BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

91
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Semua tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhannya, karena tanpa air proses pengolahan atau pengambilan unsur hara oleh akar tanaman dari dalam tanah (ion uptake) tidak akan dapat berlangsung, sehingga tanaman tidak akan bisa tumbuh. Dari sisi lain apabila jumlah air di daerah pertumbuhan akar (root zone area) terlalu banyak, maka jumlah oksigen pada tanah akan berkurang sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman (kecuali padi), bahkan bisa mematikan tanaman. Untuk mengatur pemberian air kepada tanaman baik jumlah, kualitas maupun waktu, diperlukan suatu teknik pengaturan tersendiri, dan teknik tersebut disebut Irigasi (Irrigation Engineering). Kata irigasi berasal dari kata irrigate dalam bahasa Belanda dan irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi mengandung beberapa pengertian, antara lain: Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. 1

Transcript of BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

Page 1: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Semua tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhannya, karena tanpa air

proses pengolahan atau pengambilan unsur hara oleh akar tanaman dari dalam tanah (ion

uptake) tidak akan dapat berlangsung, sehingga tanaman tidak akan bisa tumbuh. Dari sisi

lain apabila jumlah air di daerah pertumbuhan akar (root zone area) terlalu banyak, maka

jumlah oksigen pada tanah akan berkurang sehingga akan menghambat pertumbuhan

tanaman (kecuali padi), bahkan bisa mematikan tanaman.

Untuk mengatur pemberian air kepada tanaman baik jumlah, kualitas maupun waktu,

diperlukan suatu teknik pengaturan tersendiri, dan teknik tersebut disebut Irigasi (Irrigation

Engineering).

Kata irigasi berasal dari kata irrigate dalam bahasa Belanda dan irrigation dalam

bahasa Inggris. Irigasi mengandung beberapa pengertian, antara lain:

Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran

buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian.

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk

menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi

bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Irigasi adalah mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada

sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.

Irigasi, secara teknis menyalurkan air melalui saluran-saluran pembawa ke lahan

pertanian dan setelah air tersebut diambil manfaat sebesar-besarnya, kemudian

menyalurkannya kembali ke saluran-saluran pembuangan terus ke sungai1

Secara garis besar, tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai

kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung

pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi

yang efisien selain  dipengaruhi oleh tata cara aplikasi, juga ditentukan oleh  kebutuhan

tanaman, guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.

1 Angoedi, Ir. Abdullah, 1984. Sejarah Irigasi di Indonesia (History of Irrigation in Indonesia) Volume I. Komite Nasional Indonesia, International Commission on Irrigation and Drainage (ICID). Jakarta.

1

Page 2: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

2

Dengan demikian, irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani

guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan

kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem

irigasi meliputi kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.

Irigasi,sebagai cara pendistribusian air dari sumbernya ke lahan pertanian secara

umum memiliki beberapa fungsi antara lain:

Memasok kebutuhan air tanaman

Menjamin ketersediaan air

Mengurangi kerusakan akibat frost

Menurunkan suhu tanah

Melunakkan lapisan keras pada saat pengolahan tanah

Banyak jenis irigasi yang sudah dikembangkan dewasa ini untuk dapat dipergunakan

pada berbagai sistem pertanian dan kondisi pertanian setempat, sebagian ada yang luasnya

hanya beberapa hektare, dan ada juga yang mencapai ribuan hektare. Pendistribusian air dari

sumbernya ke lahan pertanian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pendistribusian

tersebut tergantung kepada banyak faktor, antara lain: jenis tanaman, jenis tanah, keadaan

topografi, ketersediaan tenaga kerja dan lain sebagainya.

Dewasa ini dikenal tiga jenis metode irigasi yakni:

Irigasi Pancaran (Sprinkler Irrigation method)

Irigasi Tetesan (Drip Irrigation method)

Irigasi Permukaan (Surface Irrigation method)

Belakangan ini perkembangan penggunaan metode irigasi Drip dan Sprinkler sangat

pesat sekali, tetapi metode tradisional yaitu irigasi permukaan masih merupakan masih

metode irigasi yang paling banyak dipergunakan. Lebih dari 95% dari irigasi yang ada

menggunakan metode ini dan diperkirakan akan masih tetap bertahan sampai dengan

beberapa waktu mendatang.

Irigasi di Indonesia pada umumnya menggunakan irigasi permukaan sistem Basin,

dan tanaman yang diberi air dengan metode ini pada umumnya adalah tanaman padi. Di

beberapa daerah perkebunan di Indonesia seperti perkebunan tebu misalnya, cara pemberian

air dilakukan dengan irigasi permukaan sistem Furrow. Sistem pemberian air dengan metode

Sprinklerdan Drip masih jarang dipergunakan di Indonesia kecuali untuk keperluan

Page 3: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

3

pembibitan di perkebunan-perkebunan besar. Jaringan irigasi merupakan satu kesatuan

saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan,

pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.Secara hierarki jaringan irigasi

dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier.Jaringan utama meliputi bangunan, saluran

primer dan saluran sekunder.Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran

yang berada dalam petak tersier.Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu

jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.

Dari segi konstruksi jaringan irigasi, sistem irigasi diklasifikasikan menjadi empat

jenis yaitu2:

1. Irigasi Sederhana

Adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya dilakukan dengansederhana, tidak

dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak

teratur dan tidak terukur, sehingga efisiensinya rendah.

2. Irigasi Setengah Teknis

Adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada

bangunan pengambilan (head work) saja, sehingga airhanya teratur dan terukur pada

bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.

3. Irigasi Teknis

Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air

pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur

dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.

4. Irigasi Teknis Maju

Adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukur pada seluruh jaringan

dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali.

1.2. Latar Belakang

Kota Tebing Tinggi beriklim tropis dengan ketinggian 26-34 m di atas permukaan

laut,maka temperatur udara di kota ini cukup panas yang berkisar antara 25º C - 27º C.

Sebagaimana kota di Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi mempunyai musim kemarau dan

2 Pasandaran, E., 1991. Irigasi di Indonesia, Strategi dan Pengembangan. LP3ES, Jakarta.

Page 4: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

4

musim penghujan, dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dan

kelembaban udara 80%-90%.

Sebagian besar wilayah Kota Tebing Tinggi digunakan sebagai pemukiman yaitu

sebesar 41,83%, kemudian untuk lahan pertanian sebesar 40,91%, perhubungan 4,74% dan

selebihnya digunakan untuk sarana sosial budaya, industri, dan lain-lainnya. Daerah ini

dilintasi oleh aliran sungai besar dan kecil sebanyak 4 (empat) buah, yaitu Sungai Padang,

Sungai Bahilang, Sungai Kalembah, dan Sungai Sibarau. Sungai yang paling besar melintasi

daerah ini adalah Sungai Padang dengan panjang aliran ± 2.150m dan lebar ± 65m, membujur

dari arah barat menuju ke arah timur yang terletak sebelah utara dari bagian pusat kota.

Selanjutnya Sungai Bahilang yang membujur di tengah kota dari arah selatan menuju ke utara

dengan panjang ± 1.500m dan lebar ± 15m. Sedangkan sungai-sungai kecil yang berada di

wilayah Kota yaitu Sungai Segiling, Sungai Sibangauan, Sungai Mandaris, Sungai Marimah,

dan Sungai Martebing. Sungai-sungai tersebut mempunyai pola aliran ke arah utara dan timur

laut.

Sungai Sibarau merupakan anak sungai Padang adalah satu dari beberapa sungai yang

mengalir di Kabupaten Kota Tebing Tinggi yang dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi

yang penting untuk mengairi lahan pertanian, termasuk menyediakan kebutuhan air pertanian

di Daerah Irigasi Paya Kapar / Kelurahan Pinang Mancung, Kecamatan Bajenis, Kota Tebing

Tinggi. Sungai Padang dan Sungai Sibarau memiliki luas DAS ±919 km2 dengan panjag

sungai ± 61 km.

Daerah irigasi Paya Kapar memiliki lebih kurang 125 ha areal pertanian dengan

jumlah petani 275 KK di Desa Piang Mancung. Daerah irigasi Paya Kapar sebagai daerah

irigasi teknis masih beroperasi hingga saat ini tentunya memiliki berbagai permasalahan baik

dari aspek teknis maupun non-teknis yang harus dipecahkan sebab irigasi ini merupakan

salah satu jawaban untuk tetap mempertahankan keberlangsungan pertanian di Desa Pinang

Mancung.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya survey di daerah irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung

adalah:

1. Menyelesaikan Tugas Irigasi merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa

Departemen Teknik Sipil USU, yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya agar

Page 5: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

5

mahasiswa memperoleh pengetahuan praktis di lapangan sebelum menyelesaikan

studinya.

2. Mengetahui dan mempelajari daerah irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung

Tugas Irigasi ini merupakan dasar mahasiswa untuk mempelajari tentang

pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan kondisi daerah irigasi Paya Kapar /

Pinang Mancung, misalnya menghitung kebutuhan air, mengatur pola tanam dan

mempelajari bangunan-bangunan irigasinya.

3. Mendesain kembali jaringan irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung yang bermasalah

Mahasiswa juga diminta untuk dapat mendesain ulang jaringan irigasi Paya Kapar /

Pinang Mancung yang bermasalah sehingga mendapatkan debit saluran maksimum

berdasarkan data curah hujan, pola tanam dan data pendukung lainnya.

Adapun tujuan dibangunnya jaringan irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung adalah:

1. Memenuhi kebutuhan air irigasi untuk daerah pertanian dengan meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air irigasi.

2. Pembagian air irigasi dari jaringan irigasi utama sampai jaringan irigasi tersier.

3. Menentukan pola pengatur pendistribusian debit yang optimal.

4. Mengoptimalisasikan hasil produksi pertanian setempat.

1.4. Lokasi

Desa Paya Kapar / Pinang Mancung berada di Kecamatan Bajenis, Kotamadya Tebing

Tinggi. Pintu irigasi bendungan dan pembuangan air dari Sungai Sibarau terletak di

Lingkungan II kelurahan Pinang Mancung, Kecamatan Bajenis, Kotamadya Tebing Tinggi.

Desa Paya Kapar / Pinang Mancung secara geografis terletak antara koordinat 30 16’ 38,66”

LU - 30 22’ 39,89” LU dan 990 26’ 56,35” BT - 990 11’ 32,96” BT

Page 6: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

6

Gambar 1.1 Peta Wilayah Sungai Sumatera Utara

Gambar 1.2 Peta Lokasi Daerah Irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung

1.5. Penduduk

Penduduk yang mendiami Desa Paya Kapar / Pinang Mancung berjumlah sekitar

5.698 jiwa yang dengan perincian sebanyak 2.856 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2.842

jiwa berjenis kelamin perempuan. Masyarakat Desa Paya Kapar / Pinang Mancung umumnya

bermata pencaharian sebagai petani, peternak, pedagang, dan juga pegawai.

Page 7: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

7

Organisasi petani di Desa Paya Kapar / Pinang Mancung cukup baik dan

terkoordinasi, seperti kelompok P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan Kelompok

Tani.Di Desa PayaLombang juga terdapat industri penggilingan padi.

1.6. Kondisi Geografis dan Topografi

Desa Paya Kapar / Pinang Mancung berada di Kecamatan Bajenis, Kotamadya Tebing

Tinggi. Pintu irigasi bendungan dan pembuangan air dari Sungai Sibarau terletak di

Lingkungan II kelurahan Pinang Mancung, Kecamatan Bajenis, Kotamadya Tebing Tinggi.

Desa Paya Kapar / Pinang Mancung secara geografis terletak antara koordinat 30 16’ 38,66”

LU - 30 22’ 39,89” LU dan 990 26’ 56,35” BT - 990 11’ 32,96” BT. Kotamadya Tebing

Tinggi beriklim tropis dengan ketinggian 26-34 m di atas permukaan laut,maka temperatur

udara di kota ini cukup panas yang berkisar antara 25ºC - 27ºC. Sebagaimana kota di

Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi mempunyai musim kemarau dan musim penghujan,

dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun rata-rata 1.776 mm/tahun dan kelembaban udara

80% - 90%.

Daerah irigasi Paya Kapar memiliki lebih kurang 125 ha areal pertanian dengan

jumlah petani 275 KK di Desa Pinang Mancung. Daerah irigasi Paya Kapar sebagai daerah

irigasi teknis masih beroperasi hingga saat ini tentunya memiliki berbagai permasalahan baik

dari aspek teknis maupun non-teknis yang harus dipecahkan sebab irigasi ini merupakan

salah satu jawaban untuk tetap mempertahankan keberlangsungan pertanian di Desa Pinang

Mancung.

Akses jalan menuju Paya Kapar / Pinang Mancung hanya dapat dilalui oleh

kendaraan roda dua dengan kondisi jalan setapak. Daerah irigasi Paya Kapar dapat dicapai

melalui jalan darat, dari Medan ke lokasi daerah irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung sejauh

± 87 km dari kota Medan, dengan kondisi jalan aspal cukup bagus dan ada sebagian jalan

yang rusak, di mana rute yang ditempuh adalah Medan - Tebing Tinggi: ± 80 km dan Tebing

Tinggi - Daerah Irigasi: ± 7 km. Akses jalan menuju daerah irigasi Paya Kapar / Pinang

Mancung baik dan mudah dilewati.

Page 8: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bangunan-bangunan Air

2.1.1 Bangunan Utama

Bangunan utama (headworks) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang

direncanakan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan

saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.Bangunan utama bisa mengurangi

kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.

Bangunan utama terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi,

satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan (jika diperlukan) kantong

lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan pelengkap.

Bangunan utama dapat diklasifikasikan ke dalam sejumlah kategori, bergantung

kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori:

Pengambilan Bebas (Free Intake)

Pengambilan bebas ialah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air

sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai.Dalam keadaan

demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan

jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

TAMPAK ATAS BANGUNAN INTAKE

Page 9: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

9

GAMBAR 2.1 SKETSA POTONGAN BANGUNAN INTAKE

Bangunan pengambil direncanakan dengan maksud untuk menyadap sebagian debit

air sungai guna memenuhi kebutuhan air irigasi pada areal irigasi. Namun demikian

perencanaan kapasitas pengambilan juga terhadap fleksibilitas pada kebutuhan yang lebih

tinggi selama umum proyek (120%×debit kebutuhan).

Perencanaan lebar pintu pengambilan dipertimbangkan terhadap rencana kapasitas

maksimum kebutuhan air, tinggi pengambilan dan kecepatan, dan selanjutnya dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut:

Kapasitas rencana lubang pintu pengambilan:

................ (2.1)

dimana:

v = kecepatan rata-rata (m/s)

h = kedalamanair (m)

d = diameter butir (m)

Dengan kecepatan masuk sebesar 1-2 m/s diharapkan butir berdiameter di atas 0,04

tidak ikut kedalam saluran. Sedangkan rumus debit untuk pintu sorong adalah sebagai

berikut:

................ (2.2)

v2 ≥ 32 (h/d)1/3 x d

Q=v .b .a √2 . g . z

Page 10: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

10

dimana:

Q = debit penyadapan rencana (m3/s)

b = lebar bukaan pintu

g = percepatan gravitasi (m/s)

z = kehilangan tinggi energi (m)

a = tinggi bukaan (m)

Batas tinggi minimum ambang bangunan (P) berdasarkan karakteristik sediment

transportnya ditentukan seperti berikut:

a. Untuk sungai dengan material sedimen terangkut berupa lanau,

Pmin = 0,50 m

b. Untuk sungai dengan material terangkut berupa pasir dan kerikil,

Pmin = 1,00 m

c. Untuk sungai dengan material terangkut berupa batu-batu bongkah,

Pmin = 1,50 m

Pengambilan dari Waduk

Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus

air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air.Jadi, fungsi utama

waduk ialah untuk mengatur aliran sungai.

Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi (multipurpose) seperti

untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan, dan

sebagainya.Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.

Stasiun Pompa

Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi

ternyata tidak layak, dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.Pada mulanya irigasi pompa

hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.

Page 11: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

11

2.1.2 Jaringan Irigasi

a. Saluran Irigasi

1. Jaringan Irigasi Utama

Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke

petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer ialah pada

bangunan bagi yang terakhir.

Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang

dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada

bangunan sadap terakhir.

Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber

yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.

Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier

yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam

wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung

jawabnya.

2. Jaringan Irigasi Tersier

Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke

dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks

bagi kuarter yang terakhir.

Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan bagi

sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.

b. Saluran Pembuang

1. Jaringan Saluran Pembuang Tersier

Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier, menampung air

langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang

tersier.

Saluran pembuang tersier terletak di antara petak-petak tersier yang termasuk

dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari

pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam

jaringan pembuang sekunder.

2. Jaringan Saluran Pembuang Utama

Page 12: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

12

Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier

dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan

pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi.

Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang

sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran

pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak

sungai atau laut.

b.1.3 Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang

dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke

saluran tersier penerima.

Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian

bangunan.

Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih

(tersier, subtersier atau kuarter)

TAMPAK ATAS BANGUNAN BAGI

GAMBAR 2.2 SKETSA BANGUNAN BAGI/SADAP

Page 13: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

13

Untuk perencanaan bangunan bagi/sadap atau bangunan lainnya, digunakan standar

perencanaan irigasi KP-04 dan KP-Penunjang.

Hal-hal lain yang perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan bangunan bagi/sadap

dalam hal ini:

a. Bangunan bagi/sadap direncanakan dengan konstruksi yang permanen dilengkapi

dengan pintu-pintu air.

b. Pintu-pintu yang mempunyai fungsi untuk membagi air ke saluran primer/utama

atau ke saluran sekunder.

c. Sedangkan pintu-pintu yang berfungsi menyadap air ke saluran tersier dibuat

dengan tipe pintu sorong yang dilengkapi dengan bangunan ukur ambang lebar.

Pintu pengatur direncanakan berupa pintu sorong.

1. Aliran Sempurna

Dimana untuk perhitungan hidrolis digunakan rumus aliran sempurna yang

dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

................ (2.3)

dimana:

Q = debit aliran (m3/s)

b = lebar bukaan pintu (m)

a = tinggi bukaan pintu (m)

µ = koefisien aliran

g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)

2. Aliran Tenggelam

Perhitungan hidrolis pintu sorong dengan aliran tenggelam digunakan rumus:

................ (2.4)

Q = µ b a √2.g .h1

Q = K µ b a√2. g .h1

Page 14: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

14

dimana :

Q = debit aliran (m3/s)

K = faktor untuk aliran tenggelam

b = lebar bukaan pintu (m)

a = tinggi bukaan pintu (m)

µ = koefisien aliran

g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)

2.1.4 Bangunan Pengukur dan Pengatur

Aliran akan diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan di

bangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur

aliran atas bebas (free overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow) beberapa dari alat-

alat pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.Untuk menyederhanakan

eksploitasi dan pemeliharaan, peralatan ukur yang dipakai di sebuah jaringan irigasi

hendaknya dibatasi sampai dua atau maksimum tiga tipe saja.

Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya di:

Hulu Saluran Primer

Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran dan pintu sorong

atau radial untuk pengatur.

Bangunan Bagi/Bangunan Sadap Sekunder

Pintu Romjin dan Pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur

aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan pintu sorong atau

radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer.

Bangunan Sadap Tersier

Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romjin atau jika fluktuasi di

saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter.Di petak-petak tersier kecil di

sepanjang saluran primer dengan tinggi muka air yang bervariasi, dapat

dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana.

2.1.5 Bangunan Pengatur Muka Air

Page 15: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

15

Bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di jaringan irigasi utama

sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada

bangunan sadap tersier.

Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau

tetap.Untuk bangunan pengatur yang dapat distel dianjurkan untuk menggunakan pintu

(sorong, radial, atau lainnya).

Bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat dimana tinggi muka air di saluran

dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah meninggi atau

menurunnya muka air di saluran, dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium

(trapezoidal notch).

2.1.6 Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.Aliran yang

melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.

1. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis

a. Bangunan terjun

Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi) dipusatkan di satu

tempat.Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi

energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi got miring perlu dipertimbangkan.

GAMBAR 2.3 SKETSA BANGUNAN TERJUN

Page 16: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

16

Pada daerah dengan kemiringan medan yang lebih terjal dari kemiringan saluran

rencana, maka direncanakan bangunan terjun dimana bangunan tersebut untuk menjaga

kemiringan dasar saluran. Bangunan terjun yang ada diusahakan berada pada setiap bangunan

sadap untuk memberikan keuntungan dalam pengaturan dan pangukuran debit.

Bangunan terjun tegak dibuat dengan perbedaan tinggi energi maksimum (Z) = 1,50

m dan jika melebihi 1,50 m dipakai bangunan terjun miring. Apabila pada satu ruas saluran

diperlukan adanya bangunan terjun yang sangat banyak, dimana hal tersebut menyebabkan

biaya pembuatan saluran menjadi lebih tinggi, maka perlu dibuat alternatif yang lain.

Pemilihan alternatif akan didasarkan pada keadaan yang secara teknis dapat

dipertanggungjawabkan dan dalam segi pembiayaan lebih ekonomis.

Untuk perhitungan hidrolis bangunan terjun digunakan rumus sebagai berikut:

................ (2.5)

dimana:

∆H = selisih tinggi energi hilir dan hulu (m)

Hd = tinggi energi hilir di kolam olakan (m)

Vu = kecepatan aliran di kolam olakan peredam (m/s)

Yu = tinggi air di kolam (m)

Fr = angka froude

N = tinggi ambang di ujung kolam olakan (m)

b. Got miring

Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan

kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa

Q = Cd 2/3 √ 2

3. g . b . h1.5

Z = ( ∆H + Hd) – H1Hd = 1,67 H1Vu = 2,9 ZYu = q/Vu

Page 17: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

17

potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan umumnya

mengikuti kemiringan medan alamiah.

2. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis

a. Gorong-gorong

Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat di bawah bangunan

(jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di bawah saluran. Aliran di dalam

gorong-gorong umumnya aliran bebas.

GAMBAR 2.4 SKETSA GORONG-GORONG

Gorong-gorong direncanakan karena saluran pembawa memotong jalan, sedangkan

gorong-gorong pembuang (cross drain) direncanakan karena saluran pembuang memotong

saluran pembawa tersebut. Gorong-gorong direncanakan berupa aliran bebas agar material

hanyutan (debris) dapat lewat dengan mudah.

Adapun bentuk gorong-gorong dapat direncanakan berbentuk bulat maupun segi

empat. Sedangkan perhitungan hidrolis gorong-gorong menggunakan persamaan sebagai

berikut:

Page 18: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

18

1. Gorong-gorong aliran penuh

................ (2.6)

dimana:

Q = debit rencana (m3/s)

µ = koefisien debit

A = luas penampang gorong-gorong (m2)

z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong (m)

g = percepatan gravitasi

2. Gorong-gorong aliran tidak penuh

................ (2.7)

................ (2.8)

dimana :

Q = debit aliran (m3/s)

n = koefisien kekasaran bahan

C2 = koefisien

D = diameter gorong-gorong (m)

Sc = kemiringan kritis dasar saluran

Karena terjadi perubahan pola aliran pada waktu masuk dan keluar, maka diperlukan

transisi.Sedang kehilangan tinggi diperhitungkan meliputi saat masuk, di gorong-gorong dan

pada saat keluar.

Panjang Transisi

................ (2.9)

dimana :

L = panjang transisi (m)

B = lebar saluran (m)

Q = µ A √2.g . z

Q = 1n C2 D8/3 SC2

C2 = Qn

D8/3 . S1.5

L = B−bcos2 α

Page 19: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

19

b = lebar gorong-gorong (m)

α = sudut penyempitan

Kehilangan Tinggi

1. Transisi masuk

h1 = 0,5 (hvp - hv) ................ (2.10)

2. Di gorong-gorong

h2 = S2 x L2 ................ (2.11)

3. Transisi keluar

h1 = 1,0 (hvp - hv) ................ (2.12)

b. Talang

Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya, saluran

pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah.Aliran di dalam talang adalah aliran

bebas.

c. Sipon

Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di bawah

saluran pembuang, cekungan, anak sungai, atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan

air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan

saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat

dipengaruhi oleh tinggi tekan.

d. Jembatan Sipon

Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi tekan dan

dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di atas lembah yang dalam.

e. Flum (Flame)

Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui situasi-

situasi medan tertentu, misalnya:

Flum Tumpu (bench flame), untuk mengalirkan air di sepanjang lereng bukit yang

curam.

Page 20: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

20

Flum Elevasi (elevated flame), untuk menyeberangkan air di irigasi lewat di atas

saluran pembuang atau jalan air lainnya.

Flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way) terbatas atau jika

bahan tanah tidak cocok untuk membuat potongan melintang saluran trapezium

biasa.

Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah

bulat.Aliran dalam flum adalah aliran bebas.

f. Saluran Tertutup

Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu daerah di mana

potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam dengan lereng-lereng tinggi yang

tidak stabil.Saluran tertutup juga dibangun di daerah-daerah pemukiman dan di daerah-daerah

pinggiran sungai yang terkena luapan banjir.Bentuk potongan melintang saluran tertutup atau

saluran gali dan timbun adalah segi empat atau bulat.Biasanya aliran di dalam saluran

tertutup adalah aliran bebas.

g. Terowongan

Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran memungkinkan untuk

saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Biasanya

aliran dalam terowongan adalah aliran bebas.

2.1.7 Bangunan Lindung

Bangunan lindung diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari

luar.Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang

berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan

eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar saluran.

1. Bangunan Pembuang Silang

Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum digunakan

sebagai lindungan luar, lihat juga pasal mengenai bangunan pembawa.

Page 21: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

21

Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintasi saluran pembuang yang besar.Dalam

hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan sipon lewat di

bawah saluran pembuang tersebut.

Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang di sebelah hulu saluran

irigasi lebih besar daripada permukaan air normal di saluran.

2. Pelimpah (Spillway)

Ada tiga tipe lindungan dalam yang umum dipakai, yaitu saluran pelimpah, sipon

pelimpah, dan pintu pelimpah otomatis.Pengatur pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan

bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di tempat-tempat lain yang dianggap

perlu demi keamanan jaringan.Bangunan pelimpah bekerja otomatis dengan naiknya muka

air.

GAMBAR 2.5 SKETSA PELIMPAH (SPILLWAY)

3. Bangunan Penguras (Wasteway)

Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan, dipakai

untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan.Untuk mengurangi tingginya biaya,

bangunan ini dapat digabung dengan bangunan pelimpah.

4. Saluran Pembuang Samping

Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka yang mengalir

paralel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini membawa air ke bangunan

Page 22: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

22

pembuang silang atau jika debit relatif kecil dibanding aliran air irigasi, ke dalam saluran

irigasi itu melalui lubang pembuang.

2.1.8 Jalan dan Jembatan

Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi, dan pemeliharaan jaringan

irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan

inspeksi ini untuk keperluan-keperluan tertentu saja.

Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum di dekatnya, maka tidak

diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.Biasanya jalan inspeksi terletak

di sepanjang sisi saluran irigasi.Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan

inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi

dengan jalan umum.

2.1.9 Bangunan Pelengkap

Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir yang

berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar.Pada umumnya tanggul diperlukan di

sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran primer.

Fasilitas-fasilitas eksploitasi diperlukan untuk eksploitasi jaringan irigasi secara

efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi: kantor-kantor di lapangan,

bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan komunikasi, patok hektometer, papan

eksploitasi, papan duga, dan sebagainya.

Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di sepanjang saluran meliputi:

Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu terjadi

keadaan-keadaan gawat.

Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk memberikan sarana

untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng.

Kisi-kisi penyaring untuk mencegahtersumbatnya bangunan (sipon dan gorong-

gorong panjang) oleh benda-benda hanyut.

Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.

Page 23: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

23

2.2. Analisa Hidrologi

2.2.1 Curah Hujan

Curah hujan adalah salah satu sumber air bagi tanaman yang jumlah dan volumenya

diluar kontrol kita, tetapi walaupun demikian konstribusi air hujan terhadap perencanaan

irigasi adalah merupakan hal penting, terutama pada daerah irigasi yang mempunyai

keterbatasan sumber air.Belum ada satu metode untuk memperkirakan besarnya konstribusi

air hujan terhadap suatu skema irigasi seakurat metode untuk memperkirakan penggunaan air

oleh tanaman yang sudah dikembangkan.Perkiraan kontribusi curah hujan didekati dengan

teori probabilitas dan kelakuan-kelakuan curah hujan di suatu daerah masa lalu.

Sebelum melakukan proses pengolahan data curah hujan, data curah hujan tersebut

harus diperiksa secara manual. Data curah hujan harian terbesar misalnya harus realistik atau

akan memberikan hasil yang tidak diinginkan. Total curah hujan bulanan yang berulang

mugkin disebabkan karena kesilapan memasukkan data bulanan yang berulang. Pembulatan

curah hujan harian mungkin mengakibatkan ketidakakuratan dan tidak realistik.

Curah hujan bulanan dan tahunan perlu diperiksa dengan menggambarkan grafik masa

(double mass curve ) diantara stasiun pengamat curah hujan dan atau dengan stasiun yang

berada di sekitar lokasi daerah studi untuk memperlihatkan perolehan lokasi dari pada stasiun

curah hujan. Apabila periode pengamatan terlalu pendek.Data beberapa stasiun perlu sama-

sama dibandingkan.

Curah hujan efektif (effective rain fall) dan curah hujan yang berlebihan (axcess

rainfall) diperoleh berdasarkan data curah hujan harian, parameter curah hujan efektif

didasarkan atas total curah hujan setengah bulanan dan curah hujan yang berlebihan (axcess

rainfall), berdasarkan total curah hujan 3 harian pada setiap bulannya.

Tidak seluruh air hujan yang jatuh ke permukaan bumi efektif karena sebagian akan

hilang sebagai run off, perkolasi (deep percolation) dan evapotranspirasi. Hanya sebagian

dari hujan atau curah hujan yang tinggi dapat mengisi dan tersimpan di daerah akar tanaman

(root zone) dan efektivitasnya cukup rendah.

Hubungan antara curah hujan efektif bulanan rata-rata dan curah hujan bulanan rata-

rata diperlihatkan untuk besaran ETCrop yang berbeda. Pada saat pemberian air irigasi volume

Page 24: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

24

air yang dapat disimpan dengan efektif pada laposan akar tanaman diperkirakan sebesar 75

mm.

Untuk mencari Reff digunakan seperti terlihat dihalaman berikut dalam bentuk tabel

dimana:

a= n(n−1)(n−2)

∑i=1

n

( xi− x̄ )3

................ (2.13)

δ=( 1n∑i=1

n

(xi− x̄ )2)1

2

................ (2.14)

Cs= a

s3................ (2.15)

k didapat dari tabel k value far pearson type iii distribusi r80% = [ x̄ + k]

Curah Hujan Andalan

Curah hujan andalan adalah curah hujan rerata daerah minimum untukkemungkinan

terpenuhi yang sudah ditentukan dan dapat dipakai untuk keperluanirigasi. Curah hujan

andalan digunakan untuk menentukan curah hujan efektif yang merupakan curah hujan yang

digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan.

Curah hujan andalan untuk tanaman padi ditetapkan sebesar 80% sedangkan untuk

tanaman palawija sebesar 50%.

Langkah-langkah dalam penentuan curah hujan andalan yaitu:

1. Urutkan data curah hujan rerata daerah bulanan dari kecil ke besar.

2. Tentukan curah hujan andalan dengan rumus:

R = n/5+ 1 (untuk keandalan sebesar 80%)

R = n/2+ 1 (untuk keandalan sebesar 50%)

Formula Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan.

Apabila curah hujan yang turun intensitasnya rendah, maka jumlah air tersedia tidak

mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman

Page 25: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

25

ditentukan per 10 harian bulanan. Untuk tanaman padi, nilai curah hujan efektifnya dapat

dihitung dengan menggunakan:

................ (2.16)

Sedangkan untuk tanaman palawija, nilai curah hujan efektifnya dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

................ (2.17)

dimana :

Re = R50

Re = curah hujan efektif (mm)

R80 = curah hujan rancangan probabilitas 80% (mm)

R50 = curah hujan rancangan probabilitas 50% (mm)

n = banyaknya pengamatan

Langkah-langkah dalam menentukan curah hujan efektif yaitu:

1. Menentukan curah hujan andalan per 10 harian dalam tiap bulannya.

2. Menghitung curah hujan efektif dengan rumus :

Re = (0,7 x R80) untuk padi

Re = R50 untuk palawija

Re = (0,7 x

Re = R50

Page 26: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

26

Tabel 2.1 Contoh Curah Hujan Efektif:

Keterangan :

[1] : Bulan

[2] : Periode Persepuluh Harian

[3] : Jumlah Hari Perperiode

[4] : Curah hujan andalan dengan probabilitas 80%

[5] : Curah hujan andalan dengan probabilitas 50%

[6] : 0.7 * [4]

[7] : [6] / [3]

[8] : [5] / [3]

Page 27: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

27

2.2.2 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah kombinasi kehilangan air dari permukaan tanah (evaporasi)

dan tanaman (transpirasi). Kedua-duanya terjadi secara simultan dan sulit untuk membedakan

kedua proses tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi (ET) adalah:

a. Radiasi Matahari (Solar Radiation)

Evapotranspirasi adalah konversi dari air menjadi uap air, proses tersebut terjadi

sepanjang siang hari dan juga sering terjadi pada malam hari. Dari perubahan dari molekul air

menjadi gas diperlukan energi yang dikenal dengan latent heat of vovo rasion. Proses ini

sangat efektif terjadi dibawah penyinaran matahari langsung. Dengan adanya awan yang

melindungi penyinaran langsung matahari yang sampai kepermukaan bumi akan berkurang

sehingga mengurangi masukan energi, untuk proses evapotranspirasi.

b. Temperatur

Apabila temperatur ambient dari pada udara, tanah dan tanaman tinggi, proses

evapotranspirasi akan besar dibandingkan jika keadaan dingin, karena energi yang tersedia

akan lebih besar, selanjutnya semakin tinggi temperatur udara semakin tinggi pula

kemampuan untuk mengabsorpsi uap air, jadi temperatur udara mempunyai pengaruh ganda

di dalam proses terjadinya evapotranspirasi, sedangkan permukaan tanah, daun tumbuhan dan

temperatur air hanya mempunyai pengaruh tunggal.

c. Kadar Lengas Relatif (Relatif Humidity)

Apabila kadar lengas udara naik, kemampuan untuk mengabsorpsi uap air berkurang

dan evaporasi menjadi lautan. Manakala stomata daun tanaman terbuka, difusi uap udara

yang keluar dari daun tergantung pada perbedaan antara tekanan uap air didalam proses

rongga sel dan tekanan air pada atmosfir.

d. Angin

Dengan mengisapnya air ke atmosfir lapisan batas antara permukaan tanah (daun

tanaman) dan udara menjadi menjadi lembab dan harus digeser diam secara terus menerus

digantikan oleh udara kering ketika proses evapotranspirasi terjadi, pergeseran udara pada

lapisan batas tergantung pada kepada angin sehingga kecepatan angin sangat penting dalam

hal ini.

Page 28: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

28

e. Variasi Elevasi/Ketinggian

Pada suatu zona iklim tertentu ET akan berbeda sesuai dengan ketinggian dihitung

dari elevasi permukaan air laut, ini sebenarnya bukan berbeda karena ketinggian itu sendiri

tetapi diakibatkan oleh temperatur, karena lengas dan kecepatan angin berhembus yang

berkaitan dengan ketinggian wilayah yang dimaksud juga radiasi matahari untuk wilayah

tinggi berbeda dengan wilayah yang rendah.

2.3 Perencanaan Jaringan Irigasi

Proses SIDLACOM dalam pembangunan/peningkatan jaringan irigasi

Dalam upaya pencapaian irigasi dengan tujuan OP mantap, maka di dalam setiap

pembangunan Jaringan Irigasi Baru atau Peningkatan Rehabilitasi jaringan perlu ditaati

proses Sidlacom yang merupakan singkatan dari survey, ivestigasi, desain, Land Aquictation

(Pembebasan Tanah), Construction, Operation and Maintenance sebagai berikut :

1. Proses Survey

Didalam proses survey hal-hal yang perlu dilihat dan dipertimbangkan guna

kemudahan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan setelah pekerjaan selesai

(pelaksanaan Pasca Proyek) antara lain :

- Lokasi jaringan irigasi mudah dicapai

- Sumber Air cukup tersedia sepanjang tahun dan untuk jangka panjang serta

tidak mengganggu neraca air yang sudah ada (perlu data hidrologi yang

lengkap)

- Kwalitas air harus memenuhi kriteria untuk air irigasi.

- Jarak sumber air dan lokasi jaringan terjauh jangan terlalu panjang, agar air

dapat datang dengan tepat waktu.

- Daerah Irigasi tersebut mempunyai jumlah petani yang cukup.

- Diusahakan adanya jalan Inspeksi dan penghubung untuk kegiatan pemasaran

hasil-hasil pertanian dan sebagainya.

- Lokasi Daerah Irigasi tersebut dekat dengan pusat Kecamatan/pasar dan

mudah dicapai.

Page 29: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

29

2. Investigasi.

Pada proses Investigasi beberapa hal yang harus ditinjau antara lain :

- Kondisi Lokasi tanah yang akan dijadikan tempat bangunan utama (hasil test

Laboratorium Tanah).

- Kondisi rencana Trace Saluran harus aman dari erosi saluran harus efisien, dari

tanah atau harus dilening.

- diusahakan lebih banyak galian daripada timbunan, agar biaya lebih ekonomis.

3. Disain

Dalam proses disain/perencanaan perlu ditinjau hal-hal sebagai berikut :

- Merencanakan konstruksi bangunan Utama yang mudah dalam pelaksanaan.

- Merencanakan saluran dengan tampang ekonomis (sudut + 60) jika Medan

memungkinkan.

- Menggunakan alat ukur/pintu-pintu yang mudah dan irit biaya dalam pelaksanaan

OP nantinya.

- Merencanakan Pola dan Jadwal tanam yang sesuai dengan kondisi Hidrology yang

ada, minimal mengikuti lokasi daerah irigasi yang terdekat.

- Menerapkan pemakaian air irigasi diantara (0,65-0,8) 1/detik/ha.

- Suplay air irigasi yang tepat waktu, cukup volume, tepat lokasi dengan kwalitas air

baik terjamin mencukupi sepanjang tahun.

4. Land Aquictation (Pembebasan Tanah)

Pada proses Pembebasan tanah ada 5 urutan yang harus dilalui antara lain :

a. Melaksanakan survey rencana trace saluran dan bangunan.

b. Proses ricikan tanah, berdasarkan rencana Trace saluran yang akan dibuat.

c. Proses penyuluhan dan sidang harga ganti rugi pembebasan tanah.

d. Proses pembayaran dan

e. Proses sertifikasi tanah-tanah yang telah dibebaskan.

Agar biaya lebih ekonomis perlu ditinjau hal-hal sebagai berikut :

- Luasnya Pembebasan tanah didasarkan atas rencana Trace Saluran, dengan

kelebihan tanah dikanan kiri dengan ukuran minimal setelah jalan inspeksi.

Page 30: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

30

- Diusahakan Trace saluran tidak melewati bangunan-bangunan permanent seperti

pemukiman penduduk, tempat ibadah kuburan dan sebagainya.

- Lokasi saluran mudah dicapai untuk pelaksanaan pekerjaan OP.

Perlu ditekankan bila proses pembebasan tanah dilakukan bruntun dari a s/d e, maka

tidak akan timbul permasalahan atau gejolak dimasyarakat sekitarnya, namun sebaiknya bila

ada proses yang tertinggal seperti contohnya proses e, maka akan timbul masalah konflik

dengan masyarakat dibebaskan tanahnya, yang prinsipnya bila mereka rela diganti rugi

tanahnya itu sudah merupakan suatu hal yang positif dalam arti adanya partisipasi masyarakat

dalam pembangunan.

5. Konstruksi

Pada proses konstruksi agar pelaksanaan dilakukan sebaik-baiknya mengikuti pedoman

berupa buku kontrak yang telah dibuat Dinas terkait karenanya perlu dilakukan pengawasan

secara melekat (Waskat) pada intansi Pengairan, maupun oleh masyarakat melalui Wasmas

(Masyarakat + Legislatif) serta Wasnal (Irjen + BPKP + Itwilprop + Itwilkab).

Dengan demikian pada proses konstruksi ini semua Dinas terkait yang akan menerima

manfaat setelah proyek selesai sejak dini harus terlibatkan. Hal ini bertujuan antara lain :

- Kemungkinan adanya perubahan disain dilapangan disebabkan adanya kesalahan

informasi pada saat proses perencanaan disain.

- Kondisi lapangan saat disurvey telah berbeda dengan situasi saat pelaksanaan.

- Menerima masukan dari masyarakat, calon pemakai/pemanfaat konstruksi tersebut.

Proses yang dilaksanakan sejak survey s/d konstruksi adalah proses pembangunan

(Implementation phase), sedangkan proses selanjutnya yaitu operasi dan pemeliharaan atau

OP merupakan proses OP yang akan dibahas di bawah ini.

6. Operasi dan Pemeliharaan

Proses yang sangat penting di dalam pembangunan suatu jaringan irigasi adalah pada

saat proses operasi dan pemeliharaannya. Keberhasilan suatu konstruksi dapat dilihat pada

saat dilakukan uji coba (trial RUN) apakah sarana dan prasaran jaringan irigasi tersebut dapat

berfungsi sesuai dengan rencana atau tidak dan bila tidak sesuai berapa % penyimpangannya,

hal ini merupakan suatu Feed Back bagi proses surey, investigasi, Disain, Pembebasan tanah

dan sebagai Kontrol pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Page 31: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

31

Selama masa inilah disebut masa transisi atau persiapan O & P selama masa konstruksi

dan hendaknya dimasukkan dalam jadwal pelaksanaan kegiatan proyek (untuk jelasnya lihat

Gambar 4-2), selama masa Transisi ini staf Proyek dan Staf O & P dari Dinas/ Cabang Dinas

Pengairan akan bekerja sama.

Page 32: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

32

BAB III

KONDISI EKSISTING

DAERAH IRIGASI PAYA KAPAR / PINANG MANCUNG

3.1 Aspek Teknis Paya Kapar / Pinang Mancung

Di tinjau dari aspek teknis daerah irigasi ini termasuk daerah irigasi teknis, karena

sistem irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah lengkap. Salah satu prinsip

rancang bangun dalam sistem irigasi teknis adalah pemisahan sistem jaringan pembawa

dengan sistem pembuang. Bangunan ukur dan bangunan pembagi menjadi sangat dibutuhkan

dalam pengolahan air irigasi. Petak tersier menjadi sangat penting karena menjadi dasar

perhitungan sistem alokasi air.

Luas daerah irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung adalah ±125 Ha yang sebagian

besar saluran irigasi terbuat dari dinding beton bertulang.

Berdasarkan aspek teknis daerah irigasi Paya Kapar / Pinang Mancung dapat di bagi

menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Free in Take

b. Bangunan penangkap sedimen

c. Syphon

d. Bangunan pembagi saluran primer, sekunder, dan tersier

e. Pintu air

f. Saluran pembuang

a. Free in Take

Sumber air yang dipakai untuk unit-unit irigasi Pinang Mancung adalah sumber air

yang berasal dari aliran sungai ular. Free in take pada saluran-saluran irigasi Pinang Mancung

tidak memiliki bendungan seperti daerah irigasi lainnya melainkan pengambilan air dilakukan

langsung dari sungai ular. Tetapi untuk memperoleh yang lebih baik lagi sebaiknya

pengambilan air berasal dari bendungan. Bendungan dapat menyimpan air pada musim hujan

Page 33: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

33

dan menggunakannya pada musim kemarau ataupun pada saat tanaman membutuhkan iar

yang cukup untuk pertumbuhannya.

Gambar 3.1 Free intake / bangunan induk

Pengambilan air dari Sungai Sibarau dilakukan dengan membuat saluran sadap air

yang langsung menuju ke pintu air saluran primer. Pengambilan air dan pembagian air tiap

bangunan bagi bila tanpa bendung hanya dapat dilakukan bila ketinggian air yaitu 50 cm,

bila 35 cm-30 cm air dapat di bagi tapi agak sedikit kesulitan dalam membaginya karena air

terlalu sedikit. Apabila ketinggian air di bangunan bagi menurun hanya 10 cm-15cm air tidak

dapat di bagi, oleh karena itu di saluran tersier terpaksa air di rotasi/ sistem bergilir. Petugas

yang mengatur dan mengontrol pintu in-take ini adalah pengurus P3A (Persatuan Petani

Pemakai Air) dengan waktu yang telah terjadwal melalui musyawarah desa.

Secara umum free in-take saluran irigasi Pinang Mancung dapat di bagi menjadi :

Saluran sadap utama dari sungai Sibarau

Pintu air pemasukan

Bangunan terjun

Saluran sadap utama dari Sungai Sibarau dibuat sepanjang ±10 meter dari tepi sungai

sampai ke pintu saluran primer dengan elevasi yang semakin turun. Tujuan dibuat kemiringan

Page 34: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

34

yang menurun adalah agar air dapat masuk leih cepat dan banyak ke dalam saluran. Saluran

utama dibuat dari beton bertulang dan berbentuk trapesium.

Akhir dari saluran sadap utama ini berakhir di pintu saluran primer. Pintu ini

merupakan pintu putar manual yang terbuat dari baja dan berjumlah dua buah. Masing-

masing pintu dilengkai dengan kisi-kisi atau jaring besi yang bertujuan untuk mencegah

masuknya sampah-sampah atau endapan besar saperti ranting pohon, kayu dan sebagainya.

Kisi-kisi tersebut di pasang secara paralel yang berguna untuk mencegah masuknya kotoran

ketika diadakan pembersihan. Posisi kisi-kisi adalah masing-masing berada di depan pintu

air.

Bangunan air yang terdapat di belakang kisi-kisi berguna sebagai pemecah energi

sehinga kecepatan air yang masuk dapat diturunkan. Penurunan kecepatan air ini dilakukan

sebelum memasuki daerah kantong lumpur. Daerah kantong lumpur berfungsi sebagai tempat

endapan berdiam.

b. Bangunan penangkap sedimen

Di daerah irigasi Pinang Mancung bangunan penangkap sedimen terletak sekitar 5

meter dari pintu putar manual yang berbentuk seperti kolam penampungan. Bangunan

penangkap sedimen ini sangat penting perannya dalam menjaga kualitas air menuju saluran-

saluran yang dilaluinya, karena sedimen merupakan masalah yang harus dapat diselesaikan

karena dapat memperkecil luas tampang basah sehinnga kemampuan tampang untuk

mengalirkan debit perlu tidak di penuhi. Kecepatan aliran arus air dan kemiringan daerah

kantong lumpur adalah kecil karena agar kotoran yang melewati daerah sand-trap dapat

mengendap.

Page 35: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

35

Gambar 3.2 Bangunan Penangkap Sedimen

Apabila sedimen telah mengendap ke dasar saluran maka diperlukan pengerukan. Di

desa Pinang Mancung, pengerukan dapat dilakukan pada saat :

Penanaman benih (masa penanaman)

Pertengahan masa tanam

Penurunan benih (masa pemanenan)

Saat hujan

Alat-alat yang digunakan untuk pengerukan endapan pada bangunan penangkap

sedimen adalah Backhoe (dilakukan pada saat masa penanaman/pemanenan) yang dilakukan

untuk pengerukan endapan yang banyak dan untuk endapan yang tidak begitu banyak yang

dilakukan secara rutin adalah memakai sekop yang berjaring dan endapan akan menyangkut

di jaringan tersebut.

Page 36: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

36

c. Syphon

Syphon merupakan salah satu jenis urung-urung. Sistem pengaliran air didalam

syphon pada umumnya tidak menggunakan pompa ataupun yang lainnya. Syphon hanya

bergantung pada energi potensial pengaliran air. Syphon biasanya terbuat dari beton

bertulang berbentuk trapesium maupun segitiga dan pipa (PVC) yang berbentuk bulat pipa.

Di daerah irigasi Pinang Mancung syphon terbuat dari beton bertulang dan berbentuk

pipa yang juga diatur oleh pintu in-take. Kondisi syphon kira-kira 1,2 meter dari muka tanah.

Di daerah sekeliling syphon terdapat juga lapisan beton yang berguna agar syphon tidak cepat

rusak apabila di beri beban. Dimensi dari pipa syphon adalah terdiri atas diameter yang

berjarak ±60 cm.

d. Bangunan Bagi

Bangunan bagi di daerah irigasi Pulau Gambar adalah terdapat disepanjang saluran

primer, saluran sekunder, dan saluran primer. Setiap bangunan bagi memiliki beberapa pintu

sorong atau sebagai pintu intake untuk mendistribusikan air ke lahan-lahan irigasi (unit-unit

irigasi).

Bangunan bagi di daerah irigasi Pinang Mancung terdiri atas:

1) Bangunan bagi I

Bangunan bagi ini terdiri atas 3 pintu sorong yang terdiri atas 2 pintu sorong yang sejajar

dengan arah aliran air dan 1 pintu sorong yang tegak lurus dengan arah aliran air (intake

kanan) dan juga 2 bendungan (mercu tetap) yang terletak setelah kantong lumpur (sand-

trap). Bangunan ini masih berada di daerah saluran primer. Bangunan ini mengirimkan

air ke daerah persawahan desa Pinang Mancung.

Page 37: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

37

Gambar 3.3 Bangunan Bagi I

2) Bangunan bagi II

Bangunan ini terdiri atas 2 pintu sorong yang terdiri atas 1 pintu yang sejajar

dengan arah aliran-aliran air dan 1 pintu intake dan juga 2 mercu tetap. Posisi

bangunan bagi ini masih berada di saluran primer. Bangunan ini mengirimkan air ke

daerah persawahan desa Pinang Mancung.

Gambar 3.4 Bangunan Bagi II

Page 38: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

38

3) Bangunan Bagi III

Bangunan bagi ini terdiri atas 2 pintu sorong yang terdiri atas 1 pintu yang sejajar

dengan arah aliran –aliran air dan 1 pintu intake. Posisi bangunan ini masih berada di

saluran primer. Di bangunan bagi 4 ini terdapat 1 pintu sorong yang rusak sudah tidak

layak pakai lagi.

Gambar 3.5 Bangunan bagi III

4) Bangunan bagi IV

Bangunan ini sama dengan bangunan bagi 3,

Gambar 3.6 Bangunan bagi IV

Page 39: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

39

f. Saluran Pembuang

Saluran pembuang di daerah irigasi Pinang Mancing mempunyai panjang drainase

sepanjang 20 km. Cara pembuangan tinggal membuka kayu-kayu penahan yang terdapat di

sepanjang pinggir-pinggir sawah, di daerah bawah dekat sungai bahkan ada saluran

pembuang yang menggunakan pintu klep yang menutup bila terjadi banjir.

3.2 Cara Pemberian Air Irigasi Pada Tanaman

Ketinggian air yang bisa di bagi tiap bangunan bagi 1, 2, 3, dan 4 adalah bila

ketinggian air mencapai 50 cm maka air sudah dapat di bagi, bila ketinggian air hanya 30-35

cm air dapat dibagi juga tapi prosesnya akan mengalami kesulitan di lapangan. Apabila

ketinggian air di pintu bagi menurun hanya 10-15 cm air tidak bisa dibagi di saluran tersier

oleh sebab itu terpaksa memakai sistem rotasi/bergilir.

Penggunaan air bila saat normal maka ketinggian pintu di buka setinggi 30 cm, bola

dalam keadaan musim kemarau ketinggian air bisa mencapai 50 cm bahkan lebih pintu di

buka sampai habis. Sedangkan bila musim hujan ketinggian pintu dikurangi dari keadaan

normal.

Air akan dikeringkan ketika 15 hari lagi padi mau dipanen. Sistem pemakaian air

yang diperlukan tanaman padi sebaiknya secara terputus-putus, yaitu dua hari dikeringkan

tiga hari air kemudian air disalurkan kembali, bila digenangi terus sampai dalam maka padi

tidak bisa beranak. Sedangkan air yang diperlukan tanaman padi memakai 2 cm, 2,5 cm

sampai 5 cm di waktu padi mau keluar.

Untuk mencegah meluapnya air pada daerah persawahan ketika terjadi banjir, maka

saluran tersier yang membawa air menuju petak sawah akan ditutup dan limpahan banjir akan

dibawa melalui saluran utama menuju bagian hilir.

Penanaman tanaman padi memiliki air yang tergenang sepanjang unit-unit irigasi

(petak sawah). Pemakaian air ini kurang dipahami oleh masyarakat setempat, ketinggian ideal

yang ditetapkan oleh kelompok petani pemakai air adalah 2-3 cm.

3.3 Pola Tanam

Page 40: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

40

Pada tanggal 2 Juni 2012, kami melaksanakan kunjungan lapangan dan mengadakan

wawancara dengan Bapak Sunarto, salah seorang petani pengguna air di Desa Pinang

Mancung. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui seputar kegiatan bercocok tanam yang

umum dilakukan oleh para petani di Desa Pinang Mancung setiap tahunnya.

FOTO WAWANCARA

Dari wawancara tersebut kami mengetahui bahwa dalam bercocok tanam petani

mengunakan sistem P2T3 (Pemanfaatan Pola Tanam dan Tertib Tanam) yang telah terjadwal

dan disepakati bersama melalui musyawarah desa sesuai dengan kondisi musim. Pola tanam

masyarakat Pulau Gambar adalah padi, padi, kacang. Pola tanam ini dimaksud pada awal

pembenihan tanaman yang ditanam terlebih dahulu adalah padi kemudian padi dan baru

ditanami palawija (kacang hijau, kacang kuning, jagung, cabai, ubi, ketela pohon), baru

kembali ke awal siklus tadi yaitu padi dan seterusnya. Masyarakat memakai sistem/pola ini

dikarenakan memiliki tingkat panen yang sangat produktif. Alasan memakai pola tanam padi-

padi-palawija adalah:

Memutus siklus setelah panen tanaman padi,

Menyuburkan tanah kembali, dengan tanaman palawija seperti tanaman kacang yang

mampu menyuburkan tanah kembali.

Page 41: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

41

1. Perhitungan Debit Pengambilan Rencana

Perkiraan kebutuhan air irigasi dibuat sebagai berikut:

Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi (NFR)

NFR = ETc + P – Re + WLR

Kebutuhan irigasi untuk padi

IR = NFR/e

Keterangan

ETc = penggunaan konsumtif (mm)

P = kehilangan air akibat per kolasi (mm/hari)

Re = curah hujan per hari (mm/hari)

E = efisiensi irigasi secara keseluruhan

WLR = penggantian lapisan air mm/hari

Penggunaan Konsumtif (ETc)

ETc = Kc x ET0

Kc = koefisien tanaman

ET0 = Evaporasi potensian pennman mm hari

Koefisien tanaman untuk padi (Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010,1985)

Periode

Tengah

Tahun

Padi Palawija

Nedeco/Prosida FAO

Varietas Biasa Varietas Unggul Kedelai Kacang Hijau

1 1,1 1,1 0,5 0,40

2 1,1 1,1 0,75 0,60

3 1,1 1,05 1,0 0,97

4 1,1 1,05 1,0 1,05

5 1,1 0,95 0,82 0,80

6 1,05 0,95 0,45

7 0,95

8 0

Catatan: harga-harga koefisien ini aqkan dipakai bersama-sama dengan ecapotranspirasi

Penman yang sudah dimodifikasi dengan menggunakan cara pendekatan

NEDECO/PROSIDA atau FAO.

Page 42: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

42

Evapotranspirasi acuan rata-rata ET0 : mm/hari

Kebutuhan air irigasi selama jangka waktu penyiapan lahan

IR = M ek/(ek – 1)

IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan mm/hari

M = kebutuhan ait untuk mengganti menkonspensasi air yang hilang akibat

evaporasi M=eo+p

E0 = Evaporasi air terbuka yang diambil dari 1,1 x ET0 selama penyiapan

lahan

K =MT/S

T =jangka waktu penyiapan lahan

S = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan

Bulan Minggu MEo + P

LP = M ek/ (e k -1) mm/hari

T = 30 hari T = 45 hari

S= 250 mm s = 300 mm S= 250 mm s = 300 mmJanuari I 5,19 11,19 12,82 8,55 9,59

II 5,19 11.19 12,82 8,55 9,59Februari I 5,79 11,56 13,17 8,94 9,98

II 5,79 11,56 13,17 8,94 9,98

BULAN ET0

Januari 2,90

Februari 3,45

Maret 3,49

April 3,49

Mei 2,98

Juni 3,42

Juli 3,40

Agustus 3,13

September 3,09

Oktober 2,94

Nopember 2,80

Desember 2,39

Page 43: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

43

Maret I 5,83 11,59 13,20 8,97 10,00II 5,83 11,59 13,20 8,97 10,00

April I 5,84 11,59 13,20 8,98 10,01II 5,84 11,59 13,20 8,98 10,01

Mei I 5,27 11,25 12,87 8,60 9,65II 5,27 11,25 12,87 8,60 9,65

Juni I 5,77 11,55 13,16 8,93 9,96II 5,77 11,55 13,16 8,93 9,96

Juli I 5,75 11,53 13,15 8,91 9,95II 5,75 11,53 13,15 8,91 9,95

Agustus I 5,44 11,35 12,97 8,72 9,76II 5,44 11,35 12,97 8,72 9,76

September I 5,39 11,32 12,94 8,68 9,72II 5,39 11,32 12,94 8,68 9,72

Oktober I 5,24 11,22 12,84 8,58 9,62II 5,24 11,22 12,84 8,58 962

Nopember I 5,08 11,13 12,75 8,47 9,52II 5,08 11,13 12,75 8,47 9,52

Desember I 4,63 10,86 12,49 8,19 9,25II 4,63 10,86 12,49 8,19 9,25

Skema pola tanam dengan koefisien tanaman

Bulan Minggu Koefesien Tanaman

C1 C2 C

JanuariI 0,00 0,00II LP LP

FebruariI LP LPII 1,10 LP

MaretI 1,10 1,10 1,10II 1,05 1,10 1,08

AprilI 1,05 1,05 1,05II 0,95 1,05 1,00

MeiI 0,00 0,95 0,48II 0,00 0,00

JuniIII

JuliIII

AgustusIII

SeptemberI LP LPII LP LP

OktoberI 1,10 LPII 1,10 1,10 1,10

NopemberI 1,05 1,10 1,08II 1,05 1,05 1,05

DesemberI 0,95 1,05 1,00II 0,00 0,95 0,48

Page 44: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

44

Tabel penggantian lapisan air

BulanMing

gu

WLRmm/hari

JanuariIII

FebruariIII

MaretIII 1,65

AprilI 1,65II 1,65

MeiI 1,65II

JuniIII

JuliIII

AgustusIII

September

III

OktoberIII

Nopember

I 1,65II 1,65

Desember

I 1,65II 1,65

Diberikan kebutuhan air untuk penyiapan lahan selama 45 hari dengan harga E0 + P.

Yang diandaikan adalah kebutuhan sebesar 300 mm

Contoh: Februari II

E0 + P = 1,1 x ET1go + P

= 1,1 x 3,45 + 2

= 5,795

LP = 8,94 mm/hari (interpolasi)

NFR = ETc + P + WLR - Re

=8,94+ 0 – 0,19

= 8,75

DR = NFR

E x 8,64 =

8,760,65 x8,64

= 1,56 ltr/dtk/ha

Page 45: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

45

Pola tanam

Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Perhitungan debit pengambilan rencana

Rumus : Qn = ( C x NFR x A ) / e (untuk sawah)

dimana : Qn = debit normal rencana pengambilan (m3/det)

C = koefisien reduksi golongan

NFR = Net Field Requirement, kebutuhan bersih air di sawah

(l/det/Ha)

A = luas areal irigasi (Ha)

e = efisiensi jaringan (tersier, sekunder dan saluran induk)

Dari hasil perhitungan maka dapat diperoleh:

Q = 1,56 x ( 1036 )

= 1,62m3/det

Hasil selengkapnya dari perhitungan rumus di atas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

P A D I- I

J a g u ng

P a d i - 2

Page 46: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

46

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Bu$lan€ Minggu

ReEto P WLR

Koefesien Tanaman Etc NFR DR

Padi Palawija Padi Palawija Padi Palawija Padi Padi Palawija Palawija Padi Palawija

mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari mm/hari C1 C2 C C1 C2 C mm/hari mm/hari mm/hari lt/det/ha mm/hari lt/det/ha lt/det/ha lt/det/ha

JanuariI 0,61 2,9 2 0 0 0 1,39 0,16088 0,25

II 1,21 2,9 2 LP LP 8,55 7,33 0,84838 1,31

FebruariI 0,23 3,45 2 LP LP 0.50 0.25 8,94 0.86 8,71 1,008102 0 0 1,55 0

II 0,19 3,45 2 1,1 LP 0.75 0.50 0.63 8,94 2.15 8,76 1,013889 0.71 0,082176 1,56 0.13

MaretI 0,51 3,49 2 1,1 1,1 1,1 1.0 0.75 0.88 3,83 3.05 5,32 0,615741 1.56 0,180556 0,95 0.28

II 1,4 3,49 2 1,65 1,05 1,1 1,08 1.0 1.0 1.0 3,75 3.49 6 0,694444 2.00 0,231481 1,07 0.36

AprilI 1,12 3,49 2 1,65 1,05 1,05 1,05 0.82 1.0 0.91 3,66 3.17 6,19 0,716435 1.69 0,195602 1,1 0.30

II 0,56 3,49 2 1,65 0,95 1,05 1 0.45 1,05 0.64 3,49 2.21 6,58 0,761574 0.73 0,084491 1,17 0.13

MeiI 0,51 2,98 2 1,65 0 0,95 0,48 0.45 0.23 1,41 0.67 4,55 0,52662 0 0 0,81 0

II 0,93 2,98 2 0 0 0.50 0.25 0 0.74 1,07 0,123843 0 0 0,19 0

JuniI 1,49 3,42 2 0.75 0.50 0.63 2.14 0.72 0,083333 0.13

II 0,75 3,42 2 1.0 0.75 0.88 3.00 1.57 0,181713 0.28

JuliI 1,31 3,4 2 1.0 1.0 1.0 3.40 2.0 0,231481 0.36

II 1,59 3,4 2 0.82 1.0 0.91 3.10 1.69 0,195602 0.30

AgustusI 0,56 3,13 2 0.45 0.82 0.64 1.99 0.86 0,099537 0.15

II 2,29 3,13 2 0.45 0.23 0.70 0 0 0

SeptemberI 3,69 3,09 2 LP LP 8,68 5 0,578704 0,89

II 5,65 3,09 2 LP LP 8,68 3,04 0,351852 0,54

OktoberI 3,78 2,94 2 1,1 LP 8,58 4,8 0,555556 0,85

II 4,25 2,94 2 1,1 1,1 1,1 3,24 0,99 0,114583 0,18

DopemberI 3,36 2,8 2 1,65 1,05 1,1 1,08 3,01 3,3 0,381944 0,59

II 4,43 2,8 2 1,65 1,05 1,05 1,05 2,94 2,15 0,248843 0,38

DesemberI 3,45 2,39 2 1,65 0,95 1,05 1 2,39 2,59 0,299769 0,46

II 1,82 2,39 2 1,65 0 0,95 0,48 1,14 2,97 0,34375 0,53

Page 47: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

Karakteristik dari setiap tanaman dapat kita lihat pada uraian di bawah ini.

a. Padi

Umumnya varietas padi yang ditanam para petani di Desa Pulau Gambar

adalah jenis padi IR 64, Ciherang, dan Inpari 13.

Tabel 3.1 Deskripsi Varietas Padi

Deskripsi Varietas

IR 64 Ciherang Inpari 13

Bentuk beras Panjang , ramping Panjang, ramping Panjang, ramping

Warna gabah Kuning bersih Kuning bersih Kuning bersih

Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak

Tekstur nasi Pulen Pulen Pulen

Kadar amilosa (%) 23 23 22,4

Rata-rata hasil (t/ha)

5,0 6,0 6,59

Potensi hasil (t/ha) 6,0 8,5 8,0

Umur tanaman (hari)

110-120 116-125 103

Tinggi tanaman (cm)

115-126 107-115 101

Jumlah anakan produktif (batang)

20-35 14-17 17

Ketahanan terhadap hama penyakit

Tahan wereng coklat biotipe 1,2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3.

Agak tahan hawar daun bakteri strain I.

Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3.

Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV.

Tahan hama wereng coklat biotipe 1,2, dan 3.

Rentan terhadap hawar daun.

1

Page 48: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

48

Tahan virus kerdil rumput.

Tahun dilepas 1986 2000 2009

Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam bercocok tanam

padi di Desa Pinang Mancung diantaranya yaitu: persemaian, pengolahan lahan,

penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian dan pemberantasan hama dan

penyakit serta panen.

1. Persemaian

Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan

pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami,

hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan

ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang

diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati

Benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 20

Kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu

secara sempurna sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini

dilakukan agar benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk

perkecambahannya.

Bedengan persemaian dibuat seluas 100 m2/20 Kg. lahan untuk persemaian

ini sebelumnya harus diolah terlebih dahulu, pengolahan lahan untuk persemaian

ini dilakukan dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak

lagi terdapat bongkahan tanah. Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian

dipetak-petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempermudah

pengaturan air.

Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah

ditebar di persemaian secara hati-hati dan merata, hal ini dimaksudkan agar benih

yang tumbuh tidak saling bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam

kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen

(penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah.

Page 49: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

49

Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu

benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu, 2,5 Kg

Urea; 2,5 Kg SP36; dan 1 Kg KCL.

Gambar 3.22 Penyemaian Padi

2. Pengolahan Tanah

Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang

semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan

membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah

menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah

ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan.

Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk

mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah

perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pembersihan

Sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi.

Fungsi utama galengan disaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah

agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan

pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi.

Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan

tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji

Page 50: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

50

gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada

bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah.

Jerami tersebut dapat dibakar atau diangkut ke tempat lain untuk pakan

ternak, kompos, atau bahan bakar. Pembersihan sisa-sisa tanaman dapat

dikerjakan dengan tangan dan cangkul .

b. Pencangkulan

Setelah dilakukan perbaikan galengan dan saluran, tahap berikutnya adalah

pencangkulan. Sudut-sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan

bajak atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat

pengolahan tanah.

c. Pembajakan

Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua

kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi.

Pengolahan tanah dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum

dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah

dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya

dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan-gumpalan tanah

terpecah menjadi kecil-kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan

dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang

telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar,

perlu dibuatkan bedengan-bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng

lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi

galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi.

Page 51: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

51

Gambar 3.23 Pengolahan Tanah

3. Pelaksanaan Tanam

Setelah persiapan lahan selesai maka bibit pun siap ditanam. Bibit

biasanya dipindah saat umur 20-25 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah

berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari

hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya seragam.

Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan

sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar

bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan

dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.

Bibit ditanam dengan posisi tegak dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit,

dengan kedalaman tanam cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan

gampang hanyut. Jarak tanam padi biasanya 20 x 20 cm.

Gambar 3.24 Penanaman Padi

4. Pengairan

Pengaliran air untuk tanaman padi sawah di Desa Pulau Gambar dilakukan

terputus putus. Pemberian air pada waktu dengan tinggi tertentu dan dihentikan

pada waktu tertentu dan seterusnya. Pemberian air secara terputus putus dengan

menggunakan rumus : I = 2 ½: 3 : 2: 2, artinya tinggi air diberikan 2 ½ cm dalam

petakan sawah; diberikan selama 3 hari berturut-turut; kemudian dikeringkan

selama 2 hari berturut-turut dan air dihentikan sepenuhnya 2 minggu sebelum

panen.

Selain itu pemberian air terputus-putus dapat juga dilakukan dengan cara:

Page 52: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

52

a. Penggenangan air selama 30 hari sebelum tanam, bertujuan membantu

proses pelapukan sisa akar, jerami padi atau gulma dan mempermudah

dalam proses pengolahan lahan;

b. Pengeringan lahan selama 3 sampai 5 hari, bertujuan agar butiran lumpur

dapat melengket satu sama lainnya;

c. Pemberian air selama 2 sampai 3 hari sebelum tanam, bertujuan

mempermudah pemberian pupuk dasar dan mempermudah penanaman;

d. Tinggi genangan pada fase anakan 2,5 cm;

e. Fase primordia tinggi genangan 7 sampai 10, tujuannya pada fase

primordia ini kelembaban suhu tanaman perlu dijaga agar proses

pembentukan bakal malai tidak terganggu;

f. Fase pengisian malai tinggi genangan 5 cm dan;

g. Sawah dikeringkan 2 minggu sebelum panen, bertujuan agar pemasakan

malai padi merata.

5. Pemupukan

Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi

tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari

pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat

dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kesuburan tanah, sejarah pemupukan yang

diberikan dan jenis padi yang ditanam.

Penggunaan dosis pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah

sebagai berikut Urea 200 Kg, SP36 200 Kg, dan KCL 100 Kg. Pemupukan

dilakukan dua kali dalam satu kali budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan

pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk

sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan, sedangkan sisa pupuk diberikan pada

tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu tanaman berumur 40 hari.

6. Penyiangan ( Pengendalian Gulma)

Perawatan dan pemelihraan tanaman sangat penting dalam pelaksanaan

budidaya padi sawah. Hal-hal yang sering dilakukan oleh para petani adalah

penyiangan (pengendalian gulma). Gulma merupakan tumbuhan pengganggu

yang hidup bersama tanaman yang dibudidayakan. Penyiangan dilakukan 2 tahap,

tahap pertama penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman kurang lebih 15 hari

Page 53: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

53

dan tahap kedua pada saat umur tanaman berumur 30-35 hari. Penyiangan yang

dilakukan adalah dengan cara mencabut gulma dan dimatikan dengan atau tanpa

menggunakan alat, biasanya penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan dengan

kegiatan penyulaman.

7. Penyemprotan

Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah

penggerek batang padi, walang sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama

dan penyakit yang dilakukan para petani adalah dengan menggunakan pestisida

untuk lahan seluas satu hektar petani hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja

dan dalam waktu satu hari pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan.

8. Panen

Hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi

daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu

panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen

tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang

akan dihasilkan. Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena

gabah banyak yang rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu

gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir

kapur.

Panen padi untuk konsumsi biasanya dilakukan pada saat masak optimal.

Adapun panen padi untuk benih memerlukan tambahan waktu agar pembentukan

embrio gabah sempurna. Saat panen di lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal,

seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada

musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan

nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa.

Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang.

Secara umum, padi dapat di panen pada umur antara 110-115 hari setelah

tanam. Kriteria tanaman padi yang siap dipanen adalah sebagai berikut:

1. Umur tanaman tersebut telah mencapai umur yang tertera pada deskripsi

varietas tersebut.

2. Daun bendera dan 90% bulir padi telah menguning.

Page 54: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

54

3. Malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir yang bernas.

4. Butir gabah terasa keras bila ditekan. Apabila dikupas, tampak isi butir

gabah berwarna putih dan keras bila di gigit. Biasanya gabah tersebut

memiliki kadar air 22-25%.

Cara panen yang dilakukan petani di Desa Pulau Gambar dengan

menggunakan arit. Setelah siap dipotong dengan arit disusun pada suatu tempat.

Panen dapat dilakukan dengan cara memotong batang berikut malainya. Batang

padi dipotong pada bagian bawah, tengah, atau atas dengan menggunakan sabit

(arit). Gabah hasil panen kemudian dirontokkan di sawah. Keterlambatan

perontokan dapat menunda kegiatan pengeringan dan dimungkinkan gabah

berbutir kuning.

Cara perontokan yang dipakai para petani dengan cara dihempaskan.

Setahap demi setahap batang padi yang telah dipotong dihempas pada kayu atau

kotak gebug agar gabah terlepas dari malai dan terkumpul di alas. Hempasan

diulang 2-3 kali sehingga tidak ada gabah yang tertinggal di malai. Jerami

kemudian ditumpuk di tempat yang lain.

Setelah selesai padi dipisahkan dari jerami, kemudian dianginkan, agar

segala kotoran-kotoran atau gabah-gabah yang hampa terpisah dengan gabah yang

berisi. Setelah gabah cukup kering diangkut ke rumah dengan menggunakan

sepeda motor dan juga manusia. Produksi padi di Desa Pulau Gambar rata-rata 7

ton/ha.

Waktu yang diperlukan mulai turun benih padi hingga panen biasanya

rata-rata 4 bulan (110-115 hari). Dengan pola tanam selama 4 bulan tersebut

dalam satu tahun petani di Desa Pulau Gambar akan mengalami dua kali panen

padi dan bercocok tanam palawija di 4 bulan lainnya.

Pada saat penyemihan benih seluruh areal persawahan secara serentak

menyemih benih sehingga akan panen secara bersama-sama. Pola tanam yang

secara serentak dapat mengatasi permasalahan burung yang memakan padi serta

hama lainnya pada saat sebelum panen.

Pola tanam yang tidak serentak akan membuat tanaman yang ditanami

seperti padi dan palawija akan mengalami kerusakan akibat serangan hama

Page 55: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

55

penyakit sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak petani, pola tanam tidak

serentak ini terjadi pada tahun 1979. Rentang penaburan benih yang baik antara

7s/d 10 hari, karena bila terlalu jauh hama akan berpindah ke lahan lain (sifat

hama adalah bermigrasi). Hama yang sering menyerang tanaman adalah burung,

hama wereng coklat, beluk merah (hama yang masuk ke dalam batang tanaman),

serta tikus. Untuk tikus ini populasi sudah sangat jarang/menurun karena

masyarakat pernah melakukan pembasmian tikus secara besar-besaran.

Sistem pemakaian air yang diperlukan tanaman padi sebaiknya secara

terputus-putus, yaitu dua hari dikeringkan tiga hari air dialirkan kembali.

Sedangkan air yang diperlukan tanaman padi memakai 2 cm, 2,5 cm sampai 5 cm

pada waktu bulir padi mau keluar.

Untuk mencegah meluapnya air pada daerah persawahan ketika terjadi

banjir, maka saluran tersier yang membawa air menuju petak sawah akan ditutup

dan limpahan banjir akan dibawa melalui saluran utama menuju bagian hilir.

Penanaman tanaman padi memiliki air yang tergenang sepanjang unit-unit

irigasi (petak sawah). Pemakaian air ini kurang dipahami oleh masyarakat

setempat, ketinggian ideal yang ditetapkan oleh kelompok petani pemakai air

adalah 2-3 cm.

Masalah yang dihadapi petani di lapangan adalah adalah hama dan tikus.

Masalah yang lain adalah rebutan air. Rebutan air ini terjadi pada musim kemarau

dimana solusinya adalah sistem rotasi air (waktu 1 blok : 1 hari 1 malam).

Untuk panen para petani Desa Pulau Gambar menggunakan dua termin

bahkan terkadang sampai tiga termin. Untuk termin pertama biasanya dimulai dari

daerah di bagian bawah (Desa Pulau Gambar) dan termin kedua adalah daerah di

bagian atas (Desa Pulau Tagor).

b. Jagung

Di Desa Pulau Gambar tanaman jagung jarang ditanam biasanya berkisar

500-1000 batang saja. Benih jagung yang sering digunakan oleh petani di Desa

Pulau Gambar yaitu benih jagung jenis hibrida. Adapun varietas jagung hibrida

Page 56: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

56

tersebut antara lain: varietas CPI-2, C7, Jaya 1, NK22, dan DK-3. Namun jenis

benih jagung yang sering mereka tanam adalah jenis varietas NK22, karena benih

dari NK22 ini lebih kecil dari varietas lainnya, sehingga dalam segi jumlah benih

untuk ukuran kantung kemasan yang sama, benih NK22 lebih banyak dari

lainnya.

Adapun deskripsi dari varietas jagung di atas sebagai berikut :

Deskripsi Varietas Jagung Hibrida

Varietas jagung hibrida : CPI-2

Tanggal dilepas : 3 November 1992Umur : 50% keluar rambut : 56 hariPanen : + 97 hariBatang : Tegap dan medium - tinggiWarna batang : Pada batang bawah berwarna hijau agak

kemerahanTinggi tanaman : + 197 cmWarna daun : Hijau tuaPerakaran : BaikKerebahan : Cukup tahanTipe biji : Setengah mutiara (semi flint)Warna biji : KuningBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 - 16 barisBobot 1000 biji : + 318 gRata-rata hasil : 6,2 t/haPotensi hasil : 8 - 9 t/haKetahanan : Tahan terhadap penyakit bulai dan karat daunKeterangan : Baik untuk dataran rendah sampai dataran tinggi

(ketinggian 1000 m dpl.)

Varietas jagung hibrida : C7

Tahun dilepas : 1997Umur : 95 - 105 hariBatang : Sedang - besar dan kuatWarna batang : HijauTinggi tanaman : 185-200 cmDaun : Agak tegakWarna daun : HijauKeragaman tanaman : BaikPerakaran : Baik

Page 57: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

57

Kerebahan : Tahan rebahTongkol : Besar dan relatif panjang, berwarna putihTinggi tongkol : 85-100 cmTip filling : BaikKelobot : Menutup dengan baik, berwarna hijauTipe biji : Semi mutiara - mutiaraWarna biji : JinggaJumlah baris/tongkol : 16 - 18 barisBobot 1000 biji : + 320 gKetahanan : Agak tahan terhadap penyakit karat dan bulaiRata-rata hasil : 8,1 t/haPotensi hasil : 10,0-12,4 t/haDaerah adaptasi : Lebih cocok untuk dataran rendah dan tinggiDaerah pengembangan : Baik untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera

Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera UtaraKeterangan : Toleran terhadap kekeringan

Varietas jagung hibrida : Jaya 1

Tanggal dilepas : 25 April 2002Umur : Berumur dalam

50% polinasi : + 59 hari 50% keluar rambut : + 60 hari Masak fisiologis : + 104 hari

Batang : Besar dan kokohWarna batang : HijauTinggi tanaman : 242 cmWarna daun : Hijau tuaKeragaman tanaman : SeragamPerakaran : Sangat baikKerebahan : Tahan rebahBentuk malai : Besar dan terbukaWarna sekam : KremWarna anthera : Krem mudaWarna rambut : Merah mudaTongkol : Silindris dan panjangKedudukan tongkol : Di tengah-tengah tinggi tanamanKelobot : Menutup tongkol sangat baikTipe biji : Semi mutiaraJumlah baris/tongkol : 16 - 18 barisBobot 1000 biji : + 300 gramRata-rata hasil : 9 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 15,5 t/ha pipilan keringKetahanan : Tahan terhadap penyakit bulai

Page 58: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

58

Daerah pengembangan : Beradaptasi baik pada dataran rendah sampai ketinggian1200 m dpl.

Varietas jagung hibrida : NK22

Tanggal dilepas : 14 Februari 2003Umur : Berumur dalam

50% polinasi : + 54 hari 50% keluar rambut : + 55 hari Masak fisiologis : + 98 hari

Batang : Besar dan kokohWarna batang : HijauTinggi tanaman : + 235 cmWarna daun : Hijau tuaKeragaman tanaman : SeragamPerakaran : BaikKerebahan : Tahan rebahBentuk malai : Tegak, sedang, dan terbukaWarna malai : KemerahanWarna sekam : Hijau bergarisWarna anthera : Coklat tuaWarna rambut : Merah, 1-2 kuningTongkol : SilindrisKedudukan tongkol : + 95 cmKelobot : Menutup tongkol sangat baikTipe biji : Semi mutiaraWarna biji : KuningJumlah baris/tongkol : 14 - 16 barisBobot 1000 biji : + 290 gRata-rata hasil : 8,70 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 10,48 t/ha pipilan keringKetahanan : Peka penyakit bulai, agak tahan terhadap hawar

daun, dan karatDaerah pengembangan : Beradaptasi pada dataran rendah sampai

ketinggian 850 m dpl.

Varietas jagung hibrida : DK-3

Tanggal dilepas : 17 Maret 2004Umur : 50% keluar rambut : + 58 hari

Masak fisiologis : + 98 hariBatang : Besar dan kokohWarna batang : HijauTinggi tanaman : + 195 cm

Page 59: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

59

Warna daun : HijauKeragaman tanaman : BaikPerakaran : BaikKerebahan : Tahan rebahWarna malai : UnguWarna sekam : HijauWarna anthera : Merah mudaBentuk tongkol : BesarTinggi tongkol : Sedang (+ 103 cm)Warna tongkol : PutihKelobot : Menutup tongkol dengan baikTipe biji : Semi mutiaraWarna biji : Oranye kuningJumlah baris/tongkol : 14 - 16 barisBobot 1000 biji : + 300 gRata-rata hasil : 9,25 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 11,94 t/ha pipilan keringKetahanan : Tahan terhadap penyakit karat, toleran terhadap

penyakit bulaiKeunggulan : Tahan terhadap kekeringan (stress air) dan tahan

rebah sesuai untuk daerah yang sering terjadi angin dengan kecepatan yang tinggi seperti di Langkat (Sumut).

Ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam bercocok tanam

jagung di Desa Pulau Gambar diantaranya yaitu: memilih benih, pengolahan

lahan, pemupukan lahan tanam, pembuatan lubang tanam, penanaman benih,

perawatan dan penyulaman benih pemupukan, penyiangan gulma, pemupukan

lanjutan, pengairan, pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit serta

panen.

1. Memilih Benih

Benih bermutu merupakan syarat utama untuk mendapatkan panen yang

maksimal. Disebut benih bermutu; jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas

penyakit dan campuran biji rumput yang tidak dikehendaki. Kriteria ini biasanya

menghasilkan tanaman sehat, kekar, kokoh dan pertumbuhan yang seragam.

2. Pengolahan Lahan

a. Pengolahan Lahan dan Pembersihan Gulma

Page 60: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

60

Sebelum jagung ditanam, lahan perlu dibersihkan dari gulma dan tanaman

liar. Gulma seperti alang alang, rumput teki, semak dan pohon perdu disiangi

sampai ke akar akarnya. Gulma itu dibakar, abunya ditaburkan ke lahan sebagai

kompos untuk kesuburan tanah. Gulma jangan dikubur, karena dikawatirkan akan

munculnya hama seperti rayap dan semut. Selain itu, alang alang dan rumput teki

bisa tumbuh kembali apabila hanya dikubur di dalam tanah. Selain gulma, pohon

pohon besar yang tumbuh di sekitar lahan dan berpotensi menghalangi masuknya

sinar matahari; untuk jagung melakukan proses fotosintesis, juga perlu ditebang.

b. Pencangkulan

Pencangkulan dilakukan dengan memindahlkan tanah bagian bawah

sedalam 15 s/d 20 cm ke atas permukaan lahan. Selain untuk menyeimbangkan

ketersediaan unsur hara antara bagian bawah dan bagian atas lahan, pencangkulan

juga dimaksudkan membuat tanah lebih remah dan gembur. Untuk lahan yang

memiliki jenis tanah gembur atau bekas tanaman semusim, pencangkulan cukup

dilakukan sekali saja. Sementara itu untuk lahan yang memiliki tanah berat,

pencangkulan perlu dilakukan dua kali lalu digaru. Jika lahan yang digarap terlalu

luas, pencangkulan bisa diganti dengan bajak agar pengerjaannya bisa lebih cepat.

c. Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan untuk lokasi penanaman benih banyak dilakukan di

dataran rendah pada lahan kering, lahan bekas sawah, atau lahan tadah hujan.

Bedengan dibuat selebar 70 s/d 100 cm, dengan ketinggian antara 10 s/d 20 cm.

Sedangkan untuk panjangnya disesuaikan dengan kondisi, kontur, lahan. Di

daerah kering tinggi bedengan sebaiknya dibuat agak rendah untuk memudahkan

penyiraman karena jika terlalu tinggi membutuhkan banyak air saat penyiraman.

Di antara bedengan dibuat parit selebar 20 s/d 30 cm yang berfungsi untuk

mengatur keluar masuknya air di bedengan agar akar jagung tidak tergenang.

3. Pemupukan

Pemupukan dimaksudkan meningkatkan kandungan unsur hara di lahan

tanam. Waktu pemberian pupuk RI1, yang paling efektif selain bersama dengan

saat pencangkulan atau pembajakan bisa juga diberikan saat akan membuat

lubang tanam. Dengan cara begitu, pupuk RI1 yang diberikan akan tercampur

Page 61: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

61

merata dengan lahan tanam. Sebagai pedoman untuk lahan 1 hektare diperlukan

12-15 liter pupuk RI 1.

4. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam antara 2 s/d 5 cm menggunakan tugal, yakni

alat terbuat dari kayu bulat panjang ujungnya runcing. Jarak lubang adalah 20 x

20 cm atau 20 x 40 cm. Agar barisan lubang tanam yang dibuat menjadi teratur,

bisa digunakan alat bantu berupa tali yang dibentangkan sepanjang bedengan.

Sementara itu, untuk benih yang ditanam di parit bedengan, diperlukan jarak antar

lubang sepanjang 20 cm.

5. Penanaman Benih

Untuk menghindarkan hama dan jamur serta untuk merangsang

pertumbuhan dengan kualitas yang baik, sebelum ditanam benih direndam terlebih

dahulu ke dalam air yang sudah dicampur pupuk RI1 selama 30 menit. Sesudah

direndam perlu ditiriskan, tetapi tidak perlu diberi fungisida. Penanaman benih

dilakukan pada pagi atau sore, saat matahari tidak begitu terik. Setelah benih

masuk ke lubang, maka lubang itu harus ditutuip lagi dengan tanah secara ringan;

tidak perlu dipadat padatkan.

Waktu terbaik menanam benih adalah waktu akhir musim hujan agar saat

masa pertumbuhan hingga memasuki masa mengeluarkan buah, tanaman masih

mendapatkan pasokan air dan diharapkan saat panen tiba, musim kemarau telah

datang sehingga memudahkan proses pengeringan.

6. Perawatan dan Penyulaman Benih

Satu minggu setelah tanam benih akan tumbuh dan muncul tanaman muda.

Saat itu pengecekan harus dilakukan. Jika ada benih yang tidak tumbuh, mati, atau

tanaman muda terserang penyakit, segera lakukan penyulaman yakni melakukan

penanaman benih kembali yang proses dan tata caranya sama dengan penanaman

benih sebelumnya. Penyulaman ini dimaksudkan agar tanaman tumbuh seragam,

baik umur maupun sosoknya. Karena itu penyulaman tidak bisa dilakukan setelah

tanaman berumur di atas 25 hari, dikarenakan pada usia itu sistem perakaran

tanaman sudah tumbuh kuat sehingga benih sulaman tidak mampu bersaing

memperebutkan unsur hara.

Page 62: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

62

7. Penyiangan Gulma

Penyiangan dilakukan dua kali; pada saat tanaman berumur 14 hari dan 40

hari setelah tanam. Untuk gulma seperti rumput atau perdu lain, penyiangan

dilakukan manual dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman gulma sampai

ke akar akarnya. Setelah itu gulma dikumpulkan dan dibakar sampai habis!

Bersama penyiangan gulma yang kedua dilakukan juga pembubunan, yakni

menutup akar tanaman yang muncul ke permukaan tanah dengan menggunakan

tanah yang diambil di antara tanaman. Dengan menggunakan cangkul, tanah

dipindahkan ke barisan jagung yang ada di kanan dan kiri hingga tercipta parit

baru barisan tanaman. Hal ini dimaksudkan agar akar tanaman semakin

mencengkeram tanah sehingga tanaman tidak akan roboh saat diterpa angin.

8. Pupuk Lanjutan

Pada usia 15 s/d 30 hari setelah tanam atau setelah penyiangan pertama,

tanaman perlu diberi pupuk lanjutan. Dengan tetap menggunakan RI1, pemberian

pupuk ini dilanjutkan kembali setelah berusia 40 hari.

9. Pengairan

Pengairan dilakukan dengan sistem mengalirkan air ke dalam parit hingga

meresap ke seluruh bagian bedengan. Cara ini lebih efisien dibanding penyiraman

manual yang tentu memakan banyak waktu dan tenaga. Agar akar tanaman tetap

mudah bernafas, usahakan saat melakukan pengairan air tidak sampai

menggenangi bedengan. Untuk lahan yang tergolong kering atau saat tanaman

mulai mengeluarkan buah, pengairan harus dilakukan dengan teratur dan

terjadwal. Lahan yang terlalu kering atau kekurangan air saat proses pembuahan

akan mengakibatkan tongkol tumbuh kecil sehingga mengurangi jumlah produksi

pada saat panen.

10. Panen

Umur panen tergantung dari varietasnya. Tetapi ada beberapa ciri khusus,

salah satunya adalah ketika daun jagung, kelobot, sudah berwarna putih

kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijinya ditekan menggunakan

kuku. Sebelum dipanen, daun jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya

Page 63: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

63

sehingga yang tersisa di pohon adalah buah jagung yang terkupas tetapi masih

tersisa daunnya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses

pengeringan jagung. Setelah beberapa hari di pohon dan bijinya tampak

mengering, barulah dilakukan pemetikan dengan mengambil waktu pada siang

hari, ketika cuaca terik, agar kadar air dalam biji tidak bertambah. Ingat, kadar air

yang tinggi menyebabkan buah jagung mudah terserang penyakit.

Pemetikan jagung bisa dilakukan dengan memetik buahnya saja, tongkolan, atau

sekaligus dengan daun keringnya. Jika jagung yang dipanen buahnya saja akan

lebih mudah diangkut menggunakan keranjang atau karung, maka jagung yang

dipanen dengan daunnya akan memudahkan pengangkutan bila menggunakan

pikulan. Setelah jagung dipanen, selanjutnya perlu dilakukan penjemuran,

pemipilan; memisahkan biji jagung dari tongkolnya, dan penyimpanan.

Page 64: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

Tabel 3.2 Kegiatan Budidaya Padi dan Jagung di D.I. Paya Kapar / Pinang Mancung

1

BULAN Januari FebruariMINGGU I II III IV I II

KEGIAT

AN

Budidaya JagungPemilihan BenihPengolahan Lahan * Pengolahan Lahan dan Pembersihan Gulma * Pencangkulan

Page 65: BAB I,II,III Bery,Dewi, Doni, Siddik

65