BAB I,II,III

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. 1 Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahter sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut “ pontetial da mother and child ” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah a memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam kesehatan pada lini terdepan. 1 enurut !"# anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok ora yang bersangkutan. $adan %esehatan &unia atau World Health Organiz (!"#) memperkirakan bah'a * + ibu hamil di negara berkembang dan 1- ibu hamil di negara maju mengalami anemia. /enyebab utama anemia pada ibu hamil di 0ndonesia adalah defisiensi bes ora and estel ( 222) menyatakan bah'a anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi ibu hamil yang utama. 3ntuk mengatasi masalah anemia pada ib hamil dan mencegah dampak buruk anemia pada ibu hamil terhadap ibu dan ja serta bayi, pemerintah telah melaksanakan program pemberiantablet besi. 0nter4ensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah institusi /osyandu dan /uskesmas. %ebijaksanaan pemerintah adalah memberi tablet besi atau 5e (5e sulfat 2 mg dan asam folat 2, mg) untuk semua hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 62 hari. eskipun upaya inter untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil telah lama ddilakukan, prog ini tampaknya perludie4aluasi efekti4itasnya, mengingatsampai saat ini pre4alensi anemia ibu hamil masih tetap tinggi. 1

description

anemia kehamilan

Transcript of BAB I,II,III

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangAnemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.1 Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut pontetial danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.1 Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35-37% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia.2Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi besi. Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi ibu hamil yang utama. Untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dan mencegah dampak buruk anemia pada ibu hamil terhadap ibu dan janin serta bayi, pemerintah telah melaksanakan program pemberian tablet besi. Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet besi atau Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari. Meskipun upaya intervensi untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil telah lama ddilakukan, program ini tampaknya perlu dievaluasi efektivitasnya, mengingat sampai saat ini prevalensi anemia ibu hamil masih tetap tinggi.3Dinegara sedang berkembang, anemia sangat membahayakan ibu hamil. Di negara maju, frekuensi anemia pada kehamilan kurang umum, tetapi beberapa wanita, terutama kelompok sosioekonomi kurang, menjadi anemik sewaktu hamil. Seorang wanita dewasa sehat mempunyai jumlah total zat besi dalam tubuh sebesar 3500-4500 mg. Sebanyak 75 persen dari jumlah ini tersimpan didalam eritrosit dalam bentuk hemoglobin, 20 persen terdapat dalam simpanan tubuh, terutama sumsum tulang dan sistem retikulendotelial sebagai kompleks feritin, dan sisanya 5 persen disimpan di dalam otot dan sistem enzim, terutama sebagai miohemoglobin.4Seperti Negara berkembang lainnya, di Indonesia anemia disebabkan karena defisiensi zat gizi mikro (micronutrient) dengan penyebab terbanyak defisiensi zat besi. Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%.5Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.6Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulais bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin.6Ekspansi volume plasma mulai pada minngu ke-6 kehamilan dan mencapai maksimum pada minngu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke-37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai.6Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL. Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL.5Penanggulangan anemia sudah cukup lama dilakukan namun prevalensinya masih tinggi. Di Indonesia penanggulangan anemia ibu hamil diprioritaskan pada pemberian suplementasi Tablet Besi Folat. Namun berbagai masalah diperkirakan mempengaruhi suplementasi ini, seperti distribusi, dosis yang tidak tepat, serta kepatuhannya. Sekarang berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia pada ibu hamil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen multi zat gizimikro lebih efektif dalam menurunkan kejadian anemia dan pencegahan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi AnemiaAnemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah.2Anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12, asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari berbagai kondisi seperti pendarahan, kelainan genetik penyakit kronik atau keracunan. Pada kehamilan, tubuh kekurangan beberapa zat gizi maka akan terjadi anemia.5Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal.72.2. Patofisiologi anemiaPada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.6Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulais bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin.6Ekspansi volume plasma mulai pada minngu ke-6 kehamilan dan mencapai maksimum pada minngu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke-37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai.6Perubahan pada ibu hamil; volume darah bertambah, baik plasmanya maupun eritrositnya, tetapi penambahan volume plasmanya disebabkan oleh hidraemia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun. Batas-batas fisiologis ialah: Hb 10 gr%, eritrosit 3,5 juta per mm3, leukosit 8.000-10.000 per mm3,82.3. EtiologiKebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari (RDA) adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8 mg bagi wanita. Defisiensi besi adalah suatu gejala umum di seluruh dunia dan terutama menghinggapi kaum wanita pada usia subur. Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO, Anemia dapat diklasifikasikan sebagai ringan, sedang dan berat. Hb 10.0- 10.9g/d1 (ringan), Hb 7 - 9.9g/dl (sedang), dan Hb