BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut...

22
BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Jatuh Pada Lanjut Usia 1. Pengertian Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004). Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006). 2. Faktor Resiko a. Faktor instrinsik Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004). b. Faktor ekstrinsik

Transcript of BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut...

Page 1: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kejadian Jatuh Pada Lanjut Usia

1. Pengertian

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi

mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang

sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak

termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.

Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan

konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar

mengalami jatuh (Stanley, 2006).

2. Faktor Resiko

a. Faktor instrinsik

Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan

mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain

dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor

intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya

menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah,

kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala

lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing

(Lumbantobing, 2004).

b. Faktor ekstrinsik

Page 2: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan

sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang

licin, tersandung benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor

ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung

meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat

berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,

tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang

diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).

3. Penyebab Jatuh Dari Lingkungan Rumah

Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah

penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin

dan basah, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan

alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak

di bawah. (Darmojo, 2004). Menurut Friedman, 1998 adalah kondisi

interior rumah meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi

oleh perabot , kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan

eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk,

tempat obat-obatan tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke

rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar

dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di

pagari secara memadai.

4. Akibat Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik

dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh

adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat

jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta

kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera

fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat

memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya

Page 3: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh

(Stanley, 2006).

5. Komplikasi

Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004),

komplikasi-komplikasi jatuh adalah :

a. Perlukaan (injury)

Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang

terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya

arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,

humerus, lengan bawah, tungkai atas.

b. Disabilitas

Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan

dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu

kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

c. Mati

6. Pencegahan

Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3

usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu :

a. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk

mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan

assessment keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit

sistemik yang sering menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat

menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup

tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari

benda-benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang

Page 4: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti,

peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga

tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi

dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu

yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi

pegangan di dinding.

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan

badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila

goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka

diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya

berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak

dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki

dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas

bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu

harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.

Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita

lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut

usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat

dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor

situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan

kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui

batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi

fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang

sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap

kasus karena perbedaan faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan

Page 5: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut penangananya menjadi

lebih mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab

jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi

kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat,

rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut usia itu.

Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh

ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat

bantu gerak.

Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan

penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan

ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sering terjadi

kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita

mengalami jatuh. Padahal terapi ini diperlukan secara terus-menerus

sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.

Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan

difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang mendasarinya.

Penderita dimasukkan dalam progam gait training dan pemberian alat

bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis.

Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit

kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang

menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretic dan

antidepresan. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki

lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti tersebut di

pencegahan jatuh (Darmojo, 2004).

B. Konsep Menua

1. Pengertian Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,

Page 6: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

2004). Menurut organisasai kesehatan dunia (WHO), yang termasuk lanjut

usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Undang-

undang No.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang dinyatakan sebagai orang

jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun,

tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain

(Mubarak, 2006).

2. Teori-Teori Proses Menua

Menurut Stanley (2006), teori-teori proses menua terdiri dari :

a. Teori Biologis

1) Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogam secara genetik

untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti

sel nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi

tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan

replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita

itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai

kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir (Darmojo, 2004).

2) Teori Wear and Tear

Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa

akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis

DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Radikal bebas

dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi O2 bahan-bahan organik seperti karbohidrat

Page 7: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan

regenerasi (Maryam, 2008).

3) Riwayat lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan

(misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan

infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.

Walaupun faktor-fraktor ini diketahui dapat mempercepat proses

penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak

sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.

4) Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam

sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang

bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing

mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk

menderita penyakit. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem

imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.

5) Teori Neuroendokrin

Penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam

sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi

yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam

kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.

Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara

universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk

menerima, memproses dan bereaksi terhadap perintah (Stanley,

2006). Seluruh reflek volunter menjadi lebih lambat sehingga

kemampuan lanjut usia untuk berespon terhadap stimulus akan

berkurang.

Page 8: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

b. Teori Psikososiologis

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap

dan perilaku yang menyertai peningkatan usia. Teori psikososiologis

terdiri dari:

1. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan

psikologis Separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan

dengan memiliki tujuanya sendiri, yaitu untuk mengembangkan

kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan

dirinya sendiri.

2. Teori tugas perkembangan

Hasil penelitian Erickson tugas perkembangan adalah

aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada

tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang

sukses. Tugas utama lanjut usia adalah mampu melihat kehidupan

seseorang sebagai kehidupan yang harus dijalani dengan integritas.

3. Teori disengagement

Teori disengagement (teori pemutusan hubungan)

menggambarkan proses penarikan diri ini dapat diprediksi,

sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat

dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lanjut usia dikatakan akan

bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab

telah diambil oleh generasi yang lebih muda.

4. Teori aktivitas

Penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan

pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya

Page 9: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut

berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang

yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan

yang penting bagi lanjut usia.

5. Teori kontinuitas

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori

perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori

sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian

pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar

mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua.

Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu

sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi

bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap

perubahan akibat menua. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak

berubah walaupun usianya telah lanjut.

3. Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia

Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan

kejadian jatuh diantaranya adalah perubahan sistem musculoskeletal,

sistem persyarafan dan sistem sensoris (Lueckenotte, 2000).

a. Perubahan Muskuloskeletal

Menurut Lueckenotte (1997), tulang-tulang pada sistem skelet

(rangka) membentuk fungsi penunjang, pelindung, gerakan tubuh dan

penyimpanan mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan

bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter. Persendian

diklasifikasikan secara struktural dan fungsional. Klasifikasi struktural

didasarkan pada ikatan materi tulang dan apakah ada rongga persendia.

Klasifikasi fungsional didasarkan pada jumlah gerakan yang

Page 10: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

dimungkinkan pada persendian. Bila artikulasis di antara tambahan

tulang, sendi menahan tulang dan memungkinkan gerakan.

Penurunan progesif pada massa tulang total terjadi sesuai proses

penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi

ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang. Efek

penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang: vertebra lebih lunak

dan dapat terteka, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

Serat otot rangka berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagen

menggantikan otot, mempengaruhi pencapaian suplai oksigendan

nutrisi. Massa, tonus dan kekuatan otot semunya menurun: otot lebih

menonjol dari ekstremitas yang menjadi kecil dan lemah, dan tangan

kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis pada tendon dan

otot mengakibatkan perlambatan respon selama tes reflex tendon.

Menurut Pujiastuti (2003), perubahan muskuloskeletal antara lain

pada jaringan penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.

1. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi tidak teratur dan penurunan hubungan pada

jaringan kolagen, merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas

pada jaringan tubuh. Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya

karena penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan

elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya.

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa

nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan

Page 11: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

hambatan dalam melekukan aktivitas sehari-hari.upaya fisioterapi

untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk

menjaga mobilitas.

2. Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata.

Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progesif. proteoglikan

yang merupakan komponen dasar matrik kartilago.berkurang atau

hilang secara bertahap. Sehingga jaringan fibril pada kolagen

kehilangan kekuatanya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami

fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat seperti

pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif

tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi sebagai permukaan sendi

yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian

menjadi rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu

berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami

peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya

aktivitas sehari-hari.. untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat

diberikan teknik perlindungan sendi.

3. Tulang

Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah

bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis

trabekula tranversal terabsorbsi kembali, sehingga akibat perubahan

itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi

tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen

sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan

kalsium di usus, peningkatan haversi sehingga tulang keropos.

Page 12: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

Berikutnya jaringan tulang secara keseluruhan menyebabkan

kekuatan dan kekakuan tulang menurun.

Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan

osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,

deformitas, fraktur. Latihan fisik dapat diberikan sebagai cara untuk

mencegah osteoporosis.

4. Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.

Menurunnya jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek

negatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunya jumlah

serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi

tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan

30% massa otot, meningkatnya jaringan lemak, degenerasi miofibril.

Dampak dari perubahan otot tersebut adalah menurunya

kekuatan, menurunnya fleksibilitas, meningkatnya waktu reaksi dan

menurunnya kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah

perubahan lebih lanjut dapat diberikan latihan untuk

mempertahankan mobilitas.

5. Sendi

Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligamen dan fasia mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago

dan jaringan periartikular mengalami penurunan daya lentur dan

elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, kalsifikasi pada kartilago dan

kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi

penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian

lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain memberikan

teknik perlindungan sendi dalam beraktivitas.

Page 13: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

b. Perubahan Sistem Persarafan

Sistem neurologis , terutama otak adalah suatu faktor utama dalam

penuaan. Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh, tetapi

neuron-neuron tersebut tidak dapat mengalami regenerasi. Perubahan

struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri. Walaupun

bagian lain dari sistem saraf pusat juga terpengaruh. Perubahan ukuran

otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel

otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi

oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan

penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan.

Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan

penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan yang diketahui

pada usia 80 tahun. Secara fungsional terdapat suatu perlambatan reflek

tendon, terdapat kecenderungan ke arah tremor dan langkah yang

pendek-pendek atau gaya berjalan dengan langkah kaki melebar disertai

dengan berkurangnya gerakan yang sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih

lambat, dengan penurunan atau hilangnya hentakan pergelangan kaki

dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena

pengurangan dendrite dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat

konduksi ( Stanley, 2006)

Menurut Pujiastuti (2003), lanjut usia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik

pada susunan SSP . hal ini terjadi karena SSP pada lanjut usia

mengalami perubahan. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan

dengan berkurangnya kandungan protein dan lemah pada otak sehingga

otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak

mengalami kematian, sedang yang hidup banyak mengalami perubahan.

Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi antar sel mengalami

Page 14: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya

hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga gerakan menjadi

lamban. Akson dalam medula spinalis menurun 37%. Perubahan

tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi, keseimbangan,

kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi. Hal itu dapat

dicegah dengan latihan koordinasi dan keseimbangan.

Menurut Stanley (2006), manifestasi klinis yang berhubungan

dengan defisit neurologis pada klien lanjut usia dapat dipandang dari

berbagai perspektif: fisik, fungsional, kognisi dan komunikasi.

1) Fisik

Dampak dari penuaan pada SPSS sukar untuk ditentukan,

karena hubungan fungsi sistem ini dengan sistem tubuh yang lain.

Dengan gangguan perfusi dan gangguan aliran darah serebral, lanjut

usia berisiko lebih besar untuk mengalami kerusakan serebral. Dan

metabolism yang sudah diketahui. Dengan penurunan kecepatan

konduksi saraf, reflek yang lebih lambat, dan respon yang tertunda

untuk berbagai stimulus yang dialami maka terdapat pengurangan

sensasi kinestetik.

2) Fungsi

Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan

dengan penurunan mobilitas pada lanjut usia, yang disebabkan oleh

penurunan kekuatan, rentang gerak dan kelenturan. Penurunan

pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi-sendi,

kesenjangan dan penurunan tonus otot. Atrofi dan penurunan jumlah

serabut otot dengan jaringan fibrosa secara berangsur-angsur

Page 15: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

menggantikan jaringan otot. Dengan penurunan massa otot, kekuatan

dan pergerakan secara keseluruhan, lamjut usia memperlihatkan

kelemahan secara umum dihubungkan dengan degenerasi system

ekstrapiramidal. Kekejangan dapat diakibatkan oleh cedera motor

neuron di dalam SSP. Kejang yang berat dapat mengakibatkan

berkurangnya fleksibilitas, postur tubuh dan mobilitas fungsional,

juga nyeri sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi.

Tendon dapat mengalami sklerosis dan penyusutan, yang

menyebabkan penurunan hentakan tendon. Deficit mobilitas

fungsional dan pergerakan membuat lanjut usia menjadi sangat

rentan untuk mengalami gangguan integritas kulit dan jatuh.

c. Perubahan Sensoris

Banyak lanjut usia memiliki masalah sensoris yang berhubungan

dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan

permasalahn yang dihasilkan merupakan faktor yang turut berperan

paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah

ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang

kehidupan.

Defisit sensoris perubahan penglihatan merupakan bagian dari

penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia

lanjut. Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS.

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam

proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan

akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna serta

kekeruhan lensa mata.

Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya

presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif di mulai pada dekade ke

empat kehidupan, ketika seseorang memiliki masalah dalam membaca

huruf-huruf yang kecil. Kerusakan akomodasi mata terjadi karena otot-

Page 16: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

otot siliaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan lensa mengalami

sklerosis dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk

memusatkan data (penglihatan jarak dekat).

Ukuran pupil menurun karena sfingter pupil mengalami sklerosis.

Miosis pupil dapat mempersempit lapang pandang dan mempengaruhi

penglihatan perifer pada tingkat tertentu. Perubahan warna misalnya

menguning dan meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari

waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak menimbulkan

tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitas

setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat selaput di atas

mata adalah gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam

mengfokuskan penglihatan dan membaca.. selain itu lanjut usia harus

didorong untuk menggunakan lampu yang terang dan tidak

menyilaukan. Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan

lanjut usia sering mengedipkan mata terhadap cahaya terang atau ketika

berada di luar pada siang hari yang cerah.

Lanjut usia memerlukan penggunaan cahaya pada malam hari di

dalam rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian

penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika

meninggalkan suatu lingkungan yang memiliki pencahayaan baik ke

suatu lingkungan yang pencahayaan redup. Lanjut usia harus diajarkan

untuk menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada pegangan

tangga dan menggunakan cat yang terang pada bagian tepi anak tangga.

(Stanley, 2006)

Menurut Pujiastuti (2003), perubahan penglihatan pada lanjut

usia erat kaitanya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitasnya dan

kaku, otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman

penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang.

Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat

Page 17: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut. Perubahan penglihatan

pada lanjut usia antara lain penglihatan menurun, akomodasi lensa

menurun, iris mengalami arkus senilities, koroid memperlihatkan atrofi

di sekitar discus, lensa dibutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat

warna, konjungtiva menipis dan terlihat kekuningan, air mata menurun

infeksi dan iritasi meningkat, pupil ukuranya berbeda, kornea terdapat

arkus senilis.

Kehilangan pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis.

Penyebab tidak diketahui tetapi berbagi factor yang telah diteliti adalah

nutrisi, faktor genetika, suara gaduh, hipertensi, stress emosional.

Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga

dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbikusis.

Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam

dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran,

batang otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan

konduksi tidak diketahui, tetapi masih berkaitan dengan perubahan pada

tulang di dal;am telinga tengah, dalam bagian koklear atau di dalam

tulang mastoid.

Dalam presbikusis, suara konsonan derngan nada tinggi

merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi

secara bertahap.. karena perubahan berlangsung lambat, lanjut usia

mungkin tidak segera mencari bantuan yang dalam hal ini sangat

penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat

diidentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin besar kemungkinan

untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umunya

berkangsung secara bertahap.

Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia

adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan

ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengannada frekuensi tinggi

seperti beberapa konsonan misalnya f, s, sk,sh dan l. Perubahan-

perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.

Page 18: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

C. Lingkungan Fisik Rumah

1. Pengertian

Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial

yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan

hidup. Definisi yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh

tempat terjadinya interaksi misalnya rumah (Potter, 2005).

Rumah adalah tempat dimana segala sesuatu tidak asing dan

tidak berubah, dimana orang menjaga perasaan memiliki otonomi dan

kontrol sedangkan Lingkungan fisik rumah adalah tempat-tempat yang

spesifik dimana individi-individu dan keluarga-keluarga terlibat dalam

aktivitas-aktivitas yang spesifik dan peran-peran mikrosistem atau

penyusunan perilaku. Dalam bahasa sistem, mikrosistem merujuk pada

sistem-sistem yang berinteraksi. Terdapat konteks fisik dekat dan

pertemuan tatap muka antara anggota keluarga dan yang lainnya

berlangsung (Friedman, 1998).

2. Kriteria rumah sehat dan aman untuk lanjut usia

Menurut Kandzani (1981), yang dikutip oleh Friedman (1998),

salah satu bidang kajian yang paling berharga, yang berhubungan dengan

rumah adalah pengkajian terhadap kondisi keamanan dan bahaya-bahaya

potensial dan aktual, baik di dalam maupun di luar rumah. Khususnya

yang ada di dalam rumah, kecelakaan merupakan satu ancaman utama

terhadap status kesehatan keluarga. Setiap anggota keluarga terbuka

terhadap ancaman kecelakaan yang berhubungan dengan tahap

perkembangannya. Meningkatnya kesadaran keluarga akan masalah-

masalah kecelakaan utama, dimana hal ini memberikan informasi faktual,

dan cara-cara keluarga memperbaiki tingkat-tingkat keamanan yang sehat

adalah tujuan bagi perawat.

Page 19: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

Menurut Budiman (2006), kriteria rumah sehat dan aman adalah

harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya. Menurut Miller (1995),

Pedoman untuk penilaian keamanan lingkungan untuk lanjut usia adalah:

1) Penerangan

Pencahayaan yang memadai tetapi tidak silau, tombol cahaya mudah

dijangkau, terdapat pencahayaan di tempat-tempat yang sesuai.

2) Bahaya

Terdapat karpet atau penutup lantai berbahaya lainnya, tepi karpet

tidak dilem dan ditempelkan ke lantai, ada hambatan lain di jalur

tempat lalu.

3) Mebel

Tinggi kursi mudah dijangkau, meja stabil dan ketinggian sesuai,

perabot rumah tangga ditempatkan jauh dari daerah berjalan

4) Tangga

Pencahayaan cukup, terdapat lampu di bagian atas dan bawah tangga,

terpasang pegangan tangan di kedua sisi tangga, terdapat warna untuk

menandai tepi tangga, terutama bagian atas dan bawah tangga.

5) Kamar mandi

Tinggi dari kursi toilet sesuai, terdapat pegangan di daerah kamar

mandi dan mudah dicapai bila diperlukan, permukaan lantai pancuran

di kamar mandi tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak

bisa licin, pembuangan air baik sehingga mencegah lantai licin

setelah dipakai

6) Kamar tidur

Ketinggian tempat tidur sesuai, tempat tidur yang terdapat roda

terkunci dengan aman, pencahayaan cukup di jalur antara kamar tidur

dan kamar mandi terutama pada malam hari,

Page 20: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

7) Dapur

Tempat penyimpanan yang digunakan mudah untuk dijangkau, lantai

terbuat dari bahan yang tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat

dibersihkan untuk mencegah terpeleset, tempat penyimpanan dapat

dijangkau dengan mudah, tersedia tempat pijakan yang stabil untuk

mencapai barang yang letaknya tinggi.

8) Keseluruhan keselamatan

Bagaimana orang mendapatkan benda yang sulit untuk dijangkau,

Apakah pintu cukup lebar untuk menampung alat-alat bantu, Apakah

telepon diakses, khususnya untuk panggilan darurat.

Menurut Darmojo, 2004 lingkungan rumah yang aman untuk

lanjut usia adalah lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah.

Lingkungan di dalam rumah meliputi kamar mandi yaitu terdapat

pegangan di daerah kamar mandi dan mudah dicapai bila diperlukan,

permukaan lantai pancuran di kamar mandi tidak licin, belakang

kesed berlapis karet yang tidak bisa licin, pembuangan air baik

sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai. Kamar tidur yaitu

kesed tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset atau

tergelincir, terdapat meja di samping tempat tidur untuk meletakkan

kacamata atau barang lain. Dapur yaitu lantai terbuat dari bahan yang

tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah

terpeleset, tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah,

tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang

letaknya tinggi. Ruang tamu yaitu kesed-kesed tidak terletak di atas

karpet, perabotan diletakkan sedemikian rupa sehingga jalan lalu

lebar, tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lanjut usia

untuk duduk atau bangkit kursi. Tangga yaitu terdapat ril pegangan

yang kuat dikedua sisi anak tangga, lantai anak tangga tidak licin,

barang-barang tidak diletakkan di lantai anak tangga anak, anak

Page 21: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

Faktor Instrinsik :Perubahan kondisi fisikPenurunan visus penglihatan dan pendengaranKeseimbangan dan gaya berjalanPerubahan neuromuskuler

Faktor Ekstrinsik :Obat-obatan yang diminumAlat-alat bantu berjalanSituasional

Lingkungan fisik rumah yang membahayakan :Di dalam rumahDi luar rumah

tangga terbawah dan teratas diwarnai dengan warna terang untuk

menandai awal dan akhir tangga.

Lingkungan di luar rumah meliputi pintu masuk depan dan

belakang dalam keadaan baik, jalan lalu bebas dari lumpur atau air di

musim hujan, sehingga mencegah terpeleset, anak tangga/ril

pegangan harus terpasang kuat.

D. Kerangka Teori

Kejadian Jatuh

Skema 2.1.

Kerangka Teori

(Sumber : Modifikasi Lueckenotte, 2000 dan Darmojo, 2004)

E. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Kondisi lingkungan fisik rumah Kejadian jatuh

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Page 22: BAB IITINJAUAN PUSTAKA Kejadian Jatuh Pada Lanjut …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ariastikai... · ... obat-obatan yang ... Terapi yang tidak boleh dilupakan

F. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu :

1. Variabel independent ( variabel bebas )

Variabel independen ini merupakan variabel yang nilainya

menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya diamati dan diukur

untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi lingkungan fisik rumah.

2. Variabel Dependen

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kejadian jatuh pada lanjut usia.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah maka hipotesis yang dapat

dikemukakan adalah ada hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah

dengan kejadian jatuh pada lanjut usia.