi yaitu perlakuan krim santan dengan enzim timun dan enzim salak. Keduanya
dibiarkan selama 24 jam hingga didapatkan minyak kelapa.
Terdapat berbagai cara untuk membuat minyak kelapa murni. Salah satu cara
pembuatan minyak kelapa murni yang banyak dilakukan saat ini adalah dengan
fermentasi. Proses fermentasi dimaksudkan untuk dapat mengekstrak minyak dari
dalam santan. Untuk itu perlu terlebih dahulu mengatur kondisi awal sehingga proses
fermentasi dapat berlangsung dengan sempurna. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah menambahkan asam kedalam santan sebelum fermentasi
berlangsung. Dengan demikian diharapkan ekstraksi minyak dalam santan dapat
terjadi secara optimal (Destialisma, 2005).
Salak memiliki aroma yang sangat kuat dan khas sekali, apalagi salak yang
telah dilakukan proses ekstraksi dan evaporasi akan memiliki aroma yang
menyengat, menurut peneliti di jurusan teknologi pangan dan gizi di IPB menyatakan
bahwa, sari buah yang berasal dari buah yang berbau menyengat atau kuat dapat
ditambahkan air dengan perbandingan air dari 1 : 5 sampai dengan 1 : 8.
![Page 2: BAB IV-1 fer](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082823/5695d50c1a28ab9b02a3d502/html5/thumbnails/2.jpg)
Perbandingan air dengan ekstrak memiliki pengaruh terhadap warna, rasa, dan
aroma. Semakin besar perbandingan air yang ditambahkan maka warna akan
semakin terang hingga pucat, aromanya kurang khas, rasa akan semakin hambar dan
kekentalannya pun rendah, begitupun sebaliknya. Perbandingan air yang
ditambahkan kedalam ekstrak ini menimbulkan permasalahan yang berbeda, oleh
karena itu perbandingan air dengan ekstrak harus dilakukan pengujian agar diketahui
perbandingan yang tepat (Afrianti, 2007).
Enzim Timun merupakan bentuk awetan dari mikroba berbentuk padatan dan
bersifat cair. Mikroba dalam timun merupakan campuran terutama dari air
Leokonseotus Mesenteroides, Sterptococus Faecalis dan Fediacocus cerivae. Secara
teoritis buah timun dapat digunakan dalam pengasinan menjadi olahan makanan acar.
Salah satu yang memberikan hasil yang baik untuk merombak karbohidrat yang
dikandung suatu bahan adalah Lactobacillus Plantarum (Safitri Linda, 2010).
Dari kedua variasi percobaan perlakuan dengan enzim timun menghasilkan
minyak sedangkan perlakuan dengan enzim salak tidak menghasilkan minyak.
Aroma santan dengan perlakuan penambahan enzim timun baunya harum aroma
santan, sedangkan dengan perlakuan penambahan enzim salak baunya tidak sedap
atau tengik. pH santan kedua sampel sebelum perlakuan adalah masing-masing 5.
Dan pH santan kedua sampel setelah perlakuan turun menjadi 4. Yield yang
didapatkan pada perlakuan dengan penambahan asam asetat adalah 25,39%.
Kuantitas minyak kelapa yang dihasilkan lebih banyak dihasilkan dengan perlakuan
penambahan enzim timun.
Hasil yang didapat pada saat percobaan fermentasi dengan perlakuan
penambahan enzim timun telah sesuai dengan teori. Pada sampel perlakuan
penambahan enzim salak gagal dan tidak sesuai dengan teori. Ini disebabkan minyak
di dalam santan teroksidasi oleh oksigen. Terkontaminasinya santan dengan oksigen
dikarenakan santan tidak langsung ditutup pada saat setelah perlakuan. Hal
selanjutnya adalah kurangnya sumber mikroorganisme yang akan memisahkan
minyak kelapa. Hal ini disebabkan enzim salak belum difermentasi.