Bab III Tabanan

260
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PKL Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) Mahasiswa Jurusan Analis Poltekkes Denpasar Kesehatan tahun akademik 2013-2014 dilaksanakan di Laboratorium Pathologi Klinik Badan Rumah Sakit Umum Tabanan, dengan beberapa sub laboratorium yang meliputi sub laboratorium sampling, sub laboratorium hematologi, sub laboratorium kimia klinik, sub laboratorium klinik rutin, sub laboratorium imunoserologi, dan sub laboratorium mikrobiologi. Pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar diikuti oleh 6 orang mahasiswa yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 10 Maret-12 April 2014, dengan sistem pelaksanaan kerja praktek yang diterapkan adalah sistem operan jaga (shift), yaitu: dibagi menjadi tiga operan jaga antara lain pada pagi hari mulai dari pukul 07.00-13.00 WITA, operan jaga sore hari mulai dari pukul 13.00-19.00 WITA, operan jaga

description

laporan PKL

Transcript of Bab III Tabanan

Page 1: Bab III Tabanan

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PKL

Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) Mahasiswa Jurusan Analis

Poltekkes Denpasar Kesehatan tahun akademik 2013-2014 dilaksanakan di

Laboratorium Pathologi Klinik Badan Rumah Sakit Umum Tabanan, dengan

beberapa sub laboratorium yang meliputi sub laboratorium sampling, sub

laboratorium hematologi, sub laboratorium kimia klinik, sub laboratorium klinik

rutin, sub laboratorium imunoserologi, dan sub laboratorium mikrobiologi.

Pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) Mahasiswa Jurusan

Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar diikuti oleh 6 orang mahasiswa yang

dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 10 Maret-12 April 2014, dengan

sistem pelaksanaan kerja praktek yang diterapkan adalah sistem operan jaga

(shift), yaitu: dibagi menjadi tiga operan jaga antara lain pada pagi hari mulai dari

pukul 07.00-13.00 WITA, operan jaga sore hari mulai dari pukul 13.00-19.00

WITA, operan jaga malam hari mulai dari pukul 19.00-07.00 WITA. Kegiatan

PKL dilaksanakan setiap hari dengan pengaturan operan jaga berturut-turut dari

pagi, siang, malam, dan libur.

Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan praktek kerja lapangan

(PKL) di Laboratorium Patologi Klinik Badan Rumah Sakit Umum Tabanan

dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 2: Bab III Tabanan

A. Sub Laboratorium Sampling

1. Nama Kegiatan : Pengambilan sampel darah vena pasien

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui prosedur pengambilan sampel darah secara baik dan

benar.

2) Untuk mendapatkan sampel darah dari vena pasien sebagai bahan

pemeriksaan sesuai dengan permintaan pemeriksaan.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah venapuncture dengan vacutainer system

dan syringe/spuit.

c. Prinsip kerja

1) Metode Syringe/spuite

Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh tampak

jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sampel darah. Darah

pasien yang diambil dengan syringe dapat dikontrol tekanannya melalui penarikan

penghisap syringe secara perlahan hingga sesuai dengan volume yang dibutuhkan.

2) Metode Vacutainer

Pembendungan pembuluh darah dilakukan agar pembuluh darah tampak

jelas dan dengan mudah dilakukan penusukan sehingga didapatkan sampel darah.

Saat melakukan penusukan pada pembuluh darah vena, darah akan masuk ke

dalam tabung hampa udara sampai volume darah yang dikehendaki.

d. Dasar teori

Dalam praktik laboratorium klinik, ada tiga cara pengambilan darah, yaitu

melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan

13

Page 3: Bab III Tabanan

arteri atau nadi. Dari ketiga cara tersebut, venipuncture adalah cara yang paling

umum dilakukan oleh karena itu istilah phlebotomi sering dikaitkan dengan

venipuncture (Joyce, 2007).

Tujuan phlebotomi adalah memperoleh sampel darah dalam volume yang

cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan

interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang benar,

memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sesedikit mungkin

menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (Hendro, 2011).

Darah vena diperoleh dengan jalan pungsi vena. Jarum yang digunakan

untuk menembus vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus

runcing, tajam dan lurus. Dianjurkan untuk memakai jarum dan semprit yang

dispossible; semprit semacam itu biasanya dibuat dari semacam plastik. Baik

semprit maupun jarum hendaknya dibuang setelah dipakai, janganlah disterilkan

lagi guna pemakaian berulang.

Terdapat dua cara dalam pengambilan darah vena yaitu cara manual dan cara

vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),

sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

1) Pengambilan darah dengan cara syringe

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)

merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan

tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston

sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum.

Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar

sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan

14

Page 4: Bab III Tabanan

darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien

dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil) (Riswanto, 2009).

2) Pengambilan darah dengan cara vakum

Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-

Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung

reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan

pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir

ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari

dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi

anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan

pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat

mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk

melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong

tabung menancap pada jarum posterior (Riswanto, 2009).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Tourniquet

b) Kapas alkohol 70%

c) Holder

d) Jarum vacutainer

e) Tabung vacutainer (sesuai pemeriksaan)

f) Syringe/spuite

g) Kapas Kering

h) Plester

15

Page 5: Bab III Tabanan

i) Spidol

f. Cara kerja

1) Metode Syringe/spuite

a) Dilakukan persiapan kerja dari area kerja dan perlatan yang diperlukan

untuk sampling.

b) Identifikasi identitas pasien sesuai dengan FPPL (Formulir Permintaan

Pemeriksaan Laboratorium) dengan mewawancarai identitas pasien

secara langsung.

c) Pasien diminta untuk meluruskan lengannya dan diminta untuk

mengepalkan tangannya.

d) Tourniquet dipasang kira-kira 7,5-10 cm atau ± 3 jari di atas lipatan siku.

e) Dipalpasi vena atau dipilih yang lebih besar dan tidak boleh pada

jaringan parut, proksimal tempat infus, hematoma dan limfostasis.

f) Kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan kapas

alcohol 70% dengan gerak memutar dari tengah ke tepi, dibiarkan 30

detik untuk pengeringan alcohol dan jangan menyentuh area yang sudah

steril.

g) Bagian vena ditusuk dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas

dengan sudut 15 - 30°. Dihindari gerakan seminimal mungkin.

h) Tourniquet dilepas segera setelah darah mengalir dan dibiarkan pasien

membuka genggaman tangannya.

i) Dilepaskan jarum dari tempat tusukan vena, segera ditekan dengan kapas

kering selama 3-5 menit, jangan langsung melekukan lengan ke atas.

j) Diplester bagian venapuncture.

16

Page 6: Bab III Tabanan

k) Sampel darah vena dimasukkan kedalam tabung yang telah disediakan

secara perlahan agar tidak menimbulkan buih.

l) Sampel siap untuk diperiksa dan didistribusikan sesuai form pemintaan

pemeriksaan pasien.

2) Metode Vacutainer

a) Dilakukan persiapan kerja dari area kerja dan perlatan yang diperlukan

untuk sampling.

b) Identifikasi identitas pasien sesuai dengan FPPL (Formulir Permintaan

Pemeriksaan Laboratorium) dengan mewawancarai identitas pasien

secara langsung.

c) Pasien diminta untuk meluruskan lengannya dan diminta untuk

mengepalkan tangannya.

d) Tourniquet dipasang kira-kira 7,5-10 cm atau ± 3 jari di atas lipatan siku.

e) Dipalpasi vena atau dipilih yang lebih besar dan tidak boleh pada

jaringan parut, proksimal tempat infus, hematoma dan limfostasis.

f) Kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan kapas

alcohol 70% dengan gerak memutar dari tengah ke tepi, dibiarkan 30

detik untuk pengeringan alcohol dan jangan menyentuh area yang sudah

steril.

g) Bagian vena ditusuk dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas

dengan sudut 15 - 30°. Dihindari gerakan seminimal mungkin.

h) Tabung vacutainer dipasang pada holder secara kuat dengan cara ibu jari

kanan mendorong tabung sedangkan jari telunjuk dan jari tengah (kanan)

17

Page 7: Bab III Tabanan

tertumpu pada kedua sisi holder. Ibu jari tangan kiri memegang holder

dengan sedikit menekan agar holder tidak bergerak.

i) Tourniquet dilepas segera setelah darah mengalir, lalu tabung vacutainer

diisi sesuai dengan kapasitas tabung vacutainer. Setelah tabung teisi

sesuai kapasitas dilakukan penghomogen darah dengan antikoagulan

dalam tabung.

j) Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, tabung

dicabut dan diganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

k) Tabung vacutainer dilepaskan dari holder kemudian diletakkan kapas

kering di atas tempat penusukan, lalu jarum ditarik perlahan. Kapas

diletakkan beberapa saat atau selama 3-5 menit lalu dipasangi plester.

l) Sampel siap untuk diperiksa dan didistribusikan sesuai form pemintaan

pemeriksaan pasien.

g. Hasil kegiatan

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan PKL di Laboratorium Patologi

Klinik BRSUD Tabanan, jumlah rata-rata pasien rawat jalan dari poliklinik yang

berhasil diambil sampel darah per harinya oleh mahasiswa sebanyak 10-15 orang

pada pagi hari, sedangkan pada sore dan malam hari pasien dari IRD yang

berhasil diambil sampel darahnya rata-rata berjumlah 2-3 orang pasien per hari.

h. Permasalahan yang ditemui

Dalam kegiatan sampling selama kegiatan PKL di BRSUD Tabanan,

mahasiswa menemui beberapa permasalahan, diantaranya:

1) Sampling pasien yang cenderung gemuk agak sulit untuk menemukan posisi

vena yang besar karena tidak terlihat.

18

Page 8: Bab III Tabanan

2) Sampling pasien anak kecil/balita yang merasa takut dengan jarum suntik dan

biasanya akan memberontak yang dapat menyebabkan posisi vena bergeser

sehingga tidak diperoleh sampel darah. Selain itu pasien anak kecil/balita

sebagian memiliki vena yang tipis dan kecil yang memungkinkan kegagalan

saat sampling.

3) Jumlah sampel darah yang kurang mencukupi untuk pemeriksaan.

i. Pembahasan

Pengambilan darah vena (Venipuncture) merupakan bagian pra analitik

dalam proses pemeriksaan laboratorium, dimana proses ini sangat penting untuk

memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat. Agar dapat di peroleh spesimen darah

yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka pengambilan sampel darah harus

dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan, pemilihan jenis antikoagulan,

pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai dengan pelabelan sampel.

Pengambilan darah vena di BRSU Tabanan dilakukan dengan sistem

vacutainer, syringe/spuite dan modifikasi kedua sistem. Pemilihan penggunaan

metode pengambilan darah vena disesuaikan dengan vena pasien dan jumlah

pemeriksaaan yang diminta sehingga dapat diperoleh sampel darah yang

memenuhi syarat pemeriksaan.

Proses pengambilan sampel darah mempunyai beberapa permasalahan

yang sering ditemui seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ketika kesulitan

dalam menemukan vena pada orang gemuk dapat dilakukan palpasi pada bagian

telapak punggung untuk memperoleh vena yang teraba dan tepat. Namun, secara

keseluruhan pada pasein yang cenderung gemuk, vena sering terletak pada bagian

mediana cubiti yang agak dalam sehingga perlu kepekaan dalam palpasi atau

19

Page 9: Bab III Tabanan

dapat dilakukan tepukan pada bagian lengan. Sementara pada kasus lainnya,

pasien anak kecil/balita pada proses pengambilan dapat dilakukan dengan bantuan

team work sehingga tidak mudah untuk bergeser. Untuk vena yang tidak bisa

diandalkan (kecil atau rapuh) biasanya pada anak kecil/balita dapat dilakukan

pengambilan dengan wingneddle yang mempunyai jarum lebih kecil dan

digunakan dengan modifikasi menggunakan syringe untuk menghindari sampel

darah yang membeku karena aliran darah ketabung yang lambat. Apabila jumlah

sampel darah yang diperlukan untuk pemeriksaan kurang akibat permasalahan

dalam pengambilan sampel, maka dapat dilakukan pengambilan sampel lagi pada

daerah lengan yang lainnya.

2. Nama kegiatan : Pengambilan sampel darah kapiler

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui cara pengambilan sampel darah kapiler secara baik dan

benar.

2) Untuk memperoleh sampel darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan untuk

menunjang suatu diagnosis penyakit.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah skinpuncture yaitu

pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit.

c. Prinsip

Permukaan kulit pada lokasi pengambilan darah kapiler didesinfeksi,

kemudian dilakukan penusukkan dengan lancet steril sehingga diperoleh sampel

darah kapiler yang dibutuhkan untuk pemeriksaan laboratorium.

20

Page 10: Bab III Tabanan

d. Dasar teori

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy

yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3

macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture),

tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi (Anonim a, 2012)

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture

merupakan proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang

digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah: (Handayani, 2013)

1) Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.

2) Untuk anak kecil dan bayidiambil di tumit (heelstick) pada 1/3  bagian

tepi telapak kaki atau pada  ibu jari kaki.

3) Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan

peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,

trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.

Perangkat fingerstick digunakan untuk menusuk kulit pada ujung jari yang

bertujuan mendapatkan spesimen darah dalam jumlah yang sedikit, kurang dari

0,5 ml. Darah yang didapat biasanya digunakan untuk pengujian glukosa darah,

hemoglobin, dan komponen darah lainnya. Instrument ini dilengkapi dengan

lancet kecil bermata pisau atau jarum. Beberapa perangkat fingerstick dirancang

untuk disposable atau sekali pakai, namun kini ada beberapa yang merancang

fingerstick dapat dipakai ulang atau lebih dari sekali (Handayani, 2013).

e. Alat dan Bahan

1) Alat:

a) Accu-check blood lancet

21

Page 11: Bab III Tabanan

2) Bahan:

a) Kapas alkohol 70%

b) Kapas kering

f. Cara kerja

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Identifikasi pasien sesuai dengan FPPL (Formulir Permintaan Pemeriksaan

Laboratorium).

3) Pasien diminta untuk memberikan salah satu jari tangannya.

4) Lokasi pengambilan darah dipilih kemudian didesinfeksi dengan kapas

alkohol 70% dan dibiarkan hingga kering.

5) Bagian tersebut dibendung dengan tangan supaya tidak bergerak dan ditekan

sedikit supaya rasa nyeri berkurang.

6) Dilakukan penusukan pada ujung jari tersebut dengan menggunakan blood

lancet.

7) Setelah darah keluar, tetes darah pertama dibuang dengan memakai kapas

kering, tetes berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.

8) Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan tidak boleh diperas-

peras untuk mencegah terbentuknya jendalan dan hemolisis.

g. Hasil Kegiatan

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan PKL di Laboratorium Patologi

Klinik BRSUD Tabanan, jumlah rata-rata pasien rawat jalan dari poliklinik yang

berhasil diambil sampel darah kapiler per harinya oleh mahasiswa sebanyak 15-20

orang pasien pada pagi hari dengan permintaan pemeriksaan bleeding time dan

glukosa darah.

22

Page 12: Bab III Tabanan

h. Permasalahan yang Ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan ini adalah penusukan yang

kurang dalam sehingga menyebabkan darah tidak keluar dan harus diperas, hal ini

dikarenakan karena kulit tangan pasien yang tebal dan keras.

i. Pembahasan dan Pemecahan Masalah

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang

berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Pengambilan

darah kapiler biasanya dilakukan untuk pemeriksaan yang memerlukan  sampel

dengan volume kecil (kurang dari 0.5 ml), misalnya untuk pemeriksaan kadar

glukosa, kadar hemoglobin, hematokrit (mikrohematoktrit) atau analisa gas darah

(capillary method), waktu perdarahan, dan hapusan darah tepi untuk pemeriksaan

malaria dan mikrofilaria.

Pengambilan sampel darah kapiler di Laboratorium Patologi Klinik BRSU

Tabanan paling sering dilakukan untuk pemeriksaan glukosa pada pasien dengan

riwayat diabetes mellitus yang hanya melakukan kontrol pada glukosa darah tanpa

permintaan pemeriksaan penunjang lainnya dan pemeriksan waktu perdarahan.

Pengambilan sampel darah kapiler cenderung lebih mudah dibandingkan dengan

pengambilan darah vena, namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

pula dalam pengambilan darah kapiler ini, diantaranya:

1) Sebelum dilakukan penusukan harus diperhatikan tempat-tempat yang tidak

boleh diambil yaitu adanya peradangan, bekas luka dermatitis, oedema. Pada

penderita yang pucat atau Cyanosis perlu dipijat-pijat dan digosok-gosok atau

direndam dalam air hangat dulu supaya peredaran darah setempat mejadi

lebih baik.

23

Page 13: Bab III Tabanan

2) Penusukan pada ujung jari sebaiknya dilakukan pada sisi karena rasa nyeri

berkurang.

3) Jangan menekan atau memeras jari atau cuping telinga untuk mendapatkan

darah yang cukup, darah yang diperas semacam ini bercampur dengan cairan

jaringan dan menyebakan kesalahan dalam pemeriksaan.

4) Pada cuping telinga yang tidak boleh diambil yaitu daerah yang dekat dengan

anting, pada pengambilan darah pada cuping telinga tidak terlalu nyeri.

5) Perlu diperhatikan kalau terjadi pendarahan pada cuping ini sukar untuk

dihentikan oleh karena itu bagi penderita tersangka pendarahan tidak boleh

dilakukan penusukan di cuping telinga.

Solusi dari permasalahan yang ditemui dilapangan pada pengambilan

darah kapiler adalah dengan melakukan pemijatan/pembendungan terlebih dahulu

pada jari untuk menggumpulkan darah agar terkumpul diujung jari pasien dan

dilakukan penusukan yang lebih dalam, apabila darah yang keluar masih kurang

cukup maka dilakukan penusukan yang kedua kalinya pada jari yang lainnya.

B. Sub Laboratorium Hematologi

1. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Darah Lengkap

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui kadar komponen darah lengkap pada pasien, meliputi:

WBC, RBC, HGB, HCT, MCV, MCH, MCHC, RDW, PLT, MPV dan Diff

count.

2) Untuk melihat perkembangan kondisi tubuh pasien dalam menegakkan suatu

diagnosis.

24

Page 14: Bab III Tabanan

b. Metode

Pemeriksaan darah lengkap digunakan secara automatik dengan alat

Automatik Analyzer. Berikut ini merupakan metode yang digunakan pada alat,

antara lain:

1) Cell Dyn 3200

Metode yang digunakan pada alat ini adalah Cyanmethemoglobin

spektofotometri untuk pemeriksaan hemoglobin, Laser optical (Flow cytometry)

untuk pemeriksaan Eritrosit, Leukosit dan Trombosit, Perhitungan dari MCV

untuk pemeriksaan Hematokrit.

2) Siemens ADVIA 212

Metode yang digunakan adalah flowcytometry.

3) Emerald Cell Dyn

Metode yang digunakan pada alat ini adalah Electronic impedence untuk

WBC, RBC, PLT, dll. Absorption spectrophotometry untuk hemoglobin.

c. Prinsip

Sel-sel dideteksi dan dihitung, ketika sel mengalir melalui suatu aliran

dimana sinar leser diarahkan kearah sel-sel tersebut. Sudut sinar laser yang

dipendarkan oleh sel menggambarkan karakteristik sel termasuk ukuran sel,

struktur sel bagian dalam, bentuk organel, dan morfologi permukaan.

d. Dasar Teori

Hitung darah lengkap (complete blood count/full blood count/blood panel)

merupakan jenis pemeriksaan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah

pasien. Hitung darah lengkap digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk

memeriksa gangguan seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya. Sel-sel

25

Page 15: Bab III Tabanan

yang beredar di dalam aliran darah dibagi menjadi tiga jenis : sel darah putih

(leukosit), sel darah merah (eritrosit), dan platelet (trombosit). Tinggi atau

rendahnya hasil penghitungan mungkin menunjukkan adanya berbagai bentuk

kelainan, penyakit atau status kesehatan pasien (Yudi, 2011).

Hitung darah lengkap merupakan tes penyaring terhadap : 1) Kelainan sel

darah (anemia, leukemia), 2) Adanya infeksi (bakterial, virus), 3) Kelainan

perdarahan. Hitung darah lengkap terdiri dari beberapa panel pemeriksaan, yaitu :

1) Hitung lekosit / white blood cell count (WBC). Hitung lekosit adalah jumlah

lekosit per milimeterkubik atau mikroliter darah.

2) Hitung jenis lekosit / differential cell count. Hitung jenis lekosit digunbakan

untuk mengetahui jumlah berbagai jenis lekosit. Ada lima jenis lekosit,

masing-masing dengan fungsi tersendiri dalam melindungi kita dari infeksi.

Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.

3) Hitung eritrosit / red blood cell count (RBC). Hitung eritrosit adalah jumlah

eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.

4) Kadar hemoglobin (Hb). Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen

dalam darah.

5) Hematokrit (Hct/Hmt). Hematokrit adalah persentase eritrosit dalam volume

tertentu darah.

6) Mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah ukuran atau volume rata-rata

eritroit. MCV meningkat jika eritrosit lebih besar dari biasanya (makrositik),

misalnya pada anemia karena kekurangan vitamin B12. MCV menurun jika

eritrosit lebih kecil dari biasanya (mikrositik) seperti pada anemia karena

kekurangan zat besi.

26

Page 16: Bab III Tabanan

7) Mean corpuscular hemoglobin (MCH). MCH adalah jumlah rata-rata

hemoglobin dalam eritrosit. Eritrosit yang lebih besar (makrositik) cenderung

memiliki MCH yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada eritrosit yang lebih kecil

(mikrositik) akan memiliki nilai MCH yang lebih rendah.

8) Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). MCHC adalah

perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit. MCHC

menurun (hipokromia) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal

diencerkan di dalam eritrosit, seperti pada anemia dan kekurangan zat besi

dalam talasemia. Peningkatan MCHC (hiperkromia) terdapat pada kondisi di

mana hemoglobin abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada

pasien luka bakar dan sferositosis bawan.

9) Red cell distribution width (RDW). RDW adalah variasi ukuran eritrosit.

Dalam beberapa kasus anemia, seperti anemia pernisiosa, variasi dalam

ukuran eritrosit (anisositosis) bersama dengan variasi dalam bentuk

(poikilositosis) menyebabkan peningkatan RDW.

10) Hitung trombosit / platelet count. Hitung trombosit adalah jumlah

trombosit/platelet per milimeterkubik atau mikroliter darah.

11) Mean platelet volume (MPV). MPV adalah ukuran rata-rata

trombosit/platelet. Trombosit baru lebih besar, dan peningkatan MPV terjadi

ketika terjadi peningkatan jumlah platelet yang sedang diproduksi.

Sebaliknya, penurunan MPV merupakan indikasi penurunan jumlah trombosit

(trombositopenia).

27

Page 17: Bab III Tabanan

12) Platelet distribution width (PDW). Seperti halnya RDW, PDW merupakan

indikasi variasi ukuran trombosit yang dapat menjadi tanda pelepasan platelet

aktif (Mulyatno, 2011).

e. Alat Dan Bahan

1) Alat :

a) Cobas Cell Dyn 3200

b) Siemens ADVIA 212

c) Emerald Cell Dyn

d) Roller mixer

2) Bahan :

Sampel Darah EDTA

f. Cara Kerja

1) Operasional Cell Dyn 3200

a) Tekan Power

b) Tekan Prime/Run

c) Normal background/ready

d) Nyalakan komputer tunggu ready

e) kerjakan kontrol tiap hari :

(1) siapkan level kontrol L/N/H

(2) Tekan speciment type

(3) Tekan QC type

(4) Tekan Low/Normal/High (sesuai lot number)

(5) Letakkan vial Kontrol dibawah Probe. Baca

f) Pemeriksaan terhadap sampel pasien :

28

Page 18: Bab III Tabanan

(1) Tekan Specimen Type

(2) Tekan Patient Specimen, Ready (ketik identitas pasien)

(3) Letakkan sampel dibawah probe. Baca

g) Mencari arsip data yang terlewatkan :

Tekan Main - Tekan Data Log - Cari data yang diingibkan (nomor urut pasien

(ID), nama) - Tekan Print Report atau diprint lewat komputer (ketik bulan,

tanggal, tahun), Enter , cari data sesuai data pasien.

2) Operasional Emerald Cell Dyn

a) Alat dan bahan disiapkan

b) Pastikan alat dalam keadaan ready.

c) Sampel dihomogenkan selama ± 5-10 menit dengan roller mixer.

d) Klik ikon next sampel pada alat EMERALD.

e) Dimasukkan ID Pasien : Nama dan asal ruangan pasien pada layar sentuh

alat.

f) Tekan Confirm dan ditunggu lampu hiaju menyala pada alat tersebut.

g) Tutup tabung sampel dibuka dan kemudian tabung diletakkan dibawah jarum

sampel (sampling nozzie).

h) Tombol counting ditekan, sehingga jarum sampel akan menyedot sampel

sampai jarum tertarik ke dalam instrument dan sampel secara otomatis akan

diproses oleh alat.

i) Ditunggu beberapa detik hingga hasil akan muncul pada layar computer.

j) Pada layar computer, klik hasil yang keluar kemudian ketik edit untuk

melengkapi data pasien.

k) Klik print pada layar monitor untuk mencetak hasil yang diperoleh.

29

Page 19: Bab III Tabanan

3) Operasional Siemens ADVIA 212 :

a) Nyalakan printer, main power, PC computer serta monitor, tekan CTRL Alt

dan Delete.

b) Ketik password kemudian tekan OK atau ENTER.

c) Setelah selesai loading, tekan ON pada alat ketik user code pada computer.

d) Setelah alat ready lakukan QC.

e) Pemeriksaan terhadap sampel, yaitu:

(1) Masukkan data pasien pada menu : Data manager – Oeder – Entry –

Acces – ID – OK.

(2) Masukkan data pasien (name, sex, age, loc) – pilih test CBC atau C/D –

OK.

f) Buka tutup tabung sampel kemudian masukkan pada selang aspirator.

g) Tekan tombol dan biarkan darah dihisap.

h) Tarik tabung setelah bunyi “tung” atau lampu hijau mati.

i) Hasil akan otomatis keluar dari printer.

g. Hasil pengamatan

Jumlah pemeriksaan darah lengkap selama PKL di Laboratorium BRSU

Tabanan yaitu :

Tanggal Siemens

ADVIA 212

Cobas Cell Dyn

3200

Emerald Cell Dyn

10 Maret 2014 46 111 15

11 Maret 2014 26 126 13

12 Maret 2014 6 68 11

13 Maret 2014 - 139 23

14 Maret 2014 - 128 11

15 Maret 2014 - 119 12

30

Page 20: Bab III Tabanan

16 Maret 2014 - 100 5

17 Maret 2014 - 101 17

18 Maret 2014 - 127 23

19 Maret 2014 62 17 68

20 Maret 2014 - 107 28

21 Maret 2014 25 99 3

22 Maret 2014 48 74 16

23 Maret 2014 - 86 18

24 Maret 2014 22 135 21

25 Maret 2014 2 108 28

26 Maret 2014 14 51 66

27 Maret 2014 9 82 38

28 Maret 2014 - 96 19

29 Maret 2014 - 92 21

30 Maret 2014 11 80 8

31 Maret 2014 26 40 21

1 April 2014 - 125 20

2 April 2014 - 139 60

3 April 2014 - 161 26

4 April 2014 40 56 40

5 April 2014 4 108 47

6 April 2014 35 49 10

7 April 2014 - 122 36

8 April 2014 - 143 24

9 April 2014 42 81 14

10 April 2014 1 31 35

11 April 2014 15 105 19

12 April 2014 - 133 27

Total 434 3339 843

31

Page 21: Bab III Tabanan

h. Permasalahan yang ditemui

Dalam pemeriksaan darah lengkap selama kegiatan PKL di BRSUD

Tabanan, mahasiswa menemui beberapa permasalahan, diantaranya:

1) Perbandingan volume darah dengan antikoagulan yang tidak sesuai karena

kesulitan dalam pengambilan sampel darah.

2) Sampel darah yang mengandung bekuan/clot.

i. Pembahasan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Laboratorium BRSU Tabanan

dimulai dari tanggal 10 Maret – 12 April 2014 dan diperoleh data hasil

penghitungan darah lengkap pasien sebanyak 4616 sampel darah EDTA.

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis

pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk

melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga

pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada

pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang biasaanya disarankan

kepada pasien di BRSU Tabanan baik yang berasal dari Poliklinik, IRD dan

Ruang rawat inap dengan gejala klinisnya. Pemeriksaan dilakukan dengan

menggunakan alat otomatis yang memiliki kelebihan yaitu hasil analisis dapat

didperoleh dengan cepat serta memiliki nilai keakuratan dan kepresisian yang

terjamin selama alat tersebut berfungsi dengan baik. Untuk menjaga kualitas hasil

pemeriksaan darah lengkap, dilakukan quality control pada tiap alat dengan

menggunakan control bawaan, kemudian dilakukan perbandingan hasil uji dari

alat terhadap hasil uji control sebenarnya. Dari situlah alat dapat dinyatakan layak

32

Page 22: Bab III Tabanan

digunakan. Quality Control dilakukan tiap hari pada tiap-tiap alat di Laboratorium

Patologi Klinik BRSU Tabanan.

Pemeriksaan darah lengkap di Laboratorium BRSU Tabanan

menggunakan 3 alat, yaitu Emerald Cell Dyn dengan parameter sebagai berikut :

hitung jumlah leukosit (WBC) dengan tiga differential count (granula, limfosit

dan monosit), hitung jumlah sel darah merah (RBC), kadar Hemoglobin,

Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, Hitung jumlah trombosit (Plt), MPV, Pct,

PDW dan histogram WBC, RBC dan PLT. Cobas Cell Dyn 3200 dan Siemens

ADVIA 212 dengan parameter sebagai berikut : hitung jumlah leukosit (WBC)

dengan 5 differential count (neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit),

hitung jumlah sel darah merah (RBC), kadar Hemoglobin, Hematokrit, MCV,

MCH, MCHC, Hitung jumlah trombosit (Plt), MPV, Pct, PDW dan histogram

WBC, RBC dan PLT.

Masing-masing parameter tersebut mempunyai makna klinis yang berbeda

baik dalam keadaaan berlebih ataupun kurang bila dibandingkan dengan nilai

rujukannya sesuai alat pemeriksaan yang digunakan,

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan DL dan pemecahannya,

adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan volume darah dengan antikoagulan yang tidak sesuai karena

kesulitan dalam pengambilan sampel darah. Permasalahan ini dapat

menimbulkan sel eritrosit mengalami krenasi dan trombosit membesar. Untuk

itu dianjurkan apabila sampel darah yang diperoleh sedikit sebaiknya

mempergunakan tabung EDTA dengan perbandingan EDTA yg lebih kecil

sesuai dengan volume yang tertera didalam tabung.

33

Page 23: Bab III Tabanan

2) Sampel darah yang mengandung bekuan/clot. Permasalahan ini dapat muncul

karena adanya kesalahan pada tahap pengambilan darah pasien sehingga

pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan pengecekkan terhadap kondisi

sampel agar dapat menghindar bekuan masuk kedalam alat dan apabila sudah

terlihat adanya bekuan/clot dilakukan pengambilan sampel darah ulang.

2. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Bleeding Time (BT) dan Clotting Time

(CT)

a. Tujuan

1) Untuk dapat melakukan pemeriksaan BT dan CT pada pasien.

2) Untuk mengetahui kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka

atau trauma.

b. Metode

1) Metode yang digunakan pada pemeriksaan Bleeding Time adalah metode

Duke.

2) Metode yang digunakan pada pemeriksaan Clotting Time adalah modifikasi

Lee and White

c. Prinsip

1) Pemeriksaan waktu perdarahan atau Bleeding Time (BT)

Menghitung waktu dari saat pendarahan pertama tampak sampai tidak

tampak ada bekas darah pada kertas saring.

2) Pemeriksaan waktu pembekuan atau Clotting Time (CT)

Menghitung waktu dari saat perdarahan pertama tampak sampai darah

membeku.

34

Page 24: Bab III Tabanan

d. Dasar Teori

1) Pemeriksaan waktu perdarahan atau Bleeding Time (BT)

Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah

adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh

darah untuk membentuk bekuan. Prinsip pemeriksaannya adalah mengukur

lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan bawah atau cuping

telinga. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer

atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat

hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien

dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan (Riswanto, 2010).

Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak

terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang

standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke.

Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai

normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi

merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat

memperlama waktu perdarahan (Riswanto, 2010).

2) Pemeriksaan waktu pembekuan atau Clotting Time (CT)

Clotting time adalah waktu yg dibutuhkan bagi darah untuk membekukan

dirinya secara in vitro dengan menggunakan suatu standart yg dinamakan Clotting

Time. Clot adalah suatu lapisan seperti lilin/jelly yg ada di darah yg menyebabkan

berhentinya suatu pendarahan pada luka yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik

dan ekstrinsik (Adiyarea, 2011).

35

Page 25: Bab III Tabanan

Pemeriksaan masa pembekuan (Cloting Time) merupakan pemeriksaan

untuk menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku.

Hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi, terutama faktor-faktor

yang membentuk tromboplastin dan faktor-faktor yang berasal dari trombosit,

juga kadar fibrinogen. Defisiensi faktor pembekuan dari ringan sampai sedang

belum dapat dideteksi dengan metode ini, baru dapat mendeteksi defisiensi faktor

pembekuan yang berat (Adiyarea, 2011).

e. Alat Dan Bahan

1) Pemeriksaan waktu perdarahan atau Bleeding Time (BT)

(a) Alat

(1) Lancet steril (Soft klik)

(2) Stopwatch

(b) Bahan :

(1) Kapas alcohol 70%

(2) Kertas saring atau tissue

2) Pemeriksaan waktu pembekuan atau Clotting Time (CT)

(a) Alat

(1) Tiga buah tabung reaksi

(2) Spuit 3 cc

(3) Torniquet

(4) Stopwatch

(b) Bahan :

(1) Kapas alcohol 70%

(2) Kapas kering

36

Page 26: Bab III Tabanan

f. Cara Kerja

1) Pemeriksaan Bleeding Time (BT)

(a) Alat dan bahan disiapkan.

(b) Cuping telinga pasien didesinfeksi dengan kapas alcohol 70%, lalu biarkan

kering.

(c) Dilakukan penusukkan dengan menggunakan soft klik pada bagian tepi

bawah cuping telinga.

(d) Setelah darah tampak keluar, stopwatch dihidupkan.

(e) Darah yang keluar disentuh dengan kertas saring setiap 30 detik jangan

sampai menyentuh luka, lakukan terus sampai perdarahan berhenti.

(f) Dicatat waktu yang diperlukan sampai perdarahan berhenti.

2) Pemeriksaan Clotting Time (CT)

(a) Alat dan bahan disiapkan

(b) Dilakukan pembendungan dan palpasi pada lengan pasien.

(c) Dilakukan desinfeksi dengan kapas alcohol 70% pada lokasi yang telah

ditentukan untuk diambil darahnya.

(d) Dilakukan penusukan dengan menggunakan spuit.

(e) Setelah darah mulai terlihat masuk ke dalam spuit, stopwatch dihidupkan.

(f) Sampel darah diambil sebanyak 3 cc.

(g) Sampel darah selanjutnya dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

sebanyak 1 ml dan biarkan selama 4 menit.

(h) Dimiringkan tabung reaksi 900 setiap 30 detik untuk melihat apakah darah

sudah membeku.

37

Page 27: Bab III Tabanan

(i) Apabila darah sudah membeku, dicatat waktu yang diperlukan sampai darah

membeku dan dirata-ratakan.

g. Hasil Kegiatan

1) Hasil kegiatan

Jumlah pemeriksaan BT dan CT selama PKL di Laboratorium BRSU Tabanan

yaitu :

Tanggal Jumlah Pemeriksaan

10 Maret 2014 16

11 Maret 2014 23

12 Maret 2014 3

13 Maret 2014 11

14 Maret 2014 16

15 Maret 2014 4

16 Maret 2014 4

17 Maret 2014 18

18 Maret 2014 21

19 Maret 2014 8

20 Maret 2014 17

21 Maret 2014 9

22 Maret 2014 8

23 Maret 2014 3

24 Maret 2014 11

25 Maret 2014 9

26 Maret 2014 15

27 Maret 2014 6

28 Maret 2014 8

29 Maret 2014 4

30 Maret 2014 -

31 Maret 2014 -

1 April 2014 9

38

Page 28: Bab III Tabanan

2 April 2014 10

3 April 2014 15

4 April 2014 4

5 April 2014 12

6 April 2014 3

7 April 2014 13

8 April 2014 11

9 April 2014 8

10 April 2014 9

11 April 2014 18

12 April 2014 4

Total 324

2) Hasil pemeriksaan

(a) Waktu perdarahan atau bleeding time (BT)

Nama pasien : Mrs.R

Zall/Poli : IRD

Jenis kelamin : P

Tanggal : 6 April 2014

Hasil BT : 2’00”

Nilai rujukan : 1’00” – 4’00”

(b) Waktu pembekuan atau clotting time (CT)

Nama pasien : Mrs.R

Zall/Poli : IRD

Jenis kelamin : P

Tanggal : 6 April 2014

Hasil BT : 8’00”

39

Page 29: Bab III Tabanan

Nilai rujukan : 7’00” – 12’00”

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan BT dan CT di Laboratorium

Patologi Klinik BRSU Tabanan, antara lain:

1) Permasalahan pada pemeriksaan BT adalah penusukan yang dilakukan pada

cuping telinga terkadang tidak keluar darah.

2) Pemeriksaan CT tidak dilakukan karena memerlukan jumlah sampel yang

banyak dan waktu yang cukup lama, sehingga dapat menjadi hambatan bagi

jumlah pasien yang banyak.

i. Pembahasan

Pemeriksaan Bleeding Time (BT) dan Clotting Time (CT) merupakan

pemeriksaan penyaring yang mudah dan murah dalam pemeriksaan hemostasis.

Pemeriksaan ini masih menjadi andalan pada pemeriksaan faal hemostasis karena

hasil yang diperoleh cepat dan mudah dilakuan. Pemeriksaan ini paling sering

dilakukan pada zaal/poli VK atau beberapa zaal/poli lainnya pada pasien sebelum

melakukan operasi atau pasien dengan riwayat perdarahan di BRSU Tabanan.

Pemeriksaan Bleeding time bertujuan untuk menunjukkan fungsi

pembuluh kapiler dan jumlah trombosit yang mengalami penurunan. Bleeding

time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi

antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik,

pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan riwayat

keluarga gangguan perdarahan. 

Sedangkan pemeriksaan Clotting time bertujuan untuk menentukan

lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku sehingga hasilnya menjadi

40

Page 30: Bab III Tabanan

ukuran aktivasi faktor-faktor koagulasi darah, terutama faktor yang membentuk

tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit.

Permasalahan yang umumnya ditemui dalam melakukan pemeriksaan BT

dan CT ini serta pemecahan masalahnya, antara lain:

1) Permasalahan pada pemeriksaan BT adalah penusukan yang dilakukan pada

cuping telinga terkadang tidak keluar darah. Hal yang harus diperhatikan

apabila menemui permasalahan tersebut adalah apabila darah tidak keluar dari

cuping telinga yang telah ditusuk maka tidak boleh dipijat-pijat atau diperas,

tetapi penusukan sebaiknya diulangi pada cuping telinga yang lainnya.

2) Pemeriksaan CT tidak dilakukan karena memerlukan jumlah sampel yang

banyak dan waktu yang cukup lama, sehingga dapat menjadi hambatan bagi

jumlah pasien yang banyak. Oleh sebab itu, pemeriksaan CT di BRSU

Tabanan dilakukan dengan menambahkan waktu 6 menit terhadap hasil dari

pemeriksaan BT.

3. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui cara pemeriksaan Laju Endap Darah (LED).

2) Untuk mengetahui nilai Laju Endap Darah (LED) pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah metode otomatis.

41

Page 31: Bab III Tabanan

c. Prinsip

Sampel darah dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung khusus

dan diletakkan pada alat, maka eritrosit akan mengendap. Pengendapan ini diukur

pada 1 jam dan 2 jam berikutnya secara otomatis.

d. Dasar teori

Laju endap darah ( Erytrocyte Sedimen Rate, ESR ) yang juga disebut laju

sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang

belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik.

LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,

kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan

kondisi stress fisiologis ( misalnya kehamilan ). Sebagian ahli hematologi, LED

tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang

menyebabkan temuan tidak akurat ( Joyce, 2007 ).

Uji ini menentukan kecepatan eritrosit ( dalam darah yang telah diberi

antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertical dalam waktu tertentu.

Pengukuran jarak dari atas kolom eritrosit yang mengendap sampai ke atas batas

cairan dalam periode tertentu menentukan laju endap darah (LED). Darah dengan

antikoagulan yang dimasukkan ke dalam tabung kaliber kecil yang tegak lurus

memperlihatkan pengendapan (sedimentasi) sel - sel darah merah dengan

kecepatan yang terutama ditentukan oleh densitas relatif sel darah merah dalam

kaitannya dengan plasma (Sacher, 2004 ).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Kimased Auto 16

42

Page 32: Bab III Tabanan

b) Tabung LED Kimased Auto 16

2) Bahan

Sampel darah EDTA

f. Cara kerja

1) Menghidupkan alat

a) Untuk menghidupkan alat, gunakan switch yang terletak di sisi kiri belakang

peralatan.

b) Tunggu sekitar 2 menit, komponen elektronik dan mekanik akan diperiksa

secara otomatis.

c) Untuk mengubah jenis siklus instrumen, reset unit dengan menekan tombol

satu.

d) Jika perubahan hari telah terjadi, memori data akan dihapus dan urutan daftar

kerja akan dimulai dari posisi pertama.

e) Pengecekan diselesaikan (2 menit), menu utama akan ditampilkan.

f) Instrumen ini sekarang siap untuk memulai siklus analisis .

2) Analisis sampel

a) Tabung harus benar diratakan dengan sampel darah, sesuai dengan tingkat

tanda pada tabung. Toleransi dari peralatan yang berkaitan dengan tingkat

adalah +5 mm dan - 11mm . Jika tidak, alat akan menampilkan " LE : pesan

kesalahan tingkat”.

b) Sampel harus dihomogenkan dengan perlahan-lahan dengan cara membalik

tabung selama kurang lebih 5 menit, sebelum memasukkan ke dalam

instrument.

43

Page 33: Bab III Tabanan

c) Pekerjaan harus dilakukan secara berurutan. Mulailah pekerjaan harian di

posisi I dan seterusnya sampai posisi 16 mencapai.

d) Ketika mencapai posisi 16 dan jika masih ada sampel untuk menganalisis,

mulai lagi dari posisi 1 ( berurutan nomor 17 ) dan sebagainya .

e) Jika siklus analisis selesai dan masih terdapat sampel, terus dari posisi berikut

ini yang terakhir digunakan. Dengan cara ini, daftar kerja akan diatur secara

memadai.

f) Ketika setiap tabung telah diidentifikasi, menu identifikasi akan menampilkan

posisi berikutnya yang akan digunakan, kecuali diinstruksikan.

g) Jangan keluarkan tabung dari posisinya sampai tes selesai. Jika Anda

melakukannya, tes akan dibatalkan dan SE pesan akan muncul pada hasil

cetakan.

h) Setelah 24 atau 48 menit dari awal tes dan tergantung pada siklus yang

dipilih, tes akan berakhir, akhir tes dilaporkan dengan " F " dalam posisi yang

sesuai di layar.

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Selama kegiatan PKL di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dari tanggal 10 Maret-12 April 2014, jumlah pemeriksaan LED yang dilakukan

sebanyak 8 orang pasien.

2) Hasil pemeriksaan

Zaal/Poli : CPK

Nama Pasien : Mr. X

Usia : 35 th

44

Page 34: Bab III Tabanan

Tanggal : 26 Maret 2014

Hasil LED :

TEST HASIL NILAI RUJUKAN

LED Jam 1 20* < 15 mm/jam

LED Jam 2 50* < 20 mm/jam

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) di

Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan adalah volume sampel darah pasien

yang kurang dari batas tabung LED kimiased auto 12 tidak dapat diperiksa

menggunakan alat kimased auto 12.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Laju Endap Darah (LED) atau  Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)

merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat

peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi

(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah ke dalam tabung

khusus LED dalam posisi tegak lurus. Sel darah merah akan mengendap ke dasar

tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan

pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan

makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap

Darah (LED)-nya. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa

dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat.

Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup

baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.

45

Page 35: Bab III Tabanan

Dalam hasil intrerpretasi, pemeriksaan LED merupakan pemeriksaan

laboratorium yang tidak spesifik sehingga membatasi kegunaan dalam diangnosis

penyakit. LED tidak dapat dipergunakan untuk mendiagnosis secara pasti suatu

penyakit dan tidak dapat digunakan sebagai patokan utama dalam pengobatan.

Interpretasi LED disesuaikan dengan kecurigaan klinis seorang dokter terhadap

penyakit tertentu, dan interpretasi tersebut biasanya dikaitkan dengan hasil

wawancara atau pemeriksaan dokter dan pemeriksaan laboratorium atau

penunjang lainnya.

Pemeriksaan LED di Laboratorium Patologi Klinik di BRSU Tabanan

dilakukan dengan menggunakan alat metode otomatis yaitu Kimased Auto 16

yang lebih mudah dan memperoleh hasil yang lebih cepat daripada metoda

westergreen atau wintrobe. Secara prinsip, pemeriksaan yang dilakukan hampir

sama dengann metode westergreen atau wintrobe yang menggunakan tabung

khusus untuk pembacaan LED dan tabung ini bersifat disposable untuk

pemeriksaannya.

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan LED dengan alat Kimased

Auto 16 dan juga pemecahannya adalah volume sampel darah EDTA yang kurang

dari batas tabung LED kimiased auto 12 tidak dapat diperiksa menggunakan alat

kimased auto 12, sehingga untuk melakukan pemeriksaan LED dapat dilakukan

dengan metode westergreen atau wintrobe dan apabila tetap tidak mencukupi

dapat dilakukan pengambilan darah ulang pada pasien.

46

Page 36: Bab III Tabanan

4. Nama Kegiatan : Pemeriksaan PTT dan APTT

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui cara pemeriksaan PTT dan APTT pada sampel darah

pasien.

2) Untuk menilai aktifitas faktor koagulasi pada sampel.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah metode otomatis.

c. Prinsip

1) Prinsip Pemeriksaan PPT

Menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang telah diinkubasi

ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Reagen yang

digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin jaringan dalam

larutan CaCl2.

2) Prinsip Pemeriksaan APTT

Menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung semua faktor koagulasi

intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan tromboplastin parsial (fosfolipid)

dengan bahan pengaktif (misalnya: kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau

celite koloidal). Penambahan kalsium akan memulai proses pembekuan (bekuan

fibrin) dan waktu yang diperlukan untuk membentuk bekuan fibrin dicatat sebagai

APTT.

d. Dasar teori

Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan

pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan

aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi

47

Page 37: Bab III Tabanan

trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah

menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam

sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic

thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular

injury). Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel

vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins,

protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia

dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat

menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu

terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga

menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat

antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan

antara faktor prothrombotik dan faktor antithrombotic (Rafsan, 2012)

1) Pemeriksaan PPT (Plasma Prothrombin Time)

  PT Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif

dalam proses pembekuan. Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin oleh

tromboplastin untuk membentuk bekuan darah. Pemeriksaan PT digunakan untuk

menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu :

faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII

(prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan

memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal (Rafsan, 2012).

          PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan campuran

kalsium dan tromboplastin pada plasma. Tromboplastin dapat dibuat dengan

berbagai metoda sehingga menimbulkan variasi kepekaan terhadap penurunan

48

Page 38: Bab III Tabanan

faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K dan menyebabkan

pengukuran waktu protrombin yang sama sering mencerminkan ambang efek

antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk mengatasi variasi kepekaan ini dilakukan

dengan menggunakan sistem INR (International Normalized Ratio). International

Committee for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan

tromboplastin jaringan yang digunakan harus distandardisasi dengan

tromboplastin rujukan dari WHO dimana tromboplastin yang digunakan

dikalibrasi terhadap sediaan baku atas dasar hubungan linier antara log rasio

waktu protrombin dari sediaan baku dengan dari tromboplastin local (Rafsan,

2012).

INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT

normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah International

Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang mencerminkan hasil yang akan

diperoleh bila tromboplastin baku WHO yang digunakan, sedangkan ISI

merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin terhadap penurunan faktor

koagulasi yang bergantung pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama

mempunyai ISI = 1,0 (tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0).

Dengan demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah

kombinasi sistem INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang peka yang

mempunyai nilai ISI sama (Rafsan, 2012).

2) Pemeriksaan APTT

Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin

time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur

intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein,

49

Page 39: Bab III Tabanan

kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor

Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart),

faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen)

(Ambarsari, 2011).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) ST-ART 4 Diagnostica STAGO

b) Kuvet

c) Mikropipet

2) Bahan

a) Sampel darah plasma sitrat

b) Steel ball

c) Plasma/control/kalibrator

d) Reagen 1 (CK Prest)

e) Neoplastine CL +

f) CaCl2

f. Cara kerja

1) Sebelum melaksanakan pemeriksaan, letakkan strip kuvet pada area inkubasi

37oC selama 3 menit, isikan steel ball pada setiap kuvet. Untuk fibrinogen

lakukan dahulu pengenceran plasma 20x dengan menggunakan Owrwn

Koller.

2) Dari <menu utama> tekan <1> (test mode) ; <enter>, kemudian pilih tes yang

akan dilakukan. <1> untuk PT; <2> untuk APTT; <3> fibrinogen.

50

Page 40: Bab III Tabanan

No PPT APTT

1. Pada area inkubasi

Dipipet :

Plasma/control/kalibrator 50 µl 50 µl

Reagen 1 (CK PREST) - 50 µl

Ditekan tombol timer pada area inkubasi 60 s 180 s

Ketika instrument mulai bunyi bip, pindahkan

kuvet ke kolom tes/pengukuran

2. Kolom tes/pengukuran

Aktifkan pipet dengan menekan tombol pipet

Start reagen

Neoplastin Cl+ 100 µl -

CaCl2 - 50 µl

Fibriprest Automate 2 - -

Thrombine Time - -

Posisi skala pada finnpipet 4 2

3) Hasil ppt atau aptt akan keluar secara otomatis.

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Selama kegiatan PKL di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dari tanggal 10 Maret-12 April 2014, jumlah pemeriksaan PPT dan APTT adalah

sebanyak 12 orang.

2) Hasil pemeriksaan

Zaal/Poli : IRD

Nama : Mr.X

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : L

Tanggal : 27 Maret 2014

51

Page 41: Bab III Tabanan

Hasil :

No. Parameter Hasil Nilai Normal

1 PPT 12,4 10,8 – 14,4 detik

2 APTT 30,5 24 – 35 detik

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan PPT dan APTT, yaitu

kesalahan dalam proses pengerjaan, kualitas reagen dan tahap persiapan dapat

mengakibatkan hasil pemeriksaan PPT dan APTT menjadi memanjang.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan PPT dan APTT merupakan pemeriksaan penyaring untuk

proses pembekuan darah yang menilai faktor koagulasi dari jalur ekstrinsik dan

intrinsik serta jalur bersama. Pemeriksaan ini dilakukan di BRSU Tabanan dengan

menggunakan alat ST-ART 4 Diagnostica STAGO metode otomatis.

Bahan pemeriksaan PT dan APTT yang digunakan adalah plasma sitrat

yang diperoleh dari sampel darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2%

(0.109 M) dengan perbandingan 9:1. Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu

selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Penyimpanan sampel plasma

pada suhu 2-80C menyebabkan teraktivasinya F VII (prokonvertin) oleh sistem

kalikrein (Anonim, 2011).

Permasalahan yang sering ditemui dan juga pemecahan masalahnya pada

pemeriksaan PPT dan APTT dengan metode automatik ini adalah alat yang sangat

sensitif sehingga diperlukan keterampilan dan ketelitian dalam pengerjaannya.

Pengerjaan dipengaruhi oleh keadaan alat, reagen, serta prosedur kerja dan cara

52

Page 42: Bab III Tabanan

pemipetan. Alat harus dikontrol agar bekerja dengan baik dan sesuai standar.

Selain itu penyimpanan reagen juga harus diperhatikan. Kesalahan dalam

penyimpanan reagen dapat mempengaruhi hasil dan memberikan hasil yang salah.

Reagen yang digunakan sangat sensitif terhadap suhu panas sehingga pada saat

pengerjaan tidak diperbolehkan meletakkan reagen di atas alat pemeriksaan atau

pada tempat dengan suhu tinggi karena dapat mempengaruhi kualitas reagen dan

cepat merusak reagen. Pengerjaan harus disesuaikan dengan prosedur yang

ditetapkan, serta pemipetan dilakukan dengan teliti agar volumenya tepat sehingga

hasil pemeriksaan yang diperoleh juga tepat.

C. Sub Laboratorium Kimia Klinik

1. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Glukosa Darah

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui cara pemeriksaan kadar glukosa darah pasien.

2) Untuk mengetahui kadar glukosa darah pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah metode strip test.

c. Prinsip

Darah pasien diteteskan pada strip yang telah terpasang pada alat glukosa

darah, maka logam emas pada strip glukosa yang telah diberi darah pasien akan

bereaksi dengan elektroda pada strip emas dan oksidase glukosa yang

menghasilkan arus listrik. Ketika arus listrik yang telah dihasilkan sebanding

dengan kadar glukosa, maka alat akan menyetarakan data hasil kadar glukosa ke

dalam algoritma, sehingga muncul angka yang menunjukkan kadar glukosa darah.

53

Page 43: Bab III Tabanan

d. Dasar Teori

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai

glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam

hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah :

insulin, glukagon, dan somatostatin (Riswanto, 2010).

Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang

merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula

darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa

menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh

terhadap konsentrasi glukosa dalam darah (Riswanto, 2010).

Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis

glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada

sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa

(misalnya: diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, dan penyakit hati yang

parah) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.

Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita

terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan

siang) (Riswanto, 2010).

Pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah

lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan

pengukuran kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang

tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak

glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh

54

Page 44: Bab III Tabanan

dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma. Saat ini,

pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk

glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau

heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan

pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung

berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari

serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu

elektroda pendeteksi oksigen. Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi)

modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit

(Riswanto, 2010).

Di luar laboratorium, saat ini banyak tersedia berbagai merek monitor

glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari

tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa

darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan

dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein

serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar

glukosa darah, dan sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang

rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala

membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan pengukuran glukosa

laboratorium klinik (baku emas) untuk memperkirakan kemungkinan interferensi

fisiologik serta fluktuasi fungsi alat yang digunakan. (Riswanto, 2010)

e. Alat dan Bahan

1) Alat

a) On Call Platinum

b) Accu-Chek Performa

55

Page 45: Bab III Tabanan

2) Bahan

a) Lanset steril

b) Kapas alkohol 70%

c) Kapas kering

d) Darah Kapiler

e) Darah Vena dengan antikoagulan EDTA

f) Strip glukosa

Strip glukosa On Call Platinum

Strip glukosa Accu-Chek Performa

f. Cara kerja

1) Pemeriksaan glukosa darah dengan darah kapiler

a) Alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah disiapkan

mulai dari pemasangan baterai dan pemasangan chip yang sesuai dengan

kode chip strip yang akan dipasangkan pada alat.

b) Alat kemudian dihidupkan dengan menekan tombol power dan strip

glukosa dipasang pada alat.

c) Ditunggu beberapa saat hingga strip glukosa terhubung dengan alat yang

ditandai dengan bunyi “tiiit”.

d) Dipilih jari pasien dari tangan pasien yang lebih jarang beraktivitas dan

memiliki kulit pada jari yang tipis (tidak keras) atau jari ketiga/keempat

pasien.

e) Jari pasien didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara

melingkar dari dalam ke luar.

f) Ditunggu beberapa saat hingga alkohol pada jari pasien mengering,

56

Page 46: Bab III Tabanan

kemudian jari pasien ditekan hingga ujung jari pasien tampak merah

hingga kebiruan.

g) Jari pasien ditusuk dengan menggunakan lanset steril.

h) Tetesan darah pertama yang keluar dari jari pasien dibersihkan dengan

menggunakan kapas kering.

i) Tetesan darah selanjutnya dimasukkan ke dalam strip glukosa hingga

strip glukosa berhenti menyerap darah kapiler pasien.

j) Bekas tusukan pada jari pasien ditutup dengan kapas kering.

k) Darah dalam strip glukosa darah akan bermigrasi secara kromatografi

dan ditunggu beberapa saat hingga hasil glukosa darah pasien muncul

pada monitor alat.

l) Hasil glukosa darah pasien kemudian dicatat pada formulir permintaan

pemeriksaan glukosa darah dan buku registrasi hasil pemeriksaan

glukosa darah

2) Pemeriksaan glukosa darah dengan darah vena

a) Alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah disiapkan

mulai dari pemasangan baterai dan pemasangan chip yang sesuai dengan

kode chip strip yang akan dipasangkan pada alat.

b) Alat kemudian dihidupkan dengan menekan tombol power dan strip

glukosa dipasang pada alat

c) Ditunggu beberapa saat hingga strip glukosa terhubung dengan alat yang

ditandai dengan bunyi “tiiit”

d) Darah vena pasien dengan antikoagulan EDTA dihomogenkan dengan

mengocok tabung EDTA secara perlahan.

57

Page 47: Bab III Tabanan

e) Tutup tabung EDTA dibuka, kemudian strip glukosa dimasukkan ke

dalam tabung EDTA.

f) Tabung EDTA dimiringkan secara perlahan hingga strip glukosa

menyerap sampel darah pasien.

g) Darah dalam strip glukosa darah akan bermigrasi secara kromatografi

dan ditunggu beberapa saat hingga hasil glukosa darah pasien muncul

pada monitor alat.

h) Hasil glukosa darah pasien kemudian dicatat pada formulir permintaan

pemeriksaan glukosa darah dan buku registrasi hasil pemeriksaan

glukosa darah.

g. Hasil Kegiatan

1) Hasil Kegiatan

Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan adalah pemeriksaan glukosa darah

puasa, glukosa darah 2 jam post prandial (2 jam PP), dan glukosa darah sewaktu (GDS).

Tanggal

Jumlah Pemeriksaan

Glukosa Darah

Puasa

Glukosa Darah 2

Jam PP

Glukosa Darah

Sewaktu

10 Maret 2014 50 50 54

11 Maret 2014 34 33 99

12 Maret 2014 6 6 40

13 Maret 2014 40 39 97

14 Maret 2014 39 39 44

15 Maret 2014 42 39 40

16 Maret 2014 20 0 44

17 Maret 2014 28 27 69

18 Maret 2014 43 40 86

19 Maret 2014 30 30 80

58

Page 48: Bab III Tabanan

20 Maret 2014 40 40 57

21 Maret 2014 33 33 70

22 Maret 2014 14 14 50

23 Maret 2014 27 0 26

24 Maret 2014 40 37 46

25 Maret 2014 25 25 64

26 Maret 2014 21 20 72

27 Maret 2014 21 21 72

28 Maret 2014 31 30 31

29 Maret 2014 13 13 49

30 Maret 2014 2 0 48

31 Maret 2014 2 0 30

1 April 2014 9 9 50

2 April 2014 17 16 33

3 April 2014 36 36 72

4 April 2014 36 35 50

5 April 2014 35 35 80

6 April 2014 6 6 50

7 April 2014 30 30 60

8 April 2014 41 40 72

9 April 2014 8 7 60

10 April 2014 27 27 82

11 April 2014 22 22 70

12 April 2014 25 23 38

2) Hasil Pemeriksaan

(1) Glukosa darah bayi – anak

Zaal/Poli : VK

Nama : By P

Umur : 2 hari

59

Page 49: Bab III Tabanan

Kelamin : Laki-laki

Tanggal : 25 Maret 2014

NO HASIL UMUR NILAI NORMAL

1 Prematur 54 – 103 mg/dL

2

3

61* Neonatus

> 5 hari

40 – 60 mg/dL

50 – 80 mg/dL

4

5

6

7

1 – 2 tahun

3 – 4 tahun

5 – 6 tahun

7 – 13 tahun

33 – 111 mg/dL

52 – 98 mg/dL

69 – 100 mg/dL

60 – 100 mg/dL

(2) Glukosa darah dewasa

Zaal/Poli : PP

Nama : Mr.A

Umur : Th

Kelamin : Laki-laki

Tanggal : 25 Maret 2014

NO PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

1 Glukosa darah puasa 210* 74 – 105 mg/dL

2 Glukosa darah 2JPP 390* 70 – 120 mg/dL

h. Permasalahan yang ditemui

60

Page 50: Bab III Tabanan

Permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan glukosa darah, antara lain:

1) Darah kapiler pasien yang tidak keluar setelah dilakukan pengambilan darah

kapiler dengan menusukkan lanset ke jari pasien.

2) Darah kapiler pasien tidak mencukupi untuk pemeriksaan glukosa darah

pasien sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh pada monitor alat adalah

error.

3) Strip glukosa tidak dapat menyerap darah pasien sama sekali.

4) Pada saat akan melakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam PP, terdapat

pasien yang datang tidak tepat pada waktunya baik itu kurang dari 2 jam

setelah makan maupun lebih dari 2 jam setelah makan.

5) Hasil pemeriksaan glukosa darah pasien yang abnormal dan mendekati nilai

kritis.

i. Pembahasan dan Pemecahan Masalah

Pemeriksaan glukosa darah merupakan pemeriksaan terhadap darah pasien

yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah

pasien. Terdapat tiga jenis pemeriksaan glukosa darah, antara lain pemeriksaan

glukosa darah puasa, pemeriksaan glukosa darah 2 jam Post Prandial (2 Jam PP)

dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu. Pemeriksaan glukosa darah puasa

merupakan pemeriksaan glukosa dalam darah pasien dalam keadaan puasa atau

tidak ada asupan glukosa yang berasal dari makanan dan minuman yang

berlangsung selama kurang lebih 8 – 12 jam. Pasien yang melakukan pemeriksaan

glukosa darah puasa umumnya harus melakukan persiapan berupa puasa dan

hanya diperkenankan mengkonsumsi air putih saja selama 8 – 12 jam sebelum

melakukan pemeriksaan glukosa darah. Adanya asupan gula dari makanan atau

61

Page 51: Bab III Tabanan

minuman sebelum melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dapat

menyebabkan kadar glukosa darah puasa pasien lebih tinggi dari nilai glukosa

puasa yang seharusnya. Glukosa darah 2 jam Post Prandial merupakan

pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan 2 jam setelah pasien mendapatkan

asupan makanan. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui

bagaimana metabolisme glukosa dalam tubuh pasien setelah adanya asupan

glukosa yang berkaitan dengan kinerja hormon insulin. Sedangkan pemeriksaan

glukosa darah sewaktu merupakan pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan

kapan saja tanpa persiapan khusus oleh pasien, dalam artian ada atau tidaknya

asupan glukosa ke dalam tubuh pasien dalam kurun waktu tertentu tidak dapat

diketahui secara pasti atau tidak dikendalikan.

Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan salah satunya dengan

menggunakan metode strip. Di laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan,

terdapat dua alat yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah

dengan menggunakan metode strip, yaitu On Call Platinum dan Accu-Chek

Performa. Pemeriksaan glukosa darah dengan kedua alat tersebut umumnya

dilakukan dengan menggunakan darah kapiler pasien. Namun, pada keadaan

tertentu tidak menutup kemungkinan pemeriksaan glukosa darah dilakukan

dengan menggunakan darah vena pasien yang ditampung dalam tabung vakum

dengan antikoagulan EDTA. Beberapa keadaan dimana pemeriksaan glukosa

darah dilakukan dengan darah vena pasien antara lain yaitu:

1) Pasien baik rawat inap maupun rawat jalan yang memiliki permintaan

pemeriksaan darah lengkap, sehingga pemeriksaan glukosa darah dilakukan

dengan menggunakan darah vena dengan antikoagulan EDTA. Hal ini

62

Page 52: Bab III Tabanan

dilakukan berkaitan dengan efisiensi waktu serta alat, selain itu juga agar

pengambilan darah pasien tidak dilakukan dua kali yaitu di vena dan kapiler.

2) Pasien IRD dan pasien rawat inap dengan permintaan pemeriksaan darah

lengkap yang umumnya darah vena pasien tersebut diambil langsung oleh

perawat IRD dan perawat ruangan sehingga pemeriksaan glukosa darah tidak

memungkinkan dilakukan darah kapiler pasien. Oleh karenanya pemeriksaan

glukosa darah dilakukan dengan menggunakan darah vena dengan

antikoagulan EDTA yang akan digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap.

3) Pemeriksaan glukosa darah bayi dan anak – anak yang umumnya dilakukan

dengan menggunakan darah vena bayi dan anak – anak dengan antikoagulan

EDTA dengan permintaan pemeriksaan darah lengkap.

Pemeriksaan glukosa darah yang paling sering dilakukan adalah

pemeriksaan glukosa darah sewaktu, karena pemeriksaan glukosa darah sewaktu

pasien tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa atau 2 jam setelah

mendapatkan asupan makanan. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu umumnya

dilakukan oleh pasien rawat inap yang tidak melakukan persiapan, untuk

melakukan pemeriksaa glukosa darah puasa ataupun glukosa darah 2 jam PP,

pasien IRD dengan permintaan pemeriksaan glukosa darah yang insidentil (sesuai

dengan kondisi pasien, diagnosis dan permintaan dokter), serta pasien bayi dan

anak – anak yang umumnya sulit untuk mengontrol persiapan pemeriksaan

glukosa darah.

Sedangkan untuk pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah 2

jam PP umumnya dilakukan kepada pasien rawat jalan dari poliklinik tertentu

seperti poliklinik interna yang sudah melakukan persiapan sebelumnya seperti

63

Page 53: Bab III Tabanan

puasa 8 – 12 jam untuk pemeriksaan glukosa darah puasa. Umumnya pemeriksaan

glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam PP dilakukan untuk memantau

kadar glukosa dan melakukan kontrol glukosa darah rutin.

Permasalahan yang umumnya ditemui dalam melakukan pemeriksaan

glukosa darah dengan metode strip test ini serta pemecahan masalahnya,antara

lain:

1) Darah kapiler pasien yang tidak keluar setelah dilakukan pengambilan darah

dengan menusukkan lanset ke jari pasien. Pemecahan masalah yang dapat

dilakukan yaitu mencoba menekan secara perlahan jari dari pasien tersebut

untuk melihat kembali ada atau tidaknya darah yang keluar dari jari pasien.

Apabila darah masih tetap tidak keluar, maka beri pengertian kepada pasien

bahwasanya darah yang diperlukan untuk pemeriksaan glukosa darah tidak

keluar sehingga harus dilakukan penusukan ulang ke jari pasien untuk

memperoleh darah kapiler pasien

2) Darah kapiler pasien tidak mencukupi untuk pemeriksaan glukosa darah

pasien sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh pada monitor alat adalah

error. Pemecahan masalah yang dapat dilakukan yaitu memberi pengertian

kepada pasien bahwa darah yang diperoleh tidak mencukupi untuk

pemeriksaan glukosa sehingga harus dilakukan penusukan ulang pada jari

pasien. Setelah itu, strip glukosa diganti dengan strip yang baru. Apabila alat

sudah siap, maka setelah dilakukan penusukan ulang pada jari pasien dan

darah kapiler pasien sudah dirasa cukup untuk pemeriksaan glukosa darah,

darah kapiler pasien dimasukkan ke dalam strip glukosa hingga strip glukosa

berhenti menghisap darah kapiler pasien hingga diperoleh hasil dari kadar

64

Page 54: Bab III Tabanan

glukosa darah pasien.

3) Strip glukosa tidak dapat menyerap darah pasien sama sekali. Hal ini

umumnya terjadi karena kualitas strip glukosa yang kurang baik atau strip

glukosa dalam keadaan yang tidak baik seperti rusak atau lembab sehingga

strip glukosa tidak dapat menyerap darah pasien. Pemecahan masalah yang

dapat dilakukan yaitu mengganti strip tersebut dengan strip glukosa yang baru

yang dalam keadaan baik atau tidak rusak.

4) Pada saat akan melakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam PP, terdapat

pasien yang datang tidak tepat pada waktunya baik itu kurang dari 2 jam

setelah makan maupun lebih dari 2 jam setelah makan. Pemecahan masalah

yang dapat dilakukan yaitu memberikan pengertian kepada pasien

bahwasanya pemeriksaan glukosa 2 jam PP harus dilakukan tepat 2 jam

setelah pasien mendapatkan asupan makanan, karena tidak tepatnya waktu

pemeriksaan glukosa darah 2 jam PP dapat menyebabkan hasil yang

diperoleh menyimpang sehingga tidak menggambarkan bagaimana

metabolisme glukosa dalam tubuh pasien yang sesungguhnya. Untuk pasien

yang datang kurang dari 2 jam setelah mendapatkan asupan makanan

sebaiknya diminta menunggu terlebih dahulu hingga waktu yang telah

ditentukan untuk melakukan pemeriksaan glukosa 2 jam PP. Sedangkan

untuk pasien yang datang lebih dari 2 jam setelah mendapatkan asupan

makanan, diberikan pengertian untuk melakukan pemeriksaan ulang pada

keesokan harinya saat 2 jam tepat setelah pasien mendapatkan asupan

makanan. Apabila pasien tersebut menolak, maka tetap dilakukan

pemeriksaan glukosa darah 2 jam PP, namun pada hasil yang dikeluarkan

65

Page 55: Bab III Tabanan

diberikan keterangan lamanya keterlambatan waktu pemeriksaan glukosa

darah 2 jam PP pasien tersebut agar hasil yang diinterpretasikan nantinya

tidak menyimpang.

5) Hasil pemeriksaan glukosa darah pasien yang abnormal dan mendekati nilai

kritis. Pemecahan masalah yang dilakukan yaitu memastikan apakah kontrol

dari alat yang digunakan sudah masuk atau tidak. Apabila kontrol belum

masuk, maka pemeriksaan diulang dengan menggunakan alat yang sudah

terkontrol. Apabila kontrol sudah masuk dan hasil yang abnormal yang

diperoleh tersebut mendekati nilai kritis maka hasil tersebut segera dilaporkan

kepada analis yang bertugas pada saat tersebut atau kepada dokter

penanggung jawab laboratorium agar dapat dilakukan tindakan segera kepada

pasien dengan hasil kritis tersebut.

2. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Kimia Klinik

a. Tujuan Kegiatan

Untuk melakukan pemeriksaan kimia klinik pada sampel serum pasien,

antara lain: pemeriksaan glukosa darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, profil

lipid, dan elektrolit (Kalsium/Ca dan Magnesium/Mg) sesuai dengan permintaan

pemeriksaan kimia klinik pasien yang telah ditentukan.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kimia klinik, antara lain:

1) Pemeriksaan glukosa : metode GOD – PAP: Enzymatic

Photometric Test

2) Pemeriksaan bilirubin : metode Jendrassik-Groff

3) Pemeriksaan protein total : metode Biuret

66

Page 56: Bab III Tabanan

4) Pemeriksaan Albumin : metode Spektrofotometri dengan

Bromocresol – Green

5) Pemeriksaan SGOT / AST : metode Kinetik IFCC

6) Pemeriksaan SGPT / ALT : metode Kinetik UV IFCC

7) Pemeriksaan ALP : metode kinetic photometric test

8) Pemeriksaan Gamma GT : metode Szash

9) Pemeriksaan Amilase : metode Kinetik : Para-Nitro

Phenyl Glucose 7 / PNPG7

10) Pemeriksaan Urea : metode Enzimatik

Kolorimetri/Uricase

11) Pemeriksaan Serum Kreatinin : metode Jaffe

12) Pemeriksaan Asam Urat : metode Test Enzymatic

Colourimetric 

13) Pemeriksaan Trigliserida : metode GPO - PAP

14) Pemeriksaan Kolesterol total : metode CHOD – PAP : Enzymatic

Photometric Test

15) Pemeriksaan Kolesterol HDL : metode CHOD - PAP

16) Pemeriksaan elektrolit (Ca & Mg) : metode Ion Selective Elektroda

c. Prinsip Kerja

1) Pemeriksaan glukosa

Penentuan glukosa setelah reaksi oksidasi enzimatik dari glukosa oksidase.

Yang merupakan indikator warna adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4 –

aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida dengan katalis peroksidase

(reaksi Trinder).

67

Page 57: Bab III Tabanan

2) Pemeriksaan bilirubin

Bilirubin total dalam serum ditentukan dengan menggunakan metode

Jendrassik-Groff dengan mengikat diazotized sulfanilic acid dan membentuk

warna biru. Bilirubin terkonjugasi (direct bilirubin) bereaksi dengan asam

sulfanilat diazo untuk membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Intensitas

warna sebanding dengan kadar bilirubin dalam sampel serum. Bilirubin total dan

direct akan bereaksi dengan pereaksi diazo membentuk suatu kompleks warna

yang akan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 530 nm.

3) Pemeriksaan Protein Total

Bersama dengan ion Cu2+, protein dalam sampel serum akan membentuk

kompleks warna biru keunguan dalam suasana alkali/basa. Intensitas warna yang

terbentuk akan sebanding dengan kadar protein dalam sampel serum tersebut.

Absorbansi dari intensitas warna yang terbentuk diukur secara spektrofotometri

dengan panjang gelombang 546 nm.

4) Pemeriksaan Albumin

Albumin yang terdapat dalam serum akan bereaksi dengan Bromocresol-

Green (BCG) pada suasana asam dan menghasilkan perubahan warna dari hijau

kekuningan menjadi hijau kebiruan. Intensitas warna yang terbentuk diukur

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.

5) Pemeriksaan SGOT / AST

Aspartate Aminotransferase (ASAT/AST) mengkatalis transaminase dari

L-aspartate dan 2-oxoglutarate membentuk L-glutamate dan oxalocetate.

Oxalocetate direduksi menjadi L-malate oleh enzim malate dehydrogenase

(MDH) dan Nicotinamide Adenine Dinucletide (NADH) teroksidasi menjadi

68

Page 58: Bab III Tabanan

NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas AST

dan diukur secara fotometrik dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

340 nm.

6) Pemeriksaan SGPT / ALT

Alanine Aminotransferase (ALAT/ALT) mengkatalis transaminase dari

L-alanine dan 2-oxoglutarate membentuk L-glutamate dan Pyruvat. Pyruvat

direduksi menjadi D-lactate oleh enzim Lactate Dehydrogenase (LDH) dan

Nicotinamide Adenine Dinucletide (NADH) teroksidasi menjadi NAD.

Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktivitas ALT dan

diukur secara fotometrik dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 340

nm.

7) Pemeriksaan ALP

Alkali Phospatase (ALP) mengkatalisa dalam media alkali yang

mentransfer 4-nitrophenilphospat dan 2-amino-2-metil-1-propanol (AMP)

menjadi 4-nitrophenol. Kenaikan nitrophenol diukur secara fotometri pada

panjang gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktivitas Alkali Phospatase

dalam serum.

8) Pemeriksaan Gamma GT

Metoda Szasz menggunakan asam L-glutamat-5- (4-nitroamilide) sebagai

substrat. Gamma-glutamil transferase akan memindahkan gugus gamma-glutamil

ke suatu akseptor, yaitu glisilglisin. 4-Nitroanilin yang terbentuk dari pemecahan

substrat dapat mengabsorpsi gelombang 405 nm. Perubahan pada pembacaan

kolorimeter per waktu unit adalah sebanding dengan laju pemecahan substrat dan

dengan demikian sebanding pula dengan aktivitas enzim.

69

Page 59: Bab III Tabanan

9) Pemeriksaan Amilase

Dalam suasana netral, alfa amilase mengkatalis reaksi hidrolisis PNPG7

menjadi PNPGn dan glukosa primer. PNPGn yang terbentuk dihidrolisis dengan

bantuan enzim glukoamilase menghasilkan PNPG1 dan glukosa polimer. PNPG1

yang terbentuk dikatalisis oleh glukosidase menghasilkan p-nitrofenol dan

glukosa. Aktivitas katalitik amilase sebanding dengan terbentuknya p-nitrofenol

yang dapat ditentukan secara kinetik pada panjang gelombang 405 nm.

10) Pemeriksaan Urea

Urea oleh urease secara kuantitatif akan diubah menjadi Ammonium

karbonat, dimana dengan adanya phenol akan dioksidasi oleh sodium hipoklorit

menjadi zat berwarna biru (reaksi barthelot). Hasil zat warna akan bertambah kuat

dengan penambahan sejumlah kecil sodium nitrotrusid. Konsentrasi zat warna

yang dibentuk dapat diukur pada panjang gelombang 546 nm.

11) Pemeriksaan Serum Kreatinin

Dalam suasana alkalis, kreatinin apabila ditambahkan Asam Pikrat akan

membentuk warna kuning orange, selanjutnya bereaksi dengan NaOH dan

intensitas warna dapat diukur secara fotometri.

12) Pemeriksaan Asam Urat

Asam urat dioksidasi enzim uricase membentuk alantoin, CO², dan

peroksida dengan bantuan enzim peroksidase, peroksida yang terbentuk akan

bereaksi dengan 4 – aminoantipyrine dan 3.5- diclorosulfonate membentuk

senyawa berwarna merah muda.

13) Pemeriksaan Trigliserida

70

Page 60: Bab III Tabanan

Trigliserida oleh enzim lipoprotein lipase dirubah menjadi gliserol dan

asam amino bebas. Gliserol yang terbentuk direaksikan dengan ATP dengan

bantuan enzim gliserol kinase membentuk gliserol-3-phospat dan ADP. Gliserol-

3-phospat dioksidasi dengan bantun enzim gliserol phospat oksidase menjadi

dihidroksi aseton phospat dan hydrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang

terbentuk akan mengoksidasi klorophenol membentuk quinonimin yang berwarna

merah muda. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar trigliserida

dalam sampel.

14) Pemeriksaan kolesterol total

Kolesterol ditentukan secara enzimatik menggunakan kolesterol esterase

dan kolesterol oksidase. Hidrogen peroksida membentuk warna merah bila

bereaksi dengan 4-aminopenazone dan fenol dibawah pengaruh peroksidase. 

Intensitas warna sebanding dengan kosentrasi kolesterol dan dapat ditentukan

secara fotometrik.

15) Pemeriksaan Kolesterol HDL

LDL, VLDL dan chylomykron  dalam sampel akan dinonreaktifkan

dengan penambahan detergent khusus, berupa accelerator dan cholesterol oksidase

sehingga hanya HDL yang reaktif. Kemudian HDL ini diperiksa dengan metoda

CHOD-PAP.

16) Pemeriksaan elektrolit (Ca & Mg)

Calsium dan Magnesium dalam sampel serum akan dianalisis dengan

metode Ion Selective Elektroda melalui masing – masing ion yang akan dialirkan

dalam potensial yang berbeda.

d. Dasar Teori

71

Page 61: Bab III Tabanan

Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat

digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia

darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal,

lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai

beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis

anemia (Biomedika, 2012).

Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin,

bilirubin total & bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase

(SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT), gamma

glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase

(CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan

pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan

pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein

di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini menunjukkan

perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan

albumin serum (Biomedika, 2012).

Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK),

isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide

(NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui

dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP.

Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang

meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati,

pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia

(Biomedika, 2012).

72

Page 62: Bab III Tabanan

Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum

adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi

oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran

ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam

darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari

tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh

besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal (Biomedika, 2012).

Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total,

trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan

pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan

kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien

dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang

menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah

ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah,

serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida

sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa >14 jam untuk mengurangi

kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan

kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein

(a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung

coroner (Biomedika, 2012).

Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya

peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil

pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula darah

biasanya disebabkan oleh  Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam

73

Page 63: Bab III Tabanan

tubuh. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah

yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam

setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide. Kadar

gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak

ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien

berpuasa 10-12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang

dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial (Biomedika, 2012).

Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain

dihasilkan oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang

berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam serum

meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase

meningkat setelah 2-12 jam dan mencapai puncak 20-30 jam dan menjadi normal

kembali setelah 2-4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut. Kadar

amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu dan pasca bedah

lambung (Biomedika, 2012).

e. Alat dan Bahan

1) Alat

a) Alat pemeriksaan kimia klinik

Siemens Expand Plus

Thermo Scientific Konelab Prime 30

b) Sampel cup

c) Mikropipet 500 uL

d) Centrifuge

2) Bahan

74

Page 64: Bab III Tabanan

a) Darah Vena

b) Blue Tip

f. Cara Kerja

1) Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Alat Siemens Expand Plus

a) Sampel darah vena pasien dalam tabung vakum merah atau kuning yang telah

membeku dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit hingga

diperoleh serum dari sampel darah vena pasien tersebut.

b) Sampel serum kemudian dipipet ke sampel cup

c) Alat Siemens Expand Plus dinyalakan

d) Dipilih menu: Operating menu – F1 (Enter Data)

e) Data sampel atau control dimasukkan ke dalam kolom data, yang meliputi:

Position : sesuai dengan posisi sampel di segment

Patient Name : sesuai dengan nama pasien / control

Sample No : sesuai dengan nomor sampel

Test : sesuai dengan permintaan test pasien / control

Next Mode : sesuai dengan container sampel

Next Fluid : sesuai dengan type cairan

Next Priority : prioritas sampel / control.

f) Sampel atau control dimasukkan pada segmen atau rak sesuai program.

g) Dipilih menu Process single untuk memulai proses sampel / control single.

h) Dipilih New Sample untuk setup atau menambah program sampel atau

control lain dan langkah c diulangi lalu dipilih Load List kemudian dipilih

Run.

i) Ditunggu beberapa saat hingga hasil dikeluarkan oleh alat.

75

Page 65: Bab III Tabanan

j) Hasil pemeriksaan kimia klinik kemudian dicatat pada formulir permintaan

pemeriksaan dan buku registrasi hasil pemeriksaan kimia klinik

2) Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Alat Thermo Scientific Konelab Prime 30

a) Sampel darah vena pasien dalam tabung vakum merah atau kuning yang telah

membeku dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit hingga

diperoleh serum dari sampel darah vena pasien tersebut.

b) Sampel serum kemudian dipipet ke sampel cup.

c) Alat Thermo Scientific Konelab Prime 30 dihidupkan.

d) Dipilih menu “Main”, kemudian Start up (F1). Ditunggu beberapa menit

sampai status alat Thermo Scientific Konelab Prime 30 ready.

e) Dipilih menu “Main” kemudian diklik pilihan “Sample”.

f) Dipilih segmen pada alat yang akan diinput data pasien.

g) Data pasien kemudian diinput berupa nama atau nomor sampel.

h) Dipilih parameter pemeriksaan kimia klinik yang akan diperiksa.

i) Apabila hendak nginput data pasien lebih dari satu, maka dipilih “New

Sample (F1)”.

j) Dipilih “Insert Segment (F2) untuk memasukkan segmen yang telah berisi

cup serum pasien.

k) Kemudian kembali ke menu “Main” dan diklik “Start”.

l) Ditunggu beberapa saat hingga alat Thermo Scientific Konelab Prime 30

mengeluarkan hasil pemeriksaan kimia klinik pasien.

m) Hasil pemeriksaan kimia klinik pasien kemudia dicatat pada formulir

permintaan pemeriksaan dan buku registrasi hasil pemeriksaan kimia klinik.

g. Hasil kegiatan

76

Page 66: Bab III Tabanan

1) Hasil kegiatan

Adapun jumlah pemeriksaan parameter kimia klinik di Laboratorium

Patologi Klinik BRSU Tabanan, antara lain: Hasil terlampir

2) Hasil pemeriksaan

Zaal/Poli : MCU

Nama : BAPAK I NENGAH SUMERTA

Umur : 53 TH

Kelamin : LAKI - LAKI

Alamat : -

Tanggal : 25 – 03– 2014

Jam : 09.30 WITA

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI

RUJUKAN

1 GLUKOSA Glukosa darah puasa 109* 70 - 105 mg/dl

Glukosa darah 2J PP 70 – 110 mg/dl

Glukosa darah

Sewaktu

70 – 110 mg/dl

2 Profil Lipid Trigliserida 138 30 – 150 mg/dl

Kholesterol Total 200 130 – 200 mg/dl

LDL Kholesterlol 144* 100 – 129 mg/dl

HDL Kholesterol 28* 35 – 60 mg/dl

3 Tes Fungsi Hati Bilirubin Total 0,0 – 1,0 mg/dl

Bilirubin Direk 0,0 – 0,3 mg/dl

Bilirubin Indirek 0,0 – 1,1 mg/ml

Protein Total 6,4 – 8,2 gr/dl

Albumin 3,4 – 5,0 gr/dl

Globulin 1,5 – 4,5 gr/dl

77

Page 67: Bab III Tabanan

SGOT/AST 24 15 – 37 U/L

SGPT/ALT 30 12 – 78 U/L

ALP 50 – 136 U/L

Amylase 30 – 110 u/l

GGT L: 15 – 73 U/L

P: 12 – 43 U/L

HbsAg (-) Negatif (-) Negatif

Anti HAV IgM (-) Non Reaktif

Anti HCV (-) Non Reaktif

4 Tes Fungsi

Ginjal

BUN 15 7 – 18 mg/dl

Creatinine 1,0 0,6 – 1,3 mg/dl

Asam Urat 5,7 2,6 – 7,2 mg/dl

h. Permasalahan yang ditemui

(1) Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Siemens Expand Plus

Adapun permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan kimia klinik

dengan Siemens Expand Plus, antara lain:

a) Hasil pemeriksaan parameter kimia klinik tertentu yang menunjukkan nilai

minus (Contohnya: Bun / Urea = -4 mg/dl).

b) Hasil pemeriksaan pasien dengan parameter tertentu yang tidak dikeluarkan

oleh alat Siemens Expand Plus.

(2) Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Thermo Scientific Konelab Prime 30

Adapun permasalahan yang umumnya ditemui dalam pemeriksaan kimia

klinik dengan Thermo Scientific Konelab Prime 30 adalah tidak dapat

dikeluarkannya hasil apabila melebihi dari kontrol low dan high pada alat.

78

Page 68: Bab III Tabanan

i. Pembahasan dan Pemecahan Masalah

Pemeriksaan kimia klinik merupakan salah satu bagian pemeriksaan

laboratorium dalam bidang patologi klinik yang umumnya dapat memberikan

gambaran mengenai kondisi dari fungsi organ tubuh pasien secara kimia melalui

sampel darah vena pasien. Pemeriksaan kimia klinik di laboratorium patologi

klinik BRSU Tabanan menggunakan dua alat pemeriksaan kimia klinik yaitu

Siemens Expand Plus dan Thermo Scientific Konelab Prime 30. Pemeriksaan

kimia klinik yang dilakukan dengan kedua alat pemeriksaan kimia klinik tersebut

meliputi pemeriksaan glukosa darah, profil lipid, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal,

serta pemeriksaan elektrolit darah (Calsium/Ca dan Magnesium/Mg).

Pemeriksaan glukosa darah meliputi pemeriksaan glukosa darah puasa,

glukosa darah 2 jam post prandial, serta glukosa darah sewaktu. Pemeriksaan

profil lipid meliputi pemeriksaan trigliserida, kholestrol total, kholesterol HDL,

serta kholesterol LDL. Pemeriksaan profil lipid memerlukan persiapan dari pasien

berupa puasa selama 8 hingga 12 jam sebelum melakukan pemeriksaan profil

lipid. Karena tanpa persiapan pasien berupa puasa dapat menyebabkan hasil

pemeriksaan profil lipid lebih tinggi dari yang seharusnya.

Pemeriksaan tes fungsi hati meliputi bilirubin total dan direct, protein

total, albumin, SGOT,SGPT, ALP, Gamma GT serta Amilase. Namun untuk

permintaan pemeriksaan dengan parameter Gamma GT sangat jarang dilakukan.

Pemeriksaan tes fungsi ginjal meliputi BUN (Urea), serum kreatinin, dan asam

urat. Serta pemeriksaan elektrolit yang dilakukan pada alat Siemens Expand Plus

dan Thermo Scientific Konelab Prime 30 meliputi pemeriksaan kadar Calsium/Ca

dan Magnesium/Mg.

79

Page 69: Bab III Tabanan

Pemeriksaan kimia klinik menggunakan sampel serum pasien yang

diperoleh dari hasil sentrifugasi darah vena pasien yang telah membeku dalam

tabung vakum merah yang mengandung clott aktivator atau dalam tabung vakum

kuning yang mengandung clott aktivator serta gel separator yang dicentrifuge

dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.

Adapun permasalahan yang ditemukan dalam melakukan pemeriksaan

kimia klinik serta hal yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan

tersebut, antara lain:

1) Hasil pemeriksaan parameter kimia klinik tertentu yang menunjukkan nilai

minus (Contohnya: Bun / Urea = -4 mg/dl). Untuk mengatasi hal ini dapat

dilakukan dengan mengulang pemeriksaan dari parameter yang mengeluarkan

hasil minus serta memindahkan sampel serum pasien ke segmen yang

berbeda dari segmen yang sebelumnya (misalnya dari segmen A4 ke segmen

B1) kemudian dimasukkan data segmen tempat sampel serum dan parameter

pemeriksaan yang akan diulang, lalu ditekan F2 atau “Single Process”. Alat

akan melakukan analisis ulang terhadap parameter yang diminta. Apabila

hasil yang ditunjukkan masih memberikan nilai minus, maka harus dilakukan

kalibrasi terhadap alat tersebut (Siemens Expand Plus) atau dapat dilakukan

pemeriksaan ulang pada alat Thermo Scientific Konelab Prime 30.

2) Hasil pemeriksaan pasien dengan parameter tertentu yang tidak dikeluarkan

oleh alat Siemens Expand Plus. Umumnya hal ini terjadi karena reagen untuk

parameter tersebut telah habis. Hal yang harus dilakukan adalah mengecek

persediaan reagen pada alat. Apbila reagen telah habis, maka harus segera

diganti dengan reagen yang baru. Setelah pergantian reagen, maka dilakukan

80

Page 70: Bab III Tabanan

analisis ulang terhadap parameter yang tidak mengeluarkan hasil saja dengan

cara menekan F8 atau “Edit Sample” kemudian parameter yang telah

mengeluarkan hasil dihapus dari permintaan sehingga tersisa parameter yang

tidak mengeluarkan hasil saja. Selanjutnya ditekan F2 atau “Single Process”

maka alat akan menganalisis parameter pemeriksaan kimia klinik sesuai

dengan permintaan yang dimasukkan pada alat. Selain itu dapat dilakukan

juga konfirmasi hasil dengan menggunakan alat Thermo Konelab.

3) Thermo Scientific Konelab Prime 30 adalah tidak dapat dikeluarkannya hasil

apabila melebihi dari kontrol low dan high pada alat. Hal ini dapat diatasi

dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap sampel darah pasien

menggunakan alat Siemens Expand Plus untuk mengkonfirmasi hasil.

3. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Elektrolit Darah

a. Tujuan Kegiatan

(1) Untuk mengetahui cara pemeriksaan elektrolit darah.

(2) Untuk mengetahui kadar elektrolit darah (Natrium, Kalium, dan Klorida)

pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah Ion Selective

Elektroda.

c. Prinsip Kerja

Sampel serum pasien yang diaspirasikan ke dalam alat akan diukur kadar

elektrolitnya melalui tegangan yang berkembang antara permukaan dalam dan

luar sebuah elektroda selektif ion yang membrannya terbuat dari bahan yang

selektif permeabel terhadap ion yang diukur. Potensi diukur dengan cara

81

Page 71: Bab III Tabanan

membandingkannya terhadap potensi dari elektroda referensi. Ketika potensi

elektroda referensi tetap konstan, perbedaan tegangan antara dua elektroda

dihubungkan dengan konsentrasi ion dalam sampel.

d. Dasar Teori

Elektrolit mempunyai fungsi penting dalam tubuh. Hampir semua aktifitas

metabolisme selalu melibatkan elektrolit (Widhiadnyana, 2012). Elektrolit yang

positif dan negatif yang disebut ion molekul bermuatan, yang ditemukan dalam

sel-sel tubuh dan cairan ekstraselular, termasuk plasma darah. Sebuah tes untuk

elektrolit meliputi pengukuran natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Ion-ion

ini diukur untuk menilai ginjal (ginjal), endokrin (kelenjar), dan asam-basa fungsi,

dan merupakan komponen dari kedua fungsi ginjal dan profil metabolik yang

komprehensif biokimia (Afidin, 2011).

Pemeriksaan elektrolit darah pada dasarnya merupakan pemeriksaan kadar

kandungan garam dan mineral dalam darah, seperti natrium, kalium, dan klorida.

Fungsi pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada salah

satu organ tubuh, seperti ginjal dan jantung, tulang, serta sebagai penanda kanker

(Widhiadnyana, 2012).

(1) Natrium

Natrium sering dijadikan salah satu indikator gangguan pada jantung,

ginjal, dan penyakit gondok. Beberapa diagnosis penyakit seperti gangguan ginjal

disertai pembengkakan pada kaki dan atau seluruh badan, pembengkakan jantung,

pembengkakan pada perut yang berisi cairan, diare yang berkepanjangan, olahraga

dengan keringat berlebihan, dan luka bakar biasanya menunjukkan adanya

penurunan natrium. Penurunan natrium juga sering menyebabkan menjadi mual

82

Page 72: Bab III Tabanan

dan muntah, sakit kepala, dan bahkan kejang dan koma. Adapun peningkatan

kadar natrium bisa mengakibatkan lemah otot, kejang, dan juga bisa

mengakibatkan koma (Widhiadnyana, 2012).

(2) Kalium

Seperti halnya natrium, kalium juga merupakan indikator adanya

gangguan pada metabolisme cairan tubuh, terutama melibatkan jantung dan ginjal.

Kadar kalium bisa menurun pada orang-orang yang menderita diabetes mellitus

(kencing manis), diare yang berkepanjangan, muntah-muntah, dan pada penyakit

ginjal. Kadar kalium dapat meninggi pada klien dengan luka bakar, setelah

tranfusi darah, dan setelah operasi pembedahan (Widhiadnyana, 2012).

(3)  Klorida

Walaupun jarang diperhitungkan, kadar klorida tetaplah penting untuk

diperiksa. Klorida lebih dikaitkan dengan mineral yang menjaga keseimbangan

cairan tubuh. Kadarnya bisa meninggi jika klien mengalami dehidrasi atau

kehilangan cairan tubuh berlebihan. Namun, pada kehamilan, usia lanjut, dan

adanya defisiensi vitamin serta zat besi, sering ditemukan adanya penurunan kadar

klorida (Widhiadnyana, 2012).

e. Alat Dan Bahan

(1) Alat

a) Roche 9180 Electrolyte Analizer

b) Centrifuge

(2) Bahan

a) Darah Vena

b) Tissue

83

Page 73: Bab III Tabanan

f. Cara kerja

1) Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan elektrolit darah

pasien disiapkan.

2) Darah vena pasien dalam tabung vakum merah atau kuning yang telah

membeku dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit hingga

diperoleh serum pasien.

3) Roche 9180 Electrolyte Analizer dihidupkan dengan menekan tombol power

dan ditunggu beberapa saat hingga pada monitor tampak “Na K Cl Ready”.

4) Pintu tempat aspirasi sampel serum dibuka dan pada monitor akan tampak

“***Please Wait***”

5) Ditunggu beberapa saat hingga Roche 9180 Electrolyte Analizer siap untuk

mengaspirasi sampel serum pasien yang ditunjukkan dengan terdengar bunyi

“tiiit” dan munculnya “Introduce Sample” pada monitor.

6) Tempat sampel serum diletakkan diujung jarum pada tempat aspirasi sampel

dan didiamkan beberapa saat hingga Roche 9180 Electrolyte Analizer selesai

mengaspirasi sampel serum pasien yang ditandai dengan terdengarnya bunyi

“tiiit”.

7) Ujung jarum dibersihkan dengan tissue kemudian pintu tempat aspirasi

sampel serum ditutup kembali.

8) Pada monitor akan tampak “Serum Sample in Process”. Ditunggu selama 50

detik untuk proses analisis kadar elektrolit (Natrium, Kalium, dan Klorida)

pasien oleh Roche 9180 Electrolyte Analizer.

9) Setelah 50 detik, kadar elektrolit (Natrium, Kalium, dan Klorida) pasien akan

tampak pada monitor Roche 9180 Electrolyte Analizer dan hasil yang

84

Page 74: Bab III Tabanan

diperoleh kemudian dicatat pada formulir permintaan pemeriksaan dan buku

registrasi hasil pemeriksaan elektrolit.

g. Hasil Kegiatan

1) Hasil Kegiatan

Adapun jumlah pemeriksaan Elektrolit (Natrium, Kalium, dan Klorida) di

Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan, antara lain:

Tanggal

Jumlah Pemeriksaan Elektrolit (Natrium, Kalium,

Klorida)

Alat Roche 9180

Electrolyte Analizer 1

Alat Roche 9180 Electrolyte

Analizer 2

10 Maret 2014 44 0

11 Maret 2014 11 34

12 Maret 2014 23 0

13 Maret 2014 14 21

14 Maret 2014 36 4

15 Maret 2014 8 17

16 Maret 2014 16 18

17 Maret 2014 0 18

18 Maret 2014 21 6

19 Maret 2014 7 23

20 Maret 2014 32 0

21 Maret 2014 2 30

22 Maret 2014 33 0

23 Maret 2014 0 21

24 Maret 2014 28 3

25 Maret 2014 8 18

26 Maret 2014 18 17

27 Maret 2014 1 27

28 Maret 2014 21 10

29 Maret 2014 12 14

85

Page 75: Bab III Tabanan

30 Maret 2014 9 7

31 Maret 2014 0 13

1 April 2014 3 17

2 April 2014 12 6

3 April 2014 13 21

4 April 2014 23 10

5 April 2014 7 23

6 April 2014 22 0

7 April 2014 3 26

8 April 2014 37 0

9 April 2014 9 36

10 April 2014 36 10

11 April 2014 1 31

12 April 2014 25 11

2) Hasil pemeriksaan

Zall/Poli : IRD

Nama : Mrs.K

Umur : Th

Kelamin : P

Tanggal : 26-03-2014

Hasil :

No Parameter Hasil Nilai Rujukan

4 Natrium (Na+) 134* 136 – 145 mmol/l

5 Kalium (K+) 3,2* 3,5 – 5,1 mmol/l

6 Clorida (Cl-) 97 98 – 109 mmol/l

h. Permasalahan yang ditemui

86

Page 76: Bab III Tabanan

Permasalahan yang umumnya ditemui dalam pemeriksaan elektrolit

dengan menggunakan Roche 9180 Electrolyte Analizer, antara lain:

1) Sampel serum pasien tidak teraspirasi dengan baik ke dalam alat Roche 9180

Electrolyte Analizer, sehingga tidak diperoleh hasil pemeriksaan elektrolit

(Natrium, Kalium, dan Klorida) pasien.

2) Hasil pemeriksaan elektrolit pasien baik Natrium, Kalium maupun Klorida

yang abnormal.

i. Pembahasan dan Pemecahan Masalah

Pemeriksaan elektrolit darah merupakan pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengetahui kadar dari kandungan garam dan mineral dalam darah.

Pemeriksaan elektrolit umumnya dilakukan dengan menggunakan sampel serum

pasien yang diperoleh dari darah vena pasien yang ditampung dalam tabung

vacum merah yang mengandung clot aktivator yang berfungsi untuk mempercepat

proses pembekuan darah atau darah vena pasien yang ditampung dalam tabung

vacum kuning yang mengandung gel separator yang akan memisahkan antara sel -

sel darah dengan serum pasien. Darah vena pasien tersebut dibiarkan beberapa

saat terlebih dahulu setelah pengambilan hingga akhirnya darah pasien membeku

dan siap untuk dicentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Dari proses

sentrifugasi tersebut, sel-sel darah akan mengendap di dasar tabung dan terpisah

dari serumnya. Serum pasien tersebutlah yang digunakan dalam pemeriksaan

elektrolit darah.

Alat pemeriksaan elektrolit yang digunakan di laboratorium Patologi

Klinik BRSU Tabanan adalah Roche 9180 Electrolyte Analizer. Roche 9180

Electrolyte Analizer merupakan alat pemeriksaan elektrolit yang mampu

87

Page 77: Bab III Tabanan

mendeteksi Natrium, Kalium, dan Klorida dalam darah pasien. Terdapat 2 alat

Roche 9180 Electrolyte Analizer di laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan,

dimana kedua alat tersebut digunakan secara bergantian sebagai salah satu cara

pemeliharaan alat agar alat pemeriksaan elektrolit tidah mudah rusak. Sebelum

digunakan, umumnya alat Roche 9180 Electrolyte Analizer dikontrol terlebih

dahulu dengan serum kontrol. Apabila kontrol yang dilakukan terhadap Roche

9180 Electrolyte Analizer masuk, maka alat Roche 9180 Electrolyte Analizer

dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan elektrolit terhadap sampel serum

pasien. Namun, apabila kontrol yang dilakukan tidak masuk, maka pemeriksaan

elektrolit terhadap sampel serum pasien dilakukan dengan alat Roche 9180

Electrolyte Analizer yang lain yang telah terkontrol.

Alat Roche 9180 Electrolyte Analizer akan mengaspirasi sampel serum

secara otomatis ketika pintu sampel dibuka dan sampel telah diletakkan diujung

jarum pengaspirasi sampel serum. Roche 9180 Electrolyte Analizer membutuhkan

waktu sekitar 50 detik untuk menganalisis kadar elektrolit (Natrium, Kalium, dan

Klorida) dari sampel serum pasien yang diaspirasikan tersebut.

Masalah yang umumnya ditemui dalam penggunaan alat Roche 9180

Electrolyte Analizer dan penyelesaian masalahnya, antara lain:

1) Sampel serum pasien tidak teraspirasi dengan baik ke dalam alat Roche 9180

Electrolyte Analizer, sehingga tidak diperoleh hasil pemeriksaan elektrolit

(Natrium, Kalium, dan Klorida) pasien. Hal yang harus dilakukan adalah

melakukan pemeriksaan ulang terhadap sampel serum pasien tersebut dan

memastikan bahwa alat Roche 9180 Electrolyte Analizer telah mengaspirasi

sampel serum pasien dengan baik hingga diperoleh hasil elektrolit dari

88

Page 78: Bab III Tabanan

sampel serum pasien tersebut. Apabila sampel serum tidak dapat diaspirasi

oleh alat karena adanya bekuan pada sampel serum pasien, maka sampel

tersebut harus dicentrifuge kembali agar tidak terdapat bekuan dalam sampel

serum pasien.

2) Hasil pemeriksaan elektrolit pasien baik Natrium, Kalium maupun Klorida

yang abnormal. Hal yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa kontrol

dari alat Roche 9180 Electrolyte Analizer telah masuk. Apabila kontrol dari

alat yang digunakan tidak masuk, maka sebaiknya pemeriksaan elektrolit

dilakukan ulang pada alat Roche 9180 Electrolyte Analizer lain yang telah

terkontrol. Selain itu, perlu diperhatikan pula kondisi dari sampel serum

pasien dalam keadaan lisis atau tidak. Sebab, pengerjaan pemeriksaan

elektrolit dengan menggunakan sampel yang lisis akan menyebabkan hasil

kadar elektrolit yang diperloleh lebih tinggi dari yang seharusnya. Apabila

sampel serum pasien tampak lisis, sebaiknya dilakukan pengambilan darah

ulang terhadap pasien. Namun, apabila alat Roche 9180 Electrolyte Analizer

telah terkontrol dan kondisi sampel serum pasien juga dalam keadaan baik

tetapi hasil yang diperoleh tetap abnormal serta mendekati nilai kritis, hal ini

harus segera dilaporkan kepada analis yang bertugas pada saat tersebut atau

kepada dokter penanggung jawab laboratorium agar dokter yang menangani

pasien tersebut dapat segera dihubungi dan pasien tersebut segera

mendapatkan tindakan medis yang sesuai.

4. Nama Kegiatan : Pemeriksaan HbA1C

89

Page 79: Bab III Tabanan

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui kadar HbA1c dalam sampel darah pasien.

2) Untuk memonitoring penyesuaian terapi dan menilai kualitas perawatan

diabetes.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Hba1c di BRSU Tabanan

adalah metode enzymatic.

c. Prinsip

Mengukur persentasi hemoglobin sel darah merah yang diselubungi oleh

gula. Semakin tinggi nilainya berarti kontrol gula darah buruk dan kemungkinan

komplikasi semakin tinggi.

d. Dasar teori

Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA1, HbA2, HbF( fetus)

Hemoglobin A (HbA) terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah hemoglobin total.

Molekul glukosa berikatan dengan HbA1 yang merupakan bagian dari

hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut glikosilasi atau hemoglobin

terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat ikatan antara glukosa

dan hemoglobin. HbA1c yang terbentuk dalam tubuh akan disimpan dalam sel

darah merah dan akan terurai secara bertahap bersama dengan berakhirnya masa

hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari). Jumlah

HbA1c yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi glukosa darah (Wahyunhie,

2011).

Pada penyandang DM, glikolisasi hemoglobin meningkat secara

proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 120 hari terakhir, bila

90

Page 80: Bab III Tabanan

kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 hari terakhir, maka

hasilhemoglobin A1c akan menunjukkan nilai normal. Hasil pemeriksaan

hemoglobin A1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk

menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang

DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali

glikemik. Pemeriksaan glukosa darah tidak dapat digantikan dengan pemeriksaan

HbA1c walaupun pemeriksaan HbA1c lebih unggul karena kedua pemeriksaan ini

saling menunjang untuk mencapai kualitas pengendalian DM, walaupun

pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan hanya dapat

mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat diukur dan sangat dipengaruhi

oleh makanan, olahraga dan obat yang baru dikonsumsi tetapi pemeriksaan ini

sangat diperlukan terutama untuk melihat adanya perubahan kadar glukosa secara

mendadak. Pasien diabetes sebaiknya memeriksakan kadar HbA1c setiap 3 bulan

atau 4 kali dalam setahundan untuk pasien diabetes yang terkendali,

direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan ini setiap 6 bulan (Prodia,

2011).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Quo-lab a1c

b) Kapiler

2) Bahan

a) Cartridge

b) Darah EDTA

c) Tissue

91

Page 81: Bab III Tabanan

f. Cara kerja

a) Scan barcode cartridge pada kotak kemasan.

b) Siapkan cartridge.

c) Buka penutup cartridge dengan hati-hati

d) Masukkan cartridge baru pada lubang yang terdapat pada alat sampai muncul

tulisan “cartridge inserted running”.

e) Masukkan reagen dengan cara menekan cartridge menggunakan bagian

belakang pipet kapiler sampai bola besi (gotri) masuk, kemudian akan muncul

tulisan “ rehydrating reagen” tunggu selama ± 50 detik.

f) Sampel darah dipipet dengan menggunakan kapiler (dipilih bagian yang

berujung runcing) dan dipastikan jumlah darah sesuai dengan celah yang

tersedia. Bersihkan bagian luar kapiler dari darah menggunakan tissue dengan

hati-hati.

g) Setelah muncul tulisan “insert sample and close door” kapiler berisi sampel

dimasukkan ke dalam cartridge, bagian tumpul kapiler dipatahkan, kemudian

alat ditutup. Hasil akan ditampilkan dalam waktu ± 60 detik.

h) Hasil pemeriksaan kemudian dicatat.

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

No Tanggal Hasil Pemeriksaan

1 10/03/2014 -

2 11/03/2014 13 %, 2%

3 12/03/2014 -

4 13/03/2014 -

92

Page 82: Bab III Tabanan

5 14/03/2014 -

6 15/03/2014 -

7 16/03/2014 -

8 17/03/2014 -

9 18/03/2014 -

10 19/03/2014 9,4%

11 20/03/2014 -

12 21/03/2014 10,2%, 1%

13 22/03/2014 -

114

23/03/2014 -

115

24/03/2014 -

116

25/03/2014 -

117

26/03/2014 -

118

27/03/2014 -

119

28/03/2014 -

220

29/03/2014 -

221

30/03/2014 -

222

31/03/2014 -

223

01/04/2014 -

224

02/04/2014 -

225

03/04/2014 -

226

04/04/2014 -

227

05/04/2014 -

93

Page 83: Bab III Tabanan

228

06/04/2014 -

229

07/04/2014 -

330

08/04/2014 -

331

09/04/2014 -

332

10/04/2014 -

333

11/04/2014 -

334

12/04/2014 -

2) Hasil pemeriksaan

Zall/Poli : PI

Nama : Mr.IB

Umur : Th

Kelamin : L

Tanggal : 25-03-2014

Hasil :

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan

HbA1c 7,4% < 6,5 %

Kriteria pengendalian

Diabetes Melitus Indonesia

2006.

<6,5 % : Baik.

6,5 – 8 % : Sedang

> 8% : Buruk

h. Permasalahan yang ditemui

94

Page 84: Bab III Tabanan

Adapun permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan HbA1C adalaha

sedikitnya permintaan pemeriksaan Hba1c menyebabkan mahasiswa tidak dapat

melakukan pemeriksaan Hba1c secara langsung.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan yang dapat menggambarkan

konsentrasi glukosa darah di dalam tubuh rata-rata selama 1-3 bulan. Pemeriksaan

HbA1c bertujuan untuk glukosa jangka panjang pada penyandang diabetes.

Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan setiap 3 bulan sekali atau 4 kali

dalam setahun (Prodia, 2011). Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur

persentasi hemoglobin sel darah merahyang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi

nilainya berarti kontrol gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi semakin

tinggi. Pada orang yang tidak menderita diabetes, kadar HbA1c <6,5 %. Jika

kadarnya 6,5% atau lebih pada dua pemeriksaan terpisah, maka kemungkinan

orang tersebut menderita diabetes. Nilai antara 6 sampai 6,5% menunjukkan

keadaan pradiabetes. Penderita diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu yang

lama biasanya memiliki kadar HbA1c lebih dari 9% sedangkan target pengobatan

adalah kadar HbA1c sebesar 7% atau kurang.

Dari hasil pemeriksaan Hba1c dari tanggal 10 sampai tanggal 21 maret

diketahui terdapat nilai yang melebihi nilai rujukan yakni di tanggal 10 maret

13%, tanggal 19 maret 9,4 % dan pada tanggal 21 maret 10,2 % hal ini

menunjukkan penderita diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu lama.

Pemeriksaan kadar HbA1c memiliki banyak keunggulan dibandingkan

pemeriksaan glukosa darah yaitu antara lain:

a) Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja.

95

Page 85: Bab III Tabanan

b) Memperkirakan keadaan glukosa darah dalam jangka waktu lebih lama (2-3

bulan) atau tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka pendek.

c) Metode telah terstandarisasi dengan baik dan keakuratannya dapat dipercaya.

d) Variabilitas biologisnya dan instabilitas preanalitiknya lebih rendah dibanding

glukosa plasma puasa.

e) Kesalahan yang disebabkan oleh faktor nonglikemik yang dapat

mempengaruhi nilai HbA1c sangat jarang ditemukan dan dapat

diminimalisasi dengan melakukan pemeriksaan konfirmasi diagnosis dengan

glukosa plasma.

f) Pengambilan sampel lebih mudah dan pasien merasa lebih nyaman.

g) Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma puasa.

h) Memiliki keterulangan pemeriksaan yang jauh lebih baik dibanding glukosa

puasai. Lebih direkomendasikan untuk pemantauan pengendalian glukosa 

i) Level HbA1c berkorelasi dengan komplikasi diabetes sehingga lebih baik

dalam memprediksi komplikasi mikro dan makrokardiovaskular.

Selain keunggulan, pemeriksaan kadar HbA1c juga memiliki beberapa

keterbatasan, antara lain:

a) Saat interpretasi HbA1c bermasalah, maka pemeriksaan glukosa puasa

dan postprandial dianjurkan untuk tetap digunakan. 

b) Meningkat seiring bertambahnya usia, akan tetapi seberapa besar perubahan

dan pengaruh usia terhadap peningkatan HbA1c belum dapat dipastikan.

c) Harganya lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa.

d) Etnis yang berbeda memiliki sensitivitas dan spesifisitas HbA1c yang

berbeda, diduga mungkin berkaitan dengan: perbedaan genetik dalam

96

Page 86: Bab III Tabanan

konsentrasi hemoglobin (Hb),tingkat kecepatan glikasi (perbedaan tingkat

kecepatan glukosa masuk dalam eritrosit, kecepatan penambahan atau

lepasnya glukosa dari hemoglobin) dan masa hidup/daya tahan serta jumlah

sel darah merah.

5. Nama kegiatan : Pemeriksaan Tropinin T

a. Tujuan

1) Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan Troponin T secara kuantatif.

2) Untuk dapat melakukan pemeriksaan Troponin T secara kuantitatif dalam

membantu diagnosis medis infeksi miokard.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah Elisa Automatik analyzer.

c. Prinsip

Whole blood heparin diteteskan sebanyak 150 µl pada lubang sampel pada

strip yang telah dimasukkan ke dalam alat. Kemudian dengan menekan start dan

menunggu selama ± 10 menit, alat akan membaca secara otomatis kadar troponint

T dalam sampel yang diperiksa.

d. Dasar Teori

Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan

otot rangka. Bersama dengan tropomiosin, troponin mengatur kontraksi otot.

Kontraksi otot terjadi karena pergerakan molekul miosin di sepanjang filamen

aktin intrasel. Troponin terdiri dari tiga polipeptida : (Riswanto, 2010)

1) Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi mengikat

dan mendeteksi ion kalsium yang mengatur kontraksi.

97

Page 87: Bab III Tabanan

2) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen

inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.

3) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi

mengikat tropomiosin.

Dari tiga polipeptida tersebut, hanya bentuk troponin I (cTnI) dan troponin

T (cTnT) yang ditemukan di dalam sel-sel miokardium, tidak pada jenis otot lain.

cTnI dan cTnT dikeluarkan ke dalam sirkulasi setelah cedera miokardium. Sel-sel

otot rangka mensintesis molekul troponin yang secara antigenis berbeda dengan

troponin jantung (Riswanto, 2010).

Troponin T (TnT) merupakan suatu protein struktural dari serabut otot

serat melintang, terdapat pada filamen tipis dan merupakan bagian dari

"contractile apparatus”. Lokasinya intraseluler dan Ditemukan pada otot jantung

dan otot skelet, namun asam aminonya berbeda (Arman, 2013).

Troponin T jantung pada keadaan normal tidak ditemukan dalam sirkulasi

darah, tetapi dapat ditemukan sebanyak 6% dalam bentuk bebas pada sitoplasma

miosit jantung dan sisanya dalam bentuk ikatan pada kompleks troponin.

Troponin T spesifik untuk jantung (Arman, 2013).

Troponin T kardiak merupakan suatu petanda serologik yang dapat

digunakan sebagai alat diagnostik untuk menentukan kerusakan miokard.

Ditemukan 100% meningkat pada penderita Infark miokard akut yang didiagnosis

sesuai kriteria WHO. Troponin T akan terditeksi dalam darah 4-8 jam setelah

pasien merasakan nyeri dada dan bertahan selama 1-2 minggu sehingga

mempunyai sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi Infark miokard akut

(Arman, 2013).

98

Page 88: Bab III Tabanan

e. Alat dan Bahan

1) Alat

a) Troponin-T Instrumen Cobas h 232

b) Mikropipet

c) Yello tip

2) Bahan

a) Whole blood heparin

f. Cara Kerja

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Alat ditekan tombol ON dan ditunggu hingga READY.

3) Strip diinsert, selanjutnya ditekan START.

4) Whole blood heparin dimasukkan sebanyak 150 µl.

5) START ditekan.

6) Hasil ditunggu selama 10 menit.

g. Hasil Kegiatan

1) Hasil kegiatan

Hari, Tanggal Jumlah Pemeriksaan

Senin, 10 Maret 2014 1

Selasa, 11 Maret 2014 2

Rabu, 12 Maret 2014 1

Kamis, 13 Maret 2014 -

Jumat, 14 Maret 2014 2

Sabtu, 15 Maret 2014 -

Minggu, 16 Maret 2014 2

Senin, 17 Maret 2014 -

Selasa, 18 Maret 2014 3

Rabu, 19 Maret 2014 -

99

Page 89: Bab III Tabanan

Kamis, 20 Maret 2014 -

Jumat, 21 Maret 2014 2

Sabtu, 22 Maret 2014 -

Minggu, 23 Maret 2014 1

Senin, 24 Maret 2014 1

Selasa, 25 Maret 2014 -

Rabu, 26 Maret 2014 -

Kamis, 27 Maret 2014 1

Jumat, 28 Maret 2014 -

Sabtu, 29 Maret 2014 1

Minggu, 30 Maret 2014 -

Senin, 31 Maret 2014 -

Selasa, 1 April 2014 1

Rabu, 2 April 2014 -

Kamis, 3 April 2014 -

Jumat, 4 April 2014 -

Sabtu, 5 April 2014 -

Minggu, 6 April 2014 -

Senin, 7 April 2014 1

Selasa, 8 April 2014 -

Rabu, 9 April 2014 -

Kamis, 10 April 2014 -

Jumat, 11 April 2014 1

Sabtu, 12 April 2014 -

2) Hasil pemeriksaan

Zall/Poli : IRD

Nama : Mr.Kt

Umur : Th

Kelamin : L

100

Page 90: Bab III Tabanan

Tanggal : 24-03-2014

Hasil :

NO HASIL

TERBACA

KONSENTRASI KOMENTAR

1 (-) / NEGATIVE

< 50 ng/L

< 50 ng/L (-) / NEGATIVE

BELUM TERDETEKSI KERUSAKAN

MIOCARD; BILA PERLU ULANG

PEMERIKSAAN 3 – 6 JAM LAGI

2 50 – 100 ng/L (±)/MERAGUKAN

KEMUNGKINAN TERJADI

PERUBAHAN KONSENTRASI; BILA

PERLU ULANG PEMERIKSAAN

3 101 – 2000 ng/L (+) / POSITIVE

TERDETEKSI KERUSAKAN MIOCARD,

Kecuali ada Diff Diagnosis yg dpt

meningkatkan kadar Trop T.

4 > 2000 ng/L (++) / POSITIVE KUAT

TERDETEKSI KERUSAKAN LUAS

MIOCARD, Kecuali ada Diff Diagnosis yg

dpt meningkatkan kadar Trop T

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan troponin ini, antara lain:

1) Terlalu lama menunda pemeriksaan.

2) Strip yang digunakan rusak atau kadaluarsa.

i. Pembahasan

Pemeriksaan troponin merupakan pemeriksaan laboratorium yang

digunakan untuk membantu mendiagnosis serangan jantung, untuk mendeteksi

dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri dada karena

serangan jantung atau mungkin karena penyebab lainnya. Pemeriksaan ini lebih

101

Page 91: Bab III Tabanan

spesifik untuk serangan jantung daripada tes lainnya (yang mungkin menjadi

positif pada cedera otot rangka) dan tetap tinggi untuk jangka waktu beberapa hari

setelah serangan jantung. Walaupun spesifik terhadap jantung, pemeriksaan ini

sebagai diagnosis pasti juga harus dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya seperti

EKG dan CK-MB.

Pemeriksaan troponin yang dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik

BRSU Tabanan adalah pemeriksaan troponin T, dimana Troponin T adalah

kompleks protein kontraktil yang terdapat pada filamen serabut otot termasuk otot

jantung. kadar meningkat 2-8 jam, dan mencapai puncak 12-96 jam. Troponin T

diperiksa dengan menggunakan alat otomatis yaitu Cobas h 232, dimana sampel

untuk pemeriksaan troponin T ini adalah whole blood heparin sebanyak 150 ml

dengan stabilitas sampel selama 3 jam pada suhu kamar.

Permasalahan yang ditemui da pemecahan masalah pada pemeriksaan

troponin T ini, antara lain:

1) Terlalu lama menunda pemeriksaan. Penundaan ini dapat terjadi karena

adanya ketidak tahuan petugas pengambil sampel pasien khususnya yang

berada di ruang rawat inap, sehingga sangat penting untuk memberikan

informasi mengenai stabilitas sampel untuk pemeriksaan troponin kepada

seluruh petugas pengambil sampel bahwa sampel tidak boleh disimpan terlalu

lama pada suhu kamar.

2) Strip yang digunakan rusak atau kadaluarsa. Keadaan ini dapat

mempengaruhi hasil pemeriksaan troponin. Untuk mengatasi hal tersebut

dapat dilakukan pengecekkan tanggal kaduluarsa sebelum dilakukannya

102

Page 92: Bab III Tabanan

pemeriksaan dan diusahakan agar menyimpan strip test sesuai dengan

petunjuk kerja yang berada pada alat agar tidak menyebabkan kerusakan.

D. Sub Laboratorium Mikrobiologi

1. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Malaria

a. Tujuan

1) Untuk dapat melakukan pemeriksaan malaria dari spesimen darah tepi.

2) Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit malaria dengan penemuan

parasit malaria secara mikroskopis.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah sediaan hapusan darah (indirect preparat)

dengan pewarnaan giemsa.

c. Prinsip

Sediaan hapusan darah tepi diwarnai dengan pewarna giemsa kemudian

dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis. Diagnosis penyakit malaria

ditegakkan dengan menemukan ada/tidaknya bentukan-bentukan parasit

Plasmodium.

d. Dasar teori

Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang disebabkan

oleh satu atau lebih spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat

intermitten, anemia, dan hepato-splenomegali. Malaria disebabkan oleh protozoa

darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan

protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium

vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.

Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat

103

Page 93: Bab III Tabanan

menimbulkan kematian. Keempat spesies Plasmodium yang terdapat di Indonesia

yaitu P. vivax menimbulkan malaria vivax disebut juga sebagai malaria tertiana.

P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.

ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan

malaria falsiparum atau malaria tropika (Anonim, 2012).

Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada

manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya

parasit (Plasmodium) di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam

seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue,

demam tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria

dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan

pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis sedini mungkin. Secara

garis besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok

yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk mendeteksi adanya

antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium. Namun yang

dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria adalah

metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi.

Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam

menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana

pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding

penyakit malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi,

atau infeksi virus akut lainnya (Yuesuf, 2013).

e. Alat dan bahan

1) Alat

104

Page 94: Bab III Tabanan

a) Lanset

b) Objek glass

c) Pipet tetes

d) Mikroskop

2) Bahan

a) Sampel darah tepi

b) Kapas alkohol 70%

c) Metanol p.a

d) Buffer pH 7,2

e) Giemsa 10%

f. Cara kerja

1) Alat dan bahan disiapkan.

2) Ujung jari yang akan ditusuk didesinfeksi menggunakan kapas alkohol 70%,

dibiarkan hingga kering.

3) Ujung jari ditusuk jari dengan blood lancet, darah pertama dihapus dengan

tissue/kapas kering.

4) Tetesan darah berikutnya diteteskan secukupnya pada objek glass yang telah

diberi identitas pasien.

5) Dibuat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 - 4 tetes darah

pada daerah dekat ujung object glass yang bersih dan bebas dari lemak.

Dengan sudut object glass yang lain campurkan tetesan darah tersebut secara

membulat sehingga diameternya sekitar 20 mm. Ketebalannya sedemikian

rupa sehingga masih  bisa membaca koran yang diletakkan di belakang

sediaan tersebut. Sedangkan untuk sediaan darah tipis dilakukan penggeseran

105

Page 95: Bab III Tabanan

darah pada objek glass tersebut menggunakan cover glass atau objek glass

lain.

6) Sediaan dikering anginkan.

7) Dilakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 10% (1: 9), selama kurang lebih

10-45 menit. (Pada sediaan darah tipis, sebelum diwarnai hendaknya

dilakukan fiksasi menggunakan larutan methanol selama 2-3 menit.

Sedangkan pada sediaan darah tebal hendaknya dilakukan proses hemolisis

sampai sempurna sebelum diwarnai).

8) Sediaan dibilas pada air mengalir lalu ditunggu hingga kering.

9) Sediaan diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran lensa objek

100x dengan penambahan setetes oil imersi

10) Lakukan interpretasi hasil pengamatan, yaitu:

Positif (+) : jika ditemukan fase aseksual Plasmodium

+          :    1-10 parasit per 100 lapang pandang

++        :    11-100 parasit per 100 lapang pandang

+++     :    1-10 parasit per satu lapang pandang

++++   :    lebih dari 10 parasit per satu lapang pandang

Negatif (-) : jika tidak ditemukan fase aseksual Plasmodium.

g. Hasil kegiatan

Zaal/Poli : PP

Nama : Mrs.NYM

Umur : TH

Kelamin :

106

Page 96: Bab III Tabanan

Alamat : -

Tanggal : 17 – 03– 2014

Jam : 09.40 WITA

HASIL PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

No Parameter Hasil Nilai Rujukan

1. Malaria (-) Negatif (-) Negatif

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan ini yaitu sediaan hapus darah

tepi yang dibuat kurang baik dan kualitas pewarnaan kurang baik.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan malaria merupakan pemeriksaan laboratorium yang dapat

memberikan informasi tentang parasit khususnya genus Plasmodium sebagai

penyebab  penyakit malaria. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menunjang

diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan penyakit

malaria.

Pemeriksaan malaria di Laboratroium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dilakukan dengan menggunakan sampel baik sampel darah EDTA maupun darah

tepi dengan pemeriksaan secara mikrospkopis yaitu sediaan apusan darah.

Sediaan darah malaria dapat dibuat dalam 2 bentuk, yaitu : 1) Sediaan darah

tipis/sediaan apus darah dan 2) Sediaan darah tebal/sediaan tetes tebal. Sediaan

apusan membutuhkan volume darah relatif sedikit dibandingkan dengan sediaan

tetes tebal, sehingga peluang ditemukannya parasit juga relatif lebih sedikit.

Sediaan tetes tebal biasanya digunakan untuk identifikasi keberadaan parasit

107

Page 97: Bab III Tabanan

penyebab malaria, sehingga lebih cepat mengetahui ada/tidaknya parasit tersebut

pada tubuh pasien. Sedangkan sediaan apus darah digunakan untuk menonjolkan

morfologi parasit, disarankan membuat sediaan apusan karena dengan sediaan

apusan, morfologi Plasmodium akan tampak lebih jelas dengan bagian-bagian

yang relatif lengkap, sehingga dapat mengetahui secara spesifik species

Plasmodium penyebab penyakit malaria tersebut.

Permasalahan yang ditemui dan pemecahan masalahnya pada pemeriksaan

ini, yaitu: sediaan hapus darah tepi yang dibuat kurang baik dan kualitas

pewarnaan kurang baik. Oleh karena itu, sebaiknya pada setiap pemeriksaan

dilakukan pembuatan beberapa sediaan apusan darah tepi, kemudian dipilih

sediaan yang memenuhi syarat untuk diperiksa. Untuk pewarnaan, agar kualitas

pewarnaan terjaga selalu diperhatikan kondisi lingkungan tempat penyimpanan

cat giemsa, larutan pengencernya dan diperhatikan pula tanggal kadaluarsanya.

2. Nama kegiatan : Pemeriksaan BTA Darah Tepi

a. Tujuan

1) Untuk dapat melakukan pemeriksaan bakteri tahan asam dari spesimen

darah tepi.

2) Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit kusta dari pemeriksaan bakteri

tahan asam spesimen darah tepi.

b. Metode

Metode yang digunakan yaitu metode indirect preparat dengan pewarnaan

Ziehl Neelson.

c. Prinsip

108

Page 98: Bab III Tabanan

Bakteri tahan asam bersifat tahan terhadap dekolorisasi, dengan pewarnaan

Ziehl Neelson akan tetap mempertahankan warna cat pertamanya yaitu carbol

fuchsin yang berwarna merah meskipun dialiri dengan larutan pemucat asam

alkohol. Bakteri tahan asam berbentuk basil dan dapat ditemukan pada darah tepi

penderita kusta. Untuk penegakkan diagnosis, preparat dibaca secara mikroskopis

pada pembesaran lensa objektif 100x.

d. Dasar teori

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai

afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian

dapat ke organ lain kecuali ke susunan saraf pusat (Nasution, 2010)

Mycobacterium leprae merupakan pathogen intrasel obligat sehingga

belum dapat dibiakkan invitro (media tak hidup). Bakteri sering ditemukan pada

sel endothelial pembuluh darah atau sel mononuclear (makrofag) sebagai

lingkungan yang baik untuk bertahan hidup dan perkembangbiakan. Perkiraan

waktu bagi bakteri ini bereplikasi adalah 10-12 hari (Pontianak, 2011).

Basil lepra ini tahan terhadap degradasi intraseluler oleh makrofag,

mungkin karena kemampuannya keluar dari fagosom ke sitoplasma makrofag dan

berakumulasi hingga mencapai 1010 basil/gram jaringan pada kasus lepratype

lepromatus. Kerusakan syaraf perifer yang terjadi merupakan sebuah respon dari

system imun Karena adanya basil ini sebagai antigen. Pada lepra type tuberkuloid,

terjadi granuloma yang sembuh dengan sendirinya bersifar berisi sedikit basil

tahan asam (Anonim, 2011).

109

Page 99: Bab III Tabanan

Bakteri mycobacterium leprae berbentuk batang, langsing atau sedikit

membengkok dengan kedua ujung bakteri tumpul, tidak bergerak, tidak memiliki

spora dan tidak berselubung. Sel-sel panjang, ada kecenderungan untuk

bercabang. Berukuran 1-7 x 0,2-0,5µm, bersifat gram positif, tahan asam, letak

susunan bakteri tunggal atau sering bergerombol serupa tumpukan cerutu

sehingga sering disebut packed of cigarette, atau merupakan kelompok padat

sehingga tidak dapat dibedakan antara bakteri yang satu dengan yang lainnya,

kadang-kadang terdapat granula (Anonim, 2011).

Untuk mendiagnosa penyakit leprae, maka dilakukan pemeriksaan

mikroskopis dari pewarnaan bakteri tahan asam, uji sitologi dari sel kulit yang

terinfeksi dan tes kulit lepromin. Sampai saat ini belum dapat dilakukan

pemeriksaan kultur terhadap M. leprae. Uji serologi non treponemal terhadap

sifilis seperti VDRL dan RPR kadang-kadang menunjukan hasil positif palsu dari

sampel penderita lepra (Anonim, 2011).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Lanset

b) Objek glass

c) Api bunsen

d) Rak pewarnaan

e) Pipet tetes

f) Mikroskop

2) Bahan

a) Tisue

110

Page 100: Bab III Tabanan

b) Korek api

c) Kapas alcohol 70%

d) Kapas kering

e) Air mengalir

f) Oil imersi

g) Reagen Ziehl Neelson

Carbol fuchsin 0,3%

Asam alkohol 3%

Methylene blue 0,3%

f. Cara kerja

1) Pembuatan preparat hapusan darah tepi

a) Alat dan bahan disiapkan.

b) Didesinfeksi bagian cuping telinga yang akan ditusuk dengan kapas

alkohol 70%.

c) Cuping telinga ditusuk menggunakan lanset.

d) Darah pertama yang keluar diusap menggunakan kapas kering.

e) Tetesan darah yang kedua dihapuskan pada ujung objek glass yang telah

diberi label/identitas pasien.

f) Tetesan darah dihapuskan searah dengan menggunakan objek glass yang

lain.

g) Preparat dibiarkan hingga kering pada posisi miring.

2) Pewarnaan preparat BTA hapusan darah tepi

a) Preparat yang telah kering difiksasi dengan melewatkan pada api bunsen

sebanyak 3 kali.

111

Page 101: Bab III Tabanan

b) Preparat diletakkan pada rak pewarnaan.

c) Preparat ditetesi dengan cat carbol fuchsin 0,3% hingga menutupi semua

areal preparat dan dipanaskan hingga menguap (jangan sampai

mendidih).

d) Preparat didiamkan selama 5 menit.

e) Preparat dibilas pada air mengalir.

f) Preparat dialiri dengan asam alkohol 3% hingga warna merah luntur.

g) Preparat dibilas pada air mengalir.

h) Preparat ditetesi dengan cat methylene blue 0,3% selama 10-20 detik.

i) Preparat kemudian dibilas kembali pada air mengalir.

j) Preparat dikeringkan.

3) Pembacaan preparat BTA hapusan darah tepi

a) Mikroskop dihidupkan.

b) Preparat diletakkan di atas meja mekanik.

c) Mikroskop disetting pada pembesaran lensa objektif 10x untuk

menemukan lapang pandang. Pencahayaan dan posisi kondensor diatur.

d) Lensa objektif dipindahkan pada posisi 100x untuk melakukan

pembacaan preparat. Preparat ditambahkan setetes oil imersi.

Pencahayaan dan posisi kondensor maksimal.

e) Preparat dibaca sebanyak 100 lapang pandang dan dihitung jumlah

Bakteri Tahan Asam yang terdapat pada preparat.

f) Dilakukan analisis hasil terhadap hasil pembacaan preparat.

Negatif : tidak ditemukan BTA.

Positif : terdapat 1 – 9 BTA / 100 lapang pandang.

112

Page 102: Bab III Tabanan

Positif 1 : terdapat 10 – 90 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 2 : terdapat 1 – 9 BTA / 1 lapang pandang.

Positif 3 : terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Selama kegiatan PKL Di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dari tanggal 10 Maret-12 April 2014, jumlah pemeriksaan BTA darah tepi

sebanyak 1 orang pasien.

2) Hasil pemeriksaan

Tgl diterima : 15/3/14

Nama pasien : Mr. X

Usia : 38 THN

Nama Unit Pelayanan : Poli Paru

Hasil pemeriksaan : Negatif (-)

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan BTA darah tepi, yaitu:

Sediaan hapusan darah tepi berlubang sehingga area pembacaan pada mikroskop

tidak baik karena eritrositnya berpisah-pisah.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Salah satu pemeriksaan penunjang diagnosis dalam mendeteksi penyebab

penyakit kusta atau lepra adalah pemeriksaan mikroskopis BTA (Bakteri Tahan

Asam). Pemeriksaan BTA merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi bakteri

113

Page 103: Bab III Tabanan

Mycobacterium yang dilakukan dengan cara pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN).

Melalui pewarnaan Ziehl Neelsenakan terlihat kuman ini berbentuk batang lurus

atau sedikit bengkok dengan ukuran 2,8 mikron. Biasanya kuman ini tidak berdiri

sendiri melainkan membentuk suatu kumpulan kuman yang sejajar satu sama lain

disebut globi.

Pemeriksaan BTA untuk diagnosis penyakit kusta atau lepra di

Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan dilakukan dengan pengambilan

sampel pada cuping telinga kemudian akan dibuatkan sediaan apusan yang

diwarna ziehl nelseen dan diamati dengan mikroskop. Pemeriksaan BTA ini

kurang spesifik dan jarang untuk dilakukan sehingga diperlukan petugas yang

telah memperoleh pelatihan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan sediaan apusan ini,

adalah sediaan apusan yang dibuat harus memenuhi syarat pemeriksaan, apabila

sediaan hapusan darah tepi berlubang yang menyebabkan pembacaan pada

mikroskop tidak baik karena eritrositnya berpisah-pisah, sebaiknya dilakukan

pembuatan sediaan yang lainnya sehingga dapat ditentukan sediaan yang lebih

baik.

3. Nama kegiatan : Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) Sputum

a. Tujuan

1) Untuk dapat melakukan pemeriksaan bakteri tahan asam dari spesimen

sputum.

2) Untuk dapat menegakkan diagnosis tuberculosis dari pemeriksaan bakteri

tahan asam spesimen sputum.

b. Metode

114

Page 104: Bab III Tabanan

Metode yang digunakan yaitu metode indirect preparat dengan pewarnaan

Ziehl Neelson.

c. Prinsip

Bakteri tahan asam bersifat tahan terhadap dekolorisasi, dengan pewarnaan

Ziehl Neelson akan tetap mempertahankan warna cat pertamanya yaitu carbol

fuchsin yang berwarna merah meskipun dialiri dengan larutan pemucat asam

alkohol. Bakteri tahan asam berbentuk basil dan dapat ditemukan pada sputum

penderita tuberkulosis. Untuk penegakkan diagnosis, preparat dibaca secara

mikroskopis pada pembesaran lensa objektif 100x.

d. Dasar teori

Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ketiga yang menyebabkan

kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini

tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang

terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang menyebabkan orang

menjadi sakit (Arsyi, 2012).

Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24

Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri

tersebut diberi nama basil Koch. Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium

tuberculosis (Arsyi, 2012).

Kingdom           : Bacteria

Filum                 : Actinobacteria

Ordo                  : Actinomycetales

115

Page 105: Bab III Tabanan

Famili                : Mycobacteriaceae

Genus                : Mycobacterium

Spesies              : Mycobacterium tuberculosis

Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculosis,

Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium, avium, Nocandia

meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Pewarnaan Ziehl Neelson atau

pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia

dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena

dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan

larutan pemucat (asam alkohol). Larutan asam terlihat berwarna merah,

sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (asam

alkohol) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel

bakteri tidak berwarna menjadi tidak berwarna dan akan menyerap zat warna

kedua yaitu methylene blue (Temaja, 2010).

Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati

pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar

matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri Mycobacterium dapat

bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat

bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat

hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2

tahun. Mycobacterium tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara

lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini

dihancurkan oleh iodium tinctur dalam 5 menit, dengan alkohol 80 % akan hancur

dalam 2-10 menit (Temaja, 2010).

116

Page 106: Bab III Tabanan

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Objek glass

b) Api bunsen

c) Rak pewarnaan

d) Pipet tetes

e) Mikroskop

f) Pot sputum

2) Bahan

a) Lidi

b) Tisue

c) Korek api

d) Air mengalir

e) Oil imersi

f) Reagen Ziehl Neelson

Carbol fuchsin 0,3%

Asam alkohol 3%

Methylene blue 0,3%

f. Cara kerja

1) Pembuatan preparat BTA sputum

a) Alat dan bahan disiapkan

b) Objek glass yang digunakan diberi label kode identitas pasien dengan

benar menggunakan pensil.

c) Api bunsen dinyalakan.

117

Page 107: Bab III Tabanan

d) Pot sputum dibuka kemudian diambil bagian sputum yang representatif

yaitu bagian berlendir dengan warna kuning- kuning kehijauan

menggunakan lidi (pengerjaan dilakukan di dekat api bunsen).

e) Preparat BTA sputum dibuat dengan membuat gerakan spiral pada objek

glass secara melingkar dengan ukuran 2 x 3 cm.

f) Preparat dibiarkan mengering.

g) Setelah kering, preparat difiksasi di atas api bunsen sebanyak tiga kali.

h) Preparat yang telah difiksasi kemudian diletakkan di atas rak pewarnaan.

2) Pewarnaan preparat BTA sputum

a) Preparat ditetesi dengan cat carbol fuchsin 0,3% hingga menutupi semua

areal preparat.

b) Preparat dipanaskan menggunakan api bunsen.

c) Setelah muncul uap, preparat didinginkan selama 5 menit.

d) Preparat dibilas pada air mengalir.

e) Preparat dialiri dengan asam alkohol 3% hingga warna merah luntur.

f) Preparat dibilas pada air mengalir

g) Preparat ditetesi dengan cat methylene blue 0,3% selama 10-20 detik

h) Preparat kemudian dibilas kembali pada air mengalir

i) Preparat dikeringkan

3) Pembacaan preparat BTA sputum

a) Mikroskop dihidupkan.

b) Preparat diletakkan di atas meja mekanik.

c) Mikroskop disetting pada pembesaran lensa objektif 10x untuk

menemukan lapang pandang. Pencahayaan dan posisi kondensor diatur.

118

Page 108: Bab III Tabanan

d) Lensa objektif dipindahkan pada posisi 100x untuk melakukan

pembacaan preparat. Preparat ditambahkan setetes oil imersi.

Pencahayaan dan posisi kondensor maksimal.

e) Preparat dibaca sebanyak 100 lapang pandang dan dihitung jumlah

Bakteri Tahan Asam yang terdapat pada preparat.

f) Dilakukan analisis hasil terhadap hasil pembacaan preparat.

Negatif : tidak ditemukan BTA.

Positif : terdapat 1 – 9 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 1 : terdapat 10 – 90 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 2 : terdapat 1 – 9 BTA / 1 lapang pandang.

Positif 3 : terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Selama kegiatan PKL di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dari tanggal 10 Maret-12April 2014, jumlah permintaan pemeriksaan BTA

sputum sebanyak 28 orang pasien.

2) Hasil pemeriksaan

No. Sediaan : 03/20/140

Tgl diterima : 29/3/14

Nama pasien : Mr. X

Usia : 42 THN

119

Page 109: Bab III Tabanan

Nama Unit Pelayanan : Poli Paru

Hasil Pemeriksaan :

S : (-)/ Negatif

P : (-)/ Negatif

S : (-)/ Negatif

Tanggal PemeriksaanSpesimen

Dahak

Hasil Ket.

++++ +++ p+ 1-9 *** Neg

21 – 2 – 2013 A (sewaktu) √ Liur

22 – 2 – 2013 B (pagi) √ Liur

22 – 2 – 2013 C (sewaktu) √ Nanah

Lendir

*** : Isi sesuai jumlah BTA yang ditemukan

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan BTA sputum, antara lain:

1) Preparat yang dibuat terlalu tebal sehingga mengalami kesulitan dalam

pembacaan bakteri tahan asam.

2) Sampel yang dikirim ke laboratorium tidak memenuhi persyaratan sampel

yaitu bukan berupa dahak melainkan liur.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan BTA merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi bakteri

Mycobacterium yang dilakukan dengan cara pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN).

Pemeriksaan ini tidak spesifik hanya untuk mendeteksi Mycobacterium

120

Page 110: Bab III Tabanan

tuberculosis karena hasil pewarnaan BTA juga akan positif terhadap genus

Mycobacterium lain. Dimana, sampel untuk pemeriksaan BTA dapat berasal dari

pus, feces, sputum, urine pagi pancaran tengah, liquor, cairan pleura, aspirasi

gastrik, jaringan, bilasan bronkhus, swab tenggorok, dan cairan sendi.

Salah satu pemeriksaan BTA yang digunakan untuk menegakkan diagnosa

penyakit TB (Tuberculosis) di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

adalah pemeriksaan BTA dengan sampel sputum. Pengambilan sampel sputum

pasien dilakukan dengan teknik S-P-S (Sewaktu, pagi, sewaktu) yang ditampung

pada pot sputum yang bersih dan sesuai standar yaitu bermulut besar, transparan

dan bertutup ulir.

Untuk pemeriksaan mikrobiologi BTA pertama dilakukan dengan

membuat sediaan apusan sputum yang diwarnai dengan Ziehl-Neelsen (ZN).

Digunakannya pewarna Ziehl-Neelsen (ZN) karena Mycobacterium. tuberculosis

merupakan bakteri yang sukar diwarnai dengan zat warna mikrobiologis biasa.

Hal ini disebabkan karena tingginya kadar lemak pada organisme ini sehingga

warna tersebut tidak tercuci oleh alkohol asam. Oleh sebab itulah dinamakan basil

tahan asam atau bakteri tahan asam dan tetap berwarna merah seperti warna yang

diberikan pertama. Untuk mengamati bakteri tersebut, maka dilakukan pewarnaan

khusus berupa pewarnaan bakteri tahan asam yang dikenal dengan nama metode

Ziehl-Neelson dengan tujuan agar bakteri yang akan diamati dapat dibedakan

dengan organisme lainnya.

Beberapa permasalahan serta solusinya pada pemeriksaan bakteri tahan

asam dengan menggunakan metode Ziehl Neelsen, antara lain:

121

Page 111: Bab III Tabanan

1) Preparat yang dibuat terlalu tebal sehingga mengalami kesulitan dalam

pembacaan bakteri tahan asam. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengambil

sampel sputum yang tidak terlalu banyak terlebih dahulu dan diusahakan agar

merata.

2) Sampel yang dikirim ke laboratorium tidak memenuhi persyaratan sampel

yaitu bukan berupa dahak melainkan liur. Hal tersebut dapat diatasi dengan

memberi penjelasan kepada pasien dengan cara yang mudah dimengerti

tentang teknik-teknik pengeluaran dahak/sputum agar diperoleh sampel dahak

yang memenuhi syarat pemeriksaan.

E. Sub Laboratorium Imunoserologi

1. Nama kegiatan : Pemeriksaan Widal

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui adanya antibodi spesifik dalam serum terhadap antigen

salmonella secara kualitatif dan semi kuantitatif berdasarkan reaksi aglutinasi.

2) Untuk membantu dalam menegakkan diagnosa demam thypoid.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah metode slide

aglutinasi yang diamati secara mikroskopis.

c. Prinsip

Reaksi aglutinasi secara immunologis antara antibodi dalam serum dengan

suspensi bakteri sebagai antigen yang homolog.

d. Dasar teori

122

Page 112: Bab III Tabanan

Demam typhoid atau enteric fever adalah sindrom klinik yang dihasilkan

oleh organisme salmonella tertentu. Istilah ini mencakup istilah demam yang

disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratyphoid yang disebabkan oleh S.

paratyphi A, S. paratyphi B, S.paratyphi C, dan kadag-kadang seroyip salmonella

lain (Nelson, 2000).

Pemeriksaan Widal adalah salah satu pemeriksaan yang bertujuan untuk

menegakkan diagnosa demam tipoid. Pemeriksaan ini masih banyak dipakai di

negara-negara berkembang dikarenakan biayanya yang relatif terjangkau dan

hasilnya pun dapat diketahui dengan segera. Pemeriksaan Widal bertujuan untuk

mendeteksi adanya antibodi (kekebalan tubuh) terhadap kuman Salmonella

dengan cara mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam

sampel darah. Tubuh kita akan membentuk antibodi jika terpapar kuman

Salmonela typhi, baik kuman yang masuk secara alamiah dan menyebabkan sakit,

kuman yang masuk namun tidak menunjukan gejala (karier) ataupun melalui

vaksinasi (Vian, 2012).

Beberapa keuntungan dari pemeriksaan widal adalah tekniknya sederhana,

mudah dan murah. Sedangkan beberapa kerugian dari pemeriksaan Widal adalah

(Lia, 2011) :

1) Adanya reaksi silang.

2) Nilai normal daerah endemis tidak sama dengan daerah non endemis.

3) Bila terjadi gangguan proses immunitas, pembentukan antibodi terganggu

maka uji Widal dapat memberikan hasil negatif palsu. Selain itu

keterbatasan uji ini juga dapat memberikan hasil positif palsu.

e. Alat dan bahan

123

Page 113: Bab III Tabanan

1) Alat

a) Objek glass

b) Micropipet

c) Yellow tip

d) Mikroskop

2) Bahan

a) Sampel serum/plasma pasien

b) Tissue

c) Suspensi Antigen O

a. Salmonella typhi O

b. Salmonella paratyphi AO

c. Salmonella paratyphi BO

d. Salmonella paratyphi CO

d) Suspensi Antigen H

1) Salmonella typhi H

2) Salmonella paratyphi AH

3) Salmonella paratyphi BH

4) Salmonella paratyphy CH

f. Cara kerja

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Semua reagen pemeriksaan disuhu ruangkan dan dihomogenkan.

c. Dua buah kaca objek bersih disiapkan diatas meja kerja.

d. Masing-masing suspensi antigen salmonella diteteskan secara berurutan pada

kaca objek sebanyak 1 tetes.

124

Page 114: Bab III Tabanan

e. Serum dipipet sebanyak 25 µL dan diteteskan pada masing-masing suspensi

antigen.

f. Serum dan suspensi antigen diaduk selama 5 detik dengan salah satu sudut

kaca objek baru lalu campuran tersebut digoyangkan selama 1 menit

g. Hasilnya diamati dengan mikroskop pembesaran lensa objektif 10X.

h. Hasil diintepretasikan menurut derajat aglutinasi yang terbentuk.

Intrepretasi hasil:

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Data Praktikum Uji Widal dari tanggal 10 Maret 2014 sampai dengan 22 Maret

2014 terdapat 142 pemeriksaan dimana 107 pasien positif uji widal dengan rata – rata

titer 1/80 dan didapatkan 35 pasien negatif uji widal.

TanggalHASIL PEMERIKSAAN

POSITIF NEGATIF

10 Maret 2014 8 -

11 Maret 2014 14 -

125

Test Negatif

(homogenous)

Test Positif

(flocculent)

Page 115: Bab III Tabanan

12 Maret 2014 6 -

13 Maret 2014 15 -

14 Maret 2014 9 -

15 Maret 2014 8 -

16 Maret 2014 17 -

17 Maret 2014 9 -

18 Maret 2014 8 1

19 Maret 2014 8 -

20 Maret 2014 10 -

21 Maret 2014 9 -

22 Maret 2014 14 -

23 Maret 2014 14 -

24 Maret 2014 6 -

25 Maret 2014 15 -

26 Maret 2014 9 -

27 Maret 2014 9 -

28 Maret 2014 8 -

29 Maret 2014 8 -

30 Maret 2014 10 -

31 Maret 2014 9 -

1 April 2014 9 -

2 April 2014 12 -

126

Page 116: Bab III Tabanan

3 April 2014 10 -

4 April 2014 16 -

5 April 2014 13 -

6 April 2014 7 -

7 April 2014 10 -

8 April 2014 15 -

9 April 2014 19 -

10 April 2014 8 -

11 April 2014 10 -

12 April 2014 11 -

Jumlah 363 1

2) Hasil pemeriksaan

ZAAL : IRD

NAMA : Mr.I

UMUR : - TH

KELAMIN : L

TGL : 25 – 03 – 2014

JAM : 22.30 WITA

HASIL PEMERIKSAAN WIDAL

127

Page 117: Bab III Tabanan

No PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

1 Salmonella paratyphi A-O (+) 1/80 NEGATIF

2 Salmonella paratyphi B-O (-) NEG NEGATIF

3 Salmonella paratyphi C-O (-) NEG NEGATIF

4 Salmonella typhi O (-) NEG NEGATIF

5 Salmonella paratyphi A-H (-) NEG NEGATIF

6 Salmonella paratyphi B-H (+) 1/160 NEGATIF

7 Salmonella paratyphi C-H (-) NEG NEGATIF

8 Salmonella typhi H (-) NEG NEGATIF

h. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan widal ini adalah pada

pembacaan aglutinasi secara mikroskopis terkadang ditemui kotoran yang mirip

dengan aglutinasi.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin yang

bertujuan untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp enteric yang mengakibatkan

demam typoid. Prinsip pemeriksaan widal ini adalah memeriksa reaksi antara

antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran

berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan

dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang

masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Uji widal

dapat dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode peluncuran (slide).

Pada pemeriksaan widal yang dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik

BRSU Tabanan, titer pemeriksaaan ditentukan dengan menggunakan pengamatan

128

Page 118: Bab III Tabanan

secara makroskopis untuk lebih mengefisienkan waktu dan memperoleh hasil

yang lebih akurat dibandingkan pengamatan hanya dengan mata. Titer diperoleh

dengan mengamati perbandingan banyaknya aglutinasi yang terjadi pada reaksi

antigen dan antibodi yang terbentuk, dimana semakin banyaknya aglutinasi maka

titernya akan semakin tinggi.

Dalam interpretasi dari pemeriksaan widal ini harus memperhatikan

beberapa faktor, antara lain: sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit, faktor

penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi

pembentukan antibodi, gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah

endemis atau non-endemis), faktor antigen, teknik serta reagen yang digunakan

Permasalahan dan pemecahan masalahnya dari pemeriksaan Widal yang

dilakukan adalah pada pembacaan aglutinasi secara mikroskopis terkadang

ditemui kotoran yang mirip dengan aglutinasi. Hal tersebut dapat diatasi dengan

memperhatikan ke seluruh lapang pandang sehingga akan nampak lebih banyak

aglutinasi yang terlihat maka selanjutnya dapat dibandingkan.

2. Nama kegiatan : Pemeriksaan Anti Dengue (IgM & IgG)

a. Tujuan

Untuk mendeteksi secara kualitatif sekaligus membedakan antibodi IgG

dan IgM terhadap virus dengue di dalam sampel (serum, plasma atau whole

blood) pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan pada pemeriksaan Anti Dengue IgG dan IgM

adalah Imunochromatografi rapid test.

129

Page 119: Bab III Tabanan

c. Prinsip kerja

Ketika sebuah sampel yang mengandung anti dengue IgG dan IgM

diteteskan pada sumur uji , anti dengue IgG dan IgM dalam sampel akan bereaksi

dengan rekombinan virus dengue yang terdapat dalam protein koloidal emas dan

membentuk kompleks antibodi antigen. Kompleks tersebut akan bermigrasi

sepanjang membran dengan gaya kapiler yang akan ditangkap oleh anti-human

IgG dan atau anti-human IgM yang spesifik sehingga menghasilkan garis warna.

d. Dasar teori

Infeksi virus dengue menyebabkan timbulnya respon imun baik respon

imun yang didapat (humoral dan seluler). Respon Imun bawaan melibatkan

berbagai sel dalam sistem imun bawaan misalnya monosit, leukosit,

polimorfonuklear, natular killer cell. Respon imun humoral diperankan oleh

antibodi sedangkan respon imun seluler diperankan oleh MHC class II- restricted

CD4 T cells dan MHC class I- restricted CD 8 T cells ( Hadinegoro SR. 1999).

Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis

infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil

negatif bisa saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal

terjadinya infeksi. IgM tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG

dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai diagnostik

bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah.

Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi

dengue primer atau sekunder.

Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue

sebelumnya. Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat dengan

130

Page 120: Bab III Tabanan

titer yang rendah. Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan

virus dengue sebelumnya. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau

homolog muncul seumur hidup. Setelah beberapa waktu bisa terjadi infeksi

dengan virus dengue yang berbeda. Pada awalnya akan muncul antibodi IgG,

sering pada masa demam, yang merupakan respon memori dari sel imun. Selain

itu juga muncul respon antibodi IgM terhadap infeksi virus dengue yang baru.

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Pipet microsafe 10 µl atau mikropipet 10 µl

b) Stopwacth

2) Bahan

1) Sampel (serum, plasma, whole blood)

2) Kit Anti Dengue IgG IgM merck Panboi terdiri atas :

a) Cassete test Merck Panbio

b) Buffer

f. Cara kerja

1) Alat dan bahan disiapkan.

2) Semua komponen pemeriksaan (reagen, sampel dan cassete test) dikondisikan

pada suhu ruang.

3) Dilakukan pelabelan pada test card yang digunakan untuk masing-masing

specimen (apabila sampel yang diperiksa lebih dari satu, untuk menghindari

tertukarnya hasil pemeriksaan).

131

Page 121: Bab III Tabanan

4) Sebanyak 1 tetets (10 µL) sampel (whole blood atau serum atau plasma)

ditambahkan kedalam cassete test pada sumur uji yang berbentuk bulat

dengan menggunakan mikropipet atau Microsafe pipet.

5) Untuk penggunaan Microsafe pipet cara kerjanya :

1) Microsafe pipet dipegang secara horisental

2) Untuk mengumpulkan sampel, ujung Microsafe pipet ditempelkan pada

sampel darah, serum atau plasma.

3) Untuk mengeluarkan sampel, bagian atas Microsafe pipet dipencet dengan

lembut.

6) Kemudian buffer diteteskan sebanyak 2 tetes ke dalam cassete test pada

sumur uji yang berbentuk persegi dengan botol buffer diposisikan vertical dan

1 cm diatas sumur uji.

7) Hasil pemeriksaan dibaca setelah 15 menit dihitung setelah penambahan

buffer

8) Apabila hasil yang dibaca setelah 15 menit menunjukkan hasil invalid maka

pemeriksaan harus diulang.

9) Intepretasi hasil:

1) Negatif : hanya muncul garis pada C

2) Positif IgM (infeksi primer) : muncul garis pada C dan M

3) Positif IgG (infeksi sekunder) : muncul garis pada C dan G

4) Positif IgG/IgM infeksi gabungan : muncul garis pada C, M dan G

5) Invalid : tidak muncul garis pada C

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

132

Page 122: Bab III Tabanan

Tanggal

HASIL PEMERIKSAAN

POSITIFNEGATIF

IgG IgM

10 Maret 2014 - - -

11 Maret 2014 2 1 4

12 Maret 2014 - - -

13 Maret 2014 - - 3

14 Maret 2014 - - -

15 Maret 2014 - - 1

16 Maret 2014 - - -

17 Maret 2014 1 3 2

18 Maret 2014 - - -

19 Maret 2014 - - 2

20 Maret 2014 - - -

21 Maret 2014 - - 3

22 Maret 2014 - 2 1

23 Maret 2014 - - -

24 Maret 2014 2 1 2

25 Maret 2014 - - -

26 Maret 2014 - - 4

27 Maret 2014 - - -

28 Maret 2014 - - -

133

Page 123: Bab III Tabanan

29 Maret 2014 - - -

30 Maret 2014 - - -

31 Maret 2014 - - -

1 April 2014 3 2 4

2 April 2014 1 2 3

3 April 2014 - - -

4 April 2014 - 1 4

5 April 2014 - - -

6 April 2014 - - 3

7 April 2014 - - 4

8 April 2014 - - 1

9 April 2014 1 3 2

10 April 2014 - - 4

11 April 2014 - - 2

12 April 2014 - 3 1

Jumlah 10 18 50

2) Hasil pemeriksaan

Zaal/Poli : GT

Nama : Mrs. KD

Umur : - THN

134

Page 124: Bab III Tabanan

Kelamin : P

Alamat : -

Tanggal : 24 – 03 – 2014

Jam : 11.00 WITA

HASIL PEMERIKSAAN ANTI BODY DENGUE

No PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

1 IgM Anti Dengue (+) Positif (-) Negatif

2 IgG Anti Dengue (-) Negatif (-) Negatif

h. Permasalahan yang ditemui

Tidak terdapat masalah yang ditemui selama pemeriksaan IgG IgM

Dengue.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan IgG/igM Dengue merupakan pemeriksaan serologi sebagai

salah satu penunjang dalam penegakan diagnosis infeksi virus dengue . Pada

pemeriksaan ini terdapat dua antibodi yang dideteksi yaitu Imunoglobulin G dan

Imunoglobulin M, dua jenis antibodi ini muncul sebagai respon tubuh terhadap

masuknya virus ke dalam tubuh penderita.

Pemeriksaan IgG/IgM di BRSU Tabanan dilakukan dengan menggunakan

card test metode imunochromatography. Sampel dapat berupa serum/plasma dari

pasien dengan gejala klinik demam hari ke 4-7. Dalam proses pengerjaan

pemeriksaan, terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain:

card test yang digunakan, cara pengerjaan yang benar dan sesuai dengan instruksi

reagen, kondisi sampel yang baik, serta ketelitian pemeriksa dalam mengamati

135

Page 125: Bab III Tabanan

hasil pemeriksaan/dalam interpretasi hasil. Sebelum dilakukan pemeriksaan,

diperhatikan tanggal kaduluarsa card test yang digunakan serta cara pemeriksaan

yang terdapat pada alat untuk dapat memeproleh hasil pemeriksaan yang baik.

Selanjutnya mengecek kondisi sampel, sampel yang baik adalah sampel tidak

dalam keadaan lisis, lipemik dan representative. Hal penting lainnya yang harus

diperhatikan, yaitu: ketepatan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Jika

terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan hasil maka akan memberikan

informasi yang salah tentang kondisi pasien.

3. Nama kegiatan : Pemeriksaan Anti HIV

a. Tujuan

Untuk mendeteksi secara kualitatif antibodi untuk semua isotype ( IgG,

IgM, IgA) yang spesifik terhadap HIV-1 termasuk subtype-O dan antibodi yang

spesifik terhadap HIV-2 pada sampel serum, plasma atau whole blood pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan pada pemeriksaan dengue Anti HIV adalah

Imunochromatografi rapid test.

c. Prinsip

Ketika sampel serum, plasma, atau whole blood pasien yang mengandung

antibodi spesifik terhadap antigen HIV – 1 dan HIV - 2 diteteskan pada sumur uji,

antibodi spesifik terhadap antigen HIV – 1 dan HIV – 2 pada sampel - antigen

rekombinan HIV- 1 dan 2 (gp41 , p24 , gp36) (membentuk kompleks antigen –

antibodi) serta gold koloidal akan bergerak bersama di sepanjang membrane test

secara kromatografi menuju daerah test (pita 1 dan 2) membentuk garis warna

akibat terbentuknya kompleks antigen – antibodi – antigen.

136

Page 126: Bab III Tabanan

d. Dasar teori

Virus imunodifisiensi manusia (bahasa Inggris: human immunodeficiency

virus; HIV ) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus

ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,

sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain,

kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan)

sistem imun (Kendari, 2013).

Terdapat 2 jenis virus HIV penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2.

Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak

ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat

(Anonim, 2012).

Berdasarkan susuanan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok

utama, yaitu M, N, dan O. Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang

berbeda. Sementara pada kelompok N dan O belum diketahui secara jelas jumlah

subtipe virus yang tergabung di dalamnya. Namun, kedua kelompok tersebut

memiliki kekerabatan dengan SIV dari simpanse. HIV-2 memiliki 8 jenis subtipe

yang diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda (Anonim c, 2012).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Mikropipet 10 µl dan 20 µl.

b) Yellow tip

2) Bahan

a) Sampel serum pasien

b) SD Bioline HIV, yang berisi: Cassete test dan diluent assay.

137

Page 127: Bab III Tabanan

c) Advanced Quality Intec HIV ½ , yang berisi: Cassete test dan diluent

assay.

d) Oncoprobe HIV ½, yang berisi: Cassete test dan diluent assay.

f. Cara kerja

1) SD Bioline HIV

a) Alat dan bahan disiapkan di meja kerja.

b) Semua komponen pemeriksaan (sampel, reagen dan cassete test)

dikondisikan pada suhu ruang terlebih dahulu sekitar ± 15 menit sebelum

digunakan.

c) Cassete test dikeluarkan dari kemasan pembungkus dan ditempatkan

pada permukaan yang datar dan kering.

d) Kedalam sumur uji ditambahkan :

1) Sebanyak 10 µl sampel serum atau plasma dengan menggunakan

mikropipet 10 µl, atau

2) Sebanyak 20 µl sampel whole blood dengan menggunakan pipet

kapiler atau mikropipet 20 µl.

e) Kemudian kedalam sumur uji ditambahkan 4 tetes diluent (120 µl).

f) Apabila test berjalan baik, maka pada jendela uji akan terlihat warna

ungu bergerak sepanjang membrane test.

g) Hasil dapat dibaca pada rentang waktu 5-20 menit setelah penetesan

diluent. Jika hasil reaktif tes dilanjutkan menggunakan reagen Intec dan

reagen Oncoprobe.

2) Advanced Quality Intec HIV ½

a) Alat dan bahan disiapkan di meja kerja.

138

Page 128: Bab III Tabanan

b) Semua komponen pemeriksaan (sampel, reagen dan cassete test)

dikondisikan pada suhu ruang terlebih dahulu sekitar ± 15 menit sebelum

digunakan.

c) Cassete test dikeluarkan dari kemasan pembungkus dan ditempatkan

pada permukaan yang datar dan kering.

d) Kedalam sumur uji ditambahkan 1 tetes (25 µl) sampel serum.

e) Kemudian kedalam sumur uji ditambahkan 4 tetes diluent (120 µl).

f) Apabila test berjalan baik, maka pada jendela uji akan terlihat warna

ungu bergerak sepanjang membrane test.

g) Hasil dapat dibaca pada rentang waktu 15 menit setelah penetesan

diluent.

3) Oncoprobe HIV ½

a) Alat dan bahan disiapkan di meja kerja.

b) Semua komponen pemeriksaan (sampel, reagen dan cassete test)

dikondisikan pada suhu ruang terlebih dahulu sekitar ± 15 menit sebelum

digunakan.

c) Cassete test dikeluarkan dari kemasan pembungkus dan ditempatkan

pada permukaan yang datar dan kering.

d) Kedalam sumur uji ditambahkan 1 tetes (25 µl) sampel serum.

e) Kemudian kedalam sumur uji ditambahkan 4 tetes diluent (120 µl).

f) Apabila test berjalan baik, maka pada jendela uji akan terlihat warna

ungu bergerak sepanjang membrane test.

g) Hasil dapat dibaca pada rentang waktu 20-30 menit setelah penetesan

diluent.

139

Page 129: Bab III Tabanan

4) Intepretasi hasil:

a) Negatif : hanya muncul garis pada C

b) Positif HIV 1 : muncul garis pada C dan T1

c) Positif HIV 2 : muncul garis pada C dan T2

d) Invalid : tidak muncul garis pada C

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Data Praktikum pemeriksaan Anti-HIV dari tanggal 10 Maret 2014 sampai

dengan 12 April 2014 didapatkan 16 pasien positif pada pemeriksaan Anti-HIV

dan didapatkan 78 pasien negatif pada pemeriksaan Anti-HIV.

Tanggal

Hasil Pemeriksaan

PositifNegatif

HIV 1 HIV 2

10 Maret 2014 - - 3

11 Maret 2014 - - 6

12 Maret 2014 - - 4

13 Maret 2014 2 - 3

14 Maret 2014 - - -

15 Maret 2014 - - -

16 Maret 2014 1 - 4

17 Maret 2014 2 - 6

140

Page 130: Bab III Tabanan

18 Maret 2014 - - -

19 Maret 2014 - - -

20 Maret 2014 - - 3

21 Maret 2014 - - 2

22 Maret 2014 1 - 3

23 Maret 2014 2 - 4

24 Maret 2014 - - 3

25 Maret 2014 - - -

26 Maret 2014 - - 3

27 Maret 2014 - - 2

28 Maret 2014 - - -

29 Maret 2014 1 - 3

30 Maret 2014 - - -

31 Maret 2014 - - -

1 April 2014 - - -

2 April 2014 - - -

3 April 2014 2 - 5

4 April 2014 3 - 6

5 April 2014 - - 4

6 April 2014 - - 3

7 April 2014 - - -

8 April 2014 - - -

141

Page 131: Bab III Tabanan

9 April 2014 - - -

10 April 2014 1 - 5

11 April 2014 - - -

12 April 2014 1 - 6

Jumlah 16 0 78

2) Hasil pemeriksaan

Nama : VCT/3477/BRSU/III /14

Umur : -

Kelamin : -

Tanggal : 25 – 03 – 2014

Jam : 13.45 WITA

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

1

2

3

SD HIV 1/2

ADVANCED QUALITY – HIV 1/2

ONCOPROBE HIV 1/2

(+) Reaktif

(+) Reaktif

(+) Reaktif

(-) Non Reaktif

(-) Non Reaktif

(-) Non Reaktif

h. Permasalahan yang ditemui

Tidak ditemui adanya permasalahan pada pemeriksaan anti-HIV ini.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

142

Page 132: Bab III Tabanan

Pemeriksaan anti-HIV merupakan pemeriksaan darah yang digunakan

untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV. Pada umumnya, antibodi ini

terbentuk dalam waktu sekitar 3-6 minggu setelah terinfeksi atau pada individu

dengan pembentukan antibodi yang lambat dapat terbentuk setelah 3-6 bulan

terinfeksi. Pemeriksaan anti-HIV di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

merupakan pemeriksaan screening terhadap antibodi HIV, sehingga hanya

diperoleh hasil negative/positif.

Pada pemeriksaan anti-HIV dengan strip/card tes ini diperoleh hasil

negatif tidak mengesampingkan kemungkinan terinfeksi HIV ½. Untuk itu

diperlukan perhatian khusus dalam menginterpretasi hasil negatif atau positif.

Data klinis lain seperti symptom atau faktor resiko sebaiknya dipertimbangkan

sebagai referensi hasil tes. Pemeriksaan anti-HIV yang dilakukan di BRSU

Tabanan pada pasien VCT apabila diperoleh hasil positif pada strip/card test

pertama maka akan dilanjutkan pemeriksaan dengan strip/card test yang lainnya.

Jika dari tiga strip/card test yang digunakan, didapatkan hasil bahwa semua strip

test yang digunakan menunjukkan hasil positif dapat dikatakan pasien dalam uji

pendahuluan atau screening bahwa pasien positif terdapat antibody HIV dalam

darahnya. Namun untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan

lebih lanjut yaitu ELISA.

Dalam proses pengerjaan pemeriksaan ini, terdapat beberapa hal penting

yang perlu diperhatikan, antara lain: card test yang digunakan harus diperhatikan

tanggal kaduluarsanya, cara pengerjaan yang benar dan sesuai dengan instruksi

reagen, kondisi sampel yang baik, penyimpanan card test serta ketelitian

pemeriksa dalam mengamati hasil pemeriksaan/dalam interpretasi hasil.

143

Page 133: Bab III Tabanan

4. Nama kegiatan : Pemeriksaan Anti-HCV

a. Tujuan

Untuk dapat mendeteksi secara kualitatif (ada atau tidaknya) antibodi

HCV (Hepatitis C Virus) pada serum atau plasma pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan anti-HCV (Hepatitis C Virus)

adalah metode Immunochromatografi Rapid Test.

c. Prinsip

Ketika dilakukan penambahan sampel pada sumur sampel dan

menambahkan sampel diluents segera setelah penambahan sampel. HCV antigen-

colloidal gold conjugate yang dilekatkan pada bantalan sampel akan bereaksi

dengan antibodi HCV yang terdapat dalam sampel serum atau plasma membentuk

ikatan/kompleks antigen-antibodi HCV. Campuran kemudian bermigrasi

disepanjang strip tes, ikatan/kompleks antigen-antibodi HCV kemudian akan

ditangkap oleh antibodi yang mengikat protein a yang tidak bergerak pada

membran dan kemudian membentuk garis berwarna pada area tes. Sampel yang

negatif tidak akan menampakkan garis berwarna pada area tes sebab tidak adanya

kompleks antibody HCV.

d. Dasar teori

Hepatitis adalah peradangan pada hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh

infeksi atau toksin termasuk alcohol, dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis

disebabkan oleh virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang

menyebabkan hepatitis (Corwin, 2000).

144

Page 134: Bab III Tabanan

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini dapat

mengakibatkan infeksi seumur hidup, sirosis hati, kanker hati, kegagalan hati, dan

kematian. Belum ada vaksin yang dapat melindungi terhadap HCV. Infeksi HCV

umum dijumpai di antara orang dengan HIV, dan kegagalan hati disebabkan oleh

infeksi HCV sekarang adalah salah satu penyebab utama kematian Odha. Infeksi

HCV dapat menyebabkan perjalanan penyakit hati lebih cepat pada orang yang

juga terinfeksi HIV. Oleh karena ini, beberapa pihak menganggap hepatitis C

sebagai infeksi oportunistik, walaupun infeksi HCV bukan kriteria untuk AIDS.

Pengguna narkoba suntikan (IDU) yang memakai jarum suntik dan alat suntik lain

secara bergantian berisiko paling tinggi terkena infeksi HCV. Antara 50 dan 90

persen IDU dengan HIV juga terinfeksi HCV. Hal ini karena kedua virus menular

dengan mudah melalui hubungan darah ke darah (Risma, 2010).

Virus hepatitis C (HCV) berukuran kecil, terbungkus, terasa nyata dan

virus RNA rantai tunggal. HCV diketahui disebabkan oleh penurunan secara

keturunan antibodi hepatitis non-A, non-B. antibodi terhadap HCV ditemukan

lebih dari 80% pada pasien dengan deteksi hepatitis non-A, non-B (Corwin,

2000).

Terdapat tes laboratorium untuk mendiagnosis infeksi HCV dan tes

laboratorium untuk memantau orang dengan HCV. Tes Antibodi HCV

mendiagnosis infeksi HCV mulai dengan tes antibodi, serupa dengan tes yang

dilakukan untuk diagnosis infeksi HIV. Antibodi terhadap HCV biasanya dapat

dideteksi dalam darah dalam enam atau tujuh minggu setelah virus tersebut masuk

ke tubuh, walaupun kadang kala untuk beberapa orang dibutuhkan tiga bulan atau

lebih. Bila tes antibodi HCV positif, tes ulang biasanya dilakukan untuk

145

Page 135: Bab III Tabanan

konfirmasi. Tes konfirmasi ini dapat tes antibodi lain atau tes PCR. Bila kita tes

positif untuk antibodi terhadap HCV, ini berarti kita pernah terpajan oleh virus

tersebut pada suatu waktu. Karena kurang lebih 20 persen orang yang terinfeksi

HCV sembuh tanpa memakai obat, biasanya dalam enam bulan setelah terinfeksi,

langkah berikut adalah untuk mencari virus dalam darah (Risma, 2010).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Micropipet

b) Microsafe (Pipet)

c) White tip

d) Tissue

2) Bahan

a) Sampel serum/plasma

b) Rapid Anti-HCV Test dengan merk Advance Quality

c) Diluent assay

d) Label

f. Cara kerja

1) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2) Semua komponen pemeriksaan disuhu ruangkan terlebih dahulu.

3) Serum pasien diteteskan sebanyak 1 tetes (10 µL) pada sumur sampel “S”.

4) Diluent assay ditambahkan sebanyak dua tetes pada sumur diluent “D” segera

setelah penambahan sampel.

5) Hasil diintepretasikan setelah waktu inkubasi mencapai 15 menit, jangan

membaca hasil setelah 20 menit.

146

Page 136: Bab III Tabanan

6) Intepretasi hasil:

a) Positif : tampak 2 garis warna. Satu garis warna pada daerah kontrol

(C) dan garis yang lain pada daerah Test (T)

b) Negatif : satu garis warna muncul pada daerah kontrol (C). Tidak

muncul warna merah atau pink pada daerah garis Test (T)

c) Invalid : Tidak muncul garis pada daerah kontrol (C).

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Data hasil praktikum pemeriksaan Anti-HCV dari tanggal 10 Maret 2014 sampai

dengan 12 April 2014 terdata sebanyak 18 pasien melakukan pemeriksaan anti-HCV

dimana didapatkan 3 pasien positif dan didapatkan 15 pasien negatif pada pemeriksaan

Anti-HCV.

TanggalHasil Pemeriksaan

Positif Negatif

10 Maret 2014 - -

11 Maret 2014 - -

12 Maret 2014 - 2

13 Maret 2014 - -

14 Maret 2014 - -

15 Maret 2014 1 -

16 Maret 2014 - -

17 Maret 2014 - -

18 Maret 2014 - 1

147

Page 137: Bab III Tabanan

19 Maret 2014 - -

20 Maret 2014 - 2

21 Maret 2014 - -

22 Maret 2014 - 3

23 Maret 2014 - -

24 Maret 2014 - -

25 Maret 2014 - -

26 Maret 2014 - -

27 Maret 2014 - -

28 Maret 2014 1 -

29 Maret 2014 - 2

30 Maret 2014 - -

31 Maret 2014 - -

1 April 2014 - -

2 April 2014 - -

3 April 2014 - 1

4 April 2014 - -

5 April 2014 - -

6 April 2014 - -

7 April 2014 - 2

8 April 2014 - -

9 April 2014 - 1

148

Page 138: Bab III Tabanan

10 April 2014 - 1

11 April 2014 1 -

12 April 2014 - -

Jumlah 3 15

2) Hasil pemeriksaan

Zaal/Poli : GT/MT (+)

Nama : Mr.Nym

Umur : THN

Kelamin : L

Alamat :

Tanggal : 25– 03 – 2014

Jam : 08.45 WITA

Hasil :

No PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

1 Anti HCV (-) Non Reaktif (-) Non Reaktif

2 HbsAg (-) Negatif

3 VDRL/TPHA (-) Non Reaktif

4 ANTI HAV IgM (-) Non Reaktif

h. Permasalahan yang ditemui

Tidak ditemui adanya permasalahan pada pemeriksaan anti-HCV.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

149

Page 139: Bab III Tabanan

Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk mendeteksi

keberadaan antibodi terhadap virus Hepatitis C (HCV). Pemeriksaan Anti-HCV

yang dikerjakan di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan menggunakan

reagen rapid test dengan metode immunochromatography, dimana pemeriksaan

ini merupakan tes screening untuk mendeteksi antibodi Hepatitis C virus.

Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan secara

kualitatif, sehingga apabila diperoleh hasil negative masih perlu dipertimbangkan

dari gejala klinis pasien sedangkan hasil yang positif harus dilakukan uji

konfirmasi dengan pemeriksaan western bolt.

Dalam proses pengerjaan pemeriksaan anti-HCV ini, terdapat beberapa hal

penting yang perlu diperhatikan, antara lain: card test yang digunakan harus

diperhatikan tanggal kaduluarsanya, cara pengerjaan yang benar dan sesuai

dengan instruksi reagen, kondisi sampel yang baik, penyimpanan card test serta

ketelitian pemeriksa dalam mengamati hasil pemeriksaan/dalam interpretasi hasil.

5. Nama kegiatan : Pemeriksaan HbsAg

a. Tujuan

Untuk dapat mendeteksi secara kualitatif (ada atau tidaknya) HBsAg

(Hepatitis B Surface Antigen) pada serum atau plasma pasien.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan HBSAg (Hepatitis B Surface

Antigen) Strip Test adalah metode Immunochromatografi Rapid Test.

c. Prinsip

Sampel (serum atau plasma) yang mengandung HBSAg (Hepatitis B

Surface Antigen) akan bereaksi dengan partikel yang dilapisi antibodi anti-HBsAg

150

Page 140: Bab III Tabanan

dan akan membentuk kompleks antigen antibodi. Kompleks ini akan bergerak ke

atas pada membran secara kromatografi oleh gaya kapilaritas, menuju daerah test

dan kemudian akan berikatan dengan antibodi anti-HBsAg sehingga menimbulkan

garis warna sebagai kompleks antibodi-antigen-antibodi.

d. Dasar teori

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang

memberikan gejala lemah badan, kencing seperti air teh disusul dengan mata dan

badan menjadi kuning. Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai bentuk yang

klasik seperti ini. Ada hepatitis yang tidak nyata (inapparent hepatitis), ada yang

tanpa ikterik, ada yang bentuk jinak (benigna) dan adan yang ganas (fulminan).

Salah satu penyebab hepatitis adalah virus. Antigen permukaan virus hepatitis B

(hepatitis B surface antigen, HBsAg merupakan material permukaan dari virus

hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen Australia karena pertama

kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari

serum orang Australia.

Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)

merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini

dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter

peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia (Riswanto,

2010).

HBsAg adalah bagian paling luar dari virus Hepatitis B (VHB) yang

merupakan selubung. Virus Hepatitis B yang dikenal sebagai partikel Dane

(diameter 42 nm), termasuk dalam family Hepadnavirus. Virus ini hanya dapat

menimbulkan infeksi pada manusia dan champanse saja. Dalam darah individu

151

Page 141: Bab III Tabanan

yang terinfeksi dengan VHB terdapat partikel Dane dan dua buah partikel lain

yang satu berbentuk tubular dan yang lin berbentukbulat dengandiameter 22 nm.

Partikel Dane terdiri dari beberapa bagian, masing-masing memiliki anti-genitas

tersendiri (Indo, 2012).

e. Alat dan bahan

1) Alat

a) Stopwatch

b) Micropipet

c) Yellow tip

d) Pipet tetes disposable dalam kit

2) Bahan

a) HBsAg Intec test card

b) Sampel serum atau plasma

f. Cara kerja

1) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2) Semua komponen pemeriksaan disuhu ruangkan terlebih dahulu.

3) Serum pasien dipipet sebanyak 100 µL ( 3 tetes) pada sumur sampel “S”.

4) Hasil diintepretasikan setelah waktu inkubasi mencapai 15 menit, jangan

membaca hasil setelah 20 menit.

Intepretasi hasil:

1) Positif : tampak 2 garis warna. Satu garis warna pada daerah kontrol

(C) dan garis yang lain pada daerah Test (T)

2) Negatif : satu garis warna muncul pada daerah kontrol (C). Tidak

muncul warna merah atau pink pada daerah garis Test (T)

152

Page 142: Bab III Tabanan

3) Invalid : Tidak muncul garis pada daerah kontrol (C).

g. Hasil kegiatan

1) Hasil kegiatan

Data hasil praktikum pemeriksaan HBsAg dari tanggal 10 Maret 2014 sampai

dengan 12 April 2014 terdata sebanyak 67 pasien melakukan pemeriksaan HBsAg

dimana didapatkan 10 pasien positif dan didapatkan 57 pasien negatif pada

pemeriksaan HBsAg.

TanggalHasil Pemeriksaan

Positif Negatif

10 Maret 2014 - 4

11 Maret 2014 - -

12 Maret 2014 - -

13 Maret 2014 - 2

14 Maret 2014 - 1

15 Maret 2014 - -

16 Maret 2014 - 2

17 Maret 2014 - -

18 Maret 2014 - 3

19 Maret 2014 - -

20 Maret 2014 2 8

21 Maret 2014 - 2

22 Maret 2014 1 3

153

Page 143: Bab III Tabanan

23 Maret 2014 - -

24 Maret 2014 1 -

25 Maret 2014 - -

26 Maret 2014 - 5

27 Maret 2014 - -

28 Maret 2014 - -

29 Maret 2014 1 7

30 Maret 2014 - -

31 Maret 2014 2 4

1 April 2014 - -

2 April 2014 - -

3 April 2014 - 2

4 April 2014 - 3

5 April 2014 - -

6 April 2014 2 5

7 April 2014 - -

8 April 2014 - -

9 April 2014 1 2

10 April 2014 - -

11 April 2014 - 4

12 April 2014 - -

Jumlah 10 57

154

Page 144: Bab III Tabanan

2) Hasil pemeriksaan

Zaal/Poli : GT

Nama : Pasien X

Umur : - th

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal : 27 – 3 – 2014

Hasil Pemeriksaan HBsAg : Negatif (–)

h. Permasalahan yang ditemui

Tidak ditemui adanya permasalahn pada pemeriksaan HbsAg.

i. Pembahasan dan pemecahan masalah

Pemeriksaan HbsAg merupakan pemeriksaan screening untuk mendeteksi

keberadaan HbsAg. Fungsi dari pemeriksaan HBsAg diantaranya: Indikator

paling penting adanya infeksi virus hepatitis B, mendiagnosa infeksi hepatitis akut

dan kronik, dan tes penapisan (skrining) darah dan produk darah (serum, platelet,

dll).

Pemeriksaan HbsAg di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dengan menggunakan metode card test. Sampel yang digunakan adalah sampel

serum/plasma pasien dengan gejala klinis pasien adalah nampak kuning pada

bagian mata atau tubuh. Kaset test HBsAg memiliki daerah C dan T sebagai garis

control dan garis test pada permukaan kaset. Kedua daerah uji test dan control,

tidak akan berwarna sebelum penambahan sampel. Garis control digunakan

155

Page 145: Bab III Tabanan

sebagai control procedural. Garis control harus selalu muncul apabila prosedur

pengujian dilakukan dengan benar dan reagen control bekerja dengan baik

Dalam pemeriksaan ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,

walaupun pemeriksaan ini cenderung mudah dan praktis, antara lain: kondisi card

test yang digunakan, proses pengerjaaan pemeriksaan yang sesuai dengan insert

kit alat, kondisi sampel yang digunakan dan cara interpretasi atau pembacaan hasil

yang harus sesuai dengan insert kit pada alat.

6. Nama kegiatan : Pemeriksaan Skrining Narkoba

a. Tujuan kegiatan

1) Untuk mengetahui cara pemeriksaan amphetamine, benzodiazepine, dan

morphin.

2) Untuk dapat melakukan pemeriksaan amphetamine, benzodiazepine, dan

morphin sebagai tes screening narkoba.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah immunokromatografi.

c. Prinsip Kerja

Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang

mengandung substrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone S) merupakan

“Antibodi Pendeteksi dalam Strip” oleh narkoba sampel/urine “Antigen dalam

Sample” atau narkoba yang telah dikonjugasi enzim “Antigen dalam Strip Test”

(ada dan terfiksir di zone T). Jika dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif

narkoba), maka IgG anti narkoba-substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-

enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya

jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian dijenuhi (sampel

156

Page 146: Bab III Tabanan

mengandung narkoba dalam jumlah di bawah ambang batas

pemeriksaan/CUTOFF), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan dengan

narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-

substrat yang berwarna penuh (gelap) atau lamat-lamat (ragu-ragu).

Valid tidaknya test dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone S suatu

kontrol validitas yang berupa IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi

spesifiknya narkoba, maka baik pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di

bawah ambang batas pemeriksaan atau tidak ada sama sekali narkobanya,

semuanya tidak akan menjenuhi dan hanya akan mendifusikan IgG goat-substrat

dari zone S ke zone C untuk menemui dan mengikat IgG anti-IgG goat yang

dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna

di zone C.

d. Dasar Teori

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam

tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga

bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan

fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk

penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU

No.22 tahun 1997 tentang Narkotika (Kendari, 2013).

Pemeriksaan laboratorium narkoba dibedakan menjadi 2 macam tujuan.

Tujuan pertama pemeriksaan laboratorium narkoba adalah untuk keperluan pro

justicia yaitu pemeriksaan untuk melengkapi data-data yang diajukan ke

157

Page 147: Bab III Tabanan

pengadilan. Pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh institusi terbatas yaitu

kepolisian, BNN, Puslabfor dan institusi kesehatan lain yang telah ditunjuk oleh

undang-undang. Tujuan lainnya adalah bersifat non pro justicia yaitu pemeriksaan

narkoba yang biasa dilakukan di lab swasta atau lab rumah sakit umum.

Pemeriksaan narkoba jenis ini bertujuan biasanya untuk seleksi karyawan,

penerimaan siswa baru atau keperluan khusus seperti seseorang yang melakukan

pemeriksaan narkoba kepada anaknya sendiri untuk tujuan pengawasan keluarga.

Pemeriksaan narkoba non pro justicia dilakukan hanya sebagai skrining tes (tes

penapisan) yaitu tes awal yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk

memastikannya (tes konfirmasi) (Gilang, 2011).

Parameter narkoba yang biasa di uji di lab antara lain : Golongan

Amfetamin (sabu-sabu), Benzodiazepin, Kokain, Opiat (morphin) dan Ganja

(Kanabis/Marijuana). Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah urin (paling

banyak digunakan), darah, rambut dan keringat. Jika seseorang kedapatan

mengandung za-zat tersebut didalam urin-nya maka untuk memastikan apakah

orang tersebut pengguna narkoba atau bukan maka harus dilakukan tes konfirmasi

(Gilang, 2011)

e. Alat dan Bahan

1) Alat

a) One Step Amphetamine (AMP) Test merk INTEC

b) One Step Benzodiazepines (BZO) Test merk INTEC

c) One Step Opiates (OPI/Morphine) Test Strip merk INTEC

d) Pot penampung urin

e) Timer

158

Page 148: Bab III Tabanan

2) Bahan

a) Sampel urine sewaktu

f. Cara Kerja

1) Semua bahan dan spesimen dikondisikan pada suhu ruang

2) Strip test dikeluarkan dari kantong foil. Strip test masing-masing

pemeriksaan dicelupkan secara vertical ke dalam sample urine selama 10-15

detik.

3) Ketika strip test dicelupkan tidak boleh melewati batas garis yang paling

bawah Zona Sample (S)

4) Strip ditarik dan diletakkan di atas permukaan yang bersih dan kering

5) Hasil dibaca antara 3-8 menit setelah menambahkan sampel.

6) Interpretasi Hasil

a) Positif (+) : Apabila muncul satu (1) garis berwarna merah muda/ungu

pada area strip test.

b) Negatif (-) : Apabila muncul dua (2) garis berwarna merah muda/ungu

pada area strip test.

c) Invalid : Apabila tidak muncul garis berwarna merah muda/ungu

pada area strip test.

g. Hasil Pemeriksaan

Zaal/ poli : MCU ( Madical Check Up)

Nama : Mr. X

Umur : 24 THN

JK : L

Alamat : Br. Sanggulan

159

Page 149: Bab III Tabanan

Tanggal : 25-3-2014

Jam : 13.00 WITA

Hasil :

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Benzodiazepine ( - ) Negatif ( - ) Negatif

Ampetamin ( - ) Negatif ( - ) Negatif

Opium/ Morfin ( - ) Negatif ( - ) Negatif

h. Pembahasan dan Permasalahan yang Ditemui

Pemeriksaan narkoba adalah pemeriksaan pemeriksaan laboratorium

sebagai upaya penyaring untuk mengetahui ada tidaknya golongan narkotika dan

psikotropika yang menimbulkan efek toksik atau efek gangguan kesehatan.

Pemeriksaan narkoba ini tergolong merupakan pemeriksaan pendahuluan

(Screening Test).

Pemeriksaan narkoba di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dilakukan dengan metode strip test menggunakan sampel urine sewaktu dimana

yang diperiksa terdiri dari Amphetamine (AMP), Benzodiasepines (BZO), dan

Opium. Untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat maka pemeriksaan harus

sesuai dengan petunjuk insert kit pada alat dan dengan waktu yang tepat.

Pemeriksaan narkoba dengan metode strip test pemeriksaan yang bersifat

kualitatif yang praktis, tidak memerlukan tenaga trampil dan cepat (hasil dapat

diperoleh dalam 3-10 menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki sensitivitas

160

Page 150: Bab III Tabanan

sesuai dengan standard National Institute on Drug Abuse (NIDA, sekarang

SAMHSA), dan dengan spesifisitas 99,7%.

Walaupun pengerjaan pemeriksaan yang cenderung mudah, tetapi terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: strip test yang digunakan harus

dalam kondisi baik dan tidak kaduluarsa, kondisi sampel yang diperiksa, proses

pengerjaaan pemeriksaan harus sesuai dengan insert kit alat, dan interpretasi

hasil/pembacaan hasil harus dilakukan secara hati-hati.

F. Sub Laboratorium Klinik Rutin

1. Nama kegiatan : Pemeriksaan Feces

a. Tujuan

1) Untuk mengetahui cara pemeriksaan feses.

2) Untuk dapat melakukan pemeriksaan feses dalam membantu menegakkan

diagnosis suatu penyakit.

b. Metode

Metode yang digunakan adalah pengamatan secara makroskopis dan direct

preparat (sediaan basah) secara mikroskopis.

c. Prinsip

1) Makroskopis

Feses diamati secara langsung dengan beberapa parameter, yaitu: warna,

bau, konsistensi, lendir, dan darah.

2) Mikroskopis

Feses dibuatkan sediaan basah dengan pewarna eosin dan diamati dibawah

mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x.

161

Page 151: Bab III Tabanan

d. Dasar Teori

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium

yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu

penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium

yang modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan

tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai

macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel

yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan

ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi (Gandasoebarata, R., 2009).

Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita

makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua

pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan,

epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol,

skatol,sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal: 100 – 200 gram / hari.

Frekuensi defekasi: 3x/hari – 3x/minggu. Pada keadaan patologik seperti diare

didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati

saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna

(Gandasoebarata, R., 2009).

Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika

pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung

dari rektum. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja

diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur

dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan

makroskopik, mikroskopik dan kimia. Jenis makanan serta gerak peristaltik

162

Page 152: Bab III Tabanan

mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya (Gandasoebarata, R.,

2009).

Pemeriksaan feces terdiri dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan

pemeriksaan kimia. Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan warna ,

bau, konsistensi, lendir, darah, nanah, parasit, serta sisa makanan yang tidak

tercerna. Untuk Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur

cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua

pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur

cacing. Sedangkan Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan

terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui

adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau

mikroskopik (Anggraheni, 2011)

e. Alat dan Bahan

1) Alat:

a) Mikroskop

b) Objek glass

c) Cover glass

d) Lidi

e) Pipet tetes

2) Bahan

a) Feses pasien

b) Larutan pewarna eosin

f. Cara kerja

1) Pemeriksaan makroskopis

163

Page 153: Bab III Tabanan

a) Alat dan bahan disiapkan

b) Sampel feces diamati secara langsung, yaitu dari: warna, bau, konsistensi,

lendir, dan darah.

c) Hasil pengamatan dicatat dan dilaporkan.

2) Pemeriksaan mikroskopis

a) Eosin diteteskan sebanyak 1 tetes di atas objek glass

b) Ditambahkan feces dengan menggunakan lidi secukupnya

c) Diaduk rata dan ditutup dengan cover glass

d) Diamati dibawah mikroskop pembesaran objektif 40 kali

g. Hasil Kegiatan

1) Hasil Kegiatan

Hari, Tanggal Jumlah Pemeriksaan

Senin, 10 Maret 2014 1

Selasa, 11 Maret 2014 1

Rabu, 12 Maret 2014 2

Kamis, 13 Maret 2014 5

Jumat, 14 Maret 2014 3

Sabtu, 15 Maret 2014 -

Minggu, 16 Maret 2014 -

Senin, 17 Maret 2014 -

Selasa, 18 Maret 2014 1

Rabu, 19 Maret 2014 1

Kamis, 20 Maret 2014 3

Jumat, 21 Maret 2014 2

164

Page 154: Bab III Tabanan

Sabtu, 22 Maret 2014 -

Minggu, 23 Maret 2014 1

Senin, 24 Maret 2014 -

Selasa, 25 Maret 2014 3

Rabu, 26 Maret 2014 6

Kamis, 27 Maret 2014 -

Jumat, 28 Maret 2014 2

Sabtu, 29 Maret 2014 -

Minggu, 30 Maret 2014 5

Senin, 31 Maret 2014 -

Selasa, 1 April 2014 1

Rabu, 2 April 2014 -

Kamis, 3 April 2014 1

Jumat, 4 April 2014 2

Sabtu, 5 April 2014 1

Minggu, 6 April 2014 -

Senin, 7 April 2014 2

Selasa, 8 April 2014 1

Rabu, 9 April 2014 3

Kamis, 10 April 2014 -

Jumat, 11 April 2014 2

Sabtu, 12 April 2014 1

2) Hasil Pemeriksaan

Zall/Poli : AG

165

Page 155: Bab III Tabanan

Nama : Mrs.Y

Umur : Th

Kelamin : P

Tanggal : 25-03-2014

Hasil :

PEMERIKSAAN NO PARAMETER HASIL N. NORMAL

MAKROSKOPIS 1. Warna Kuning Negatif

2. Konsistensi Lembek Negatif

3. Lendir (-) Negatif Negatif

4. Darah (-) Negatif Negatif

MIKROSKOPIS 1. Amoeba (-) Negatif Negatif

2. Lemak (-) Negatif Negatif

3. Darah: Erytrocyte 4 – 6 cell/lp Negatif

Leucocyte 1 – 3 cell /lp Negatif

1. Telur Cacing Ascaris (-) Negatif Negatif

2. Telur Taenia (-) Negatif Negatif

3. Trichiuris T (-) Negatif Negatif

4. Telur hookworm (-) Negatif Negatif

5. Sisa makanan (-) Negatif Negatif

6. Bakteri (+) Positif Negatif

7. Jamur (-) Negatif Negatif

8. Kista (-) Negatif Negatif

9 Amylum (-) Negatif Negatif

166

Page 156: Bab III Tabanan

h. Permasalahan dan pemecahan masalah

Permasalahan yang ditemui adalah cover glass yang digunakan kotor

sehingga pembacaan secara mikroskopis untuk sediaan tidak begitu jelas.

i. Pembahasan

Pemeriksaan feses (tinja) merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium

yang digunakan untuk mendeteksi adanya parasitologi dalam saluran pencernaan

manusia. Pemeriksaan ini dilakukan dengan indikasi, sebagai berikut: adanya

diare dan konstipasi, adanya ikterus, adanya gangguan pencernaan,

adanya lendir dalam tinja, kecurigaan penyakit gastrointestinal, dan Adanya darah

dalam tinja.

Pemeriksaan feses (tinja) menggunakan sampel feses yang berasal dari

defekasi spontan dan jika melakukan pemeriksaan dipilihlah selalu sebagian dari

tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan,

seperti: bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Pemeriksaan

feses yang dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan, meliputi:

pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopik

merupakan pemeriksaan yang dapat dilihat secara langsung dengan mata

telanjang, dengan parameter yang diamati adalah warna, bau, konsistensi, darah,

dan lendir. Secara makroskopis feses normal mempunyai konsistensi agak lunak

dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan

sebaliknya feses yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Warna feses

normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan

terbentuknya Urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna feses dipengaruhi oleh

167

Page 157: Bab III Tabanan

berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang

dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat,

feses yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung

khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin

dalam mekonium. Secara tidak normal pada feses ditemukan adanya darah dan

lendir. Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,

yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.

Pemeriksaan mikroskopik merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan

menggunakan mikroskop. Secara mikroskopis yang diamati adalah adanya

protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, amuba dan sisa

makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan

terhadap protozoa dan telur cacing. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu

Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris

trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya. Adanya leukosit dan eritrosit

pada feses biasanya dipengaruhi dengan adanya lendir dan darah yang dilihat

secara makroskopis. Dan adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna

terhadap amuba tersebut.

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan feses dan pemecahan

masalahnya yaitu cover glass yang digunakan kotor sehingga pembacaan secara

mikroskopis untuk sediaan tidak begitu jelas. Untuk itu, sebaiknya sebelum

melakukan pemeriksaan secara mikroskopis dibersihkan terlebih dahulu baik

objek glass maupun cover glass yang akan digunakan dengan menggunakan

alcohol 70%.

168

Page 158: Bab III Tabanan

2. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Urinalisis (Urine Rutin dan Sedimen

Urine)

a. Nama alat :

Aution Eleven ae4020 dan Cobas U 411

b. Tujuan

1) Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan urine rutin dan sedimen

urine.

2) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan urine rutin dan sedimen urine

untuk membantu menegakkan diagnose suatu penyakit saluran kemih.

c. Metode

Metode yang digunakan, yaitu metode semi automatik dengan strip test

untuk pemeriksaan urine lengkap dan metode direct preparat untuk pemeriksaan

sedimen urine.

d. Prinsip

1) Pemeriksaan urine rutin

Strip dibasahi dengan sampel (urine) kemudian diletakkan pada alat untuk

kemudian diperiksa.

2) Pemeriksaan sedimen Urine

Endapan urine diteteskan di atas objek glass kemudian diperiksa dibawah

mikroskop pembesaran objektif 10x dan 40x.

e. Dasar Teori

169

Page 159: Bab III Tabanan

Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji

urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine

diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini

digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan

cepat.urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran

kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan

dengan ginjal (Anonim d, 2010).

Pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan

kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang

dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang

dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar

dan nitrit. Pemeriksaan makroskopis yang diperiksa adalah volume, warna,

kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk

menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam

urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.

Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin

bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal (Gandasoebrata, 2007).

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan

sedimen urin. Ini panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan

saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin

sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.

Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang

dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif

besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur

170

Page 160: Bab III Tabanan

sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per

LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang

kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++

(banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua

golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu

organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan

jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu

organ atau jaringan, seperti: urat amorf dan Kristal (Gandasoebrata, 2007).

f. Alat dan Bahan

1) Alat

a) Alat urine semiautomatik Aution Eleven ae4020

b) Alat urine semiautomatik Cobas U 411

c) Aution sticks 10ea

d) Combur test

e) Pot urine

f) Objek glass

g) Mikroskop

2) Bahan

a) Urine pasien

g. Cara Kerja

1) Pemeriksaan makroskopis

a) Alat dan bahan disiapkan.

b) Urine diamati warna dan kekeruhannya.

c) Dicatat hasil yang diperoleh.

171

Page 161: Bab III Tabanan

d) Alat Cobas Urysis U411 atau Aution Eleven ae4020 dihubungkan dengan

arus listrik.

e) Strip dikeluarkan dari botol penyimpanan dan dibasahi dengan urine

secara merata hingga keseluruh bagian strip tes.

f) Strip diletakkan pada alat semi automatik (Aution Eleven ae4020 atau

Cobas U 4110).

g) Hasil pembacaan ditunggu dan dicatat

2) Sedimen Urine

a) Objek glass disiapkan dan diberi label.

b) Strip yang dibasahi pada pengerjaan UL diteteskan pada objek glass

sebanyak 1 tetes.

c) Sediaan diletakkan pada meja mikroskop

d) Sediaan dibaca dengan mikroskop pada pembesaran lensa objektif 10 kali

untuk pengamatan eritrosit, leukosit dan epitel. Kemudian dipindahkan

ke pembesaran lensa objektif 40 x untuk pengamatan kristal dan bakteri.

e) Hasil pengamatan dicatat.

h. Hasil Kegiatan

1) Hasil Kegiatan

Hari, Tanggal Jumlah Pemeriksaan

Senin, 10 Maret 2014 27

Selasa, 11 Maret 2014 48

Rabu, 12 Maret 2014 21

Kamis, 13 Maret 2014 36

Jumat, 14 Maret 2014 35

172

Page 162: Bab III Tabanan

Sabtu, 15 Maret 2014 25

Minggu, 16 Maret 2014 17

Senin, 17 Maret 2014 31

Selasa, 18 Maret 2014 37

Rabu, 19 Maret 2014 29

Kamis, 20 Maret 2014 43

Jumat, 21 Maret 2014 39

Sabtu, 22 Maret 2014 17

Minggu, 23 Maret 2014 17

Senin, 24 Maret 2014 35

Selasa, 25 Maret 2014 31

Rabu, 26 Maret 2014 28

Kamis, 27 Maret 2014 30

Jumat, 28 Maret 2014 20

Sabtu, 29 Maret 2014 24

Minggu, 30 Maret 2014 18

Senin, 31 Maret 2014 10

Selasa, 1 April 2014 12

Rabu, 2 April 2014 38

Kamis, 3 April 2014 41

Jumat, 4 April 2014 20

Sabtu, 5 April 2014 33

Minggu, 6 April 2014 14

Senin, 7 April 2014 28

173

Page 163: Bab III Tabanan

Selasa, 8 April 2014 36

Rabu, 9 April 2014 41

Kamis, 10 April 2014 34

Jumat, 11 April 2014 32

Sabtu, 12 April 2014 27

2) Hasil Pemeriksaan

a) Cobas U 411

Zall/Poli : IRD

Nama : Mrs.N

Umur : Th

Kelamin : P

Tanggal : 25-03-2014

Hasil :

MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS

No Pemeriksan HASIL Nilai Rujukan No Sedimen HASIL Nilai

Rujukan

1 BJ/SG 1.005 1.002 – 1.040 1 Eritrosit 3 – 5* Negatif

2 PH 7 4,5 – 8,0 2 Leukosit Banyak* 4 – 6 Cell/lp

3 Leukosit 3+*500 Negatif Leu/ul 3 Epitel 2 – 4 6 – 8 Cell/lp

4 Nitrit - Negatif 4 Cristal - Negatif

5 Protein 1+*25 Negatif mg/dl 5 Lain – lain - Negatif

6 Glukosa Normal Normal mg/dl 6 Bakteri - Negatif

7 Keton - Negatif mg/dl 7 Silinder - Negatif

8 Urobillinoge 1+*1 Normal mg/dl 8 Jamur - Negatif

174

Page 164: Bab III Tabanan

n

9 Billirubin - Negatif mg/dl

10 Eritrosit 1+*10 Negatif Ery/ul11 Kejernihan Agak Keruh Jernih

12 Warna Kuning Kuning

13 PPT

b) Aution Eleven ae4020

Zall/Poli : IRD

Nama : Mrs.R

Umur : Th

Kelamin : P

Tanggal : 25-03-2014

Hasil :

MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS

No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan No Sedimen Hasil Nilai Rujukan

1 Glukosa +/-*30 Normal mg/dl 1 Eritrosit 0 – 1 Neg Cell/lp

2 Protein +/-*20 Negatif mg/dl 2 Leukosit Banyak* 4 – 6 Cell/lp

3 Bilirubin 1+*1 Negatif 3 Epitel 6– 8 6 – 8 Cell/lp

4 Urobilinogen 1+*1 Normal 4 Cristal - Negatif

5 PH 6.0 4,5 – 8,0 5 Lain-lain - Negatif

6 S.G >1.030 1.002 – 1.040 6 Bakteri - Negatif

7 Blood - Negatif mg/dl 7 Silinder - Negatif

8 Keton 1+ *20 Negatif mg/dl 8 Jamur - Negatif

9 Nitrit - Negatif mg/dl

175

Page 165: Bab III Tabanan

10 Leukosit 500* Negatif Leu/ul

11 Kejernihan Keruh Jernih

12 Warna Kuning Kuning

13 PPT (-)

NEGATIF

i. Permasalahan yang ditemui

Permasalahan yang ditemui pada pemeriksaan urinalisis adalah pembacaan

carik celup yang tidak dilakukan segera dan kesulitan dalam pembacaan sedimen

urine karena urine tidak dicentrifuge sehingga sering kesulitan dalam menemukan

kristal dan sulit untuk membedakan kristal yang ditemukan.

j. Pembahasan

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk

mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan

salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya

metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan.

Pemeriksaan urinalisis (urine rutin) di Laboratorium Patologi Klinik

BRSU Tabanan, meliputi pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis

terhadap sampel urine. Sampel urine yang biasanya diperiksa merupakan urine

sewaktu, dimana pengumpulan seluruh urine dilakukan ketika berkemih pada

suatu saat yang kemudian ditampung pada pot penampung urine.

Pada pemeriksaan urine secara makroskopis dilakukan dengan

menggunakan alat semi otomatis dengan alat Cobas Urysis U411. Sebelum

melakukan pemeriksaan urine, alat terlebih dahulu dikontrol dengan bahan control

urine. Pemeriksaan dengan bahan control urine dimaksudkan untuk menilai carik

176

Page 166: Bab III Tabanan

celup, alat pemeriksa yaitu pipet dan alat baca serta pemeriksa/orang yang

mengerjakan. Setelah pemeriksaan dengan bahan control sesuai dengan hasil yang

seharusnya, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap urine penderita. Sampel

urine harus sesegera mungkin diperiksa setelah pengambilan (< 1 jam). Sampel

yang didiamkan terlalu lama akan menyebabkan jumlah bakteri meningkat,

perubahan pH, urobilinogen, dan bilirubin. Hal yang perlu diperhatikan pada

pemeriksaan makroskopis ini adalah urine yang diteteskan pada carik celup

diusahakan agar merata agar diperoleh hasil yang valid. Selain itu, jangan

membiarkan carik celup yang telah merata terisi urine terlalu lama ditempatkan

pada ruangan karena dapat mengakibatkan adanya perubahan pada beberapa

parameter, untuk itu segera setelah terisi urine carik celup diletakkan pada alat.

Pemeriksaan mikroskopis urine adalah berupa pemeriksaan sedimen

urine. Hasil yang ditemukan pada pemeriksaan ini dapat berupa unsur-unsur

organik dan anorganik. Pemeriksaan sedimen urine dilakukan dengan membuat

sediaan basah yang berasal dari endapan urine, ditutupi dengan cover glass lalu

dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop. Namun karena terjadinya

keterbatasan waktu dan jumlah pasien yang banyak, urine tidak disentrifuge

terlebih dahulu. Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop unsur yang

bermakna (eritrosit, leukosit, silinder) dilaporkan secara semikuantitatif, yaitu

rata-rata per-lapangan pandang kecil/LPK (10x) untuk silinder dan rata-rata

per-lapangan pandang besar/LPB (10x40) untuk eritrosit dan leukosit. Unsur-

unsur lain seperti epitel dan kristal dilaporkan dengan ada (+), banyak (++),

dan banyak sekali (+++) pada lapangan pandang kecil. Hasil pemeriksaan

mikroskopis urine yang diperoleh kemudian akan dicocokan terlebih dahulu

177

Page 167: Bab III Tabanan

dengan pemeriksaan urine secara makroskopis dengan carik celup dan baru

dilaporkan.

3. Nama Kegiatan : Uji PP Test (Pemeriksaan HCG)

a. Tujuan

1) Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan PP Test.

2) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan PP Test untuk mendeteksi

adanya human Chorionic Gonadotrophin (hCG) dalam sampel urine pasien

secara kualitatif sebagai deteksi dini kehamilan

b. Metode

Metode yang digunakan adalah immunochromatography.

c. Prinsip

Sampel urine yang mengandung hCG akan bergerak secara kapilaritas pada

sepanjang membran kemudian bereaksi dengan konjugat warna. Sampel positif

akan bereaksi dengan antibodi spesifik anti hCG yang melapisi membran strip

sehingga terbentuk garis warna pada test. Hasil negatif ditandai dengan tidak

munculnya garis warna pada test.

d. Dasar Teori

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang disekresi

oleh sel-sel trofoblas ke dalam cairan ibu segera setelah nidasi terjadi. Hormon ini

hadir dalam darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin, sebagai

hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur

dibuahi sel sperma di saluran Tuba fallopii, telur yang telah dibuahi itu bergerak

menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai

berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air

178

Page 168: Bab III Tabanan

seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari

pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakan hari keenam sejak

pelekatan janin pada dinding rahim. Salah satu fungsi hormon ini adalah

membantu menjaga keadaan rahim agar sesuai untuk kehamilan, dengan antara

lain merangsang pengeluaran hormon progesteron (Itulah kenapa, jika terjadi

kehamilan, hormon progesteron akan meningkat sesuai dengan umur kehamilan)

(Anonim e, 2008).

Kadar HCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada

kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan

yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar HCG di atas normal bisa

mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar HCG

yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti

kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut

aborsi spontan (Anonim e, 2008)

Penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu cara biologik dan cara imunologik. Percobaan biologik dengan tiga

cara yaitu cara Ascheim Zondek, cara Friedman dan cara Galli Mainini; masing-

masing cara biologik ini menggunakan binatang percobaan yaitu tikus putih,

kelinci dan katak jantan. Sedangkan pemeriksaan secara imunologik dapat

dilakukan secara langsung dengan cara Direct Latex Agglutination (DLA) atau

secara tidak langsung dengan cara Latex Agglutination Inhibition (LAI) serta cara

Hemaglutination Inhibition (HAI) (Anonim e, 2008).

Sejak tahuri 1960 cara imunologik telah mendapat tempat yang luas. Hal

ini disebabkan karena cara ini lebih mudah, cepat dan lebih sensitif dari cara

179

Page 169: Bab III Tabanan

biologik; walaupun demikian cara Galli Mainini masih tetap digunakan sampai

sekarang. Dewasa ini untuk pemeriksaan kehamilan di laboratorium-laboratorium

yang paling banyak digunakan adalah cara imunologik dengan cara Latex

Agglutination Inhibition. Prinsip tes imunologik ini adalah berdasarkan terjadinya

reaksi imunologis kimiawi antara HCG dalam urine dengan antibodi HCG (anti

HCG)(Anonim e, 2008).

e. Alat dan Bahan

1) Alat

a) One step HCG Urine Pregnancy

b) Stopwatch

2) Bahan

b) Urine pasien

f. Cara Kerja

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Strip test/ kaset dikondisikan terlebih dahulu dalam suhu ruangan.

3) Strip test/kaset dikeluarkan dari kantong aluminium.

4) Dengan mengikuti gambar, dicelupkan strip test dengan posisi panah

mengarah ke bawah ke dalam wadah urine. Jangan mencelupkan strip test

melampaui garis tanda (max line).

5) Didiamkan strip test/kaset selama 3 detik dalam wadah urine lalu diangkat

strip dan diletakkan pada permukaan yang bersih, kering, dan tidak

menyerap.

180

Page 170: Bab III Tabanan

6) Ditunggu sampai timbulnya garis berwarna. Hasil positif tercepat akan

terlihat selama 40 detik, tetapi untuk memastikan hasil negative

membutuhkan waktu reaksi hingga 5 menit. Jangan membaca hasil setelah

10 menit.

Interpretasi hasil :

a) Positif : Muncul 2 garis warna pada garis “C” dan “T”.

b) Negatif : Muncul 1 garis warna pada garia “C”

g. Hasil Kegiatan

1) Hasil Kegiatan

Tanggal

HASIL PEMERIKSAAN

Positif Negatif

181

Page 171: Bab III Tabanan

10 Maret 2014 - 2

11 Maret 2014 - 4

12 Maret 2014 - 3

13 Maret 2014 - -

14 Maret 2014 4 2

15 Maret 2014 - 6

16 Maret 2014 2 5

17 Maret 2014 1 8

18 Maret 2014 2 5

19 Maret 2014 - 5

20 Maret 2014 1 6

21 Maret 2014 2 3

22 Maret 2014 - 3

23 Maret 2014 - 4

24 Maret 2014 - -

25 Maret 2014 - 2

26 Maret 2014 1 5

27 Maret 2014 - 4

182

Page 172: Bab III Tabanan

28 Maret 2014 2 2

29 Maret 2014 1 5

30 Maret 2014 - 4

31 Maret 2014 - -

1 April 2014 - 4

2 April 2014 - 4

3 April 2014 2 7

4 April 2014 - 3

5 April 2014 1 5

6 April 2014 - 5

7 April 2014 - 4

8 April 2014 2 2

9 April 2014 - 6

10 April 2014 1 6

11 April 2014 - 3

12 April 2014 - 3

Jumlah 20 130

183

Page 173: Bab III Tabanan

2) Hasil Pemeriksaan

Zall/Poli : IRD

Nama : Mrs.R

Umur : Th

Kelamin : P

Tanggal : 25-03-2014

Hasil :

Pemeriksaan Hasil

PP Tes Negatif (-)

h. Permasalahan yang ditemui

Tidak ditemui adanya permasalahan pada pemeriksaan HCG ini karena proses

pengerjaan yang cenderung mudah.

i. Pembahasan

Pemeriksaan Prenosticon Planotes (PP Test) merupakan pemeriksaan

untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kehamilan pada seorang

wanita.

Pemeriksaan PP Test di Laboratorium Patologi Klinik BRSU Tabanan

dilakukan dengan menggunakan metode strip test. Pemeriksaan metode strip test

ini adalah alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap

awal yang menggunakan urine. Urine yang digunakan yaitu air seni pertama

184

Page 174: Bab III Tabanan

setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon HCG pada saat itu tinggi dalam

urine.

Hasil pemeriksaan PPT ini dinyatakan positif ditandai dengan adanya dua

garis merah muda pada strip test. Jika negatif ditandai dengan adanya satu garis

warna merah muda. Dalam melakukan tes kehamilan dengan menggunakan

metode strip tes, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya

kondisi strip test yang digunakan, proses pengerjaaan pemeriksaan yang sesuai

dengan insert kit alat, kondisi sampel yang digunakan dan cara interpretasi atau

pembacaan hasil yang harus sesuai dengan insert kit pada alat.

185