KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS …eprints.ums.ac.id/32700/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfHal...

14
PENYIAR RADIO SE-E Skripsi Diajukan untuk Pe PENDIDI FAKULTA UNIVER KESANTUNAN BERBICARA EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN P k Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Pr endidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A 310110163 IKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN RSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FEBRUARI 2015 PRAGMATIK rogram Studi A N

Transcript of KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS …eprints.ums.ac.id/32700/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfHal...

PENYIAR RADIO SE-EKS

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Bahasa

PENDIDIKAN BAHASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KESANTUNAN BERBICARA

EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Diajukan oleh:

RIZKA RAHMA PRADANA A 310110163

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FEBRUARI 2015

: KAJIAN PRAGMATIK

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

NDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ii

ABSTRAK

KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK

Rizka Rahma Pradana, A310110163, Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tujuan dari penelitian ini terdiri menjadi tiga. (1) Menjelaskan tingkat

kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. (2) Mendeskripsikan pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. (3) Menggali faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara pada penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual dan padan ekstralingual dengan menghubungbandingkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar bahasa.

Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesantunan berbicara dikelompokan menjadi empat kategori (kategori menyapa, menginformasikan, menghimbau, dan mengajak) dan empat prinsip kesantuan (maksim kebijaksanaan, maksim kerendahan hati, maksim penerimaan, dan maksim kemurahan). Pola kesantunan berbicara didominasi kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%, kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%, kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase 38%, data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan persentase 4%. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi penelitian ini dialek, konteks, dan jarak sosial. Dialek sebagai faktor yang mempengaruhi kesantunan karena penutur tidak hanya berasal dari satu daerah melainkan berbagai tempat dan setiap daerah memiliki dialek yang berbeda. Konteks merupakan faktor yang mempengaruhi maksud tuturan berhubungan situasi dengan suatu kejadian. Jarak sosial berkaitan dengan hubungan antara penutur dengan mitra tutur dan pada faktor ini jarak usia antara penutur dengan mitra tutur sangat mempengaruhi kesantunan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta.

Kata Kunci: kesantunan berbicara, pragmatik

Pendahuluan

Yule (2006:3) pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan

oleh penutur (atau penulis) yang ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai

akibat studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang

dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturanya daripada dengan makna terpisah dari

kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik menelaah

ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan

perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial

performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi.Bahasa secara

umum digunakan sebagai sarana komunikasi antar penutur dengan mitra tutur.

Bahasa juga sebagai media untuk mengekspresikan diri yang dapat memberikan ciri

khas suatu kelompok. Penggunaan bahasa yang digunakan penutur sering tidak

mengidahkan kesantunan berbahasa. Hal tersebut sering dilupakan penutur dalam

bertutur sehingga bahasa penutur kurang menghormati mitra tutur. Penutur akan

dihormati mitra tutur apabila dalam berkomunikasi dapat menerapkan kesantunan

berbahasa dengan baik. Kesantunan berbahasa lebih berkenaan dengan substansi

bahasanya, maka etika berbahasa lebih berkenan dengan perilaku atau tingkah laku

dalam bertutur. Tingkah laku dalam berbahasa haruslah disertai norma-norma yang

berlaku dalam budaya. Beberapa menyebutkan norma budaya tersebut sebagai etika

berbahasa atau tata cara berbahasa.

Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:49) mengatakan teori kesantunan

berbahasa berkisar pada nosi muka (face). Terbagi menjadi dua segi muka yaitu

muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra diri setiap orang

rasioanal yang berkeinginan untuk dihargai dengan jalan membiarkannya bebas

melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.

Sedangkan yang dimaksud dengan muka positif adalah sebaliknya, yakni mengacu

pada citra diri setiap orang yang rasional. Penutur berkeinginan agar yang

dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang dilakukannya diakui orang lain

sebagai hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai.

Kesantunan positif adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan untuk

menjaga muka positif mitra tutur dilakukan penutur dengan cara menunjukan bahwa

penutur menghargai keinginan dan kebutuhan mitra tutur. Sebaliknya, kesantunan

negatif adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan untuk menjaga muka negatif

mitra tutur dilakukan dengan cara menunjukan niat penutur yang tidak bermaksud

memperdaya mitra tutur melalui pembatasan terhadap tindakan mitra tutur.

Leech (dalam Chaer, 2010:56) teori kesantunan berdasarkan prinsip

kesantunan, yang dijabarkan menjadi maksim (ketentuan atau ajaran). Keenam

maksim adalah maksim kebijaksanaan (Tact), penerimaan (Generosity), kemurahan

(Approbation), kerendahan hati (Modesty), kecocokan (Agreement), kesimpatian

(Sympathy). Berikut penjelasan mengenai keenam maksim.

Maksim kebijaksanakan menggariskan bahwa setiap peserta pertuturan harus

meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Maksim penerimaan menghendaki setiap

peserta pertuturan untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan

meminimalkan keuntungan diri sendiri. Maksim kemurahan menuntut setiap peserta

pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan

rasa tidak hormat kepada orang lain. Maksim kerendahan hati menuntut setiap

peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan

meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Maksim kecocokan menghendaki agar

setiap penutur dan lawan tutur memaksimalkan kesetujuan di antara mereka dan

meminimalkan ketidaksetujuan di antara mereka. Maksim kesimpatian

mengharuskan semua peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati dan

meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya. Tujuan penelitian ini untuk

menjelaskan tingkat, pola, dan faktor kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks

Karesidenan Surakarta.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian

yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2011:6). Penelitian ini

menggunakan desain studi kasus untuk memperoleh data secara mendalam dan

sangat tergantung terhadap kedudukan peneliti. Lokasi penelitian difokuskan di

wilayah Se-Eks Karesidenan Surakarta meliputi Sragen, Sukoharjo, Boyolali,

Karanganyar, dan Surakarta. Waktu penelitian ini berlangsung selama tiga bulan

yaitu dari bulan November 2014 hingga Januari 2015. Objek penelitian adalah unsur-

unsur yang bersama dengan sasaran penelitian membentuk data dan konteks data

(Sudaryanto, 1993:30). Objek dalam penelitian ini adalah tuturan dari penyiar radio

Se-Eks Karesidenan Surakarta.

Data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif dapat diperoleh dari

beberapa sumber data, yaitu informan atau responden, tempat, peristiwa, arsip, dan

dokumen yang diperlukan. Data pada penelitian ini berupa data lisan dan tertulis.

Sumber data pada penelitian ini adalah data secara lisan dari tuturan penyiar radio

Se-Eks Karesidenan Surakarta. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak adalah cara yang

digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunakan bahasa

(Mahsun, 2013:92). Teknik simak dalam hal ini berhubungan dengan penggunaan

bahasa secara lisan penyiar radio. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan

ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan (Mahsun, 2013:93).

Pencatatan dilakukan ketika peneliti menemukan gejala-gejala yang berhubungan

penelitian dari tuturan informan (kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks

Karesidenan Surakarta).

Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode padan intralingual

dan padan ekstralingual. Mahsun (2013:118) menjelaskan padan intralingual adalah

metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat

lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang

berbeda, sedangkan metode padan ekstralingual adalah metode analisis dengan

menghubungkan unsur-unsur bahasa yang berupa bentuk itu dengan hal yang di luar

bahasa atau membandingkan hal yang di luar bahasa itu, makna dengan makna.

Teknik penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa

(Sudaryanto, 1993:145). Pengolahan data berupa kesantunan bicara secara lisan.

Hasil data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji .

Hasil analisis data dalam penelitian ini berupa kesantunan bicara penyiar radio Se-

Eks Karesidenan Surakarta dengan kajian pragmatik.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Jumlah data yang diperoleh terdapat 29 data yaitu dua belas data

dalam kategori kesantunan menyapa, sebelas data termasuk dalam kategori

kesantunan menginformasikan, empat data termasuk dalam kategori kesantunan

menghimbau, dan dua data termasuk dalam kategori kesantunan mengajak

sapaan yang sering diguna

banyak ialah “assalamualaikum” diikuti dengan kata “hal

siang ”,dan “hei”. Menurut maksim kemurahan, maksim ini menuntut setiap penutur

untuk memaksimalkan rasa hormat kepada o

hormat kepada orang lain. Ujaran “assalamualaikum” dan “

yang digunakan untuk menyapa mitra tutur dengan harapan diberikan keselamatan

dan kesehatan karena ujaran “assalamualaikum” mengandung do

“hallo” digunakan penyiar radio untuk mengawali pembicaraan dan ujaran “hei”

digunakan untuk menyapa tetapi ujaran tersebut kurang santun bila diucapkan

terhadap orang tua karena ujaran tersebut bersifat tidak formal.

Persentase jumlah

radio Se-Eks Karesidenan

4%

38%

Hasil Penelitian dan Pembahasan

ata yang diperoleh terdapat 29 data yaitu dua belas data

dalam kategori kesantunan menyapa, sebelas data termasuk dalam kategori

kesantunan menginformasikan, empat data termasuk dalam kategori kesantunan

menghimbau, dan dua data termasuk dalam kategori kesantunan mengajak

sapaan yang sering digunakan penyiar radio untuk menyapa mitra tutur, yang paling

banyak ialah “assalamualaikum” diikuti dengan kata “hallo”, “selamat pagi atau

siang ”,dan “hei”. Menurut maksim kemurahan, maksim ini menuntut setiap penutur

untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak

hormat kepada orang lain. Ujaran “assalamualaikum” dan “selamat pagi atau

yang digunakan untuk menyapa mitra tutur dengan harapan diberikan keselamatan

dan kesehatan karena ujaran “assalamualaikum” mengandung doa. Sedangkan ujaran

“hallo” digunakan penyiar radio untuk mengawali pembicaraan dan ujaran “hei”

digunakan untuk menyapa tetapi ujaran tersebut kurang santun bila diucapkan

terhadap orang tua karena ujaran tersebut bersifat tidak formal.

jumlah data dari pemakain kategori kesantunan positif penyiar

Eks Karesidenan Surakarta ditunjukan pada gambar 1 di bawah ini.

42%

16%

ata yang diperoleh terdapat 29 data yaitu dua belas data termasuk

dalam kategori kesantunan menyapa, sebelas data termasuk dalam kategori

kesantunan menginformasikan, empat data termasuk dalam kategori kesantunan

menghimbau, dan dua data termasuk dalam kategori kesantunan mengajak. Kata

kan penyiar radio untuk menyapa mitra tutur, yang paling

lo”, “selamat pagi atau

siang ”,dan “hei”. Menurut maksim kemurahan, maksim ini menuntut setiap penutur

rang lain dan meminimalkan rasa tidak

selamat pagi atau siang”

yang digunakan untuk menyapa mitra tutur dengan harapan diberikan keselamatan

a. Sedangkan ujaran

“hallo” digunakan penyiar radio untuk mengawali pembicaraan dan ujaran “hei”

digunakan untuk menyapa tetapi ujaran tersebut kurang santun bila diucapkan

data dari pemakain kategori kesantunan positif penyiar

Surakarta ditunjukan pada gambar 1 di bawah ini.

kategori 1

kategori 2

kategori 3

kategori 4

Berdasarkan tabel 2 pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan

Surakarta didominasi oleh kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan

persentase 42%. Kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase

16%, kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase

38%. Sebaliknya data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga

data dengan persentase 4%. Hasil persentase kesantunan berbicara penyiar radio Se-

Eks Karesidenan Surakarta yang diperoleh berdasarkan dari penelitian bahwa

kesantunan penyiar radio dalam menyapa mita tutur memiliki tingkatan tertinggi.

Sedangkan kategori kesantunan menginformasikan dan mengajak memiliki

persentase sedang. Kesantuan penyiar radio dalam menghimbau mitra tutur kurang

baik dibuktikan dari pemerolehan persentase terendah.

Gambar 1. Kategori kesantunan positif penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta

Keterangan

Kategori 1 : Kategori menanyakan.

Kategori 2 : Kategori mengajak.

Kategori 3 : Kategori menghimbau.

Kategori 4 : Kategori menginformasikan.

Berdasarkan analisis data penyiar radio

menggunakan strategi kesantunan menurut Brown dan Levinson ditemukan

persentase data pada gambar 2 di bawah ini.

Hasil persentase dari strategi kesantunan positif dari 29 data ditemukan bahwa

empat belas data masuk dalam strategi kesantunan yang melibatkan penutur dan

strategi 3

10%

strategi 4

3%

Gambar 2. Strategi Kesantunan Positif Penyiar Radio

Surakarta

Keterangan

Strategi 1 : Melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.

Strategi 2 : Menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek,

jargon atau slang).

Strategi 3 : Memberikan pertanyaan atau meminta alasan.

Strategi 4 : Memberikan tawaran atau janji.

Kosong : Tidak termasuk dalam strategi.

Berdasarkan analisis data penyiar radio Se-Eks Karesidenan

menggunakan strategi kesantunan menurut Brown dan Levinson ditemukan

data pada gambar 2 di bawah ini.

dari strategi kesantunan positif dari 29 data ditemukan bahwa

empat belas data masuk dalam strategi kesantunan yang melibatkan penutur dan

strategi 1

47%

strategi 2

27%

strategi 4 kosong

13%

Strategi Kesantunan Positif Penyiar Radio Se-Eks Karesidena

Strategi 1 : Melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.

Strategi 2 : Menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek,

jargon atau slang).

Strategi 3 : Memberikan pertanyaan atau meminta alasan.

: Memberikan tawaran atau janji.

Kosong : Tidak termasuk dalam strategi.

Eks Karesidenan Surakarta

menggunakan strategi kesantunan menurut Brown dan Levinson ditemukan

dari strategi kesantunan positif dari 29 data ditemukan bahwa

empat belas data masuk dalam strategi kesantunan yang melibatkan penutur dan

Eks Karesidenan

Strategi 2 : Menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan, dialek,

lawan tutur dalam aktivitas dengan persentase 47%, delapan data masuk dalam

strategi kesantunan yang menggunakan penanda identitas kelompok (seperti sapaan,

dialek, jargon atau slang) dengan persentase 27%, tiga data masuk dalam strategi

kesantunan memberikan pertanyaan atau meminta alasan dengan persentase 10%,

satu data masuk dalam strategi kesantuan memberikan tawaran atau janji dengan

persentase 3%, dan empat data tidak termasuk dalam strategi kesantunan atau kosong

dengan persentase 13%. Terdapat satu data yang termasuk strategi kesantunan yang

menggunakan penanda identitas kelompok dan strategi kesantuan memberikan

tawaran atau janji yaitu data delapan.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan pembahasan mengenai tingkat

kesantunan berbicara, pola kesantunan berbicara, dan faktor yang mempengaruhi

kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta. Peneliti

menyimpulkan sebagai berikut.

1. Tingkat kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta

dikelompokan menjadi empat kategori dan empat prinsip kesantuan. Berikut

kategori dan prinsip kesantunan yang mempengaruhi.

a. Kategori yang mempengaruhi tingkat kesantunan, yaitu kategori menyapa,

menginformasikan, menghimbau, dan mengajak.

b. Prinsip kesantunan yang mempengaruhi, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

kerendahan hati, maksim penerimaan, dan maksim kemurahan.

Berdasarkan data tersebut bahasa yang sering digunakan penutur mengunakan bahasa

tidak baku. Ketidakbakuan bahasa yang digunakan penutur untuk berkomunikasi

dengan mitra tutur sebagai wujud kedekatan antara penutur dengan mitra tutur. Akan

tetapi, ketidakbakuan bahasa yang digunakan penutur untuk berkomunikasi

menjadikan kesantuan berbahasa menjadi pudar.

2. Pola kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta

didominasi oleh hasil persentase penelitian sebagai berikut.

a. Kategori menyapa sebanyak enam belas data dengan persentase 42%.

b. Kategori mangajak mendapatkan sembilan data dengan persentase 16%.

c. Kategori menginformasikan memperoleh empat belas data dengan persentase

38%.

d. Data terendah diperoleh kategori menghimbau mendapatkan tiga data dengan

persentase 4%.

Hasil persentase kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta

yang diperoleh berdasarkan dari penelitian bahwa kesantunan penyiar radio dalam

menyapa mitra tutur memiliki tingkatan tertinggi. Kategori kesantunan

menginformasikan dan mengajak memiliki persentase sedang. Kesantuan penyiar

radio dalam menghimbau mitra tutur kurang baik dibuktikan dari pemerolehan

persentase terendah. Berdasarkan pola kesantunan ditemukan bahwa penutur

cenderung menggunakan kategori kesantunan postif dalam berkomunikasi dengan

pendengar atau mitra tutur.

3. Faktor yang mempengaruhi kesantunan berbicara penyiar radio Se-Eks

Karesidenan Surakarta berdasarkan data yang dianalisis mengenai kategori dan pola

kesantunan berbicara ditemukan tiga faktor utama. Berikut tiga faktor utama yang

mempengaruhi kesantunan berbicara.

a. Dialek sebagai faktor yang mempengaruhi kesantunan karena penutur tidak

hanya berasal dari satu daerah melainkan berbagai tempat dan setiap daerah

memiliki dialek yang berbeda.

b. Konteks merupakan faktor yang mempengaruhi maksud tuturan berhubungan

situasi dengan suatu kejadian.

Jarak sosial berkaitan dengan hubungan antara penutur dengan mitra tutur dan pada

faktor ini jarak usia antara penutur dengan mitra tutur sangat mempengaruhi

kesantunan penyiar radio Se-Eks Karesidenan Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Kisyani dan Laksono. 2011. “Ketidaksantunan Berbahasa di Lingkungan

Pendidikan dan dampaknya dalam Pembentukan Karakter”. Prosiding Seminar Nasional “Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter”. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 42-48).

Lestariani, Ni Putu Ayu Nita, dkk. 2014. “Kesantunan Bahasa Siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Selemadeg dalam Debat Pada Pembelajaran Berbicara”. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 2, Nomer 1, 2014 (halaman 1-10).

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Mulatsih, Sri. 2011. “Ketidaksantunan Berbahasa Pada Pesan Singkat (SMS)

Mahasiswa ke Dosen”. Prosiding Seminar Nasional “Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter”. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 81-88).

Murtiyasa, Budi, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: BP-FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ngalim, Abdul. 2011. “Ketidaksantunan dan Kesantunan Berbahasa dalam Prespektif Terhadap Pembentukan Karakter”. Prosiding Seminar Nasional “Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter”. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 159-165).

Pardi. 2011. “Bahasa dan Perilaku Santun Menuju Budaya Santun ”. Prosiding Seminar Nasional “Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter”. ISBN: 978-979-636-156-4, (halaman 96-104).

Rahardi, R. Kunjana. 2010. PRAGMATIK Kesantantunan Imperatif Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Rohmadi, Muhammad. 2010. PRAGMATIK: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana Unviversity Press. Suharso dan Ana Retnoningsih. 2011. KAMUS BESAR BAHASA

INDONESIA. Semarang: Widya Karya. Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: University Sebelas

Maret Press. Suyono. 2003. Pragmatik Dasar-dasar dan pengajarannya. Malang: Y A3. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Prgmatik. Yogyakarta: Andi. Wikipedia. 2014. Sejarah Radio Indonesia. Jakarta. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.