BAB I.pdf
-
Upload
cakilkusuma -
Category
Documents
-
view
34 -
download
0
Transcript of BAB I.pdf
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembahasan konsep dan teori tentang Pendidikan Islam sampai kapanpun selalu saja relevan
dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak terdapat tiga alasan
mengapa hal itu terjadi : Pertama pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa
dinamis, baik sebagai pendidik, peserta didik, maupun penanggung jawab pendidikan. Kedua
perlunya akan inovasi pendidikan akibat perkembangan saint dan teknologi. Ketiga tuntunan
gelobalsasi yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya, bahkn falsafah satu bangsa. Ketiga
alasan tersebut tentunya harus diikuti dan dijawab oleh dunia pendidikan demi kelansungan
hidup manusia dalam situasi yang serba dinamik, inovatif, dan semakin mengglobal.
Makalah yang ada dihadapan ini merupakan salahsatu jawaban terhadap permasalahan yang
dialami umat islam atau bahkan umat manusia. Aksentuasi pebahasan makalah ini lebih
mengarah pada pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah, spiritual, dan akhlak,
sekalipun melibatkan seluruh komponen dasar pendidikan. Penekanan pada aspek ini disebabkan
oleh paradigma penyusunan makalah ini didasarkan atas nilai dogmatika Islam yang diturunkan
dari wahyu ilahi.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
a. Apakah Definisi Pendidikan Islam ?
b. Bagaimanakah visi-misi Pendidikan Islam ?
c. Bagaimana karakteristik Pendidikan Islam ?
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pendidikan Islam
Kata Islam dalam Pendidikan Islam menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu
pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang berdasaskan
islam[1]. Untuk mengetahui definisi pendidikan islam yang komprehensif dan lugas maka perlu
bagi kita untuk mengetahui tarif atau definisi pendidikan islam setidaknya dari dua sudut
pandang yang sering digunakan dalam setiap disiplin ilmu yaitu definisi secara
Etimologi(bahasa) dan Terminologi(Istilah), berikut akan dipaparkan pernciannya:
a. Pengertian Etimologi Pendidikan Islam
Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, talim,
tadib(tatak rama), riadhoh, irsyad, dan tadris[2]. Masing masing istilah tersebut memiliki
keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut bersamaan. Namun,
kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah
itu sebenarnya mewakili istilah yang lain. Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam,
semua istilah itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan islam.
1) Tarbiyah
Dalam leksikologi AlQuran dan As-Sunnah tiak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun
terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabbi, yurbi,
dan rabbani. Dalam mujam bahasa Arab, kata al-tarbiyyah memiliki tiga akar kebahasaan,
yaitu:
a. Rabba, yarbu, tarbiyah : yang memiliki makna tambah (zad) dan berkembang(nama).
Pengertian ini juga didasarkan QS. Ar-Rum ayat 39. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka itu tidak menambah pada sisi Allah.
Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yan
ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, social, maupun spiritual.
b. Rabba, yurbi, tarbiyah : yang memiliki makna tumbuh (nasyaa) dan menjadi besar atau dewasa
(tarara'a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, social, maupun spiritual.
-
c. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan,
memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur
dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha
untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik,
agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.
2). Talim
Talim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal dari akar kata allama.
Sebagian para ahli menerjemahakan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan talim
diterjemahkan dengan pengajaran. Kalimat allamahu al-ilm memiliki arti mengajarkan ilmu
padanya.
3). Tadib
Tadib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santum, tata krama, adab, budi
pekerti, akhlak, moral, dan etika. Tadib yang seakar dengan adab memilik arti pendidikan
peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang berpendidikan adalah orang yang
berperadaban, sebaliknya, peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan[3].
Pengertian ini didasarkan Hadits Nabi . :
Rabbku telah mendidiku, sehingga baiklah pendidikanku.
b. Pengertian Terminologi Pendidikan Islam
Sebelum perumusan pengertian terminology pendidikan Islam berdasarkan
pengertian etimologi di atas, ada baiknya dikutip beberapa pengertian pendidikan Islam terlebih
dahulu yang dicetuskan oleh para ahli.
Pertama, Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan: Pendidikan
Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu system pendidikan yang memungkinkan
seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai degan ideology Islam, sehingga dengan
mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.
Kedua, Omar Muhammad al-Touni al-Syaibani mendefinisikan Pendidiakan
Islam dengan: Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan
alam sektiarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di
antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat
-
Ketiga, Muhammad Fadhil al-Jamali mengajukan pengertian pendidikan Islam
:Upaya mengembangkan, mendorong serta mengejak manusia untuk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk peribadi yang
lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Keempat, Muhammad Javed al-Sahlani mengartikan Pendidikan Islam dengan Proses
mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan dan mengermbangkan kemampuannya.
Kelima, hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 dirumuskan pendidikan
Islam dengan :Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya
semua ajaran Islam.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dkemukakan oleh para ahli di atas, serta beberapa
pemahaman yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan Islam, seperti tarbiyah,
talim, tadib, maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: Proses
transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensi. Definisi ini
memiliki lima unsure pokok penddikan Islam, yaitu :
1) Proses transinternalisasi. Upaya dalam pendidikan Islam dilakukan secara bertahap,
berjenjang, terancang, terstruktur, sistematik, dan terus-menerus dengan cara transformasi dan
internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai Islam pada peserta didik.
2) Pengetahuan dan nilai Islam. Materi yang diberikan kepada peserta didik adalah ilmu
pengetahuan dan nilai Islam, yaitu pengetahuan dan nilai yang diturunkan dari Rabb (Ilahiyah).
Atau materi yang memiliki ktiteria epistemology dan aksiologi Islam sehingga output pendidikan
memiliki wajah-wajah Islami dalam setiap tindak-tanduknya. Pengetahuan dan niali Islam,
sebagaimana yang di syaratkan dalam QS. Al-fusilat ayat 53, terdapat tiga objek, yaitu objek
afaqi, yang berkaitan dengan alam fisik(baik dilangit maupun dibumi); objek anfusi, yang
berkaitan dengan alam fisikis(kejiwaan atu batiniyah); dan objek hakiki dan qurani yang
berkaitan dengan system nilai untuk mengarahkan kehidupan spiritual manusia.
3) Kepada Peserta Didik. Pendidikan diberikan kepada peserta didik sebagai subjek dan objek
pendidikan. Dikatakan subjek karena ia mengembangkan dan aktualisasi potensinya
sendiri.sedankan pendidik menstimulasi dalam pengembangan dan aktualisasi itu. Di katakana
-
objek karena ia menjadi sasaran dan transportasi ilmu pengetahuan dan nilai isalm, agar ilmu dan
nilai itu tetap lestari dri generasi ke generasi berikunya
4) Melalui upaya pngajaran ,pembiasaan,bimbingn,pengasuhan pengawasandan pemngembangan
potensinya. Tugas pokok pendidikan adalah memberikan pengajaran, pembiasaan, bimbingan,
pengasuhan, pengawasan, dan pengembanan potensi peserta didik agar terbentuk dan
berkembang daya kreativitas dan produktivitas tanpa mengabaikan potensi dasarnya.
5) Guna Mencapai Keselarasan dan Kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan akhir
pendidikan Islam adalah terciptanya insan kamil (insane sempurna), yaitu manusia yang mampu
menyelaraskan dan memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat; dan kebutuhan fisik, sosial, psikis,
dan spiritual. Orientasi Pendidikan Islam tidak hanya memenuhi hajat hidup jangka pendek,
seperti pemenuhan kebutuhan duniawi, tetapi juga memenuhi hajat hidup jangka panjang seperti
pemenuhan kebutuhan di akhirat kelak[4].
2.2. Visi pendidikan Islam
Kata visi berasal dari kata inggris vision, yang mengandung arti penglihatan atau daya
lihat, pandangan, impian atau bayangan. Dalam bahasa arab, kata visi dapat diwakili oleh kata
nadz, jamaknya indazr, yang berarti seing (Penglihatan), eye-sight (pandangan mata), vision
(pandangan), look(penglihatan), Gleance(Pandangan sekilas), Sight (Pemikiran),
autlook(pandangan), prospect(gambaran kedepan), View(peninjauan), aspech(bagian),
apparence(pewujudan), Epidence(pakta), Insight(Pandangan), Penetration(Penebusan atau
perembesan), Perception(pendapat), Comtemplation(merenung secara mendalam dan
menyendiri), examination(pelatihan berpikir), inspection(peninjauan), study(kajian), Perusal,
consideration(pertimbangan), reflection(ungkapan pemikiran), Philosophical
speculation(perenungan yang bersifat mendalam dan pilosofis) dan theory(konsep yang sudah
terumuskan dengan matang dan siap diaplikasikan).
Selanjutnya jika konsep dan pengertian tentang visi tersebut dihubungkan dengan
pengertian Islam, maka visi pendidikan Islam dapat diartikan sebagai tujuan jangka panjang,
cita-cita masa depan, dan impian ideal yang ingin diwujudkan oleh pendidikan Islam. Visi
pendidikan Islam ini selanjutnya dapat menjadi sumber motivasi, inspirasi, pencerahan,
pegangan dan arah bagi perumusan misi, tujuan, kurikulum, proses belajar, guru, stap, murid,
managemen, lingkungan dan lain sebagainya.
-
Visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada cita-cita dan tujuan jangka panjang
itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia, sesuai dengan firman Allah
swt. Tidaklah kami utus engkau (Muhammad) melaikan agar menjadi rahmat bagi seluruh
alam. (Q.S al-Anbiya:107), ayat tersebut oleh Imam Maroghiy ditafsirkan sebagai berikut :
Bahwa tidaklah aku utus engkau(Muhammad) dengan Al-quran ini, serta berbagai
perumpamaan dari ajaran agama dan hukum yang menjadi dasar rujukan untuk mencapai
bahagia dunia dan akhirat, melainkan agar menjadi rahmat dan petunjuk bagi mereka dalam
segala urusan dunia dan akhiratnya.
Dengan demikian, visi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menjadikan pendidikan Islam sebagai peranata yang kuat, berwibawa, efektif, dan kredibel
dalan mewujudkan cita-cita ajaran Islam.
Dengan visi tersebut, maka seluruh komponen pendidikan Islam sebagai mana tersebut
diatas, harus diarahkan kepada tercapainya visi tersebut. Visi itu harus dipahami, dihayati, dan
diamalkan oleh seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Jika pada sebuah
perguruan tinggi misalnya, maka visi tersebut harus dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh
rektor, pembantu rektor, dekan, para pembantu dekan, ketua dan sekerataris jurusan, dan
berbagai pihak lain yang terkait. Dengan demikian, visi tersebut akan menjiwai seluruh pola
pikir dalam (mindset), tindakan dan kebijakan pengelola pendidikan. Pada tahap selanjutnya visi
tersebut akan menjadi budaya (culture) yang hidup dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh pihak,
dan sekaligus membedakannya dengan budaya yang terdapat pada perguruan tinggi lainya[5].
2.3. Misi Pendidikan Islam
Misi berasal dari bahasa Inggris, Mission, yang memiliki arti tugas, perutusan, utusan,
atau misi. Ungkapan to play thirty mision misalnya, mengandung arti mengedakan tugas
penerbangan tiga puluh kali. Dengan demikian, misi terkait dengan tugas, pekerjaan yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan. Dalam kaitan ini terdapat kata misionary
yang berarti perutusan atau utusan yang diutus oleh seseorang atau lembaga untuk melakukan
suatu pekerjaan yang penting dan strategis. Seluruh pembawa risalah atau ajaran, seperti para
Nabi, wali, ulama dan dai pada suatu kelopok suatu umat disebut misionary.
Dari pengertian kebahasaan tersebut, maka misi dapat diartikan sebagai tugas-tugas atau
pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan. Dengan
-
demikian, antara dan visi dan misi harus memiki hubungan funsional-simbiotik, yakni saling
mengisi dan timbal balik. Dari satu sisi visi mendasari rumusan misi, sedangkan dari sisi lain,
keberadaan misi akan menyebabkan tercapainya visi. Misi merupakan jawaban atau perranyaan
what are will doing (apa yang akan dikerjakan !). Karena pekerjaan merupakan kegiatan maka
misi harus berisi berbagai kegiatan yang mengarah kepada tercapainya visi.
Berdasarkan uraian diatas, maka misi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1. Mendorong timbulnya kesadaran umat manusia agar mau melakukan kegiatan belajar dan
mengajar.
Hal ini sejalan dengan firman Allah swt. Dalam surat al-alaq ayat 1-5, yang artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama robbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Rabbmu yang maha pemurah. Yang mengajarkan (manusia)
dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketaui.
Perintah membaca sebagai mana yang terdapat pada ayat tersebut sungguh mengejutkan
bagi masyarakat arab saat itu, karena belum menjadi budaya mereka. Budaya mereka adalah
menghafal yakni menghafal syair-syair yang didalmnya memberikan ajaran tentang kehidupan
yang harus mereka jalani. Dengan membaca ini timbulah kegiatan penggalian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban yang membawa kemajuan suatu bangsa.
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat.
Hal ini sejalan dengan hadist Rasululloh saw. : Tuntutlah Ilmu mulai dari buaian hingga
ke liang lahat.(mutafaq alaih)
Hadist tersebut mengandung isyarat tentang konsep belajar seumur hidup yaitu belajar dan
mengajar tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja melainkan dimana saja dan pada berbagai
kesempatan. Hal ini sejalan pula dengan konsep pendidikan integreted yakni belajar mengajar
yang menyatu dengan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat.
3. Melaksanakan program wajib belajar
Sabda Rasululloh saw. :
Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan sesungguhnya bagi yang
menuntut ilmu itu akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu hingga binatang yang ada
dilaut. (HR. Ibn Abdul al-Barr dari Annas).
4.Melaksanakan pendidikan anak usia dini(PAUD)
-
Selain berdasarkan hadits, sebagaimana terdapat pada hadits tentang hadits belajar,
program pendidikan anak usia dini juga berdasarkan pada isyarat Rasululloh saw. Dengan
membangun rumah tangga, serta berbagai kewajiban orang tua terhadap anaknya. Rasululloh
saw misalnya menganjurkan agar seorang pria memilih wanita calon istri yang taat beragama,
sholihah dan berahlak mulia. Manikahinya sesuai tuntunan agama, dan menggaulinya dengan
cara yang maruf yakni etis, sopan, dan saling mencintai dan menyayangi. Kemudian suami istri
banyak berdoa kepada Allah pada saat istri mengandung yakni doa agar dikaruniai anak yang
sholeh dan sholihah. Kemudian pada saat bayi lahir keduanya memberi makanan yang halal, baik
dan bergizi seperti madu dan asi, memberi nama yang baik, mencukur rambutnya membiasakan
tingkah laku sopan terhadap orang tua, kakek nenek dan sodara-sodaranya memberikan perhatian
dan kasih sayang yang cukup, mengajari bacaan al-quran membiasakan sholat dan mencegah
serta memeliharanya dari pergaulan dan pengaruh yang buruk. Semua perlakuan suami istri
terhadap anak nya ini memiliki arti dan fungsi yang sangat besar bagi tumbuhnya pribadi anak
yang sholeh dan sholehah serta berkpibadian yang utuh dan sempurna.
5. Mengeluarkan manusia dari kehidupan kegelapan kepada kehidupan yang terang benderang.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hadid ayat 9, Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya
ayat-ayat yang terang (al-quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
sesungguhnya Allah benar-benar Maha penyantun lagi Maha penyayang terhadamu.
Berdasarkan pada ayat tersebut terdapat beberapa catatan sebagai berikut :
Adanya perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw. Agar mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya yang terang benderang. Kegelapan pada ayat ini dapat mengandung
arti kebodohan, karena orang yang bodoh tidak dapat menjelaskan berbagai hal dalam kehidupan
yang amat luas dan komplek. Adapun cahaya yang terang benderang dapat diartikan ilmu
pengetahuan, karena dengan ilmu pengetdahuan itulah semua kejadian dan peristiwa dalam
kehidupan dapat dijelaskan.
Bahwa sumber ilmu pengetahuan (cahaya) yang dapat mengeluarkan manusia dari
kegelapan tersebut yaitu al-Quran yang telah banyak dikaji isi dan kandungannya oleh para
ulama. Al-quran bukan hanya membahas masalah urusan ke akhiratan tetapi diurusan duniawi,
bukan hanya berisi ajaran yang berkaitan dengan pembinaan spiritual dan moral melainkan juga
pembinaan intelektual, sosial dan jasmani. Seluruh aspek kehidupan manusia dibina secara utuh
dan menyeluruh secara seimbang, harmonis, serasi, dan proporsional.
-
6. Memberantas sikap Jahiliyah.
Allah swt berfirman dalam quran surat al-fath ayat 6 yang artinya ketiak orang-orang
kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan yaitu kesombongan jahiliyah, lalu Allah
menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada Orang-orang mukmin dan Allah
mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan mereka berhak dengan kalimat taqwa itu fan
patut memilikinya. Dan Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Menurut Imam al-Maroghi, bahwa ayat ini berkaitan dengan perjanjian Hudaibiyah, yaitu
perjanjian yang memuat semacam genjatan senjata dan menghentikan permusuhan antara kaum
muslimin dan musyikin mekah. Dalam dokumen perjanjian tersebut mereka melaksanakan
kehendaknya secara sepihak dan lebih menginginkan keuntungan yang lebih besar. Walau
perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin Rasululloh saw menerima perjanjian tersebut.
Dengan penerimaan perjanjian ini, beban yang Rasululoh tanggung teringankan dengan tidak
terpecahnya perhatian kepada dua kaum musyrikin Mekan dan kaum Yahudi Khoibar. Setelah
Rasululloh menumpas kaum Yahudi di Khoibarl, barulah Rasululloh memusatkan perhatiannya
untuk kembali menguasai Mekah. Perjanjian Hudaibiyah tersebut memperlihatkan kecerdasan
Rasululloh saw dalam mengatur siasat, mengorganisasikan kekuatan, menganalisis
permasalahan, dan menerapkan prioritas. Sebagian pengikut Rasululloh saw yang tingkat
kecerdasanya terbatas memandang bahwa keputusan Rasul menerima perjanjian tersebut sebagai
tindakan yang bodoh. Untunglah Abu Bakar As Shidiq mengingatkan shohabat-shohabatnya agar
tetap setia mengikuti Rasululloh saw dan jangan merasa lebih tau dari Rasululloh saw. Sikap
jahiliyah juga dapat dilihat dari kekeliruan pola pikir yang mereka terapkan dalam kehidupan.
Misalnya menjadikan sesuatu yang sesungguhnya tidak dapat memberi manfaat apapun sebagai
tuhan-tuhan mereka.
7. Menyelamatkan Manusia dari tepi jurang kehancuaran yang disebabkan karena pertikaian.
Allah swt berfirman dalam QS. Ali-Imron ayat 103, yang artinya :
Dan berpeganglah kamu semua kedalam tali Agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-
orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada ditepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.
-
Ketika Islam datang, sebagaimana digambarkan oleh Ziauddin Alafi, Dunia bagaikan
barusaja dilanda gempa dahsyat dan sunami. Kehidupan mereka dalam bidang shosial ditandai
oleh kelompok suku, kabilah dan etnis yang antara satu dan lainya tidak saling bersatu, dan
sering berperang serta tidak lagi kepada aturan Tuhan. Dalam bidang politik kehidupan mereka
ditandai oleh kekuasaan otoriter dan diktaktor yang didasarkan pada ketinggian harta, tahta dan
kasta.
8. Melakukan pencerahan batin pada manusia agar sehat rohani dan jasmani
Allah swt berfirman :
Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al-quran itu tidaklah menambah pada orang-orang yang dzolim kecuali
kerugian. (QS, Al-Isra ayat 82).
Ayat tersebut berbicara tentang salah satu misi yang terkandung dalam al-Quran yakni
memperbaiki mental dan pola pikir masyarakat, sebagai modal utama bagi perbaikan dibidang
lain.
9. Menyadarkan manusia agar tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan bencana di muka bumi,
seperti permusuhan dan peperangan.
Allah swt.berfirman :
Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS.
AL-Araf ayat 56)
10. Mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dimuka bumi
Allah swt berfirman :
Dan sesungguhnya telah kami mulyakan anak-anak Adam, kami angkat mereka didaratan
dan dilautan. Kami beri mereka rezeky yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan.(QS. Isra ayat 70).
Ayat tersebut mengingatkan bahwa manusia diciptakan dalam setruktur fisik dan psikis
yang lengkap dan semupurna. Dengan kelengkapan jasmani dan rohani inilah manusia dapat
mengerjakan tugas-tugas yang berat, menciptakan kebudayaan dan peradaban. Dan potensi
manusia tersebut dapat terjadi manakala potensi tersebut dikembangkan melalui pendidikan[6].
-
2.4. Karakteristik lembaga pendidikan islam
Pendidikan islam sebenarnya memiliki cakupan yang cukup luas, seperti yang
dikemukakan Zarkowi Soejoeti (1986), pendidikan islam didefinisikan dalam tiga pengertian,
yakni: pertama, pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan
penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk menngejewantahkan
nilai-nilai islam; kedua,jenis pendidikan yang memberikan perhatian yang sekaligus menjadikan
ajaran agama islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan; ketiga, jenis
pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas.
Secara kelembagaan, terutama dalam konteks Indonesia, pembicaraan mengenai
pendidikan islam sebenarnya lebih diwarnai oleh dua model pendidikan, yakni pendidikan dalam
bentuk pasantren dan pendidikan madrasah. Sebab itu lebh jauh karakteristik kedua lembaga ini
akan diuraikan dalam pembahasan di bawah ini.
1). Karakteristik pondok pesantren
a. Tinjauan umum pesantren
Pada dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang dikelola
secara konvensional dan dilaksanankan dengan system asrama (pondok) dengan kyai sebagai
sentra utama serta mesid sebagai pusat lembaganya (Syarif, 1983:5). Dalam studinya, Rahardjo
(1985) menyimpulkan bahwa sejak awal pertumbuhannya, pesantren mempunyai bentuk yang
beragam sehingga tidak ada suatu standarisasi yang berlaku bagi semua pesantren. Namun
demikian dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pesantren tampak adanya pola umum,
yang diambil dari makna peristilahan pesantren itu sendiri yang menunjukkan adanya suatu pola
tertentu (Sunyoto, 1990:12).
Karakteristik lain yang melekat pada pondok pesantren menurut K.H. Abdullah Syukri
Zarkasyi (1999:221) adalah adanya system nilai dalam pesantren yang menjadi jiwa hidup serta
orientasi pendidikan pesantren pada umumnya, seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,
ukhuwah islamiyah, dan kebebasan.
b. Tipologi pondok pesantren
Secara garis besar, lembaga pesantren dapat digolongkan menjadi dua tipologi, yaitu
tipologi, yaitu tipe pesantren salafi dan tipe pesantren khalafi (Yacub, 1984:36). Pesantren salafi
yaitu pesantren yang tetpa mempertahankan system (materi pengajaran) yang sumbernya kitab-
kitab klasik islam atau kitab dengan huruf arab gundul. System sorogan (individual) menjadi
-
sendi utama yang diterapkan. Pengetahuan non agama tidak diajarkan. sementara pesantren
khalafi yaitu system pesantren yang menerapkan system madrasah, yaitu pengajaran secara
klasikal, dan memasukan pengetahuan umum dan bahasa non Arab dalam kurikulum. Dan pada
akhir-akhir ini menambahkan dengan berbagai keterampilan.
c. Karakteristik pengelolaan pendidikan pesantren
Di samping telah terjadi pergeseran pada pesantren seperti yang disebutkan di atas,
karakteriistik pesantren yang mengarah pada fiqh-sufistik dalam maknanya yang sempit, dewasa
ini juga brelatif banyak. Pandangan sufistik yang bersifat teosentris ini sangat menekankan dan
lebih memilih budaya hidup asketis yang disimbolkan oleh pola hidup kesederhanaan baik
secara sosial maupun ekonomi. Komunitas pesantren terutama disimbolkan para santri, sangat
menekankan kehidupan model sufistik ini, mulai dari soal pakaian, tempat tidur, ruang belajar,
tempat memasak, kamar mandi, selain bersifat sangat sederhana juga tampak kotor. Jadi ketika
mereka memahami bagaimana cara-cara hidup sehat maka cenderung berkonotasi spiritual
(Mastuhu, 1999; 127-129)
Selanjutnya untuk melihat karakteristik pengelolaan pesantren serta usaha-usaha yang
telah dilakukan dalam beberapa pesantren terhadap pembahruan system pendidikan san
pengelolaannya dapat dibandingkan antara dulu, sekarang dan kecenderungan mendatang, antara
lain dapat dideskripsikan sebagai berikut (Mastuhu, 1994; 154-157)
Dinamika System Pendidikan Pesantren Dulu, Sekarang dan Mendatang
Hal Tradisionalis Sekarang dan mendatang
Status - Uzlah
- Milik pribadi
- Sub system pendidikan
nasional
- Milik institusi/yayasan
Jenis pendidikan - Pesantren non formal
(PNF)
- Pesantren (PNF)
- Madrasah
- Sekolah Umum (PF)
- Perguruan Tinggi (PF)
Sifat - Bebas waktu, tempat,
bebas biaya & syarat
- Masih berlaku bagi PNF
dan tidak berlaku untuk PF
Tujuan - Agama (ukhrawi)
- Memahami dan
meng- amalkan secara
- Agama (duniawi)
- Memahami dan
mengamalkannya sesuai
-
tekstual dengan tempat dan
zamannya
Bahasa pengantar - Arab
- Daerah
- Indonesia
- Daerah
- Arab
- Inggris
Kepemimpinan - Karismatik - Rasional
Corak Kehidupan - Fikih-Sufistik
- Orientasi Ukhrawi
- Sakral
- Manusia sebagai
objek (fatalistik)
- Fikih-sufistik+ilmu
- Ukhrawi + dunia
- Sakral + profan
- Manusia sebagai objek +
subjek (vitalistik)
Perpustakaan
dokumentasi dan alat
pendidikan
- Tidak ada
- Manual
- Ada
- Manual, Elektronika
- Computer, dst
Air - dua kullah - Kran/ledeng
Asrama - Hidup bersama
menerima, memiliki
ilmu dan mengamal-
kannya
- Hidup bersama
- Dialog
- Menjadikan ilmu sebagai
sarana pengembangan diri
Pengurus - Mengabdi Kyai - Bertanggung jawab pada
unit kerjanya
- Membeikan
masukan/perimbangan
Kyai
2. Karakteristik Madrasah
a. Tinjauan Umum Madrasah
Keberadaan madrasah seperti sekarang ini merupakan akumulasi berbagai macam budaya
dan tradisi pendidikan yang berkembang di Indonesia. Mulai dan tradisi pra-sejarah atau tradisi
asli, tradisi hindu-budha, tradisi Islam, dan tradisi barat atau modern (Malik Fadjar,1998:19),
oleh sebab itu, madrasah telah menjadi salah satu wujud entitas budaya bangsa Indonesia yang
telah menjalani proses sosialisasi yang relatif intensif dan dalam waktu yang cukup panjang itu
telah memainkan peran tersendiri dalam panggung pembentukan peradaban bangsa.
-
Sebelum terbentuk sistem madrasah, pada awalnya proses pendidikan dan pengajaran
dilaksanakan di masjid dan pesantren. Setelah terbuka dan semakin kuatnya proses pembentukan
Intelektual Webs (jaringan intelektual) di kalangan umat islam dengan haramain sebagai
sumber tempat yang asli nuansa mistik yang kental di pondok pesantren lambat laun semakin
berkurang dan bergerak ke arah proses ortodoksi, atau oleh pengamat peradaban di Indonesia
menyebut adanya proses bergerak dari islam yang bercorak mistik menuju ke Islam Sunni (
Malik Fadjar, 1998: 22 ).
Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dua dekade terakhir ini, madrasah
mengalami polarisasi pengembangan seiring dengan tuntutan zamannya, berbagai macam
kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan madrasah ini, yang antara lain
adalah diterapkannya madrasah aliyah program khusus (MAPK) pada tahun 1987, yang
kemudian diganti namanya menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) pada thun 1994.
b. karakteristik Madrasah : kekuatan, kelemahan, dan peluang
Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai cirri khas Islam, madrasah memegang
peran penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik, karena melalui pendidikan
madrasah ini pada orang tua berharap agar anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus,
tidak hanya pengetahuan umum ( IPTEK ) tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang
tinggi terhadap agamanya (IMTAK ). Oleh sebab itu jika memahami benar harapan orang tua ini
maka sebenarnya madrasah memiliki prospek yang cerah.
Di sisi lain, jika dilihat dari kesejarahnya, madrasah memiliki akar budaya yang kuat di
tengah-tengah masyarakat, sebab itu madrasah sudah menjadi milik masyarakat. Apabila dewasa
ini banyak ahli berbicara tentang inovasi pendidikan nasional untuk melahirkan pendidikan yang
dikelola masyarakat ( community based management ), maka madrasah dan termasuk juga
pesantren merupakan model dari pendidikan tersebut.
Akan tetapi, menurut Malik Fadjar (1998:35) dari sekian puluh ribu madrasah yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air ini sebagian besar masih bergumul dengan persoalan berat
yang sangat menentukan hidup dan matinya madrasah, sehingga nilai tawar semakin rendah dan
semakin termaginalkan.
Jika dilihat dari kecenderungan atau gejala sosial baru yang terjadi di masyarakay akhir-
akhir ini yang berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang model pendidikan yang mereka
-
harapkan, maka sebenarnya madrasah memiliki potensi dan peluang besar untuk menjadi
lternatif pendidikan masa depan. Kecenderungan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Pertama,terjadinya mobilitas sosial yakni munculnya masyarakat menengah baru
terutama kaum intelektual yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan pesat. Kelas menengah
baru senantiasa memiliki peran besar terhadap transformasi sosial. Di bidang pendidikan
misalnya, akan berimplikasi pada tuntutan terhadap fasilitas pendidikan yang sesuai aspirasinya,
baik cita-citanya maupun status sosialnya. Karena itu lembaga pendidikan yang mampu
merespons dan mengapresiasi tuntutan masyarakat tersebuts secara cepat dan cerdas akan
menjadi pilihan masyarakat ini.
Kedua, munculnya kesadaran baru dalam Beragama (santrinisasi), terutama pada
masyarakat perkotaan kelompok masyarakat menengah atas, sebagai akibat dari proses re-
islamisasi yang dilakukan secara intens oleh organisasi-organisasi keagamaan, lembaga-lembaga
dakwah, atau yang dilakukan secara perorangan. Terjadinya santrinisasi masyarakt elit tersebut
akan berimplikasi pada tuntutan dan harapan akan pendidikan yang mengaspirasikan status sosial
dan keagamaanya, sebab itu pemilihan lembaga pendidikan pendidikan pada nantinya akan
didasarkan minimal pada dua hal tersebut, yakni status sosial dan agama (teologis).
Ketiga,arus globalisasi dan modernisasi yang demikian cepat perlu disikapi secara arif.
Menghadapi modernisasi dengan berbagai macam dampaknya perlu dipersiapkan manusia-
manusia yang memiliki dua kompetensi sekaligus, yakni ilmu pengetahuan dan tehnologi
(IPTEK) dan nilai-nilai spiritual keagamaan (IMTAK). Kelemahan di salah satu kompetensi
tersebut menjadikan perkembangan anak tidak seimbang, yng pada akhirnya akan menciptakan
pribadi yang pincang (split personality).
Alasan masyarakat memilih lembaga pendidikan sendiri paling tidak ada didasarkan pada
lima kategori sebagai beriku :
Pertama, alas an teologis. Alas an ini didasarkan pada kecenderungan global sekarang ini
dimana nilai-nilai agama dan moralitas menjadi taruhan seiring dengan arus globalisasi tersebut,
sebab itu orang tua berfikir agar bagaimana di tengah arus globalisasi tersebut, sejak dini anak-
anak sudah dibentengi dengan bekal moralitas dan agama.
Kedua, alasan sosiologis, berdasarkan alasan ini pemilihan lembaga pendidikan adalah
didasarkan pada seberapa jauh lembaga pendidikan dapat memenuhi peran-peran sosiologis,
yakni alokasi posisionil berupa kedudukan dan peran penting dalam kehidupan sosial yang
-
memungkinkan terjadinya mobilitas sosial, peran mengukuhkan status sosial, dan peran untuk
meningkatkan prestise seseorang di masyarakat.
Ketiga, alasan fisiologis, alasan ini didasarkan pada faktor-faktor eksternal yang bersifat
fisik, bersifat fisik, seperti letak dan kondisi geografis, bangunan fisik, lingkungan pendidikan,
sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan, dan seterusnya.
Keempat, alasan akademis. Alasan ini didasarkan pada prestasi dan performa lembaga
pendidikan yang menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang menunjukkan bahwa lembaga
pendidikan tersebut dikelola secara profesional.
Kelima, alasan ekonomis. Alasan ini didasarkan pada tinggi rendahnya biaya pendidikan
di lembaga bersangkutan. Bagi masyarakat menengah ke bawah permasalahan biaya menjadi
masalah penting, sebaliknya bagi masyarakat elit tingginya biaya pendidikan kadang menjadi
ukuran bahwa lembaga pendidikan tersebut unggul,elit,prestise dan menjanjikan[7].
-
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) . Pendidikan Islam adalah Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta
didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan
pengembangan potensi.
2) . Visi pendidikan Islam adalah Menjadikan pendidikan Islam sebagai peranata yang kuat,
berwibawa, efektif, dan kredibel dalan mewujudkan cita-cita ajaran Islam.
3) . Berdasarkan uraian diatas, maka misi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mendorong timbulnya kesadaran umat manusia agar mau melakukan kegiatan belajar dan
mengajar.
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat.
3. Melaksanakan program wajib belajar.
4.Melaksanakan pendidikan anak usia dini(PAUD)
5. Mengeluarkan manusia dari kehidupan kegelapan kepada kehidupan yang terang benderang.
6. Memberantas sikap Jahiliyah.
7. Menyelamatkan Manusia dari tepi jurang kehancuaran yang disebabkan karena pertikaian.
8. Melakukan pencerahan batin pada manusia agar sehat rohani dan jasmani
9. Menyadarkan manusia agar tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan bencana di muka
bumi, seperti permusuhan dan peperangan.
10. Mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dimuka
bumi.
3) Karakteristik pendidikan islam bisa ditinjau dari pendidikan islam yang bersifat pesantren dan
madrasah. Dari kedua lembaga diatasa dapat dilihat bahwa pesantren merupakan sistem
pendidikan yang berorientasi pada pondok. Sedangkan madrasah merupakan sistem pendidikan
islam yang modern dan bentuknya pun sama persis dengan lembaga pendidikan atau sekolah-
sekolah umum
-
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2012);
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana 2010, edisi
pertama, Cetakan Ke-3);
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group).
http://che-fikriy.blogspot.com/2011/12/visi-misi-dan-karakteristik-pendidikan.html waktu : 31
Agustus 2013 jam 20:20 WIB;
-
PERUMUSAN VISI MISI DAN TUJUAN
Des 16
Posted by mpiuika
3 Votes
Oleh :W. Haerul Anwar dan Jajang Badruzaman
Iftitah
Sudah kita maklumi bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya
berdasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Alquran, Hadist, dan pendapat ulama serta
warisan sejarah. Oleh karena itu, perbedaan Pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya
ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya didasarkan pada
pemikiran rasional yang sekuler dan emperis semata, maka Pendidikan Islam selain
menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris, juga berdasarkan pada Alquran, Al sunah,
pendapat para ulama dan sejarah tersebut.
Gagasan utama pendidikan termasuk didalamnya Pendidikan Islam terletak pada pandangan
setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi
pekerti (akhlak). Peran pendidikan ialah bagaimana nilai positif ini tumbuh menguat. Jika peran
tersebut tidak tepat maka akan lahir sipat negatifnya berupa tampil dengan prilaku yang kasar,
tidak toleran, tidak peduli sesama, dan lain-lain.
Relasi disharmoni peran pendidikan dalam kehidupan banyak lahir akibat belum tumbuhnya
pribadi pintar, kreatif dan berbudi luhur. Orang yang cerdas selalu bisa menggunakan nalarnya
secara benar dan objektif. Orang kreatif mempunyai banyak pilihan dalam memenuhi
kepentingan hidupnya. Orang arif dan luhur budi bisa menentukan opsi yang tepat dan menolak
cara-cara yang kasar dan kurang cerdas. Kecerdasan dan kearifan bersumber dari daya kritis dan
kesadaran atas nilai diri dan sosial, sehingga tumbuh kepedulian pada sesame.
Pendidikan Islam sangat penting membangun kesadaran sistim belajar yang mampu
menumbuhkan daya kritis dan kreatif, melahirkan pribadi yang cerdas yang mampu
merentangkan jangkauan kesadarannya ketingkat wilayah sosial dan kemanusiaan. Dalam
-
perjalanan sejarahnya, peran atau fungsi Pendidikan Islam tersebut tidak akan terwujud tanpa
dibarengi dengan perumusan visi,misi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebab dengan visi, misi
dan tujuan pendidikan arah pendidikan itu menjadi lebih jelas dan terukur. Oleh sebab itulah
dalam makalah ini kami akan menyoroti tentang : Bagaimana perumusan visi,misi, dan tujuan pendidikan islam yang disertai dengan rancangannya ?
2. Perumusan atau Peletakan Visi dan Misi Pendidikan Islam
Kata visi berasal dari bahasa inggris, Vision yang berarti penglihatan, daya lihat, pandangan,
impian atau bayangan. Secara etimologis bisa juga pandangan disertai pemikiran mendalam dan
jernih yang menjangkau jauh kedepan. Visi mengandung arti kemampuan untuk melihat pada
inti persoalaan. Menurut Said Budairy, visi adalah pernyataan cita-cita, bagaimana wujud masa
depan, kelanjutan dari masa sekarang dan berkaitan erat dengan masa lalu. (Said Budairy, 1994 :
6). Dengan demikian secara sederhana kata visi mengacu kepada sebuah cita-cita, keinginan,
angan-angan, hayalan dan impian ideal yang ingin dicapai pada masa depan yang dirumuskan
secara sederhana, singkat, padat dan jelas namun mengandung makna yang luas, jauh dan penuh
makna 2.
Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran islam itu sendiri yang terkait
dengan visi kerasulan yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk
kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya :QS : Al Ankabut : 16
Artinya :
Dan (Ingatlah) Ibrahim, ketika ia Berkata kepada kaumnya: Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.
Sedangkan kata misi pun berasal dari bahasa Inggris, Mission yang berarti tugas atau perutusan.
Misi adalah tugas yang dirasakan oleh seseorang dan atau lembaga sebagai suatu kewajiban
untuk melaksanakan demi agama, idiologi, patriotisme, dan lain-lain (Depdikbud, 1994: 660)
Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat
strategis dan efektif dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan. Sejalan dengan visi
Pendidikan Islam, maka misi Pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran islam
yaitu adanya upaya memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni,
dan membimbing tercapainya tujuan keadilan agama bagi manusia3.
Dalam perumusan visi dan misi pendidikan harus mendapat pola dan rumusan yang jelas dan
kompatibel dengan tataran operasionalnya, serta diletakan dalam kontek tatanan masyarakat
yang terus berubah dan menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat.
Visi dan misi pendidikan Islam hendaknya tidak terkonsentrasi pada tatanan kehidupan akherat
semata tetapi juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan realitas dunia. Artinya visi dan
misi pendidikan perlu dilandaskan diatas filosofi dan nilai-nilai dasar pendidikan islam yang
menyeimbangkan kebahagiaan dunia dan akherat, latar belakang historis dan kondisi objektif
masyarakat muslim.
-
Dalam merumuskan visi dan misi hendaknya harus memperhatikan dan mempertimbangkan
beberapa hal yaitu :
1. Nilai-nilai normatif, religius, pilosofis yang diyakini kebenarannya 2. Lingkungan strategis dan 3. Sejumlah isu strategis umat
Dasar-dasar perumusan visi pendidikan islam hendaknya tidak terlepas dari beberapa
pertimbangan pokok seperti berikut ini :
1. Merefleksikan cita-cita yang hendak dicapai 2. Mampu memetakan secara jelas antara kesempatan dan tantangan 3. Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang terdapat dalam
lembaga pendidikan sebagai sebuah organisasi
4. Memiliki wawasan dan orientasi jauh kedepan 5. Mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan pendidikan 6. Mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi pendidikan
Keberadaan visi akan menjadi inspirasi dan mendorong seluruh warga sekolah untuk bekerja
lebih giat. Oleh karena itu, secara fungsional, visi memiliki beberpa fungsi strategis. Pertama
visi diperlukan untuk memobilisasi komitmen, menciptakan energi for action, memberi road map
untuk menuju masa depan, menimbulkan antusiasme, memusatkan perhatian dan mananmkan
kepercayaan diri. Kedua, Visi diperlukan untuk menciptakan dan mengembangkan shared
mindsets atau common vision yang menentukan dan menjadi landasan bagaimana seluruh
individu mempersiapkan dan berinteraksi dengan stakeholdersnya 4.
Selanjutnya untuk mengoperasionalisasikan fungsi-fungsi strategisnya, maka visi tersebut
dikembangkan ke dalam misi. Misi dapat dipahami sebagai pernyataan formal tentang tujuan
utama yang akan direalisasikan. Maka, misi merupakan upaya utnuk kongkritisasi visi dalam
wujud tujuan dasar yang akan diwujudkan. Visi dan misi sekolah ini akan terus membayangi
segenap warga sekolah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam merumuskan misi yaitu :
1. Melibatkan Stakeholders yang didalamnya termasuk pengurus yayasan, kepala sekolah,guru, siswa, orangtua, masyarakat lingkungan dan pejabat terkait.
2. Mengamati, memahami dan memberikan pertimbangan dalam menilai lingkungan sekitar, menyangkut tingkat kelayakan, varian kepentingan, dan kondisi lingkungan
3. Memadukan relasi yang integrative antara kegiatan, proses utama dan sumber daya.
Adapun yang perlu mendapatkan penegasan dalam perumusan misi pendidikan adalah :
1. Tingkat kelayakan mutu produk yang dihasilkan atau pelayanan yang ditawarkan 2. Memahami apa yang menjadi kebutuhan dan ketertarikan masyarakat 3. Memahami jenis-jenis sasaran publik mana yang akan dilayani 4. Melahirkan mutu produk pendidikan yang kompetitif dan andal
-
5. Memahami cita-cita program dan aspirasi yang diproyeksikan kedepan.
3. Perumusan Tujuan Sebagai Implementasi dari Misi
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan Pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan Pendidikan Islam 5.
Menurut Drs. Ahmad D Marimba, fungsi tujuan itu ada 4 macam yaitu : Pertama Mengakhiri
usaha kedua, mengarahkan usaha, ketiga, Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan
pertama, Keempat, memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.
Sehubungan dengan itu maka tujuan mempunyai arti yang sangat penting bagi keberhasilan
sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh, tahapan sasaran serta sifat dan
mutu kegiatan yang dilakukan. Karena itu sebuah kegiatanb yang tanpa disertai tujuan
sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatannya sendiri akan menjadi acak-acakan.
Secara umum tujuan pendidikan hendaknya didasarkan terlebih dahulu pada tujuan hidup
manusia menurut islam. Artinya, tujuan pendidikan harus sesuai dengan tujuan hidup manuasi
menurut konsepsi dan nilai-nilai islam. Maka dalam perumusannya, tujuan pendidikan yang
memiliki tingkat kesamaan dengan pendidikan islam itu seyogyanya memiliki keterpaduan, yaitu
berorientasi kepada hakikat pendidikan, yang memiliki berbagai aspek berikut :
1. Tujuan hidup manusia yang berlandaskan misi keseimbangan hidup yang mengapresiasi kehidupan dunia dan akherat. Manusia hidup bukan karena kebetulan, tanpa arah dan
tujuan yang jelas, ia diciptakan dengan membawa amanah dalam mengemban tugas dan
tujuan hidup tertentu
2. Memperhatikan tuntunan dan tatanan social masyarakat baik berupa pelestarian nilai budaya, maupun pemenuhan tuntutan dan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi
perkembangan dan tuntutan perubahann jaman, seperti terciptanya masyarakat yang
beretika dan berkarakter pada sifat-sifat sosial yang tinggi
3. Memperhatikan watak-watak dasar (Nature) manusia seperti kecenderungan beragama (fitrah) yang mendambakan kebenaran, kebutuhan individu dan keluarga sesuai batas dan
tingkat kesangggupannya, sesuai dengan QS Al Kahfi : 29
Artinya :
Dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir. Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
-
Selain pemikiran di atas ada beberapa hal pokok lain yang perlu diperhatikan dalam upaya
merumuskan tujuan pendidikan yaitu antara lain :
1. Memetakan perencanaan jangka waktu kedepan yang dicita-citakan dalam program, yang secara kualitatif dinyatakan dalam struktur istilah yang umum
2. Memberikan ruang bagi tumbuhnya kreatifitas dan inovasi dalam suatu rumusan yang lebih dari jabaran misi
3. Memformulasikan tujuan dalam suatu tahapan graduatif dan berjenjang mulai tingkat organisasi tingkat program dan tingkat subprogram sekolah
4. Adanya tujuan yang mereflesikan masalah yang serius atau isu-isu dengan skala prioritas tinggi yang jelas-jelas memerlukan strategic issue. Tujuannya jelas hendak memberikan
arah manajerial yang tepat dan jelas dalam menentukan skala prioritas dari keseluruhan
program di dalam sekolah.
Namun pemetaan di atas belum dianggap memkadai manakala belum dilakukan uji sohih
terhadap rumusan tujuan itu. Ada beberapa criteria yang menyangkut tujuan, yaitu :
1. Tujuan harus tampil sebagai representasi harmonis dari jabaran visi, misi dan nilai-nilai yang tumbuh di dalam sekolah;
2. Memberikan kontribusi pada pencapaian misi, program dan subprogram; 3. Tujuan mengenai prioritas yang dipilih berdasarkan internal-eksternal assessment atau
sebagai respon terhadap isu strategis
4. Tujuan tidak memberikan peluang bagi adanya perubahan hingga munculnya perubahan permasalahan lingkuyngan atau kondisi atau sampai tercapainya respon dari isu strategis
5. Tujuan umumnya mencakup suatu priode waktu yang relatif lama 6. Tujuan dapat mengidentifikasi adanya batas persilangan atau gape antara kondisi saat ini
dengan yang diharapkan
7. Tujuan mencerminkan hasil yang diinginkan dari suatu program atau subprogram yang dicanangkan
8. Tujuan Menggambarkan secara jelas arahan bagi organisasi, program dan subprogram, walaupun tidak spesifik
9. Tujuan hendaknya masuk dalam suatu kerangka kewenangan dan otoritas organisasi yang sah dan
10. Tujuan dapat memberikan ruang bagi terbukanya tantangan yang memungkinkan meningkatkan penyeimbangan kualitas program ke depan,. (Amin Haedari :2004 :33)
3. Rancangan Visi Misi dan Tujuan
Berdasarkan perumusan visi misi dan tujuan tersebut kami mencoba menuliskan rancangannya.
VISI MISI TUJUAN
Terwujudnya individu
yang memiliki sikap
agamis, berkemampuan
ilmiah, amaliah, trampil
dan professional sesuai
1. Menciptakan calon agamawan yang berilmu
2. Menciptakan calon ilmuan yang beragama
3. Menciptakan calon tenaga
1.Diharapkan peserta
didik memiliki akhlak
mulia, taat beribadah dan
kemapanan hidup yang
menyeimbangkan
-
dengan tatanan kehidupan terampil yang professional
dan agamis
kebutuhan dunia dan
akhirat
2. memiliki keterampilan dan kecakapan hidup yang berlandaskan nilai-nilai agama
-
PEGERTIAN VISI DAN MISI
KATA PEGANTAR
Puji sukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul VISI DAN MISI
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti proses kegiatan
perkuliahan di kelas sekaligus sebagai tugas bagi penulis untuk menambah ilmu pengetahuan penulis
sendiri dan pembaca makalah ini.
Kemudian penulis tidak lupa mengucapkan ribuan terimakasih kepada semua pihak yang telah
ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini terutama kedua orang tua penulis sendiri yang telah
memfasilitasi semua keperluan penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya imiah ini.
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Visi merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan (what do they want to
have). Visi menggambarkan aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi
yang efektif adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi.
Misi adalah bentuk yang didambakan di masa depan (what do they want to be). Misi merupakan
sebuah pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar jalan yang akan diambil
untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu dirumuskan.
Keduanya tidak memiliki dimensi ukur kuantitatif (persentase, besaran waktu, dll). Sebagai
konsep yang ideal visi-misi ini harus diterjemahkan lagi dalam konsep yang lebih nyata dan terukur yaitu
tujuan (objective). Tujuan disini adalah tujuan sebagai konsep yang jauh lebih riil.
Proses perumusan visi-misi maupun tujuan dari sebuah organisasi atau program bukanlah
proses yang mudah dan tanpa perenungan. Proses ini adalah proses yang subyektif dan sangat
tergantung pada iklim organisasi. Yang paling penting adalah bagaimana membangun visi-misi dan tujun
melalui proses yang sedemokratis mungkin. Yang selanjutnya adalah bagaimana interaksi dari bahasan
analisa SWOT, Visi dan Misi dapat merumuskan sebuah tujuan yang riil dan terukur dalam perjalanan
roda organisasi.
-
BAB II
PEMBAHASAN
1.pengertian visi dan misi
Visi adalah sebuah kata yang berasal dari kata Inggris yang berarti pandangan dan hal ini sangat
berkaitan dengan suatu rencana yang akan disusun untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang sifatnya
umum. Didalam perjalanannya kata VISI sering digunakan juga untuk hal hal yang sifatnya khusus
bahkan hampir setiap kegiatan baik itu yang sifatnya kegiatan amal, kegiatan pendidikan ataupun
kegiatan komersial selalu menggunakan kata VISI dalam membuat rencana atau program kerja mereka.
Namun demikian kata VISI tetap pada arti yang aslinya yaitu suatu pandangan kedepan yang akan
menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan. Jadi sebuah VISI adalah suatu pandangan
yang sifatnya sangat umum tetapi mengandung suatu arti yang cukup dalam sehingga didalam membuat
suatu uraian mengenai VISI harus benar benar dipikirkan artinya yang lebih filosofis tetapi terungkap
dalam kata yang sederhana.
Misi mempunyai arti yang sangat berlainan dengan kata VISI karena di dalam kata misi
terkandung suatu pesan kemanusiaan yang tinggi dan juga terkandung suatu aktivitas yang mengarah
kepada suatu tujuan dari aktivitas tersebut dalam kaitan dengan kemanusiaan. Didalam kesehariannya
kata MISI sering disatukan dengan kata VISI dan hal ini seolah olah telah menjadi suatu acuan umum
bagi setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dan sepertinya dua kata ini sudah saling dijodohkan satu
sama lain, sehingga apabila hanya terdapat satu kata saja akan terasa tidak pas.
Sebenarnya hal ini terlalu diada-adakan karena tidak selalu setiap pekerjaan mengandung suatu
VISI ataupun mengandung suatu MISI dan tidak selalu setiap kegiatan harus dibuat VISI ataupun MISI
nya karena setiap apapun yang kita lakukan seringkali secara otomatis sudah mengandung kedua unsur
tadi tanpa harus ditulis secara khusus.
Pengertian Visi secara sederhana menurut Burt Nanus sebagai gambaran masa depan suatu
individu, kelompok, maupun organisasi yang realistis, kredibel, dan atraktif. Visi organisasi pada
umumnya merupakan visi bersama (shared vision) yang berasal dari perpaduan visi-visi pribadi anggota
-
organisasi, atau yang setidak-tidaknya merupakan visi yang disepakati oleh seluruh jajaran organisasi.
Visi pribadi merupakan gambaran harapan atau cita-cita seseorang yang timbul dari perhatiannya yang
mendalam terhadap sesuatu yang diyakininya baik yang mendorong tumbuhnya komitmen yang tinggi
pada dirinya. Visi bagi organisasi mempunyai makna sebagai berikut:
1. Memberi nilai tambah bagi kehidupan organisasi baik secara individu, kelompok maupun
keseluruhan organisasi;
2. Membangun komitmen diantara angkatan kerja organisasi untuk bergerak maju menuju masa
depan yang lebih baik;
3. Mengatasi ketakutan akan kegagalan usaha yang mengarah pada kemajuan dan perbaikan masa
depan;
4. Menantang setiap kemapanan dan status quo yang merugikan kelangsungan hidup organisasi.
Pengertian MISI adalah suatu pengaturan komprehensif dan singkat mengenai tujuan suatu
organisasi, program ataupun sub program.
Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan
mengikuti tahap-tahap berikut ini:
1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang menggambarkan organisasi
2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting
3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraf yang menggambarkan
misi perusahaan
4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu argumentasi
berkaitan dengan kata atau fase favorit mereka.
Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi
tersebut harus:
1. Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan
2. Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah.
3. Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan.
4. Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.
-
Kesimpulannya adalah, jika visi mengarti kulasikan keinginan suatu institusi untuk menjadi apa,
maka misi menyatakan apa yang harus dilakukan oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai
visinya tersebut. Bila visi dan misi dari suatu organisasi dapat dilaksanakan dengan baik dan sungguh-
sungguh maka tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai dengan mudah dan lancer, dan tentunya hal ini
memerlukan dorongan, dukungan, dan komitmen yang tinggi dari semua pihak yang berkepentingan
dalam suatu organisasi terutama organisasi publik.
2.pentingnya visi dan misi
VISI merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi
atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan
pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi
perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa
depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah
pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan,
kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta
aspirasi dan cita-cita masa depan.
Begitu pula dengan MISI.Pada dasarnya MISI merupakan alasan mendasar eksistensi suatu
organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud
aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu
organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan
harapan pelanggannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan
misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju
serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi.
-
4.ruang ligkup visi dan misi
Visi
Menjadi suatu lembaga pendidikan Agribisnis yang berkualitas dengan penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa yang mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif Tahun 2025 di Sumatera.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yang mampu
menghasilkan lulusan yang berakhlak dan siap bekerja dibidang akademik ataupun profesional
dalam mempelopori pengembangan usaha agribisnis.
2. Melaksanakan dan meningkatkan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
peningkatan pendidikan dan pengembangan agribisnis.
3. Melaksanakan dan meningkatkan pengabdian kepada masyarakat melalui pendidikan langsung
dan tak langsung berdasarkan hasil penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang agribisnis untuk kesejahteraan masyarakat.
4. Mengembangkan sumberdaya manusia berkualitas melalui peningkatan kemampuan bisnis dan
kewirausahaan serta memasyarakatkan konsep dan teknologi agribisnis.
-
Tujuan
1. Menghasilkan sarjana pertanian yang mempunyai kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta iman dan taqwa untuk pengembangan bidang pembangunan pertanian dan
agribisnis.
2. Menghasilkan sarjana pertanian yang berjiwa wirausaha dan mampu berkompetisi baik di dunia
akademis maupun profesional di pasar kerja regional maupun nasional di bidang pembangunan
pertanian umumnya dan pengembangan agribisnis khususnya.
Sasaran dan Strategi Pencapaiannya
Sasaran dan strategi pencapaian yang dilakukan selama 8 semester adalah :
1. Meningkatnya kualitas proses belajar mengajar secara berkesinambungan yang berbasis pada
moral dan etika (melalui Pendidikan Perilaku, Kewirausahaan, Agama, Perilaku Organisasi dlsb).
2. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri dan kreatif serta mempunyai wawasan yang
luas dan global melalui mata kuliah Manajemen SDM, Manajemen Pemasaran, Manajemen
Keuangan, Kewirausahaan, Bahasa Inggris, Ekonomi Internasional, Manajemen Keuangan
Internasional dlsb.
3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan akademik melalui
laboratorium pendidikan perilaku, bahasa, komputer, akuntansi, statistika dan perpustakaan
yang menunjang.
4. Mengembangkan, menyempurnakan dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis,
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan masyarakat melalui magang mahasiswa.
-
5. Meningkatkan kualitas penelitian dosen dan mahasiswa melalui peningkatan anggaran
penelitian dari internal dan eksternal.
6. Meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat melalui peningkatan pendidikan dan
pelatihan, penyuluhan dan pembinaan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian dari seorang individu,
oraganisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi
merupakan pernyataan want to be dari seorang individu, organisasi atau perusahaan.Visi juga
merupakan hal yang sangat krusial bagi suatu individu, organisasi atau perusahaan untuk menjamin
kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
1. Imaginable (dapat di bayangkan).
2. Desirable (menarik).
3. Feasible (dapat dicapai).
4. Focused (jelas).
5. Flexible (aspiratif dan responsive terhadap perubahan lingkungan).
6. Communicable (mudah dipahami).
Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai :
1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran organisasi atau perusahaan.
2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.
3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan.
Misi sangatlah berbeda dengan visi. Misi adalah proses atau pernyataan yang harus dikerjakan
oleh individu, organisasi atau perusahaan dalam usahanya mewujudkan visi. Jadi secara garis besarnya
-
visi dengan misi walaupun sangat berbeda arti namun mempunyai hubungan yang sangatlah erat.Tidak
mungkin ada visi apabila misi nya tidak ada.Dan begitu pula dengan misi tidak aka nada kalau visinya
tidak ada. Misi juga memberikan arah dan batasan dalam proses pencapaian visi tersebut.