BAB I.pdf

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembahasan konsep dan teori tentang Pendidikan Islam sampai kapanpun selalu saja relevan dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa hal itu terjadi : Pertama pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, baik sebagai pendidik, peserta didik, maupun penanggung jawab pendidikan. Kedua perlunya akan inovasi pendidikan akibat perkembangan saint dan teknologi. Ketiga tuntunan gelobalsasi yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya, bahkn falsafah satu bangsa. Ketiga alasan tersebut tentunya harus diikuti dan dijawab oleh dunia pendidikan demi kelansungan hidup manusia dalam situasi yang serba dinamik, inovatif, dan semakin mengglobal. Makalah yang ada dihadapan ini merupakan salahsatu jawaban terhadap permasalahan yang dialami umat islam atau bahkan umat manusia. Aksentuasi pebahasan makalah ini lebih mengarah pada pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah, spiritual, dan akhlak, sekalipun melibatkan seluruh komponen dasar pendidikan. Penekanan pada aspek ini disebabkan oleh paradigma penyusunan makalah ini didasarkan atas nilai dogmatika Islam yang diturunkan dari wahyu ilahi. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah : a. Apakah Definisi Pendidikan Islam ? b. Bagaimanakah visi-misi Pendidikan Islam ? c. Bagaimana karakteristik Pendidikan Islam ?

Transcript of BAB I.pdf

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembahasan konsep dan teori tentang Pendidikan Islam sampai kapanpun selalu saja relevan

    dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak terdapat tiga alasan

    mengapa hal itu terjadi : Pertama pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa

    dinamis, baik sebagai pendidik, peserta didik, maupun penanggung jawab pendidikan. Kedua

    perlunya akan inovasi pendidikan akibat perkembangan saint dan teknologi. Ketiga tuntunan

    gelobalsasi yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya, bahkn falsafah satu bangsa. Ketiga

    alasan tersebut tentunya harus diikuti dan dijawab oleh dunia pendidikan demi kelansungan

    hidup manusia dalam situasi yang serba dinamik, inovatif, dan semakin mengglobal.

    Makalah yang ada dihadapan ini merupakan salahsatu jawaban terhadap permasalahan yang

    dialami umat islam atau bahkan umat manusia. Aksentuasi pebahasan makalah ini lebih

    mengarah pada pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah, spiritual, dan akhlak,

    sekalipun melibatkan seluruh komponen dasar pendidikan. Penekanan pada aspek ini disebabkan

    oleh paradigma penyusunan makalah ini didasarkan atas nilai dogmatika Islam yang diturunkan

    dari wahyu ilahi.

    1.2. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

    a. Apakah Definisi Pendidikan Islam ?

    b. Bagaimanakah visi-misi Pendidikan Islam ?

    c. Bagaimana karakteristik Pendidikan Islam ?

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi Pendidikan Islam

    Kata Islam dalam Pendidikan Islam menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu

    pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang berdasaskan

    islam[1]. Untuk mengetahui definisi pendidikan islam yang komprehensif dan lugas maka perlu

    bagi kita untuk mengetahui tarif atau definisi pendidikan islam setidaknya dari dua sudut

    pandang yang sering digunakan dalam setiap disiplin ilmu yaitu definisi secara

    Etimologi(bahasa) dan Terminologi(Istilah), berikut akan dipaparkan pernciannya:

    a. Pengertian Etimologi Pendidikan Islam

    Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, talim,

    tadib(tatak rama), riadhoh, irsyad, dan tadris[2]. Masing masing istilah tersebut memiliki

    keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut bersamaan. Namun,

    kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah

    itu sebenarnya mewakili istilah yang lain. Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam,

    semua istilah itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan islam.

    1) Tarbiyah

    Dalam leksikologi AlQuran dan As-Sunnah tiak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun

    terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabbi, yurbi,

    dan rabbani. Dalam mujam bahasa Arab, kata al-tarbiyyah memiliki tiga akar kebahasaan,

    yaitu:

    a. Rabba, yarbu, tarbiyah : yang memiliki makna tambah (zad) dan berkembang(nama).

    Pengertian ini juga didasarkan QS. Ar-Rum ayat 39. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu

    berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka itu tidak menambah pada sisi Allah.

    Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yan

    ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, social, maupun spiritual.

    b. Rabba, yurbi, tarbiyah : yang memiliki makna tumbuh (nasyaa) dan menjadi besar atau dewasa

    (tarara'a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan

    mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, social, maupun spiritual.

  • c. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan,

    memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur

    dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha

    untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik,

    agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.

    2). Talim

    Talim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal dari akar kata allama.

    Sebagian para ahli menerjemahakan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan talim

    diterjemahkan dengan pengajaran. Kalimat allamahu al-ilm memiliki arti mengajarkan ilmu

    padanya.

    3). Tadib

    Tadib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santum, tata krama, adab, budi

    pekerti, akhlak, moral, dan etika. Tadib yang seakar dengan adab memilik arti pendidikan

    peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang berpendidikan adalah orang yang

    berperadaban, sebaliknya, peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan[3].

    Pengertian ini didasarkan Hadits Nabi . :

    Rabbku telah mendidiku, sehingga baiklah pendidikanku.

    b. Pengertian Terminologi Pendidikan Islam

    Sebelum perumusan pengertian terminology pendidikan Islam berdasarkan

    pengertian etimologi di atas, ada baiknya dikutip beberapa pengertian pendidikan Islam terlebih

    dahulu yang dicetuskan oleh para ahli.

    Pertama, Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan: Pendidikan

    Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu system pendidikan yang memungkinkan

    seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai degan ideology Islam, sehingga dengan

    mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.

    Kedua, Omar Muhammad al-Touni al-Syaibani mendefinisikan Pendidiakan

    Islam dengan: Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan

    alam sektiarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di

    antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat

  • Ketiga, Muhammad Fadhil al-Jamali mengajukan pengertian pendidikan Islam

    :Upaya mengembangkan, mendorong serta mengejak manusia untuk lebih maju dengan

    berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk peribadi yang

    lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.

    Keempat, Muhammad Javed al-Sahlani mengartikan Pendidikan Islam dengan Proses

    mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan dan mengermbangkan kemampuannya.

    Kelima, hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 dirumuskan pendidikan

    Islam dengan :Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam

    dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya

    semua ajaran Islam.

    Berdasarkan beberapa pengertian yang dkemukakan oleh para ahli di atas, serta beberapa

    pemahaman yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan Islam, seperti tarbiyah,

    talim, tadib, maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: Proses

    transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran,

    pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensi. Definisi ini

    memiliki lima unsure pokok penddikan Islam, yaitu :

    1) Proses transinternalisasi. Upaya dalam pendidikan Islam dilakukan secara bertahap,

    berjenjang, terancang, terstruktur, sistematik, dan terus-menerus dengan cara transformasi dan

    internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai Islam pada peserta didik.

    2) Pengetahuan dan nilai Islam. Materi yang diberikan kepada peserta didik adalah ilmu

    pengetahuan dan nilai Islam, yaitu pengetahuan dan nilai yang diturunkan dari Rabb (Ilahiyah).

    Atau materi yang memiliki ktiteria epistemology dan aksiologi Islam sehingga output pendidikan

    memiliki wajah-wajah Islami dalam setiap tindak-tanduknya. Pengetahuan dan niali Islam,

    sebagaimana yang di syaratkan dalam QS. Al-fusilat ayat 53, terdapat tiga objek, yaitu objek

    afaqi, yang berkaitan dengan alam fisik(baik dilangit maupun dibumi); objek anfusi, yang

    berkaitan dengan alam fisikis(kejiwaan atu batiniyah); dan objek hakiki dan qurani yang

    berkaitan dengan system nilai untuk mengarahkan kehidupan spiritual manusia.

    3) Kepada Peserta Didik. Pendidikan diberikan kepada peserta didik sebagai subjek dan objek

    pendidikan. Dikatakan subjek karena ia mengembangkan dan aktualisasi potensinya

    sendiri.sedankan pendidik menstimulasi dalam pengembangan dan aktualisasi itu. Di katakana

  • objek karena ia menjadi sasaran dan transportasi ilmu pengetahuan dan nilai isalm, agar ilmu dan

    nilai itu tetap lestari dri generasi ke generasi berikunya

    4) Melalui upaya pngajaran ,pembiasaan,bimbingn,pengasuhan pengawasandan pemngembangan

    potensinya. Tugas pokok pendidikan adalah memberikan pengajaran, pembiasaan, bimbingan,

    pengasuhan, pengawasan, dan pengembanan potensi peserta didik agar terbentuk dan

    berkembang daya kreativitas dan produktivitas tanpa mengabaikan potensi dasarnya.

    5) Guna Mencapai Keselarasan dan Kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan akhir

    pendidikan Islam adalah terciptanya insan kamil (insane sempurna), yaitu manusia yang mampu

    menyelaraskan dan memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat; dan kebutuhan fisik, sosial, psikis,

    dan spiritual. Orientasi Pendidikan Islam tidak hanya memenuhi hajat hidup jangka pendek,

    seperti pemenuhan kebutuhan duniawi, tetapi juga memenuhi hajat hidup jangka panjang seperti

    pemenuhan kebutuhan di akhirat kelak[4].

    2.2. Visi pendidikan Islam

    Kata visi berasal dari kata inggris vision, yang mengandung arti penglihatan atau daya

    lihat, pandangan, impian atau bayangan. Dalam bahasa arab, kata visi dapat diwakili oleh kata

    nadz, jamaknya indazr, yang berarti seing (Penglihatan), eye-sight (pandangan mata), vision

    (pandangan), look(penglihatan), Gleance(Pandangan sekilas), Sight (Pemikiran),

    autlook(pandangan), prospect(gambaran kedepan), View(peninjauan), aspech(bagian),

    apparence(pewujudan), Epidence(pakta), Insight(Pandangan), Penetration(Penebusan atau

    perembesan), Perception(pendapat), Comtemplation(merenung secara mendalam dan

    menyendiri), examination(pelatihan berpikir), inspection(peninjauan), study(kajian), Perusal,

    consideration(pertimbangan), reflection(ungkapan pemikiran), Philosophical

    speculation(perenungan yang bersifat mendalam dan pilosofis) dan theory(konsep yang sudah

    terumuskan dengan matang dan siap diaplikasikan).

    Selanjutnya jika konsep dan pengertian tentang visi tersebut dihubungkan dengan

    pengertian Islam, maka visi pendidikan Islam dapat diartikan sebagai tujuan jangka panjang,

    cita-cita masa depan, dan impian ideal yang ingin diwujudkan oleh pendidikan Islam. Visi

    pendidikan Islam ini selanjutnya dapat menjadi sumber motivasi, inspirasi, pencerahan,

    pegangan dan arah bagi perumusan misi, tujuan, kurikulum, proses belajar, guru, stap, murid,

    managemen, lingkungan dan lain sebagainya.

  • Visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada cita-cita dan tujuan jangka panjang

    itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia, sesuai dengan firman Allah

    swt. Tidaklah kami utus engkau (Muhammad) melaikan agar menjadi rahmat bagi seluruh

    alam. (Q.S al-Anbiya:107), ayat tersebut oleh Imam Maroghiy ditafsirkan sebagai berikut :

    Bahwa tidaklah aku utus engkau(Muhammad) dengan Al-quran ini, serta berbagai

    perumpamaan dari ajaran agama dan hukum yang menjadi dasar rujukan untuk mencapai

    bahagia dunia dan akhirat, melainkan agar menjadi rahmat dan petunjuk bagi mereka dalam

    segala urusan dunia dan akhiratnya.

    Dengan demikian, visi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Menjadikan pendidikan Islam sebagai peranata yang kuat, berwibawa, efektif, dan kredibel

    dalan mewujudkan cita-cita ajaran Islam.

    Dengan visi tersebut, maka seluruh komponen pendidikan Islam sebagai mana tersebut

    diatas, harus diarahkan kepada tercapainya visi tersebut. Visi itu harus dipahami, dihayati, dan

    diamalkan oleh seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Jika pada sebuah

    perguruan tinggi misalnya, maka visi tersebut harus dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh

    rektor, pembantu rektor, dekan, para pembantu dekan, ketua dan sekerataris jurusan, dan

    berbagai pihak lain yang terkait. Dengan demikian, visi tersebut akan menjiwai seluruh pola

    pikir dalam (mindset), tindakan dan kebijakan pengelola pendidikan. Pada tahap selanjutnya visi

    tersebut akan menjadi budaya (culture) yang hidup dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh pihak,

    dan sekaligus membedakannya dengan budaya yang terdapat pada perguruan tinggi lainya[5].

    2.3. Misi Pendidikan Islam

    Misi berasal dari bahasa Inggris, Mission, yang memiliki arti tugas, perutusan, utusan,

    atau misi. Ungkapan to play thirty mision misalnya, mengandung arti mengedakan tugas

    penerbangan tiga puluh kali. Dengan demikian, misi terkait dengan tugas, pekerjaan yang harus

    dilakukan dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan. Dalam kaitan ini terdapat kata misionary

    yang berarti perutusan atau utusan yang diutus oleh seseorang atau lembaga untuk melakukan

    suatu pekerjaan yang penting dan strategis. Seluruh pembawa risalah atau ajaran, seperti para

    Nabi, wali, ulama dan dai pada suatu kelopok suatu umat disebut misionary.

    Dari pengertian kebahasaan tersebut, maka misi dapat diartikan sebagai tugas-tugas atau

    pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan. Dengan

  • demikian, antara dan visi dan misi harus memiki hubungan funsional-simbiotik, yakni saling

    mengisi dan timbal balik. Dari satu sisi visi mendasari rumusan misi, sedangkan dari sisi lain,

    keberadaan misi akan menyebabkan tercapainya visi. Misi merupakan jawaban atau perranyaan

    what are will doing (apa yang akan dikerjakan !). Karena pekerjaan merupakan kegiatan maka

    misi harus berisi berbagai kegiatan yang mengarah kepada tercapainya visi.

    Berdasarkan uraian diatas, maka misi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut

    :

    1. Mendorong timbulnya kesadaran umat manusia agar mau melakukan kegiatan belajar dan

    mengajar.

    Hal ini sejalan dengan firman Allah swt. Dalam surat al-alaq ayat 1-5, yang artinya:

    Bacalah dengan (menyebut) nama robbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia

    dari segumpal darah. Bacalah dan Rabbmu yang maha pemurah. Yang mengajarkan (manusia)

    dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketaui.

    Perintah membaca sebagai mana yang terdapat pada ayat tersebut sungguh mengejutkan

    bagi masyarakat arab saat itu, karena belum menjadi budaya mereka. Budaya mereka adalah

    menghafal yakni menghafal syair-syair yang didalmnya memberikan ajaran tentang kehidupan

    yang harus mereka jalani. Dengan membaca ini timbulah kegiatan penggalian dan

    pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban yang membawa kemajuan suatu bangsa.

    2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat.

    Hal ini sejalan dengan hadist Rasululloh saw. : Tuntutlah Ilmu mulai dari buaian hingga

    ke liang lahat.(mutafaq alaih)

    Hadist tersebut mengandung isyarat tentang konsep belajar seumur hidup yaitu belajar dan

    mengajar tidak hanya terbatas pada ruang kelas saja melainkan dimana saja dan pada berbagai

    kesempatan. Hal ini sejalan pula dengan konsep pendidikan integreted yakni belajar mengajar

    yang menyatu dengan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat.

    3. Melaksanakan program wajib belajar

    Sabda Rasululloh saw. :

    Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan sesungguhnya bagi yang

    menuntut ilmu itu akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu hingga binatang yang ada

    dilaut. (HR. Ibn Abdul al-Barr dari Annas).

    4.Melaksanakan pendidikan anak usia dini(PAUD)

  • Selain berdasarkan hadits, sebagaimana terdapat pada hadits tentang hadits belajar,

    program pendidikan anak usia dini juga berdasarkan pada isyarat Rasululloh saw. Dengan

    membangun rumah tangga, serta berbagai kewajiban orang tua terhadap anaknya. Rasululloh

    saw misalnya menganjurkan agar seorang pria memilih wanita calon istri yang taat beragama,

    sholihah dan berahlak mulia. Manikahinya sesuai tuntunan agama, dan menggaulinya dengan

    cara yang maruf yakni etis, sopan, dan saling mencintai dan menyayangi. Kemudian suami istri

    banyak berdoa kepada Allah pada saat istri mengandung yakni doa agar dikaruniai anak yang

    sholeh dan sholihah. Kemudian pada saat bayi lahir keduanya memberi makanan yang halal, baik

    dan bergizi seperti madu dan asi, memberi nama yang baik, mencukur rambutnya membiasakan

    tingkah laku sopan terhadap orang tua, kakek nenek dan sodara-sodaranya memberikan perhatian

    dan kasih sayang yang cukup, mengajari bacaan al-quran membiasakan sholat dan mencegah

    serta memeliharanya dari pergaulan dan pengaruh yang buruk. Semua perlakuan suami istri

    terhadap anak nya ini memiliki arti dan fungsi yang sangat besar bagi tumbuhnya pribadi anak

    yang sholeh dan sholehah serta berkpibadian yang utuh dan sempurna.

    5. Mengeluarkan manusia dari kehidupan kegelapan kepada kehidupan yang terang benderang.

    Allah berfirman dalam QS. Al-Hadid ayat 9, Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya

    ayat-ayat yang terang (al-quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya

    sesungguhnya Allah benar-benar Maha penyantun lagi Maha penyayang terhadamu.

    Berdasarkan pada ayat tersebut terdapat beberapa catatan sebagai berikut :

    Adanya perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw. Agar mengeluarkan manusia dari

    kegelapan kepada cahaya yang terang benderang. Kegelapan pada ayat ini dapat mengandung

    arti kebodohan, karena orang yang bodoh tidak dapat menjelaskan berbagai hal dalam kehidupan

    yang amat luas dan komplek. Adapun cahaya yang terang benderang dapat diartikan ilmu

    pengetahuan, karena dengan ilmu pengetdahuan itulah semua kejadian dan peristiwa dalam

    kehidupan dapat dijelaskan.

    Bahwa sumber ilmu pengetahuan (cahaya) yang dapat mengeluarkan manusia dari

    kegelapan tersebut yaitu al-Quran yang telah banyak dikaji isi dan kandungannya oleh para

    ulama. Al-quran bukan hanya membahas masalah urusan ke akhiratan tetapi diurusan duniawi,

    bukan hanya berisi ajaran yang berkaitan dengan pembinaan spiritual dan moral melainkan juga

    pembinaan intelektual, sosial dan jasmani. Seluruh aspek kehidupan manusia dibina secara utuh

    dan menyeluruh secara seimbang, harmonis, serasi, dan proporsional.

  • 6. Memberantas sikap Jahiliyah.

    Allah swt berfirman dalam quran surat al-fath ayat 6 yang artinya ketiak orang-orang

    kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan yaitu kesombongan jahiliyah, lalu Allah

    menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada Orang-orang mukmin dan Allah

    mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan mereka berhak dengan kalimat taqwa itu fan

    patut memilikinya. Dan Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.

    Menurut Imam al-Maroghi, bahwa ayat ini berkaitan dengan perjanjian Hudaibiyah, yaitu

    perjanjian yang memuat semacam genjatan senjata dan menghentikan permusuhan antara kaum

    muslimin dan musyikin mekah. Dalam dokumen perjanjian tersebut mereka melaksanakan

    kehendaknya secara sepihak dan lebih menginginkan keuntungan yang lebih besar. Walau

    perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin Rasululloh saw menerima perjanjian tersebut.

    Dengan penerimaan perjanjian ini, beban yang Rasululoh tanggung teringankan dengan tidak

    terpecahnya perhatian kepada dua kaum musyrikin Mekan dan kaum Yahudi Khoibar. Setelah

    Rasululloh menumpas kaum Yahudi di Khoibarl, barulah Rasululloh memusatkan perhatiannya

    untuk kembali menguasai Mekah. Perjanjian Hudaibiyah tersebut memperlihatkan kecerdasan

    Rasululloh saw dalam mengatur siasat, mengorganisasikan kekuatan, menganalisis

    permasalahan, dan menerapkan prioritas. Sebagian pengikut Rasululloh saw yang tingkat

    kecerdasanya terbatas memandang bahwa keputusan Rasul menerima perjanjian tersebut sebagai

    tindakan yang bodoh. Untunglah Abu Bakar As Shidiq mengingatkan shohabat-shohabatnya agar

    tetap setia mengikuti Rasululloh saw dan jangan merasa lebih tau dari Rasululloh saw. Sikap

    jahiliyah juga dapat dilihat dari kekeliruan pola pikir yang mereka terapkan dalam kehidupan.

    Misalnya menjadikan sesuatu yang sesungguhnya tidak dapat memberi manfaat apapun sebagai

    tuhan-tuhan mereka.

    7. Menyelamatkan Manusia dari tepi jurang kehancuaran yang disebabkan karena pertikaian.

    Allah swt berfirman dalam QS. Ali-Imron ayat 103, yang artinya :

    Dan berpeganglah kamu semua kedalam tali Agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-

    berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-

    musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-

    orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada ditepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan

    kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu, agar kamu

    mendapat petunjuk.

  • Ketika Islam datang, sebagaimana digambarkan oleh Ziauddin Alafi, Dunia bagaikan

    barusaja dilanda gempa dahsyat dan sunami. Kehidupan mereka dalam bidang shosial ditandai

    oleh kelompok suku, kabilah dan etnis yang antara satu dan lainya tidak saling bersatu, dan

    sering berperang serta tidak lagi kepada aturan Tuhan. Dalam bidang politik kehidupan mereka

    ditandai oleh kekuasaan otoriter dan diktaktor yang didasarkan pada ketinggian harta, tahta dan

    kasta.

    8. Melakukan pencerahan batin pada manusia agar sehat rohani dan jasmani

    Allah swt berfirman :

    Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-

    orang yang beriman dan Al-quran itu tidaklah menambah pada orang-orang yang dzolim kecuali

    kerugian. (QS, Al-Isra ayat 82).

    Ayat tersebut berbicara tentang salah satu misi yang terkandung dalam al-Quran yakni

    memperbaiki mental dan pola pikir masyarakat, sebagai modal utama bagi perbaikan dibidang

    lain.

    9. Menyadarkan manusia agar tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan bencana di muka bumi,

    seperti permusuhan dan peperangan.

    Allah swt.berfirman :

    Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya

    dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan

    dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS.

    AL-Araf ayat 56)

    10. Mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dimuka bumi

    Allah swt berfirman :

    Dan sesungguhnya telah kami mulyakan anak-anak Adam, kami angkat mereka didaratan

    dan dilautan. Kami beri mereka rezeky yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan

    kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan.(QS. Isra ayat 70).

    Ayat tersebut mengingatkan bahwa manusia diciptakan dalam setruktur fisik dan psikis

    yang lengkap dan semupurna. Dengan kelengkapan jasmani dan rohani inilah manusia dapat

    mengerjakan tugas-tugas yang berat, menciptakan kebudayaan dan peradaban. Dan potensi

    manusia tersebut dapat terjadi manakala potensi tersebut dikembangkan melalui pendidikan[6].

  • 2.4. Karakteristik lembaga pendidikan islam

    Pendidikan islam sebenarnya memiliki cakupan yang cukup luas, seperti yang

    dikemukakan Zarkowi Soejoeti (1986), pendidikan islam didefinisikan dalam tiga pengertian,

    yakni: pertama, pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan

    penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk menngejewantahkan

    nilai-nilai islam; kedua,jenis pendidikan yang memberikan perhatian yang sekaligus menjadikan

    ajaran agama islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan; ketiga, jenis

    pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas.

    Secara kelembagaan, terutama dalam konteks Indonesia, pembicaraan mengenai

    pendidikan islam sebenarnya lebih diwarnai oleh dua model pendidikan, yakni pendidikan dalam

    bentuk pasantren dan pendidikan madrasah. Sebab itu lebh jauh karakteristik kedua lembaga ini

    akan diuraikan dalam pembahasan di bawah ini.

    1). Karakteristik pondok pesantren

    a. Tinjauan umum pesantren

    Pada dasarnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang dikelola

    secara konvensional dan dilaksanankan dengan system asrama (pondok) dengan kyai sebagai

    sentra utama serta mesid sebagai pusat lembaganya (Syarif, 1983:5). Dalam studinya, Rahardjo

    (1985) menyimpulkan bahwa sejak awal pertumbuhannya, pesantren mempunyai bentuk yang

    beragam sehingga tidak ada suatu standarisasi yang berlaku bagi semua pesantren. Namun

    demikian dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pesantren tampak adanya pola umum,

    yang diambil dari makna peristilahan pesantren itu sendiri yang menunjukkan adanya suatu pola

    tertentu (Sunyoto, 1990:12).

    Karakteristik lain yang melekat pada pondok pesantren menurut K.H. Abdullah Syukri

    Zarkasyi (1999:221) adalah adanya system nilai dalam pesantren yang menjadi jiwa hidup serta

    orientasi pendidikan pesantren pada umumnya, seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,

    ukhuwah islamiyah, dan kebebasan.

    b. Tipologi pondok pesantren

    Secara garis besar, lembaga pesantren dapat digolongkan menjadi dua tipologi, yaitu

    tipologi, yaitu tipe pesantren salafi dan tipe pesantren khalafi (Yacub, 1984:36). Pesantren salafi

    yaitu pesantren yang tetpa mempertahankan system (materi pengajaran) yang sumbernya kitab-

    kitab klasik islam atau kitab dengan huruf arab gundul. System sorogan (individual) menjadi

  • sendi utama yang diterapkan. Pengetahuan non agama tidak diajarkan. sementara pesantren

    khalafi yaitu system pesantren yang menerapkan system madrasah, yaitu pengajaran secara

    klasikal, dan memasukan pengetahuan umum dan bahasa non Arab dalam kurikulum. Dan pada

    akhir-akhir ini menambahkan dengan berbagai keterampilan.

    c. Karakteristik pengelolaan pendidikan pesantren

    Di samping telah terjadi pergeseran pada pesantren seperti yang disebutkan di atas,

    karakteriistik pesantren yang mengarah pada fiqh-sufistik dalam maknanya yang sempit, dewasa

    ini juga brelatif banyak. Pandangan sufistik yang bersifat teosentris ini sangat menekankan dan

    lebih memilih budaya hidup asketis yang disimbolkan oleh pola hidup kesederhanaan baik

    secara sosial maupun ekonomi. Komunitas pesantren terutama disimbolkan para santri, sangat

    menekankan kehidupan model sufistik ini, mulai dari soal pakaian, tempat tidur, ruang belajar,

    tempat memasak, kamar mandi, selain bersifat sangat sederhana juga tampak kotor. Jadi ketika

    mereka memahami bagaimana cara-cara hidup sehat maka cenderung berkonotasi spiritual

    (Mastuhu, 1999; 127-129)

    Selanjutnya untuk melihat karakteristik pengelolaan pesantren serta usaha-usaha yang

    telah dilakukan dalam beberapa pesantren terhadap pembahruan system pendidikan san

    pengelolaannya dapat dibandingkan antara dulu, sekarang dan kecenderungan mendatang, antara

    lain dapat dideskripsikan sebagai berikut (Mastuhu, 1994; 154-157)

    Dinamika System Pendidikan Pesantren Dulu, Sekarang dan Mendatang

    Hal Tradisionalis Sekarang dan mendatang

    Status - Uzlah

    - Milik pribadi

    - Sub system pendidikan

    nasional

    - Milik institusi/yayasan

    Jenis pendidikan - Pesantren non formal

    (PNF)

    - Pesantren (PNF)

    - Madrasah

    - Sekolah Umum (PF)

    - Perguruan Tinggi (PF)

    Sifat - Bebas waktu, tempat,

    bebas biaya & syarat

    - Masih berlaku bagi PNF

    dan tidak berlaku untuk PF

    Tujuan - Agama (ukhrawi)

    - Memahami dan

    meng- amalkan secara

    - Agama (duniawi)

    - Memahami dan

    mengamalkannya sesuai

  • tekstual dengan tempat dan

    zamannya

    Bahasa pengantar - Arab

    - Daerah

    - Indonesia

    - Daerah

    - Arab

    - Inggris

    Kepemimpinan - Karismatik - Rasional

    Corak Kehidupan - Fikih-Sufistik

    - Orientasi Ukhrawi

    - Sakral

    - Manusia sebagai

    objek (fatalistik)

    - Fikih-sufistik+ilmu

    - Ukhrawi + dunia

    - Sakral + profan

    - Manusia sebagai objek +

    subjek (vitalistik)

    Perpustakaan

    dokumentasi dan alat

    pendidikan

    - Tidak ada

    - Manual

    - Ada

    - Manual, Elektronika

    - Computer, dst

    Air - dua kullah - Kran/ledeng

    Asrama - Hidup bersama

    menerima, memiliki

    ilmu dan mengamal-

    kannya

    - Hidup bersama

    - Dialog

    - Menjadikan ilmu sebagai

    sarana pengembangan diri

    Pengurus - Mengabdi Kyai - Bertanggung jawab pada

    unit kerjanya

    - Membeikan

    masukan/perimbangan

    Kyai

    2. Karakteristik Madrasah

    a. Tinjauan Umum Madrasah

    Keberadaan madrasah seperti sekarang ini merupakan akumulasi berbagai macam budaya

    dan tradisi pendidikan yang berkembang di Indonesia. Mulai dan tradisi pra-sejarah atau tradisi

    asli, tradisi hindu-budha, tradisi Islam, dan tradisi barat atau modern (Malik Fadjar,1998:19),

    oleh sebab itu, madrasah telah menjadi salah satu wujud entitas budaya bangsa Indonesia yang

    telah menjalani proses sosialisasi yang relatif intensif dan dalam waktu yang cukup panjang itu

    telah memainkan peran tersendiri dalam panggung pembentukan peradaban bangsa.

  • Sebelum terbentuk sistem madrasah, pada awalnya proses pendidikan dan pengajaran

    dilaksanakan di masjid dan pesantren. Setelah terbuka dan semakin kuatnya proses pembentukan

    Intelektual Webs (jaringan intelektual) di kalangan umat islam dengan haramain sebagai

    sumber tempat yang asli nuansa mistik yang kental di pondok pesantren lambat laun semakin

    berkurang dan bergerak ke arah proses ortodoksi, atau oleh pengamat peradaban di Indonesia

    menyebut adanya proses bergerak dari islam yang bercorak mistik menuju ke Islam Sunni (

    Malik Fadjar, 1998: 22 ).

    Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dua dekade terakhir ini, madrasah

    mengalami polarisasi pengembangan seiring dengan tuntutan zamannya, berbagai macam

    kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan madrasah ini, yang antara lain

    adalah diterapkannya madrasah aliyah program khusus (MAPK) pada tahun 1987, yang

    kemudian diganti namanya menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) pada thun 1994.

    b. karakteristik Madrasah : kekuatan, kelemahan, dan peluang

    Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai cirri khas Islam, madrasah memegang

    peran penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik, karena melalui pendidikan

    madrasah ini pada orang tua berharap agar anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus,

    tidak hanya pengetahuan umum ( IPTEK ) tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang

    tinggi terhadap agamanya (IMTAK ). Oleh sebab itu jika memahami benar harapan orang tua ini

    maka sebenarnya madrasah memiliki prospek yang cerah.

    Di sisi lain, jika dilihat dari kesejarahnya, madrasah memiliki akar budaya yang kuat di

    tengah-tengah masyarakat, sebab itu madrasah sudah menjadi milik masyarakat. Apabila dewasa

    ini banyak ahli berbicara tentang inovasi pendidikan nasional untuk melahirkan pendidikan yang

    dikelola masyarakat ( community based management ), maka madrasah dan termasuk juga

    pesantren merupakan model dari pendidikan tersebut.

    Akan tetapi, menurut Malik Fadjar (1998:35) dari sekian puluh ribu madrasah yang

    tersebar di seluruh pelosok tanah air ini sebagian besar masih bergumul dengan persoalan berat

    yang sangat menentukan hidup dan matinya madrasah, sehingga nilai tawar semakin rendah dan

    semakin termaginalkan.

    Jika dilihat dari kecenderungan atau gejala sosial baru yang terjadi di masyarakay akhir-

    akhir ini yang berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang model pendidikan yang mereka

  • harapkan, maka sebenarnya madrasah memiliki potensi dan peluang besar untuk menjadi

    lternatif pendidikan masa depan. Kecenderungan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

    Pertama,terjadinya mobilitas sosial yakni munculnya masyarakat menengah baru

    terutama kaum intelektual yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan pesat. Kelas menengah

    baru senantiasa memiliki peran besar terhadap transformasi sosial. Di bidang pendidikan

    misalnya, akan berimplikasi pada tuntutan terhadap fasilitas pendidikan yang sesuai aspirasinya,

    baik cita-citanya maupun status sosialnya. Karena itu lembaga pendidikan yang mampu

    merespons dan mengapresiasi tuntutan masyarakat tersebuts secara cepat dan cerdas akan

    menjadi pilihan masyarakat ini.

    Kedua, munculnya kesadaran baru dalam Beragama (santrinisasi), terutama pada

    masyarakat perkotaan kelompok masyarakat menengah atas, sebagai akibat dari proses re-

    islamisasi yang dilakukan secara intens oleh organisasi-organisasi keagamaan, lembaga-lembaga

    dakwah, atau yang dilakukan secara perorangan. Terjadinya santrinisasi masyarakt elit tersebut

    akan berimplikasi pada tuntutan dan harapan akan pendidikan yang mengaspirasikan status sosial

    dan keagamaanya, sebab itu pemilihan lembaga pendidikan pendidikan pada nantinya akan

    didasarkan minimal pada dua hal tersebut, yakni status sosial dan agama (teologis).

    Ketiga,arus globalisasi dan modernisasi yang demikian cepat perlu disikapi secara arif.

    Menghadapi modernisasi dengan berbagai macam dampaknya perlu dipersiapkan manusia-

    manusia yang memiliki dua kompetensi sekaligus, yakni ilmu pengetahuan dan tehnologi

    (IPTEK) dan nilai-nilai spiritual keagamaan (IMTAK). Kelemahan di salah satu kompetensi

    tersebut menjadikan perkembangan anak tidak seimbang, yng pada akhirnya akan menciptakan

    pribadi yang pincang (split personality).

    Alasan masyarakat memilih lembaga pendidikan sendiri paling tidak ada didasarkan pada

    lima kategori sebagai beriku :

    Pertama, alas an teologis. Alas an ini didasarkan pada kecenderungan global sekarang ini

    dimana nilai-nilai agama dan moralitas menjadi taruhan seiring dengan arus globalisasi tersebut,

    sebab itu orang tua berfikir agar bagaimana di tengah arus globalisasi tersebut, sejak dini anak-

    anak sudah dibentengi dengan bekal moralitas dan agama.

    Kedua, alasan sosiologis, berdasarkan alasan ini pemilihan lembaga pendidikan adalah

    didasarkan pada seberapa jauh lembaga pendidikan dapat memenuhi peran-peran sosiologis,

    yakni alokasi posisionil berupa kedudukan dan peran penting dalam kehidupan sosial yang

  • memungkinkan terjadinya mobilitas sosial, peran mengukuhkan status sosial, dan peran untuk

    meningkatkan prestise seseorang di masyarakat.

    Ketiga, alasan fisiologis, alasan ini didasarkan pada faktor-faktor eksternal yang bersifat

    fisik, bersifat fisik, seperti letak dan kondisi geografis, bangunan fisik, lingkungan pendidikan,

    sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan, dan seterusnya.

    Keempat, alasan akademis. Alasan ini didasarkan pada prestasi dan performa lembaga

    pendidikan yang menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang menunjukkan bahwa lembaga

    pendidikan tersebut dikelola secara profesional.

    Kelima, alasan ekonomis. Alasan ini didasarkan pada tinggi rendahnya biaya pendidikan

    di lembaga bersangkutan. Bagi masyarakat menengah ke bawah permasalahan biaya menjadi

    masalah penting, sebaliknya bagi masyarakat elit tingginya biaya pendidikan kadang menjadi

    ukuran bahwa lembaga pendidikan tersebut unggul,elit,prestise dan menjanjikan[7].

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Dari penjabaran di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    1) . Pendidikan Islam adalah Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta

    didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan

    pengembangan potensi.

    2) . Visi pendidikan Islam adalah Menjadikan pendidikan Islam sebagai peranata yang kuat,

    berwibawa, efektif, dan kredibel dalan mewujudkan cita-cita ajaran Islam.

    3) . Berdasarkan uraian diatas, maka misi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. Mendorong timbulnya kesadaran umat manusia agar mau melakukan kegiatan belajar dan

    mengajar.

    2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat.

    3. Melaksanakan program wajib belajar.

    4.Melaksanakan pendidikan anak usia dini(PAUD)

    5. Mengeluarkan manusia dari kehidupan kegelapan kepada kehidupan yang terang benderang.

    6. Memberantas sikap Jahiliyah.

    7. Menyelamatkan Manusia dari tepi jurang kehancuaran yang disebabkan karena pertikaian.

    8. Melakukan pencerahan batin pada manusia agar sehat rohani dan jasmani

    9. Menyadarkan manusia agar tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan bencana di muka

    bumi, seperti permusuhan dan peperangan.

    10. Mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dimuka

    bumi.

    3) Karakteristik pendidikan islam bisa ditinjau dari pendidikan islam yang bersifat pesantren dan

    madrasah. Dari kedua lembaga diatasa dapat dilihat bahwa pesantren merupakan sistem

    pendidikan yang berorientasi pada pondok. Sedangkan madrasah merupakan sistem pendidikan

    islam yang modern dan bentuknya pun sama persis dengan lembaga pendidikan atau sekolah-

    sekolah umum

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2012);

    Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana 2010, edisi

    pertama, Cetakan Ke-3);

    Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group).

    http://che-fikriy.blogspot.com/2011/12/visi-misi-dan-karakteristik-pendidikan.html waktu : 31

    Agustus 2013 jam 20:20 WIB;

  • PERUMUSAN VISI MISI DAN TUJUAN

    Des 16

    Posted by mpiuika

    3 Votes

    Oleh :W. Haerul Anwar dan Jajang Badruzaman

    Iftitah

    Sudah kita maklumi bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya

    berdasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Alquran, Hadist, dan pendapat ulama serta

    warisan sejarah. Oleh karena itu, perbedaan Pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya

    ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya didasarkan pada

    pemikiran rasional yang sekuler dan emperis semata, maka Pendidikan Islam selain

    menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris, juga berdasarkan pada Alquran, Al sunah,

    pendapat para ulama dan sejarah tersebut.

    Gagasan utama pendidikan termasuk didalamnya Pendidikan Islam terletak pada pandangan

    setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi

    pekerti (akhlak). Peran pendidikan ialah bagaimana nilai positif ini tumbuh menguat. Jika peran

    tersebut tidak tepat maka akan lahir sipat negatifnya berupa tampil dengan prilaku yang kasar,

    tidak toleran, tidak peduli sesama, dan lain-lain.

    Relasi disharmoni peran pendidikan dalam kehidupan banyak lahir akibat belum tumbuhnya

    pribadi pintar, kreatif dan berbudi luhur. Orang yang cerdas selalu bisa menggunakan nalarnya

    secara benar dan objektif. Orang kreatif mempunyai banyak pilihan dalam memenuhi

    kepentingan hidupnya. Orang arif dan luhur budi bisa menentukan opsi yang tepat dan menolak

    cara-cara yang kasar dan kurang cerdas. Kecerdasan dan kearifan bersumber dari daya kritis dan

    kesadaran atas nilai diri dan sosial, sehingga tumbuh kepedulian pada sesame.

    Pendidikan Islam sangat penting membangun kesadaran sistim belajar yang mampu

    menumbuhkan daya kritis dan kreatif, melahirkan pribadi yang cerdas yang mampu

    merentangkan jangkauan kesadarannya ketingkat wilayah sosial dan kemanusiaan. Dalam

  • perjalanan sejarahnya, peran atau fungsi Pendidikan Islam tersebut tidak akan terwujud tanpa

    dibarengi dengan perumusan visi,misi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebab dengan visi, misi

    dan tujuan pendidikan arah pendidikan itu menjadi lebih jelas dan terukur. Oleh sebab itulah

    dalam makalah ini kami akan menyoroti tentang : Bagaimana perumusan visi,misi, dan tujuan pendidikan islam yang disertai dengan rancangannya ?

    2. Perumusan atau Peletakan Visi dan Misi Pendidikan Islam

    Kata visi berasal dari bahasa inggris, Vision yang berarti penglihatan, daya lihat, pandangan,

    impian atau bayangan. Secara etimologis bisa juga pandangan disertai pemikiran mendalam dan

    jernih yang menjangkau jauh kedepan. Visi mengandung arti kemampuan untuk melihat pada

    inti persoalaan. Menurut Said Budairy, visi adalah pernyataan cita-cita, bagaimana wujud masa

    depan, kelanjutan dari masa sekarang dan berkaitan erat dengan masa lalu. (Said Budairy, 1994 :

    6). Dengan demikian secara sederhana kata visi mengacu kepada sebuah cita-cita, keinginan,

    angan-angan, hayalan dan impian ideal yang ingin dicapai pada masa depan yang dirumuskan

    secara sederhana, singkat, padat dan jelas namun mengandung makna yang luas, jauh dan penuh

    makna 2.

    Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran islam itu sendiri yang terkait

    dengan visi kerasulan yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk

    kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya :QS : Al Ankabut : 16

    Artinya :

    Dan (Ingatlah) Ibrahim, ketika ia Berkata kepada kaumnya: Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.

    Sedangkan kata misi pun berasal dari bahasa Inggris, Mission yang berarti tugas atau perutusan.

    Misi adalah tugas yang dirasakan oleh seseorang dan atau lembaga sebagai suatu kewajiban

    untuk melaksanakan demi agama, idiologi, patriotisme, dan lain-lain (Depdikbud, 1994: 660)

    Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat

    strategis dan efektif dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan. Sejalan dengan visi

    Pendidikan Islam, maka misi Pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran islam

    yaitu adanya upaya memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni,

    dan membimbing tercapainya tujuan keadilan agama bagi manusia3.

    Dalam perumusan visi dan misi pendidikan harus mendapat pola dan rumusan yang jelas dan

    kompatibel dengan tataran operasionalnya, serta diletakan dalam kontek tatanan masyarakat

    yang terus berubah dan menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat.

    Visi dan misi pendidikan Islam hendaknya tidak terkonsentrasi pada tatanan kehidupan akherat

    semata tetapi juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan realitas dunia. Artinya visi dan

    misi pendidikan perlu dilandaskan diatas filosofi dan nilai-nilai dasar pendidikan islam yang

    menyeimbangkan kebahagiaan dunia dan akherat, latar belakang historis dan kondisi objektif

    masyarakat muslim.

  • Dalam merumuskan visi dan misi hendaknya harus memperhatikan dan mempertimbangkan

    beberapa hal yaitu :

    1. Nilai-nilai normatif, religius, pilosofis yang diyakini kebenarannya 2. Lingkungan strategis dan 3. Sejumlah isu strategis umat

    Dasar-dasar perumusan visi pendidikan islam hendaknya tidak terlepas dari beberapa

    pertimbangan pokok seperti berikut ini :

    1. Merefleksikan cita-cita yang hendak dicapai 2. Mampu memetakan secara jelas antara kesempatan dan tantangan 3. Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang terdapat dalam

    lembaga pendidikan sebagai sebuah organisasi

    4. Memiliki wawasan dan orientasi jauh kedepan 5. Mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan pendidikan 6. Mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi pendidikan

    Keberadaan visi akan menjadi inspirasi dan mendorong seluruh warga sekolah untuk bekerja

    lebih giat. Oleh karena itu, secara fungsional, visi memiliki beberpa fungsi strategis. Pertama

    visi diperlukan untuk memobilisasi komitmen, menciptakan energi for action, memberi road map

    untuk menuju masa depan, menimbulkan antusiasme, memusatkan perhatian dan mananmkan

    kepercayaan diri. Kedua, Visi diperlukan untuk menciptakan dan mengembangkan shared

    mindsets atau common vision yang menentukan dan menjadi landasan bagaimana seluruh

    individu mempersiapkan dan berinteraksi dengan stakeholdersnya 4.

    Selanjutnya untuk mengoperasionalisasikan fungsi-fungsi strategisnya, maka visi tersebut

    dikembangkan ke dalam misi. Misi dapat dipahami sebagai pernyataan formal tentang tujuan

    utama yang akan direalisasikan. Maka, misi merupakan upaya utnuk kongkritisasi visi dalam

    wujud tujuan dasar yang akan diwujudkan. Visi dan misi sekolah ini akan terus membayangi

    segenap warga sekolah.

    Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam merumuskan misi yaitu :

    1. Melibatkan Stakeholders yang didalamnya termasuk pengurus yayasan, kepala sekolah,guru, siswa, orangtua, masyarakat lingkungan dan pejabat terkait.

    2. Mengamati, memahami dan memberikan pertimbangan dalam menilai lingkungan sekitar, menyangkut tingkat kelayakan, varian kepentingan, dan kondisi lingkungan

    3. Memadukan relasi yang integrative antara kegiatan, proses utama dan sumber daya.

    Adapun yang perlu mendapatkan penegasan dalam perumusan misi pendidikan adalah :

    1. Tingkat kelayakan mutu produk yang dihasilkan atau pelayanan yang ditawarkan 2. Memahami apa yang menjadi kebutuhan dan ketertarikan masyarakat 3. Memahami jenis-jenis sasaran publik mana yang akan dilayani 4. Melahirkan mutu produk pendidikan yang kompetitif dan andal

  • 5. Memahami cita-cita program dan aspirasi yang diproyeksikan kedepan.

    3. Perumusan Tujuan Sebagai Implementasi dari Misi

    Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan

    sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan Pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh

    seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan Pendidikan Islam 5.

    Menurut Drs. Ahmad D Marimba, fungsi tujuan itu ada 4 macam yaitu : Pertama Mengakhiri

    usaha kedua, mengarahkan usaha, ketiga, Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai

    tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan

    pertama, Keempat, memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.

    Sehubungan dengan itu maka tujuan mempunyai arti yang sangat penting bagi keberhasilan

    sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh, tahapan sasaran serta sifat dan

    mutu kegiatan yang dilakukan. Karena itu sebuah kegiatanb yang tanpa disertai tujuan

    sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatannya sendiri akan menjadi acak-acakan.

    Secara umum tujuan pendidikan hendaknya didasarkan terlebih dahulu pada tujuan hidup

    manusia menurut islam. Artinya, tujuan pendidikan harus sesuai dengan tujuan hidup manuasi

    menurut konsepsi dan nilai-nilai islam. Maka dalam perumusannya, tujuan pendidikan yang

    memiliki tingkat kesamaan dengan pendidikan islam itu seyogyanya memiliki keterpaduan, yaitu

    berorientasi kepada hakikat pendidikan, yang memiliki berbagai aspek berikut :

    1. Tujuan hidup manusia yang berlandaskan misi keseimbangan hidup yang mengapresiasi kehidupan dunia dan akherat. Manusia hidup bukan karena kebetulan, tanpa arah dan

    tujuan yang jelas, ia diciptakan dengan membawa amanah dalam mengemban tugas dan

    tujuan hidup tertentu

    2. Memperhatikan tuntunan dan tatanan social masyarakat baik berupa pelestarian nilai budaya, maupun pemenuhan tuntutan dan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi

    perkembangan dan tuntutan perubahann jaman, seperti terciptanya masyarakat yang

    beretika dan berkarakter pada sifat-sifat sosial yang tinggi

    3. Memperhatikan watak-watak dasar (Nature) manusia seperti kecenderungan beragama (fitrah) yang mendambakan kebenaran, kebutuhan individu dan keluarga sesuai batas dan

    tingkat kesangggupannya, sesuai dengan QS Al Kahfi : 29

    Artinya :

    Dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir. Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya

    mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum

    dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling

    buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

  • Selain pemikiran di atas ada beberapa hal pokok lain yang perlu diperhatikan dalam upaya

    merumuskan tujuan pendidikan yaitu antara lain :

    1. Memetakan perencanaan jangka waktu kedepan yang dicita-citakan dalam program, yang secara kualitatif dinyatakan dalam struktur istilah yang umum

    2. Memberikan ruang bagi tumbuhnya kreatifitas dan inovasi dalam suatu rumusan yang lebih dari jabaran misi

    3. Memformulasikan tujuan dalam suatu tahapan graduatif dan berjenjang mulai tingkat organisasi tingkat program dan tingkat subprogram sekolah

    4. Adanya tujuan yang mereflesikan masalah yang serius atau isu-isu dengan skala prioritas tinggi yang jelas-jelas memerlukan strategic issue. Tujuannya jelas hendak memberikan

    arah manajerial yang tepat dan jelas dalam menentukan skala prioritas dari keseluruhan

    program di dalam sekolah.

    Namun pemetaan di atas belum dianggap memkadai manakala belum dilakukan uji sohih

    terhadap rumusan tujuan itu. Ada beberapa criteria yang menyangkut tujuan, yaitu :

    1. Tujuan harus tampil sebagai representasi harmonis dari jabaran visi, misi dan nilai-nilai yang tumbuh di dalam sekolah;

    2. Memberikan kontribusi pada pencapaian misi, program dan subprogram; 3. Tujuan mengenai prioritas yang dipilih berdasarkan internal-eksternal assessment atau

    sebagai respon terhadap isu strategis

    4. Tujuan tidak memberikan peluang bagi adanya perubahan hingga munculnya perubahan permasalahan lingkuyngan atau kondisi atau sampai tercapainya respon dari isu strategis

    5. Tujuan umumnya mencakup suatu priode waktu yang relatif lama 6. Tujuan dapat mengidentifikasi adanya batas persilangan atau gape antara kondisi saat ini

    dengan yang diharapkan

    7. Tujuan mencerminkan hasil yang diinginkan dari suatu program atau subprogram yang dicanangkan

    8. Tujuan Menggambarkan secara jelas arahan bagi organisasi, program dan subprogram, walaupun tidak spesifik

    9. Tujuan hendaknya masuk dalam suatu kerangka kewenangan dan otoritas organisasi yang sah dan

    10. Tujuan dapat memberikan ruang bagi terbukanya tantangan yang memungkinkan meningkatkan penyeimbangan kualitas program ke depan,. (Amin Haedari :2004 :33)

    3. Rancangan Visi Misi dan Tujuan

    Berdasarkan perumusan visi misi dan tujuan tersebut kami mencoba menuliskan rancangannya.

    VISI MISI TUJUAN

    Terwujudnya individu

    yang memiliki sikap

    agamis, berkemampuan

    ilmiah, amaliah, trampil

    dan professional sesuai

    1. Menciptakan calon agamawan yang berilmu

    2. Menciptakan calon ilmuan yang beragama

    3. Menciptakan calon tenaga

    1.Diharapkan peserta

    didik memiliki akhlak

    mulia, taat beribadah dan

    kemapanan hidup yang

    menyeimbangkan

  • dengan tatanan kehidupan terampil yang professional

    dan agamis

    kebutuhan dunia dan

    akhirat

    2. memiliki keterampilan dan kecakapan hidup yang berlandaskan nilai-nilai agama

  • PEGERTIAN VISI DAN MISI

    KATA PEGANTAR

    Puji sukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya kepada

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul VISI DAN MISI

    Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti proses kegiatan

    perkuliahan di kelas sekaligus sebagai tugas bagi penulis untuk menambah ilmu pengetahuan penulis

    sendiri dan pembaca makalah ini.

    Kemudian penulis tidak lupa mengucapkan ribuan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini terutama kedua orang tua penulis sendiri yang telah

    memfasilitasi semua keperluan penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini sehingga penulis mampu

    menyelesaikan karya imiah ini.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.Latar belakang

    Visi merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki dimasa depan (what do they want to

    have). Visi menggambarkan aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi

    yang efektif adalah visi yang mampu membangkitkan inspirasi.

    Misi adalah bentuk yang didambakan di masa depan (what do they want to be). Misi merupakan

    sebuah pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar jalan yang akan diambil

    untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu dirumuskan.

    Keduanya tidak memiliki dimensi ukur kuantitatif (persentase, besaran waktu, dll). Sebagai

    konsep yang ideal visi-misi ini harus diterjemahkan lagi dalam konsep yang lebih nyata dan terukur yaitu

    tujuan (objective). Tujuan disini adalah tujuan sebagai konsep yang jauh lebih riil.

    Proses perumusan visi-misi maupun tujuan dari sebuah organisasi atau program bukanlah

    proses yang mudah dan tanpa perenungan. Proses ini adalah proses yang subyektif dan sangat

    tergantung pada iklim organisasi. Yang paling penting adalah bagaimana membangun visi-misi dan tujun

    melalui proses yang sedemokratis mungkin. Yang selanjutnya adalah bagaimana interaksi dari bahasan

    analisa SWOT, Visi dan Misi dapat merumuskan sebuah tujuan yang riil dan terukur dalam perjalanan

    roda organisasi.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    1.pengertian visi dan misi

    Visi adalah sebuah kata yang berasal dari kata Inggris yang berarti pandangan dan hal ini sangat

    berkaitan dengan suatu rencana yang akan disusun untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang sifatnya

    umum. Didalam perjalanannya kata VISI sering digunakan juga untuk hal hal yang sifatnya khusus

    bahkan hampir setiap kegiatan baik itu yang sifatnya kegiatan amal, kegiatan pendidikan ataupun

    kegiatan komersial selalu menggunakan kata VISI dalam membuat rencana atau program kerja mereka.

    Namun demikian kata VISI tetap pada arti yang aslinya yaitu suatu pandangan kedepan yang akan

    menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan. Jadi sebuah VISI adalah suatu pandangan

    yang sifatnya sangat umum tetapi mengandung suatu arti yang cukup dalam sehingga didalam membuat

    suatu uraian mengenai VISI harus benar benar dipikirkan artinya yang lebih filosofis tetapi terungkap

    dalam kata yang sederhana.

    Misi mempunyai arti yang sangat berlainan dengan kata VISI karena di dalam kata misi

    terkandung suatu pesan kemanusiaan yang tinggi dan juga terkandung suatu aktivitas yang mengarah

    kepada suatu tujuan dari aktivitas tersebut dalam kaitan dengan kemanusiaan. Didalam kesehariannya

    kata MISI sering disatukan dengan kata VISI dan hal ini seolah olah telah menjadi suatu acuan umum

    bagi setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dan sepertinya dua kata ini sudah saling dijodohkan satu

    sama lain, sehingga apabila hanya terdapat satu kata saja akan terasa tidak pas.

    Sebenarnya hal ini terlalu diada-adakan karena tidak selalu setiap pekerjaan mengandung suatu

    VISI ataupun mengandung suatu MISI dan tidak selalu setiap kegiatan harus dibuat VISI ataupun MISI

    nya karena setiap apapun yang kita lakukan seringkali secara otomatis sudah mengandung kedua unsur

    tadi tanpa harus ditulis secara khusus.

    Pengertian Visi secara sederhana menurut Burt Nanus sebagai gambaran masa depan suatu

    individu, kelompok, maupun organisasi yang realistis, kredibel, dan atraktif. Visi organisasi pada

    umumnya merupakan visi bersama (shared vision) yang berasal dari perpaduan visi-visi pribadi anggota

  • organisasi, atau yang setidak-tidaknya merupakan visi yang disepakati oleh seluruh jajaran organisasi.

    Visi pribadi merupakan gambaran harapan atau cita-cita seseorang yang timbul dari perhatiannya yang

    mendalam terhadap sesuatu yang diyakininya baik yang mendorong tumbuhnya komitmen yang tinggi

    pada dirinya. Visi bagi organisasi mempunyai makna sebagai berikut:

    1. Memberi nilai tambah bagi kehidupan organisasi baik secara individu, kelompok maupun

    keseluruhan organisasi;

    2. Membangun komitmen diantara angkatan kerja organisasi untuk bergerak maju menuju masa

    depan yang lebih baik;

    3. Mengatasi ketakutan akan kegagalan usaha yang mengarah pada kemajuan dan perbaikan masa

    depan;

    4. Menantang setiap kemapanan dan status quo yang merugikan kelangsungan hidup organisasi.

    Pengertian MISI adalah suatu pengaturan komprehensif dan singkat mengenai tujuan suatu

    organisasi, program ataupun sub program.

    Langkah penyusunan misi yang umum dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan

    mengikuti tahap-tahap berikut ini:

    1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang menggambarkan organisasi

    2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting

    3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraf yang menggambarkan

    misi perusahaan

    4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk adu argumentasi

    berkaitan dengan kata atau fase favorit mereka.

    Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi

    tersebut harus:

    1. Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan

    2. Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah.

    3. Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan.

    4. Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.

  • Kesimpulannya adalah, jika visi mengarti kulasikan keinginan suatu institusi untuk menjadi apa,

    maka misi menyatakan apa yang harus dilakukan oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai

    visinya tersebut. Bila visi dan misi dari suatu organisasi dapat dilaksanakan dengan baik dan sungguh-

    sungguh maka tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai dengan mudah dan lancer, dan tentunya hal ini

    memerlukan dorongan, dukungan, dan komitmen yang tinggi dari semua pihak yang berkepentingan

    dalam suatu organisasi terutama organisasi publik.

    2.pentingnya visi dan misi

    VISI merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi

    atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan

    pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi

    perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang

    Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa

    depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah

    pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan,

    kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta

    aspirasi dan cita-cita masa depan.

    Begitu pula dengan MISI.Pada dasarnya MISI merupakan alasan mendasar eksistensi suatu

    organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud

    aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu

    organisasi mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan

    harapan pelanggannya.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh

    lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan

    misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju

    serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi.

  • 4.ruang ligkup visi dan misi

    Visi

    Menjadi suatu lembaga pendidikan Agribisnis yang berkualitas dengan penguasaan Ilmu

    Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa yang mempunyai keunggulan komparatif dan

    kompetitif Tahun 2025 di Sumatera.

    Misi

    1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yang mampu

    menghasilkan lulusan yang berakhlak dan siap bekerja dibidang akademik ataupun profesional

    dalam mempelopori pengembangan usaha agribisnis.

    2. Melaksanakan dan meningkatkan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata terhadap

    peningkatan pendidikan dan pengembangan agribisnis.

    3. Melaksanakan dan meningkatkan pengabdian kepada masyarakat melalui pendidikan langsung

    dan tak langsung berdasarkan hasil penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi dibidang agribisnis untuk kesejahteraan masyarakat.

    4. Mengembangkan sumberdaya manusia berkualitas melalui peningkatan kemampuan bisnis dan

    kewirausahaan serta memasyarakatkan konsep dan teknologi agribisnis.

  • Tujuan

    1. Menghasilkan sarjana pertanian yang mempunyai kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan

    dan teknologi serta iman dan taqwa untuk pengembangan bidang pembangunan pertanian dan

    agribisnis.

    2. Menghasilkan sarjana pertanian yang berjiwa wirausaha dan mampu berkompetisi baik di dunia

    akademis maupun profesional di pasar kerja regional maupun nasional di bidang pembangunan

    pertanian umumnya dan pengembangan agribisnis khususnya.

    Sasaran dan Strategi Pencapaiannya

    Sasaran dan strategi pencapaian yang dilakukan selama 8 semester adalah :

    1. Meningkatnya kualitas proses belajar mengajar secara berkesinambungan yang berbasis pada

    moral dan etika (melalui Pendidikan Perilaku, Kewirausahaan, Agama, Perilaku Organisasi dlsb).

    2. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri dan kreatif serta mempunyai wawasan yang

    luas dan global melalui mata kuliah Manajemen SDM, Manajemen Pemasaran, Manajemen

    Keuangan, Kewirausahaan, Bahasa Inggris, Ekonomi Internasional, Manajemen Keuangan

    Internasional dlsb.

    3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan akademik melalui

    laboratorium pendidikan perilaku, bahasa, komputer, akuntansi, statistika dan perpustakaan

    yang menunjang.

    4. Mengembangkan, menyempurnakan dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis,

    sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan masyarakat melalui magang mahasiswa.

  • 5. Meningkatkan kualitas penelitian dosen dan mahasiswa melalui peningkatan anggaran

    penelitian dari internal dan eksternal.

    6. Meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat melalui peningkatan pendidikan dan

    pelatihan, penyuluhan dan pembinaan.

    BAB IV

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian dari seorang individu,

    oraganisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi

    merupakan pernyataan want to be dari seorang individu, organisasi atau perusahaan.Visi juga

    merupakan hal yang sangat krusial bagi suatu individu, organisasi atau perusahaan untuk menjamin

    kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.

    Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :

    1. Imaginable (dapat di bayangkan).

    2. Desirable (menarik).

    3. Feasible (dapat dicapai).

    4. Focused (jelas).

    5. Flexible (aspiratif dan responsive terhadap perubahan lingkungan).

    6. Communicable (mudah dipahami).

    Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai :

    1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran organisasi atau perusahaan.

    2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.

    3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan.

    Misi sangatlah berbeda dengan visi. Misi adalah proses atau pernyataan yang harus dikerjakan

    oleh individu, organisasi atau perusahaan dalam usahanya mewujudkan visi. Jadi secara garis besarnya

  • visi dengan misi walaupun sangat berbeda arti namun mempunyai hubungan yang sangatlah erat.Tidak

    mungkin ada visi apabila misi nya tidak ada.Dan begitu pula dengan misi tidak aka nada kalau visinya

    tidak ada. Misi juga memberikan arah dan batasan dalam proses pencapaian visi tersebut.