BAB I,II,III
Transcript of BAB I,II,III
PROPOSAL PENELITIAN
“PENERAPAN METODE CYCLE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK
BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR”
Oleh:
HENDRA TIWA
06 310 319
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perubahan paradigma pendidikan yang sedang berlangsung saat ini,
secara sinergi dimulai dari pihak pemerintah pemegang otoritas kebijakan,
yang diteruskan pada sekolah sebagai pengelola dan guru sebagai ujung
tombak operasional pendidikan.
Pelaksana utama yang berkaitan dengan kegiatan, dalam hal ini adalah
guru, perlu merubah sikap dan pola pembelajaran yang dilakukan, karena
terbukti bahwa kegiatan belajar yang berlangsung selama ini belum mampu
menghasilkan proses pembelajaran yang berkualiats dan menghasilkan siswa
berprestasi maksimal, meskipun beberapa siswa mampu mencapai predikat
optimal dengan menjuarai olimpiade fisika, olimpiade biologi, olimpiade
matematika maupun olimpiade kimia, namun jika dibandingkan dengan
jumlah siswa yang ada di tanah air, maka jumlah tersebut belumlah maksimal.
Guru selama ini lebih mengutamakan kegiatan pembelajaran yang
berorientasi kognitif, dan sering meninggalkan peran lain seperti afektif
maupun perkembangan psikomotor siswa, sehingga perubahan kedewasaan
siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran menjadi kurang maksimal.
Karena konsep matematika yang tersusun secara hierarki, maka dalam
belajar matematika tidak boleh ada langkah atau tahapan konsep yang
dilewati. Begitu juga, karena konsep-konsep dalam matematika memiliki
keterkaitan antara satu dengan lainnya maka siswa dalam mempelajari salah
satu konsep matematika harus mampu melihat kaitan-kaitan antara materi
yang sedang dipelajarinya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami
materi matematika secara mendalam. Jika siswa dapat memahami materi itu
dengan baik dan mendalam maka hasil belajar siswa pun sangat baik. Namun
pada kenyataannya, melalui pengamatan di sekolah, masih banyak didapati
bahwa hasil belajar siswa tidak memuaskan atau kurang. Hal itu dikarenakan
siswa tidak menguasai materi prasyarat.
Contoh yang dapat diambil dari kurangnya materi pada luas
permuakaan bangun ruang. Dalam menentukan luas permukaan bangun ruang
memerlukan konsep dasar yaitu bidang-bidang apa yang terdapat pada bangun
ruang tersebut. Selain itu masih banyak siswa yang belum mengerti tentang
bagaimana mencari luas dari permukaan bangun ruang.
Selain masalah pada mencari rumus luas permukaan, masalah juga
pada penyelesaian soal. Misalnya dalam menghitung luas permukaan prisma
dimana misalkan kita mengganti alas dari prisma tersebut maka siswa masih
perlu arahan dari guru, padahal seharusnya tanpa arahan dari guru pun siswa
sudah bisa menentukan sendiri karena sudah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, agar pengajaran dapat mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan
strategi belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu dirasa perlu diadakan
penelitian dengan judul Penerapan Metode Cycle Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Tondano tahun pelajaran 2010/2011.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang dapat dirumuskan dengan berpedoman terhadap latar
belakang adalah : “Bagaimana Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cycle
Learning Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar”.
C. TUJUAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat di jelaskan bahwa tujuan penelitian
ini adalah : “Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang digunakan pada
proses pembelajaran dengan menggunakan model pemelajaran Cycle Learning
pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar”.
D. MANFAAT
Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan peningkatan hasil belajar yang diantaranya adalah :
1. Untuk guru matematika hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan
dalam mengajarkan dan menyampaikan pokok bahasan bangun ruang pada
siswa
2. Bagi siswa, hasil penelitian dapat digunakan dalam meningkatkan daya
nalar memahami karakteristik materi pelajaran.
3. Bagi Peneliti, dapat menerapkan teori-teori yang didapat dalam penelitian
serta dapat menambah pengalaman peneliti mengenai pembelajaran di
sekolah yang akan sangat berguna bagi peneliti sebagai seorang calon
guru.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pembelajaran dan Hasil Belajar
a) Pengertian belajar
Manusia adalah makluk yang memiliki rasa ingin tahu yang
sangat tinggi, oleh karena itu manusia tak dapat terpisahkan dari kegiatan
belajar untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut. Melalui kegiatan belajar
juga diperoleh perubahan dalam diri individu belajar seperti dari keadaaan
tidak tahu menjadi tahu. Karena belajar adalah suaru proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto:2003). Dan perubahan tingkah
laku yang diperoleh dari kegiatan belajar bersifat relative menetap sebagai
akibat dari latihan dan pengalaman (Chaplin dalam Syah:2004).
Menurut Blom (dalam Sagala:2003) bahwa pada dasarnya
perubahan perilaku indivudu belajar akan mencakup tiga kawasan, yaitu:
1. Ranah kognitif, yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, analisis,
sintesa dan evaluasi.
2. Ranah efektif, yaitu penerimaan, menanggapi, menilai, pengaturan, dan
penghayatan.
3. Ranah psikomotorik, terdiri dari sikap, respon, gerakan biasa dan
respon nyata yang kompleks.
Namun tidak setiap perubahan dalam diri seseorang yang
merupakan perubahan dalam arti belajar, berikut adalah ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Berarti seseorang yang sedang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau setidaknya ia merasakan telah adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang sebagai hasil belajar akan
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Suatu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan lain yang berguna bagi
kehidupan dan proses belajar berikutya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam kegiatan belajar, perubahan-perubahan tersebut senantiasa
bertambah dan tertuju untu memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Oleh karena itu semakin banyak usaha untuk belajar
dilakukan maka semakin banyak pula perubahan yang diperoleh.
4. Perubahan dalam belajar bersifat tetap
Setiap perubahan yang bersifat sementara tidak dapat digolongkan
sebagai perubahan dalam arti belajar, seperti mengangis, bersin,
berkeringat dsb.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku ini terjadi guna mencapai
suatu tujuan tertentu dan perubahan belajar terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Dimana jika seseorang belajar maka akan menghasilkan perubahan
tingkah laku yang menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan
pengetahuan dsb.
Akan tetapi, perubahan tersebut tidak serta merta hadir sebagai
akibat dari kegiatan belajar namun terhadap faktor lingkungan yang sedikit
banyaknya memberikan pengaruh. Hal ini didasarkan pada definisi belajar
yang merupakan suatu aktifitas mental dan psikologis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap
yang bersifat berbekas (Winkel:1999). Berbagai perubahan belajar baik
berupa perubahan pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya yang diperoleh dari serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, meniru, mendengarkan dan lainnya
(Suherman:2003).
Berikut terdapat hal-hal pokok yang berkaitan dengan perubahan
individu belajar (Suryabrata:2004), yaitu:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
c. Bahwa perubahan tersebut terjadi karena usaha (dengan sengaja)
Adapun berbagai faktor yang mempengaruhi belajar (Syah:2005) adalah:
1. Faktor internal (sosial dan psikologis), yaitu: intelegensi, sikap, bakat,
minat dan motivasi.
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan sekolah: guru, staf dan teman kelas
b. Lingkungan non sosial: gedung sekolah, rumah, alat-alat belajar,
cuaca dan waktu.
3. Faktor pendekatan belajar, yakni menyangkut strategi belajar dan
metode belajar yang digunakan dalam aktifitas belajar tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka belajar adalah suatu aktifitas
dalam interaksi aktif yang memberikan perubahan yang bersifat progresif
dan menetap pada individu belajar dan merupakan manifestasi dari
berbagai respon baru yang berbentuk pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
kecapakan yang diperoleh melalu berbagai latihan dan pengalaman.
Dimana pada proses belajar tersebut merupakan untaian kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku.
b) Pengetahuan Prasyarat Matematika
Pelajaran yang baru bagi siswa selalu dibangun dari
pengetahuan yang telah ada. Pengetahuan yang harus dimiliki siswa
sebelum mempelajari pelajaran baru disebut pengetahuan prasyarat. Dalam
mempelajari matematika pun, kemampuan siswa dalam memahami materi
yang baru sangat dipengaruhi oleh kemampuan dasar itulah sebabnya
matematika dikatakan bersifat hierarkis. Makin tinggi kemampuan dasar
yang dimiliki siswa dalam pelajaran matematika, maka semakin mudah
pula untuk menerima pelajaran matematika lanjutan yang diberikan oleh
gurunya.
Sebaliknya, kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki siswa
akan menyebabkan sulitnya untuk menerima pelajaran matematika
selanjutnya. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena
itu keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari salah satu pokok
bahasan matematika sangat di pengaruhi oleh pemahaman dasar yang
menjadi materi prasyarat dari materi yang akan dipelajari.
c) Model Pembelajaran Cycle Learning
Cycle Learning (siklus belajar) adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Cycle Learning
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga pembelajaran dapat menguasai kompetensi-kopetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan berperan aktif. Cycle Learning
terdiri dari fase-fase eksplorasi, pengenalan konsep/eksplanasi dan aplikasi
konsep. Pada tahap eksplorasi, siswa menggali pengetahuan prasyarat
yang nantinya akan digunakan untuk memahami konsep yang baru. Pada
tahap pengenalan konsep/eksplanasi, siswa diperkenalkan konsep-konsep
yang baru dan alternative pemecahannya sedangkan pada tahap aplikasi
siswa menggunakan konsep yang baru tersebut dalam konteks yang
berbeda (dalam kehidupan nyata). Penerapan konsep/aplikasi ini dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa
mengetahui penerapan nyata dari konsep yang dipelajari.
Penerapan Cycle Learning dalam pembelajaran menempatkan
guru sebagai fasilitator yang mengolah berlangsungnya fase-fase tersebut.
Efektifitas implementasi Cycle Learning biasanya diukur melalui
observasi proses dan peberian tes.
Cycle Learning tiga fase saat ini telah dikebangkan dan
disempurnahkan menjadi 5 dan 6 fase, pada Cycle Learning 5 fase,
ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambakan pula
tahap evalution pada bagian akhir siklus. Pada model ini tahap pengenalan
konsep dan aplikasi kosep masing-masing diistilahkan dengan explanation
dan elaboration. Karena itu pada Cycle Learning lima fase sering dijuluki
dengan Cycle Learning 5 E yaitu: engagement, exploration, explanation,
elaboration dan evaluation. Pada Cycle Learning 6 fase ditambahkan tahap
identifikasi tujuan pembelajaran pada awal kegiatan.
Fase engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar
terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi
pengetahuan awal dan ide-ide mereka untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kesalahan konsep pada pemelajaran sebelumnya. Dalam fase
engagement ini minat dan keingintahuan siswa berusaha dibangkitkan.
Pada fase eksplorasi, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru
untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide
melalui kegiatan-kegiatan seperti menelaah literature. Pada fase
explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dan
penjelasan mereka dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada fase
elaboration, siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam konteks
yang lebih nyata. Pada tahap akhir yaitu evalution, dilakukan evaluasi
terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap
pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa
d) Hasil Belajar
Sebagaimana yang dikumukakan Dimyanti dan Moedjiono
(1994) bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
mengajar atau tindak belajar”. Demikian pula dalam kamus umum bahasa
Indonesia disebutkan bahwa “hasil belajar merupakan suatu diadakan,
dibuat, dijadikan, oleh suatu usaha atau dapat juga dijadikan oleh suatu
usaha atau juga dapat berarti pendapat atau perolehan”
(Poerwardarminta:1999). Gagne (dalam sagala:2003) mengatakan bahwa
ada lima kemampuan hasil belajar yaitu: 1) ketramipan-ketrampilan
intelektual, karena ketrampilan itu merupakan penampilan yang ditunjukan
oleh siswa tentang operasi intelektual yang dapat dilakukannya, 2)
penggunaan strategi kognitif, karena siswa perlu menunjukan penampilan
yang baru, 3) berhubungan dengan sikap-sikap yang dapat ditunjukan oleh
perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan
TIK, 4) dari hasil belajar adalah informasi verbal, 5) ketrampilan motorik.
Pendapat lain mengatakan bahwa “belajar aktif merupakan pembelajaran
yang melibatkan siswa, baik secara fisik maupun mental, pikiran dan
perasaan, sosial serta sesuai dengan perkembangan anak sekolah dasar”
(Depdikbud:2000).
Berdasarkan pernyataan di atas, dalam kontek penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengalami interaksi proses pembelajaran. Hasil belajar
Matematika yaitu hasil belajar yang di capai oleh seseorang setelah
mengalami proses interaksi pembelajaran mata pelajaran Matematika.
Luas permukaan kubus = 6 s2
ss
s s
s
s
s
s
ss
ss
s
s
s
E. Luas Permukaan Bangun Ruang
Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh
permukaan bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan
bangun ruang, perhatikan bentuk dan banyak sisi bangun ruang tersebut.
1. Luas Permukaan Kubus
Misalkan, kamu ingin membuat kotak makanan berbentuk
kubus dari sehelai karton. Jika kotak makanan yang diinginkan
memiliki panjang rusuk 8 cm, berapa luas karton yang dibutuhkan
untuk membuat kotak makanan tersebut? Masalah ini dapat
diselesaikan dengan cara menghitung luas permukaan suatu kubus.
Coba kamu perhatikan Gambar berikut ini.
Dari Gambar terlihat suatu kubus beserta jaring-jaringnya.
Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan
menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-
jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen
maka
luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus
= 6 × (s × s)
= 6 × s2
= L = 6 s2
Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut.
P
l
t P P P
t
t t
t
l
l
l
l
2. Luas Permukaan Balok
Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara
menghitung luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua luas
jaring-jaringnya.
Coba kamu perhatikan gambar berikut.
Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p
(panjang), l (lebar), dan t (tinggi) seperti pada
gambar .Denga n demikian, luas permukaan balok tersebut
adalah
luas permukaan balok = luas persegi panjang 1 + luas
persegi panjang 2 + luas persegi panjang 3 + luas persegi
panjang 4 + luas persegi panjang 5 + luas persegipanjang
6
= (p × l) + (p × t) + (l × t) + (p × l) + (l × t) + (p × t)
= (p × l) + (p × l) + (l × t) + (l × t) + (p × t) + (p × t)
= 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)
= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t)
= 2 (pl+ lt + pt)
Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut.
Luas permukaan balok = 2(pl + lt
+ pt)
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. SUBJEK DAN WAKTU PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Tondano yang terdiri dari 6 kelas. Dari enam kelas yang ada
dipilih dua kelas yang homogen yaitu kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIIF sebagai kelas kontrol.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran
matematika di sekolah.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang diteliti adalah hasil belajar dari siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran Cycle Learning dan yang tidak diajarkan dengan
pembelajaran Cycle Learning pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.
C. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian Eksperimen Semu.
Adapun rancangan penelitian ini adalah randomized control group pretest
posttest design menurut Campbel dan Stanley, (dalam Sukardi,2003:185 )
dengan rancangan sebagai berikut :
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen T1 X1 T2
Kontrol T1 X2 T2
Keterangan :
T1 : Tes awal / tes sebelum treatment / perlakuan ( prasyarat )
T2 : Tes sesudah treatment / perlakuan ( posttest )
X1 : Treatment / perlakuan dengan menggunakan pembelajaran
Cycle Learning
X2 : Treatment / perlakuan tanpa pembelajaran Cycle Learning
D. PROSEDUR PENELITIAN
Berdasarkan rancangan dalam penelitian ini, maka prosedur
penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi.
1. Tahap persiapan
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengadakan studi pendahuluan melalui observasi langsung
b. Menyusun perangkat pembelajaran dan tes.
c. Menguji validitas tes dengan menggunakan validitas isi
d. Memperbaiki perangkat pembelajaran dan tes
e. Menyiapkan bahan ajar (materi Bangun ruang sisi datar dengan
menggunakan pembelajaran Cycle Learning)
2. Tahap pelaksanaan.
Pelaksanaan eksperimen adalah menerapkan pembelajaran Cycle
Learning pada materi Bangun Ruang Sisi Datar berdasarkan RPP yang
ada.
3. Evaluasi
Evaluasi dalam penelitian ini adalah: evaluasi yang dilakukan pada
akhir topik pembelajaran berupa posttest (tes akhir ).
E. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis. Pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest ( tes awal ) dan posttest ( tes akhir
) yang sama.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
uji perbedaan dua rata-rata (uji t) dengan rumus sebagai berikut:
t=( x1−x2 )
s p √( 1n1 )+( 1
n2 )dengan varians sampel:
sp2=
(n1−1 ) s12+(n2−1 ) s2
2
n1+n2−2
Keterangan :
x1 = rata – rata selisih skor tes awal dan tes akhir kelas eksperimen
x2 = rata – rata selisih skor tes awal dan tes akhir kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
s = Standar deviasi
s1 = Simpangan baku kelas eksperimen
s2 = Simpangan baku kelas kontrol
Sp2 = Varians gabungan
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji–t, terlebih
dahulu dilakukan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Varians.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Hernacki. 2002, Cycle Learning. Jakarta:
DePorter, B. Readon, M. and Nourie, S. S. 2001. Cycle Teaching. (Alih bahasa:
Ary Nilandari). Bandung: Mizan
Dimyati, dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Poerwadarminta, W. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka:Jakarta.
Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta
Slamento. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2006. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Rineka
Rosdakarya.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabet
Syah, M. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdajarya.
Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung:JICA
Suryabrata. 2004. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raya Grafindo Persada
Winkel, W. S. 1999. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.
Jakarta:Gramedia