BAB III Tinjauan Pustaka

download BAB III Tinjauan Pustaka

of 39

description

ca cervix

Transcript of BAB III Tinjauan Pustaka

25

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

2.1DefinisiKanker leher Rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan serviks.Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks(kanalis servikalis dan atau porsio).Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina.

Gambar 1. Organ genitalia interna wanita

2.2 EpidemiologiKanker serviks atau karsinoma serviksuteri merupakansalahsatu penyebab utama kematian wanita yang berhubungan dengan kanker.Di seluruh dunia, diperkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviksbaru dan 250.000 kematian setiap tahunnya yang 80% terjadidi negara-negarasedang berkembang. Di Indonesia, insidens kanker serviks diperkirakan 40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang tersering. Dari jumlah itu50% kematian terjadi di negara-negaraberkembang.Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut.Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya.Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yangdatang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.

Gambar 2.Epidemiologi Ca Cervix berdasarkan kelompok usia

Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara 3060 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi egara memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia 4cmKemoradiasi primerHisterektomi radikal primer + limfadenektomi + radiasi neoadjuvanKemoterapi neo adjuvan7. Ca serviks stadium lanjut meliputi stadium IIB, III, IV APengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan intrakaviter radioterapi. Terapi variasi yang sering diberikan khemoradiasi, khemoterapi yang sering diberikan antara lain cisplatinum, pachitaxel, docetaxel, fluorourasil, gemcitabine8. Stadium IV BPengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi paliatif yang diberikanRadioterapi, Kemoterapi, dan Radikal HisterektomiKEMOTERAPI Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker:Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin rendah. Hal ini disebut Kemoresisten.Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah:1)Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obat golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.Pola pemberian kemoterapi 1) Kemoterapi InduksiDitujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.2) Kemoterapi AdjuvanBiasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).3) Kemoterapi PrimerDimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.4) Kemoterapi Neo-AdjuvanDiberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

Cara pemberian obat kemoterapi1) Intra vena (IV)Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.2) Intra tekal (IT)Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain Metrotexat, Ara.C.3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.4) OralPemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran, Myleran, Natulan, Puri-netol, hydrea, Tegafur, Xeloda, Gleevec.5) Subkutan dan intramuskularPemberian subkutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.6) Topikal7) Intra arterial8) Intracavity9) Intraperitoneal/IntrapleuralIntraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya BleocinTujuan pemberian kemoterapi1) Pengobatan.2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.Efek samping kemoterapiUmumnya efek samping kemoterapi terbagi atas: 1. Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis. 3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati. 4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan sampai pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.Kardiomiopati akibat doksorubin dan donorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis paru umumnya irreversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.RADIOTERAPIDalam menentukan teknik dan dosis radiasi pada pengobatan karsinoma serviks uteri perlu dipertimbangkan faktor daya toleransi dari jaringan-jaringan di dalam rongga pelvis.TeknikradiasiKombinasi antara radiasi lokal dan radiasi eksternal merupakan pilihan yang umumnya diberikan dengan maksud: Radiasi lokal (intrakaviter) dapat memberikan dosis tinggi pada serviks dan korpus uteri tetapi dosis cepat menurun pada jaringan di sekitarnya, sehingga dosis ke rektum, sigmoid, kandung kencing dan ureter dapat dibatasi sampai batas-batas toleransi. Kemungkinan timbulnya metastase limfogen pada karsinoma serviks uteri cukup tinggi. Oleh karena itu kelenjar-kelenjar dalam panggul kecil harus mendapat penyinaran juga. Dosis radiasi lokal cepat menurun diluar uterus, sehingga dosis yang sampai pada kelenjar limfe sangat rendah. Untuk mencapai dosis yang dapat mengamankan metastasis kelenjar limfe ini diperlukan penyinaran luar yang dapat memberikan distribusi dosis yang merata pada daerah yang lebih luas. Komplikasi-komplikasi sesudah terapi radiologik antara lain:a. Komplikasi umumGejala umum yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, rasa mual, lesu, dan tidak ada gairah kerja.Pada keadaan yang lebih berat terdapat muntah-muntah, tidak bisa makan, lemah, sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur.Berat ringannya gejala-gejala sangan dipengaruhi oleh status fisik dan psikologi penderita.b. Komplikasi lokal Gejala-gejala yang timbul ialah gejala-gejala dari alat-alat tubuh yang terkena radiasi secara langsung, yaitu: Problema koitus (pengkerutan vagina) Fistel radiologik Gejala sistitis Proktitis hemoragik Fibrosis daerah pelvis demikian luas terutama pada penyinaran yang luas dengan dosis yang tinggi sehingga timbul frozen pelvis dengan kemungkinan penyempitan vagina, rectum, kandung kencing atau ureter. Atropi mucosa rectum yang disertai teleangiektasi yang sewaktu-waktu bila defekasi keras dapat menimbulkan perdarahan Nekrosis pada dinding vagina dengan kemungkinan timbulnya fistula rectovaginalis atau fistula vesikovaginalis.HISTEREKTOMI RADIKALHisterektomi radikal primer menguntungkan karena dapat dilakukan surgical staging.Operasi radikal yang memerlukan waktu yang cukup lama, tidak mungkin tanpa terjadi komplikasi. Oleh karena itu, persiapan operasi perlu dilakukan dengan cermat sehingga dapat mengurangi komplikasi seperti lazimnya komplikasi operasi, yaitu:1. Trias pokok komplikasi (perdarahan, infeksi dan trauma tindakan operasi).2. Komplikasi emboli (kardiovaskular dan paru).3. Komplikasi lainnya

Gambar 13. HisterektomiEmboli dan emboli paru yang beratFaktor yang dapat menimbulkan terjadinya emboli paru, yaitu:1. Operasi yang lama saat mengangkat jaringan lemak di pelvis.2. Invasi sel karsinoma yang dapat menimbulkan emboli melalui proses hiperkoagulasiKomplikasi alat perkemihanManipulasi yang cukup lama dan bervariasi sekitar pelvis menyebabkan kemungkinan terjadi komplikasi alat perkemihan pada:1. Disfungsi vesikouterina Kejadian ini berkaitan dengan upaya penyisihan dan upaya pemotongan ligamentum kardinale yang terlalu ke lateral dan pemotongan ligamentum sakrouterinum terlalu dekat dengan rektum.2. FistulaManipulasi yang berat di sekitar vesika urinaria

Infeksi pascaoperatifInfeksi yang berat dapat menimbulkan komplikasi berantai, seperti: Sepsis meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Memperpanjang hospitalisasi Terjadi wound dehicense Pembentukan abses sekitar pelvis.FOLLOW UPTiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, kemudian tiap 6 bulan, tergantung keadaan. Jangan lupa meraba kelenjar inguinal dan supraclavikula, abdomen, abdominal vaginal, dan abdominal rektal, pemeriksan sitologik puncak vagina, dan foto rontgen thoraks (setiap 6 bulan).Kolposkopi untuk meneliti puncak vagina, serta bentuk-bentuk praganas.Rektoskopi, sistoskopi, renogram, Intra Venous Pyelografi (IVP), dan CT scan panggul, hanya dilakukan menurut indikasi.

2.9Skrining

Sejak 2 dekade terakhir terdapat kemajuan dalam pemahaman tentang riwayat alamiah dan terapi lanjutan dari kanker serviks. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) sekarang telah dikenal sebagai penyebab utama kanker serviks, selain itu sebuah laporan sitologi baru telah mengembangkan diagnosis, penanganan lesi prekanker dan protokol terapi spesifik peningkatan ketahanan pasien dengan penyakit dini dan lanjut. Penelitian terbaru sekarang ini terfokus pada penentuan infeksi menurut tipe HPV onkogenik, penilaian profilaksis dan terapi vaksin serta pengembangan strategi skrining yang berkesinambungan dengan tes HPV dan metode lain berdasarkan sitologi. Hal ini merupakan batu loncatan untuk mengimplementasikan deteksi dini kanker serviks dengan beberapa macam pemeriksaan seperti tes Pap (Pap Smear), Pap net, servikografi, Inspeksi Visual Asetat (IVA), tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan (Thin-Layer Pap Smear Preparation).Namun metode yang sekarang ini sering digunakan diantaranya adalah Tes Pap dan (IVA).Tes Pap memiliki sensitivitas 51% dan spesifisitas 98%. Selain itu pemeriksaan Pap Smear masih memerlukan penunjang laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relatif memerlukan waktu dan biaya besar. Sedangkan IVA memiliki sensitivitas sampai 96% dan spesifisitas 97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa IVA memiliki sensitivitas yang hampir sama dengan sitologi serviks sehingga dapatmenjadi metode skrining yang efektif pada negara berkembang seperti di Indonesia.

Gambar 14. Contoh Alur pemeriksaan

2.8.1Tes IVA2.8.1.1DefinisiTes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2%) dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya sebagai salah satu metode skrining kanker serviks.2.8.1.2IndikasiSkrining kanker serviks2.8.1.3 KontraindikasiTidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo.2.8.1.4Persiapan dan syaratPersiapan alat dan bahan-bahan1. Sabun dan air untuk cuci tangan1. Lampu yang terang untuk melihat serviks1. Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi1. Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat tinggi1. Meja ginekologi1. Lidi kapas dan kapas usap1. Asam asetat 3-5% (cuka putih dapat digunakan)1. Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrument dan sarung tangan1. Format pencatatan

Persiapan tindakan1. Menerangkan prosedur tindakan, bagaimana dikerjakan, dan apa artinya hasil tes positif. Yakinkan bahwa pasien telah memahami dan menandatangani informed consent.1. Pemeriksaan inspekulo secara umum meliputi dinding vagina, serviks, dan fornik.

2.8.1.5Teknik/prosedur Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari serviks.Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus dan kotoran lain pada serviks.Identifikasi daerah sambungan skuamo-kolumnar (zona transformasi) dan area di1. Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks, tunggu 1-2 menit untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatikan dengan cermat daerah di sekitar zona transformasi.1. Lihat dengan cermat SCJ dan yakinkan area ini dapat semuanya terlihat. Catat bila serviks mudah berdarah. Lihat adanya plak warna putih dan tebal (epitel acetowhite) bila menggunakan larutan asam asetat. Bersihkan segala darah dan debris pada saat pemeriksaan.1. Bersihkan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kasa bersih.1. Lepaskan ocala dengan hati-hati.1. Catat hasil pengamatan, dan gambar denah temuan.1. Hasil tes (positif atau ocala) harus dibahas bersama pasien dan pengobatan harus diberikan setelah konseling, jika diperlukan dan tersedia.

2.8.1.6 Komplikasi / efek sampingTidak ada2.8.1.7Interpretasi

a. IVA negative = Serviks normal.b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polipserviks).c. IVA positif = ditemukan bercakputih (aceto white epithelium). Kelompok kini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-prakanker (displasiaringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).d. IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasive dini.

2.8.1.8. Kriteria wanita yang dianjurkan untuk menjalani tesMenjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker serviks menempati angka tertinggi di antara wanita berusia 40 hingga50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi prakanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal. Wanita yang memiliki factor risiko juga merupakan kelompok yang paling penting untuk mendapat pelayanan tes.2.8.1.9 Waktu untuk menjalani tesTes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paksa keguguran.Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk pasien (mis. Kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 5 tahun) atau isu-isu khusus yang harus dibahas bersama, seperti kapan dan dimana pengobatan yang diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.2.8.10. Penilaian respondenTes untuk kanker serviks biasanya dilakukan sebagai bagian dari program skrining kesehatan reproduksi atau pelayanan kesehatan primer. Sehingga perlu ditanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya antara lain:1. Riwayat menstruasi1. Pola perdarahan (mis. Paska koitus atau mens tidak teratur)1. Paritas1. Usia pertama kali berhubungan seksual1. Penggunaan alat kontrasepsi2.8.1.11Manfaat1. Memenuhi hasil tes skrining yang baik1. Penilaian ganda untuk sensitifitas dan spesifisitas menunjukkan bahwa tes ini sebanding dengan Pap smear dan HPV atau kolposkopi1. Berpotensi untuk pendekatan kunjungan tunggal1. Tidak memerlukan alat/perawatan selain pasokan asam asetat (cuka), speculum dan sumber cahaya (lampu/senter)Dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan, oleh petugas yang telah dilatih2.8.1.12 Keterbatasan Sedikit penelitian tertulis yang mencatat nilai lebih sebagai tes penapisan yang digunakan dalam skala luas.Positif palsu dapat membuat ocal rujukan mendapat banyak pasien rujukan Perlu pelatihan berbasis kompetensi untuk memeriksa dan membuat penilaian(assessment).

2.9 PencegahanTidak dapat dipungkiri cara terbaik untuk mencegah kanker serviks saat ini adalah dengan screening gynaecological dan jika dibutuhkan dilengkapi dengan treatment yang terkait dengan kondisi pra-kanker. Namun demikian, dengan adanya biaya dan rumitnya proses screening dan treatment, cara ini hanya memberikan manfaat yang sedikit di ocal-negara yang membutuhkan penanganan. Beberapa hal lain yang dapat dilakukan dalam usaha pencegahan terjadinya kanker serviks antara lain:2.9.1Vaksin HPVSebuah studi menyatakan bahwa kombinasi vaksinasi HPV dan skrining dapat memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan penyakit ini.Vaksin HPV dapat berguna dan cost-effective untuk mengurangi kejadian kanker serviks dan kondisi pra- kanker, khususnya pada kasus yang ringan.Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis dapat melindungi tubuh dalam melawan kanker yang disebabkan oleh HPV (tipe 16 dan 18).Salah satu vaksin dapat membantu menangkal timbulnya kutil di daerah genital yang diakibatkan oleh HPV 6 dan 11, juga HPV 16 dan 18.Manfaat tersebut telah diuji pada uji klini stahap III dan harus dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Keyakinan hasil uji klinis tahap III ini menunjukan bahwa vaksin-vaksin tersebut dapat membantu menangkal infeksi HPV dari tipe-tipe diatas dan mencegah lesi pra-kanker pada wanita yang belum terinfeksi HPV sebelumnya.2.9.2Penggunaan kondomPara ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi risiko penularan virus penyebab kutil kelamin (genital warts) dan banyak kasus kanker leher rahim. Hasil pengkajian atas 82 orang yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine memperlihatkan bahwa wanita yang mengaku pasangannya selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual kemungkinannya 70% lebih kecil untuk terkena infeksi human papilloma virus (HPV) disbanding wanita yang pasangannya sangat jarang (tak sampai 5 persen dari seluruh jumlah hubungan seks) menggunakan kondom. Hasil penelitian memperlihatkan efektivitas penggunaan kondom di Indonesia masih tergolong rendah. Dari survey Demografi Kesehatan Indonesia pada2003 (BPS-BKKBN) diketahui bahwa ternyata penggunaan kondom pada pasangan usia subur di Negara ini masih sekitar 0,9%.2.9.3Sirkumsisi pada priaSebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria berhubungan dengan penurunan risiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang pria dengan riwayat multiple sexual partners, terjadi penurunan risiko kanker serviks pada pasangan wanita mereka yang sekarang.

2.9.4 Tidak merokokTembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaretatau dikunyah.Asap rokok menghasilkan polycyclicaromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun ocal sehingga dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus.2.9.5NutrisiBanyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang- kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.

2.10 Prognosis

Gambar 11. Perkiraan angka usia mortalitas

Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah: umur, keadaan umum, tingkat klinik keganasan, ciri histologi sel tumor, kemampuan tim penolong, dan sarana pengobatan.Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun menurut data internasional adalah sebagai berikut:TINGKATAKH-5 tahun

T1ST1T2T3T4Hampir 100 %70 85 %40 60 %30 40 %< 10 %

2.10.1Stadium 0100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.2.10.2 Stadium 1Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%.2.10.3Stadium 2Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B.dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70 - 90%. Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.

2.11Kekambuhan 2.11.1Kekambuhan LokalKekambuhan lokal meliputi kekambuhan di porsio, kekambuhan dipuncak vagina. Kekambuhan lokal pasca pembedahan dapat diterapi dngan pembedahan atau terapi radioterapi.Kekambuhan lokal pascaradioterapi dapat diterapi dengan pembedahan atau terapi radiasi (bila terapi radioterapi yang lalu lebih dari satu tahun yang lalu).Pemedahan histerektomi radikal merupakan salah satu pilihan pada kekambuhan lokal ataupun persisten pada pemberian pengobatan dengan radioterapi. Pembedahan histerektomi radikal pada kekambuhan atau persisten pascaradioterapi mempunyai risiko komplikasi yang cukup besar. Komplikasinya berupa stenosis ureter, fistula baik vesikovaginal ataupun uretero-vaginal dan rekto-vaginal. Kejadian komplikasi ini dapat mendapat mencapai 44%. Dengan demikian pembedahan tersebut sangat menuntut kehati-hatian, karena faktor penyembuhan perprimam nampaknya menjadi kendala utama, sehingga faktor seleksi pasien sangat menentukan.Kemampuan pasien atau survival rata-rata dengan pembedahan histerektomi radikal pada 44% penderita dengan keadaan residif dapat mencapai 81 bulan dan 53% penderita meninggal dengan rata-rata survival 22 bulan, dan survival 5 tahun 49%.2.11.2. Kekambuhan SentralKekambuhan sentral adalah kekambuhan di uterus dengan atau vesika urinaria, rektum, ataupun parametrium. Kejadian kekambuhan sentral pada 5 tahun pertam berkisar 6,8% pada 10 tahun pascaterapi 7,8% dan pada 20 tahun 9,6%. Hasil terapi yang menderita rekurensi >36 bulan lebih baik jika dibandingkan dengan yang benar